ABSTRACT
Cimahi has been known since the Dutch colonial period, in 1811, when the Governor-General Willem
Daendeles made road from Anyer to Panarukan and right in Cimahi square now was made Loji (Pos
Penjagaan). The analysis process which is conducted in this research include population analiysis,
analysis of green open space and urban forest structure. Population is used to determine the amount
of population and its density distribution in the coming years.The need for green open space is used
to determine the ideal area of urban forest and the amount of oxygen requirements for residents.While
the structure of the urban forest is used in managing the urban forest vegetation.
The final results achieved in this research is an arrangement concept of the urban forest in the Kartini
Park. The concept is supported by the fact of: (1) the exterior arrangement which closely related to
the maintenance of park and activities of visitors to the park, (2) Taman Kartini is surrounded by
functional buildings, (3) Taman Kartini is located on three roads, namely Jalan Baros, Jalan Dustira/
Hospitaalweg, and Jalan Taman Kartini), and (4) planting vegetation criteria in accordance
withTaman Kartini neighborhood.
Page | 1
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol.10 No.2
Page | 2
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol.10 No.2
dan data sekunder. Data primer terdiri dari : 1) Analisis yang digunakan meliputi analisis
Observasi lapangan dilakukan dengan kuantitatif dan kualitatif dan analisis deskriptif.
mengamati keadaan dan kegiatan yang Analisis yang digunakan dalam studi ini adalah
terdapat di lingkungan Taman Kartini. 2) analisis kependudukan, analisis kebutuhan
Wawancara atau tanya jawab dilakukan ruang terbuka hijau, analisis struktur hutan
terhadap instansi Pemerintah Kota Cimahi, kota.
yaitu Dinas Lingkungan Hidup dan Badan Proyeksi Penduduk
Perencanaan Daerah.
Dari observasi lapangan ini akan didapat Analisis proyeksi penduduk dipergunakan
data-data mengenai keadaan lingkungan di untuk mengetahui kebutuhan peningkatan
Taman Kartini. Data sekunder adalah data-data jumlah penduduk di masa yang akan datang
yang diperoleh secara tidak langsung, yaitu : 1) dan untuk menentukan besarnya kebutuhan
Studi literatur dapat dilakukan dengan gas dengan tujuan untuk : a) Mengetahui
mengunjungi perpustakaan, mencari buku- kebutuhan oksigen yang diperlukan oleh
buku, majalah dan sebagainya, yang dapat masyarakat kota; b) Sebagai indikator
menunjang kegiatan survey di lapangan. 2) penentuan penyedian taman kota/ruang
Survey instansional yaitu mengunjungi terbuka.
instansi-instansi untuk mencari data-data yang Oleh karena itu, dalam memperkirakan
dibutuhkan dalam kegiatan studi di lingkungan jumlah kepadatan pada masa yang akan datang,
Pemerintahan Kota Cimahi seperti Bappeda, harus diketahui perkembangan penduduk pada
BPS, Dinas Tata Kota, Dinas Lingkungan masa yang lampau, yaitu tahun 1999 sampai
Hidup dan instansi yang menyangkut dalam dengan tahun 2003.
proses penelitian. Peningkatan jumlah penduduk di Kota
Data sekunder yang dicari antara lain Cimahi seperti halnya Kota Bandung
seperti keadaan fisik dasar, Taman Kartini. meningkat pesat. Dari Sensus Penduduk (SP)
Data sekunder yang diperlukan diantaranya tahun 1990 sampai tahun 2000, peningkatan
adalah Rencana Tata Ruang Wilayah Kota jumlah penduduk di Kota Cimahi membentuk
Cimahi tahun 2002, data Pertamanan Kota garis lurus. Dengan asumsi tersebut, maka
Cimahi, Peta lokasi wilayah studi, dan lain- metoda analisis yang digunakan dalam
lain. Data-data yang telah diperoleh kemudian menghitung proyeksi penduduk adalah model
diolah dengan cara mengidentifikasi dan Regresi Linear (garis lurus), dengan rumus :
pt x a bx
mengklasifikasikan data yang selanjutnya
dipresentasikan dalam bentuk deskriptif, tabel,
grafik, diagram dan gambar sehingga dapat
pt+x = jumlah penduduk tahun (t+x)
memudahkan dalam kegiatan analisis.
