iv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Spesifikasi Mutu Baja ..............................................................................9
Tabel 2.2 Spesifikasi Mutu Baut ..............................................................................9
Table 2.3 Profil IWF pada Struktur Gedung .......................................................... 11
Tabel 2.4 Profil C pada Struktur Gedung...............................................................12
Table 2.5 Spesifikasi Profil Siku............................................................................13
Tabel 2.6 Spesifikasi Profil H pada Struktur Gedung ...........................................14
Tabel 3.1 Kategori Risiko Bangunan Gedung dan non Gedung untuk Beban
Gempa .................................................................................................. 21
Tabel 3.2 Faktor keutamaan gempa ...................................................................... 22
Tabel 3.3 Koefisien situs, Fa ................................................................................ 24
Tabel 3.4 Koefisien situs, Fv................................................................................. 24
Tabel 3.5 Kombinasi Pembebanan ........................................................................ 27
Tabel 4.1 Data Hasil Perhitungan smp Banyaknya Kendaraan ........................... 30
Tabel 4.2 Perhitungan Kapasitas Lentur batang IWF 400.200.8.13 ..................... 38
Tabel 4.3 Perhitungan Kapasitas Geser IWF 400.200 .......................................... 39
Tabel 4.4 Data Kolom profil H 400.400.13.21 ..................................................... 40
Tabel 4.5 Perhitungan Kapasitas Lentur H 400.400.13.21 ................................... 42
Tabel 4.6 Data -data Kuda-Kuda (tabel Queen Cross) H 400.200.8.13………….……..46
Tabel 4.7 Perhitungan Kapasitas Lentur H 400.200.8.13………………………......... .. 52
Tabel 4.8 Perhitungan Kapasitas Geser H 400.200.8.13………………………........ .... 52
Tabel 4.9 Data Gording profil C 200x80x7.5x11dari Tabel Gunung Garuda…………..53
Tabel 4.10 Perhitungan Kapasitas Lentur C 200x80x7.5x11 …………………………......... 55
Tabel 4.11 Perhitungan Kapasitas Geser C 200x80x7.5x18………………………… ... 56
Tabel 4.12 Data Spesifkasi Profil Siku 100.100.7.7………………………………… .... 57
Tabel 4.13 Analisa kelangsingan struktur brecing ………………………………… .. .. 59
Tabel 4.14 Kapasitas Tekan Pada Brecing…………………………………………… ..60
Tabel 4.15 Data -data Balok (tabel Queen Cross) IWF 400.200.8.13………………….. 62
Tabel 4.16 Perhitungan Kapasitas Lentur batang IWF 400.200………………………...65
Tabel 4. 17 Perhitungan Kapasitas Geser IWF 400.200…………………………………67
Tabel 5.1 Spesifikasi Baut Normal ........................................................................... 69
Tabel 5.2 Hasil Perhitungan Jumlah Baut Geser......................................................... 71
vi
Tabel 5.3 Hasil Perhitungan Jumlah Baut Tarik.......................................................... 71
Tabel 5.4 Syarat Geser dan Tarik…………………………………………… ………….72
Tabel 5.5 spesifikasi Baut Normal............................................................................. 72
Tabel 5.6 Hasil Perhitungan Jumlah Baut Geser......................................................... 75
Tabel 5.7 Hasil Perhitungan Jumlah Baut Tarik.......................................................... 75
Tabel 5.8 Syarat Geser dan Tarik .............................................................................. 76
Tabel 5.9 spesifikasi Baut Normal............................................................................. 79
Tabel 5.10 Hasil Perhitungan Jumlah baut Geser ....................................................... 79
Tabel 5.11 Hasil Perhitungan Jumlah Baut Tarik ........................................................ 79
Tabel 5.12 Syarat Geser dan Tarik............................................................................. 79
Tabel 6.1 Rekapitulasi Gaya Dalam pada Induk Tangga dan Anak Tangga .................. 85
Tabel 6.2 Data -data Balok Anak Tangga (tabel Queen Cross) IWF 150x75x7x5 .......... 86
Tabel 6.3 Perhitungan Kapasitas Lentur Induk Tangga batang IWF 150x75 ................. .89
Tabel 6.4 Perhitungan Kapasitas Geser IWF 150 x75 ................................................. .90
Tabel 6.5 Data -data Balok Induk Tangga (tabel Queen Cross) IWF 200x1235x6x9 ...... 91
Tabel 6.6 Perhitungan Kapasitas Lentur Induk Tangga batang IWF 200x125................ 94
Tabel 6.7 Perhitungan Kapasitas Geser IWF 200.125.................................................. 95
Tabel 6.8 spesifikasi Baut Normal............................................................................. 96
Tabel 6.9 Hasil Perhitungan Jumlah Baut Geser......................................................... 98
Tabel 6.10 Hasil Perhitungan Jumlah Baut Tarik ........................................................ 99
Tabel 6.11 Syarat Geser dan Tarik............................................................................. 99
Tabel 6.12 spesifikasi Baut Normal ......................................................................... 100
Tabel 6.13 Hasil Perhitungan Jumlah Baut Geser ..................................................... 102
Tabel 6.14 Hasil Perhitungan Jumlah Baut Tarik ...................................................... 103
Tabel 6.15 Syarat Geser dan Tarik........................................................................... 103
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
mati (dead load), kemudian beban hidup (live load), dan beban gempa (earthquake),
serta tinggi gedung pada perencanaan yaitu 8 meter dengan jarak antar balok yaitu
A = A1 = A2 = 5 meter.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan tugas besar ini adalah:
1. Mahasiswa dapat mendesain struktur bangunan baja bertingkat banyak
2. Mahasiwa dapat memahami konsep-konsep dasar dalam mendesain strktur
bangunan baja.
3. Mahasiswa dapat membuat sebuah permodelan struktur baja.
4. Mahasiswa dapat mengimplementasikan konsep mendesain struktur
bangunan baja seperti merancang struktur atap, mendesain sambungan,
dan mendesain pembebanan pada struktur baja.
2
5. SAP 2000 V15, merupakan software yang digunakan dalam mendesain
struktur bangunan dan melakukan perhitungan gaya gaya dan momen yang
terjadi dalam suatu struktur
6. Microsoft Excel, merupakan program komputer yang digunakan dalam
pengolahan angka (aritmatika) dan proses kalkulasi
7. Microsoft Word merupakan program penulisan kalimat yang membantu
dalam penyusunan kata dan penyusunan laporan.
1.4 Metodologi
Dalam merencanakan struktur bangunan, diperlukan sebuah tahapan secara
terstruktur untuk memudahkan dalam pengerjaaan suatu konstruksi. Tahap-tahap
yang dilakukan penyusun dalam tugas ini dapat dilihat pada gambar 1.1 dibawah
ini:
MULAI
DATA PERENCANAAN
- Data Struktur
- Mutu Material
KRITERIA DESAIN
- Pembebanan (Beban Gempa,
Beban Hidup & Mati, Beban
Angin, Beban Atap, Beban
Hujan)
- Model
ANALISA STRUKTUR
- Gaya Dalam
- Kapasitas
A
A
3
A A
TIDAK
Perhitungan &
Pengecekan
Gaya Dalam
YA
PENYUSUNAN LAPORAN
DAN GAMBAR DESAIN
- Atap
- Kuda-Kuda
- Penampang
SELESAI
4
BAB 2
PERMODELAN STRUKTUR
Dalam tugas besar ini akan di desain Model Struktur bangunan yang akan
difungsikan sebagai workshop dengan spesifikasi struktur rangka baja dengan
bentang panjang 20 meter, lebar 15 meter dan kemiringan atas sebesar 20 o . Pada
bentang panjang sebesar 20 meter akan dibagi menjadi 4 bagian. Dan pada bentang
lebar selebar 15 meter akan dibagi menjadi 3 bagian.
Berikut ini merupakan tampak depan dan 3D view dari model struktur
bangunan workshop :
2.7m
4m
15
m
Gambar 2.11 Tampak Depan
5
Gambar 2.12 Tampak 3D View
6
Gambar 2. 14 Material Property Data
Input spesifikasi data dari material yang digunakan pada Material Property
Data. Spesifikasi material dapat dilihan pada subbab 2.2
Input semua frame properties untuk masing – masing jenis profil baja yang
diberikan pada spesifikasi masing – masing profil. Setelah semua
spesifikasi dari masing – masing profil di input, gunakan auto-select list
agar program sap 2000 bisa dengan otomatis menentukan sendiri
spesifikasi masing – masing profil yang paling cocok untuk masing –
masing elemen struktur yang digunakan. Elemen yang terdapat pada
struktur ini antara lain :
7
Bracing
Kolom
Kuda – kuda
Gording
8
Tabel 2.1 Spesifikasi Mutu Baja
BJ 34 340 210
BJ 37 370 240
BJ 41 410 250
BJ 50 500 290
BJ 55 550 410
Material Baja yang digunakan dalam pengerjaan tugas besar ini ditentukan oleh
dosen asistensi yaitu BJ 34.
