Rumus–rumus utama
Sin
deg sin log tamam jaib desimal
2ndf log 2ndf sin 2ndf deg tamam jaib ma'lum
Cotang
deg tan= Dhil desimal
2ndf tan 2ndf deg Dhil tamam
Sin
(angka qous) deg sin log + atau – (angka qous) deg sin log=
2ndf log 2ndf sin 2ndf deg. (angka hasil)
Cotang
Qomah ÷ atau X Irtifa deg tan= (angka hasil)
1
JAIB DAN QOUS
Mencari Jaib
Mencari Qous
2
DHIL MABSUT DAN DHIL MANKUS
Contoh:
qomah x irtifa cotang = Dhil mankus
45x74.2026 cotang = 160.5286908
45x61.4426 cotang = 83,71597301
45x35.30 cotang = 32,098188806
Tambahan :
Untuk mendapatkan Dhil mabsut anda boleh menggunakan
qomah berapa saja sesuai dengan yang dikehendaki dengan catatan
jika anda menggunakan qomah sesuai dengan pilihan anda, maka
qomah tersebut tetap digunakan pada saat penjumlahan atau
pembagian.
3
BILANGAN DESIMAL
4
Menderajatkan Bilangan Desimal
Hal ini terjadi ketika anda mencari derajatnya irtifa dari Dhil
atau yang paling penting disini adalah mencari irtifa asar, selain itu
tidak ada lagi karena tidak diperlukan. Caranya tambahkan qomah
pada Dhil mabsut kemudian qomah dibagi kembali dengan hasil dari
pertambahan antara qomah dan Dhil mabsut kemudian qouskan
melalui cotangen (2ndf tan 2ndf deg)untuk mendapatkan irtifanya.
Contoh:
Qomah 45
Dhil mabsut 12.61456746 + cotang
Dhil mabsut desimal 57.61456746 cotang
Qomah 45
Dhil mabsut desimal 57.61456746 ÷ cotang
Dhil mabsut desimal 0.781052504 cotang
Irtifa 37.593013 cotang
Qomah 45
Dhil mabsut 24.18893226 + cotang
Dhil mabsut desimal 69.18893226 cotang
Qomah 45
Dhil mabsut desimal 69.18893226 ÷ cotang
Dhil mabsut desimal 0.65039304 cotang
Irtifa 33.022290 cotang
5
IRTIFA DARI DHIL
6
TARIKH MASEHI
7
menurut Paus Gregodus tahun-tahun tersebut bukan tahun Kabisat
karena angkanya tidak bisa dibagi 400.
tahun 1920
qoidah 0016 +
Jumlah 1936
Aus bulan Januari tahun 1936 jumlahnya 24. Karena
mengunakan kelipatan penambahan 16, maka angka 24+1=25,
dalam jadwal aus hari dan pasaran angka 25 jatuh pada hari Kamis
legi. Berarti tanggal satu bulan Januari tahun 1920 adalah hari Kamis
legi.
8
menunjukan hari Jum’at legi. Dan anda pun bisa mengetahui hari
kelahiran anda berikut pasarannya seperti contoh di bawah ini.
Contoh:
Misal anda lahir 16 Agustus 1979, 1979–32=1947. Aus Agustus
tahun 1947 adalah 19 (lihat tabel 1). 19–2=17. Tanggal 1 dari bulan
Agustus 1979 jatuh pada hari Rabu Pon. Dan untuk tanggal 16
Agustus 1979 bertepatan dengan hari Kamis Pon.
Kelipatan Aus 1 2 3 4 5 –
Kelipatan Tahun 16 32 48 64 80 +
Tambahan
Apabila aus tahun dalam tabel 1 tidak bisa dikurangi maka
tambahlah dengan 35 kemudian kurangi kembali dengan kelipatan
tahun tergantung dari kelipatannya.
9
JADWAL AUS TAHUN
JUMLAH 28
31 31 30 31 30 31 31 30 31 30 31
HARI 29
BULAN
SEPTEMBER
NOPEMBER
DESEMBER
PEBRUARI
AGUSTUS
OKTOBER
JANUARI
MARET
APRIL
JUNI
JULI
MEI
TAHUN
1930 3 34 27 23 18 14 9 5 1 31 27 22
1931 18 14 7 3 33 29 24 20 16 11 7 2
1932 33 29 23 19 14 10 5 1 32 27 23 18
1933 14 10 3 34 29 25 20 16 12 7 3 33
1934 29 25 18 14 9 5 35 31 27 22 18 13
1935 9 5 33 29 24 20 15 11 7 2 33 28
1936 24 20 14 10 5 1 31 27 23 18 14 9
1937 5 1 29 25 20 16 11 7 3 33 29 24
1938 20 16 9 5 35 31 26 22 18 13 9 4
1939 35 31 24 20 15 11 6 2 33 28 24 19
1940 15 11 5 1 31 27 22 18 14 9 5 35
1941 31 27 20 16 11 7 2 33 29 24 20 15
1942 11 7 35 31 26 22 17 13 9 4 35 30
1943 26 22 15 11 6 2 32 28 24 19 15 10
1944 6 2 31 27 22 18 13 9 5 35 31 26
1945 22 18 11 7 2 33 28 24 20 15 11 6
1946 2 33 26 22 17 13 8 4 35 30 26 21
1947 17 13 6 2 32 28 23 19 15 10 6 1
1948 32 28 22 18 13 9 4 35 31 26 22 17
1949 13 9 2 33 28 24 19 15 11 6 2 32
1950 28 24 17 13 8 4 34 30 26 21 17 12
TABEL2
JADWAL AUS HARI DAN PASARAN
HARI AHAD SENIN SELASA RABU KAMIS JUMAT SABTU
Legi 35 15 30 10 25 5 20
Pahing 21 1 16 31 11 26 6
Pon 7 22 2 17 32 12 27
Wage 28 8 23 3 18 33 13
Kliwon 14 29 9 24 4 19 34
1
0
DERAJAT MATAHARI & BU’DU DERAJAT
Derajat Matahari
Contoh:
Bu’du Derajat
Untuk mengetahui bu’du derajat tanggal dari bulan masehi
ditambah atau dikurangi dengan qoidah bulan masehi, tergantung
dari alamat – (min) atau + (flus) alamat tafawut bulannya hasil dari
pengurangan atau penambahannya adalah bu’du derajat (lihat pada
tablel 3)
Contoh:
1
1
1
2
TAFAWUT
BURUJ BULAN QOIDAH
BURUJ
Jadyu 9 Januari - 81
Dalwu 10 Pebruari - 50
Hut 8 Maret - 22
Haml 10 April + 10
Tsur 9 Mei + 39
Jauza 9 Juni + 69
Saroton 7 Juli - 83
Asad 7 Agustus - 53
Sunbulah 7 September - 23
Mizan 6 Oktober + 6
Aqrob 7 Nopember + 37
Qous 7 Desember + 67
1
3
MEIL AWAL & GHOYAH
Meil Awal
1
4
Tabel 1. Jadwal meil awal
1 23 04 23 17 28 40 08 11 56 04 12 17 14 49 15 21 57 34
2 22 59 39 17 12 05 07 49 21 04 44 46 15 08 03 22 06 10
3 22 54 29 16 55 13 07 26 39 05 08 09 15 26 35 22 14 21
4 22 48 52 16 38 03 07 03 49 05 31 28 15 44 51 22 22 06
5 22 42 50 16 20 36 06 40 53 05 54 42 16 02 52 22 29 26
