KINERJA INTERIM
TRIWULAN IV
Deputi Bidang
Pengawasan Pangan Olahan
Tahun 2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
segala karunia dan rahmatNya, maka Laporan Kinerja Interim Triwulan III Tahun 2021 -
Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan, telah selesai disusun.
Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan, sebagai Unit Organisasi Eselon I, wajib
menyelenggarakan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) dan harus
menyusun Laporan Kinerja Interim pada setiap triwulan atas capaian kinerja yang telah
dicapai.
Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan melaporkan kinerjanya yang diukur dari
pencapaian kinerja, sasaran, program, dan kegiatan yang dilakukan pada tahun Triwulan IV
Tahun 2021, sesuai yang tertuang dalam Rencana Strategis (Renstra) Tahun 2020 -2024 dan
Perjanjian Kinerja Tahun 2021.
Laporan ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kinerja Deputi Bidang
Pengawasan Pangan Olahan Tahun dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya pada
Triwulan IV Tahun 2021. Kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan yang perlu
terus diperbaiki dan ditingkatkan dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan
prima terhadap masyarakat.
Akhir kata, semoga Laporan ini bermanfaat dan dapat digunakan sebagai bahan masukan
bagi pengelolaan dan penataan serta peningkatan kinerja sehingga target kinerja yang telah
ditetapkan sepanjang tahun 2021, dapat tercapai.
KATA PENGANTAR I
DAFTAR ISI II
BAB I PENDAHULUAN 1
I.1 LATAR BELAKANG ................................................................................... …..1
I.2 STRUKTUR ORGANISASI ............................................................................... 3
I.3 TUGAS POKOK DAN FUNGSI ........................................................................ 3
I.4 ASPEK STRATEGIS ORGANISASI ................................................................. 5
I.5 ANALISIS LINGKUNGAN STRATEGIS ......................................................... 5
I.6 ISU STRATEGIS................................................................................................. 7
BAB II PERENCANAAN KINERJA 14
II.1 RENCANA STRATEGIS.................................................................................. 14
II.2 SASARAN STRATEGIS .................................................................................. 15
II.3 RENCANA KERJA TAHUNAN (RKT) .......................................................... 17
II.4 PERJANJIAN KINERJA (PK) .......................................................................... 19
II.5 RENCANA AKSI PERJANJIAN KINERJA (RAPK)...................................... 21
II.6 PENGUKURAN PENCAPAIAN INDIKATOR KINERJA ............................. 25
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 36
III.1 CAPAIAN INDIKATOR KINERJA ................................................................. 36
III.3 AKUNTABILITAS KEUANGAN .................................................................... 91
III.4 PENGUKURAN EFISIENSI KINERJA ........................................................... 94
BAB IV PENUTUP 98
IV.1 KESIMPULAN .................................................................................................. 98
IV.2 SARAN .............................................................................................................. 99
BAB I PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) berdiri pada tahun 2001 melalui
Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,
Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non
Departemen. Keputusan tersebut telah diubah beberapa kali dan terakhir menjadi
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2017 tentang Badan
Pengawas Obat dan Makanan. Berdasarkan peraturan tersebut Kepala Badan POM
menerbitkan Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan, yang telah mengalami
beberapa kali perubahan dan terakhir menjadi Peraturan Badan Pengawas Obat dan
Makanan Nomor 21 tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas
Obat dan Makanan. Dalam susunan organisasi baru Badan POM memiliki 6 (enam)
Eselon I, yang terdiri dari: Sekretariat Utama, Inspektorat Utama dan 4 (empat)
Kedeputian pengawasan teknis, salah satunya adalah Deputi Bidang Pengawasan
Pangan Olahan yang mempunyai tugas menyelenggarakan penyusunan dan
pelaksanaan kebijakan di bidang pengawasan pangan olahan.