x = tambahan tahun terhitung dari
Data sekunder yang dicari antara lain
tahun dasar
seperti keadaan fisik dasar, Taman Kartini.
a,b = konstanta yang diperoleh dari
Data sekunder yang diperlukan diantaranya
rumus berikut :
adalah Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Cimahi tahun 2002, data Pertamanan Kota P. X X . PX ,
2
a
N . X X
Cimahi, Peta lokasi wilayah studi, dan lain- 2 2
Page | 3
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol.10 No.2
Page | 4
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol.10 No.2
Page | 5
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol.10 No.2
Page | 6
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol.10 No.2
vegetasi dalam berbagai strata (pohon, perdu (Hibiscus rosasinensis), Oleander (Nerium
dan semak) sebagai pengarah angin. Oleander), Portulaka (Portulaca grandiflora),
Berdasarkan analisis yang dilakukan maka dan lainnya. Khusus untuk vegetasi di Jalan
dalam memenuhi kebutuhan pengunjung Taman Kartini selain vegetasi yang
taman diperlukan penataan seragam/sama dengan yang terdapat dalam
eksterior/perlengkapan taman. Penataan taman, juga dapat ditanam vegetasi yang
eksterior ini berkaitan erat dengan sesuai dengan keinginan penduduk di sekitar
pemeliharaan taman dan kegiatan penunjung jalan ini. Adapun jarak penanaman vegetasi
taman. Hal-hal yang perlu diperbaiki/dibuat untuk jalan kolektor adalah 5-12 m, sedangkan
dalam menata eksterior ini diantaranya adalah untuk jalan lokal sekunder adalah 2-3 m.
menambah jumlah bangku taman, Berdasarkan analisis yang telah dilakukan,
memperbaiki lahan parkir, pemasangan lampu dalam penataan hutan kota terdapat beberapa
taman, pembuatan bak penampungan sampah hal yang dapat dijadikan kriteria penanaman
di sekitar tempat parkir, dan pembuatan vegetasi. Kriteria tersebut adalah pemilihan
WC/toilet umum. penebangan pohon yang sudah usang/lama dan
Taman Kartini dikelilingi oleh bangunan- diganti dengan pohon sejenis, budidaya jenis
bangunan fungsional, yaitu perkantoran Pusen tanaman langka, pemilihan tanaman yang
Art, Rumah Dinas Perwira TNI, sarana memiliki fungsi ganda, jarak penanaman
pendidikan, dan fasilitas umum (perdagangan disesuaikan dengan ukuran, bentuk dan
dan jasa). Selain itu, jenis vegetasi di Taman ketinggian pohon, budidaya tanaman hias
Kartini merupakan bagian dari vegetasi pada diperbanyak sehingga tidak terfokus pada
masa kolonial Belanda, begitu pula dengan pohon saja, penanaman tanaman disesuaikan
vegetasi di lingkungan bangunan-bangunan dengan potensinya, budidaya tanaman sejenis
bersejarah di sekitar Taman Kartini. Maka di sekitar tanaman eksisting, penggunakan
dalam menata vegetasi hutan kota, selain media pot/pergola untuk tanaman hias,
penempatan lokasi vegetasi, hal yang perlu penanaman pohon disesuaikan dengan kondisi/
diperhatikan adalah adanya keselarasan dalam lingkungan bangunan di sekitar taman
penanaman vegetasi. Berdasarkan analisis, vegetasi hutan yang