A307 6.35-10.4 - 60
Material Baut yang digunakan dalam pengerjaan tugas besar ini ditentukan oleh
dosen asistensi yaitu A4 90.
9
Rincian material yang digunakan dalam pengerjaan tugas besar ini ditentukan oleh
dosen asistensi, dengan rincian sebagai berikut :
c. Mutu Baja : BJ 34
d. Mutu Baut : A4 90
Profil IWF atau yang umumnya disebut I-beam digunakan sebagai balok,
kolom, tiang pancang, top & bottom chord member pada truss, composite
beam, kantilever kanopi rencana pada bangunan baja. Dalam
merencanakan struktur, digunakan dimensi profil yang terlampir pada
Tabel 2.3 di bawah ini:
10
Tabel 2.3. Profil IWF pada Struktur Gedung
Profil C
Gambar 2. 19 Profil C
Profil Canal “C” digunakan sebagai rangka utama pada konstruksi kuda-
kuda baja ringan. Sementara untuk konstruksi pendukung seperti reng
sebagai tempat kedudukan penutup atap/genteng.
11
Tabel 2.4 Profil C pada Struktur Gedung
Profil Siku
12
Tabel 2.5 Spesifikasi Profil Siku
13
4. Kolom menggunakan profil H-beam
Profil H-beam
14
BAB 3
PEMBEBANAN
Rangka Utama
Jumlah rangka utama: 5
15
Untuk perumusan rangka utama yaitu = Luas penampang x Massa jenis
baja. Sehingga, Luas penampang (A) pada rangka utama menggunakan
profil C: 39250 AC
Bracing
Jumlah Bracing (n) = 32
Untuk perumusan bracing yaitu = Luas penampang x Massa jenis baja
Sehingga, Luas penampang (A) pada bracing menggunakan profil C:
251200 AC
b. Gording
c. Penutup Atap
Sisi miring (Lebar) = 7,97 meter
Panjang = 20 meter
maka, luas atap luasan persegi panjang yaitu
luas atap = Px L
= 7,97 x 20
= 159.4 m2
Luas atap total atap adalah 2x 159.4 m2 = 318.8 m2
Sehingga, beban atap dapat dihitung dengan perumusan sebagai berikut:
Beban atap = Luas atap x massa jenis atap (multiroof)
= 318.8 m2 x 40 kg/m2
= 12.752 kg
16
b. Kolom
Jumlah Kolom (n) = 32
Untuk perumusan kolom yaitu = Luas penampang x Massa jenis baja
Sehingga, Luas penampang (A) pada kolom menggunakan profil IWF:
251200 A IWF
3.1.3 Pelat
ϒc = 2400 Kg/m3
Tinggi Segitiga = 2.5m
Tebal Pelat = 0.12m
Sehingga Distribusi beban mati pelat yaitu
Distribusi beban mati = ϒc x Tinggi Segitiga x Tebal Pelat
= 2400 Kg/m3 x 2.5m x 0.12 m
= 720 kg/m
17
Berikut ini merupakan perhitungan distribusi beban hidup pada lantai, sebagai
berikut:
Beban pelat = 400 Kg/m2
Tinggi Segitiga = 2.5 m
Sehingga, Distribusi bebannya segitiganya yaitu :
Bebannya Segitiga = Beban Pelat x Tinggi Segitiga
= 400 kg/ m2 x 2.5 m
= 1000 kg/m
18
3.4 Beban Hujan
Berdasarkan Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung tahun 1983
pada bab 3.2 menjelaskan beban hujan terjadi pada atap, dengan besar beban sesuai
dengan peraturan adalah
19
Bidang atap di pihak angin :
Koefisien C = (0,02 x α) – 0,4
= (0,02 x 20) – 0,4 = 0
Qtekan = P x C
= 25 X 0 = 0
Bidang atap dibelakang angin :
Koefisien C = 0,4
Qhisap = P x C
= 25 X 0,4 = 10
3. 6 Beban Gempa
Beban Gempa merupakan beban yang terjadi secara alami akibat
terjadinya pergerakan pada lapisan tanah sehingga adanya percepatan pada tanah
yang menyebabkan beban pada struktur akibat interaksi tanah dengan struktur dan
karakteristik respon struktur. Beban gempa timbul akibat percepatan
sehingga semakin besar berat struktur maka semakin besar juga beban gempa yang
diterima oleh struktur tersebut.
20
mempertimbangkan berbagai hal, salah satunya adalah faktor keutamaan dan
kategori resiko struktur bangunan. Berikut adalah tabel faktor keutamaan dan
kategori resiko struktur bangunan:
Tabel 3.1 Kategori risiko bangunan gedung dan non gedung unttuk beban gempa
Kategori
Jenis Pemanfaatan
Resiko
Gedung dan non gedung yang memiliki resiko rendah terhadap jiwa manusia
pada saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk antara lain :
Semua gedung dan struktur lain, kecuali yang termasuk dalam kategori resiko I,
II, III, IV, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk :
- Perumahan
- Rumah took dan rumah kantor
- Pasar II
- Gedung perkantoran
- Geedung apartemen/ rumah susun
- Pusat perbelanjaan/ mall
- Bangunan industry
- Fasilitas manufaktur
- Pabrik
Geung dan non gedung yang memiliki resiko tinggi terhadap jiwa manusia pada
saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk:
- Bioskop
- Gedung petemuan
- Stadion
- Fasilitas kesehatan yang tidak memiliki unit bedah dan unit gawat III
darurat
- Fasilitas penitipan anak
- Penjara
- Bangunan untuk orang jompo
Gedung dan non gedung, tidak termasuk dalam kategori IV, (termasuk, tetapi
tidak dibatasi untuk fasilitas manufaktur, proses, penanganan, penyimpanan,
penggunaan atau tempat pembuangan bahan bakar berbahaya, bahan kimia
berbahaya, limbah berbahaya, atau bahan yang mudah meledak) yang
mengandung bahan beracun atau peledak dimana jumlah kandungan bahannya
melebihi nilai batas yang diisyaratkan oleh instans i yang berwenang dan cukup
menimbulkan bahaya bagi masyarakat jika terjadi kebocoran
21
Gedung dan non gedung yang ditunjukan sebagai fasilitas yang penting,
termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk:
- Bangunan-bangunan monumental
- Gedung sekolah dan fasilitas pendidikan
- Rumah sakit dan fasilitas lainnya yang memiliki fasilitas bedah dan unit
gawat darurat
- Tempat perlindungan terhadap gempa bumi, angina badai, dan tempat
perlindungan darurat lainnya
- Fasilitas kesiapan darurat, komunikasi, pusat operasi dan fasilitas
lainnya untuk tanggap darurat IV
- Pusat pembangkit energy dan fasilitas public lainnya yang dibutuhkan
pada saat keadaan darurat
- Struktur tambahan (termasuk menara telekomonukasi, tangka
penyimpanan bahan bakar , menara pendingin, struktur stasiu n listrik,
tangka air pemadam kebakaran atau struktur rumah atau struktur
pendukung air atau mineral atau peralatan pemadam kebakaran) yang
diisyaratkan untuk beroperasi pada saat keaadaan darurat
Analisis beban gempa akan lebih mudah bila kita menggunakan respons
spektral. Respons spektral adalah suatu spektrum yang disajikan dalam bentuk
grafik antara periode getaran struktur T vs respon-respon maksimum berdasarkan
rasio redaman dan gempa tertentu. Dalam menentukan respons spektral,
diberikan data, sebagai berikut:
Asumsi tanah yang akan dibangun struktur bangunan adalah tanah keras,
sangat padat dan bantuan lunak (SC);
Daerah struktur bangunan yang dibangun adalah Bandung.
Jadi, berikut langkah- langkah dalam membuat respons spektral, sebagai berikut:
1. MCER, Ss dan S1
Ss adalah parameter respons spektral percepatan gempa MCER terpetakan
untuk perioda pendek. Untuk mendapatkan nilai MCER Ss, kita lihat pada peta
gempa Indonesia yang terdapat keterangan Ss, sebagai berikut:
22
Gambar 3. 4 Peta Zonasi Gempa Indonesia untuk Menentukan Ss
23
2. Fa dan Fv
Fa adalah faktor amplifikasi getaran terkait percepatan pada getaran perioda
pendek. Sedangkan Fv adalah faktor amplifikasi getaran terkait percepatan yang
mewakili getaran perioda 1 detik. Mencari nilai Fa dan Fv dilakukan dengan
melihat pada grafik koefisien Fa dan Fv, sebagai berikut:
SF SS
SF SS
Jadi, dengan menginterpolasi nilai Fa yang ada di tabel 2.3, maka didapatkan
nilai Fa untuk tanah keras, sangat padat dan bantuan lunak (SC) dan Ss.
24
3. Sms dan Sm1
Sms adalah parameter spektrum respons percepatan pada perioda pendek.