6 22 36 21 16 02 52 06 17 51 06 17 51 16 20 36 22 36 21
7 22 29 26 15 44 51 05 54 42 06 40 53 16 38 03 22 42 50
8 22 22 06 15 26 35 05 31 28 07 03 49 16 55 13 22 48 52
9 22 14 21 15 08 03 05 08 09 07 26 39 17 12 05 22 54 29
10 22 06 10 14 49 15 04 44 46 07 49 21 17 28 40 22 59 39
11 21 57 34 14 30 12 04 21 17 08 11 56 17 44 56 23 04 23
12 21 48 33 14 10 55 03 57 45 08 34 24 18 00 54 23 08 40
13 21 39 08 13 51 24 03 34 09 08 56 43 18 16 32 23 12 30
14 21 29 18 13 31 38 03 10 30 09 18 54 18 31 51 22 31 55
15 21 19 05 13 11 39 02 46 47 09 40 55 18 46 51 23 18 50
16 21 08 28 12 51 28 02 23 02 10 02 48 19 01 30 23 21 20
17 20 57 27 12 31 03 01 59 15 10 24 31 19 15 49 23 23 22
18 20 46 03 12 10 26 01 35 27 10 46 03 19 29 47 23 24 57
19 20 34 16 11 49 37 01 11 36 11 07 26 19 43 24 23 26 05
20 20 22 06 11 28 37 00 47 45 11 28 37 19 56 40 23 26 46
21 20 09 34 11 07 26 00 23 53 11 49 37 20 09 34 23 27 00
22 19 56 40 10 46 03 00 00 00 12 10 26 20 22 06 23 26 46
23 19 34 24 10 24 31 00 23 53 12 31 03 20 34 16 23 26 05
24 19 29 47 10 02 48 00 47 45 12 51 28 20 46 03 23 24 57
25 19 15 49 09 40 55 01 11 36 13 11 39 20 57 27 23 23 22
26 19 01 30 09 18 54 01 35 27 13 31 38 21 08 28 23 21 20
27 18 46 51 08 56 43 01 59 15 13 51 24 21 19 05 23 18 50
28 18 31 51 08 34 24 02 23 02 14 10 55 21 29 18 22 31 55
29 18 16 32 - 02 46 47 14 30 12 21 39 08 23 12 30
30 18 00 54 - 03 10 30 14 49 15 21 48 33 23 08 40
31 17 44 56 - 03 34 09 - 21 57 34 -
1
5
Tabel 2. Jadwal meil awal
1 23 12 30 18 16 32 08 34 24 02 46 47 14 10 55 21 39 08
2 23 08 40 18 00 54 08 11 56 03 10 30 14 30 12 21 48 33
3 23 04 23 17 44 56 07 49 21 03 34 09 14 49 15 21 57 34
4 22 59 39 17 28 40 07 26 39 03 57 45 15 08 03 22 06 10
5 22 54 29 17 12 05 07 03 49 04 21 17 15 26 35 22 14 21
6 22 48 52 16 55 13 06 40 53 04 44 46 15 44 51 22 22 06
7 22 42 50 16 38 03 06 17 51 05 08 09 16 02 52 22 29 26
8 22 36 21 16 20 36 05 54 42 05 31 28 16 20 36 22 36 21
9 22 29 26 16 02 52 05 31 28 05 54 42 16 38 03 22 42 50
10 22 22 06 15 44 51 05 08 09 06 17 51 16 55 13 22 48 52
11 22 14 21 15 26 35 04 44 46 06 40 53 17 12 05 22 54 29
12 22 06 10 15 08 03 04 21 17 07 03 49 17 28 40 22 59 39
13 21 57 34 14 49 15 03 57 45 07 26 39 17 44 56 23 04 23
14 21 48 33 14 30 12 03 34 09 07 49 21 18 00 54 23 08 40
15 21 39 08 14 10 55 03 10 30 08 1156 18 16 32 23 12 30
16 21 29 18 13 51 24 02 46 47 08 34 24 18 31 51 23 15 54
17 21 19 05 13 31 38 02 23 02 08 56 43 18 46 51 23 18 50
18 21 08 28 13 11 39 01 59 15 09 18 54 19 01 30 23 21 20
19 20 57 27 12 51 28 01 35 27 09 40 55 19 15 49 23 23 22
20 20 46 03 12 31 03 01 11 36 10 02 48 19 29 47 23 24 57
21 20 34 16 12 10 26 00 47 45 10 24 31 19 43 24 23 26 05
22 20 22 06 11 49 37 00 23 53 10 46 03 19 56 40 23 26 46
23 20 09 34 11 28 37 00 00 00 11 07 26 20 09 34 23 27 00
24 19 56 40 11 07 26 00 23 53 11 28 37 20 22 06 23 26 46
25 19 34 24 10 46 03 00 47 45 11 49 37 20 34 16 23 26 05
26 19 29 47 10 24 31 01 11 36 12 10 26 20 46 03 23 24 57
27 19 15 49 10 02 48 01 35 27 12 31 03 20 57 27 23 23 22
28 19 01 30 09 40 55 01 59 15 12 51 28 21 08 28 23 21 20
29 18 46 51 09 18 54 02 23 02 13 11 39 21 19 05 23 18 50
30 18 31 51 08 56 43 02 46 47 13 31 38 21 29 18 22 31 55
31 18 16 32 08 34 24 - 13 51 24 - 23 12 30
1
6
Ghoyatul Irtifa
Tambahkan meil awal pada ardul balad jika ardul balad dan meil
berbeda arah dan jika satu arah maka carilah selisihnya, hasilnya
adalah tamam ghoyah dan ketahuilah ghoyahnya dengan cara
mengurangkannya dari 90.
Contoh:
1
7
ARDUL BALAD
74 20 26 ghoyah 83 42 00
90 – qoidah 90 –
15 39 34 tamam ghoyah 06 18 00
15 39 34 tamam ghoyah 06 18 00
21 57 34 – meil awal 00 00 00 +
06 18 00 ardul balad 06 18 00
06 18 00 ardul balad 06 18 00
90 – qoidah 90 –
83 42 00 ardul balad 83 42 00
Dapat diketahui bahwa ardul balad atau lintang Pandeglang adalah
Januby tepatnya di selatan katulistiwa 60 1800 00 dari garis
katulistiwa.
1
8
1
9
Perbedaan Antara Satu Arah Dan Berlawanan Arah
Yang dimaksud dengan sama atau satu arah dan beda atau
berlawanan arah adalah; jika arahnya suatu daerah itu
kedudukannya disebelah selatannya katulistiwa mulai dari tanggal 24
September sampai dengan 22 Maret akan sama pula dengan arahnya
meil dari awal buruj Mizan sampai akhir Hut, dan berarti daerah itu
berlintang selatan, karena mulai dari 1 Mizan sampai 30 Hut buruj-
buruj tersebut berada di selatan katulistiwa.
Sedangkan untuk daerah yang berada di utaranya katulistiwa
yang biasa disebut dengan lintang utara akan berlawanan arah
dengan awal buruj Mizan sampai dengan akhir Hut, tapi akan sama
kedudukannya ketika daerah berlintang utara tersebut bertepatan
dengan tanggal 23 Maret sampai 23 September atau tepatnya awal
buruj Haml sampai akhir Sunbulah, dan akan berlawanan arah
dengan daerah yang berada di selatannya katulistiwa ketika berada
di 1 Haml sampai 30 Sunbulah.