Selain bangunan, Taman Kartini juga diusulkan untuk ditanam di Taman Kartini
berada pada tiga jalan klasifikasi yang berbeda, adalah diantaranya adalah Albizia
yaitu Jalan Baros (Jaringan Jalan Kolektor (Paraserianthesfalcataria), Angsana
Primer), Jalan Dustira/Hospitaalweg (Jaringan (Pterocarpus indicus), Bambu Jepang
Jalan Kolektor Sekunder), dan Jalan Taman (Bambussa sp), Beringin (Ficus Benyamina),
Kartini (Jaringan Jalan Lokal Sekunder). Bunga Bakung (Cainum asiaticum), Bunga
Dikarenakan adanya perbedaan klasifikasi Kupu-kupu (Bauhenia purpurea), Bunga
jalan, maka untuk penataan jalur hijau di Matahari (Helianthus annuus linn), Bungur
sekitar taman dapat ditanami dengan vegetasi (Largerstroemia speciosa), Buni/huni
yang berbeda pula. Vegetasi untuk jalur hijau (Antidesma Bunius), Cannon Ball (Couroupita
di Jalan Baros adalah Pinus (Pinus Merkusii), gulanensis), Cemara Kipas (Thuja orientalis),
Bunga kupu-kupu (Bauhinia purpurea), Daun Kupu-kupu (Bauhinia Acuminata L),
Angsana (Pterocarpus indicus), Mahoni Flamboyan (Delonix regia), Jati (Tectona
(Swietenia mahagonii) dan rerumputan. grandis), Karet Munding (Ficus Elastica),
Vegetasi untuk jalur hijau di Jalan Dustira Kelapa (Cocos nucifera), Kelapa Sawit (Elais
adalah Daun Kupu-kupu (Bauhinia Acuminata guenencis), Kembang Sepatu (Hibiscus
L), Cemara Kipas (Thuja orientalis), Mahoni rosasinensis), Ki Acret (Spathodea
(Swietenia mahagonii) dan rerumputan. campanulata), Kihujan (Samanea saman),
Sedangkan vegetasi untuk jalur hijau di Jalan Lamtoro (Leucanea glauca), Mahoni daun
Taman Kartini Jenis vegetasi yang dapat kecil (Swietenia mahagoni), Mangga
ditanam selain rerumputan adalah tanaman (Mangifera indica), Nangka (Artocarpus
hias, diantaranya adalah Kembang Sepatu integra), Pacar Air (Impatiens balsamina),
Page | 7
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol.10 No.2
Rekomendasi
Penataan hutan kota di Taman Kartini
yang merupakan cagar budaya di Kota Cimahi
dapat terwujud apabila terjalin kerjasama dan
adanya dukungan pemerintah dan masyarakat.
Oleh karena itu, diperlukan rekomendasi
dalam penataan hutan kota di Kota Cimahi,
Gambar 1 Denah Ilustrasi Hutan Kota khususnya di Taman Kartini. Beberapa
rekomendasi untuk penataan hutan kota di
Taman Kartini adalah : 1) Sebagai bagian dari
cagar budaya (khususnya Taman Kartini),
Page | 8
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol.10 No.2
maka perlu adanya sosialisasi kepada agar kegiatan pengunjung taman tidak
penduduk kota mengenai bangunan-bangunan/ mengganggu/merusak tanaman di dalam hutan
peninggalan Kolonial Belanda di Kota Cimahi; kota, maka perlu adanya batasan area yang
2) Adanya penelitian dan sosialisasi mengenai boleh/tidak boleh dilalui oleh pengunjung
vegetasi langka di Kota Cimahi, yaitu pohon taman; (h) selain itu, diperlukan adanya
Cannon ball (Couroupita gulanensis). Hal ini penegasan pengelola taman (tata tertib) yang
dilakukan agar pohon ini dikenal dan dapat harus dipatuhi pengunjung taman.)
