Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol.10 No.

PENATAAN TAMAN KARTINI


SEBAGAI HUTAN KOTA DI KOTA CIMAHI
1
IKA KUSMAWATI, 2 DR. HILWATI HINDERSAH
1
Program Penelitian Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik,
Universitas Islam Bandung
Jalan Taman Sari No. 1 Bandung, 40116
2
Program Penelitian Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik,
Universitas Islam Bandung
Jalan Taman Sari No. 1 Bandung, 40116

ABSTRACT
Cimahi has been known since the Dutch colonial period, in 1811, when the Governor-General Willem
Daendeles made road from Anyer to Panarukan and right in Cimahi square now was made Loji (Pos
Penjagaan). The analysis process which is conducted in this research include population analiysis,
analysis of green open space and urban forest structure. Population is used to determine the amount
of population and its density distribution in the coming years.The need for green open space is used
to determine the ideal area of urban forest and the amount of oxygen requirements for residents.While
the structure of the urban forest is used in managing the urban forest vegetation.
The final results achieved in this research is an arrangement concept of the urban forest in the Kartini
Park. The concept is supported by the fact of: (1) the exterior arrangement which closely related to
the maintenance of park and activities of visitors to the park, (2) Taman Kartini is surrounded by
functional buildings, (3) Taman Kartini is located on three roads, namely Jalan Baros, Jalan Dustira/
Hospitaalweg, and Jalan Taman Kartini), and (4) planting vegetation criteria in accordance
withTaman Kartini neighborhood.

Kata Kunci : Taman Kartini, arrangement, green open space

Pendahuluan kota sebagai salah satu elemen lingkungan


Pembangunan suatu wilayah perkotaan pada suatu kota memegang peranan yang
banyak berorientasi pada pembangunan fisik sangat penting terhadap berbagai unsur-unsur
seperti pembangunan sarana dan prasarana dalam perencanaan serta pembangunan kota.
yang berfungsi untuk meningkatkan mutu dan Dengan adanya taman kota, lingkungan akan
pelayanan kota tersebut. Namun ada kalanya tercipta dengan baik, dapat memberikan
pembangunan tersebut banyak meminimalkan keindahan serta kenyamanan bagi penduduk
ruang terbuka hijau dan menyebabkan kota dan dapat menjadi salah satu alternatif
terjadinya degradasi lingkungan di perkotaan tempat untuk berekreasi. Taman kota juga
tersebut. Dengan kata lain hubungan manusia diperlukan dalam upaya pengelolaan dan
dengan alam semakin tidak harmonis sehingga pelestarian sumber daya alam, keseimbangan
mengakibatkan keadaan lingkungan di visual dan keindahan visual, serta sebagai
perkotaan menjadi hanya maju secara ekonomi unsur pengamanan terhadap bahaya
namun mundur secara ekologi. Padahal ruang pencemaran udara.
terbuka hijau memiliki peranan yang sangat Kota Cimahi semula merupakan Kota
penting bagi kesejahteraan dan kelestarian Administratif. Tepatnya pada tanggal 29
makhluk hidup baik untuk sekarang maupun Januari 1975 Cimahi menjadi Kota
untuk masa yang akan datang. administratif pertama di Jawa Barat dan ketiga
Kehadiran taman kota merupakan respon di Indonesia. Sejalan dengan Undang-undang
langsung terhadap tuntutan-tuntutan spesifik No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah
dari masyarakat dan kota itu sendiri. Taman Daerah, maka status Cimahi yaitu berdasarkan