2
0
BU’DUL QUTUR,ASAL MUTLAQ DAN NISFU FADLAH
Daqoiq Tamkin
Contoh:
qous irtifa 00 33 30 sinus 0,009744
bu’dul qutur 02 21 07 + sinus 0,041037
jumlah 02 54 39 sinus 0,050782
2
1
jumlah 02 54 39 sin 1,294292
asal mutlaq 67 11 52 - sin 0,035340
sisa 03 09 28 sin 1,258951
sisa 03 09 28
nisfu fadlah 02 33 05 -
daqoiq iktilaf 00 36 23
qous irtifa 00 15 00 sinus 0.004363
bu’dul qutur 02 21 07 + sinus 0.041037
jumlah 02 36 08 sinus 0.045400
jumlah 02 36 08 sin 1.342927
asal mutlaq 67 11 52 - sin 0.035340
sisa 02 49 23 sin 1.307586
sisa 02 49 23
nisfu fadlah 02 33 05 -
nisfu qutur 00 16 18
daqoiq iktilaf 00 36 23 +
daqoiq tamkin 00 52 41 = 03 30 44
2
2
NISFU QOUSINNAHAR, LAIL DAN QOUS KEDUANYA
Tambahkan nisfu fadlah pada qoidah 90 jika meil dan ardul balad
sama, apabila berbeda arah maka qoidah 90 dikurangi nisfu fadlah,
hasilnya adalah setengah dari pada siang yang sebenarnya.
Kemudian tambahkan daqoiq tamkin untuk mengetahui setengahnya
siang yang telah berlalu dan hasilnya untuk mengurangi qoidah 180
terutama untuk mengetahui setengahnya dari busur malam.
qoidah 90 6
nisfu fadlah 02 33 05 + 0 10 12 20 +
½ qousinnahar haqeqy 92 33 05 6 10 12 20
½ qousinnahar haqeqy 92 33 05 6 10 12 20
Daqoiq tamkin 00 52 41 + 0 03 30 44 +
½ qousinnahar al-muri 93 25 46 6 13 43 04
½ qousinnahar al-muri 93 25 46 6 13 43 04
qoidah 180 - 12 -
½ qousillail al-muri 86 34 14 5 46 16 56
Contoh beda arah:
qoidah 90 6
nisfu fadlah 02 33 05 - 0 10 12 20 -
½ qousinnahar haqeqy 87 26 55 5 49 47 40
½ qousinnahar haqeqy 87 26 55 5 49 47 40
daqoiq tamkin 00 52 41 + 0 03 30 44 +
½ qousinnahar al-muri 88 19 36 5 53 18 24
½ qousinnahar al-muri 88 19 36 5 53 18 24
qoidah 180 - 12 -
½ qousillail al-muri 91 40 24 6 06 41 36
2
3
Pada Tanggal 21 Juni, matahari berada pada posisi paling
utaranya katulistiwa atau tepatnya diposisi garis balik utara. Pada
saat itu dibelahan bumi bagian utara katulistiwa mempunyai siang
yang lebih panjang dari pada malam dan untuk tanggal 22
Desember terjadi sebaliknya waktu malam akan terasa lebih panjang
dari pada siang berbeda dengan keadaan bumi dibagian selatan
katulistiwa, pada tanggal 21 Juni malam akan terasa lebih panjang
dari pada siang dan untuk tanggal 22 Desember waktu siang lebih
lama dari pada waktu malam jika dihitung untuk wilayah Pandeglang
pada saat itu semuanya ada perbedaan antara siang dan malam
sekitar 43 menit 54 detik. Terkecuali didaerah kutub dimulai 66,05
LU-90 LU atau disekitar lintang 66, 05 LS–90 LS baik siang maupun
malam selama tanggal 21 Maret sampai dengan tanggal 23
September akan mengalami periode yang sangat lama bahkan akan
mengalami siang atau malam selama beberapa hari.
Bila matahari berada dibelahan bumi bagian selatan maka di
kutub utara akan mengalami malam yang sangat panjang dari pada
siang. Sementara didaerah kutub selatan siang hari lebih panjang
dari pada malam atau sebaliknya ketika matahari berada dibagian
bumi utara maka di kutub utara akan mengalami siang yang sangat
panjang sedangkan di kutub selatan akan mengalami malam yang
sangat panjang. Dan ketika matahari berada digaris balik utara maka
daerah yang terletak di lintang 80’ LU akan mengalami siang hari
selama 134 hari dan malam selama 127 hari. Dan untuk daerah yang
terletak di lintang 85’ LU akan mengalami siang hari terus menerus
selama kurun waktu 161 hari dan malam 153 hari. Dibelahan bumi
kutub utara atau di kutub selatan baik siang maupun malam akan
mengalami periode yang sama yaitu 6 bulan berturut-turut. Dan itu
berarti waktu terbit dan terbenamnya matahari didua daerah tersebut
hanya sekali dalam 6 bulan. Dan kejadian ini ketika matahari berada
digaris katulistiwa.
2
4
Jadwal terbit dan terbenamnya matahari di kutub utara selatan
2
5
2
6
ASAL MUADDAL, FADLU DA’IR DAN DAIR
Asal Muaddal
2
7
Contoh ketika ardul balad dan meil berbeda arah:
2
8
qoidah 90
tamam fadlu da’ir 01 27 58 –
jumlah 88 32 02
waktu yang ditunjukan setelah jam 12 05 54 08 08
perhatian
ketika ardul balad dan meil satu arah kemudian diantara irtifa dan
bu’dul qutur hampir menyamai satu sama lainnya, maka fadlu da’ir
90, sedangkan untuk bu’dul qutur yang melebihi nilainya irtifa;
berarti fadlu da’ir lebih 90, dan untuk mengetahui da’irnya nisfu
qousinnahar haqeqy dikurangi dengan kelebihannya dari 90 (tamam
jiadah).
Contoh:
qoidah 90
sisa 01 27 58 +
tamam jiadah 91 27 58
½ qusinnahar haqeqy 92 33 05
tamam jiadah 91 27 58 –
da’ir 01 05 07
2
9
WAKTU SHOLAT MENURUT ISTIWA
Waktu Asar
3
0
Pandeglang 13 Juli
ghoyatul irtifa 61 44 26 cotang 0.537531
qomah 45 + cotang 1.000000 +
irtifa asar 33 02 23 cotang 1.537531
irtifa asar 33 02 23 sinus 0.545220
bu’dul qutur 02 21 07 + sinus 0.041037 + beda
asal muaddal 35 53 31 sinus 0.586257
asal muaddal 35 53 31 sin 0.231910
asal mutlaq 67 11 52 – sin 0.035340
tamam fadlu da’ir 39 29 28 sin 0.196570
qoidah 90
tamam fadlu da’ir 39 29 28 –
tamam jiadah 50 30 32
antara duhur dan asar istiwa Pandeglang 03 22 02 08
waktu asar istiwa Pandeglang 03 24 02 (setelah ditambah 2 menit)
Waktu Magrib
Untuk mengetahui waktu magrib nisfu qousinnahar al-mury
dikurangi waktu antara duhur dan asar, dan sisanya adalah waktu
diantara asar dan magrib, kemudian sisa tersebut ditambahkan pada
jamnya diantara duhur dan asar hasilnya adalah waktu magrib
menurut istiwa setempat.
Contoh:
11 Januari Tanggal 13 Juli
93 25 46 ½ qousinnahar al-mury 88 19 36
51 26 55 – antara duhur dan asar 50 30 31 –
41 58 51 sisa 37 49 05
02 47 55 24 antara asar dan magrib 02 31 16 20
03 25 47 40 + antara duhur dan asar 03 22 02 08 +
06 13 43 04 magrib menurut istiwa 05 53 18 28
3
1
Bila ingin mengetahui waktu magrib dan terbitnya matahari
yang lebih ringkas lagi, nisfu qousinnahar al-mury dikali 4 hasilnya
waktu magrib menurut istiwa, dan nisfu qousillail al-mury dikali 4 jika
yang dikehendaki adalah waktu untuk terbit, atau anda bisa
menyusunnya lagi dengan jalan yang mungkin lebih mudah.
Caranya adalah; tambahkan nisfu fadlah pada qoidah jam 6 sore jika
arah meil dan ardul balad satu arah dan bila berbeda arah maka
qoidah jam 6 dikurangi dengan nisfu fadlah, kemudian hasilnya
masing-masing ditambah dengan daqo'iq tamkin, hasilnya adalah
waktu magrib.