Sedangkan, Sm1 adalah parameter spectrum respons percepatan pada perioda 1
detik. Sms dan Sm1 dapat dicari dengan, sebagai berikut:
Sms = Fa × Ss
= 1,0 × 1,0
= 1,0
Sm1 = Fv × S1
= 1,0 × 0,4
= 0,4
= 0,67
2
Sd1 = × Sm1
3
2
= × 0,4
3
= 0,27
5. Ts, T0 , dan Sa
Bila spektrum respons desain diperlukan oleh tata cara ini dan prosedur gerak
tanah dari spesifik-situs tidak digunakan, maka ketentuannya :
a. Untuk perioda yang lebih kecil dari T0 , spektrum respons percepatan
desain Sa, harus diambil dari persamaan:
𝑇
Sa = SDS (0,4 + 0,6 )
𝑇0
b. Untuk perioda lebih besar dari atau sama dengan T0 dan lebih kecil dari
atau sama dengan Ts, spektrum respons percepatan desain Sa sama
dengan SDS.
25
c. Untuk perioda lebih besar dari Ts, spektrum respons percepatan desain
Sa, diambil berdasarkan persamaan:
𝑆𝐷1
Sa = 𝑇𝑠
0,27
= 0,2 0,67
= 0,80
𝑆𝐷1
Ts =
𝑆𝐷𝑠
0,37
=
0,67
= 0,40
6. Plot respons Spektral
Plot respons spektral disesuaikan dengan SNI 1726-2012, sebagai
berikut:
Berikut ini merupakan grafik spectrum respons yang berasal dari Puskim
26
Tanah Keras
1.2
0.8
0.4
0.2
0
0 1 2 3 4 5
No DL LL Ex Ey R W
1 1.4
2 1.2 1.6
3 1.2 0.5 1 0.3
4 1.2 0.5 1 -0.3
5 1.2 0.5 -1 0.3
6 1.2 0.5 -1 -0.3
7 1.2 0.5 0.3 1
8 1.2 0.5 0.3 -1
9 1.2 0.5 -0.3 1
10 1.2 0.5 -0.3 -1
11 0.9 1 0.3
12 0.9 1 -0.3
13 0.9 -1 0.3
14 0.9 -1 -0.3
15 0.9 0.3 1
16 0.9 0.3 -1
17 0.9 -0.3 1
18 0.9 -0.3 -1
27
19 1.2 1.6 0.5
20 1.2 1 0.5 1.6
21 1.2 1 0.5 -1.6
22 0.9 1.6
23 0.9 -1.6
28
Gambar 3. 2 Hasil Cek Design Struktur
3. Frame yang berwarna biru muda merupakan frame yang sudah baik,
sedangkan frame yang berwarna merah merupakan frame yang kurang
baik. Oleh karena itu untuk mempermudah dalam konstruksi dan
perhitungan, dipilih satu macam profil yang paling besar untuk satu
macam struktur. Jadi didapatkan :
a. Kolom menggunakan H 400-400-13-21
b. Balok menggunakan IWF 400-200-8-13
c. Gording menggunakan C 200-80-7.5-11
d. Bracing menggunakan SIKU100-100-5-10
e. Kuda-kuda menggunakan IWF 400-200-8-13
29
BAB 4
Nu = 57.14 Kn.m Nu = 35.90 KN.M Mu = 30,13 KN.M Nu = 0.419 KN.M Mu = 67.79 KN.M
PUtarik= 23.96
PUtarik = 0 PUtarik= 64.92 KN PUtarik= 5.39 KN PUtarik= 4.02 KN
KN
PUtekan= 11.51
PUtekan= 24.61 KN PUtekan= 6.19 KN PUtekan=3.22KN PUtekan=6.58KN
KN
30
harus dilakukan secara menyeluruh agar kegagalan tidak terjadi. Pengecekan yang
harus dilakukan adalah pengecekan terhadap momen lentur, gaya geser, kombinasi
gaya geser dan momen lentur, batang tekan dan batang tarik. Sedangkan pengaku
global (bracing) hanya dilakukan pengecekan batang tekan dan tarik, hal ini
disebabkan pengaku global hanya menerima gaya axial.
a. Batang Tekan
Berikut ini adalah prosedur dalam menghitung kekuatan penampang menahan
gaya aksial tekan :
1. Cek syarat kelangsingan struktur
Mengecek syarat kelangsingan komponen struktur tekan dengan perumusan
𝐿𝑘
𝜆= < 200
𝑖𝑦
Dari persamaan diatas, kita dapat menghitung nilai iy minimum agar
memenuhi syarat kelangsingan struktur
𝐿𝑘 𝐾𝑐 . 𝐿 0.5 . 500
𝜆= = = = 27.02 < 200
𝑖𝑦 𝑖𝑦 9.19
Dari hasil perhitungan diatas, didapatkan nilai kelangsingan struktur, yaitu 𝜆 =
27.02 Dengan nilai kelangsingan seperti diatas, kelangsingan profil memenuhi
syarat. Syarat kelangsingan profil adalah kurang dari 200. Maka, penggunaan
IWF 400.200.8.13 diijinkan.
2. Menghitung nilai ω
Sebelum mendapatkan nilai ω, penentuan parameter kelangsingan kolom
λc terlebih dahulu harus dilakukan. Selanjutnya, nilai λc akan menentukan
rumus yang akan digunakan untuk menghitung nilai ω seperti persamaan
berikut
λc ≤ 0.25 maka ω = 1
1.43
0.25 < λc < 1.2 maka ω =
1.6 − 0.67λc
λc ≥ 1.2 maka ω = 1.25 λc2
Penentuan nilai λc seperti yang disebutkan sebelumnya
31
1 𝐿𝑘 𝑓𝑦
λc = √ 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑘 = 1(𝑠𝑡𝑟𝑢𝑘𝑡𝑢𝑟 𝑗𝑒𝑝𝑖𝑡 − 𝑗𝑒𝑝𝑖𝑡)
𝜋 𝑟 𝐸
Bahaya tekuk juga perlu diperhitungkan dalam desain batang tekan, naka
berikut adalah prosedur dalam menghitung kekuatan oenamoang terhadap bahaya
tekuk :
1. Menentukan Xo dan Yo
Nilai Xo dan Yo tergantung dari bentuk profil baja yang digunakan. Untuk
IWF nilai Xo dan Yo adalah :
Xo = 0 ; Yo = 0
2. Menentukan nilai Ix dan Iy
Nilai Ix dan Iy didapatkan dari tabel profil penampang baja
Ix = 24.570 cm4
Iy = 10.661 cm4
3. Menentukan nilai A
Nilai A didapatkan dari tabel profil penampang baja
A = 126.18 cm2
4. Menentukan nilai ro2
32
ro2 merupakan jari-jari girasi polar terhadap pusat geser yang dapat dihitung
melalui perumusan berikut :
𝐼𝑥 + 𝐼𝑦
𝑟𝑜 2 = + 𝑋𝑜 2 + 𝑌𝑜 2
𝐴
24570 + 10661
𝑟𝑜2 = +0+0
126,18
33
10. Menentukan Nilai Fclt
b. Batang Tarik
Pada batang tarik, pengecekan yang harus dilakukan adalah dua macam, yaitu
pengecekan bila kegagalan leleh (yielding) dan kegagalan retak (fraktur).
Berikut ini adalah prosedur dalam menghitung kekuatan batan tarik untuk kondisi
kegagalan retak (fraktur) :
1. Menentukan Nilai A
Nilai A didapat dari tabel profil
𝐴 = 126.18 𝑐𝑚2 = 12618 𝑚𝑚2
2. Menentukan Nilai Nn
𝑁𝑛 = 𝐴 𝑥 (0.75 𝑓𝑦)
Sehingga didapatkan Nn = 1987,3 KN
Nn terfaktor = ∅𝑁𝑛 = 0,9 𝑥 1987,3 = 1788,57 𝐾𝑁
34
Berikut merupakan perhitungan batang tarik dimana kegagalannya adalah leleh
(yielding) :
3. Menentukan nilai Nn
𝑁𝑛 = 𝐴𝑒 𝑥 𝐹𝑢
𝑁𝑛 = 9652,77 𝑥 370𝑀𝑃𝑎 = 3571,52 𝐾𝑁
Nn terfaktor = ∅𝑁𝑛 = 0,75 𝑥 3571,52 = 2678,64 𝐾𝑁
Pilih yang lebih kecil lalu nilai Nn yang dipilih kemudian kita cek
kekuatannya terhadap Nu.
