Anda di halaman 1dari 84

PENDAHULUAN

Rumus–rumus utama

Sinus deg sin jaib desimal


deg sin 2ndf deg jaib ma'lum
2ndf sin 2ndf deg qous jaib

Sin
deg sin log tamam jaib desimal
2ndf log 2ndf sin 2ndf deg tamam jaib ma'lum
Cotang
deg tan= Dhil desimal
2ndf tan 2ndf deg Dhil tamam

Ketika ada alamat penambahan, pengurangan atau pembagian


(angka qous) deg sin +, – atau x (angka qous) deg sin=
2ndf sin 2ndf deg ( angka hasil)

Sin
(angka qous) deg sin log + atau – (angka qous) deg sin log=
2ndf log 2ndf sin 2ndf deg. (angka hasil)

Cotang
Qomah ÷ atau X Irtifa deg tan= (angka hasil)

1
JAIB DAN QOUS
Mencari Jaib

Masukan angka yang hendak dijaibkan kemudian ikuti langkah


di bawah ini. Dan ketika hendak mencari qousnya jaib sebelum
memasukan angka yang hendak diqouskan tekanlah koma terlebih
dahulu.
Contoh:
(Qous) 21 57 34 deg sin 2ndf deg 0,222622 (jaib)
Dibulatkan 22 26 13

Mencari Qous

(Qous) 0,222622 deg 2ndf sin 2ndf deg 21,573395


dibulatkan 21 57 34

2
DHIL MABSUT DAN DHIL MANKUS

Mencari Dhil Mabsut

Jika yang dihendaki adalah Dhil mabsut, maka ketahuilah


terlebih dahulu irtifanya. Kemudian gunakan qomah sesuai dengan
yang dikehendaki, dan qomah tersebut dibagi dengan irtifa hasilnya
adalah Dhil mabsut yang anda cari dimulai dengan membagi nilainya
irtifa oleh qomah.
Contoh:
qomah ÷ irtifa cotang = Dhil mabsut
45÷74.20 26 cotang = 12.61456746
45÷61.44 26 cotang = 24.18893226
45÷35.30 cotang = 63.08767325

MENCARI DHIL MANKUS

Mencari Dhil mankus hampir sama caranya dengan mencari Dhil


mabsut, namun disini qomah dikali dengan irtifa.

Contoh:
qomah x irtifa cotang = Dhil mankus
45x74.2026 cotang = 160.5286908
45x61.4426 cotang = 83,71597301
45x35.30 cotang = 32,098188806

Dhil mankus 10,69939

Tambahan :
Untuk mendapatkan Dhil mabsut anda boleh menggunakan
qomah berapa saja sesuai dengan yang dikehendaki dengan catatan
jika anda menggunakan qomah sesuai dengan pilihan anda, maka
qomah tersebut tetap digunakan pada saat penjumlahan atau
pembagian.

3
BILANGAN DESIMAL

Menggenapkan Bilangan Desimal

Misal dari qous 30,30 sinus 0,50753863 2ndf deg 0,302713,


maka anggaplah nol dan angka 13 itu tidak ada, jadi jaib dari 30,30
adalah 30,27. Angka nol dianggap tidak ada karena hasil lawan dari
sinus adalah cosinus dan angka 13 dibuang karena belum mencapai
30, jika telah mencapai 30 atau lebih maka jadikan satu dan
gabungkan pada angka di depannya.
Anda pun boleh menjadikan satu angka atau malah membuang dua
angka paling belakang seperti qous dari jaib; 67,11 51 86 menjadi
67,11 52 dan jaib-nya 0,55 18 65 menjadi 55,18 39.
Sementara angka terakhir 39 pada 55 18 39 adalah pembulatan dari
55,18 65 hasil dari 65 x 6 = 390.
390÷10= 39,0; karena dua angka terakhir tersebut berupa kelipatan
100/60 /satu detik.
Atau seperti dari irtifa 35 30 sinus 0,580702955 2ndf deg 0,345053
dibulatkan menjadi 34 50 32, hal ini jika anda menggunakan bilangan
yang terdiri dari derajat, daqiqoh dan tsawani, jika yang diambil itu
bilangan dari derajat dan daqiqohnya saja maka bulatkanlah angka
bagian belakang dari 34 50 32 menjadi 34 51 saja, dan angka 32 di
belakang angka 50 adalah hasil perkalian dari 53X6= 318÷10=31,8
digenapkan menjadi 32.
Dan jika diinginkan bisa anda buat lebih ringkas lagi jika
memang dikehendaki misalnya dari 67,11,52 menjadi 67,12 atau dari
55,18,39 menjadi 55,19, tapi ketika anda menemukan angka seperti
67,11,51,17 pada nilainya qous atau 55,18,17 pada nilainnya jaib,
maka angka 17 dibuang dan untuk angka 17 pada nilainya jaib boleh
anda kalikan dengan 6 kemudian hasilnya dibagi 10 maka nilainya
jaib menjadi 55,18 10 hasil dari perkalian antara 17 dengan 16
adalah 102÷10=10,2; angka 10 diambil dan untuk angka 2 dibuang
selama proses pembagian nilai koma dibawah 5 dibuang terkecuali
lebih dari 5 maka boleh disatukan.

4
Menderajatkan Bilangan Desimal

Hal ini terjadi ketika anda mencari derajatnya irtifa dari Dhil
atau yang paling penting disini adalah mencari irtifa asar, selain itu
tidak ada lagi karena tidak diperlukan. Caranya tambahkan qomah
pada Dhil mabsut kemudian qomah dibagi kembali dengan hasil dari
pertambahan antara qomah dan Dhil mabsut kemudian qouskan
melalui cotangen (2ndf tan 2ndf deg)untuk mendapatkan irtifanya.

Contoh:
Qomah 45
Dhil mabsut 12.61456746 + cotang
Dhil mabsut desimal 57.61456746 cotang

Qomah 45
Dhil mabsut desimal 57.61456746 ÷ cotang
Dhil mabsut desimal 0.781052504 cotang
Irtifa 37.593013 cotang

Qomah 45
Dhil mabsut 24.18893226 + cotang
Dhil mabsut desimal 69.18893226 cotang

Qomah 45
Dhil mabsut desimal 69.18893226 ÷ cotang
Dhil mabsut desimal 0.65039304 cotang
Irtifa 33.022290 cotang

5
IRTIFA DARI DHIL

Mengetahui Irtifa Dari Dhil Mabsut

Keluarkan Dhil mabsut dari irtifa yang telah diketahui


sebelumnya dengan qomah yang dikehendaki, kemudian bagilah
qomah tersebut dengan Dhil mabsut. Hasilnya adalah jaib irtifa
desimal, qouskan untuk mendapatkan irtifanya
Contoh:
Qomah 45
Dhil mabsut 63,08767 ÷ cotang
Jaib irtifa desimal 0,713293104 cotang
Irtifa 35 30 cotang

Mengetahui Irtifa Dari Dhil Mankus

Mengetahui irtifa dari Dhil mankus sama caranya dengan


mencari irtifa dari Dhil mabsut, hanya bedanya untuk mencari irtifa
pada bagian ini, Dhil mankus dibagi qomah, lalu ikuti caranya seperti
ketika mencari irtifa dari Dhil mabsut.
Contoh:
Dhil mankus 10,69939
qomah 15 ÷ cotang
jaib irtifa desimal 0,7132292 cotang
irtifa 35,295996 cotang
dibulatkan 35 30

6
TARIKH MASEHI

Sistem Penanggalan Masehi


Perhitungan tahun masehi didasarkan pada periode peredaran
semu tahunan yang dilakukan matahari pada bidang ekliptika, mulai
dari titik Ades sampai ketitik Ades kembali. Periode peredaran
tersebut berlangsung selama 365 hari 5 jam 48 menit 46 detik dan
disebut juga sebagai Tahun Tropik. Untuk menyusun tahun kalender
masehi dilakukan pembulatan agar lebih mudah dan proses
pembulatan ini sudah sejak jaman dahulu. Orang pertama yang
melakukan pembulatan periode semu tahunan ini adalah Yulius
Caesar yang disebut sebagai Tarikh Yulian, dan sebagai koreksi atas
kesalahan dalam pembulatan tersebut maka disusun pula beberapa
persyaratan tambahan yaitu dengan membagi Tahun atas, Tahun
biasa dan Tahun Kabisat.
Kelebihan hari dalam tahun kabisat ada pada bulan Pebruari
yang jumlahnya mencapai 29 hari. Dengan berjalannya waktu, Tarikh
Yulian akan selalu mengalami beberapa penyimpangan, disebabkan
pada saat penyusunan tahun semu tersebut, peredaran matahari
selama 365 hari 5 jam 48 menit 46 detik dianggap 365 hari 6 jam.
Berarti ada penyimpangan waktu sekitar 11 menit 14 detik untuk
setiap tahunnya dan tiap 16 tahun sekali ada kelebihan waktu sekitar
2 jam 59 menit 44 detik yang tidak terhitung. Kemudian jika
dikalkulasi lagi; 2 jam 59 menit 44 detik dikali 8 = 23 jam 57 menit
52 detik, dan ini berarti untuk setiap 128 tahun sekali kalender
masehi tersebut harus dirombak total.
Sekitar tahun 325 pengkoreksian pernah dilakukan sebanyak
3 hari hal ini disebabkan dari tahun 46 sampai tahun 325 masehi
terdapat perbedaan sekitar 3 hari. Kemudian pada tahun 1582,
kembali diadakan pengkoreksian oleh Paus Gregodus XII sebanyak
10 hari. Akibatnya pada tanggal 4 Oktober Tahun 1582 keesokan
harinya bukan tanggal 5 tapi langsung menginjak ke tanggal 15. Dan
dalam hal ini Paus juga menetapkan ketentuan tambahan yaitu
dengan mengoreksi penempatan tahun kabisat. Menurut Gregodus
tahun kabisat adalah tahun yang angkanya habis dibagi 4 dan hanya
pada tahun abad yang angkanya habis dibagi 400. Bila tarikh yulian
tahun 1700, 1800, 1900 atau 2000 adalah tahun kabisat (karena
angkanya habis dibagi 4) dan itu berarti tahun 1700 1800 1900

7
menurut Paus Gregodus tahun-tahun tersebut bukan tahun Kabisat
karena angkanya tidak bisa dibagi 400.

Contoh: Tahun Kabisat


2008 2004 2000 1996
0502 0501 0500 0499

Cara Mengetahui Awal Bulan Masehi

Apabila hendak menyusun kalender tahun masehi yang akan


datang atau tiap tanggal dari bulan-bulan masehi yang dikehendaki
maka susunlah terlebih dahulu tahun yang dimaksud kemudian
kurangi dengan qoidah kelipatan 16, 32, 48 atau 64 tergantung dari
tercantum atau tidaknya tahun dalam jadwal dari tahun yang akan
dikurangi. Lalu lihatlah aus tahun yang ada dalam jadwal dan
turunkan nilai aus tersebut sesuai dengan kelipatannya masing-
masing 1 untuk 16, 2 untuk 32, 3 untuk 48, dan 4 untuk kelipatan
64.
Jika sudah dapat diketahui sisa ausnya, lihatlah ke jadwal aus
hari dan pasaran (tabel 2). Maka aus yang ada dalam jadwal itulah
untuk tanggal 1 dari bulan baru yang anda cari. Dan jika yang anda
cari adalah tahun dibawah urutan 1930, maka peraturan dalam
mencari tahun di atas 1950 posisinya dibalik misalnya anda
menghendaki tanggal satu dari bulan Januari tahun 1920.

tahun 1920
qoidah 0016 +
Jumlah 1936
Aus bulan Januari tahun 1936 jumlahnya 24. Karena
mengunakan kelipatan penambahan 16, maka angka 24+1=25,
dalam jadwal aus hari dan pasaran angka 25 jatuh pada hari Kamis
legi. Berarti tanggal satu bulan Januari tahun 1920 adalah hari Kamis
legi.

Contoh mengetahui awal bulan Agustus 2008


2008 - 64 = 1944. Aus Agustus 1944 adalah 9 ( lihat tabel 1) 9
dikurangi 4 sisa 5. Kemudian lihat tabel 2. Dalam tabel 2 angka 5

8
menunjukan hari Jum’at legi. Dan anda pun bisa mengetahui hari
kelahiran anda berikut pasarannya seperti contoh di bawah ini.

Contoh:
Misal anda lahir 16 Agustus 1979, 1979–32=1947. Aus Agustus
tahun 1947 adalah 19 (lihat tabel 1). 19–2=17. Tanggal 1 dari bulan
Agustus 1979 jatuh pada hari Rabu Pon. Dan untuk tanggal 16
Agustus 1979 bertepatan dengan hari Kamis Pon.

Alamat pengurangan aus dan tahun

Kelipatan Aus 1 2 3 4 5 –
Kelipatan Tahun 16 32 48 64 80 +
Tambahan
Apabila aus tahun dalam tabel 1 tidak bisa dikurangi maka
tambahlah dengan 35 kemudian kurangi kembali dengan kelipatan
tahun tergantung dari kelipatannya.

9
JADWAL AUS TAHUN

JUMLAH 28
31 31 30 31 30 31 31 30 31 30 31
HARI 29
BULAN

SEPTEMBER

NOPEMBER

DESEMBER
PEBRUARI

AGUSTUS

OKTOBER
JANUARI

MARET

APRIL

JUNI

JULI
MEI
TAHUN
1930 3 34 27 23 18 14 9 5 1 31 27 22
1931 18 14 7 3 33 29 24 20 16 11 7 2
1932 33 29 23 19 14 10 5 1 32 27 23 18
1933 14 10 3 34 29 25 20 16 12 7 3 33
1934 29 25 18 14 9 5 35 31 27 22 18 13
1935 9 5 33 29 24 20 15 11 7 2 33 28
1936 24 20 14 10 5 1 31 27 23 18 14 9
1937 5 1 29 25 20 16 11 7 3 33 29 24
1938 20 16 9 5 35 31 26 22 18 13 9 4
1939 35 31 24 20 15 11 6 2 33 28 24 19
1940 15 11 5 1 31 27 22 18 14 9 5 35
1941 31 27 20 16 11 7 2 33 29 24 20 15
1942 11 7 35 31 26 22 17 13 9 4 35 30
1943 26 22 15 11 6 2 32 28 24 19 15 10
1944 6 2 31 27 22 18 13 9 5 35 31 26
1945 22 18 11 7 2 33 28 24 20 15 11 6
1946 2 33 26 22 17 13 8 4 35 30 26 21
1947 17 13 6 2 32 28 23 19 15 10 6 1
1948 32 28 22 18 13 9 4 35 31 26 22 17
1949 13 9 2 33 28 24 19 15 11 6 2 32
1950 28 24 17 13 8 4 34 30 26 21 17 12
TABEL2
JADWAL AUS HARI DAN PASARAN
HARI AHAD SENIN SELASA RABU KAMIS JUMAT SABTU

Legi 35 15 30 10 25 5 20
Pahing 21 1 16 31 11 26 6
Pon 7 22 2 17 32 12 27
Wage 28 8 23 3 18 33 13
Kliwon 14 29 9 24 4 19 34

1
0
DERAJAT MATAHARI & BU’DU DERAJAT

Derajat Matahari

Jika anda ingin mengetahui derajatnya matahari; tambahkanlah


tafawut buruj pada tanggal dari bulan masehi, hasilnya adalah
derajat matahari pada saat itu, selama tidak melebihi dari 30. Karena
30 adalah batas derajatnya matahari, jika melebihi 30 sisanya adalah
derajat matahari berikutnya dan dari buruj yang lain pula.