Dilihat dari fungsi Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan secara garis besar,
terdapat 3 (tiga) inti kegiatan atau pilar unit Eselon I Deputi Pengawasan Pangan
Olahan, yakni:
1. Penapisan produk dalam rangka pengawasan pangan olahan sebelum beredar
(pre-market) mencakup: perkuatan regulasi, peningkatan registrasi/penilaian,
peningkatan inspeksi sarana produksi dalam rangka sertifikasi, termasuk
kegiatan sertifikasi untuk importasi pangan olahan;
2. Pengawasan pangan olahan setelah beredar di masyarakat (post-market)
mencakup: pengambilan sampel dan pengujian, pemeriksaan sarana produksi
dan distribusi pangan olahan di seluruh Indonesia;
3. Pemberdayaan masyarakat dan pelaku usaha melalui komunikasi informasi dan
edukasi termasuk pembinaan pelaku usaha dalam rangka meningkatkan daya
2
saing produk. Selain itu melalui peningkatan peran pemerintah daerah dan lintas
sektor untuk penguatan kerjasama kemitraan dengan pemangku kepentingan
dalam rangka meningkatkan efektivitas pengawasan pangan olahan;
3
Gambar 1. Struktur Organisasi Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan
I.4 ASPEK STRATEGIS ORGANISASI
Dilihat dari fungsi Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan secara garis besar,
terdapat 3 (tiga) inti kegiatan atau pilar unit Eselon I Deputi Pengawasan Pangan
Olahan, yakni:
1. Penapisan produk dalam rangka pengawasan pangan olahan sebelum beredar
(pre-market) mencakup: perkuatan regulasi, peningkatan registrasi/penilaian,
peningkatan inspeksi sarana produksi dalam rangka sertifikasi, termasuk
kegiatan sertifikasi untuk importasi pangan olahan;
2. Pengawasan pangan olahan setelah beredar di masyarakat (post-market)
mencakup: pengambilan sampel dan pengujian, pemeriksaan sarana produksi
dan distribusi pangan olahan di seluruh Indonesia;
3. Pemberdayaan masyarakat dan pelaku usaha melalui komunikasi informasi dan
edukasi termasuk pembinaan pelaku usaha dalam rangka meningkatkan daya
saing produk. Selain itu melalui peningkatan peran pemerintah daerah dan
lintas sektor untuk penguatan kerjasama kemitraan dengan pemangku
kepentingan dalam rangka meningkatkan efektivitas pengawasan pangan
olahan.
5
Tabel 1. Rekapitulasi SDM Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan
Jumlah
Jumlah Pegawai
Kebutuhan
No Unit Existing
(ABK)
PNS PPNPN
1 Direktorat Standardisasi Pangan Olahan 39 10 62
2 Direktorat Registrasi Pangan Olahan 72 35 129
3 Direktorat Pengawasan Peredaran Pangan Olahan 44 21 105
4 Direktorat Pengawasan Produksi Pangan Olahan 49 17 82
5 Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan Pelaku Usaha 35 19 64
Total 239 102 442
Direktorat Standarisasi
Pangan Olahan
54 49
Direktorat Registrasi Pangan
Olahan
Direktorat Pengawasan
66 Peredaran Pangan Olahan
107
Direktorat Pengawasan
Produski Pangan Olahan
66
Direktorat Pemberdayaan
masyarakat dan Pelaku Usaha
6
Gambar 2. Distribusi Pegawai berdasarkan Tingkat Pendidikan
Sumber Daya Manusia yang dimiliki Deputi Bidang Pengnawasan Pangan Olahan
saat ini belum memadai jumlahnya jika dihitung berdasarkan analisa beban kerja
dan target yang ditetapkan serta belum dapat mendukung pelaksanaan tugas
pengawasan Obat dan Makanan secara optimal. Dengan tantangan yang semakin
kompleks, Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan harus melakukan
peningkatan kompetensi SDM dan memprediksikan kebutuhan SDM untuk
memperkuat pengawasan dengan lingkungan strategis yang semakin dinamis. Oleh
karena itu perlu penambahan jumlah SDM guna menghadapi tantangan
pengawasan dan semakin berkembangnya modus pelanggaran di bidang pangan.
Selain penambahan jumlah SDM, harus ditetapkan pula strategi pengembangan
pegawai yang tepat sehingga tidak terjadi kekosongan di posisi-posisi strategis
sehingga diperlukan peningkatan soft competency untuk menghasilkan pribadi
pemimpin yang matang dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah.