Page | 1
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol.10 No.2

Undang-undang No. 9 Tahun 2001, Cimahi, konsumsi O2 yang dibutuhkan oleh


tertanggal 17 Oktober 2001 Cimahi ditetapkan masyarakat bercampur dengan gas polutan lain
menjadi Kota, bersama dengan 11 Kota dan yang berasal dari asap pabrik dan asap
Kabupaten lainnya di Indonesia. Kota Cimahi kendaraan bermotor.
terdiri dari 3 Kecamatan, yaitu Kecamatan Berdasarkan hasil Penelitian Badan
Cimahi Utara, Cimahi Tengah, dan Cimahi Meteorologi dan Geofisika Dephub tahun
Selatan. 2005, suhu udara rata-rata terendah di Kota
Cimahi mulai dikenal pada tahun 1811, Cimahi adalah 18°C, dan suhu udara rata-rata
dimana pada saat itu Gubernur Jenderal tertinggi sebesar 26°C. Hal ini berbeda dengan
Williem Daendeles membuat jalan dari Anyer lima tahun terakhir (2000-2004) yang tercatat
ke Panarukan dan tepat di Alun-alun Kota bahwa suhu udara rata-rata terendah di Kota
Cimahi sekarang dibuat Loji (Pos Penjagaan). Cimahi adalah 17,3°C. Peningkatan suhu
Kemudian pada tahun 1874-1893 dilaksanakan tersebut cenderung terjadi di pusat kota, yakni
pembuatan jalan Kereta Api Bandung-Cianjur, daerah industri dan perdagangan yang padat
dan di Cimahi dibuat Stasiun Kereta Api. dengan frekuensi lalu lintas yang tinggi dengan
Karena letaknya yang cukup strategis, maka tutupan permukaan lahan berupa aspal serta
pada tahun 1886 mulai dibangun Pusat-pusat kurangnya terdapat pepohonan.
Pendidikan Militer dan fasilitas lainnya seperti Peningkatan ilkim mikro tersebut
Rumah Sakit Dustira, Taman Kartini, Rumah dipengaruhi pula oleh lokasi taman terletak di
Tahanan Militer dan lain-lain. sekitar jalur transportasi kendaraan bermotor,
Sebagai salah satu taman di Kota Cimahi, pusat kegiatan perdagangan dan jasa
Taman Kartini memiliki berbagai jenis (pertokoan, perkantoran dan sekolah). Selain
tanaman yang berpotensi sebagai peneduh itu, lokasi taman ini tepatnya di Sebelah Utara
seperti pohon Angsana (Pterocarpus indicus), berdekatan dengan stasiun kereta api dan pada
Mahoni (Swietenia mahugonii), Beringin bagian Barat taman ini dilalui oleh akses
(Ficus benyamina). Potensi lain dari tanaman keluar-masuk jalan tol Leuwigajah. Oleh
yang ditanam di Taman Kartini ada juga yang karena itu, untuk menjaga kestabilan
berfungsi sebagai penyerap Pb/timbal dan ekosistem Kota Cimahi, maka perlu adanya
tanaman hutan seperti Angsana (Pterocarpus upaya yang dapat melestarikan Taman Kartini
indicus), dan Beringin (Ficus benyamina). sebagai bagian ekosistem Kota Cimahi.
(Ismayadi Samsoedin, 1997) Dengan demikian, tujuan penelitian ini adalah
Pada bagian Utara taman, terdapat sebuah untuk menata fungsi Taman Kartini sebagai
kolam. Sumber aliran air dalam kolam berasal bagian dari ruang terbuka hijau di Kota
dari saluran drainase (Kali Sriwijaya) yang Cimahi.
ditampung agar tidak meluap ke daerah lain
dalam taman, sedangkan muara ke Sungai Metodologi
Cisangkan. Saluran drainase yang melewati Metodologi pendekatan studi untuk
Taman Kartini merupakan bagian dari saluran melihat permasalahan secara jelas. Adapun
drainase kota. Saluran drainase ini pendekatan yang dilakukan adalah : a)
dipergunakan oleh penduduk kota sebagai Mengetahui potensi dan masalah di Taman
saluran pembuangan. Kartini ditinjau dari keanekaragaman tanaman,
Kebutuhan ruang terbuka yang diperlukan lokasi dan nilai historisnya; b) Analisis faktor-
masyarakat dipengaruhi pula oleh peningkatan faktor yang berkaitan dengan Taman Kartini;
jumlah penduduk dan kegiatan masyarakat c) Menentukan konsep penataan hutan kota.
Kota Cimahi, yaitu 477.707 jiwa (tahun 2000)
dan 496.303 jiwa (tahun 2004). Hal ini
berpengaruh terhadap konsumsi gas oksigen Metode Pengumpulan Data
(O2) yang sangat dibutuhkan oleh mahluk Untuk mencapai tahap analisis, diperlukan
hidup (manusia dan hewan) untuk pernapasan. data hasil melakukan survey. Survey dilakukan
Namun dengan semakin berkembangnya Kota dengan tujuan untuk mendapatkan data primer

Page | 2
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol.10 No.2

dan data sekunder. Data primer terdiri dari : 1) Analisis yang digunakan meliputi analisis
Observasi lapangan dilakukan dengan kuantitatif dan kualitatif dan analisis deskriptif.
mengamati keadaan dan kegiatan yang Analisis yang digunakan dalam studi ini adalah
terdapat di lingkungan Taman Kartini. 2) analisis kependudukan, analisis kebutuhan
Wawancara atau tanya jawab dilakukan ruang terbuka hijau, analisis struktur hutan
terhadap instansi Pemerintah Kota Cimahi, kota.
yaitu Dinas Lingkungan Hidup dan Badan Proyeksi Penduduk
Perencanaan Daerah.
Dari observasi lapangan ini akan didapat Analisis proyeksi penduduk dipergunakan
data-data mengenai keadaan lingkungan di untuk mengetahui kebutuhan peningkatan
Taman Kartini. Data sekunder adalah data-data jumlah penduduk di masa yang akan datang
yang diperoleh secara tidak langsung, yaitu : 1) dan untuk menentukan besarnya kebutuhan
Studi literatur dapat dilakukan dengan gas dengan tujuan untuk : a) Mengetahui
mengunjungi perpustakaan, mencari buku- kebutuhan oksigen yang diperlukan oleh
buku, majalah dan sebagainya, yang dapat masyarakat kota; b) Sebagai indikator
menunjang kegiatan survey di lapangan. 2) penentuan penyedian taman kota/ruang
Survey instansional yaitu mengunjungi terbuka.
instansi-instansi untuk mencari data-data yang Oleh karena itu, dalam memperkirakan
dibutuhkan dalam kegiatan studi di lingkungan jumlah kepadatan pada masa yang akan datang,
Pemerintahan Kota Cimahi seperti Bappeda, harus diketahui perkembangan penduduk pada
BPS, Dinas Tata Kota, Dinas Lingkungan masa yang lampau, yaitu tahun 1999 sampai
Hidup dan instansi yang menyangkut dalam dengan tahun 2003.
proses penelitian. Peningkatan jumlah penduduk di Kota
Data sekunder yang dicari antara lain Cimahi seperti halnya Kota Bandung
seperti keadaan fisik dasar, Taman Kartini. meningkat pesat. Dari Sensus Penduduk (SP)
Data sekunder yang diperlukan diantaranya tahun 1990 sampai tahun 2000, peningkatan
adalah Rencana Tata Ruang Wilayah Kota jumlah penduduk di Kota Cimahi membentuk
Cimahi tahun 2002, data Pertamanan Kota garis lurus. Dengan asumsi tersebut, maka
Cimahi, Peta lokasi wilayah studi, dan lain- metoda analisis yang digunakan dalam
lain. Data-data yang telah diperoleh kemudian menghitung proyeksi penduduk adalah model
diolah dengan cara mengidentifikasi dan Regresi Linear (garis lurus), dengan rumus :