Contoh:
Pandeglang – Sama
90 qoidah 06
02 33 05 + nisfu fadlah 00 10 12 20 +
92 33 05 jumlah 06 10 12 20
92 33 05 jumlah 06 10 12 20
00 52 41 + daqoiq tamkin 00 03 30 44 +
93 25 46 magrib menurut istiwa 06 13 43 04
Pandeglang – beda
90 qoidah 06
02 33 05 – nisfu fadlah 00 10 12 20 –
87 26 55 jumlah 05 49 47 40
87 26 55 jumlah 05 49 47 40
00 52 41 + daqoiq tamkin 00 03 30 44 +
88 19 36 waktu magrib istiwa 06 53 18 24
Waktu Terbit
Tambahkan nisfu fadlah pada qoidah jam 6 pagi jika arah meil
dan ardul balad berbeda dan jika satu arah maka sebaliknya, dan
masing-masing hasilnya dikurangi dengan daqo'iq tamkin.
3
2
Pandeglang – sama
90 qoidah 06
02 33 05 – nisfu fadlah 00 10 12 20 –
87 26 55 jumlah 05 49 47 40
87 26 55 jumlah 05 49 47 40
00 52 41 – daqoiq tamkin 00 03 30 44 –
86 34 14 waktu terbit istiwa 05 46 16 56
Pandeglang – beda
90 qoidah 06
02 33 05 + nisfu fadlah 00 10 12 20 +
92 33 05 jumlah 06 10 12 20
92 33 05 jumlah 06 10 12 20
00 52 41 – daqoiq tamkin 00 03 30 44 –
91 40 24 waktu terbit istiwa 06 06 41 36
3
3
A. Waktu Isya.
11 Januari - Sama
irtifa 17 sin 0,534064
asal mutlaq 67 11 52 – sin 0,035340
sisa 18 29 28 sin 0,498724
sisa 18 29 28 sinus 0,317157
nisfu fadlah 02 33 05 + sinus 0,044515 sama
makana 21 12 11 sinus 0,361672
makana 21 12 11
nisfu fadlah 02 33 05 – sama
hissotussyafaq 18 39 06
½ qousinnahar al-mury 93 25 46 +
ro’sul waktu isya 0112 04 52
waktu isya istiwa Pandeglang 7 28 19 28
13 Juli - Beda
3
4
B. Waktu Subuh
11 Januari - Sama
irtifa 19 sin 0,487358
asal mutlaq 67 11 52 – sin 0,035340
sisa 20 40 53 sin 0,452017
sisa 20 40 53 sinus 0,353170
nisfu fadlah 02 33 05 + sinus 0,044515 sama
makana 23 26 01 sinus 0,397686
makana 23 26 01
nisfu fadlah 02 33 05 – Sama
hissotulfazr 20 52 56
½ qousillail al-mury 86 34 14
hissotulfazr 20 52 56 –
ro’sul waktu subuh 65 41 18
Waktu subuh istiwa Pandeglang 04 22 45 12
½ qousillail al-mury 91 40 24
hissotulfazr 20 31 47 –
3
5
ro’sul waktu subuh 71 08 37
Waktu subuh istiwa Pandeglang 04 44 34 28
Waktu Imsak
3
6
Waktu Duha
Pandeglang 13 Juli
Tambahan:
Untuk mengetahui waktu duhur, jam 12 istiwa ditambah 4 menit.
3
7
Waktu ghuruby.
3
8
Peringatan:
Untuk ikhtiyat sebaiknya dari semua waktu tersebut agar ditambah
±3 menit, terkecuali untuk waktu imsak maka dikurangi ± 3 menit.
3
9
KONVERSI WAKTU
Waktu Istiwa
4
0
Tanggal 11 Januari
Pandeglang Kota Indramayu
06 13 44 magrib istiwa 06 13 47
00 07 43 + perata waktu 00 07 43 +
06 21 27 magrib wasati 06 13 47
Tanggal 13 Juli
Pandeglang Kota Indramayu
05 53 20 magrib istiwa 05 53 16
00 02 41 – perata waktu 00 02 41 –
05 50 39 magrib wasati 05 50 35
4
1
bujur timur. Banda aceh 095 19 – 06 21 16 –
Selisih bujur/waktu 009 41 00 38 44
Banda aceh Kota Padang
08 39 56 waktu istiwa 09 00 00
00 07 43 + perata waktu 00 07 43 +
08 47 39 waktu istiwa 09 07 43
00 38 44 + selisih wib 00 18 40 +
09 26 23 wib 09 26 23
4
2
bujur timur melainkan berdasarkan garis lintang daerahnya masing-
masing.
Contoh yang menyalahi teori:
Sementara jika mau diteliti lebih jauh lagi waktu magrib yang benar
untuk kota Padang pada tanggal 11 Januari adalah;
4
3
JADWAL PERATA WAKTU
4
4
JADWAL PERATA WAKTU
4
5
Contoh waktu magrib dibeberapa kota berlaku untuk tanggal 11
Januari dan 3 desember
4
6
Jarak Diantara Dua Bujur
4
7
AHDIL IRTIFA
Takkan pernah terjadi jika ada irtifa tapi tak ada samatnya
terkecuali disebabkan oleh dua hal yaitu meil dan ardul balad satu
arah, dan nilainya meil tersebut lebih kecil dari pada ardul balad.
Untuk mengetahui irtifa yang tak mempunyai samat caranya adalah;
4
8
meil awal dikurangi dengan ardul balad dan hasilnya adalah irtifa
yang tak mempunyai samat.
Contoh:
meil awal 04 44 46 sin 1.082281
ardul balad 06 18 00 – sin 0.959657
irtifa tak bersamat 48 56 20 sin 0.122623
Satu arah
irtifa 35 30 sin 0.236045
ardul balad 06 18 00 + sin 0.959657
jumlah 03 39 13 sin 0.195703
jumlah 03 39 13 sin 0.195703
tamam pandeglang 83 42 00 – sin 0.002630
hissotussimty 03 40 33 sin 0.193072
si’ah 22 06 00 sinus 0.376224
hissotussimty 03 40 33 – sinus 0.064111
ta’dil simty 18 11 12 sinus 0.312112
Simtul Irtifa
4
9
PENUTUP nu ieu doing can diedit
5
0
5
1
5
2
Bujur timur Pandeglang 106 06
Bujur timur Paris 002 02 –
Selisih bujur 103 46
Lintang selatan Pandeglang 006 18 sin
Lintang utara Paris 048 35 + sin
Bu’dul qutur 004 43 13 sin
Tamam Pandeglang 083 42 sin
Tamam Paris 041 25 + sin
Asal mutlaq 041 06 44 sin
Bu’dul qutur 004 43 13 sin
Asal mutlaq 041 06 44 –
Nisfu fadlah 007 11 22
Qoidah 090 –
½ qusinnahar haqeqy 082 48 38
Selisih bujur 103 46
Qoidah 090 –
Tamam fadlu da’ir 013 46 sin
Asal mutlaq 041 06 44 + sin
Asal muaddal 009 00 08 sin
Asal muaddal 009 00 08 sinus
Bu’dul qutur 004 43 13 – sinus 000000 beda
Irtifa ghorby 004 15 15 sinus
Meil syamali 048 35 sin
Tamam Pandeglang 083 42 – sin
Si’ah magrib syamali 048 58 46 sin
Irtifa ghorby 004 15 15 sin
Lintang selatan Pandeglang 006 18 + sin
Jumlah 000 27 59 sin
Tamam Pandeglang 083 42 – sin
hissotussyamsi 000 28 09 sin
5
3
Mengetahui Arah Kiblat Melalui Tanggal
Contoh:
5
4
Paku yang ditancapkan
5
5
MUQADIMAH
NUJU DI EDIT
Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan bertemunya
Matahari dan Bulan sebagai tanda berakhirnya Bulan Qomariyyah.