7
dilakukan analisis yang menyeluruh dan terpadu terhadap faktor lingkungan
termasuk isu-isu strategis yang dapat menjadi potensi dan permasalahan
pengawasan pangan olahan serta mempengaruhi tercapainya tujuan dan sasaran
kinerja. Isu-isu strategis tersebut adalah sebagai berikut:
1. Isu Internal
a. Penguatan Regulasi di Bidang Pengawasan Pangan
Pelaksanaan pengawasan pangan olahan yang Badan POM saat ini lakukan
berdasarkan pada Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan;
Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan; dan
Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 2019 tentang Keamanan Pangan. Sebagai
pelaksanaan teknis pengawasan Obat dan Makanan telah ditetapkan berbagai
Peraturan Kepala Badan/Peraturan Badan sejak tahun 2001. Adanya berbagai
tantangan yang dihadapi memerlukan adanya payung hukum yang kuat dalam
bentuk Rancangan Undang Undang tentang Pengawasan Obat dan Makanan.
Tantangan tersebut antara lain globalisasi, pertumbuhan usaha dan teknologi,
perdagangan daring (e-commerce), revolusi industry 4.0, kemandirian dan daya
saing industri serta maraknya produk obat dan makanan illegal yang harus dihadapi.
Berdasarkan UU Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, Badan POM termasuk
dalam klaster yaitu penyederhanaan perizinan berusaha sub sektor Kesehatan Obat
dan Makanan, kemudahan, dan pengenaan sanksi dan Undang Undang Nomor 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan, dan Undang Undang Nomor 18 Tahun 2012
tentang Pangan juga akan masuk dalam RUU Cipta Kerja. Sejalan dengan hal
tersebut, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018 tentang
Pelayanan Perijinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik telah ditetapkan
Peraturan Badan POM Nomor 26 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan
Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik Sektor Obat dan Makanan dan Peraturan
Badan POM Nomor 27 Tahun 2018 tentang Standar Pelayanan Publik di
Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan. Untuk integrasi Perizinan dengan
BKPM telah ditetapkan Peraturan Badan Nomor 5 Tahun 2020 tentang Integrasi
Pelayanan Perizinan Berusaha secara Elektronik Sektor Obat dan Makanan.
8
b. Kesenjangan dan Kemandirian Pengawasan Pangan Olahan antar Daerah
Pengawasan Pangan Olahan merupakan tugas bersama semua pemangku
kepentingan yang terkait baik di pusat maupun di daerah. Adanya tantangan dari
setiap wilayah di Indonesia yang berbeda-beda harus disikapi dengan berbagai
upaya strategis yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan terkait dan
memahami aspek teknis maupun sosial di setiap wilayah, hal ini dimaksudkan agar
pengawasan pangan dapat berjalan dengan efektif. Peran serta dari pemerintah
daerah dalam mendukung pengawasan pangan olahan masih beragam, hal ini dapat
dilihat dari beberapa hal antara lain: tindaklanjut rekomendasi hasil pengawasan
yang diberikan oleh BPOM, program/kegiatan dukungan dalam RPJMD dan Renja
SKPD terkait. Untuk itu perlu terus dilakukan upaya koordinasi dengan melibatkan
Kementerian/Lembaga terkait mulai dari perencanaan, penganggaran, monitoring
dan evaluasi program/kegiatan.
2. Isu Eksternal
a. Program Sustainable Development Goals (SDGs) terkait Pengawasan
Pangan Olahan
Berlakunya program Sustainable Development Goals (SDGs) yang meliputi 17
goals bidang pengawasan pangan, terdapat beberapa agenda terkait dengan Goal 2.
9
End hunger, achieve food security and improved nutrition, and promote sustainable
agriculture. Tantangan bagi Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan adalah
pengawalan keamanan, mutu, dan gizi pangan olahan melalui intensifikasi
pengawasan pre-market dan post market serta pembinaan pelaku usaha agar secara
mandiri menjamin mutu produknya. Selaras dengan hal tersebut dan juga sesuai
dengan arahan Presiden yang tertuang dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP)
bahwa program prioritas nasional per tahun disusun melalui pendekatan money
follow program yang mengharuskan setiap K/L memetakan kontribusinya terhadap
program prioritas nasional dengan prinsip holistik-tematik, integratif, dan spasial,
BPOM memetakan kontribusi sesuai dengan prioritas pembangunan nasional antara
lain melalui prioritas nasional: Pembangunan Manusia Melalui Pengurangan
Kemiskinan dan Peningkatan Pelayanan Dasar, program prioritas: Peningkatan
Pelayanan Kesehatan dan Gizi Masyarakat dengan kegiatan prioritas yang terkait
Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan antara lain: a. Peningkatan Efektivitas
Pengawasan Obat dan Makanan, melalui proyek prioritas Penguatan Pengawasan
Obat dan Makanan; b. Percepatan Penurunan Stunting, melalui proyek prioritas:
Pemberian Suplementasi Gizi.