pt  x  a  bx 
mengklasifikasikan data yang selanjutnya
dipresentasikan dalam bentuk deskriptif, tabel,
grafik, diagram dan gambar sehingga dapat
pt+x = jumlah penduduk tahun (t+x)
memudahkan dalam kegiatan analisis.
x = tambahan tahun terhitung dari
Data sekunder yang dicari antara lain
tahun dasar
seperti keadaan fisik dasar, Taman Kartini.
a,b = konstanta yang diperoleh dari
Data sekunder yang diperlukan diantaranya
rumus berikut :
adalah Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Cimahi tahun 2002, data Pertamanan Kota  P. X   X . PX ,
2

a
N . X   X 
Cimahi, Peta lokasi wilayah studi, dan lain- 2 2

lain. Data-data yang telah diperoleh kemudian


diolah dengan cara mengidentifikasi dan N . PX   X . P
mengklasifikasikan data yang selanjutnya b
N . X 2   X 
2

dipresentasikan dalam bentuk deskriptif, tabel,


grafik, diagram dan gambar sehingga dapat X = nilai koding
memudahkan dalam kegiatan analisis P = jumlah penduduk

Metode Analisis Sebaran Jumlah Penduduk

Page | 3
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol.10 No.2

Dengan bertambahnya jumlah penduduk analisis perbandingan kebutuhan oksigen,


Kota Cimahi, maka dapat dihitung kepadatan dengan rumus :
penduduk Kota Cimahi. Kepadatan Penduduk
Jumlah jiwa X 0,5 kg O2 x 1 pohon
ini dihitung berdasarkan jumlah penduduk dari Kebutuhan pohon 
1,2 kg O2
tiga kecamatan yaitu Kecamatan Cimahi Utara, Sumber : Brosur Pertamanan / Pehijauan kota dalam
Kecamatan Cimahi Tengah dan Kecamatan rangka mewujudkan K3 berhiber di Kota Bandung,
Cimahi Selatan. Adapun rumus untuk 2004

menghitung kepadatan penduduk adalah :


Analisis struktur hutan kota digunakan
Jumlah Penduduk (jiwa) untuk menganalisis potensi-potensi Taman
Kepadatan Penduduk (jiwa/ha)  Kartini dan lingkungan di sekitarnya. Analisis
Luas Wilayah (ha)
ini terdiri dari analisis fisik, eksterior,
bangunan sekitar, jalan sekitar dan vegetasi.
Analisis kebutuhan Ruang Terbuka Hijau
Analisis Fisik
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui
kebutuhan luas Ruang Terbuka Hijau (RTH), Analisis ekologi merupakan analisis yang
Sehingga dapat diketahui luas ideal untuk digunakan dalam penataan hutan kota yang
hutan kota. Rumus yang digunakan adalah: berhubungan dengan kondisi lokasi studi.
Analisis ini terdiri dari : (1) Analisis topografi,
Luas RTH (ha)  Luas Wilayah x Luas ideal RTH (%) bertujuan untuk menganalisis kemiringan
lahan di Taman Kartini; (2) Analisis jenis
Analisis luas lahan hutan kota tanah, bertujuan untuk menganalisis daya
dukung jenis tanah terhadap konsistensi lahan,
Untuk menentukan luas idel hutan kota yang kemudian memudahkan untuk
adalah dengan menggunakan rumus Gerarkis mengetahui jenis vegetasi yang cocok ditanam
(Gerarkis dalam Wisesa, 1988: 42), yaitu : di Taman Kartini; (3) Analisis tata air
Po (hidrologi), bertujuan untuk menganalisis
Lo  , dengan asumsi :
(54) . (0,9375) potensi tata air pada saluran drainase dan
kolam; (4) Analisis iklim, bertujuan untuk
Lo = luas Hutan Kota pada tahun ke- menganalisis kondisi suhu, kelembaban udara,
o curah hujan dan arah angin di Kota Cimahi,
Po = jumlah kebutuhan oksigen khususnya di sekitar Taman Kartini.
untuk penduduk pada tahun ke-
o Analisis Eksterior
54 = konstanta yang menunjukkan
Analisis kebutuhan eksterior bertujuan
bahwa 1 m2 luas lahan dapat
untuk menganalisis fasilitas rekreasi di Taman
menghasilkan 54 gram berat
Kartini. Fasilitas rekreasi di Taman Kartini
kering tanaman per hari
diantaranya adalah pagar taman, plasa dan
0,9375 = konstanta yang menunjukkan
tugu R.A Kartini, sirkulasi, bangku taman,
bahwa dalam 1 gram berat
tempat parkir, penerangan, tempat
kering tanaman adalah setara
penampungan sampah dan WC umum/toilet.
dengan produksi oksigen
0,9375 gram
Analisis Bangunan Sekitar
Analisis Produksi Oksigen Analisis ini bertujuan untuk menganalisis
Untuk mengetahui jumlah produksi dan bentuk, sejarah dan fungsi-fungsi bangunan
jumlah penduduk yang terlayani oleh vegetasi yang terdapat di sekitar Taman Kartini.
di Taman Kartini, digunakan dengan Bangunan yang dianalisis meliputi Markas
pendekatan dengan menggunakan metoda Pusen Art, Rumah Dinas Perwira TNI, sarana

Page | 4
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol.10 No.2

pendidikan, dan fasilitas umum (perdagangan Untuk melestarikan Taman Kartini


dan jasa). diperlukan suatu upaya penataan hutan kota
adalah sebagai berikut :