Contoh:

11 Januari Tanggal 13 Juli


09 Jadyu + tafawut 07 Saroton +
20 Jadyu derajat matahari 20 Saroton
28 Juli Tanggal 31 Januari
07 Saroton + tafawut 09 Asad +
35 Asad derajat matahari 40 Asad
30 – batas buruj 30 –
05 Asad buruj berikutnya 10 Dalwu

Bu’du Derajat
Untuk mengetahui bu’du derajat tanggal dari bulan masehi
ditambah atau dikurangi dengan qoidah bulan masehi, tergantung
dari alamat – (min) atau + (flus) alamat tafawut bulannya hasil dari
pengurangan atau penambahannya adalah bu’du derajat (lihat pada
tablel 3)
Contoh:

11 Januari Tanggal 13 Juli


81 Januari + qoidah 83 Juli +
70 bu’du derajat 70

1
1
1
2
TAFAWUT
BURUJ BULAN QOIDAH
BURUJ

Jadyu 9 Januari - 81
Dalwu 10 Pebruari - 50
Hut 8 Maret - 22
Haml 10 April + 10
Tsur 9 Mei + 39
Jauza 9 Juni + 69
Saroton 7 Juli - 83
Asad 7 Agustus - 53
Sunbulah 7 September - 23
Mizan 6 Oktober + 6
Aqrob 7 Nopember + 37
Qous 7 Desember + 67

1
3
MEIL AWAL & GHOYAH
Meil Awal

Kalikanlah bu’du derajat dengan meil kully melalui sinus atau


tambahkan bu’du derajat pada meil kully melalui sin hasil dari kedua
cara tersebut adalah meil awal dan berlaku untuk semua daerah.

Contoh dengan sinus.

Tanggal 11 Januari & 13 Juli

bu’du derajat 70 sinus 0,939692


meil kully 23 27 x sinus 0,397948
meil awal 21 57 34 sinus 0,373949

Tanggal 28 Juli & 18 Nopember

bu’du derajat 55 sinus 0,819152


meil kully 23 27 x sinus 0,397948
meil awal 19 01 30 sinus 0,325980

Contoh dengan sin.

Tanggal 11 Januari & 13 Juli

bu’du derajat 70 sin 0.027014


meil kully 23 27 + sin 0.400172
meil awal 21 57 34 sin 0.427187

tanggal 28 juli & 18 Nopember

bu’du derajat 55 sin 0.086635


meil kully 23 27 + sin 0.400172
meil awal 19 01 30 sin 0,486808

1
4
Tabel 1. Jadwal meil awal

Tgl Januari Pebruari Maret Afril Mei Juni

1 23 04 23 17 28 40 08 11 56 04 12 17 14 49 15 21 57 34
2 22 59 39 17 12 05 07 49 21 04 44 46 15 08 03 22 06 10
3 22 54 29 16 55 13 07 26 39 05 08 09 15 26 35 22 14 21
4 22 48 52 16 38 03 07 03 49 05 31 28 15 44 51 22 22 06
5 22 42 50 16 20 36 06 40 53 05 54 42 16 02 52 22 29 26
6 22 36 21 16 02 52 06 17 51 06 17 51 16 20 36 22 36 21
7 22 29 26 15 44 51 05 54 42 06 40 53 16 38 03 22 42 50
8 22 22 06 15 26 35 05 31 28 07 03 49 16 55 13 22 48 52
9 22 14 21 15 08 03 05 08 09 07 26 39 17 12 05 22 54 29
10 22 06 10 14 49 15 04 44 46 07 49 21 17 28 40 22 59 39
11 21 57 34 14 30 12 04 21 17 08 11 56 17 44 56 23 04 23
12 21 48 33 14 10 55 03 57 45 08 34 24 18 00 54 23 08 40
13 21 39 08 13 51 24 03 34 09 08 56 43 18 16 32 23 12 30
14 21 29 18 13 31 38 03 10 30 09 18 54 18 31 51 22 31 55
15 21 19 05 13 11 39 02 46 47 09 40 55 18 46 51 23 18 50
16 21 08 28 12 51 28 02 23 02 10 02 48 19 01 30 23 21 20
17 20 57 27 12 31 03 01 59 15 10 24 31 19 15 49 23 23 22
18 20 46 03 12 10 26 01 35 27 10 46 03 19 29 47 23 24 57
19 20 34 16 11 49 37 01 11 36 11 07 26 19 43 24 23 26 05
20 20 22 06 11 28 37 00 47 45 11 28 37 19 56 40 23 26 46
21 20 09 34 11 07 26 00 23 53 11 49 37 20 09 34 23 27 00
22 19 56 40 10 46 03 00 00 00 12 10 26 20 22 06 23 26 46
23 19 34 24 10 24 31 00 23 53 12 31 03 20 34 16 23 26 05
24 19 29 47 10 02 48 00 47 45 12 51 28 20 46 03 23 24 57
25 19 15 49 09 40 55 01 11 36 13 11 39 20 57 27 23 23 22
26 19 01 30 09 18 54 01 35 27 13 31 38 21 08 28 23 21 20
27 18 46 51 08 56 43 01 59 15 13 51 24 21 19 05 23 18 50
28 18 31 51 08 34 24 02 23 02 14 10 55 21 29 18 22 31 55
29 18 16 32 - 02 46 47 14 30 12 21 39 08 23 12 30
30 18 00 54 - 03 10 30 14 49 15 21 48 33 23 08 40
31 17 44 56 - 03 34 09 - 21 57 34 -

1
5
Tabel 2. Jadwal meil awal

Tgl Juli Agustus September Oktober Nopember Desember

1 23 12 30 18 16 32 08 34 24 02 46 47 14 10 55 21 39 08
2 23 08 40 18 00 54 08 11 56 03 10 30 14 30 12 21 48 33
3 23 04 23 17 44 56 07 49 21 03 34 09 14 49 15 21 57 34
4 22 59 39 17 28 40 07 26 39 03 57 45 15 08 03 22 06 10
5 22 54 29 17 12 05 07 03 49 04 21 17 15 26 35 22 14 21
6 22 48 52 16 55 13 06 40 53 04 44 46 15 44 51 22 22 06
7 22 42 50 16 38 03 06 17 51 05 08 09 16 02 52 22 29 26
8 22 36 21 16 20 36 05 54 42 05 31 28 16 20 36 22 36 21
9 22 29 26 16 02 52 05 31 28 05 54 42 16 38 03 22 42 50
10 22 22 06 15 44 51 05 08 09 06 17 51 16 55 13 22 48 52
11 22 14 21 15 26 35 04 44 46 06 40 53 17 12 05 22 54 29
12 22 06 10 15 08 03 04 21 17 07 03 49 17 28 40 22 59 39
13 21 57 34 14 49 15 03 57 45 07 26 39 17 44 56 23 04 23
14 21 48 33 14 30 12 03 34 09 07 49 21 18 00 54 23 08 40
15 21 39 08 14 10 55 03 10 30 08 1156 18 16 32 23 12 30
16 21 29 18 13 51 24 02 46 47 08 34 24 18 31 51 23 15 54
17 21 19 05 13 31 38 02 23 02 08 56 43 18 46 51 23 18 50
18 21 08 28 13 11 39 01 59 15 09 18 54 19 01 30 23 21 20
19 20 57 27 12 51 28 01 35 27 09 40 55 19 15 49 23 23 22
20 20 46 03 12 31 03 01 11 36 10 02 48 19 29 47 23 24 57
21 20 34 16 12 10 26 00 47 45 10 24 31 19 43 24 23 26 05
22 20 22 06 11 49 37 00 23 53 10 46 03 19 56 40 23 26 46
23 20 09 34 11 28 37 00 00 00 11 07 26 20 09 34 23 27 00
24 19 56 40 11 07 26 00 23 53 11 28 37 20 22 06 23 26 46
25 19 34 24 10 46 03 00 47 45 11 49 37 20 34 16 23 26 05
26 19 29 47 10 24 31 01 11 36 12 10 26 20 46 03 23 24 57
27 19 15 49 10 02 48 01 35 27 12 31 03 20 57 27 23 23 22
28 19 01 30 09 40 55 01 59 15 12 51 28 21 08 28 23 21 20
29 18 46 51 09 18 54 02 23 02 13 11 39 21 19 05 23 18 50
30 18 31 51 08 56 43 02 46 47 13 31 38 21 29 18 22 31 55
31 18 16 32 08 34 24 - 13 51 24 - 23 12 30

1
6
Ghoyatul Irtifa
Tambahkan meil awal pada ardul balad jika ardul balad dan meil
berbeda arah dan jika satu arah maka carilah selisihnya, hasilnya
adalah tamam ghoyah dan ketahuilah ghoyahnya dengan cara
mengurangkannya dari 90.

Contoh:

11 Januari tanggal 13 Juli


21 57 34 meil awal 21 57 34
06 18 – ardul balad 06 18 +
15 39 34 tamam ghoyah 28 15 34
90 qoidah 90
15 39 34 – tamam ghoyah 28 15 34 –
74 20 26 ghoyatul irtifa 61 44 26

1
7
ARDUL BALAD

Cara Mengetahui Ardul Balad

Carilah ghoyah dengan cara meneropong matahari saat


matahari tepat di atas kepala kira-kira pukul 12 istiwa daerah anda
dengan rubu atau dengan alat bantu lainnya. Jika rubu anda
berhadafah biarkan sinar matahari masuk menerobos lubang hadafah
hingga bayangan bagian atas menutupi bagian bawah, dan jika rubu
anda tidak berhadafah tambahlah ±15 menit perhatikan pula arahnya
matahari pada saat itu. Jika meilnya kosong maka tamam ghoyah
adalah ardul balad dan arahnya berlawanan, jika ada meilnya
tambahkan pada tamamnya ghoyah, hal ini jika berbeda arah dan
jika satu arah maka carilah selisihnya, hasilnya adalah ardul balad.
Contoh:

74 20 26 ghoyah 83 42 00
90 – qoidah 90 –
15 39 34 tamam ghoyah 06 18 00
15 39 34 tamam ghoyah 06 18 00
21 57 34 – meil awal 00 00 00 +
06 18 00 ardul balad 06 18 00
06 18 00 ardul balad 06 18 00
90 – qoidah 90 –
83 42 00 ardul balad 83 42 00
Dapat diketahui bahwa ardul balad atau lintang Pandeglang adalah
Januby tepatnya di selatan katulistiwa 60 1800 00 dari garis
katulistiwa.

1
8
1
9
Perbedaan Antara Satu Arah Dan Berlawanan Arah

Yang dimaksud dengan sama atau satu arah dan beda atau
berlawanan arah adalah; jika arahnya suatu daerah itu
kedudukannya disebelah selatannya katulistiwa mulai dari tanggal 24
September sampai dengan 22 Maret akan sama pula dengan arahnya
meil dari awal buruj Mizan sampai akhir Hut, dan berarti daerah itu
berlintang selatan, karena mulai dari 1 Mizan sampai 30 Hut buruj-
buruj tersebut berada di selatan katulistiwa.
Sedangkan untuk daerah yang berada di utaranya katulistiwa
yang biasa disebut dengan lintang utara akan berlawanan arah
dengan awal buruj Mizan sampai dengan akhir Hut, tapi akan sama
kedudukannya ketika daerah berlintang utara tersebut bertepatan
dengan tanggal 23 Maret sampai 23 September atau tepatnya awal
buruj Haml sampai akhir Sunbulah, dan akan berlawanan arah
dengan daerah yang berada di selatannya katulistiwa ketika berada
di 1 Haml sampai 30 Sunbulah.

KOTA LS BT KOTA LS BT KOTA LS BT


Mojokerto 7,29 112,28 Pati 6,46 111,02 Cirebon 6,43 108,34
Jombang 7,32 112,16 Surakarta 7,46 110,50 Kuningan 6,58 108,29
Gresik 7,10 112,41 Purwodadi 7,05 110,55 Indramayu 6,20 108,20
Surabaya 7,14 112,46 Wonosobo 7,22 109,55 Majalengka 6,50 108,14
Sidoarjo 7,27 112,45 Cilacap 7,44 109,01 Tasikmalaya 7,20 108,14
Malang 7,59 112,40 Rembang 7,47 109,03 Garut 7,13 107,55
Tuban 6,54 112,05 Tegal 6,52 109,09 Ciamis 7,20 108,22
Jember 8,11 113,44 Brebes 6,52 109,03 Bandung 6,55 107,36
Bayuwangi 8,13 114,25 Klaten 7,42 110,37 Sumedang 6,53 107,56
Kediri 7,49 112,02 Kudus 6,48 110,50 Serang 6,07 106,09
Madiun 7,37 111,32 Jepara 6,36 110,40 Rangkasbitung 6,22 106,15
Blitar 8,07 112,12 Demak 6,52 110,38 Pandeglang 6,18 106,06
Pare 7,47 112,13 Semarang 6,59 110,26 Cikampek 6,23 107,28
Nganjuk 7,37 111,55 Kendal 6,56 110,13 SukaBumi 6,56 106,55
Tulungagung 8,05 111,56 Yogya 7,48 110,23 Cianjur 6,50 107,08
Situbondo 7,43 114,03 Magelang 7,29 110,14 Bogor 6,36 106,49
Pasuruan 7,39 112,56 Kebumen 7,46 109,40 Jakarta 6,08 106,49
Bangkalan 7,01 112,47 Ngawi 7,25 111,27 Tangerang 6,10 106,38
Sampang 7,13 113,17 Blora 6,58 111,26 Labuan 6,22 105,48
Pamekasan 7,10 113,31 Pekalongan 6,53 109,41 Purwakarta 6,37 107,28
Sumenep 7,01 113,53 Kalanganyar 7,38 109,35

2
0
BU’DUL QUTUR,ASAL MUTLAQ DAN NISFU FADLAH

Tambahkan meil awal pada ardul balad, hasilnya adalah bu’dul


qutur dan jika tama meil ditambahkan pada tamamnya ardul balad
maka akan menghasilkan asal mutlaq, untuk mengetahui nisfu
fadlahnya bu’dul qutur dikurangi asal mutlaq.
Contoh:
Tanggal 11 Januari & 13 Juli

meil awal 21 57 34 sin 0,427186


ardul balad 06 18 + sin 0,959657
bu’dul qutur 02 21 07 sin 1.386843
tamam meil 68 02 26 sin 0,032710
tamam ardul balad 83 42 00 + sin 0,002630
asal mutlaq 67 11 52 sin 0,035340
bu’dul qutur 02 21 07 sin 1.386817
asal mutlaq 67 11 52 – sin 0,035340
nisfu fadlah 02 33 05 sin 1,351476

Daqoiq Tamkin

Tambahkan qous dari irtifa 00 33 30 pada bu’dul qutur,lalu


kurangi dengan asal mutlaq, kemudian sisanya kurangi kembali oleh
nisfu fadlah; hasilnya adalah daqoiq ikhtilaf. Untuk bagian pertama
dan untuk bagian keduanya sama caranya hanya bedanya
menggunakan qous irtifa 00 15 00 dan hasilnya dinamakan daqoiq
nisfu qutur. Untuk menghasilkan daqoiq tamkin tambahkan daqoiq
nisfu qutur pada daqoiq ikhtilaf. Pada bagian ini daqoiq tamkin
berlaku untuk meil Januby atau Syamali

Contoh:
qous irtifa 00 33 30 sinus 0,009744
bu’dul qutur 02 21 07 + sinus 0,041037
jumlah 02 54 39 sinus 0,050782

2
1
jumlah 02 54 39 sin 1,294292
asal mutlaq 67 11 52 - sin 0,035340
sisa 03 09 28 sin 1,258951
sisa 03 09 28
nisfu fadlah 02 33 05 -
daqoiq iktilaf 00 36 23
qous irtifa 00 15 00 sinus 0.004363
bu’dul qutur 02 21 07 + sinus 0.041037
jumlah 02 36 08 sinus 0.045400
jumlah 02 36 08 sin 1.342927
asal mutlaq 67 11 52 - sin 0.035340
sisa 02 49 23 sin 1.307586
sisa 02 49 23
nisfu fadlah 02 33 05 -
nisfu qutur 00 16 18
daqoiq iktilaf 00 36 23 +
daqoiq tamkin 00 52 41 = 03 30 44

2
2
NISFU QOUSINNAHAR, LAIL DAN QOUS KEDUANYA

Tambahkan nisfu fadlah pada qoidah 90 jika meil dan ardul balad
sama, apabila berbeda arah maka qoidah 90 dikurangi nisfu fadlah,
hasilnya adalah setengah dari pada siang yang sebenarnya.
Kemudian tambahkan daqoiq tamkin untuk mengetahui setengahnya
siang yang telah berlalu dan hasilnya untuk mengurangi qoidah 180
terutama untuk mengetahui setengahnya dari busur malam.