𝑁𝑢 ≤ ∅ 𝑁𝑛
4,02 𝐾𝑁 ≤ 2678,64 𝐾𝑁
Dari hasil perhitungan diatas dapat kita simpulkan bahwa penampang
IWF 400.200.8.13 yang kita gunakan kuat menahan gaya ultimate
batang tarik yang terjadi pada komponen stukrut yang ditinjau.
c. Momen Lentur
Pada pengecekan momen lentur terdapat 2 pengecekan yaitu pengecekan
tebal pelat dan panjang bentang. Untuk pengecekan tebal pelat adalah sebagai
berikut :
1. Pengecekan profil apakah profil compact atau tidak.
Penampang dikatakan compact jika
𝑏 170
≤ λp =
𝑡𝑓 √𝑓𝑦
35
ℎ 1680
≤ λp =
𝑡𝑤 √𝑓𝑦
Berdasarkan perhitunga, diketahui bahwa
𝑏 200
= = 15.38 > 11.73
𝑡𝑓 13
ℎ 400
= = 50 < 115.93
𝑡𝑤 8
Sehinggi dapat diketahui penampang kompak
2. Menentukan Momen Nominal (Mn)
Mn = Mp (Momen Plastis)
𝑀𝑝 = 𝑓𝑦 𝑥 𝑍 = 289 𝐾𝑁. 𝑀
𝐸
𝐿𝑝 = 1.76 𝑥 𝑖𝑦 𝑥 √
𝑓𝑦
200000
𝐿𝑝 = 1.76 𝑥 9.19 𝑥√
210
𝜋 𝐸𝐺𝐽𝐴
𝑋1 = √
𝑆𝑥 2
𝜋
𝑋1 = 𝑥588403060,4 = 1504,05
1228400
𝐼𝑦
𝐼𝑤 = ℎ2 𝑥 ( )
4
10661
𝐼𝑤 = 4002 𝑥 ( ) = 4,26𝑥1014 𝑚𝑚6
4
36
𝑆𝑥 2 𝐼𝑤
𝑋2 = 4 ( ) .
𝐺. 𝐽 𝐼𝑦
2
1228400 4,26 𝑥1014
𝑋2 = 4 ( ) . = 320,661
76923 𝑥 3567 10661
𝐹𝐿 = 80% 𝑓𝑦
FL = 168 MPa
Setelah nilai X1, X2, dan FL diketahui, maka kita sekarang dapat
menghitung Lr.
𝑋1
𝐿𝑟 = 𝑖𝑦. ( ) 𝑥 √1 + √1 + 𝑋2 (𝐹𝑙)(𝐹𝐿 )
𝐹𝐿
Lr = 8027,78mm
2. Cek faktor panjang bentang
Dari hasil perhitungan diatas didapatkan :
Lp < L < Lr
Maka bentang termasuk bentang menengah.
3. Menghitung momen nominal penampang berdasarkan faktor panjang
bentang.
Bentang pendek
Mn (Momen Nominal) = Mp (Momen Plastis)
Bentang Menengah
𝐿𝑟 − 𝐿
𝑀𝑛 = 𝑀𝑛 = 𝐶𝑏 [𝑀𝑟 – (𝑀𝑝 – 𝑀𝑟) ]
𝐿𝑟 − 𝐿𝑝
Dengan Mr = SxFL
Bentang Panjang
𝜋 𝜋 𝜋
𝑀𝑛 = 𝑀𝑐𝑟 = 𝐶1 𝑥 𝑥 (√𝐸 𝑥 𝐼𝑦 𝑥 (𝐺. 𝐽 + 𝐼𝑤 𝑥 𝐸 𝑥 ( ) ( ))
𝐿 𝐿 𝐿
𝐿−𝐿𝑝
𝑀𝑛 = 𝐶𝑏 [𝑀𝑟 − (𝑀𝑝 − 𝑀𝑟) 𝐿𝑟−𝐿𝑝]
Mn = 206,15 KNm
37
Mn terfaktor = ∅𝑀𝑛 = 0,9 𝑥 206,15 = 185,53 𝐾𝑁𝑚
Lentur
Kelangsingan Panjang bentang
λp untuk b= 11.73 Lp= 4991 mm
untuk h= 115.93 Lr= 8027,78 mm
λr untuk b= 9.970 L= 5000 mm
untuk h= 66.936 Bentang Menengah
b/tf= 15.38 Kompak Mn= 206,15 Kn*m
h/tw= 50 Kompak φ= 0.9
Mp= 289 Kn*m
𝑀𝑢 ≤ ∅𝑀𝑛
d. Gaya Geser
ℎ 𝐸
≤ 6.36 √
𝑡𝑤 𝐹𝑦
50 ≤ 196,27
Maka profil tidak membutuhkan pengaku lokal
38
3. Menentukan nilai Kn
5
𝐾𝑛 = 5 + 𝑎 𝑎 , 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑎 𝑏𝑖𝑙𝑎 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑎𝑑𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑘𝑢 𝑙𝑜𝑘𝑎𝑙 = 3 𝑥 ℎ
ℎℎ
Kn = 5,56
4. Menentukan faktor untuk perbandingan tinggi terhadap tebal panel
𝐾𝑛 𝐸
1,1 √ = 80,013
𝑓𝑦
ℎ 𝐾𝑛 𝐸
≤ 1,1√ ; 𝑚𝑎𝑘𝑎
𝑡𝑤 𝐹𝑦
𝑉𝑛 = 0,6 𝑓𝑦 𝐴𝑤 , 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐴𝑤 = ℎ 𝑥 𝑡𝑤
Vn = 0,6 x 210 MPa x 400 x 8
Vn = 403,2 KN
6. Cek Vn terhadap Vu
Vn terfaktor = ∅𝑉𝑛 = 0,9 𝑥 403,2 = 362,88 𝐾𝑁
𝑉𝑢 ≤ ∅𝑉𝑛
70,59 𝐾𝑁 ≤ 0,9 𝑥 403,2 𝐾𝑁
70,59 𝐾𝑁 ≤ 362,88 𝐾𝑁
Dari hasil perhitungan diatas didapatkan kekuatan geser nominal
penampang lebih besar dari geser ultimate yang terjadi. Maka penampang
IWF 400.200.8.13 kuat dalam menahan gaya geser ultimate yang terjadi.
Geser
h/tw 50 Tidak butuh pengaku
Kn 5.56
h/tw 50
1.1*sqrt(E 80,05
Vn 403,2 Kn
φ= 0.9
39
e. Interaksi yang terjadi antara momen lentur dan gaya geser
𝑀𝑢 0.625 𝑉𝑢
+ ≤ 1,375
∅𝑀𝑛 ∅𝑉𝑛
67,79 0,625(70,59)
+ ≤ 1,375
185,53 362,88
0,486 ≤ 1,375
Tabel 4.4 Data Kolom profil H 400.400.13.21 dari Tabel King Cross
40
1. Pengecekan profil apakah profil kompak atau tidak kompak
Penampang dikatakan kompak jika
b 170
≤ λp =
tf √fy
h 1680
≤ λp =
tw √fy
b 400
= = 19.05 > 11.73
tf 21
h 200
= = 30.77 < 115.93
tw 7.5
E
Lp = 1.76 x iy x √
Fy
π EGJA
X1 = x√
Sx 2
Sx 2 Iw
X2 = 4 ( ) 𝑥
GJ Iy
Iy
Iw = ℎ2 𝑥
4
41
Sehingga didapatkan nilai X1, X2, dan Iw Berturut-turut yaitu = 24495,13 ;
2.78x10-5 ; 177x108
𝑋1
Lr = iy x x √1 + √1 + X2 x 𝑓𝑙 2
F1 − Fr
Lr = 484.0299 m
𝑀𝑢 ≤ 0,9 𝑀𝑛
30,13 Kn.m ≤ 0,9 x 783.216 Kn.𝑚
Lentur
Kelangsingan Panjang bentang
λp untuk b= 11.73 Lp= 5485.79 mm
untuk h= 115.93 Lr= 484029.92 mm
λr untuk b= 9.97 L= 4000 mm
untuk h= 66.936 Bentang Pendek
Tdk
b/tf= 19.05 Mn= 783.216 Kn*m
Kompak
h/tw= 30.77 Kompak φ= 0.9
Mp= 783.216 Kn*m
42
2. Kolom Tekan
Contoh perhitungan kolom tekan menggunakan profil balok, yaitu H
400.400.13.21. Berikut ini adalah prosedur dalam menghitung kekuatan penampang
menahan gaya aksial tekan :
1. Cek syarat kelangsingan struktur
2. Menghitung nilai ω
Sebelum mendapatkan nilai ω, penentuan parameter kelangsingan kolom
λc terlebih dahulu harus dilakukan. Selanjutnya, nilai λc akan menentukan