dibudidayakan oleh penduduk Kota Cimahi; 3) 6) Karena lokasi Taman Kartini berada pada
Berdasarkan pertimbangan historis dan tiga klasifikasi jalan yang berbeda (Jalan Baros,
penataan vegetasi di Taman Kartini, maka Jalan Dustira dan Jalan Taman Kartini), maka
perlu adanya penetapan/legalitas Taman hal-hal yang dapat dilakukan oleh Dinas
Kartini sebagai taman hutan kota; 4) Dengan Perhubungan sebagai pengelola jalan adalah
peningkatan jumlah penduduk dan kebutuhan sebagai berikut: a) memperbaiki dan mengatur
akan ruang terbuka hijau (hutan kota) di masa jaringan jalan sesuai dengan karakteristik ideal
mendatang, maka perlu adanya pertimbangan masing-masing fungsi jalan; b) memasang
dan penetapan lahan budidaya yang belum rambu-rambu lalu lintas, sehingga kendaraan
terbangun (sawah, tegalan, semak dan lainnya) tidak berbalik, berbelok baik itu kanan atau kiri
agar dapat dijadikan lahan untuk ruang terbuka menuju suatu tempat kegiatan, angkutan
hijau. Untuk itu diperlukan adanya umum yang berhenti pada tempat-tempat
penyusunan Peraturan Daerah mengenai hutan kegiatan; c) untuk menertibkan pengguna jalan
kota; 5) Sebagai Pengelola taman, khususnya dan menghindari kecelakaan lalu lintas, maka
Taman Kartini (hutan kota), maka Dinas perlu adanya fasilitas penyeberangan (zebra
Lingkungan Hidup perlu meningkatan kinerja cross/jembatan penyeberangan). Fasilitas
pengelolaan dan pemeliharaan taman, penyeberangan ini dapat diletakkan di sekitar
diantaranya adalah: (a) sebagai inventarisasi pintu masuk utama Taman Kartini dan lokasi
dan pengetahuan bagi penduduk kota, perlu sarana pendidikan (sekolah).
adanya pemasangan papan nama tanaman 7) Sebagai bahan pertimbangan dan
yang disertai dengan asal daerah dan potensi perencanaan di masa mendatang, maka Badan
yang dimiliki oleh setiap tanaman (pohon, Perencanaan Daerah dapat melakukan
semak, perdu dan lainnya); (b) adanya kajian/penelitian lokasi-lokasi yang dapat
penelitian/ kegiatan pengolahan pupuk organik dijadikan sebagai ruang terbuka hijau (hutan
dari sampah kering yang di ada di sekitar Kota); 8) Bagi penduduk Kota Cimahi, maka
taman. Hal ini dilakukan untuk kegiatan daur hal-hal yang dapat dilakukan diantaranya
ulang sampah organik dan meminimalkan adalah : a) senantiasa menanam pohon
volume sampah yang akan diangkut ke (penghijauan) di halaman rumah atau
Tempah Pembuangan Sampah Akhir (TPSA); menanam tanaman pada media pot-pot/
(c) guna memberikan kenyamanan bagi para pergola; b) dengan mengenal berbagai jenis
pengunjung taman, maka di dalam taman dapat tanaman di Taman Kartini, diharapkan
disediakan WC/toilet umum; (d) adanya masyarakat dapat membudidayakan tanaman
penetapkan waktu kunjungan di Taman Kartini, tersebut, khususnya vegetasi langka; c)
misalnya dari jam 07.00 sampai dengan 17.00 senantiasa menjaga dan mematuhi tata tertib
WIB. Hal ini dilakukan supaya area taman yang dibuat oleh Pemerintah Kota Cimahi bagi
tidak dijadikan sebagai tempat kegiatan a- pengunjung taman, khususnya di Taman
susila dan tempat tinggal tuna wisma; (e) Kartini;
membuat perangkap sampah pada saluran Terdapat banyak hal-hal yang perlu dikaji
drainase kota yang masuk ke dalam taman, lebih lanjut dalam studi ini. Untuk itu perlu
supaya tidak terdapat tumpukan sampah di adanya studi lanjutan. Dikarenakan luas lahan
dalam kolam; (f) menanaman tanaman yang pada lokasi studi belum dapat memenuhi
dapat mengurangi bau tidak sedap di sekitar kebutuhan ideal luas hutan kota, maka
sempadan kolam dan saluran drainase kota; (g) diperlukan kajian luas lahan hutan kota di
Page | 9
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol.10 No.2
masa mendatang di Kota Cimahi. Kajian Robinette, J.O. 1983. Landscape Planning for
penataan hutan kota, khususnya di Taman Energy Conservation, Van Norstand
Kartini belum menelaah aspek sosial (perilaku Reinhold. New York
masyarakat) dan aspek pembiayaan Smith W.H. 1985. Forest And Air Quality. J.