Contoh satu arah:

qoidah 90 6
nisfu fadlah 02 33 05 + 0 10 12 20 +
½ qousinnahar haqeqy 92 33 05 6 10 12 20
½ qousinnahar haqeqy 92 33 05 6 10 12 20
Daqoiq tamkin 00 52 41 + 0 03 30 44 +
½ qousinnahar al-muri 93 25 46 6 13 43 04
½ qousinnahar al-muri 93 25 46 6 13 43 04
qoidah 180 - 12 -
½ qousillail al-muri 86 34 14 5 46 16 56
Contoh beda arah:

qoidah 90 6
nisfu fadlah 02 33 05 - 0 10 12 20 -
½ qousinnahar haqeqy 87 26 55 5 49 47 40
½ qousinnahar haqeqy 87 26 55 5 49 47 40
daqoiq tamkin 00 52 41 + 0 03 30 44 +
½ qousinnahar al-muri 88 19 36 5 53 18 24
½ qousinnahar al-muri 88 19 36 5 53 18 24
qoidah 180 - 12 -
½ qousillail al-muri 91 40 24 6 06 41 36

2
3
Pada Tanggal 21 Juni, matahari berada pada posisi paling
utaranya katulistiwa atau tepatnya diposisi garis balik utara. Pada
saat itu dibelahan bumi bagian utara katulistiwa mempunyai siang
yang lebih panjang dari pada malam dan untuk tanggal 22
Desember terjadi sebaliknya waktu malam akan terasa lebih panjang
dari pada siang berbeda dengan keadaan bumi dibagian selatan
katulistiwa, pada tanggal 21 Juni malam akan terasa lebih panjang
dari pada siang dan untuk tanggal 22 Desember waktu siang lebih
lama dari pada waktu malam jika dihitung untuk wilayah Pandeglang
pada saat itu semuanya ada perbedaan antara siang dan malam
sekitar 43 menit 54 detik. Terkecuali didaerah kutub dimulai 66,05
LU-90 LU atau disekitar lintang 66, 05 LS–90 LS baik siang maupun
malam selama tanggal 21 Maret sampai dengan tanggal 23
September akan mengalami periode yang sangat lama bahkan akan
mengalami siang atau malam selama beberapa hari.
Bila matahari berada dibelahan bumi bagian selatan maka di
kutub utara akan mengalami malam yang sangat panjang dari pada
siang. Sementara didaerah kutub selatan siang hari lebih panjang
dari pada malam atau sebaliknya ketika matahari berada dibagian
bumi utara maka di kutub utara akan mengalami siang yang sangat
panjang sedangkan di kutub selatan akan mengalami malam yang
sangat panjang. Dan ketika matahari berada digaris balik utara maka
daerah yang terletak di lintang 80’ LU akan mengalami siang hari
selama 134 hari dan malam selama 127 hari. Dan untuk daerah yang
terletak di lintang 85’ LU akan mengalami siang hari terus menerus
selama kurun waktu 161 hari dan malam 153 hari. Dibelahan bumi
kutub utara atau di kutub selatan baik siang maupun malam akan
mengalami periode yang sama yaitu 6 bulan berturut-turut. Dan itu
berarti waktu terbit dan terbenamnya matahari didua daerah tersebut
hanya sekali dalam 6 bulan. Dan kejadian ini ketika matahari berada
digaris katulistiwa.

2
4
Jadwal terbit dan terbenamnya matahari di kutub utara selatan

Daerah Tanggal terbit Tanggal terbenam


Kutub utara 90 LU 21 Maret 23 September
Kutub selatan 90 LS 23 September 21 Maret

2
5
2
6
ASAL MUADDAL, FADLU DA’IR DAN DAIR

Asal Muaddal

Ketahuilah irtifanya kemudian tambahkan bu’dul qutur jika meil


dan ardul balad berbeda dan jika satu arah maka nilainya irtifa
dikurangi bu’dul qutur, hasilnya adalah asal muaddal. Ketika tidak
ada meil maka jaibnya irtifa adalah asal muaddal atau ketika jaib
irtifa nilainya sama dengan bu’dul qutur (waktu januby) berarti waktu
yang ditunjukan saat itu adalah jam enam tepat, selain itu ketika jaib
irtifanya lebih kecil dari pada nilainya bu’dul qutur berarti selisih
diantara keduanya adalah asal muaddal.
Contoh:
irtifa syarqy 35 30 sinus 0.580702
bu’dul qutur 02 21 07 – sinus 0.041037 – sama
asal muaddal 32 39 39 sinus 0.539665

irtifa syarqy 35 30 sinus 0.580702


bu’dul qutur 02 21 07 + sinus 0.041037 + beda
asal muaddal 38 26 36 sinus 0.621740

Fadlu Da’ir Dan Da’ir

Asal muaddal dikurangi asal mutlaq hasilnya adalah tamam


fadlu da’ir, sedangkan untuk mengetahui fadlu da’irnya qoidah 90
dikurangi tamam fadlu da’ir, dan kurangkanlah dari jam 12 jika ingin
mengetahui jam dari hasil irtifa syarqi (pagi) untuk irtifa ghorbi
(sore)
Tambahan
Jika arah meil dan ardul balad sama dan jaib dari irtifa juga sama
dengan bu‟dul qutur maka fadlu da‟irnya 90, dan untuk da‟irnya
adalah nisfu fadlah, atau ketika bu‟dul qutur lebih besar nilainya
dibandingkan jaib irtifa maka fadlu da‟ir lebih dari 90.

2
7
Contoh ketika ardul balad dan meil berbeda arah:

asal muaddal 38 26 36 sin 0.206390


asal mutlaq 67 11 52 – sin 0.035340 –
tamam fadlu da’ir 42 24 41 sin 0.171050
jam dari irtifa pagi 08 49 38 44
qoidah 90
tamam fadlu da’ir 42 24 41 –
fadlu da’ir 47 35 19
waktu yang ditunjukan setelah jam 12 09 10 21 16

ketika ardul balad dan meil satu arah:

asal muaddal 32 39 39 sin 0.267875


asal mutlaq 67 11 52 – sin 0.035340 –
tamam fadlu da’ir 35 49 57 sin 0.232535
jam dari irtifa pagi 08 23 19 48
qoidah 90
tamam fadlu da’ir 35 49 57 –35 49 57
fadlu da’ir 54 10 03
waktu yang ditunjukan setelah jam 12 09 36 40 12

bu’dul qutur 02 21 07 sinus 0.041037


irtifa ghorby 01 – sinus 0.017452 –
asal muaddal 01 21 05 sinus 0.023585
asal muaddal 01 21 05 sin 0.627382
asal mutlaq 67 11 52 – sin 0.035340 –
sisa 01 27 58 sin 1.592041
waktu yang ditujukan setelah jam 6 06 05 51 52

2
8
qoidah 90
tamam fadlu da’ir 01 27 58 –
jumlah 88 32 02
waktu yang ditunjukan setelah jam 12 05 54 08 08

perhatian
ketika ardul balad dan meil satu arah kemudian diantara irtifa dan
bu’dul qutur hampir menyamai satu sama lainnya, maka fadlu da’ir
90, sedangkan untuk bu’dul qutur yang melebihi nilainya irtifa;
berarti fadlu da’ir lebih 90, dan untuk mengetahui da’irnya nisfu
qousinnahar haqeqy dikurangi dengan kelebihannya dari 90 (tamam
jiadah).
Contoh:
qoidah 90
sisa 01 27 58 +
tamam jiadah 91 27 58
½ qusinnahar haqeqy 92 33 05
tamam jiadah 91 27 58 –
da’ir 01 05 07

2
9
WAKTU SHOLAT MENURUT ISTIWA

Waktu Asar

Tambahkan Dhil mabsut desimal dari ghoyatul irtifa pada


qomah yang telah ditetapkan sebelumnya. Hasilnya adalah Dhil asar
yang berupa jaib, qouskan untuk mendapatkan irtifanya. Kemudian
ikuti caranya ketika mencari fadlu da’ir pada irtifa sore. Lewatkanlah
dua atau tiga menit hasilnya adalah waktu asar menurut istiwa
daerah anda.
Contoh:
Pandeglang 11 Januari
ghoyatul irtifa 74 20 26 cotang 0.280323
qomah 45 + cotang 1,000000 +
irtifa asar 37 59 30 cotang 1.280323
irtifa asar 37 59 30 sinus 0.615546
bu’dul qutur 02 21 07 – sinus 0.041037 – sama
asal muaddal 35 03 55 sinus 0.574509
asal muaddal 35 03 55 sin 0.240702
asal mutlaq 67 11 52 – sin 0.035340
tamam fadlu da’ir 38 33 05 sin 0.205362
qoidah 90
tamam fadlu da’ir 38 33 05 –
fadlu da’ir 51 26 55
antara duhur dan asar istiwa Pandeglang 03 25 47 40
waktu asar istiwa Pandeglang 03 27 48 (setelah ditambah 2 menit)

3
0
Pandeglang 13 Juli
ghoyatul irtifa 61 44 26 cotang 0.537531
qomah 45 + cotang 1.000000 +
irtifa asar 33 02 23 cotang 1.537531
irtifa asar 33 02 23 sinus 0.545220
bu’dul qutur 02 21 07 + sinus 0.041037 + beda
asal muaddal 35 53 31 sinus 0.586257
asal muaddal 35 53 31 sin 0.231910
asal mutlaq 67 11 52 – sin 0.035340
tamam fadlu da’ir 39 29 28 sin 0.196570
qoidah 90
tamam fadlu da’ir 39 29 28 –
tamam jiadah 50 30 32
antara duhur dan asar istiwa Pandeglang 03 22 02 08
waktu asar istiwa Pandeglang 03 24 02 (setelah ditambah 2 menit)

Waktu Magrib
Untuk mengetahui waktu magrib nisfu qousinnahar al-mury
dikurangi waktu antara duhur dan asar, dan sisanya adalah waktu
diantara asar dan magrib, kemudian sisa tersebut ditambahkan pada
jamnya diantara duhur dan asar hasilnya adalah waktu magrib
menurut istiwa setempat.
Contoh:
11 Januari Tanggal 13 Juli

93 25 46 ½ qousinnahar al-mury 88 19 36
51 26 55 – antara duhur dan asar 50 30 31 –
41 58 51 sisa 37 49 05
02 47 55 24 antara asar dan magrib 02 31 16 20
03 25 47 40 + antara duhur dan asar 03 22 02 08 +
06 13 43 04 magrib menurut istiwa 05 53 18 28

3
1
Bila ingin mengetahui waktu magrib dan terbitnya matahari
yang lebih ringkas lagi, nisfu qousinnahar al-mury dikali 4 hasilnya
waktu magrib menurut istiwa, dan nisfu qousillail al-mury dikali 4 jika
yang dikehendaki adalah waktu untuk terbit, atau anda bisa
menyusunnya lagi dengan jalan yang mungkin lebih mudah.
Caranya adalah; tambahkan nisfu fadlah pada qoidah jam 6 sore jika
arah meil dan ardul balad satu arah dan bila berbeda arah maka
qoidah jam 6 dikurangi dengan nisfu fadlah, kemudian hasilnya
masing-masing ditambah dengan daqo'iq tamkin, hasilnya adalah
waktu magrib.
Contoh:
Pandeglang – Sama
90 qoidah 06
02 33 05 + nisfu fadlah 00 10 12 20 +
92 33 05 jumlah 06 10 12 20
92 33 05 jumlah 06 10 12 20
00 52 41 + daqoiq tamkin 00 03 30 44 +
93 25 46 magrib menurut istiwa 06 13 43 04
Pandeglang – beda
90 qoidah 06
02 33 05 – nisfu fadlah 00 10 12 20 –
87 26 55 jumlah 05 49 47 40
87 26 55 jumlah 05 49 47 40
00 52 41 + daqoiq tamkin 00 03 30 44 +
88 19 36 waktu magrib istiwa 06 53 18 24

Waktu Terbit
Tambahkan nisfu fadlah pada qoidah jam 6 pagi jika arah meil
dan ardul balad berbeda dan jika satu arah maka sebaliknya, dan
masing-masing hasilnya dikurangi dengan daqo'iq tamkin.

3
2
Pandeglang – sama

90 qoidah 06
02 33 05 – nisfu fadlah 00 10 12 20 –
87 26 55 jumlah 05 49 47 40
87 26 55 jumlah 05 49 47 40
00 52 41 – daqoiq tamkin 00 03 30 44 –
86 34 14 waktu terbit istiwa 05 46 16 56

Pandeglang – beda
90 qoidah 06
02 33 05 + nisfu fadlah 00 10 12 20 +
92 33 05 jumlah 06 10 12 20
92 33 05 jumlah 06 10 12 20
00 52 41 – daqoiq tamkin 00 03 30 44 –
91 40 24 waktu terbit istiwa 06 06 41 36

Waktu Isya Dan Subuh

Untuk mengetahui waktu isya dan waktu subuh caranya sama;


yaitu irtifa 17 untuk isya dan 19 untuk subuh , lalu dari kedua irtifa
tersebut dikurangi asal mutlaq dan sisanya ditambah nisfu fadlah jika
satu arah dan kurangi jika beda. Hasilnya dinamakan ”makana“
Kemudian makana dikurangi nisfu fadlah jika meilnya sama dan
kurangi jika beda, hasilnya adalah “hissotussyafaq” untuk waktu isya
dan “hissotul fazar” untuk waktu subuh.
Untuk waktu isya hissotus syafaq ditambahkan pada nisfu
qousinnahar al-mury, sementara untuk waktu subuh nisfu qousillail
al-mury dikurangi hissotul fazar. Hasil dari pertambahan antara
hissotussyafaq dengan nisfu qousinnahar adalah waktu isya, dan sisa
pengurangan dari nisfu qousillail al-mury dengan hissotul fazar
adalah waktu subuh.

3
3
A. Waktu Isya.
11 Januari - Sama
irtifa 17 sin 0,534064
asal mutlaq 67 11 52 – sin 0,035340
sisa 18 29 28 sin 0,498724
sisa 18 29 28 sinus 0,317157
nisfu fadlah 02 33 05 + sinus 0,044515 sama
makana 21 12 11 sinus 0,361672

makana 21 12 11
nisfu fadlah 02 33 05 – sama
hissotussyafaq 18 39 06
½ qousinnahar al-mury 93 25 46 +
ro’sul waktu isya 0112 04 52
waktu isya istiwa Pandeglang 7 28 19 28

13 Juli - Beda

irtifa 17 sin 0,534064


asal mutlaq 67 11 52 – sin 0,035340
sisa 18 29 28 sin 0,498724
sisa 18 29 28 sinus 0,317157
nisfu fadlah 02 33 05 – sinus 0,044515 beda
makana 15 49 18 sinus 0,272642
makana 15 49 18
nisfu fadlah 02 33 05 + beda
hissotussyafaq 18 22 23
½ qousinnahar al-mar’i 88 19 36 +
ro’sul waktu isya 0106 41 59
Waktu isya istiwa Pandeglang 7 06 47 56

3
4
B. Waktu Subuh
11 Januari - Sama
irtifa 19 sin 0,487358
asal mutlaq 67 11 52 – sin 0,035340
sisa 20 40 53 sin 0,452017
sisa 20 40 53 sinus 0,353170
nisfu fadlah 02 33 05 + sinus 0,044515 sama
makana 23 26 01 sinus 0,397686

makana 23 26 01
nisfu fadlah 02 33 05 – Sama
hissotulfazr 20 52 56

½ qousillail al-mury 86 34 14
hissotulfazr 20 52 56 –
ro’sul waktu subuh 65 41 18
Waktu subuh istiwa Pandeglang 04 22 45 12

13- Juli Beda


irtifa 19 sin 0,487358
asal mutlaq 67 11 52 – sin 0,035340
sisa 20 40 53 sin 0,452017
sisa 20 40 53 sinus 0,353170
nisfu fadlah 02 33 05 – sinus 0,044515 beda
makana 17 58 42 sinus 0,308655
makana 17 58 42
nisfu fadlah 02 33 05 + beda
hissotulfazr 20 31 47

½ qousillail al-mury 91 40 24
hissotulfazr 20 31 47 –

3
5
ro’sul waktu subuh 71 08 37
Waktu subuh istiwa Pandeglang 04 44 34 28

Waktu Imsak

Untuk mengetahui waktu imsak kurangilah waktu Subuh 10,7


atau 5 menit menurut ihtiat anda, caranya daqoiq tamkin 00 52 41x
3= 02 38 03 x 4 = 10 32 12 menit atau 2 kali daqoiq tamkin 01 45
22 x 4 = 07 01 28 menit, untuk yang 5 menit , 00 26 21+ 00 52 41=
01 18 02 x 4 = 05 12 06 menit. Setelah waktu subuh dikurangi
dengan ketiga cara tersebut sisanya adalah waktu imsak menurut
istiwa.
Contoh:

Pengurangan dengan 10 menit


11 Januari Tanggal 13 Juli
65 41 18 ro’sul waktu subuh 71 08 37
02 38 03 – ikhtiyat 02 38 03 –
63 03 15 sisa 68 30 34
04 12 13 waktu imsyak 04 34 02 16

Pengurangan dengan 7 menit


11 Januari Tanggal 13 Juli
65 41 18 ro’sul waktu subuh 71 08 37
01 45 22 – ikhtiyat 01 45 22 –
63 55 56 sisa 69 23 15
04 15 43 44 waktu imsyak 04 37 52

Pengurangan dengan 5 menit


11 Januari Tanggal 13 Juli
65 41 18 ro’sul waktu subuh 71 08 37
01 18 02 – ikhtiyat 01 18 02 –
64 23 16 sisa 69 23 15
04 17 33 04 waktu imsyak 04 39 22 20

3
6
Waktu Duha

Ketahuilah asal muaddal dari irtifa syarqy 40 3000, kemudian


asal muaddal tersebut dikurangi asal mutlaq dan sisanya
ditambahkan pada qoidah jam 6 pagi hasilnya adalah waktu duha.
Contoh:
Pandeglang 11 Januari

irtifa syarqy 04 30 sinus 0.0784459


bu’dul qutur 02 21 07 – sinus 0.0410376
asal muaddal 02 08 41 sinus 0.0374214
asal muaddal 02 08 41 sin 1.4268530
asal mutlaq 67 11 52 – sin 0.0353406
tamam fadlu da’ir 02 19 36 sin 1.3915123
waktu duha istiwa 06 09 18 24

Pandeglang 13 Juli

irtifa syarqy 04 30 sinus 0.0784459


bu’dul qutur 02 21 07 + sinus 0.0410376
asal muaddal 06 51 47 sinus 0.1194967
asal muaddal 06 51 47 sin 0.9226441
asal mutlaq 67 11 52 – sin 0.0353406
tamam fadlu da’ir 07 26 53 sin 0.8873035
waktu duha istiwa 06 29 47 32

Tambahan:
Untuk mengetahui waktu duhur, jam 12 istiwa ditambah 4 menit.