rumus yang akan digunakan untuk menghitung nilai ω seperti persamaan
berikut
λc ≤ 0.25 maka ω = 1
1.43
0.25 < λc < 1.2 maka ω =
1.6 − 0.67λc
λc ≥ 1.2 maka ω = 1.25 λc2
Penentuan nilai λc seperti yang disebutkan sebelumnya
1 𝐿𝑘 𝑓𝑦
λc = √ 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑘 = 1(𝑠𝑡𝑟𝑢𝑘𝑡𝑢𝑟 𝑗𝑒𝑝𝑖𝑡 − 𝑗𝑒𝑝𝑖𝑡)
𝜋 𝑟 𝐸
4000𝑥 1 210
λc = 𝑥√ =0.18763
3.14 𝑥 22 200000
43
Karena nilai
λc ≤ 0.25 maka ω = 1
3. Menghitung nilai Nn
Daya dukung nominal komponen sturktur tekan dapat dihitung
menggunakan perumusan sebagai berikut :
𝐹𝑦
𝑁𝑛 = 𝐴𝑔𝑥𝐹𝑐𝑟 = 𝐴𝑔𝑥
ω
210
𝑁𝑛 = 21870 𝑥 = 4592,7
1
Sehingga didapat nilai Nn = 4592.7 KN
∅𝑁𝑛 = 0,9 𝑥 4592.7 = 4133.43 𝐾𝑁
Bahaya tekuk juga perlu diperhitungkan dalam desain batang tekan, naka berikut
adalah prosedur dalam menghitung kekuatan oenamoang terhadap bahaya tekuk :
1. Menentukan Xo dan Yo
Nilai Xo dan Yo tergantung dari bentuk profil baja yang digunakan. Untuk
IWF nilai Xo dan Yo adalah :
Xo = 0 ; Yo = 0
2. Menentukan nilai Ix dan Iy
Nilai Ix dan Iy didapatkan dari tabel profil penampang baja
Ix = 66.600 cm4
Iy = 22.400 cm4
3. Menentukan nilai A
Nilai A didapatkan dari tabel profil penampang baja
A = 218.7 cm2
4. Menentukan nilai ro2
ro2 merupakan jari-jari girasi polar terhadap pusat geser yang dapat
dihitung melalui perumusan berikut :
𝐼𝑥 + 𝐼𝑦
𝑟𝑜 2 = + 𝑋𝑜 2 + 𝑌𝑜 2
𝐴
66600 + 22400
𝑟𝑜2 = +0+0
218.7
44
5. Menentukan nilai H
𝑋𝑜 2 + 𝑌𝑜 2
𝐻 = 1 −( )
𝑟𝑜 2
Sehingga didapatkan H = 1-0 = 1
6. Menentukan nilai Fcry
𝑓𝑦
𝐹𝑐𝑟𝑦 = 𝐹𝑐𝑟 =
ω
210
𝐹𝑐𝑟𝑦 = = 210
1
Sehingga didapat nilai Fcry = 210 MPa
7. Menentukan Nilai G (Konstanta Geser)
𝐸
𝐺= 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑣𝑏𝑎𝑗𝑎 = 0.3
2( 1 + 𝑣 )
200000
𝐺= = 76923,077
2(1 + 0,3)
Sehingga didapatkan G = 76923,077 MPa
8. Menentukan nilai J (Inersia Torsi)
1
𝐽 = ∑ (𝑏𝑖 𝑡𝑖 3 ) 𝑥
3
Sehingga didapatkan nilai J = 3567 mm4
9. Menentukan nilai Fcrz
𝐺𝐽
𝐹𝑐𝑟𝑧 =
𝐴𝑟𝑜 2
76923,077 𝑥 12348
𝐹𝑐𝑟𝑧 = = 106.72
21870 𝑥 40695
45
Nilai terfktor = ∅𝑁𝑛𝑙𝑡 = 0,9 𝑥 2333.96 = 2100,56 𝐾𝑁
Dari dua nilai daya dukung nominal struktur tekan yang didapatkan, daya
dukung nominal struktur yang lebih kecil yang dipilih agar bangunan
lebih konservatif. Nilai Nn yang kita pilih kemudian kita cek
kekuatannya terhadap Nu.
𝑁𝑢 ≤ ∅𝑁𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙
298,2 𝐾𝑁 ≤ 2100,56 𝐾𝑁
Dari hasil perhitungan diatas dapat kita simpulkan bahwa penampang H
400.400.13.21 yang digunakan kuat menahan gaya ultimate batang
tekan yang terjadi pada bangunan.
𝑀𝑢 𝑀𝑢𝑥 𝑀𝑢𝑦
+( + ) ≤ 1,0
2∅𝑀𝑛 ∅𝑀𝑛𝑥 ∅𝑀𝑛𝑦
0,303 ≤ 1,0
46
A= 12618 mm2 J = 356762.67 mm4
Ix = 245700000 mm4 E = 200000 Mpa
Iy = 106610000 mm4 G = 76923.07
Ix = 139.5 mm L= 7970 mm
Iy = 9,19 mm Iw = 4.264E+09 mm6
Sx = 1228400 mm3 X1 = 15041.915
47
Pada perhitungan Ae diasumsikan u=0,9 dikarenakan u<0,9 sehingga
nilai Ae dapat kita hitung seperti dibawah ini.
Ae = u x An
3. Menentukan nilai Nn
Nn = Ae x Fu
Nnterfaktor = ∅ x Nn
Pilih yang lebih kecil lalu nilai Nn yang kita pilih kemudian kita cek
kekuatannya terhadap Nu.
Nu ≤ ∅ Nn
23,96 𝐾𝑁 ≤ 2678,64 𝐾𝑁
𝑏 170
≤ λp = √𝑓𝑦
𝑡𝑓
ℎ 1680
≤ λp =
𝑡𝑤 √𝑓𝑦
48
Berdasarkan perhitungan, diketahui bahwa:
𝑏 200
= = 15.38 > 11.73
𝑡𝑓 13
ℎ 400
= = 50 < 115.93
𝑡𝑤 8
Mn = Mp(Momen Plastis)
Mp = Fy x Z = 298 KN.M
3. Menentukan jenis panjang bentang (bentang panjang,
bentang pendek, dan bentang menengah)
𝐸
Lp = 1,76 x iy x √
𝐹𝑦
𝜋 𝐸𝐺𝐽𝐴
X1 = √
𝑆𝑥 2
𝜋
𝑋1 = 𝑥588403060,4 = 1504,05
1228400
𝐼𝑦
Iw = h² x ( )
4
10661
𝐼𝑤 = 4002 𝑥 ( ) = 4,26𝑥1014 𝑚𝑚6
4
𝑆𝑥 𝐼𝑤
X2 = 4 ( ) ²
𝐺𝐽 𝐼𝑦
49
FL = 168 MPa
𝑋1
Lr = iy [𝐹𝐿 ] √[1 + √1 + 𝑥2 𝑥 𝑓𝑙²]
Lr = 17210.70 mm
4. Cek faktor panjang bentang
Dari hasil perhitungan diatas didapatkan :
Lp < L < Lr
4991 < 7970 < 17210.70
Maka bentang termasuk bentang menengah.
5. Menghitung momen nominal penampang berdasarkan faktor panjang
bentang.
Bentang pendek
Mn (Momen Nominal) = Mp (Momen Plastis)
Bentang Menengah
𝐿𝑟 − 𝐿
𝑀𝑛 = 𝑀𝑛 = 𝐶𝑏 [𝑀𝑟 – (𝑀𝑝 – 𝑀𝑟) ]
𝐿𝑟 − 𝐿𝑝
Dengan Mr = SxFL
Bentang Panjang
𝜋 𝜋 𝜋
𝑀𝑛 = 𝑀𝑐𝑟 = 𝐶1 𝑥 𝑥 (√𝐸 𝑥 𝐼𝑦 𝑥 (𝐺. 𝐽 + 𝐼𝑤 𝑥 𝐸 𝑥 ( ) ( ))
𝐿 𝐿 𝐿
𝐿 − 𝐿𝑝
𝑀𝑛 = 𝐶𝑏 [𝑀𝑟 − (𝑀𝑝 − 𝑀𝑟) ]
𝐿𝑟 − 𝐿𝑝
Mn = 57,771 KNm
Mn terfaktor = ∅𝑀𝑛 = 0,9 𝑥 51,771 =51.994 𝐾𝑁𝑚
Dari perhitungan di atas didapat dua nilai momen nominal penampang.
Untuk perhitungan yang lebih konservatif, pilih Mn yang terkecil dari
50
dua Mn hasil perhitungan sebelumnya. Kemudian nilai Mn kita
bandingkan dengan Mu.