10
c. Industri Pangan Olahan sebagai Industri Andalan di Indonesia
Industri Pangan Olahan merupakan salah satu industri andalan di Indonesia yang
masuk dalam Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 – 2035.
Berdasarkan data BPS Tahun 2019, Industri Pangan Olahan merupakan salah satu
industri non migas yang berkembang denngan pesan dan menyumbang 7.95%
pendapatan domestik bruto Indonesia. Industri Pangan Olahan tumbuh didukung
oleh peningkatan kinerja industri di beberapa provinsi yang memiliki kontribusi
cukup besar terhadap pembentukan nilai tambah Nasional. Kondisi ini merupakan
tantangan bagi Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan untuk dapat
mengakomodir perkembangan teknologi pangan melalui penyediaan kebijakan
pengawasan pangan olahan yang berkualitas dan adanya deregulasi peraturan teknis
yang dapat menghambat pertumbuhan industri pangan olahan Indonesia.
11
e. Permasalahan Keamanan Pangan di Indonesia
Permasalahan keamanan pangan yang ada di Indonesia umumnya didominasi oleh
permasalahan yang mendasar, terutama terkait penerapan prinsip produksi pangan
olahan yang baik, termasuk penggunaan Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang
melebihi batas dan penggunaan bahan kimia yang dilarang karena berbahaya untuk
pangan, misalnya formalin, boraks, dan zat pewarna non pangan, khususnya pada
level industri rumah tangga, jasa boga, dan UMKM. Berdasarkan data laporan
kejadian luar biasa keamanan pangan (KLB KP) yang diterima BPOM pada tahun
2017 – 2018 KLB KP ini sebagian besar disebabkan oleh mikrobiologi (bakteri
Bacillus cereus, Staphylococcus aureus, E. coli, Salmonella spp, Vibrio cholerae
O1, Clostridium perfringens), yaitu sekitar 60% baik terkonfimasi ataupun dugaan,
sedangkan KLB KP karena keracunan bahan kimia (Histamin, Arsenik dan
Sianida), terjadi sekitar 12% dan sisanya belum dapat diketahui penyebabnya. Data
KLB-KP yang didominasi oleh cemaran mikrobiologi ini menunjukkan bahwa
belum diterapkannya prinsip cara produksi pangan olahan yang baik. Jenis pangan
yang menjadi penyebab KLB ini juga masih didominasi oleh masakan rumah
tangga dan jajanan-pangan siap saji. Selain itu, terdapat beberapa emerging issue
yang juga menjadi permasalahan keamanan pangan di Indonesia, misalnya adanya
cemaran mikroplastik di dalam air sebagai akibat pencemaran lingkungan dari
sampah plastik yang dapat masuk ke dalam rantai pangan melalui sumber air dan
cemaran mikroplastik ini juga dapat berhabaya bagi kesehatan masyarakat.
12
memenuhi syarat dan produk ilegal dimana keamanan dan mutunya belum terjamin
untuk dikonsumsi. Melalui proses pengawasan olahan sebelum beredar, pangan
olahan impor diharuskan memiliki izin sebelum diedarkan
13
BAB II PERENCANAAN KINERJA
Renstra memuat Visi, Misi, Tujuan Strategis, Sasaran Strategis, Arah Kebijakan,
Program dan Kegiatan. Rencana Strategis adalah suatu proses yang berorientasi
pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu satu sampai dengan lima tahun
dengan memperhitungkan potensi, peluang dan kendala yang ada atau mungkin
timbul. Efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan dapat diwujudkan
antara lain dengan perumusan visi dan misi yang jelas, sehingga segala sumber daya
dapat digunakan secara konsisten dalam rangka pelaksanaan misi. Orientasi pada
visi dan misi yang dijabarkan ke dalam tujuan dan sasaran, selanjutnya diukur
tingkat capaiannya berdasarkan hasil dari indikator sasaran. Pengukuran dan
evaluasi kinerja ini akan mendorong upaya perbaikan manajemen dan peningkatan
kinerja Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan.