3
7
Waktu ghuruby.

Tambahkan daqoik tamkin pada qo’idah jam 6, lalu hasilnya


kurangkan pada waktu istiwa setempat, jika meil dan ardul balad
satu arah kembali kurangi dengan nisfu fadlah. Apabila berlawanan
arah maka sebaliknya.
Contoh:

11 Januari Tanggal 13 Juli


06 00 00 00 qoidah 06 00 00 00
00 03 30 44 + daqoiq tamkin 00 03 30 44 +
06 03 30 44 jumlah 06 03 30 44
07 00 00 00 waktu istiwa 07 00 00 00
06 03 30 44 – alamat pengurangan 06 03 30 44 –
00 56 29 16 sisa 00 56 29 16
00 56 29 16 sisa 00 56 29 16
00 10 12 20 – nisfu fadlah 00 10 12 20 +
00 46 16 56 waktu ghuruby 01 06 41 36
Tambahan ;
Apabila waktu istiwa tidak bisa dikurangi, maka dalam hal ini
tambahlah 12 jam pada waktu istiwa setempat

Meil Ardul balad 00 05 10 15 20 25 30


00 Refraksi 2.14 2.15 2.16 2.19 2.23 2.28 2.35
½ diam 1.00 1.01 1.02 1.03 1.04 1.06 1.09
05 Refraksi 2.15 2.16 2.17 2.20 2.24 2.29 2.36
½ diam 1.01 1.02 1.03 1.04 1.06 1.08 1.10
15 Refraksi 2.16 2.18 2.20 2.22 2.26 2.32 2.39
½ diam 1.02 1.03 1.04 1.06 1.08 1.10 1.13
20 Refraksi 2.19 2.20 2.22 2.25 2.30 2.36 2.43
½ diam 1.03 1.04 1.05 1.07 1.10 1.14 1.18
25 Refraksi 2.23 2.24 2.26 2.30 2.35 2.41 2.48
½ diam 1.04 1.05 1.07 1.10 1.14 1.19 1.24
23.27 Refraksi 2.26 2.28 2.31 2.35 2.41 2.48 2.57
½ diam 1.05 1.07 1.09 1.12 1.17 1.23 1.30

3
8
Peringatan:
Untuk ikhtiyat sebaiknya dari semua waktu tersebut agar ditambah
±3 menit, terkecuali untuk waktu imsak maka dikurangi ± 3 menit.

3
9
KONVERSI WAKTU
Waktu Istiwa

Apabila suatu daerah mempunyai arah dan ardul balad (lintang)


yang sama atau hampir menyamai dengan lintangnya daerah anda,
maka semua waktu sholat istiwanya berlaku pula untuk daerah anda,
begitupun sebaliknya dengan catatan Tanggal dan Bulannya pun
harus sama. Daerah yang sama persis atau hampir menyamai baik
arah, dan lintangnya disebagian Barat Jawa antara lain
Rangkasbitung-Labuan LS: 06 22, Tasikmalaya–Ciamis dan
Temanggung (Jawa tengah).
LS: 07 20 dan 7 19. Serang–Jakarta dan Tanggerang masing-masing
LS: 06 07-, 06 08 dan 6 10, Pandeglang, Indramayu LS 06 18 dan
LS 06 20, Bandung-Sukabumi LS: 06 55 dan LS: 06 56 dan lain
sebagainya.

Pandeglang Kota Indramayu


06 18 00 lintang selatan 06 20 00
06 13 44 magrib istiwa 06 13 47

Bandung Kota Sukabumi


06 55 00 lintang selatan 06 56 00
06 14 45 magrib istiwa 06 14 46

WAKTU WASATI (Waktu pertengahan)

Tambahkan atau kurangkan waktu istiwa setempat dengan


perata waktu yang sesuai dengan tanggal dan bulannya maka waktu
wasati daerah anda akan sama pula dengan daerah lain yang
mempunyai arah dan lintang yang sama dengan daerah anda. Jika
waktu istiwa daerah anda ditambah atau dikurangi dengan perata
waktu maka daerah itu pun harus ditambah atau dikurangi dengan
perata waktu.
Contoh:

4
0
Tanggal 11 Januari
Pandeglang Kota Indramayu
06 13 44 magrib istiwa 06 13 47
00 07 43 + perata waktu 00 07 43 +
06 21 27 magrib wasati 06 13 47
Tanggal 13 Juli
Pandeglang Kota Indramayu
05 53 20 magrib istiwa 05 53 16
00 02 41 – perata waktu 00 02 41 –
05 50 39 magrib wasati 05 50 35

Menjadikan Waktu Istiwa Ke Wib


Cara menjadikan atau memindahkan dari waktu istiwa ke wib
adalah; jika letak bujur timur wib itu di baratnya kota anda maka
bujur timur kota anda dikurangi bujur timur wib, begitupun dengan
daerah yang letaknya di barat wib berarti bujur timur wib yang
dikurangi oleh bujur timur kota tersebut, kemudian tambah, atau
kurangi dengan perata waktu yang sesuai dengan tanggal dan
bulannya.
Contoh:
A. Timur wib
bujur timur. Surabaya 112 46 07 31 04
bujur timur. Wib 105 00 – 07 00 00 –
selisih bujur/waktu 007 46 00 31 04
bujur timur. Pandeglang 106 18 07 04 24
bujur timur. Wib 105 00 – 07 00 00 –
selisih bujur/waktu 001 06 00 04 24
B. barat wib
bujur timur. Wib 105 00 07 00 00
bujur timur. Padang 100 20 – 06 41 20 –
selisih bujur/waktu 004 40 00 18 40
bujur timur. Wib 105 00 07 04 24

4
1
bujur timur. Banda aceh 095 19 – 06 21 16 –
Selisih bujur/waktu 009 41 00 38 44
Banda aceh Kota Padang
08 39 56 waktu istiwa 09 00 00
00 07 43 + perata waktu 00 07 43 +
08 47 39 waktu istiwa 09 07 43
00 38 44 + selisih wib 00 18 40 +
09 26 23 wib 09 26 23

Pandeglang Kota Surabaya


09 23 04 waktu istiwa 09 49 44
00 07 43 + perata waktu 00 07 43 +
09 30 47 waktu istiwa 09 57 27
00 04 24 + selisih wib 00 31 04 +
09 26 23 wib 09 26 23
Pandeglang Kota Surabaya
06 13 44 magrib istiwa 06 15 16
00 07 43 + perata waktu 00 07 43 +
06 21 27 magrib istiwa 06 22 59
00 04 24 + selisih wib 00 31 04 +
18 17 03 magrib menurut wib 17 51 55

Sering kali ditemui penambahan atau pengurangan waktu


terutama dalam hal waktu sholat untuk daerah lain, hanya
berdasarkan selisih bujur timurnya saja tanpa melihat arah dan
lintangnya, sebenarnya hal ini kurang tepat dan menyalahi teori,
mungkin jika selisih lintangnya tidak melebihi 3 derajat masih dapat
dimaklumi karena biasanya sudah termasuk waktu ihtiat untuk
umum. Tapi jika selisih lintangnya melebihi tiga derajat bahkan lebih
maka penambahan atau pengurangan waktu dari dan untuk daerah
lain tidak bisa digunakan dengan tepat terutama untuk waktu Sholat,
karena untuk mengetahui waktu sholat bukan berdasarkan garis

4
2
bujur timur melainkan berdasarkan garis lintang daerahnya masing-
masing.
Contoh yang menyalahi teori:

Dari tanggal 11 Januari


bujur timur. Surabaya 112 46 00
lintang selatan Surabaya 007 14 00
magrib menurut istiwa 006 15 16
perata waktu 000 07 43 +
magrib menurut wasati 006 22 59
selisih bt. Surabaya dengan wib 000 31 04 –
magrib menurut wib 017 51 55
selisih bt Surabaya dengan Padang 000 49 44 +
magrib wib Padang 018 41 39

Sementara jika mau diteliti lebih jauh lagi waktu magrib yang benar
untuk kota Padang pada tanggal 11 Januari adalah;

lintang selatan Padang 000 58 00


magrib menurut istiwa 006 05 05
perata waktu 000 07 43 +
magrib menurut wasati 006 12 48
selisih BT. Padang dengan wib 000 18 40 +
magrib menurut wib Padang 018 31 28

4
3
JADWAL PERATA WAKTU

4
4
JADWAL PERATA WAKTU

4
5
Contoh waktu magrib dibeberapa kota berlaku untuk tanggal 11
Januari dan 3 desember

No Kota Istiwa Wasati Wib


1 Padang 06 05 05 06 12 48 18 13 28
2 Labuan 06 13 51 06 21 34 18 18 22
3 Pandeglang 06 13 44 06 21 27 18 17 03
4 Rks Bitung 06 13 51 06 21 34 18 18 22
5 Serang 06 13 26 06 21 09 18 17 33
6 Tanggerang 06 13 31 06 21 14 18 14 42
7 Jakarta 06 13 28 06 21 11 18 14 55
8 Bogor 06 14 14 06 21 57 18 13 55
9 Indramayu 06 13 47 06 21 30 18 08 10
10 Semarang 06 14 51 06 22 34 18 44 18
11 JogJakarta 06 16 12 06 23 55 18 02 23
12 Surabaya 06 15 16 06 22 59 17 51 55
13 Kediri 06 16 13 06 23 56 17 55 48
14 Malang 06 16 33 06 24 13 17 53 33
15 Jember 06 16 50 06 24 33 17 49 37
16 Banyuwangi 06 16 53 06 24 36 17 46 56

4
6
Jarak Diantara Dua Bujur

Perhatikanlah saat terjadinya pertengahan gerhana bulan


antara tempat anda dan daerah lain di Barat atau di Timurnya kota
anda dengan mencatat waktu istiwanya, bila anda menemukan
kesulitan soal waktu untuk daerah lain maka suruhlah orang lain di
tempatnya untuk berbuat seperti apa yang anda kerjakan. Jadikan
setiap 4 detik 1 daqiqoh dan setiap 4 menit adalah satu derajat.
Contoh:
Sebuah kota paling timur di pulau Jawa saat terjadinya
pertengahan gerhana bulan menunjukan pukul 21 43 08 menurut
istiwa, dan sebuah kota paling barat di pulau Sumatra saat itu baru
menunjukan pukul 20 25 48 menurut istiwa.
21 43 08
20 25 48 -
01 17 20 X 15
Jadi jarak dari sebuah kota paling timur di pulau Jawa ke kota
paling barat di pulau Sumatra jika dihitung dalam satuan derajat
adalah 190 2000
Catatan :
Kota yang dimaksud disini adalah Banyuwangi di timur Jawa dan kota
Sabang di ujung barat Sumatra.

4
7
AHDIL IRTIFA

Mengetahui Irtifa Dari Fadlu Da'ir

Ketahuilah asal muaddalnya dengan cara menambahkan


tamam fadlu dair pada asal mutlaq, kemudian hasilnya (asal
muaddal) ditambah bu’dul qutur jika meil dan ardul balad satu arah,
jika berlawanan arah maka sebaliknya. Hasil dari semua penambahan
atau pengurangan antara asal muaddal dengan bu’dul qutur adalah
irtifa.
Contoh:
satu arah
tamam fadlu da’ir 35 49 57 sin 0.232534
asal mutlaq 67 11 52 + sin 0.035340
asal muaddal 32 39 39 sin 0.267874
asal muaddal 32 39 39 sinus 0.539664
bu’dul qutur 02 21 07 + sinus 0.041037
irtifa 35 30 sinus 0.580702

Si'ah Masriq Dan Si'ah Magrib

Kurangkanlah meil awal pada tamam ardul balad maka


hasilnya adalah si'ah untuk saat itu.
Contoh:
meil awal 21 57 34 sin 0.427186
tamam Pandeglang 83 42 00 – sin 0.002630
si’ah 22 06 00 sin 0.424555

Irtifa Yang Tak Mempunyai Samat

Takkan pernah terjadi jika ada irtifa tapi tak ada samatnya
terkecuali disebabkan oleh dua hal yaitu meil dan ardul balad satu
arah, dan nilainya meil tersebut lebih kecil dari pada ardul balad.
Untuk mengetahui irtifa yang tak mempunyai samat caranya adalah;

4
8
meil awal dikurangi dengan ardul balad dan hasilnya adalah irtifa
yang tak mempunyai samat.
Contoh:
meil awal 04 44 46 sin 1.082281
ardul balad 06 18 00 – sin 0.959657
irtifa tak bersamat 48 56 20 sin 0.122623

Hissotus Simty Berikut Ta'dilnya

Tambahkanlah irtifa pada ardul balad, kemudian jumlahnya


dikurangi tamam ardul balad, hasilnya adalah hissotus simty
sedangkan untuk mengetahui ta'dilnya; siah ditambah hissotus simty
hal ini jika meil dan ardul balad berlawanan arah, jika sama carilah
selisihnya.