Mu ≤ ∅Mn
ℎ 𝐸
≤ 6,36√
𝑡𝑤 𝐹𝑦
50 < 196,27
3. Menentukan nilai Kn
5
Kn = 5 + (𝑎)²
ℎ
ℎ 𝐾𝑛 𝐸
≤ 1,1√ ; 𝑚𝑎𝑘𝑎
𝑡𝑤 𝐹𝑦
50 < 80,045
5. Menentukan nilai Vn
Vn = 0,6 Fy Aw dengan Aw = h x tw
Vn = 0,6 x 210 x 400 x 8 = 403200 N = 403,2 KN
51
∅ Vn = 0.9 x 403,2 = 362,88
6. Cek Vn terhadap Vu
Vu ≤ ∅ Vn
15,57 ≤ 362,88
d. Cek kombinasi
Berikut merupakan perhitungan interaksi yang ditimbulkan antara lentur dan
geser pada sktruktur yang mengalami lentur dan geser
𝑀𝑢 0.625 𝑉𝑢
+ ≤ 1,375
∅𝑀𝑛 ∅𝑉𝑛
35,90 0,625(15,57)
+ ≤ 1,375
185,53 362,88
0,220 ≤ 1,375
Lentur
52
Tabel 4.8 Perhitungan Kapasitas Geser H 400.200.8.13
Geser
h/tw 50 Tidak butuhpengaku
Kn 5.56
h/tw 26.67
1.1*sqrt(E 80.04523
Vn 403.2 Kn
φ= 0.9
53
h 1680
≤ λp =
tw √fy
Berdasarkan perhitungan, diketahui bahwa
b 80
= = 7.27 < 11.73
tf 11
h 200
= = 26.67 < 115.93
tw 7.5
Sehingga dapat diketahui penampang kompak
2. Menentukan Momen Nominal (Mn)
Mn = Mp (Momen Plastis)
Mp = Fy x Z = 45.864 Kn.m
3. Pengecekan Panjang Bentang
Menentukan jenis panjang bentang (bentang panjang, bentang
pendek, dan bentang menengah)
E
Lp = 1.76 x iy x √
Fy
π EGJA
X1 = x√
Sx 2
Sx 2 Iw
X2 = 4 ( ) 𝑥
GJ Iy
Iy
Iw = ℎ2 𝑥
4
Sehingga didapatkan nilai X1, X2, dan Iw Berturut-turut yaitu = 24495,13
; 2.78x10-5 ; 177x108
𝑋1
Lr = iy x x √1 + √1 + X2 x 𝑓𝑙 2
F1 − Fr
Lr = 5,476 m
54
Sehingga dapat disimpulkan bentang L=5m termasuk bentang Menengah
Mn = 33,755 Kn.m
55
2. Menentukan apakah penampang membutuhkan pengaku local atau tidak
h E
≤ 6,36 √
tw Fy
26,67 ≤ 196,27
Maka profil penampang tidak memerlukan pengaku local
3. Menentukan nilai Kn
5
Kn = 5 + 𝑎
( )²
h
Maka didapatkan nilai Kn = 5,25
4. Menentukan faktor perbandingan tinggi dengan tebal panel
E
1,1 √ = 75,91
Fy
5. Menentukan nilai Vn
Vn = 0,6 Fy Aw dengan Aw = h x tw
Vn = 0,6 x 210 x 1500 = 189 Kn
6. Cek Vn terhadap Vu
Vu ≤ 𝜑 Vn
11.21 𝐾𝑛 ≤ 0.9(189)𝐾𝑛
11.21 𝐾𝑛 ≤ 170,1 𝐾𝑛
Dari hasil perhitungan diatas didapatkan kekuatan geser nominal
penampang lebih besar dari geser ultimate yang terjadi. Maka penampang
kuat dalam menahan gaya geser ultimate yang terjadi.
Geser
h/tw 26.67 Tidak butuh pengaku
Kn 5.56
h/tw 26.67
1.1*sqrt(E 80.01
Vn 189 Kn
φ= 0.9
56
4. Cek Kombinasi
Untuk Cek kapasitas kombinasi antara lentur dan geser menggunakan rumus:
Mu Vu
+ 0.625 ≤ 1,375
𝜑 Mn 𝜑 Vn
30,13 11,21
+ 0.625 ≤ 1,375
30,379 170,1
1,03 ≤ 1,375
Dari hasil perhitungan diatas didapatkan kombinasi antara kekuatan geser dan
kekuatan lentur penampang lebih besar dari geser ultimate yang terjadi. Maka
penampang kuat dalam menahan gaya geser ultimate yang terjadi.
Tabel 4.12 Data Spesifkasi Profil Siku 100.100.7.7 Tabel Data Queen Cross
Data-Data Brecing ( Berdasarkan Tabel Data Queen Cross Untuk Profil Siku )
H= 100 mm fy = 340 Mpa
B= 100 mm fu = 250 Mpa
tw = 7 mm E = 200.000 Mpa
tf = 7 mm Sy = 17.700 cm3
R= 3.080 cm
A= 13.620 cm2
Ix = 129.000 cm4
Iy = 129.000 cm4
ix = 3.080 cm
iy = 3.080 cm
Sx = 17.700 cm3
57
a. Sayap (Flange)
(𝐵)
𝜆f =
2𝑥𝑡𝑓
(100)
𝜆f = = 7.14
2𝑥7
250
𝜆rf= ( ) = 250 / 2100,5 = 17.25
𝑓𝑦 0.5
nilai 𝜆rf didapatkan hasil yang lebih besar dari 𝜆f sehingga sehingga tekuk
lokal pada elemen brecing pada sayap adalah dapat memenuhi.
b. Web (Badan)
ℎ
𝜆w =
𝑡𝑤
(100)
𝜆f = = 14.28
7
665
𝜆rw= ( ) = 665 / 2100,5 = 45.89
𝑓𝑦 0.5
58
profil siku 100.100.5.10 diijinkan. Adapun tabel analisa perhitungan 𝜆untuk
panjang brecing lainnya adalah sebagai berikut:
No Lk bentang(cm) 𝜆 𝜆 <200
Brecing 1 77 25 Ok
Brecing 3 154 50 Ok
Brecing 4 154 50 Ok
3. Menghitung nilai ω
Sebelum mendapatkan nilai ω, penentuan parameter kelangsingan kolom λc
terlebih dahulu harus dilakukan. Selanjutnya, nilai λc akan menentukan rumus yang
akan digunakan untuk menghitung nilai ω seperti persamaan berikut
λc ≤ 0.25 maka ω = 1
1.43
0.25 < λc < 1.2 maka ω =
1.6 − 0.67λc
λc ≥ 1.2 maka ω = 1.25 λc2
1 𝐿𝑘 𝑓𝑦
λc = √ 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑘 = 0.5 (𝑠𝑡𝑟𝑢𝑘𝑡𝑢𝑟 𝑠𝑒𝑛𝑑𝑖 − 𝑠𝑒𝑛𝑑𝑖)
𝜋 𝑟 𝐸
4. Menghitung nilai Nn
Daya dukung nominal komponen sturktur tekan dapat dihitung menggunakan
perumusan sebagai berikut :
59
𝐹𝑦
𝑁𝑛 = 𝐴𝑔𝑥𝐹𝑐𝑟 = 𝐴𝑔𝑥
ω
210
𝑁𝑛 = 1362𝑥 = 286020 𝑁
1
Sehingga didapat nilai Nn = 286.020 kN
∅𝑁𝑛 = 0,85 𝑥 286.020 = 243.117 𝑘𝑁
Bentang ѲNn Nu
No Ѳ Nn>Nu
(m) (kN) (kN)
Dari hasil perhitungan diatas dapat kita simpulkan bahwa Profil Siku 100.100.7.7
yang digunakan kuat menahan gaya ultimate batang tekan yang terjadi pada
bangunan.
c. Batang Tarik
Pada batang tarik, pengecekan yang harus dilakukan adalah dua macam, yaitu
pengecekan bila kegagalan leleh (yielding), kegagalan retak (fraktur), dan
keruntuhan geser blok ujung. Berikut ini adalah prosedur dalam menghitung
kekuatan batan tarik untuk kondisi kegagalan retak (fraktur) :
60
1. Menentukan Nilai A
Nilai A didapat dari tabel profil
𝐴 = 13.62𝑐𝑚2 = 1362 𝑚𝑚2
2. Menentukan Nilai Nn
𝑁𝑛 = 𝐴 𝑥 (0.75 𝑓𝑦)
Sehingga didapatkan Nn = 214515 N= 214.515 KN
Pilih yang lebih kecil lalu nilai Nn yang dipilih kemudian kita cek
kekuatannya terhadap Nu.
𝑁𝑢 ≤ ∅ 𝑁𝑛
5.39 𝐾𝑁 ≤ 257.418 𝐾𝑁
6. Menentukan nilai Nn untuk kondisi Fraktur
𝑁𝑛 = 0.75 𝑥 𝐴𝑒 𝑥 𝐹𝑢
𝑁𝑛 = 0.75𝑥 1041.93 𝑥 370𝑀𝑃𝑎 = 265.69 𝐾𝑁
Pilih yang lebih kecil lalu nilai Nn yang dipilih kemudian kita cek
kekuatannya terhadap Nu.