Analisis Jalan Sekitar Dasar Pertimbangan


Analisis ini bertujuan untuk mengetahui Taman Kartini merupakan salah satu
kondisi sekitar. Selain menganalisis jalur/arah taman kota yang memiliki nilai sejarah di Kota
yang dapat ditempuh dan kondisi eksisting Cimahi. Pelestarian taman sebagai bagian dari
jaringan jalan di sekitar taman, dalam analisis ruang terbuka hijau, memiliki peran penting
ini juga mengusulkan vegetasi yang dapat dalam menciptakan iklim mikro. Hal ini
ditanam pada masing-masing di tepi jalan. dipengaruhi pula oleh lokasi taman yang
Analisis Vegetasi berada di lingkungan kompleks militer dan
kegiatan penduduk kota.
Analisis ini dimaksudkan untuk pemilihan Taman Kartini merupakan salah satu
jenis tanaman yang dapat memberikan taman tertua di Kota Cimahi (selain Taman
keindahan atau estetika terhadap perkotaan. Alun-alun) yang dibuat pada tahun 1886.
Hal ini berkaitan erat dengan bangunan- Dengan potensi dan permasahan yang dihadapi,
bangunan bersejarah di sekitar Taman Kartini. maka diperlukan suatu penataan hutan kota
Analisis ini terdiri dari karakteristik fisik dan yang dapat melestarikan Taman Kartini
potensi vegetasi eksisting, karakteristik fisik (vegetasi dan sarana rekreasi). Hal ini
vegetasi hutan kota dan prediksi produksi dilakukan agar Taman Kartini dan beberapa
oksigen: 1) Analisis karakteristik fisik dan vegetasi langka yang terdapat di dalamnya
potensi vegetasi eksisting; 2) Analisis tetap terjaga dan dilestarikan dengan baik.
karakteristik dan potensi vegetasi eksisting Selain itu, penataan hutan kota juga berfungsi
bertujuan untuk menjabarkan kondisi fisik dalam menciptakan iklim mikro dan secara
vegetasi yang selanjutnya dipilih sesuai langsung/tidak langsung dapat menstabilkan
dengan potensi (tanaman hutan kota), sehingga lingkungan di Kota Cimahi.
memudahkan penataan vegetasi. Hal ini Pengelolaan Taman Kartini sebagai
berkaitan erat dengan karakteristik fisik kawasan lindung tercantum dalam penjelasan
vegetasi eksisting di Taman Kartini dan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
lingkungan sekitarnya; 3) Analisis Cimahi tahun 2004, dimana Taman Kartini
karakteristik fisik vegetasi hutan kota; 4) merupakan salah satu cagar budaya dan
Analisis karakteristik fisik vegetasi hutan kota sumber ilmu pengetahuan bagi masyarakat,
bertujuan untuk memilih jenis-jenis tanaman khususnya penduduk Kota Cimahi.
yang dapat digunakan untuk penataan hutan Pengembangan hutan kota di Taman
kota; 5) Analisis prediksi produksi oksigen; 6) Kartini merupakan salah satu rencana program
Analisis prediksi produksi oksigen bertujuan dari Pemerintah Kota Cimahi (Dinas
untuk menghitung jumlah penduduk yang Lingkungan Hidup Kota Cimahi) dalam
terlayani oleh vegetasi dalam penataan hutan upaya mewujudkan taman-taman bersejarah
kota. dengan konsep Heritage ecoregional, yaitu
melestarikan peninggalan-peninggalan
bersejarah yang merupakan warisan budaya
Analisis Kewenangan dan berbagai peristiwa lainnya yang dimiliki
Analisis kewenangan Taman Kartini Kota Cimahi. Peninggalan yang tersebut
(hutan kota) bertujuan untuk mengetahui berupa warisan budaya dan keanekaragaman
pemilik/pengelola taman dan hal-hal yang hayati (flora dan fauna). Hal ini dilakukan
perlu dilakukan dalam penataan hutan kota. guna menciptakan suatu ciri yang membentuk
estetika Kota Cimahi (identitas kota).
Hasil dan Pembahasan

