Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Desa Adat Ratenggaro adalah sebuah desa berlokasi di Kodi, Kabupaten Sumba Barat Daya, Nusa
Tenggara Timur, Indonesia. Letaknya di pesisir selatan Pulau Sumba, menghadap Samudera
Hindia. Desa ini terkenal dengan rumah tradisional beratap jerami yang tinggi, makam megalitik
berukir, serta pemandangan alam pantai dan sungai. Desa ini juga kaya akan warisan budaya,
seperti ritual, tarian, kerajinan tangan, dan tekstil. Desa Adat Ratenggaro merupakan salah satu
destinasi wisata menarik di Pulau Sumba, menarik wisatawan domestik maupun internasional
yang ingin merasakan keaslian dan keunikan budaya Sumba. Tujuan dari tulisan ini adalah untuk
mengusulkan rencana pemasaran Desa Adat Ratenggaro, berdasarkan analisis kekuatan,
kelemahan, peluang, dan ancaman (SWOT), serta tren saat ini dan praktik terbaik dalam
pemasaran pariwisata. Tulisan ini juga akan memberikan beberapa contoh kampanye pemasaran
pariwisata yang sukses dari destinasi lain yang dapat dijadikan referensi atau inspirasi.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa saja unsur bauran pemasaran Desa Adat Ratenggaro?
2. Siapa saja segmen pasar yang dibidik Desa Adat Ratenggaro?
3. Bagaimana posisi Desa Adat Ratenggaro di pasar pariwisata?
BAB II
PEMBAHASAN
Desa Adat Ratenggaro adalah sebuah desa berlokasi di Kodi, Kabupaten Sumba Barat Daya, Nusa
Tenggara Timur, Indonesia. Letaknya di pesisir selatan Pulau Sumba, menghadap Samudera
Hindia. Desa ini terkenal dengan rumah tradisional beratap jerami yang tinggi, makam megalitik
berukir, serta pemandangan alam pantai dan sungai. Desa ini juga kaya akan warisan budaya,
seperti ritual, tarian, kerajinan tangan, dan tekstil. Desa Adat Ratenggaro merupakan salah satu
destinasi wisata menarik di Pulau Sumba, menarik wisatawan domestik maupun internasional
yang ingin merasakan keaslian dan keunikan budaya Sumba.
Desa Adat Ratenggaro mempunyai produk yang khas dan menarik yaitu budaya dan
arsitektur tradisional Sumba. Desa ini memiliki 304 makam megalitik, beberapa di antaranya
diperkirakan berusia 4.500 tahun, menjadikannya salah satu situs megalitik tertua dan terbesar
di Indonesia. Desa ini juga memiliki 102 rumah adat yang memiliki atap paling tinggi di antara
seluruh rumah di Sumba, tingginya mencapai 25 meter. Rumah dan makamnya dihiasi dengan
ukiran dan motif yang mencerminkan kepercayaan dan nilai-nilai masyarakat Sumba. Desa ini
juga melestarikan ritual tradisionalnya, seperti festival Pasola, yaitu upacara permainan perang
yang melibatkan para penunggang kuda yang saling melempar tombak. Desa ini juga
menampilkan tarian tradisional, kerajinan tangan, dan tekstil, seperti tenun Ikat, yang terkenal
dengan pola dan warnanya yang rumit. Desa Adat Ratenggaro memiliki letak yang strategis, yakni
berada di pesisir barat Pulau Sumba, menghadap Samudera Hindia. Desa ini memiliki
pemandangan alam yang indah, terdiri dari pantai berpasir putih, laut biru, dan cmsungai hijau.
Desa ini juga memiliki akses jalan yang baik, yaitu hanya berjarak 56 km dari Tambolaka, ibu kota
Kabupaten Sumba Barat Daya. Desa ini juga dekat dengan tempat wisata lain di Pulau Sumba,
seperti Danau Weekuri, Pantai Mandorak, dan Air Terjun Waikelo Sawah.
Desa Adat Ratenggaro mempunyai masyarakat yang suportif, ramah dan bersahabat
terhadap wisatawan. Penduduk desa bangga dengan budaya dan warisan mereka, dan bersedia
berbagi cerita dan pengetahuan mereka dengan pengunjung. Masyarakat desa juga
berpartisipasi dalam pengembangan dan pengelolaan pariwisata, seperti dengan menyediakan
homestay, pemandu, cinderamata, dan pertunjukan budaya. Masyarakat desa juga menghormati
dan menjaga lingkungannya, dengan menjaga kebersihan desa dan melestarikan sumber daya
alam.

2.1 Bauran Pemasaran

Produk ( product )
Produk yang ditawarkan oleh Desa Adat Ratenggaro adalah pengalaman wisata budaya yang
autentik, beragam, dan berkualitas. Wisatawan dapat menyaksikan dan mengenal lebih dekat
arsitektur, sejarah, adat, dan tradisi masyarakat Sumba yang masih terjaga hingga saat ini.
Wisatawan juga dapat menikmati keindahan alam dan pantai yang ada di sekitar desa. Selain itu,
wisatawan dapat berinteraksi dan berpartisipasi dalam kegiatan sehari-hari penduduk desa,
seperti menunggang kuda, memakai baju adat, atau mengikuti ritual dan festival.

Harga ( price )
Harga yang ditetapkan oleh Desa Adat Ratenggaro sesuai dengan nilai yang diberikan kepada
wisatawan, permintaan pasar, dan keunggulan bersaing destinasi. Harga juga harus
memperhatikan manfaat dan biaya yang dikeluarkan oleh wisatawan, serta dampak sosial dan
lingkungan dari pariwisata. Harga dapat ditentukan berdasarkan beberapa faktor, seperti biaya
transportasi, akomodasi, makanan, informasi, dan fasilitas. Harga juga dapat disesuaikan dengan
musim, hari, atau waktu kunjungan. Harga dapat menggunakan skema diskon, subsidi, atau
donasi untuk menarik atau memberi insentif kepada wisatawan tertentu.

Anda mungkin juga menyukai