14
Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan telah melakukan reviu terhadap Renstra
Tahun 2020-2024 dikarenakan adanya perubahan lingkungan strategis pengawasan
Obat dan Makanan, hal tersebut tertuang dalam SK Deputi Bidang Pengawasan
Pangan Olahan No. HK.02.02.5.51.12.21.19 Tahun 2021 tentang Reviu Rencana
Strategis Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan Badan Pengawas Obat Dan
Makanan Tahun 2020-2024 tertanggal 24 Desember 2021.
15
(tiga) perspektif, yaitu stakeholders perspective, internal process perspective, dan
learning and growth perspective.
Berdasarkan reviu Renstra Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan Tahun 2020
– 2024 terdapat perubahan Peta Strategi untuk mengakomodir perubahan Susunan
Organisasi dan Tata Kerja (SOTK) baru di lingkungan Deputi Bidang Pengawasan
Pangan Olahan yaitu Direktorat Pengawasan Produksi Pangan Olahan dan
Direktorat Pengawasan Peredaran Pangan Olahan.
Peta strategi level 1 Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan dapat dilihat pada
Gambar 4.
16
Indikator kinerja ini ditetapkan dengan memperhatikan kriteria SMART dengan
penjelasan sebagai berikut:
Spesific Bersifat Spesifik yaitu indicator kinerja harus secara rinci dan
detil menggambarkan apa yang ingin kita raih.
Rencana Kerja Tahunan (RKT) Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan tahun
2021 memuat kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam satu tahun guna
mencapai tujuan dan sasaran program yang ditetapkan. RKT ini merupakan turunan
dari Rencana Strategis (Renstra) yang berjangka waktu satu tahun.
Berdasarkan reviu Renstra terdapat beberapa penyesuaian target kinerja pada tahun
2021 dengan menggunakan baseline baru berdasarkan realisasi
terhadap target kinerja Tahun 2020. Target kinerja yang tertuang dalam RKT tahun
2021 sebagaimana disajikan pada Tabel 2.
17
Tabel 2. Rencana kerja Tahunan Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan Tahun 2021
18
SASARAN PROGRAM INDIKATOR KINERJA TARGET
Perjanjian Kinerja (PK) tahun 2021 merupakan bagian dari dokumen yang
ditetapkan guna mewujudkan sasaran strategis Deputi Bidang Pengawasan Pangan
Olahan.
19
Tabel 3. Perjanjian Kinerja Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan Tahun 2021
Indeks kepatuhan
(compliance index) pelaku 78,5
Meningkatnya kepatuhan pelaku
usaha di bidang makanan
usaha dan kesadaran masyarakat
terhadap keamanan dan mutu Indeks kesadaran masyarakat
Makanan (awareness index) terhadap
78
Keamanan dan mutu
makanan
Indeks kepuasan pelaku usaha
terhadap pemberian
88,4
bimbingan dan pembinaan
pengawasan Makanan
Meningkatnya kepuasan pelaku Indeks Kepuasan Masyarakat
usaha dan Masyarakat terhadap atas kinerja pengawasan 76
kinerja pengawasan Makanan Makanan
Indeks kepuasan masyarakat
terhadap layanan publik
84
Deputi Bidang Pengawasan
Pangan Olahan
Meningkatnya kualitas kebijakan Indeks kualitas kebijakan
86
pengawasan Makanan pengawasan Makanan
Persentase Makanan yang
aman dan bermutu
76,5
berdasarkan hasil
pengawasan
Persentase instansi
pemerintah yangberperan
80
aktif dalam pengawasan
Meningkatnya efektivitas
Makanan
pengawasan
Kab/ Kota yang yang
melaksanakan pengawasan 100
pangan olahan sesuai standar
Persentase rekomendasi hasil
pengawasan makanan yang
ditindaklanjuti oleh lintas 83
sektor
20
SASARAN PROGRAM INDIKATOR KINERJA TARGET
21
Pangan Olahan setiap triwulan. Monitoring dan evaluasi ini digunakan sebagai
bahan evaluasi perbaikan tiap triwulan berikutnya.