Page | 5
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol.10 No.2

Konsep Luas Ruang Terbuka Hijau di Kota


Cimahi (5,09% dari luas kota) belum
Berdasarkan Revisi Rencana Tata
memenuhi ketentuan (RTRW Kota Cimahi
Ruang Wilayah Kota Cimahi Tahun 2004,
tahun 2003), yaitu 15%. Salah satu
Taman Kartini merupakan bagian dari
penyebabnya adalah terjadinya peningkatan
Kawasan Lindung (cagar budaya) yang
pembangunan lahan terbangun permukiman
dibentuk 119 tahun yang lalu (pada era
penduduk dan meningkatnya jumlah penduduk.
kolonial Hindia Belanda). Cagar budaya ini
Hal ini menyebabkan terjadinya peningkatan
perlu dipertimbangkan, mengingat aspek
suhu udara, sementara ruang untuk sarana
historisnya bagi perkembangan Kota Cimahi.
rekreasi kota terbatas.
Hal ini didukung pula oleh keberadaan
Berdasarkan Peraturan Pemerintah
vegetasi langka di Taman Kartini, yaitu :
Nomor 63 Tahun 2002 pasal 8 ayat 2, luas
Randu (Ceiba Petandra), Karet Munding
hutan kota dalam satu hamparan yang kompak
(Ficus Elastica) dan Cannon Ball (Couroupita
paling sedikit 0,25 (dua puluh lima perseratus)
gulanensis). Dalam melestarikan
hektar. Dengan luas Taman Kartini 0,65 ha
keanekaragaman vegetasi di Taman Kartini,
(6.500 m2), maka areal Taman Kartini layak
maka diupayakan budidaya vegetasi berkayu,
untuk dijadikan hutan kota. Hutan kota ini
khususnya vegetasi langka.Secara ekologis,
selain bagian dari kawasan lindung (cagar
hutan kota ini diarahkan untuk menciptakan
budaya), juga tetap berfungsi sebagai taman
iklim mikro dan mengurangi pencemaran
kota. Salah satu upaya yang dapat dilakukan
udara (akibat asap kendaraan bermotor).
adalah memaksimalkan penanaman pohon di
Sedangkan secara fisik, hutan kota ini
diarahkan untuk mengurangi genangan. Taman Kartini. Upaya ini dilakukan dengan
cara menata pohon eksisting, menambah
Taman Kartini merupakan ruang terbuka
vegetasi dan menempatkan vegetasi di sekitar
hijau yang dipergunakan oleh penduduk
Taman Kartini.
sebagai fasilitas rekreasi pasif. Untuk itu,
Upaya untuk mengurangi genangan air
taman ini dapat berfungsi sebagai hutan kota
pada lahan hutan kota dapat dilakukan dengan
dan taman kota. Konsep hutan kota ini
penanaman vegetasi yang toleran terhadap
diupayakan dapat berfungsi sebagai rekreasi
genangan. Vegetasi tersebut diantaranya
dan edukasi (pendidikan) bagi penduduk
adalah nangka (Artocarpus integra), albizia
diperkotaan. Selain itu, dapat menciptakan
(Paraserianthesfalcataria), mahoni (Swietenia
suasana estetik bagi lingkungan Kota Cimahi
spp), jati (Tectona grandis), kihujan (Samanea
yang dapat dijadikan sebagai salah satu
saman) dan lamtoro (Leucanea glauca). Selain
identitas kota
itu, untuk membatasi/memberikan jarak antara
kolam dan perlintasan yang dapat dilalui oleh
Penataan
pengunjung taman, maka perlu dibuat garis
Penataan hutan kota di Kota Cimahi, pembatas (sempadan kolam). Sempadan
khususnya Taman Kartini merupakan salah kolam berjarak antara 1-2 m (dari kolam
satu wujud citra Kota Cimahi sesuai dengan menuju daerah taman/hutan kota).
moto “Saluyu Ngawangun Jati Mandiri”, yang Dalam upaya menciptakan iklim mikro,
mengandung arti berjalan harmonis, selaras penataan hutan kota berguna dalam
dan serasi, bahu membahu dalam membangun menurunkan suhu udara, menjaga kestabilan
citra diri dalam kemajuan. Dengan kata lain kelembaban udara, dan mengarahkan angin.
pembangunan perkotaan harus seimbang Upaya yang dapat dilakukan untuk
dalam segala hal agar sesuai dengan kebutuhan menurunkan suhu udara adalah dengan
dan tuntutan kemajuan. Untuk itu diperlukan penanaman vegetasi peneduh (berbentuk
keselarasan dan keserasian penataan hutan memayung). Agar kelembaban nyaman untuk
kota (Taman Kartini) dengan lingkungan di kegiatan manusia, maka perlu pemilihan jenis
sekitarnya. vegetasi dengan tajuk yang tidak terlalu rapat
dan bertekstur halus. Selain itu penanaman

Page | 6
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol.10 No.2

vegetasi dalam berbagai strata (pohon, perdu (Hibiscus rosasinensis), Oleander (Nerium
dan semak) sebagai pengarah angin. Oleander), Portulaka (Portulaca grandiflora),
Berdasarkan analisis yang dilakukan maka dan lainnya. Khusus untuk vegetasi di Jalan
dalam memenuhi kebutuhan pengunjung Taman Kartini selain vegetasi yang
taman diperlukan penataan seragam/sama dengan yang terdapat dalam
eksterior/perlengkapan taman. Penataan taman, juga dapat ditanam vegetasi yang
eksterior ini berkaitan erat dengan sesuai dengan keinginan penduduk di sekitar
pemeliharaan taman dan kegiatan penunjung jalan ini. Adapun jarak penanaman vegetasi
taman. Hal-hal yang perlu diperbaiki/dibuat untuk jalan kolektor adalah 5-12 m, sedangkan
dalam menata eksterior ini diantaranya adalah untuk jalan lokal sekunder adalah 2-3 m.
menambah jumlah bangku taman, Berdasarkan analisis yang telah dilakukan,
memperbaiki lahan parkir, pemasangan lampu dalam penataan hutan kota terdapat beberapa
taman, pembuatan bak penampungan sampah hal yang dapat dijadikan kriteria penanaman
di sekitar tempat parkir, dan pembuatan vegetasi. Kriteria tersebut adalah pemilihan
WC/toilet umum. penebangan pohon yang sudah usang/lama dan
Taman Kartini dikelilingi oleh bangunan- diganti dengan pohon sejenis, budidaya jenis
bangunan fungsional, yaitu perkantoran Pusen tanaman langka, pemilihan tanaman yang
Art, Rumah Dinas Perwira TNI, sarana memiliki fungsi ganda, jarak penanaman
pendidikan, dan fasilitas umum (perdagangan disesuaikan dengan ukuran, bentuk dan
dan jasa). Selain itu, jenis vegetasi di Taman ketinggian pohon, budidaya tanaman hias
Kartini merupakan bagian dari vegetasi pada diperbanyak sehingga tidak terfokus pada
masa kolonial Belanda, begitu pula dengan pohon saja, penanaman tanaman disesuaikan
vegetasi di lingkungan bangunan-bangunan dengan potensinya, budidaya tanaman sejenis
bersejarah di sekitar Taman Kartini. Maka di sekitar tanaman eksisting, penggunakan
dalam menata vegetasi hutan kota, selain media pot/pergola untuk tanaman hias,
penempatan lokasi vegetasi, hal yang perlu penanaman pohon disesuaikan dengan kondisi/
diperhatikan adalah adanya keselarasan dalam lingkungan bangunan di sekitar taman
penanaman vegetasi. Berdasarkan analisis, vegetasi hutan yang
Selain bangunan, Taman Kartini juga diusulkan untuk ditanam di Taman Kartini
berada pada tiga jalan klasifikasi yang berbeda, adalah diantaranya adalah Albizia
yaitu Jalan Baros (Jaringan Jalan Kolektor (Paraserianthesfalcataria), Angsana
Primer), Jalan Dustira/Hospitaalweg (Jaringan (Pterocarpus indicus), Bambu Jepang
Jalan Kolektor Sekunder), dan Jalan Taman (Bambussa sp), Beringin (Ficus Benyamina),
Kartini (Jaringan Jalan Lokal Sekunder). Bunga Bakung (Cainum asiaticum), Bunga
Dikarenakan adanya perbedaan klasifikasi Kupu-kupu (Bauhenia purpurea), Bunga
jalan, maka untuk penataan jalur hijau di Matahari (Helianthus annuus linn), Bungur
sekitar taman dapat ditanami dengan vegetasi (Largerstroemia speciosa), Buni/huni
yang berbeda pula. Vegetasi untuk jalur hijau (Antidesma Bunius), Cannon Ball (Couroupita
di Jalan Baros adalah Pinus (Pinus Merkusii), gulanensis), Cemara Kipas (Thuja orientalis),
Bunga kupu-kupu (Bauhinia purpurea), Daun Kupu-kupu (Bauhinia Acuminata L),
Angsana (Pterocarpus indicus), Mahoni Flamboyan (Delonix regia), Jati (Tectona
(Swietenia mahagonii) dan rerumputan. grandis), Karet Munding (Ficus Elastica),
Vegetasi untuk jalur hijau di Jalan Dustira Kelapa (Cocos nucifera), Kelapa Sawit (Elais
adalah Daun Kupu-kupu (Bauhinia Acuminata guenencis), Kembang Sepatu (Hibiscus
L), Cemara Kipas (Thuja orientalis), Mahoni rosasinensis), Ki Acret (Spathodea
(Swietenia mahagonii) dan rerumputan. campanulata), Kihujan (Samanea saman),
Sedangkan vegetasi untuk jalur hijau di Jalan Lamtoro (Leucanea glauca), Mahoni daun
Taman Kartini Jenis vegetasi yang dapat kecil (Swietenia mahagoni), Mangga
ditanam selain rerumputan adalah tanaman (Mangifera indica), Nangka (Artocarpus
hias, diantaranya adalah Kembang Sepatu integra), Pacar Air (Impatiens balsamina),