Satu arah
irtifa 35 30 sin 0.236045
ardul balad 06 18 00 + sin 0.959657
jumlah 03 39 13 sin 0.195703
jumlah 03 39 13 sin 0.195703
tamam pandeglang 83 42 00 – sin 0.002630
hissotussimty 03 40 33 sin 0.193072
si’ah 22 06 00 sinus 0.376224
hissotussimty 03 40 33 – sinus 0.064111
ta’dil simty 18 11 12 sinus 0.312112
Simtul Irtifa

Carilah terlebih dahulu tamam dari irtifa, setelah diketahui


maka tamamnya irtifa tersebut kurangkan pada ta'dil simty dan
hasilnya adalah simtul irtifa.
Contoh:
ta’dil simty 18 11 12 sin 0.505686
tamam irtifa 54 30 00 – sin 0.089313
simtul irtifa 22 32 35 sin 0.416373

4
9
PENUTUP nu ieu doing can diedit

MENGETAHUI ARAH KIBLAT

Ketahuilah bu’dul qutur, asal mutlaq dan nisfu fadlah dengan


menggunakan ardul baladnya kota anda dan ardul baladnya kota
Mekkah sebagai meilnya 21 30, dan ketahui pula nisfu qousinnahar
haqeqy yang dihasilkan melalui pengurangan antara qoidah 90
dengan nisfu fadlah, hal ini berlaku untuk semua daerah yang
berlawanan arah dengan kota Mekkah, jika satu arah maka nisfu
fadlah ditambahkan pada qoidah 90. Selisih antara bujur timur kota
anda dengan kota Mekkah anggaplah fadlu dair dan carilah
tamamnya.
Kemudian tamam fadlu da’ir ditambahkan pada asal mutlaq hasilnya
adalah asal mu’addal. Lalu Kurangi asal mu’addal tersebut dengan
fadlu dair jika antara daerah anda dan kota Mekkah berlawanan arah
atau berbeda arah, maka hasilnya adalah irtifa ghorbi dan carilahlah
tamamnya dari irtifa ini. Kemudian meil 21 30 dikurangi dengan
tamamnya ardul balad anda untuk mengetahui si’ah maghrib symali.
Jumlahkanlah antara irtifa ghorby dengan ardul baladnya daerah
anda lalu hasil dari penjumlahannya dikurangi tamamnya ardul balad
daerah anda, hasilnya adalah hissotus simty.
Untuk mengetahui ta’dil simtynya tambahkanlah hissoh simty
pada si’ah maghrib jika berbeda arah dan jika satu arah maka hisoh
simty dikurangi si’ah maghrib. Langkah terakhir ta’dil simty dikurangi
tamamnya irtifa ghorbi, hasilnya adalah simtul Kiblat atau arah kota
anda menuju Kiblat, ketahui tamamnya Kiblat ini maka anda akan
mengetahui pula arahnya dari Kiblat menuju kota anda.
Apa bila anda mengikuti pola seperti ini dengan benar, maka anda
dapat mengetahui pula arah kota lain dari tempat anda.

5
0
5
1
5
2
Bujur timur Pandeglang 106 06
Bujur timur Paris 002 02 –
Selisih bujur 103 46
Lintang selatan Pandeglang 006 18 sin
Lintang utara Paris 048 35 + sin
Bu’dul qutur 004 43 13 sin
Tamam Pandeglang 083 42 sin
Tamam Paris 041 25 + sin
Asal mutlaq 041 06 44 sin
Bu’dul qutur 004 43 13 sin
Asal mutlaq 041 06 44 –
Nisfu fadlah 007 11 22
Qoidah 090 –
½ qusinnahar haqeqy 082 48 38
Selisih bujur 103 46
Qoidah 090 –
Tamam fadlu da’ir 013 46 sin
Asal mutlaq 041 06 44 + sin
Asal muaddal 009 00 08 sin
Asal muaddal 009 00 08 sinus
Bu’dul qutur 004 43 13 – sinus 000000 beda
Irtifa ghorby 004 15 15 sinus
Meil syamali 048 35 sin
Tamam Pandeglang 083 42 – sin
Si’ah magrib syamali 048 58 46 sin
Irtifa ghorby 004 15 15 sin
Lintang selatan Pandeglang 006 18 + sin
Jumlah 000 27 59 sin
Tamam Pandeglang 083 42 – sin
hissotussyamsi 000 28 09 sin

5
3
Mengetahui Arah Kiblat Melalui Tanggal

Untuk tanggal 28 Mei pukul 04 24 36 (menurut istiwa


Pandeglang) atau tepat pukul 16 17 04 (menurut Waktu Indonesia
bagian Barat) dan tanggal 16 Juli pukul 04 30 19 (menurut istiwa
Pandeglang) atau tepat pukul 16 25 55 (menurut waktu Indonesia
bagian Barat) adalah hari untuk menetapkan arah Kiblat yang paling
tepat, karena pada saat itu semua bayangan benda yang berdiri
tegak lurus menuju ke arah Kiblat. Dan pada saat itu pula matahari
tepat di atas kepala orang-orang disekitar Ka’bah atau jika dilihat,
arah derajat matahari pada saat itu berada pada kisaran 70 0400 dari
buruj Jauza dan 220 5600 dari buruj Saroton atau tepatnya tanggal 16
Juli.

MENGETAHUI 4 ARAH MATA ANGIN

Tempatkan suatu benda yang dapat berdiri dengan tegak lurus


pada suatu bidang yang datar seperti lantai atau tanah yang benar-
benar rata dan terbuka atau di luar ruangan yang terkena sinar
matahari. Amati bayangan dari benda tersebut, dan berilah titik
antara pusat benda dan ujung bayangannya. Kemudian berilah garis
diantara keduanya. Garis lurus dari kedua ujung tersebut
menunjukan garis barat dan timur, untuk mengetahui arah utara
dan selatannya tariklah secara vertikal dari pangkal benda tadi atau
90 derajat dari posisi 0 derajat pada titik timur atau barat hasilnya
adalah 4 arah mata angin.

Contoh:

5
4
Paku yang ditancapkan

Pantulan Sinar Matahari


Garis pemisah antara Barat dan Timur

Lingkaran yang dibuat untuk


mengetahui batasan Sinar
Matahari yang masuk

5
5
MUQADIMAH
NUJU DI EDIT
Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan bertemunya
Matahari dan Bulan sebagai tanda berakhirnya Bulan Qomariyyah.
Dan sebagai waktu ibadah bila telah melihat Hilal (Bulan sabit) dalam
perintah syariat.
Shalawat dan salam semoga tetap tercurah pada junjungan
Nabi Besar kita Muhammad Saw. yang telah mengatakan: “Belajarlah
kalian semua pada Ilmu Nuzum (Ilmu Perbintangan) sekedar kalian
mengetahui petunjuk dalam kegelapan daratan dan di lautan.” Dan
semoga sholawat serta salam juga terlimpah pada keluarganya, dan
sahabat-sahabatnya yang laksana Bintang-bintangnya petunjuk dan
lampu-lampu yang bersinar terang.
Buku yang kecil dan bagus ini memuat tentang bagaimana tata
cara untuk mengetahui Ijtima disetiap akhir bulan dari Bulan-bulan
Qomariyyah, mengetahui tempatnya Matahari dan Bulan di rasi
bintang, pada waktu ijtima, dan cara mengetahui keadaan hilal
setelah keduanya terpisah baik arah, tinggi dan lamanya hilal di kaki
Langit (horizon) setelah Matahari terbenam, juga besarnya cahaya
dan tempatnya hilal pada malam setelah ijtima.
Kesemua itu menurut tabel-tabelnya Sulton Ulugh Bek As Samar
Qondy yang telah diambil intisarinya oleh orang tuaku Imam Abdul
Hamid bin Muhammad Dumairy al Batawie Rahimakumullah, dari
catatan-catatan gurunya Syekh Abdurrohman bin Ahmad Al Misry.

5
6
INDEKS
BAB I TA’DILAN
MUQADIMAH ...............................................................
I TAHAP PENGKOREKSIAN.............................. ................
II BU’DU GHOIRU MUADDAL ............................................
III WASATUS SYAMSI .......................................................
IV TA’DIL AYYAM .............................................................
V HISSOTUSSA’AH .........................................................
VI TA’DIL ALAMAT ...........................................................
VII ALAMAT MUADDALAH ..................................................
VIII MULAI IJTIMA, KETINGGIAN DAN LAMANYA HILAL ..........
X BESAR CAHAYA, KEDUDUKAN, KEADAAN DAN TEMPATNYA
HILAL ........................................................................

5
7
TAHAP PENGKOREKSIAN

Jika Anda ingin mengetahui semua ini, maka ketahuilah bahwa


ijtima adalah sebutan dari adanya matahari dan bulan dalam satu
tempat (sejajar) di Ekliptika. Apabila matahari saat ijtima di buruj
Haml, maka bulan juga di buruj Haml. Dan bila matahari di buruj
Tsur, maka bulan juga di buruj Tsur dan seterusnya dalam buruj-
buruj yang jumlahnya 12. Hal seperti ini tak akan pernah terjadi
kecuali pada akhir-akhir Bulan Komariyyah yang disebut dengan
“Muhaq”. Dan kejadian itu disebabkan karena bulan berjalannya
sangat cepat yang hanya membutuhkan waktu satu bulan saja untuk
dapat menempuh falaknya (lintas orbit), sedangkan matahari
memerlukan waktu satu tahun lamanya untuk bisa menempuh
falaknya.
Cahaya bulan disebabkan oleh cahaya matahari jika bulan mendekati
matahari, setelah pertengahan bulan cahayanya makin berkurang
sedikit demi sedikit sampai bertemu lagi diakhir bulan, dan akhirnya
bulan pun tidak kelihatan sama sekali, karena setengahnya yang
bersinar menghadap ke matahari dan setengahnya lagi yang bersinar
menghadap ke bumi.
Tatkala bulan menjauh dari matahari, maka akan kelihatan
cahayanya yang disebut dengan hilal atau bulan sabit. Semakin
menjauh dari matahari akan semakin bertambah cahayanya dan
menjadi sempurna yang dinamankan bulan purnama yang mana
pada saat itu bulan dan matahari saling berhadapan, dan bulan
tersebut akan kembali seperti semula setiap bulan.
Jika anda telah memahami yang seperti itu, kemudian ingin
mengetahui lebih jauh lagi tentang masalah kapan bertemunya bulan
dan matahari disetiap akhir bulan? Maka carilah bilangan atau
harokat yang sesuai dengan jenisnya masing-masing, dimulai dari
Alamat, Hissoh, Hoosoh, Markaz, dan Auj untuk tahun yang
dikehendaki.
Kemudian susunlah angka-angka tersebut dan tempatkan
pada tiap jenisnya. alamat harus dengan alamat, hissoh dengan
hissoh, hoosoh dengan hoosoh, markaz dengan markaz, dan auj
dengan auj, lalu jumlahkan kesemuanya menurut kesatuanya
masing-masing. Menit dengan menit, derajat dengan derajat, buruj
dengan buruj, jam dengan jam, dan hari dengan hari. Berikut nama-
nama dari jenis harokat dan artiannya :

5
8
Alamat adalah sebutan dari bertemunya matahari dan bulan
pada saat akan berakhir dari bulan sebelumnya dan merupakan awal
dari bulan yang akan datang, sebagai batas pemisah antara
keduanya.
Hissoh adalah kemiringan ardul qomar atau miringnya bulan pada
orbitnya dari buruj digaris katulistiwa.
Hoosoh adalah kedudukan bulan pada orbitnya.
Markaz adalah kedudukan matahari pada orbitnya.
Auj adalah nama lain dari Aphelium yang menjadi lawannya
Pirihelium, atau boleh juga dikatakan titik jauhnya matahari dari
bumi di orbitnya kira-kira jaraknya 152,5 juta km.
Sedangkan Perihelium itu sendiri adalah jarak terdekatnya matahari
dari bumi menurut hitungan Astronomi adalah 147,5 juta km. Perlu
diketahui bahwa Alamat itu berisi; hari, jam, dan menit atau yaum,
saah, dan daqiqoh. Sedangkan kolom-kolom yang lain seperti Hissoh,
Hoosoh, Markaz dan Auj isinya adalah; Buruj, Derajat dan Daqiqoh.
Perlu diingat pula jumlah hari tidak boleh lebih 7, jam tidak melebihi
24, buruj tidak melebihi 12, derajat tidak melebihi 30 dan jumlahnya
daqiqoh tidak pula melebihi 60.
Jika dalam penjumlahan menit telah mencapai 60, maka
jadikan satu dan tambahkan pada derajat atau Saah bila pada
alamat. Bila pada derajat telah mencapai 30, jadikanlah 1 buruj atau
gabungkan pada buruj, jika pada buruj telah mencapai 12, maka
tetapkan atau tulislah nol (titik satu) atau jika buruj telah melebihi
jumlahnya misal 13, maka buanglah 12 dan tetapkan sisanya. Jika
penjumlahan jam (saah) telah mencapai 24, jadikan 1 hari dan
tambahkan pada jumlah hari sebelumnya (gabungkan pada kolom
yaum) dan bila jumlah hari telah melebihi 7, maka buanglah 7 dan
tetapkan sisanya.
Apabila semuanya telah dipraktekkan sesuai dengan tuntunan diatas,
maka setidaknya anda telah sedikit mengetahui pergerakan matahari
dan bulan walau belum sempurna dalam artian masih diperlukan
pengoreksian lebih lanjut untuk mengetahui lebih sempurna.
Ketahuilah bahwa seluruh harokat (angka) yang ada pada
tahun Majmuah (tabel 1) selalu bertambah tiap tahun dari tahun
Mabsutoh, setiap baris dalam tahun majmuah untuk sepuluh tahun
sekali, bila tahun majmuahnya sesuai dengan yang diharapkan misal
1420, 1430, 1440, 1450, maka tidak perlu ada penambahan
harokatnya tahun mabsutoh, tapi jika menghendaki tahun yang tidak

5
9
ada dalam contoh yang disebutkan, sementara anda ingin
mengetahui tahun 1431 atau 1432, tinggal ditambahkan saja
harokatnya tahun majmuah 1420 dengan harokatnya tahun
mabsutoh tahun 1 atau tahun 2, atau anda menginginkan harokatnya
Tahun 1628 H, sama seperti penambahan di atas Tahun atas Tahun
Majmuah 1420 + Tahun Mabsutoh 200 dan 8
(1420 + 200 + 8 = 1628) dan hal ini akan terus berlaku pada setiap
penjumlahan yang bukan tahun majmuah.
Harokat ditahun mabsutoh (tabel 2) juga akan selalu bertambah
pada yang lain jika dikalikan 2 harokat pertama, maka akan
menghasilkan jumlahnya harokat yang kedua. Jika harokat baris
pertama ditambahkan pada harokat baris kedua, hasilnya harokat
baris ketiga. Lakukanlah langkah seperti ini jika memang menemui
kesulitan atau ragu-ragu dalam penjumlahan, karena langkah seperti
ini akan sangat membantu dan terus berlaku selamanya. Dan cara
menjumlahkan harokat dalam tahun, baik majmu’ah atau mabsutoh
sama pula didalam jadwal bulan. Harokat Bulan Shofar dikalikan 2
atau harokat Shofar ditambah harokat Shofar akan menghasilkan
harokat Bulan Rabi’ul Awal, dan harokat Bulan Shofar jika
ditambahkan pada harokatnya Bulan Rabi’ul Awal akan menghasilkan
harokatnya Bulan Rabi’ul Tsani. Untuk Bulan Muharom yang tidak ada
nilainya (di atas Bulan Shofar) diperuntukkan mengetahui Ijtima dan
gerhana matahari, sedangkan Bulan Muharom yang ada nilainya
(paling bawah) khusus untuk mengetahui Istiqbal (lima belas hari ke
depan) atau gerhana bulan (lihat tabel 3).
Para ahli Astronomi mencatat pergerakan matahari dan bulan
dalam jadwal ditulis dengan huruf abjad tanpa titik sebagai
“rumusnya” kecuali huruf Nun, hal ini gunanya untuk membedakan
dengan huruf Ba, dan menulis huruf Jim hanya kepalanya saja
supaya berbeda dengan huruf Ha. Para ahli Astronomi membuat
rumus untuk Nol atau kosong dengan titik satu, dan huruf Ha yang
bawahnya dilingkari ( ) untuk semacam ini biasanya untuk bilangan
yang kurang dari 90. Bila melebihi 90 maka biasanya ditulis langsung
sesuai dengan ketentuan huruf sebagai mana mestinya
Umumnya para ahli Astronomi menentukan rumus-rumus untuk
hari menurut urutan hari (Tabel 9), misal; Alif, Ba, Jim, Dal, Ha, Wau,
dan Za masing-masing untuk Ahad (minggu) Senin, Selasa, Rabu,

6
0
Kamis, Jum’at dan Sabtu, terkadang untuk hari sabtu hanya ditulis
titik saja sebagai ganti dari huruf Za.
Begitu juga dengan buruj yang jumlahnya 12. Nol atau titik untuk
Haml, 1 Tsur, 2 Jauza, 3 Saroton, 4 Asad, 5 Sumbulah, 6 Mizan, 7
Aqrob, 8 Qous, 9 Jadyu, 10 Dalwu, 11 Hut dan bila telah mencapai
12 maka akan kembali ke nol atau titik satu untuk Haml.