Dan sebagai waktu ibadah bila telah melihat Hilal (Bulan sabit) dalam
perintah syariat.
Shalawat dan salam semoga tetap tercurah pada junjungan
Nabi Besar kita Muhammad Saw. yang telah mengatakan: “Belajarlah
kalian semua pada Ilmu Nuzum (Ilmu Perbintangan) sekedar kalian
mengetahui petunjuk dalam kegelapan daratan dan di lautan.” Dan
semoga sholawat serta salam juga terlimpah pada keluarganya, dan
sahabat-sahabatnya yang laksana Bintang-bintangnya petunjuk dan
lampu-lampu yang bersinar terang.
Buku yang kecil dan bagus ini memuat tentang bagaimana tata
cara untuk mengetahui Ijtima disetiap akhir bulan dari Bulan-bulan
Qomariyyah, mengetahui tempatnya Matahari dan Bulan di rasi
bintang, pada waktu ijtima, dan cara mengetahui keadaan hilal
setelah keduanya terpisah baik arah, tinggi dan lamanya hilal di kaki
Langit (horizon) setelah Matahari terbenam, juga besarnya cahaya
dan tempatnya hilal pada malam setelah ijtima.
Kesemua itu menurut tabel-tabelnya Sulton Ulugh Bek As Samar
Qondy yang telah diambil intisarinya oleh orang tuaku Imam Abdul
Hamid bin Muhammad Dumairy al Batawie Rahimakumullah, dari
catatan-catatan gurunya Syekh Abdurrohman bin Ahmad Al Misry.
5
6
INDEKS
BAB I TA’DILAN
MUQADIMAH ...............................................................
I TAHAP PENGKOREKSIAN.............................. ................
II BU’DU GHOIRU MUADDAL ............................................
III WASATUS SYAMSI .......................................................
IV TA’DIL AYYAM .............................................................
V HISSOTUSSA’AH .........................................................
VI TA’DIL ALAMAT ...........................................................
VII ALAMAT MUADDALAH ..................................................
VIII MULAI IJTIMA, KETINGGIAN DAN LAMANYA HILAL ..........
X BESAR CAHAYA, KEDUDUKAN, KEADAAN DAN TEMPATNYA
HILAL ........................................................................
5
7
TAHAP PENGKOREKSIAN
5
8
Alamat adalah sebutan dari bertemunya matahari dan bulan
pada saat akan berakhir dari bulan sebelumnya dan merupakan awal
dari bulan yang akan datang, sebagai batas pemisah antara
keduanya.
Hissoh adalah kemiringan ardul qomar atau miringnya bulan pada
orbitnya dari buruj digaris katulistiwa.
Hoosoh adalah kedudukan bulan pada orbitnya.
Markaz adalah kedudukan matahari pada orbitnya.
Auj adalah nama lain dari Aphelium yang menjadi lawannya
Pirihelium, atau boleh juga dikatakan titik jauhnya matahari dari
bumi di orbitnya kira-kira jaraknya 152,5 juta km.
Sedangkan Perihelium itu sendiri adalah jarak terdekatnya matahari
dari bumi menurut hitungan Astronomi adalah 147,5 juta km. Perlu
diketahui bahwa Alamat itu berisi; hari, jam, dan menit atau yaum,
saah, dan daqiqoh. Sedangkan kolom-kolom yang lain seperti Hissoh,
Hoosoh, Markaz dan Auj isinya adalah; Buruj, Derajat dan Daqiqoh.
Perlu diingat pula jumlah hari tidak boleh lebih 7, jam tidak melebihi
24, buruj tidak melebihi 12, derajat tidak melebihi 30 dan jumlahnya
daqiqoh tidak pula melebihi 60.
Jika dalam penjumlahan menit telah mencapai 60, maka
jadikan satu dan tambahkan pada derajat atau Saah bila pada
alamat. Bila pada derajat telah mencapai 30, jadikanlah 1 buruj atau
gabungkan pada buruj, jika pada buruj telah mencapai 12, maka
tetapkan atau tulislah nol (titik satu) atau jika buruj telah melebihi
jumlahnya misal 13, maka buanglah 12 dan tetapkan sisanya. Jika
penjumlahan jam (saah) telah mencapai 24, jadikan 1 hari dan
tambahkan pada jumlah hari sebelumnya (gabungkan pada kolom
yaum) dan bila jumlah hari telah melebihi 7, maka buanglah 7 dan
tetapkan sisanya.
Apabila semuanya telah dipraktekkan sesuai dengan tuntunan diatas,
maka setidaknya anda telah sedikit mengetahui pergerakan matahari
dan bulan walau belum sempurna dalam artian masih diperlukan
pengoreksian lebih lanjut untuk mengetahui lebih sempurna.
Ketahuilah bahwa seluruh harokat (angka) yang ada pada
tahun Majmuah (tabel 1) selalu bertambah tiap tahun dari tahun
Mabsutoh, setiap baris dalam tahun majmuah untuk sepuluh tahun
sekali, bila tahun majmuahnya sesuai dengan yang diharapkan misal
1420, 1430, 1440, 1450, maka tidak perlu ada penambahan
harokatnya tahun mabsutoh, tapi jika menghendaki tahun yang tidak
5
9
ada dalam contoh yang disebutkan, sementara anda ingin
mengetahui tahun 1431 atau 1432, tinggal ditambahkan saja
harokatnya tahun majmuah 1420 dengan harokatnya tahun
mabsutoh tahun 1 atau tahun 2, atau anda menginginkan harokatnya
Tahun 1628 H, sama seperti penambahan di atas Tahun atas Tahun
Majmuah 1420 + Tahun Mabsutoh 200 dan 8
(1420 + 200 + 8 = 1628) dan hal ini akan terus berlaku pada setiap
penjumlahan yang bukan tahun majmuah.
Harokat ditahun mabsutoh (tabel 2) juga akan selalu bertambah
pada yang lain jika dikalikan 2 harokat pertama, maka akan
menghasilkan jumlahnya harokat yang kedua. Jika harokat baris
pertama ditambahkan pada harokat baris kedua, hasilnya harokat
baris ketiga. Lakukanlah langkah seperti ini jika memang menemui
kesulitan atau ragu-ragu dalam penjumlahan, karena langkah seperti
ini akan sangat membantu dan terus berlaku selamanya. Dan cara
menjumlahkan harokat dalam tahun, baik majmu’ah atau mabsutoh
sama pula didalam jadwal bulan. Harokat Bulan Shofar dikalikan 2
atau harokat Shofar ditambah harokat Shofar akan menghasilkan
harokat Bulan Rabi’ul Awal, dan harokat Bulan Shofar jika
ditambahkan pada harokatnya Bulan Rabi’ul Awal akan menghasilkan
harokatnya Bulan Rabi’ul Tsani. Untuk Bulan Muharom yang tidak ada
nilainya (di atas Bulan Shofar) diperuntukkan mengetahui Ijtima dan
gerhana matahari, sedangkan Bulan Muharom yang ada nilainya
(paling bawah) khusus untuk mengetahui Istiqbal (lima belas hari ke
depan) atau gerhana bulan (lihat tabel 3).