Page | 7
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol.10 No.2

Pacar Cina (Agloia adorata), Palem Raja


(Roystonea regia), Pinus (Pinus merkusii),
Pisang Hias (Heliconia collinsiana), Pulai
(Alstonia scholaris), Randu (Ceiba Petandra),
dan rumput (penutup tanah)
Taman Kartini merupakan taman kota
milik Pemerintah Kota Cimahi. Untuk itu
Pemerintah Kota Cimahi memiliki
kewenangan penuh atas Taman Kartini.
Instansi-instansi yang bertanggungjawab atas
kegiatan yang ada di Taman Kartini adalah:
Dinas Lingkungan Hidup. Bentuk pengelolaan
taman sebagai hutan kota dapat dilakukan oleh
Dinas Lingkungan Hidup meliputi Gambar 2 Sketsa 3 Dimensi Hutan Kota.
pemeliharaan vegetasi (pemangkasan dahan
dan ranting, pembabatan rumput, penyiraman, Kesimpulan
pemupukan dan pemberantasan hama
penyakit), pemeliharaan eksterior taman, dan Penataan
pengawasan kegiatan pengunjung taman. Keberadaan Taman Kartini di Kota
Selain Dinas Lingkungan Hidup, terdapat juga Cimahi memiliki 2 (dua) fungsi yaitu : sebagai
beberapa instansi yang terkait dalam penataan ruang terbuka hijau sebagai cagar budaya di
hutan kota, diantaranya adalah Dinas Kota Cimahi. Fungsi sebagai ruang terbuka
Perhubungan (pengawas dan hijau yang berguna bagi kegiatan dan
penanggungjawab kegiatan/aktivitas jalan), kehidupan penduduk di Kota Cimahi.
Badan Perencanaan Daerah (pengelola, Sedangkan fungsi cagar budaya Taman Kartini
pengawas dan penanggungjawab kegiatan berfungsi salah satu peninggalan zaman
pembangunan perkotaan). kolonial Belanda di Kota Cimahi yang perlu
Untuk lebih jelas mengenai penataan dilestarikan.
Taman Kartini sebagai hutan kota di Kota Pengembangan hutan kota merupakan
Cimahi dapat dilihat pada Gambar 1 dan tanggungjawab bersama, untuk itu perlu
Gambar 2. adanya kerjasama antara Pemerintah Kota
Cimahi dan penduduk (khususnya pengunjung
taman). Hal ini dilakukan untuk mewujudkan
keberadaan hutan kota di Kota Cimahi sebagai
bagian dari kawasan lindung (cagar budaya),
rekreasi penduduk kota dan berfungsi dalam
menciptakan iklim mikro.

Rekomendasi
Penataan hutan kota di Taman Kartini
yang merupakan cagar budaya di Kota Cimahi
dapat terwujud apabila terjalin kerjasama dan
adanya dukungan pemerintah dan masyarakat.
Oleh karena itu, diperlukan rekomendasi
dalam penataan hutan kota di Kota Cimahi,
Gambar 1 Denah Ilustrasi Hutan Kota khususnya di Taman Kartini. Beberapa
rekomendasi untuk penataan hutan kota di
Taman Kartini adalah : 1) Sebagai bagian dari
cagar budaya (khususnya Taman Kartini),