Tahap Pengkoreksian

Jika anda telah berhasil menjumlahkan semua data–data


tahun dan bulannya sesuai dengan yang dikehendaki, maka carilah
Ta’dil hoosoh dengan jalan memasukan harokat Hoosoh kedalam
jadwal ta’dil hoosoh (tabel 4). Mulailah memasukan buruj dengan
buruj, dan derajat dengan derajat. Buruj dari atas dan derajat dari
sampingnya, tariklah yang sejajar dengan titik pertemuannya, maka
akan anda temukan nilainya satar awal dan satar tsani dibawahnya.
Susunlah nilainya satar awal dan satar tsani tersebut ke dalam kotak
yang telah disediakan. Kurangilah salah satu diantara keduanya
yang lebih besar nilainya oleh nilai yang lebih kecil, dan sisa dari
pengurangannya dinamakan alfadlu. Kemudian kalikanlah fadlu
tersebut dengan kasr mahfud yang diambil dari nilainya daqiqoh
harokat hoosoh. Jika hasil perkalian melebihi 60, misal 62 maka yang
60 dijadikan satu dan simpan diatasnya kotak yang bergaris miring
dan di bawah untuk sisanya. Turunkan hasil perkaliannya, dari menit
ke daqiqoh, dan dari daqiqoh ke tsawani pada kolom hasil dorbi;
kegunaannya adalah untuk mengurangi satar awal jika lebih besar
dari satar tsani atau ditambahkan pada satar awal jika nilainya satar
awal lebih kecil dari pada satar tsani dan berilah tanda min (-) jika
pengurangan atau tanda plus (+) untuk alamat penambahan. Dengan
jalan seperti ini berarti ta‟dil hoosoh telah berhasil dikoreksi. Ikutilah
pola seperti ini untuk digunakan dalam mencari semua jenis ta‟dilan.
Catatan
Apabila satar awal dan satar tsani mempunyai nilai yang
sama besar atau sama kecil, maka nilainya satar awal langsung jadi
ta‟dil hoosoh, hal yang sama juga berlaku untuk ta‟dil markaz, ta‟dil
ayyam, hissotussaah dan ardul qomar.

6
1
BU’DU GHOIRU MUADDAL

Setelah berhasil mengumpulkan dan menemukan nilainya ta’dil


markaz sesuai dengan caranya mencari ta’dil hoosoh, maka untuk
menghasilkan nilainya bu’du ghoiru muaddal tambahkanlah antara
kedua ta’dilan tersebut, dan jika dikalikan dengan qoidah 5 lalu hasil
perkaliannya ditambahkan pada ta’dil markaz maka akan dihasilkan
ta’dil syams, yaitu jarak dan geraknya matahari dari tempat yang
sebenarnya.
Tambahan
Cara membagi hasil perkalian antara bu‟du ghoiru muaddal dengan
qoidah 5 tetap mengikuti cara perkalian dengan sistem yang sama,
yaitu jika telah mencapai lebih dari 60, maka yang 60 dijadikan 1,
dan tetapkan sisanya masing-masing disimpan dalam kotak bergaris
miring. Untuk kelipatan 60 simpan di atasnya, dan untuk
kekurangannya simpan di bawahnya. Kemudian turunkan menurut
kemiringan garisnya masing-masing, dari tsawani ke tsawalis dari
daqiqoh ke tsawani, dan dari derajat ke daqiqoh. Dan samakanlah
setiap ada perkalian semacam ini.

WASSATUSSYAMSI

Tambahkan harokat Markaz pada harokat Auj, mulai dari


daqiqoh dengan daqiqoh, derajat dengan derajat dan buruj dengan
buruj. Penjumblahannya pun tidak boleh melebihi batasan-batasan
yang telah ditetapkan, maka hasilnya adalah wassatussamsy atau
jauhnya Matahari dari titik Haml menurut rata-rata perjalananannya.
Kurangi nilainya Wassatussamsy ini dengan ta’dil samsy untuk
menghasilkan Muqowwamussams atau tempatnya matahari dan
bulan bertemu pada saat ijtima. Dalam masalah ini, Wassatussyamsi
tidak mempunyai kelebihan tsawani dan tsawalis, agar bisa dikurangi
oleh tsawalis dan tsawaninya Ta’dil syamsi, maka kekosongan dalam
kolom-kolom tersebut perlu ditambah nilainya yang diambil dari
angka di depannya. Jika harokatnya muqowwamus syamsi
menunjukan pada buruj 10 derajat 7 dan 20 daqiqoh, diperkirakan
saat ijtima; bulan dan matahari berada di buruj dalwu atau di antara
Tanggal 20 Bulan Januari*.

6
2
*Hanya perumpamaan bukan suatu ukuran
TA’DIL AYYAM

Untuk mengetahui ta’dil ayyam sama halnya dengan mencari


ta’dil hoosoh yaitu mempertemukan buruj dan derajatnya
muqowwamus syamsi pada buruj dan derajatnya jadwal ta’dil ayyam
(tabel 6). Ambilah nilainya satar awal dan satar tersebut pada titik
pertemuannya. Dalam ta’dil ayyam ini menggunakan dua kasr
mahfud karena dalam setiap derajat yang tercantum dalam tabel
tersebut masing-masing berkelipatan 5. Mulai dari 0, 5, 10, 15, 20,
dan 25 derajat. Bila dalam derajatnya muqowwamus syamsi kurang
dari 5, maka masukanlah pada derajat 0, dan bila kurang dari 10
derajat maka masukan ke derajat 5.
Hitunglah kekurangan atau kelebihan derajat yang belum masuk, dan
setiap angka dari kekurangan atau kelebihannya yang telah atau
belum masuk supaya dijadikan kasr mahfud untuk kolom pertama,
dan untuk kasr mahfud kolom kedua diambil dari daqiqohnya harokat
hoosoh. Misalnya muqowwamus syamsi menunjukan buruj 10 dan
derajatnya 7, maka masukanlah ke buruj 10 dan derajat 7 jadwal
ta’dil ayyam. Setelah diketahui ada 2 derajat kelebihannya yang
belum terhitung (masuk) maka angka 2 itulah yang menjadi kasr
mahfud pertama.
Apabila bilangan derajatnya telah sempurna misal 0, 5, 10,
15, 20, atau 25 maka kasr mahfud pertama tidak dibutuhkan lagi,
untuk satar awal dan satar tsani dalam muqowwamus sams ini
hanya berupa daqiqoh saja. Kurangilah nilainya satar awal oleh satar
tsani atau sebaliknya. (cara praktek dapat dilihat dalam contoh versi
ta’dilan). Jika hasil dari pengurangan antara satar awal dan satar
tsani masih menyisakan angka, maka angka-angka tersebut dibagi 5,
atau untuk setiap satu angka ditulis 12 dan jika menyisakan dua
tulislah 24,
(60= 1÷5=12/120=2÷5=24) karena setiap satu angka dari nilainya
daqiqoh kebelakang adalah satu berbanding 60.
Kalikanlah sisa yang 12 atau 24 dengan kasr mahfud pertama dan
kedua kemudian simpan dan susun hasil perkaliannya masing-masing
pada kotak pertama dan kotak kedua.
Setelah melalui proses seperti biasa hasil dari penjumlahannya untuk
mengurangi nilai satar awal jika satar awal lebih besar dari satar
tsani dan berilah tanda min (-), dan ditambahkan pada satar awal

6
3
jika satar awal lebih kecil dari pada satar tsani dan diberi tanda plus
(+). Jika satar awal dan satar tsani sama nilainya atau sama-sama
kosong, maka nilainya satar awal atau satar tsani langsung dijadikan
ta’dil ayyam.

BU’DU MUADDAL

Untuk menghasilkan bu’dul muaddal, maka nilainya bu’du


ghoiru muaddal harus dikurangi oleh nilainya ta’dil ayyam, jika pada
kolomnya bu’du ghoiru muaddal nilai tsawalis kosong ambilah dari
angka di depannya. Dan pada bagian ini telah dimulai perhitungan
detik, menit dan jam, yang berarti telah dimulai pula batasan-
batasannya, dan hasil dari pengurangan antara bu’du ghoiru muaddal
dengan ta’dil ayyam ini dinamakan bu,du muaddal.
Dan ketika ta’dil ayyam tidak mempunyai nilai atau kosong karena
dari satar awal dan satar tsani sama–sama tidak mempunyai nilai,
maka bu’du ghoiru muaddal langsung menjadi bu’du muaddal

HISSOTUSSAAH

Mencari hissotussaah sama persis dengan cara mencari ta’dil


ayyam dimulai dari mempertemukan antara buruj dengan buruj dan
derajat dengan derajat yang sama-sama berupa kelipatan 5, caranya
menjadikan kasr mahfud pertama dan keduanya berikut cara
pembagian, penempatan hasil dorby ataupun caranya langsung
menjadikan/menetapkan hissotussah jika terjadi kesamaan nilai baik
satar awal maupun satar tsani, yang paling menonjol perbedaannya
dalam hal ini hanyalah soal satar awal dan satar tsani yang terkadang
mempunyai nilai derajat, dan dalam hissotussaah ini nilainya derajat
adalah jam.

TA’DILUL ALAMAT

Untuk mendapatkan Ta’dil alamat nilai hissotus saah harus


dikalikan terlebih dahulu dengan bu’du muaddal. Susunlah nilainya
bu’du muaddal tersebut secara berurutan dari atas ke bawah dimulai
dari derajat, daqiqoh dan tsawani persis di bawahnya kotak hissotus

6
4
saah. Jika terjadi kekosongan salah satu dari ketiganya, biarkan saja
dan tidak perlu diisi. Cara mengalikannya adalah disejajarkan dan
mulailah dengan derajat x derajat, derajat x daqiqoh x daqiqoh,
derajat x tsawani untuk baris pertamanya. Untuk baris kedua daqiqoh
x derajat, daqiqoh x daqiqoh dan daqiqoh x tsawani. Untuk baris
terakhirnya tsawani x derajat, tsawani x daqiqoh dan tsawani x
tsawani.
Simpanlah hasil perkalian tersebut dalam kotak yang bergaris
miring, masing-masing tingkatannya. Bagian atas untuk pembulatan
dari 60 dan bagian bawah untuk bilangan yang kurang dari 60 pada
setiap kolomnya. Jumlahkanlah semuanya menurut kemiringan
garisnya masing-masing. Dan cara menjumlahkannya dimulai dari
bagian yang paling bawah, yaitu dari tsawabi (titik 4), tsawalis (titik
3) tsawani (titik 2) dan daqiqoh (titik 1). Jika melebihi 60 tetapkan
sisanya dan untuk kelipatan dari 60 ditambahkan pada angka di
depannya. Begitu pula pada bagian yang lainnya, yang terpenting
adalah mulai dari tsawalis, tsawani sampai daqiqoh tidak melebihi 60,
saah tidak melebihi 24 dan pada bagian yaum tidak pula melebihi
dari 7. Dan jika pada bagian yaum itu melebihi 7 maka buanglah
kelebihannya dan tetapkan sisanya.

ALAMAT MUADDALAH

Untuk mengetahui alamat muaddalahnya Betawi maka harokat


alamat harus dikurangi nilainya ta’dil alamat, dan sisa dari
pengurangannya itulah alamat hari, jam, menit dan detiknya ijtima di
Betawi (kota Jakarta).
Misal alamat muaddalahnya Jakarta menunjukan yaum 1, saah 3,
dan daqiqoh 10; dan itu berarti terjadinya ijtima di kota Jakarta jatuh
pada Malam ahad, Jam 9, Lebih 10 menit.
Dan ketahuilah bahwa alamat ini berdasarkan pada Bujurnya kota
Jakarta 1420 diukur dari zazairul kholidah (Samudra atlantik), dan
hari-hari dalam Islam dimulai dari hari ahad, dan jamnya dimulai dari
terbenamnya matahari atau jam 6 sore menurut waktu istiwa
setempat. Untuk mengetahui waktu ijtima di kota anda, gunakanlah
fadlu tulain atau jarak selisih bujur kota anda dengan bujur kota
Jakarta. Jadikan 4 menit setiap derajatnya, dan 4 detik setiap
daqiqohnya. Kemudian kurangi waktu ijtima kota Jakarta jika kota

6
5
anda di baratnya dan untuk anda yang berdomisili di timurnya
Jakarta tambahkanlah selisih waktu tersebut pada alamat
muaddalahnya Betawi.

Tambahan ;

Apabila alamat tidak bisa dikurangi ta‟dil alamat seperti harokatnya


alamat menunjukan yaum 1, saah 3 dan daqiqoh 10, sementara
nilainya ta‟dil alamat mencapai yaum 2, saah 4 daqiqoh 15, tsawani 5
dan pada tsawalis 10; itu berarti dalam setiap harokat harus
diturunkan semuanya kekuarangan dalam tsawalis dapat diambilkan
dari tsawani, kekurangan dalam tsawani diambil dari daqiqoh,
kekurangan dari daqiqoh dapat diambil dari sa‟ah, dan kekurangan
dalam sa‟ah dapat diambil dari yaum, pun dengan kekurangannya
yaum dapat diambilkan dari hari yang telah terbuang sebelumnya.
Begitulah prakteknya setiap ada kekurangan.

MULAI IJTIMA, KETINGGIAN DAN LAMANYA HILAL

Kurangilah qoidahnya 24 dengan jam, menit dan detiknya


alamat muaddalah kota anda, maka akan diketahui mulainya ijtima.
Apabila jam, menit dan detiknya sa’atul ijtima tersebut dikalikan 30
atau dibagi 2, maka akan diketahui pula ketinggiannya hilal.
Kemudian ketinggian hilalnya dikalikan dengan qoidah 4, hasilnya
adalah lamanya hilal diatas ufuk.

Peringatan:

Dalam mengetahui irtifa hilal (ketinggian hilal) sangatlah


penting sekali, sebab disinilah pangkal perbedaan dalam setiap
menentukan tanggal satu untuk bulan baru. Maka kecermatan dalam
perhitungan sangat diperlukan, hal ini guna menghindari perbedaan
agar tidak terlalu menyolok. Misalnya apabila ketinggian hilal belum
mencapai 203000, tundalah satu hari untuk menentukan tanggal
satunya dari jarak hari ijtima, dan bila telah mencapai ataupun
melebihi 203000 maka keesokan harinya adalah tanggal satu untuk
bulan baru.

6
6
Maksudnya jika ijtima di kota anda itu hari Jum‟at, sementara irtifa
hilal belum mencapai 203000 berarti hari Minggu adalah untuk tanggal
satu dari bulan baru tersebut.
Masalah ijtima antara sebelum atau sesudah terbenamnya matahari
pun perlu diperhatikan.
Misalnya ijtima terjadi malam Minggu jam sembilan dan itu terjadi
setelah matahari terbenam. Atau apabila terjadinya ijtima hari
Minggu jam sepuluh siang dengan catatan irtifa telah mencapai atau
melebihi 203000 maka tanggal satunya adalah hari Senin.
Kesimpulannya adalah “Apabila ijtima terjadi sebelum matahari
terbenam maka malamnya (setelah ijtima) termasuk bulan
mendatang baik itu hilal bisa diru‟yah atau tidak, dan bila ijtima
terjadi setelah matahari terbenam maka malam itu dan hari
sesudahnya masih termasuk bulan yang sedang dijalani.

BESAR CAHAYA, KEDUDUKAN, KEADAAN DAN


TEMPATNYA HILAL

Untuk mengetahui seberapa besar cahaya hilal pada malam


ijtima? Carilah terlebih dahulu nilainya ardul qomar atau serongnya
bulan pada falaknya (orbit), yaitu mempertemukan antara buruj dan
derajatnya harokat Hissoh dengan buruj dan derajatnya jadwal ardul
qomar dan kerjakanlah seperti ketika anda mengerjakan cara
mencari ta’dil hoosoh pada bagian pertama.
Setelah didapatkan nilainya ardul qomar, kemudian tambahkanlah
nilainya muktsul hilal, tapi sebelum ditambahkan antara nilainya
ardul qomar dengan muktsul hilal, geserlah terlebih dahulu posisi
nilainya muktsul hilal dari tsawani menjadi tsawalis, dari tsawalis
menjadi tsawani dari tswanai menjadi daqiqoh, dan dari daqiqoh
menjadi derajat. Setelah semua posisinya digeser, tinggal
ditambahkan dengan nilainya ardul qomar dan hasilnya adalah Jirim
hilal yaitu bentuknya atau besarnya cahaya hilal pada malam ijtima.
Kemudian untuk mengetahui Kedudukan dan juga Kedaan hilal,
lihatlah harokat buruj dan derajatnya muqowwamaus syamsi dan
untuk caranya ada pada bagian mengetahui kedudukan dan
keadaannya hilal.
Setelah menginjak pada bagian Irtifa hilal bagian-bagian yang
lainnya tidaklah begitu diperlukan namun disini penyusun hanya ingin

6
7
memberikan semangat bagi para Muhasib yang berminat pada ilmu
Astronomi, bahwa ada beberapa rahasia yang perlu diketahui
sebelum menjajaki pada bagian mengetahui gerhana bulan dan
gerhana matahari.
Apabila anda sudah sedikit memahami/menguasai cara
mengetahui ijtima dengan jalan ta’dilan atau masih kurang mengerti
dalam ta’dilan tersebut cobalah melangkah ke tahap yang lebih
mudah praktis dan ringkas. Mungkin dalam hasilnya ada perbedaan
antara ta’dlan dengan jaberan terutama dalam hal bilangan menit
pada bagian alamat muaddalah baladuka.
Kegunaan dalam jaberan ini adalah untuk saling mengontrol
antara hasil ta’dilan dengan jaberan, jika terjadi perbedaan melebihi
batas sedikitnya lima menit hampir bisa dipastikan salah satu dari
keduanya ada yang keliru dan Insya Allah akan dipaparkan pada
bagian jaberan.