61
𝑁𝑢 ≤ ∅ 𝑁𝑛
5.39 𝐾𝑁 ≤ 265.69 𝐾𝑁
Tabel 4.15 Data -data Balok (tabel Queen Cross) IWF 400.200.8.13
tf(t2 )= 13 Mm fu = Mpa
340
Poisson
r= 16 Mm 0.3
Ratio =
A= 12618 mm2 J= 356762.67 mm4
Ix = 245700000 mm4 E= 200000 Mpa
Iy = 106610000 mm4 G= 76923.07
ix = 139.5 Mm L= 5000 mm
iy = 9,19 Mm Iw= 4.264E+09 mm6
Sx= 1228400 mm3 X1= 15041.915
62
a. Momen Lentur
Pada pengecekan momen lentur terdapat 2 pengecekan yaitu pengecekan
tebal pelat dan panjang bentang. Untuk pengecekan tebal pelat adalah sebagai
berikut :
1. Pengecekan profil apakah profil compact atau tidak.
Penampang dikatakan compact jika
𝑏 170
≤ λp =
𝑡𝑓 √𝑓𝑦
ℎ 1680
≤ λp =
𝑡𝑤 √𝑓𝑦
Berdasarkan perhitunga, diketahui bahwa
𝑏 200
= = 15.38 > 11.73
𝑡𝑓 13
ℎ 400
= = 50 < 115.93
𝑡𝑤 8
Sehinggi dapat diketahui penampang kompak
2. Menentukan Momen Nominal (Mn)
Mn = Mp (Momen Plastis)
𝑀𝑝 = 𝑓𝑦 𝑥 𝑍 = 289 𝐾𝑁. 𝑀
𝐸
𝐿𝑝 = 1.76 𝑥 𝑖𝑦 𝑥 √
𝑓𝑦
200000
𝐿𝑝 = 1.76 𝑥 9.19 𝑥√
210
63
𝜋 𝐸𝐺𝐽𝐴
𝑋1 = √
𝑆𝑥 2
𝜋
𝑋1 = 𝑥588403060,4 = 1504,05
1228400
𝐼𝑦
𝐼𝑤 = ℎ2 𝑥 ( )
4
10661
𝐼𝑤 = 4002 𝑥 ( ) = 4,26𝑥1014 𝑚𝑚6
4
𝑆𝑥 2 𝐼𝑤
𝑋2 = 4 ( ) .
𝐺. 𝐽 𝐼𝑦
2
1228400 4,26 𝑥1014
𝑋2 = 4 ( ) . = 320,661
76923 𝑥 3567 10661
𝐹𝐿 = 80% 𝑓𝑦
FL = 168 MPa
Setelah nilai X1, X2, dan F L diketahui, maka kita sekarang dapat
menghitung Lr.
𝑋1
𝐿𝑟 = 𝑖𝑦. ( ) 𝑥 √1 + √1 + 𝑋2 (𝐹𝑙)(𝐹𝐿 )
𝐹𝐿
Lr = 8027,78mm
4. Cek faktor panjang bentang
Dari hasil perhitungan diatas didapatkan :
Lp < L < Lr
Maka bentang termasuk bentang menengah.
5. Menghitung momen nominal penampang berdasarkan faktor panjang
bentang.
Bentang pendek
Mn (Momen Nominal) = Mp (Momen Plastis)
Bentang Menengah
𝐿𝑟 − 𝐿
𝑀𝑛 = 𝑀𝑛 = 𝐶𝑏 [𝑀𝑟 – (𝑀𝑝 – 𝑀𝑟) ]
𝐿𝑟 − 𝐿𝑝
Dengan Mr = SxFL
64
Bentang Panjang
𝜋 𝜋 𝜋
𝑀𝑛 = 𝑀𝑐𝑟 = 𝐶1 𝑥 𝑥 (√𝐸 𝑥 𝐼𝑦 𝑥 (𝐺. 𝐽 + 𝐼𝑤 𝑥 𝐸 𝑥 ( ) ( ))
𝐿 𝐿 𝐿
𝐿 − 𝐿𝑝
𝑀𝑛 = 𝐶𝑏 [𝑀𝑟 − (𝑀𝑝 − 𝑀𝑟) ]
𝐿𝑟 − 𝐿𝑝
Mn = 206,15 KNm
Dari perhitungan di atas didapat dua nilai momen nominal penampang. Untuk
perhitungan yang lebih konservatif, pilih Mn yang terkecil dari dua Mn hasil
perhitungan sebelumnya. Kemudian nilai Mn kita bandingkan dengan Mu.
𝑀𝑢 ≤ ∅𝑀𝑛
Lentur
Kelangsingan Panjang bentang
λp untuk b= 11.73 Lp= 4991 mm
untuk h= 115.93 Lr= 8027,78 mm
λr untuk b= 9.970 L= 5000 mm
untuk h= 66.936 Bentang Menengah
b/tf= 15.38 Kompak Mn= 206,15 Kn*m
h/tw= 50 Kompak φ= 0.9
Mp= 289 Kn*m
65
b. Gaya Geser
1. Memperhitungkan perbandingan maksimum tinggi terhadap tebal panel.
ℎ 400
= = 50
𝑡𝑤 8
2. Menentukan penampang membutuhkan pengaku local atau tidak
ℎ 𝐸
≤ 6.36 √
𝑡𝑤 𝐹𝑦
50 ≤ 196,27
Maka profil tidak membutuhkan pengaku lokal
3. Menentukan nilai Kn
5
𝐾𝑛 = 5 + 𝑎 𝑎 , 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑎 𝑏𝑖𝑙𝑎 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑎𝑑𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑘𝑢 𝑙𝑜𝑘𝑎𝑙 = 3 𝑥 ℎ
ℎℎ
Kn = 5,56
4. Menentukan faktor untuk perbandingan tinggi terhadap tebal panel
𝐾𝑛 𝐸
1,1 √ = 80,013
𝑓𝑦
ℎ 𝐾𝑛 𝐸
≤ 1,1√ ; 𝑚𝑎𝑘𝑎
𝑡𝑤 𝐹𝑦
𝑉𝑛 = 0,6 𝑓𝑦 𝐴𝑤 , 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐴𝑤 = ℎ 𝑥 𝑡𝑤
Vn = 0,6 x 210 MPa x 400 x 8
Vn = 403,2 KN
6. Cek Vn terhadap Vu
Vn terfaktor = ∅𝑉𝑛 = 0,9 𝑥 403,2 = 362,88 𝐾𝑁
𝑉𝑢 ≤ ∅𝑉𝑛
70,59 𝐾𝑁 ≤ 0,9 𝑥 403,2 𝐾𝑁
70,59 𝐾𝑁 ≤ 362,88 𝐾𝑁
66
IWF 400.200.8.13 kuat dalam menahan gaya geser ultimate yang
terjadi.
Geser
h/tw 50 Tidak butuh pengaku
Kn 5.56
h/tw 50
1.1*sqrt(E 80,05
Vn 403,2 Kn
φ= 0.9
𝑀𝑢 0.625 𝑉𝑢
+ ≤ 1,375
∅𝑀𝑛 ∅𝑉𝑛
67,79 0,625(70,59)
+ ≤ 1,375
185,53 362,88
0,486 ≤ 1,375
67
BAB 5
SAMBUNGAN
5.1 Sambungan
Dalam perencanaan desain struktur bangunan gudang ini diperlukan juga
perencanaan sambungan antar profil-profil penyusun struktur. Sambungan secara
umum terdiri dari dua yaitu sambungan las dan baut. Sambungan yang dipakai
dalam struktur bangunan gedung ini adalah sambungan baut.
68
Tabel 5.1 Spesifikasi Baut Normal
Spesifikasi Baut Normal
f1=fu 340 Mpa
f2=fy 210 Mpa
r2 1.9 Ulir
reduksi f 0.75 -
r1 0.4 Ulir
diameter baut 16 Mm
Abd 200.96 Mm
Langkah- langkah perhitungan jumlah sambungan baut antara balok dan kolom
adalah sebagai berikut:
Diameter baut rencana = 16 mm, maka luas baut rencana adalah sebagai berikut :
1
Abd = 𝜋𝑑 2 mm²
4
1
Abd = 𝜋 162
4
Vu = 70590 N
Maka agar baut rencana dengan diameter 16 mm mampu untuk menahan gaya
geser baut berdasarkan gaya yang bekerja pada struktur, diperoleh jumlah baut
sebanyak :
𝑉𝑢 70590
n= = = 3.443764 ≈ 4 buah
𝑉𝑑 20497.92
69
𝑉𝑢
ft ≤ f1 – r2 x ≤ 𝑓2
𝑛 𝑥 𝐴𝑏𝑑
70590
ft ≤ 340 – 1.9 x ≤ 210
4 𝑥 200.96
ft ≤ 173.15 ≤ 210
4. Menghitung jumlah sambungan baut tarik dari gaya aksial maksimum pada
balok yang diperoleh dari SAP.
Pu = 4020 N
Maka agar baut rencana dengan diameter 16 mm mampu untuk menahan gaya
geser baut berdasarkan gaya yang bekerja pada struktur, diperoleh jumlah baut
sebanyak :
𝑃𝑢 4020
n= = = 0.15404 ≈ 2 buah
𝑇𝑑 26095.87
𝑃𝑢 4020
Fuv = = = 10.00199 Mpa
𝑛𝑥𝐴𝑏 2𝑥200.96
𝑉𝑢
ft ≤ f1 – r2 x ≤ 𝑓2
𝑛 𝑥 𝐴𝑏𝑑
70590
ft ≤ 340 – 1.9 x ≤ 210
4 𝑥 200.96
ft ≤ 173.15 ≤ 210
70
maka, gunakanan ft terkecil dalam perhitungan kapasitas gaya tarik sambungan
baut rencana, yaitu ft = 173.15 MPa. Selanjutnya syarat 2 harus memenuhi
persamaan berikut:
𝑇𝑢
≤ 𝜑𝑓. 𝐴𝑏𝑑. 𝑓𝑡
𝑛
𝑇𝑢 4020
T= = = 2010 N
𝑛 2
𝜑𝑓 0.75 -
r1 0.4 Ulir
Fu 340 Mpa
Diameter baut 16 Mm
Abd 200.96 mm²
∅𝑅𝑛 20497.92 N
Fnv 102 Mpa
Vu max balok 70590 N
Jumlah baut 3.443764 Buah
Pemasangan dilapangan 4 Buah
71
Pemasangan dilapangan 2 buah
Berdasarkan hasil perhitungan sambungan untuk menahan gaya tarik dan geser
yang terjadi, maka jumlah baut yang digunakan pada perencanaan
sambungan balok dan kolom adalah 4 buah baut dengan diameter 16 mm
atau 4D16.