Page | 8
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol.10 No.2

maka perlu adanya sosialisasi kepada agar kegiatan pengunjung taman tidak
penduduk kota mengenai bangunan-bangunan/ mengganggu/merusak tanaman di dalam hutan
peninggalan Kolonial Belanda di Kota Cimahi; kota, maka perlu adanya batasan area yang
2) Adanya penelitian dan sosialisasi mengenai boleh/tidak boleh dilalui oleh pengunjung
vegetasi langka di Kota Cimahi, yaitu pohon taman; (h) selain itu, diperlukan adanya
Cannon ball (Couroupita gulanensis). Hal ini penegasan pengelola taman (tata tertib) yang
dilakukan agar pohon ini dikenal dan dapat harus dipatuhi pengunjung taman.)
dibudidayakan oleh penduduk Kota Cimahi; 3) 6) Karena lokasi Taman Kartini berada pada
Berdasarkan pertimbangan historis dan tiga klasifikasi jalan yang berbeda (Jalan Baros,
penataan vegetasi di Taman Kartini, maka Jalan Dustira dan Jalan Taman Kartini), maka
perlu adanya penetapan/legalitas Taman hal-hal yang dapat dilakukan oleh Dinas
Kartini sebagai taman hutan kota; 4) Dengan Perhubungan sebagai pengelola jalan adalah
peningkatan jumlah penduduk dan kebutuhan sebagai berikut: a) memperbaiki dan mengatur
akan ruang terbuka hijau (hutan kota) di masa jaringan jalan sesuai dengan karakteristik ideal
mendatang, maka perlu adanya pertimbangan masing-masing fungsi jalan; b) memasang
dan penetapan lahan budidaya yang belum rambu-rambu lalu lintas, sehingga kendaraan
terbangun (sawah, tegalan, semak dan lainnya) tidak berbalik, berbelok baik itu kanan atau kiri
agar dapat dijadikan lahan untuk ruang terbuka menuju suatu tempat kegiatan, angkutan
hijau. Untuk itu diperlukan adanya umum yang berhenti pada tempat-tempat
penyusunan Peraturan Daerah mengenai hutan kegiatan; c) untuk menertibkan pengguna jalan
kota; 5) Sebagai Pengelola taman, khususnya dan menghindari kecelakaan lalu lintas, maka
Taman Kartini (hutan kota), maka Dinas perlu adanya fasilitas penyeberangan (zebra
Lingkungan Hidup perlu meningkatan kinerja cross/jembatan penyeberangan). Fasilitas
pengelolaan dan pemeliharaan taman, penyeberangan ini dapat diletakkan di sekitar
diantaranya adalah: (a) sebagai inventarisasi pintu masuk utama Taman Kartini dan lokasi
dan pengetahuan bagi penduduk kota, perlu sarana pendidikan (sekolah).
adanya pemasangan papan nama tanaman 7) Sebagai bahan pertimbangan dan
yang disertai dengan asal daerah dan potensi perencanaan di masa mendatang, maka Badan
yang dimiliki oleh setiap tanaman (pohon, Perencanaan Daerah dapat melakukan
semak, perdu dan lainnya); (b) adanya kajian/penelitian lokasi-lokasi yang dapat
penelitian/ kegiatan pengolahan pupuk organik dijadikan sebagai ruang terbuka hijau (hutan
dari sampah kering yang di ada di sekitar Kota); 8) Bagi penduduk Kota Cimahi, maka
taman. Hal ini dilakukan untuk kegiatan daur hal-hal yang dapat dilakukan diantaranya
ulang sampah organik dan meminimalkan adalah : a) senantiasa menanam pohon
volume sampah yang akan diangkut ke (penghijauan) di halaman rumah atau
Tempah Pembuangan Sampah Akhir (TPSA); menanam tanaman pada media pot-pot/
(c) guna memberikan kenyamanan bagi para pergola; b) dengan mengenal berbagai jenis
pengunjung taman, maka di dalam taman dapat tanaman di Taman Kartini, diharapkan
disediakan WC/toilet umum; (d) adanya masyarakat dapat membudidayakan tanaman
penetapkan waktu kunjungan di Taman Kartini, tersebut, khususnya vegetasi langka; c)
misalnya dari jam 07.00 sampai dengan 17.00 senantiasa menjaga dan mematuhi tata tertib
WIB. Hal ini dilakukan supaya area taman yang dibuat oleh Pemerintah Kota Cimahi bagi
tidak dijadikan sebagai tempat kegiatan a- pengunjung taman, khususnya di Taman
susila dan tempat tinggal tuna wisma; (e) Kartini;
membuat perangkap sampah pada saluran Terdapat banyak hal-hal yang perlu dikaji
drainase kota yang masuk ke dalam taman, lebih lanjut dalam studi ini. Untuk itu perlu
supaya tidak terdapat tumpukan sampah di adanya studi lanjutan. Dikarenakan luas lahan
dalam kolam; (f) menanaman tanaman yang pada lokasi studi belum dapat memenuhi
dapat mengurangi bau tidak sedap di sekitar kebutuhan ideal luas hutan kota, maka
sempadan kolam dan saluran drainase kota; (g) diperlukan kajian luas lahan hutan kota di