Tambahan

Bila ada keraguan dalam jamnya ijtima, terutama diantara


pukul 5 sampai pukul  5,50 sore (jam diantara matahari mulai
terbenam) apakah iztima terjadi sebelum atau sesudah Matahari
terbenam, sebaiknya tambahlah satu jam pada alamat muaddalah
baladuka, dan itu berarti ijtima terjadi setelah matahari terbenam.
Jika jarak jamnya ijtima kurang dari 2 jam atau 1,30 menit dari mulai
terbenamnya matahari maka tidak perlu ada penambahan (tatbek)
60 menit tapi Insya Allah hal ini takkan pernah terjadi.

Tamat

6
8
BAB II
JABERAN

6
9
PENDAHULUAN

Mengetahui ijtima dengan jalan Jaberan sama halnya dengan


cara mengetahui ijtima lewat ta’dilan yaitu langkah pertamanya
adalah mengetahui jumlah harokat/bilangan atau Mujtamiul harokat.
Namun disini dibuat lebih ringkas yang apabila bilangan pada
daqiqohnya telah mencapai 30, maka dikumpulkan atau digenapkan
dengan angkanya derajat, jika telah mencapai 29 boleh dibulatkan
menjadi satu derajat terkecuali pada harokatnya alamat baik menit,
jam dan hari tidak perlu dibulatkan hal ini guna mencegah agar tidak
terlalu fatal pada jam dan menitnya ijtima.

TA’DIL HOOSOH DAN TA’DIL MARKAZ

Keluarkanlah buruj serta derajatnya harokat Hoosoh kemudian


masukkan ke dalam Jadwal ta’dil hoosoh diambil hoosoh. (Tabel 4).
Caranya sama dengan ketika anda mencari ta’dil hoosoh pada bab
pertama yaitu mempertemukan buruj dengan buruj dan derajat
dengan derajat, dan pada titik pertemuannya adalah nilainya ta’dil
hoosoh. Kemudian keluarkan pula harokatnya Markaz dan masukan
pada Jadwal ta’dil markaz diambil markaz. Setelah didapatkan
nilainya ta’dil markaz, maka tambahkanlah pada nilainya ta’dil
hoosoh dan hasilnya adalah Bu’du ghoiru muaddal yaitu jauhnya
matahari dan bulan dari khatulistiwa.
Kalikanlah nilainya bu’du ghoiru muaddal tersebut dengan qoidah 5,
cara mengalikannya tetap sama yaitu hasil perkaliannya disusun
dengan sistem tumpang tindih dalam kotak bergaris miring. Untuk
bagian atas kelipatan 60 dan bagian bawah untuk bilangan yang
kurang dari 60 (lihat proses perkalian dalam bagian-bagian yang
telah lewat). Tambahkanlah hasil perkalian antara bu’du ghoiru
muaddal dan qoidah 5 pada nilainya ta’dil markaz, maka hasilnya
adalah ta’dil syamsi atau jarak dan geraknya matahari dari tempat
yang sebenarnya dan nilainya ta’dil syamsi ini berguna untuk
mengurangi Wassatu Syamsi yang akan menghasilkan Muqowwamus
Syamsi. Adapun untuk perkalian, cara peletakkan dan pembagian
hasilnya lihat contoh pada versi Jaberan.

7
0
WASSATU SYAMSI
Tempatnya Matahari di Ekliptika

Tambahkan harokatnya Markaz pada harokatnya Auz, hasil


penjumlahannya adalah Wassatus syamsi kemudian untuk
mengetahui nilainya Muqowwamus syamsi maka nilainya wassatus
syamsi harus dikurangi nilainya ta'dil syamsi.
Apabila masing-masing nilainya wassatus syamsi tidak bisa dikurangi
nilainya ta'dilus syamsi dalam hal ini nilainya wassatus syamsi harus
diturunkan dari tiap-tiap angka di depannya. Kekosongan dalam
tsawani dapat diambil dari daqiqoh, kekosongan dalam daqiqoh dapat
diambil dari derajat, kekosongan dalam derajat bisa diambil dari
buruj dan apabila nilainya dalam buruj masih tidak dapat dikurangi
maka harus diambilkan dari nilai yang telah terbuang sebelumnya
atau tambahlah dengan 12.
Apabila harokatnya Muqowwamus sams telah diketahui, maka
masukanlah buruj serta derajatnya ke dalam jadwal ta'dilul ayyam
(tabel 6) seperti pada tabel-tabel yang lain yaitu mempertemukan
buruj dengan buruj dan derajat dengan derajat. Ambillah nilai yang
berupa daqiqoh tersebut pada dua titik pertemuannya dan
tempatkanlah dalam kotak daqoiq ta'dil ayyam.

Tambahan
Apabila dalam harokat muqowwamus sams baik dalam tsawani
ataupun daqiqoh telah mencapai ataupun melebihi angka 30 maka
jadikanlah satu dan tambahkan pada angka didepannya. Untuk
mendapatkan nilainya bu'du muaddal, maka bu'du ghoiru muaddal
harus dikurangi daqo'ik ta'dil ayyam. Dan jika daqiqohnya bu'du ghiru
muaddal tidak bisa dikurangi ta'dil ayyam maka turunkanlah nilai di
depannya, atau bahkan ta'dil ayyam tersebut tidak mempunyai nilai
sama sekali maka nilainya bu'du ghiru muaddal langsung jadi bu'du
muaddal.
Peringatan
Terkadang bu'du ghoiru muaddal tidak bisa dikurangi oleh
daqo'ik ta'dil ayyam dikarenakan mungkin nilainya daqo'ik ta'dil
ayyam tersebut lebih besar nilainya dari pada bu'du ghoiru muaddal,
maka balikanlah posisinya yaitu ta'dil ayyam yang dikurangi bu'du
ghoiru muaddal.

7
1
TA'DIL ALAMAT

Masukanlah harokat Hoosoh ke dalam jadwal Hissotus sa'ah


(tabel 7) dan pertemukanlah antara buruj dan derajat keduanya,
seperti dalam jadwal daqo'ik ta'dil ayyam bilangan derajatnya
hissotus saah juga berupa kelipatan lima, oleh karenanya jika dalam
hoosoh derajatnya telah mendekati pada yang tercantum dalam
kelipatan lima, sebaiknya angka derajat tersebut diikutkan pada
angka yang paling mendekati. Misalnya bila derajat hoosoh telah
mencapai 4 diikutkan ke 5 dalam derajatnya hissotus sa'ah, begitu
pula jika telah mencapai 9, maka diikutkan ke 10 begitu seterusnya,
dan bila telah mencapai 29 jadikanlah 1 buruj dan gabungkan pada
angka di depannya.
Apabila dalam hoosoh bilangan derajat ada diantara pertengahan
seperti 30 80 130 180 230 atau 280, dan jika hendak disatukan ke
dalam buruj didepannya, lihatlah terlebih dahulu bilangan
daqiqohnya, apakah hampir mendekati 3000 semisal 2800 atau 2900
atau belum dan jika telah mendekati dari angka-angka tersebut maka
boleh diikutkan atau disatukan pada buruj di depannya, tapi jika
belum memenuhi syarat yang telah disebutkan tadi sebaiknya
langkah ini tidak perlu dilakukan atau tetapkan saja seperti semula,
dari 30 tetap di 00-80 di 50-130 di 100-180 di 150-230 di 200 dan 280
tetap diderajatnya 25, hal ini guna mengantisipasi kelebihan atau
kekurangan menit dalam ta'dil alamat nanti.
Setelah nilainya Hissotus sa'ah berhasil diketahui, kalikanlah hissotus
sa'ah tersebut dengan bu'du muaddal mulai dari daqiqoh dengan
daqiqoh dan jam dengan jam, dan hasilnya disimpan dalam kotak
yang telah diberi garisnya miringnya masing-masing. Seperti pada
bagian yang lain jika hasil dari perkaliannya melebihi 60 jadikanlah 1
dan simpan di atasnya bilangan yang kurang dari 60. Masing-masing,
dari detik dengan detik (tsawani), menit dengan menit (daqiqoh),
dan jam dengan jam, dan bila menghasilkan 1 hari (mencapai 24
jam) tempatkanlah ke kolom hari (yaum). Melalui cara ini nilainya
Ta'dil alamat telah berhasil dikoreksi.

7
2
ALAMAT MU'ADDALAH

Seperti pada bagian sebelumnya, harokat Alamat harus dikurangi


ta'dil alamat agar menghasilkan Alamat Muaddalah Betawi yaitu hari,
jam dan menitnya saat ijtima terjadi di kota Betawi (Jakarta)
Misalnya alamat muaddalah Betawi pada kolom yaum
menunjukan Satu, dan pada kolom-kolom di belakangnya
menunjukan Tiga dan Sepuluh, berarti ijtima terjadi pada hari Sabtu
pukul 21 lebih 10 menit atau malam minggu, dan hal ini jika
mengikuti waktu standar internasional. Jika kita mengikuti waktu
menurut sistem perhitungan hijriyah, maka angka satu telah
memasuki hari minggu dan terjadinya ijtima setelah matahari
terbenam tepatnya pukul 9 lebih 10 menit.
Tapi contoh alamat di atas tadi berdasarkan pada bujurnya kota
Jakarta yang jika diukur dari Zazairul kholidah (Samudera Atlantik)
adalah 1420.
Untuk mengetahui tepatnya ijtima di kota anda, ketahuilah
terlebih dahulu posisi bujur kota anda apakah di barat atau di
timurnya kota Jakarta? Kurangi alamat muaddalah Jakarta jika letak
kota anda di baratnya dan tambahkan selisih waktu kota anda pada
alamat muaddalah Jakarta jika letak kota anda berada di timurnya
Jakarta. Jadikan 4 menit setiap derajatnya dan 4 detik dari setiap
daqiqohnya.

Tambahan;
Apabila menitnya alamat tidak bisa dikurangi nilainya ta'dil
alamat, maka tambahkan 60 menit yang diambil dari jam. Dan jika
pada jam juga tidak bisa dikurangi tambahkan 24 jam yang diambil
dari angka di depannya, begitu pula kekurangan dalam hari bisa
ditambah 7 diambil dari hari yang telah terbuang sebelumnya.
Ikutilah hal seperti ini setiap kali menemui kekurangan dalam setiap
kolom yang menggunakan pengurangan. Dan syarat untuk
menentukan tanggal satu dari baru adalah „Apabila ijtima terjadi
sebelum matahari terbenam maka malamnya (malam setelah ijtima)
sudah termasuk bulan mendatang atau bulan baru, baik itu hilal bisa
diru‟yah atau tidak tapi dengan catatan bila irtifa telah mencapai
20,3000 atau kira–kira tingginya telah mencapai 1, 80 cm. Jika ijtima
terjadi setelah matahari terbenam maka malamnya (setelah ijtima)
dan sianghari sebelumnya masih dalam lingkup bulan yang sama

7
3
atau belum berganti bulan baru, dan ketentuan ini berlaku pula untuk
masalah dalam bagian irtifa yang belum mencapai syarat yang telah
ditentukan. Apabila belum mencapai 203000 maka untuk menentukan
tanggal satu dari bulan baru tersebut tundalah satu hari.

KEADAAN,KEDUDUKAN, ARAH DAN TINGGINYA HILAL

Apabila waktunya ijtima di kota anda telah diketahui,


kemudian ingin mengetahui yang lainnya seperti; Keadaan hilal,
setelah terpisah dengan matahari, Kedududukan (Arah), Tinggi dan
Lamanya hilal di atas ufuq, atau Besar dan juga Tempatnya hilal pada
malam setelah ijtima. Lihatlah pada bagian burujnya Muqowwamus
syams apakah ijtima terjadi pada buruj so'idah (buruj–buruj yang
naik) seperti buruj; Jadyu, Dalwu, Hut, Haml, Tsur dan Jauza maka
"Keadaan hilal miring ke utara" hal ini disebabkan karena hilal pada
saat itu menuju ke sebelahnya kanannya matahari.
Tapi jika ijtima terjadi pada saat di buruj Habitoh (buruj-buruj yang
turun) seperti; Saroton, Asad, Sumbulah, Miizan, Aqrob, dan pada
buruj Qous maka akan terjadi sebaliknya yaitu " Keadaan hilal miring
ke selatan " karena hilal telah terpisah dari kanannya matahari dan
sedang menuju ke arahnya kirinya matahari.
Berbeda dengan ketika ijtimanya terjadi diantara awal buruj
Saroton dan awal Jadyu atau diakhir Jauza dan diakhir Qous maka
Keadaan hilal tegak lurus atau terlentang, karena saat itu hilal telah
mendekati garis balik utara dan garis balik selatan. Kemudian sedikit
demi sedikit hilal akan miring ke arah selatan jika datangnya dari
garis balik utara, dan akan mulai miring ke arah utara sedikit demi
sedikit jika telah meninggalkan garis balik selatan.
Kedudukan (arah) hilal pun dapat diketahui melalui hal ini, karena
hilal itu mengikuti arahnya buruj. Jika hilal berada diawal Haml
sampai akhir buruj Sunbulah, maka Kedudukan hilal di utara garis
Katulistiwa, dan akan berada di selatan garis Katulistiwa jika hilal
berada diawal buruj Mizan sampai akhir Hut. Tapi hal ini hanya
berlaku bagi suatu daerah yang berada disebelah selatannya garis
Katulistiwa seperti kota Jakarta yang letaknya persis dilintang selatan
601000 dari garis Katulistiwa dan beberapa kota lainnya di pulau Jawa.
Berbeda dengan suatu daerah diutaranya Katulistiwa mereka akan
melihat hilal sebaliknya apa yang dilihat penduduk diselatannya
Katulistiwa.