penanaman dan pemeliharaan vegetasi hutan Forestry. New York
kota
Van Steenis DR.C.GG.J. 2002. Flora, Pradnya
Paramita. Jakarta
Daftar Pustaka
Darmawijaya M.Isa, Klasifikasi Tanah : Dasar Terbitan Terbatas
Teori Bagi Penelitian Tanah dan
BAPEDA (Badan Perencanaan Daerah) Kota
Pelaksana Pertanian di Indonesia, Gama
Cimahi. 2004. Revisi Rencana Tata Ruang
Press, 1990
Wilayah Kota Cimahi. BAPEDA. Cimahi
Djohara Jayadinata. 1992. Tata Guna Tanah
Biro Bina Kependudukan dan lingkungan
Dalam Perencanaan Perkotaan Dan
Hidup Propinsi Jawa Barat, Panduan RTH
Wilayah, ITB. Bandung
Perkotaan di Propinsi Jawa Barat, 1998
Djoko Sujarto. 1974. Proses Perkembangan
Dinas Lingkungan Hidup Kota Cimahi. 2005.
dan Perencanaan Kota, Jurusan Teknik
Identifikasi Keanekaragaman Hayati di
Planologi, Institut Teknologi Bandung.
Kota Cimahi. Laporan Penelitian, Cimahi,
Bandung
2005
Don WS, dkk, Rahasia Kebun Asri. PT.
DPU Cipta Karya, 1983. Pedoman
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2002
Perencanaan Lingkungan Permukiman
Edward, T. White. 1985. Analisis Tapak. Kota
Intermatra. Jakarta
Haeruman Js,H. 1987. Pola Pengelolaan
Grey, G.W and F.J. Deneke. 1978. Urban Hutan Kota, Prosiding seminar hutan kota
Forestry. John Willey and Sons. New di DKI. Jakarta
York
Ilyasin K. 1999. Studi Penataan Hutan Kota
Hadi Sabari Yunus. 2002. Struktur Tata Ruang Sesuai dengan Fungsi-Fungsi BWK di
Kota, Pustaka Pelajar. Yogyakarta Kotamadya Dati II Cirebon, Tugas Akhir.
Joseph De Chiara and Lee Koppelmen. 1978. Program Studi Perencanaan Wilayah dan
Standar Perencanaan Tapak. Erlangga. Kota, Fakultas Teknik, Universitas Islam
Jakarta Bandung
Page | 10
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol.10 No.2
Peraturan Perundang-Undangan
Pemerintah Kota Cimahi. 2003. Peraturan
Daerah Kota Cimahi Nomor 11 Tahun
2003 : Rencana Strategis Daerah Kota
Cimahi Tahun 2003-2007. Pemerintah
Kota Cimahi. Cimahi
...............,Instruksi Menteri Dalam Negeri No.
14 Tahun 1988 tentang Penataan Ruang
Hijau di Wilayah
Page | 11