22
SASARAN INDIKATOR TARGET ANGGARAN
PROGRAM KINERJA B3 B6 B9 B12
Persentase
Makanan yang
aman dan bermutu - - - 76,5 Rp. 8.544.088.000
berdasarkan hasil
pengawasan
Persentase
instansi
pemerintah
yangberperan - - - 80 Rp.6.054.608.000
aktif dalam
Meningkatnya pengawasan
efektivitas Makanan
pengawasan Kab/ Kota yang
yang
melaksanakan
- - - 100 Rp.3.545.501.000
pengawasan
pangan olahan
sesuai standar
Persentase
rekomendasi hasil
pengawasan
- - - 83 Rp.709.150.000
makanan yang
ditindaklanjuti
oleh lintas sektor
Tingkat
efektivitas KIE - - - 92 Rp. 790.282.000
Makanan
Indeks pelayanan
publik di Deputi
Meningkatnya Bidang - - - 4,32 Rp. 2.114.638.000
Efektivitas Pengawasan
Pelayanan Pangan Olahan
Publik Persentase
ketepatan waktu
pelayanan publik
90 90 90 90 Rp. 2.936.156.000
di Deputi Bidang
Pengawasan
Pangan Olahan
Meningkatnya
pemberdayaan Persentase kader
masyarakat yang
serta peran berpartisipasi
- - - 82 Rp.1.167.394.000
pemerintah aktif dalam
dalam pengawasan
pengawasan di Makanan
bidang makanan
Meningkatnya Persentase
Regulatory Fasilitasi - - - 80 Rp. 510.080.000
Assistance Pengembangan
23
SASARAN INDIKATOR TARGET ANGGARAN
PROGRAM KINERJA B3 B6 B9 B12
pengembangan Inovasi Makanan
makanan melalui standar
Persentase
UMKM yang
menerapkan - - - 52 Rp. 1.846.452.000
standar keamanan
pangan
Indeks RB Deputi
Bidang
Terwujudnya Pengawasan
- - - 89 Rp. 1.713.494.000
organisasi Pangan Olahan
Deputi Bidang
Pengawasan
Pangan Olahan Nilai AKIP Rp. 124.645.000
yang efektif Deputi Bidang
- - - 77,8
Pengawasan
Pangan Olahan
Terwujudnya
Indeks
SDM Deputi
Profesionalitas
Bidang Rp. 1.249.654.000
ASN Deputi
Pegawasan - - - 84,55
Bidang
Pangan Olahan
Pengawasan
yang berkinerja
Pangan Olahan
optimal
Menguatnya
pengelolaan data Indeks
dan informasi Pengelolaan Data
pengawasan dan nformasi 2.0 2.0 Rp. 1.955.306.000
2.00 2.00
makanan di Deputi Bidang 0 0
Deputi Bidang Pengawasan
Pengawasan Pangan Olahan
Pangan Olahan
Nilai kinerja
anggaran Deputi
Deputi Bidang - - - 91,9 Rp. 20.000.000
Terkelolanya
Pengawasan
Keuangan secara
Pangan Olahan
Akuntabel di
Tingkat efisiensi
Deputi Bidang
penggunaan Efiien
Pengawasan
anggaran Deputi (Rang Rp. 467.811.000
Pangan Olahan - - -
Deputi Bidang e 88-
Pengawasan 100%)
Pangan Olahan
Pada tahun 2021, total anggaran pada Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan
setelah APBNP sebesar Rp. 51.218.684.000,-. Dalam rangka refocusing anggaran
terkait percepatan pandemic Covid-19 maka anggaran Deputi Bidang Pengawasan
24
Pangan Olahan menjadi Rp. 42.573.292.000. Dokumen Rencana Aksi Perjanjian
Kinerja Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan sebagaimana disebutkan
terlampir pada Lampiran 3.
KINERJA
25
CAPAIAN TARGET INDIKATOR KRITERIA
50 % ≤ χ < 70 % Kurang
70 % ≤ χ < 90 % Cukup
26
SASARAN
INDIKATOR KINERJA CARA PERHITUNGAN
PROGRAM
diukur menggunakan 3 (tiga) dimensi yaitu
pemerintah, masyarakat, dan pelaku usaha.