Page | 9
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol.10 No.2

masa mendatang di Kota Cimahi. Kajian Robinette, J.O. 1983. Landscape Planning for
penataan hutan kota, khususnya di Taman Energy Conservation, Van Norstand
Kartini belum menelaah aspek sosial (perilaku Reinhold. New York
masyarakat) dan aspek pembiayaan Smith W.H. 1985. Forest And Air Quality. J.
penanaman dan pemeliharaan vegetasi hutan Forestry. New York
kota
Van Steenis DR.C.GG.J. 2002. Flora, Pradnya
Paramita. Jakarta
Daftar Pustaka
Darmawijaya M.Isa, Klasifikasi Tanah : Dasar Terbitan Terbatas
Teori Bagi Penelitian Tanah dan
BAPEDA (Badan Perencanaan Daerah) Kota
Pelaksana Pertanian di Indonesia, Gama
Cimahi. 2004. Revisi Rencana Tata Ruang
Press, 1990
Wilayah Kota Cimahi. BAPEDA. Cimahi
Djohara Jayadinata. 1992. Tata Guna Tanah
Biro Bina Kependudukan dan lingkungan
Dalam Perencanaan Perkotaan Dan
Hidup Propinsi Jawa Barat, Panduan RTH
Wilayah, ITB. Bandung
Perkotaan di Propinsi Jawa Barat, 1998
Djoko Sujarto. 1974. Proses Perkembangan
Dinas Lingkungan Hidup Kota Cimahi. 2005.
dan Perencanaan Kota, Jurusan Teknik
Identifikasi Keanekaragaman Hayati di
Planologi, Institut Teknologi Bandung.
Kota Cimahi. Laporan Penelitian, Cimahi,
Bandung
2005
Don WS, dkk, Rahasia Kebun Asri. PT.
DPU Cipta Karya, 1983. Pedoman
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2002
Perencanaan Lingkungan Permukiman
Edward, T. White. 1985. Analisis Tapak. Kota
Intermatra. Jakarta
Haeruman Js,H. 1987. Pola Pengelolaan
Grey, G.W and F.J. Deneke. 1978. Urban Hutan Kota, Prosiding seminar hutan kota
Forestry. John Willey and Sons. New di DKI. Jakarta
York
Ilyasin K. 1999. Studi Penataan Hutan Kota
Hadi Sabari Yunus. 2002. Struktur Tata Ruang Sesuai dengan Fungsi-Fungsi BWK di
Kota, Pustaka Pelajar. Yogyakarta Kotamadya Dati II Cirebon, Tugas Akhir.
Joseph De Chiara and Lee Koppelmen. 1978. Program Studi Perencanaan Wilayah dan
Standar Perencanaan Tapak. Erlangga. Kota, Fakultas Teknik, Universitas Islam
Jakarta Bandung

Nugraha, 1991. Pengembangan Hutan Kota Ismayadi Samsoedin. 1997. Makalah


dalam Hubungannnya dengan Penunjang Diskusi, Studi Potensi Jenis-
Pengembangan Wilayah Kota Serang dan Jenis Pohon Indonesia untuk Daerah
Cilegon, Tugas Akhir. Jurusan Konservasi Perkotaan, Jakarta
Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan, Mauludin UU. 1994. Persepsi Masyarakat
Institut Pertanian Bogor. Bogor Kotamadya Bogor terhadap Hutan Kota
Otto Soemarwoto. 1983. Ekologi Lingkungan di Wilayah Kotamadya Bogor, Studi
Hidup dan Pembangunan, Djambatan. Kasus di Kecamatan Bogor Timur dan
Jakarta Bogor Selatan, Tugas Akhir. Jurusan
Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas
Robert, W Miller. 1988. Urban Forestry : Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Planning and Managing Urban Bogor
Greenspaces, Prentice Hall, Englewood
Cliffs. New Jersey Pemerintah Kota Cimahi. 2004. Sejarah Kota
Cimahi. Cimahi

Page | 10
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol.10 No.2

Riyanto N, 1989. Kemungkinan ..............,Undang-undang Pokok Kehutanan


Pengembangan Hutan Kota untuk Nomor 5 Tahun 1967.
Memenuhi Kebutuhan Oksigen di Kota ..............,Keputusan Presiden Nomor 32
Bandung, Jurusan Manajemen Hutan, Tahun 1990 tentang Pengelolaan
Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Kawasan Lindung
Bogor. Bogor
..............,Peraturan Pemerintah Republik
Sambas Wirakusumah Prof.,Ir. 1987. Suatu Indonesia Nomor 63 Tahun 2002 Tentang
Pemikiran Program Hutan Kota untuk Hutan Kota
Jakarta, Makalah Seminar Hutan Kota
DKI Jakarta15 Desember 1987, Kantor ...............,Perda Kota Bandung No. 23 Tahun
Wilayah Kehutanan DKI Jakarta. Jakarta 1987 tentang Pertamanan, Pemeliharaan,
Pemangkasan dan Penebangan Pohon di
Suryono Mahmud. 1996. Pengembangan Kota Bandung
Lahan Hijau sebagai Paru-Paru Kota di
Kotamadya Dati II Bandung, Tugas Akhir.
Program Studi Perencanaan Wilayah dan
Kota, Fakultas Teknik, Universitas Islam
Bandung
Tamara, R.O Ir. 1987. Pembangunan Hutan
Kota Ditinjau dari Aspek Keindahan dan
Tata Ruang, Makalah Seminar Hutan
Kota DKI Jakarta 15 Desember 1987,
Kantor Wilayah Kehutanan DKI Jakarta.
Jakarta
Wisesa, S.P.C. 1988. Studi Pengembangan
Hutan Kota di Wilayah Kotamadya Bogor,
Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan,
Fakultas Kehutanan IPB, Institut
Pertanian Bogor. Bogor
Zoer’aini Djamal Irwan MS Prof., DR.,Ir.
2005. Peranan Taman Hutan Kota dalam
Melestarikan Lingkungan Perkotaan yang
Nyaman sehat dan Estetis, Makalah
Seminar Taman Hutan Kota Bandung 15
Maret 2005, Ikatan Arsitek Lanskap
Indonesia Bandung. Bandung

Peraturan Perundang-Undangan
Pemerintah Kota Cimahi. 2003. Peraturan
Daerah Kota Cimahi Nomor 11 Tahun
2003 : Rencana Strategis Daerah Kota
Cimahi Tahun 2003-2007. Pemerintah
Kota Cimahi. Cimahi
...............,Instruksi Menteri Dalam Negeri No.
14 Tahun 1988 tentang Penataan Ruang
Hijau di Wilayah

Page | 11

Anda mungkin juga menyukai