Para ahli Astronomi mencatat pergerakan matahari dan bulan
dalam jadwal ditulis dengan huruf abjad tanpa titik sebagai
“rumusnya” kecuali huruf Nun, hal ini gunanya untuk membedakan
dengan huruf Ba, dan menulis huruf Jim hanya kepalanya saja
supaya berbeda dengan huruf Ha. Para ahli Astronomi membuat
rumus untuk Nol atau kosong dengan titik satu, dan huruf Ha yang
bawahnya dilingkari ( ) untuk semacam ini biasanya untuk bilangan
yang kurang dari 90. Bila melebihi 90 maka biasanya ditulis langsung
sesuai dengan ketentuan huruf sebagai mana mestinya
Umumnya para ahli Astronomi menentukan rumus-rumus untuk
hari menurut urutan hari (Tabel 9), misal; Alif, Ba, Jim, Dal, Ha, Wau,
dan Za masing-masing untuk Ahad (minggu) Senin, Selasa, Rabu,
6
0
Kamis, Jum’at dan Sabtu, terkadang untuk hari sabtu hanya ditulis
titik saja sebagai ganti dari huruf Za.
Begitu juga dengan buruj yang jumlahnya 12. Nol atau titik untuk
Haml, 1 Tsur, 2 Jauza, 3 Saroton, 4 Asad, 5 Sumbulah, 6 Mizan, 7
Aqrob, 8 Qous, 9 Jadyu, 10 Dalwu, 11 Hut dan bila telah mencapai
12 maka akan kembali ke nol atau titik satu untuk Haml.
Tahap Pengkoreksian
6
1
BU’DU GHOIRU MUADDAL
WASSATUSSYAMSI
6
2
*Hanya perumpamaan bukan suatu ukuran
TA’DIL AYYAM
6
3
jika satar awal lebih kecil dari pada satar tsani dan diberi tanda plus
(+). Jika satar awal dan satar tsani sama nilainya atau sama-sama
kosong, maka nilainya satar awal atau satar tsani langsung dijadikan
ta’dil ayyam.
BU’DU MUADDAL
HISSOTUSSAAH
TA’DILUL ALAMAT
6
4
saah. Jika terjadi kekosongan salah satu dari ketiganya, biarkan saja
dan tidak perlu diisi. Cara mengalikannya adalah disejajarkan dan
mulailah dengan derajat x derajat, derajat x daqiqoh x daqiqoh,
derajat x tsawani untuk baris pertamanya. Untuk baris kedua daqiqoh
x derajat, daqiqoh x daqiqoh dan daqiqoh x tsawani. Untuk baris
terakhirnya tsawani x derajat, tsawani x daqiqoh dan tsawani x
tsawani.
Simpanlah hasil perkalian tersebut dalam kotak yang bergaris
miring, masing-masing tingkatannya. Bagian atas untuk pembulatan
dari 60 dan bagian bawah untuk bilangan yang kurang dari 60 pada
setiap kolomnya. Jumlahkanlah semuanya menurut kemiringan
garisnya masing-masing. Dan cara menjumlahkannya dimulai dari
bagian yang paling bawah, yaitu dari tsawabi (titik 4), tsawalis (titik
3) tsawani (titik 2) dan daqiqoh (titik 1). Jika melebihi 60 tetapkan
sisanya dan untuk kelipatan dari 60 ditambahkan pada angka di
depannya. Begitu pula pada bagian yang lainnya, yang terpenting
adalah mulai dari tsawalis, tsawani sampai daqiqoh tidak melebihi 60,
saah tidak melebihi 24 dan pada bagian yaum tidak pula melebihi
dari 7. Dan jika pada bagian yaum itu melebihi 7 maka buanglah
kelebihannya dan tetapkan sisanya.
ALAMAT MUADDALAH
6
5
anda di baratnya dan untuk anda yang berdomisili di timurnya
Jakarta tambahkanlah selisih waktu tersebut pada alamat
muaddalahnya Betawi.
Tambahan ;
Peringatan:
6
6
Maksudnya jika ijtima di kota anda itu hari Jum‟at, sementara irtifa
hilal belum mencapai 203000 berarti hari Minggu adalah untuk tanggal
satu dari bulan baru tersebut.
Masalah ijtima antara sebelum atau sesudah terbenamnya matahari
pun perlu diperhatikan.
Misalnya ijtima terjadi malam Minggu jam sembilan dan itu terjadi
setelah matahari terbenam. Atau apabila terjadinya ijtima hari
Minggu jam sepuluh siang dengan catatan irtifa telah mencapai atau
melebihi 203000 maka tanggal satunya adalah hari Senin.
Kesimpulannya adalah “Apabila ijtima terjadi sebelum matahari
terbenam maka malamnya (setelah ijtima) termasuk bulan
mendatang baik itu hilal bisa diru‟yah atau tidak, dan bila ijtima
terjadi setelah matahari terbenam maka malam itu dan hari
sesudahnya masih termasuk bulan yang sedang dijalani.
6
7
memberikan semangat bagi para Muhasib yang berminat pada ilmu
Astronomi, bahwa ada beberapa rahasia yang perlu diketahui
sebelum menjajaki pada bagian mengetahui gerhana bulan dan
gerhana matahari.
Apabila anda sudah sedikit memahami/menguasai cara
mengetahui ijtima dengan jalan ta’dilan atau masih kurang mengerti
dalam ta’dilan tersebut cobalah melangkah ke tahap yang lebih
mudah praktis dan ringkas. Mungkin dalam hasilnya ada perbedaan
antara ta’dlan dengan jaberan terutama dalam hal bilangan menit
pada bagian alamat muaddalah baladuka.
Kegunaan dalam jaberan ini adalah untuk saling mengontrol
antara hasil ta’dilan dengan jaberan, jika terjadi perbedaan melebihi
batas sedikitnya lima menit hampir bisa dipastikan salah satu dari
keduanya ada yang keliru dan Insya Allah akan dipaparkan pada
bagian jaberan.
Tambahan
Tamat
6
8
BAB II
JABERAN
6
9
PENDAHULUAN
7
0
WASSATU SYAMSI
Tempatnya Matahari di Ekliptika
Tambahan
Apabila dalam harokat muqowwamus sams baik dalam tsawani
ataupun daqiqoh telah mencapai ataupun melebihi angka 30 maka
jadikanlah satu dan tambahkan pada angka didepannya. Untuk
mendapatkan nilainya bu'du muaddal, maka bu'du ghoiru muaddal
harus dikurangi daqo'ik ta'dil ayyam. Dan jika daqiqohnya bu'du ghiru
muaddal tidak bisa dikurangi ta'dil ayyam maka turunkanlah nilai di
depannya, atau bahkan ta'dil ayyam tersebut tidak mempunyai nilai
sama sekali maka nilainya bu'du ghiru muaddal langsung jadi bu'du
muaddal.
Peringatan
Terkadang bu'du ghoiru muaddal tidak bisa dikurangi oleh
daqo'ik ta'dil ayyam dikarenakan mungkin nilainya daqo'ik ta'dil
ayyam tersebut lebih besar nilainya dari pada bu'du ghoiru muaddal,
maka balikanlah posisinya yaitu ta'dil ayyam yang dikurangi bu'du
ghoiru muaddal.
7
1
TA'DIL ALAMAT
7
2
ALAMAT MU'ADDALAH
Tambahan;
Apabila menitnya alamat tidak bisa dikurangi nilainya ta'dil
alamat, maka tambahkan 60 menit yang diambil dari jam. Dan jika
pada jam juga tidak bisa dikurangi tambahkan 24 jam yang diambil
dari angka di depannya, begitu pula kekurangan dalam hari bisa
ditambah 7 diambil dari hari yang telah terbuang sebelumnya.
Ikutilah hal seperti ini setiap kali menemui kekurangan dalam setiap
kolom yang menggunakan pengurangan. Dan syarat untuk
menentukan tanggal satu dari baru adalah „Apabila ijtima terjadi
sebelum matahari terbenam maka malamnya (malam setelah ijtima)
sudah termasuk bulan mendatang atau bulan baru, baik itu hilal bisa
diru‟yah atau tidak tapi dengan catatan bila irtifa telah mencapai
20,3000 atau kira–kira tingginya telah mencapai 1, 80 cm. Jika ijtima
terjadi setelah matahari terbenam maka malamnya (setelah ijtima)
dan sianghari sebelumnya masih dalam lingkup bulan yang sama
7
3
atau belum berganti bulan baru, dan ketentuan ini berlaku pula untuk
masalah dalam bagian irtifa yang belum mencapai syarat yang telah
ditentukan. Apabila belum mencapai 203000 maka untuk menentukan
tanggal satu dari bulan baru tersebut tundalah satu hari.