Cara Menghitung:
Indeks POM dihitung menggunakan metodologi
statistik dan Analitycal hierarchy process (AHP)
untuk pembobotan indikator kinerja pembentuk
indeks
a. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari
sumber hayati produk pertanian, perkebunan,
kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan
air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang
diperuntukkan sebagai makanan atau minuman
bagi konsumsi manusia, termasuk bahan
tambahan Pangan, bahan baku Pangan, dan
bahan lainnya yang digunakan dalam proses
penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan
makanan atau minuman (UU No.18 tahun 2012)
b. Sampling dilakukan terhadap Pangan Olahan
beredar berdasarkan Data Survei Produk
Beredar berdasarkan kerangka sampling acak
di tahun berjalan.
c. Kriteria Pangan Tidak Memenuhi Syarat,
meliput
a. Tidak memiliki NIE/produk ilegal
termasuk palsu
b. Produk kedaluwarsa
Persentase makanan
c. Produk rusak
yang memenuhi syarat
d. Tidak memenuhi ketentuan label
e. Tidak memenuhi syarat berdasarkan
pengujian
d. Alur pemeriksaan hasil sampling Pangan
dilakukan secara berjenjang dan berurutan
mulai dari kriteria poin 1 hingga poin 5 (kriteria
pada poin c). Pangan yang dinilai memenuhi
ketentuan pada kriteria poin 1 akan dilakukan
pemeriksaan untuk kriteria poin 2 dan
seterusnya dilakukan dengan pola yang sama
hingga kriteria poin 5.
e. Jika termasuk poin c.1, c.2 atau c.3, maka tidak
dilakukan pengujian, apabila sampel yang
diperiksa TMK label, maka sampel tetap diuji.
f. Jika ditemukan sampel makanan yang TMS
ilegal atau TMS rusak/kedaluwarsa atau TMS
pengujian dan/atau TMK penandaan maka
dihitung 1 sampel TMS
27
SASARAN
INDIKATOR KINERJA CARA PERHITUNGAN
PROGRAM
28
SASARAN
INDIKATOR KINERJA CARA PERHITUNGAN
PROGRAM
kinerja pengawasan pembinaan • Rumus Pengukurannya :
Makanan pengawasan Makanan
Cara menghitung :
29
SASARAN
INDIKATOR KINERJA CARA PERHITUNGAN
PROGRAM
Berdasarkan instrument yang dikembangkan oleh
LAN
Kriteria yang digunakan adalah:
≥ 90 : sangat baik
81 – 89,99 : baik
71 – 80,99 : sedang
60 – 70,99 : cukup
≤ 59,99 : kurang baik
30
SASARAN
INDIKATOR KINERJA CARA PERHITUNGAN
PROGRAM
Cara menghitung:
Jumlah Kab/Kota yang melaksanakan pengawasan
post market pangan olahan (was sarana IRTP dan
was PIRT) sesuai standar
Rekomendasi hasil pengawasan dapat berupa:
Rekomendasi yang diberikan berdasarkan hasil
pengawasan sarana
produksi/distribusi/label/iklan/kasus/pengaduan
Persentase
konsumen dll yang sesuai tupoksi menjadi
rekomendasi hasil
kewenangan K/L/D untuk menindaklanjuti
pengawasan Makanan
yang ditindaklanjuti
Cara menghitung:
oleh lintas sektor
= (Jumlah feedback yang diterima / Jumlah
rekomendasi yang dikeluarkan) x 100%
Nilai Kedeputian diperoleh dari rata-rata Direktorat
31
SASARAN
INDIKATOR KINERJA CARA PERHITUNGAN
PROGRAM
2. Penilaian kinerja UPP mengacu Peraturan
Menteri PANRB Nomor 17 Tahun 2017 tentang
Pedoman Penilaian Kinerja Unit Penyelenggara
Pelayanan Publik.