7
4
Ketika anda ingin mengetahui Ketinggian hilal pada saat
terbenamnya matahari; hitunglah jarak ijtima sampai terbenamnya
matahari dengan cara mengurangi qo'idah 24 jam dengan alamat
muaddalah baladuka. Hasil dari pengurangannya adalah Sa'atul ijtima
ilal ghurub atau mulainya ijtima didaerah anda menurut waktu istiwa,
(zawaliyah mustawiyah). Kemudian jam mulainya ijtima tadi (dari
setiap angkanya) dikalikan dengan qoidah 30 menit atau dengan
jalan yang lebih mudah yaitu dari setiap angkanya dibagi 2. Hasil dari
kedua cara tersebut adalah Irtifa hilal atau ketinggian hilal pada saat
matahari terbenam. Jadikan setiap 72 daqiqohnya satu meter dan 1,2
senti meter untuk tiap satu daqiqoh.
Ketahui pula lamanya hilal diatas ufuq saat setelah
terbenamnya matahari dengan cara mengalikan setiap angka dalam
irtifa hilal dengan qoidah 4, atau jadikan setiap derajatnya adalah
empat menit dan empat detik untuk setiap satu daqiqohnya. Karena
dengan cara ini adalah jalan yang amat mudah untuk dapat
menghitung perkiraan perjalanannya hilal dalam satu hari satu
malam pada falaqnya melalui derajat dan jam. Dan jika diinginkan
seberapa besar cahaya hilal pada saat ijtima, ketahuilah terlebih
dahulu ukuran Ardul qomar saat itu. Kemudian masukan data Hissoh
ke dalam Jadwal Ardul qomar diambil hisoh (Lihat tabel) dimulai dari
derajat disisi kanan jika posisi buruj ada disebelah atas dan derajat
dari sisi kiri jika posisi buruj ada di bawah. Setelah diketahui nilainya,
tambahkan pada muktsul hilal. Hasil dari penjumlahannya adalah
ukuran dari besarnya cahaya pada saat ijtima, dengan catatan setiap
150 adalah satu jari. Dan untuk dapat mengetahui tempatnya hilal
pada saat ijtima, hitunglah derajat-derajat yang telah lewat dari
permulaan buruj Tsur sampai tempatnya ijtima, kemudian jadikan
setiap 13 derajatnya satu tempat dimulai dari Nath maka tempat
yang anda temukan adalah tempatnya matahari pada saat itu. Untuk
bilangan derajat yang kurang dari 130 adalah ukuran kedudukan
bulan pada tempat yang mengiringinya secara sempurna. Pada titik
pertemuannya akan anda temukan tempatnya matahari dan juga
bulan pada saat ijtima. Untuk menentukan masalah tempat ini hanya
bisa melalui perkiraan, karena setiap menit dalam setiap tahunnya
tempat ini akan selalu bergerak seperti yang telah diucapkan oleh
Syeh Abdurrohman.
Dan ketahuilah bahwa perjalanan bulan pada palaknya menurut
urutan tempat dan burujnya dari barat ke timur, setiap hari sama

7
5
dengan 130, jika malam pertama bertempat di Nath, maka malam
keduanya telah bergeser ke Bittin. Jika malam pertama tingginya
telah mencapai 70 dari buruj maka malam keduanya telah mencapai
200di buruj tersebut. Perlu diketahui pula bahwa kejadian ini Insya
Allah akan berlanjut terus menerus selamanya.

7
6
PENUTUP

Dapat diketahui bahwa bertemunya Matahari dan Bulan itu


waktunya tidak dapat dibedakan kecuali ada perbedaan Bujur antara
dua tempat. Ketika melihat hilal dan ada perbedaan, berarti berbeda
Bujur dan lintang. Dan perbedaan bujur itu memang mendahulukan
orang yang disebelah timur untuk melihat daripada orang yang
berada di baratnya.
Perbedaan lintang juga menyebabkan awalnya terbenam bagi daerah
yang berlintang besar ketika kemiringannya yang berlainan menurut
ukuran ½ Bujur kedua tempat.
Perbedaan Matla dalam bab puasa adalah sebutan dari
perbedaan tempat dalam melihat hilal, di mana hilal memungkinkan
dapat dilihat dari suatu daerah tapi tidak di daerah lain. Dan hal ini
sebenarnya takkan pernah terjadi kecuali antara dua daerah tersebut
ada perbedaan sampai enam derajat atau lebih busur siang maupun
malam. Karena 6 derajat adalah batas lamanya hilal di ufuk setelah
terbenamnya matahari, dan masih menurut sebagian para ulama
bahwa hal itu menurut jarak tempuh dan sudah diperbolehkannya
mengqosor Sholat, karena hukum Syara' banyak yang mengqiaskan
(mengumpamakan) dengan hal ini yaitu lamanya suatu perjalanan
atau jarak tempuh di antara dua tempat.
Imam As Subki berpendapat "Jika jarak antara dua tempat itu
belum mencapai batas diperbolehkannya mengqosor Sholat akan
tetapi matlanya sudah berbeda jauh karena lebih tinggi atau lebih
rendahnya suatu daerah, maka jika disamakan dengan yang
dikatakan oleh pengarang kitab Bada’i dalam masalah menara, maka
hukumnya tempat yang tinggi itu berbeda dengan derah yang lebih
rendah”.
Imam Al Andalusy mengatakan amal suatu daerah boleh diikuti oleh
daerah yang mendekatinya, sampai kira-kira perjalanan 3 hari.
Maka dapat disimpulkan mengetahui perbedaan matla diharuskan
pula mengetahui kemungkinannya apakah hilal itu bisa dilihat atau
tidak? Dan masalah ini adalah bagian yang paling sulit dalam ilmu
Astronomi. Jangan pernah dipercaya jika ada orang mengatakan
mengetahui perbedaan matla dan bisa melihat hilal tanpa pernah ia
belajar dan mendalami masalah Astronomi.
Hal ini yang dibuat pegangan mereka dalam menghitung Bulan-
bulan Qomariyah, karena sudah sesuai dengan aturan Syara'. Yang

7
7
menjadikan permulaan hari dimulai ketika terbenamnya matahari dan
ini berarti malam mendahului siang. Sebagian lagi mengatakan
bahwa hari itu dimulai dari terbitnya matahari, apabila ijtima terjadi
pada siang hari. Maka siang itu menjadi awal dari bulan baru
tersebut. Apabila terjadinya ijtima pada malam hari maka siang yang
setelahnya menjadi awal bulan baru, dan ini berarti menurut mereka
siang mendahului malam.
Sebagian lagi menjadikan permulaan hari dimulai tengah hari karena
menurut ahli Astronomi jika ijtima jatuh setelah tengah hari, maka
hari itu termasuk bulan yang sudah lewat, dan jika ijtimanya jatuh
disaat sebelum tengah hari, berarti hari itu (setelahnya ijtima)
termasuk bulan baru.
Lain lagi menurut orang Eropa, mereka (orang Masehi) menjadikan
awal hari dimulai pada saat tengah malam (pukul 24 lewat). Karena
mereka menghitung umur bulan sama caranya dengan menghitung
perjalanannya matahari dan cara inilah yang menyalahi teori.
Sebagian lagi mengatakan bahwa awal bulan dimulai pada saat
terjadinya ijtima, baik itu terjadinya ijtima siang ataupun malam,
maka waktu sebelum terjadinya ijtima adalah bulan sebelumnya.
sedangkan waktu setelah ijtima adalah bulan baru.
Tapi menurut orang Arab dan ahli Syara' menentukan awal bulan itu
dengan cara diru'yah bukan dengan jalan dihisab. Karena ru'yah
adalah nyata dan bisa diketahui oleh orang awam. Berbeda dengan
cara dihisab mungkin hanya para ahli hisab yang mengetahuinya.
Sedangkan agama menyuruh manusia menurut apa yang diketahui
oleh banyak dalam hal ini orang awam.
Terkecuali untuk pribadi muhasib (ahli hisab) boleh mengamalkan
hasil hitungannya, bahkan ada yang mengatakan wajib untuk
mengamalkannya. Begitu juga orang yang mempercayainya,
walaupun hilal tersebut dapat dilihat atau tidak dengan sarat ijtima
terjadi sebelum matahati terbenam.
Allah Maha mengetahui yang benar dan hanya dariNya
anugerah dan besarnya pahala, semoga Allah memberikan rahmat
dan salam kepada Nabi besar kita Muhammad SAW beserta keluarga
dan sahabatnya. Semua itu telah diucapkan dan ditulis oleh seorang
hamba yang sangat membutuhkan belas kasih sayang dari Tuhannya
yaitu Muhammad Mansur bin Abdul Hamid bin Muhammad Dumairy al
Batawi. Semoga Allah mengampuni dirinya, orang tuanya, guru-
gurunya dan orang-orang Islam semuanya. Amin

7
8
DAFTAR ISTILAH

DERAJAT SAMS
jarak sepanjang Dairotul buruj (ekliptika) yang dihitung dari awal
buruj sampai titik pusat matahari.
BU‟DU DERAJAT
Jarak sepanjang dairotul buruj yang dihitung dari titik yang
terdekat di antara titik Haml atau Mizan sampai titik matahari.
MEIL KULLY
Deklinasi maximum.
MEIL AWAL
Jarak antara matahari dan ma’dalinnahar atau katulistiwa langit
diukur dari lingkaran nisfu qousinnahar atau lingkaran yang
memindahkan timur dan baratnya pengamat.
TAMAM
Semua hasil dari pengurangan 90 adalah tamam.
GHOYATUL IRTIFA
Jarak antara matahari pada waktu mencapai puncaknya, dari
ufuq yang tedekat diukur melalui nisfu qousinnahar.
MADAR
Lingkaran perjalanan matahari.
BU‟DUL QUTUR
Jarak antara diameter madar dan bidang lingkaran ufuq,
ASAL MUTLAQ
Jarak antara ghoyatul irtifa dan bidang ufuq diukur melalui garis
lurus yang ditarik dari ghoyah itu pada bidang ufuq melalui
markaz madar.
NISFU FADLAH
Jarak antara diameter madar dan lingkaran ufuq diukur melalui
madar.
NISFU QOUSINNAHAR
Jarak diantara ghoyatul irtifa dan terbenam diukur melalui
madar.
NISFU QOUSILLAIL

7
9
Jarak di antara tengah malam sampai terbit.
ASAL MUADDAL
Garis tegak lurus yang ditarik dari markaz matahari yang sedang
dilingkaran irtifa sampai diameter lingkarannnya.
FADLU DA‟IR
Jarak antara matahari dan lingkaran nisfu qousinnahar diukur
melalui madar.
JAIB
(Sinus) Adalah perbandingan antara tinggi sebuah segitiga siku-
siku dengan panjang sisi miringnya (menurut hukum
phytagoras) digunakan sebagai dasar penggunaan rubu
(Kwadran).
JAIBU TAMAM
(Cosinus) adalah perbandingan proyeksi sisi miring dengan
miring itu sendiri dalam segitiga siku-siku.
DHIL
(Tangen) adalah perbandingan jaib at-tamam (sinus dibagi
cosinus) kebalikannya adalah dhiluttamam
DHILLUTAMAM
(Cotangen) besar dhil, jaib maupun jaib at-tamam menentukan
besar sudut. Dalam ilmu falak hal ini sangat penting sekali untuk
menentukan ketinggian benda-benda langit (Space objects)
bahkan perhitungan–perhitungan lanjutannya, misalnya jarak
obyek tersebut dari pengamat.
WAKTU ZAWALIYAH
Waktu yang ditunjukan oleh matahari sebenarnya dimulai dari
pada markaz.
WAKTU WASATY
Waktu yang ditunjukan oleh matahari khayalan yang jalannya
benar-benar rata
WAKTU ISTIWA
Waktu yang didasarkan pada perjalanan matahari hakiki.
Pedomannya adalah saat matahari mencapai titik kulminasi
(tepat diatas kepala) pada pukul 12.00 (waktu setempat) dan

8
0
berlaku setiap hari. Jadi justru jarumnya yang disesuaikan setiap
hari.
WAKTU GHURUB
Waktu yang ditunjukan oleh matahari sebenarnya dimulai dari
terbenamnya piringan bagian atas dari ufuq setempat.
WAKTU MAGRIB
Dimulai saat tepi piringan matahari sebelah atas menurut
penglihatan mata bersinggungan dengan ufuq mar’i dan hal ini
berlaku pula untuk terbit.
WAKTU ISYA
Mulai masuk jika senja merah atau putih di langit bagian barat
tempat matahari terbenam tidak kelihatan, hal ini terjadi bila
matahari berada di bawah ufuq 170 atau 190.
WAKTU SUBUH
Mulai masuk jika fajar shodiq di langit bagian timur tempat
matahari sudah kelihatan, hal ini terjadi bila matahari mendekati
ufuq.
WAKTU DUHA
Mulai masuk apabila matahari setelah terbit berada diatas ufuq
tingginya sekitar satu tombak = ± 40 3000.
WAKTU ASAR
Waktu asar mulai masuk apabila bayang-bayang suatu benda
yang berdiri tegak diatas tanah mempunyai bayangan sepanjang
benda tersebut selain bayang-bayang diwaktu zawal.
HISSOTUSSIMTY
Garis lurus yang ditarik dari pucuk jaib irtifa sampai garis “fasal
mustaroq”
IRTIFA
(Altitude) Adalah tinggi benda langit, dihitung dari horizon yang
dinyatakan dengan derajat.
IRTIFA LA SIMTA (irtifa yang tak mempunyai samat)
Irtifa yang bayangannya berhimpitan dengan garis timur–
baratnya daerah atau irtifa tepat pada lingkaran awal simit

8
1
SIMTUL IRTIFA
Jarak antara lingkaran awal simit dan lingkaran irtifa yang
dilewati matahari pada waktu diambil irtifanya diukur melalui
lingkaran ufuq.
AWAL SIMIT
Jarak lingkaran yang memisahkan utara dan selatannya
penglihatan.
RUBU
Semacam busur derajat tapi hanya berupa seperempat lingkaran
dan terbuat dari kayu terkadang ada juga yang terbuat dari
logam. Selain tertulis besar sudut juga dicantumkan jaib (sin),
jaib at-tamam (cos) dan dhil (tangen) nya. Pada ujung (pusat
lingkaran) disebut markaz terdapat lubang kecil tempat
menggantungkan benang dengan bandulnya. Pada saat sasaran
dibidik dengan salah satu sisi rubu benang itu akan mengarah
kebawah dan menunjukan angka sudut tetentu yang merupakan
tinggi benda yang dimaksud. Rubu, juga bisa digunakan untuk
mengetahui kedalaman sumur, lebar sungai dan sebagainya
hanya dengan mengetahui besarnya sinus lewat perbandingan
segitiga siku-siku.
WASSATUS SYAMSI
Jauhnya matahari dari titik haml menurut rata–rata
perjalanannya
KATULISTIWA (equator line)
Adalah garis lintang 00 kita lebih mengenalnya sebagai garis
Katulistiwa.
HISAB HAKIKI
Sistem perhitungan penentuan awal bulan berdasarkan pada
peredaran bulan dan bumi yang sebenarnya. Menurut faham ini,
umur bulan tidak beraturan, antara 29 dan 30. Bisa saja
berturut-turut 29 atau 30 hari.
HISAB URFY
Sistem perhitungan tanggal berdasarkan pada rata-rata
peredaran bulan mengelilingi bumi, karenanya bisa ditetapkan
umur bulan secara pasti.

8
2
IJTIMA‟
Keadaan dimana bulan dan matahari berada pada bujur
Astronomi yang sama. Setelah ijtima’ maka segera disusul
munculnya bulan baru.
IJTIMA‟ QOBLAL GHURUB
Ijtima sebelum matahari terbenam. Maksudnya, bila sebelum
matahari terbenam ternyata telah terjadi ijtima’ maka secara
otomatis malam hari setelah magrib merupakan tanggal satu
bulan berikutnya, tetapi bila ijtima’ terjadi setelah matahari
terbenam maka malam itu dinyatakan sebagai tanggal ke-30 dari
bulan yang bersangkutan.
IJTIMA‟ QOBLAL FAZRI
Ijtima’ sebelum fazar, pendapat ini tidak setuju dengan
pergantian hari pada waktu magrib. Karenanya Ijtima’ setelah
matahari terbenampun tetap dianggap bisa menentukan
perubahan bulan walaupun Ijtima’nya terjadi pada suatu pagi
sebelum matahari terbit, maka malam harinya dianggap sebagai
tanggal 1 bulan berikutnya.
UFUQ
Horizon, kaki Langit. Batas yang membagi dua sama besar langit
atas (nampak) dan langit bawah (tidak nampak).
FALAK
Orbit, lintasan benda langit, ilmu falak ilmu yang mempelajari
perilaku benda-benda langit untuk kepentingan perhitungan
waktu
FALAKIY
Ahli falak. Diantara falakiy yang terkenal sejak ratusan tahun lalu
adalah Al-Ma’mun, Ulugh Bek, Al- Battani, Ibn-Syathir yang
bahkan berhasil menyusun tabel-tabel penting diantaranya tabel
logaritma–yang digunakan untuk perhitungan yang akurat.
ILMU AL-MUTSALLATSAT
Istilah kerennya Trigonometri atau ilmu ukur segitiga dasar
perhitungan ilmu falak.

Dinukil dari berbagai sumber

8
3
TAMAT
© Ma’had Islami Es Salafy El Barokah

All right reserved. No fart of this publication may be reproduced,


stored in a retrieval system, or transmitted in any porm or by any
means, electronic, mechanical, photocopying, recording,or otherwise
without the prior permission of “Ma’had Islami Es Salafy El Barokah“.
Published by falak & hisab Team
Ma’had Islami Es Salafy El Barokah
42218 Kadomas Pandeglang Banten
Tlp 0253 204557. 081213870449. E- mail jeakMiG16@yahoo.com

8
4

Anda mungkin juga menyukai