7
4
Ketika anda ingin mengetahui Ketinggian hilal pada saat
terbenamnya matahari; hitunglah jarak ijtima sampai terbenamnya
matahari dengan cara mengurangi qo'idah 24 jam dengan alamat
muaddalah baladuka. Hasil dari pengurangannya adalah Sa'atul ijtima
ilal ghurub atau mulainya ijtima didaerah anda menurut waktu istiwa,
(zawaliyah mustawiyah). Kemudian jam mulainya ijtima tadi (dari
setiap angkanya) dikalikan dengan qoidah 30 menit atau dengan
jalan yang lebih mudah yaitu dari setiap angkanya dibagi 2. Hasil dari
kedua cara tersebut adalah Irtifa hilal atau ketinggian hilal pada saat
matahari terbenam. Jadikan setiap 72 daqiqohnya satu meter dan 1,2
senti meter untuk tiap satu daqiqoh.
Ketahui pula lamanya hilal diatas ufuq saat setelah
terbenamnya matahari dengan cara mengalikan setiap angka dalam
irtifa hilal dengan qoidah 4, atau jadikan setiap derajatnya adalah
empat menit dan empat detik untuk setiap satu daqiqohnya. Karena
dengan cara ini adalah jalan yang amat mudah untuk dapat
menghitung perkiraan perjalanannya hilal dalam satu hari satu
malam pada falaqnya melalui derajat dan jam. Dan jika diinginkan
seberapa besar cahaya hilal pada saat ijtima, ketahuilah terlebih
dahulu ukuran Ardul qomar saat itu. Kemudian masukan data Hissoh
ke dalam Jadwal Ardul qomar diambil hisoh (Lihat tabel) dimulai dari
derajat disisi kanan jika posisi buruj ada disebelah atas dan derajat
dari sisi kiri jika posisi buruj ada di bawah. Setelah diketahui nilainya,
tambahkan pada muktsul hilal. Hasil dari penjumlahannya adalah
ukuran dari besarnya cahaya pada saat ijtima, dengan catatan setiap
150 adalah satu jari. Dan untuk dapat mengetahui tempatnya hilal
pada saat ijtima, hitunglah derajat-derajat yang telah lewat dari
permulaan buruj Tsur sampai tempatnya ijtima, kemudian jadikan
setiap 13 derajatnya satu tempat dimulai dari Nath maka tempat
yang anda temukan adalah tempatnya matahari pada saat itu. Untuk
bilangan derajat yang kurang dari 130 adalah ukuran kedudukan
bulan pada tempat yang mengiringinya secara sempurna. Pada titik
pertemuannya akan anda temukan tempatnya matahari dan juga
bulan pada saat ijtima. Untuk menentukan masalah tempat ini hanya
bisa melalui perkiraan, karena setiap menit dalam setiap tahunnya
tempat ini akan selalu bergerak seperti yang telah diucapkan oleh
Syeh Abdurrohman.
Dan ketahuilah bahwa perjalanan bulan pada palaknya menurut
urutan tempat dan burujnya dari barat ke timur, setiap hari sama
7
5
dengan 130, jika malam pertama bertempat di Nath, maka malam
keduanya telah bergeser ke Bittin. Jika malam pertama tingginya
telah mencapai 70 dari buruj maka malam keduanya telah mencapai
200di buruj tersebut. Perlu diketahui pula bahwa kejadian ini Insya
Allah akan berlanjut terus menerus selamanya.
7
6
PENUTUP
7
7
menjadikan permulaan hari dimulai ketika terbenamnya matahari dan
ini berarti malam mendahului siang. Sebagian lagi mengatakan
bahwa hari itu dimulai dari terbitnya matahari, apabila ijtima terjadi
pada siang hari. Maka siang itu menjadi awal dari bulan baru
tersebut. Apabila terjadinya ijtima pada malam hari maka siang yang
setelahnya menjadi awal bulan baru, dan ini berarti menurut mereka
siang mendahului malam.
Sebagian lagi menjadikan permulaan hari dimulai tengah hari karena
menurut ahli Astronomi jika ijtima jatuh setelah tengah hari, maka
hari itu termasuk bulan yang sudah lewat, dan jika ijtimanya jatuh
disaat sebelum tengah hari, berarti hari itu (setelahnya ijtima)
termasuk bulan baru.
Lain lagi menurut orang Eropa, mereka (orang Masehi) menjadikan
awal hari dimulai pada saat tengah malam (pukul 24 lewat). Karena
mereka menghitung umur bulan sama caranya dengan menghitung
perjalanannya matahari dan cara inilah yang menyalahi teori.
Sebagian lagi mengatakan bahwa awal bulan dimulai pada saat
terjadinya ijtima, baik itu terjadinya ijtima siang ataupun malam,
maka waktu sebelum terjadinya ijtima adalah bulan sebelumnya.
sedangkan waktu setelah ijtima adalah bulan baru.
Tapi menurut orang Arab dan ahli Syara' menentukan awal bulan itu
dengan cara diru'yah bukan dengan jalan dihisab. Karena ru'yah
adalah nyata dan bisa diketahui oleh orang awam. Berbeda dengan
cara dihisab mungkin hanya para ahli hisab yang mengetahuinya.
Sedangkan agama menyuruh manusia menurut apa yang diketahui
oleh banyak dalam hal ini orang awam.
Terkecuali untuk pribadi muhasib (ahli hisab) boleh mengamalkan
hasil hitungannya, bahkan ada yang mengatakan wajib untuk
mengamalkannya. Begitu juga orang yang mempercayainya,
walaupun hilal tersebut dapat dilihat atau tidak dengan sarat ijtima
terjadi sebelum matahati terbenam.
Allah Maha mengetahui yang benar dan hanya dariNya
anugerah dan besarnya pahala, semoga Allah memberikan rahmat
dan salam kepada Nabi besar kita Muhammad SAW beserta keluarga
dan sahabatnya. Semua itu telah diucapkan dan ditulis oleh seorang
hamba yang sangat membutuhkan belas kasih sayang dari Tuhannya
yaitu Muhammad Mansur bin Abdul Hamid bin Muhammad Dumairy al
Batawi. Semoga Allah mengampuni dirinya, orang tuanya, guru-
gurunya dan orang-orang Islam semuanya. Amin
7
8
DAFTAR ISTILAH
DERAJAT SAMS
jarak sepanjang Dairotul buruj (ekliptika) yang dihitung dari awal
buruj sampai titik pusat matahari.
BU‟DU DERAJAT
Jarak sepanjang dairotul buruj yang dihitung dari titik yang
terdekat di antara titik Haml atau Mizan sampai titik matahari.
MEIL KULLY
Deklinasi maximum.
MEIL AWAL
Jarak antara matahari dan ma’dalinnahar atau katulistiwa langit
diukur dari lingkaran nisfu qousinnahar atau lingkaran yang
memindahkan timur dan baratnya pengamat.
TAMAM
Semua hasil dari pengurangan 90 adalah tamam.
GHOYATUL IRTIFA
Jarak antara matahari pada waktu mencapai puncaknya, dari
ufuq yang tedekat diukur melalui nisfu qousinnahar.
MADAR
Lingkaran perjalanan matahari.