72
Langkah- langkah perhitungan jumlah sambungan baut antara kolom dan balok
adalah sebagai berikut, diameter baut rencana = 16 mm, maka luas baut rencana
adalah sebagai berikut.
1
Abd = 𝜋𝑑 2 mm²
4
1
Abd = 4 𝜋162
𝑉𝑢 481
n= = = 0.0234658 ≈ 2 buah
𝑉𝑑 20497.92
481
ft ≤ 340 – 1.9 x ≤ 210
2 𝑥 200.96
ft ≤ 337.7256 ≤ 210
4. Menghitung jumlah sambungan baut tarik dari gaya aksial maksimum pada
brecing yang diperoleh dari SAP.
73
Pu = 5390 N
Maka agar baut rencana dengan diameter 16 mm mampu untuk menahan gaya
geser baut berdasarkan gaya yang bekerja pada struktur, diperoleh jumlah baut
sebanyak :
𝑃𝑢 5390
n= = = 0.17029 ≈ 2 buah
𝑇𝑑 31651.2
𝑃𝑢 5390
Fuv = = = 13.4106 Mpa
𝑛𝑥𝐴𝑏 2𝑥200.96
𝑉𝑢
ft ≤ f1 – r2 x ≤ f2
𝑛 𝑥 𝐴𝑏𝑑
481
ft ≤ 340 – 1.9 x ≤ 210
2 𝑥 200.96
ft ≤ 337.7256 ≤ 210
𝑇𝑢
≤ 𝜑𝑓. 𝐴𝑏𝑑. 𝑓𝑡
𝑛
𝑇𝑢 5390
T= = =2695 N
𝑛 2
74
Berdasarkan hasil perhitungan maka didapatkan nilai T≤ 𝜑𝑓. 𝐴𝑏𝑑. 𝑓𝑡 maka
sambungan baut rencana kuat dalam menahan gaya tarik, maka syarat 1 dan 2
terpenuhi, sambungan baut rencana layak untuk digunakan.
75
ft 210 Mpa
Syarat 2 Pu/n > 𝜑𝑓. 𝐴𝑏𝑑 . 𝑓𝑡
𝜑𝑓. 𝐴𝑏𝑑. 𝑓𝑡 31651 .2 N
Pu/n 2695 N
OK, Sambungan Kuat Menahan Tarik
Berdasarkan hasil perhitungan sambungan untuk menahan gaya tarik dan geser
yang terjadi, maka jumlah baut yang digunakan pada perencanaan sambungan
brecing dan kuda-kuda adalah 2 buah baut dengan diameter 16 mm atau
2D16.
Langkah- langkah perhitungan jumlah sambungan baut antara kolom dan balok
adalah sebagai berikut:
Diameter baut rencana = 16 mm, maka luas baut rencana adalah sebagai berikut :
1
Abd = 𝜋𝑑 2 mm²
4
1
Abd = 𝜋16 2
4
76
Abd = 200.96 mm²
𝑉𝑑 = 0,75.0,4.200,96.340
𝑉𝑑 = 20497.92 N
2. Menghitung jumlah sambungan baut dari gaya geser maksimum pada brecing
yang diperoleh dari SAP.
Vu = 15570 N
Maka Agar baut rencana dengan diameter 16 mm mampu untuk menahan gaya
geser baut berdasarkan gaya yang bekerja pada struktur, diperoleh jumlah baut
sebanyak :
𝑉𝑢 15570
n= = = 0.7596 ≈ 2 buah
𝑉𝑑 20497.92
15570
ft ≤ 340 – 1.9 x ≤ 210
2 𝑥 200.96
ft ≤ 266.396 ≤ 210
4. Menghitung jumlah sambungan baut Tarik dari gaya aksial maksimum pada
kuda-kuda yang diperoleh dari SAP.
Pu = 23960 N
Maka Agar baut rencana dengan diameter 16 mm mampu untuk menahan gaya
geser baut berdasarkan gaya yang bekerja pada struktur, diperoleh jumlah baut
sebanyak :
77
𝑃𝑢 23960
n= = = 0.757 ≈ 2 buah
𝑇𝑑 31651.2
𝑃𝑢 23960
Fuv = = = 59.614 Mpa
𝑛𝑥𝐴𝑏 2𝑥200.96
𝑉𝑢
ft ≤ f1 – r2 x ≤ f2
𝑛 𝑥 𝐴𝑏𝑑
15570
ft ≤ 340 – 1.9 x ≤ 210
2 𝑥 200.96
ft ≤ 266.396 ≤ 210
𝑇𝑢
≤ 𝜑𝑓. 𝐴𝑏𝑑. 𝑓𝑡
𝑛
𝑇𝑢 23960
T= = = 11980N
𝑛 2
78
Fu 340 Mpa
Diameter baut 16 mm
Abd 200.96 mm²
∅𝑅𝑛 20497.92 N
fnv 102 Mpa
Vu max Kuda-kuda 15570 N
Jumlah baut 0.7596 buah
Pemasangan dilapangan 2 buah
79
Berdasarkan hasil perhitungan sambungan untuk menahan gaya tarik dan geser
yang terjadi, maka jumlah baut yang digunakan pada perencanaan sambungan
kuda-kuda dan kolom adalah digunakan 2 buah baut dengan diameter 16 mm
atau 2D16.
80
81
𝑃𝑢 830
Fuv = = = 2.065 Mpa
𝑛𝑥𝐴𝑏 2𝑥200.96
𝑉𝑢
ft ≤ f1 – r2 x ≤ 𝑓2
𝑛 𝑥 𝐴𝑏𝑑
2746
ft ≤ 340 – 1.9 x ≤ 210
2 𝑥 200.96
ft ≤ 327.01 ≤ 210
𝑇𝑢
≤ 𝜑𝑓. 𝐴𝑏𝑑. 𝑓𝑡
𝑛
𝑇𝑢 830
T= = = 415 N
𝑛 2
𝜑𝑓. 𝐴𝑏𝑑. 𝑓𝑡 = 0.75 𝑥 200.96 𝑥 210 = 31651.2 N
𝜑𝑓 0.75 -
r1 0.4 Ulir
Fu 340 Mpa
Diameter baut 16 Mm
Abd 200.96 mm²
∅𝑅𝑛 20497.92 N
Fnv 102 Mpa
Vu max balok anak tangga 2746 N
98
Jumlah baut 0.314 buah
Pemasangan dilapangan 2 Buah
∅𝑇𝑛 31651.2 N
Pu max balok anak tangga 830 MPa
Pu/n 415 N
OK, Sambungan Kuat Menahan Tarik
99
Tabel 6.14 Hasil Perhitungan Jumlah Baut Tarik
𝜑𝑓 0.75 -
Fu 340 Mpa
Diameter baut 16 mm
Abd 200.96 mm²
F1-r2*fuv 298.87 MPa
𝑓2 210 MPa
Ft 210 Mpa
∅𝑇𝑛 31651.2 N
Pu max pelat bordess 8703.23 MPa
Jumlah baut 0.3545 buah
Pemasangan dilapangan 2 buah
Pu/n 4351.67 N
OK, Sambungan Kuat Menahan Tarik
103
Tabel 7. 1 Kesimpulan Sambungan
7.2 Saran
Dari tugas besar Struktur Baja SP 1218 mengenai desain bangunan gudang
struktur baja, dapat disarankan untuk tugas besar selanjutnya adalah :
a. Perlu dilakukan asistensi secara intensif
b. Perlu dilaksanakan pengecekan terhadap hasil hitungan yang dibuat
c. Perlu kordinasi dan kerja sama anggota kelompok dalam mengerjakan
tugas besar agar hasil dapat maksimum dan semua aggota kelompok
mendapatkan pemahaman yang merata.
105
DAFTAR PUSTAKA
puskim.pu.go.id/Aplikasi/desain_spektra_indonesia_2011/
SNI 03-1729-2002 Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung
SNI 1726-2002 Standar Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan
Gedung
SNI 1727-1989 Tata Cara Perencanaan Pembebanan Untuk Rumah dan Gedung
Tabel Profil Baja PT. Gunung Garuda
Tabel Profil Baja Queen Ceoss
106