BU‟DUL QUTUR
Jarak antara diameter madar dan bidang lingkaran ufuq,
ASAL MUTLAQ
Jarak antara ghoyatul irtifa dan bidang ufuq diukur melalui garis
lurus yang ditarik dari ghoyah itu pada bidang ufuq melalui
markaz madar.
NISFU FADLAH
Jarak antara diameter madar dan lingkaran ufuq diukur melalui
madar.
NISFU QOUSINNAHAR
Jarak diantara ghoyatul irtifa dan terbenam diukur melalui
madar.
NISFU QOUSILLAIL
7
9
Jarak di antara tengah malam sampai terbit.
ASAL MUADDAL
Garis tegak lurus yang ditarik dari markaz matahari yang sedang
dilingkaran irtifa sampai diameter lingkarannnya.
FADLU DA‟IR
Jarak antara matahari dan lingkaran nisfu qousinnahar diukur
melalui madar.
JAIB
(Sinus) Adalah perbandingan antara tinggi sebuah segitiga siku-
siku dengan panjang sisi miringnya (menurut hukum
phytagoras) digunakan sebagai dasar penggunaan rubu
(Kwadran).
JAIBU TAMAM
(Cosinus) adalah perbandingan proyeksi sisi miring dengan
miring itu sendiri dalam segitiga siku-siku.
DHIL
(Tangen) adalah perbandingan jaib at-tamam (sinus dibagi
cosinus) kebalikannya adalah dhiluttamam
DHILLUTAMAM
(Cotangen) besar dhil, jaib maupun jaib at-tamam menentukan
besar sudut. Dalam ilmu falak hal ini sangat penting sekali untuk
menentukan ketinggian benda-benda langit (Space objects)
bahkan perhitungan–perhitungan lanjutannya, misalnya jarak
obyek tersebut dari pengamat.
WAKTU ZAWALIYAH
Waktu yang ditunjukan oleh matahari sebenarnya dimulai dari
pada markaz.
WAKTU WASATY
Waktu yang ditunjukan oleh matahari khayalan yang jalannya
benar-benar rata
WAKTU ISTIWA
Waktu yang didasarkan pada perjalanan matahari hakiki.
Pedomannya adalah saat matahari mencapai titik kulminasi
(tepat diatas kepala) pada pukul 12.00 (waktu setempat) dan
8
0
berlaku setiap hari. Jadi justru jarumnya yang disesuaikan setiap
hari.
WAKTU GHURUB
Waktu yang ditunjukan oleh matahari sebenarnya dimulai dari
terbenamnya piringan bagian atas dari ufuq setempat.
WAKTU MAGRIB
Dimulai saat tepi piringan matahari sebelah atas menurut
penglihatan mata bersinggungan dengan ufuq mar’i dan hal ini
berlaku pula untuk terbit.
WAKTU ISYA
Mulai masuk jika senja merah atau putih di langit bagian barat
tempat matahari terbenam tidak kelihatan, hal ini terjadi bila
matahari berada di bawah ufuq 170 atau 190.
WAKTU SUBUH
Mulai masuk jika fajar shodiq di langit bagian timur tempat
matahari sudah kelihatan, hal ini terjadi bila matahari mendekati
ufuq.
WAKTU DUHA
Mulai masuk apabila matahari setelah terbit berada diatas ufuq
tingginya sekitar satu tombak = ± 40 3000.
WAKTU ASAR
Waktu asar mulai masuk apabila bayang-bayang suatu benda
yang berdiri tegak diatas tanah mempunyai bayangan sepanjang
benda tersebut selain bayang-bayang diwaktu zawal.
HISSOTUSSIMTY
Garis lurus yang ditarik dari pucuk jaib irtifa sampai garis “fasal
mustaroq”
IRTIFA
(Altitude) Adalah tinggi benda langit, dihitung dari horizon yang
dinyatakan dengan derajat.
IRTIFA LA SIMTA (irtifa yang tak mempunyai samat)
Irtifa yang bayangannya berhimpitan dengan garis timur–
baratnya daerah atau irtifa tepat pada lingkaran awal simit
8
1
SIMTUL IRTIFA
Jarak antara lingkaran awal simit dan lingkaran irtifa yang
dilewati matahari pada waktu diambil irtifanya diukur melalui
lingkaran ufuq.
AWAL SIMIT
Jarak lingkaran yang memisahkan utara dan selatannya
penglihatan.
RUBU
Semacam busur derajat tapi hanya berupa seperempat lingkaran
dan terbuat dari kayu terkadang ada juga yang terbuat dari
logam. Selain tertulis besar sudut juga dicantumkan jaib (sin),
jaib at-tamam (cos) dan dhil (tangen) nya. Pada ujung (pusat
lingkaran) disebut markaz terdapat lubang kecil tempat
menggantungkan benang dengan bandulnya. Pada saat sasaran
dibidik dengan salah satu sisi rubu benang itu akan mengarah
kebawah dan menunjukan angka sudut tetentu yang merupakan
tinggi benda yang dimaksud. Rubu, juga bisa digunakan untuk
mengetahui kedalaman sumur, lebar sungai dan sebagainya
hanya dengan mengetahui besarnya sinus lewat perbandingan
segitiga siku-siku.
WASSATUS SYAMSI
Jauhnya matahari dari titik haml menurut rata–rata
perjalanannya
KATULISTIWA (equator line)
Adalah garis lintang 00 kita lebih mengenalnya sebagai garis
Katulistiwa.
HISAB HAKIKI
Sistem perhitungan penentuan awal bulan berdasarkan pada
peredaran bulan dan bumi yang sebenarnya. Menurut faham ini,
umur bulan tidak beraturan, antara 29 dan 30. Bisa saja
berturut-turut 29 atau 30 hari.
HISAB URFY
Sistem perhitungan tanggal berdasarkan pada rata-rata
peredaran bulan mengelilingi bumi, karenanya bisa ditetapkan
umur bulan secara pasti.
8
2
IJTIMA‟
Keadaan dimana bulan dan matahari berada pada bujur
Astronomi yang sama. Setelah ijtima’ maka segera disusul
munculnya bulan baru.
IJTIMA‟ QOBLAL GHURUB
Ijtima sebelum matahari terbenam. Maksudnya, bila sebelum
matahari terbenam ternyata telah terjadi ijtima’ maka secara
otomatis malam hari setelah magrib merupakan tanggal satu
bulan berikutnya, tetapi bila ijtima’ terjadi setelah matahari
terbenam maka malam itu dinyatakan sebagai tanggal ke-30 dari
bulan yang bersangkutan.
IJTIMA‟ QOBLAL FAZRI
Ijtima’ sebelum fazar, pendapat ini tidak setuju dengan
pergantian hari pada waktu magrib. Karenanya Ijtima’ setelah
matahari terbenampun tetap dianggap bisa menentukan
perubahan bulan walaupun Ijtima’nya terjadi pada suatu pagi
sebelum matahari terbit, maka malam harinya dianggap sebagai
tanggal 1 bulan berikutnya.
UFUQ
Horizon, kaki Langit. Batas yang membagi dua sama besar langit
atas (nampak) dan langit bawah (tidak nampak).
FALAK
Orbit, lintasan benda langit, ilmu falak ilmu yang mempelajari
perilaku benda-benda langit untuk kepentingan perhitungan
waktu
FALAKIY
Ahli falak. Diantara falakiy yang terkenal sejak ratusan tahun lalu
adalah Al-Ma’mun, Ulugh Bek, Al- Battani, Ibn-Syathir yang
bahkan berhasil menyusun tabel-tabel penting diantaranya tabel
logaritma–yang digunakan untuk perhitungan yang akurat.
ILMU AL-MUTSALLATSAT
Istilah kerennya Trigonometri atau ilmu ukur segitiga dasar
perhitungan ilmu falak.
8
3
TAMAT
© Ma’had Islami Es Salafy El Barokah
8
4