3. IPP Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan
diperoleh dari rata-rata IPP seluruh Unit
Penyelenggara Pelayanan Publik (UPP) di
lingkungan Deputi Bidang Pengawasan Pangan
Olahan
4. Dilakukan penilaian oleh Tim Penilai UPP
BPOM (Biro Hukum dan Organisasi dan
Inspektorat Utama)
Persentase ketepatan Rata-rata dari capaian ketepatan waktu pelayanan
waktu pelayanan publik dari direktorat Registrasi Pangan Olahan,
publik di Deputi Standarisasi Pangan Olahan, Pangan Olahan Risiko
Bidang Pengawasan Tinggi dan Teknologi Baru, dan Pangan Olahan
Pangan Olahan Risiko Rendah dan Sedang
Cara mengukur
Meningkatnya Jumlah Kader/Fasilitator yang mendapat bimbingan
Persentase kader yang
pemberdayaan teknis keamanan pangan dan telah memenuhi
berpartisipasi aktif
masyarakat dalam persyaratan serta mampu melakukan bimbingan
dalam pengawasan
pengawasan di teknis kepada komunitas atau berperan aktif dalam
Makanan
bidang makanan pengawasan pangan dibagi jumlah kader/fasilitator
yang mendapat bimbingan teknis
1. diantaranya mencakup bahan alam alternatif
pengganti bahan tambahan pangan/ bahan
penolong, bahan pangan lokal yang memiliki
manfaat kesehatan.
2. Standar dapat berupa peraturan, standar,
pedoman atau code of practice dibidang pangan
3. Tahapan fasilitasi pengembangan inovasi
meliputi:
Persentase Fasilitasi 1) Tahap identifikasi hasil penelitian (literature
Pengembangan review) (15%)
Inovasi Makanan 2) Tahap pengkajian efektivitas/ manfaat
Meningkatnya
melalui standar produk hasil penelitian (40%)
Regulatory
3) Tahap pengkajian keamanan produk hasil
Assistance
penelitian (80%)
pengembangan
4) Tahap standardisasi produk dan/atau submit
makanan
dokumen NIE (100%)
Cara Penghitungan:
Jumlah persentase tahapan fasilitasi inovasi /jumlah
inovasi yang difasilitasi
32
SASARAN
INDIKATOR KINERJA CARA PERHITUNGAN
PROGRAM
33
SASARAN
INDIKATOR KINERJA CARA PERHITUNGAN
PROGRAM
b. Kinerja yang dilaporkan (outcome) (10%)
c. Kinerja tahun berjalan (benchmark) (5%)
34
SASARAN
INDIKATOR KINERJA CARA PERHITUNGAN
PROGRAM
Pengawasan Pangan 3. 0,41 - 0,6 : 92% → Efisien
Olahan 4. 0,61 - 0,8 : 90% → Efisien
5. 0,81 - 1,0 : 88% → Efisien
6. 1,01 - 1,2 : 86% → Tidak Efisien
7. 1,21 - 1,4 : 84% → Tidak Efisien
8. 1,41 - 1,6 : 80% → Tidak Efisien
9. 1,61 - 1,8 : 78% → Tidak Efisien
10. > 1,81 : 75% → Tidak Efisien
Menggunakan perhitungan khusus sesuai matriks
dari Roren (Evapor) untuk satker Deputi 3.
35
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
Pengawasan Pangan tidak dapat dilakukan pada produk akhir yang beredar di
masyarakat tetapi harus dilakukan secara komprehensif dan sistemik. Pada seluruh
mata rantai pengawasan tersebut, harus ada sistem yang dapat mendeteksi secara
dini jika terjadi degradasi mutu, produk sub standar dan hal-hal lain untuk dilakukan
pengamanan sebelum merugikan konsumen/masyarakat.
Sistem pengawasan Pangan yang dilakukan Kedeputian III merupakan suatu proses
yang komprehensif yang terdiri dari Standardisasi, Penilaian (pre-market
evaluation), Pengawasan selama beredar (post-market control) dan Pengujian
Laboratorium. Diharapkan melalui pelaksanaan pengawasan pre-market dan post-
market yang profesional dan independen akan dihasilkan produk Makanan yang
amandan bermutu.
Pengukuran capaian kinerja Kedeputian III TW 4 tahun 2021 dilakukan dengan cara
membandingkan antara target (rencana) pencapaian setiap indikator pada masing-
masing sasaran yang telah ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja dengan realisasinya.
36
Tabel 4. Nilai Pencapaian Sasaran Program Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan Tahun 2021
Capaian
Realisasi Terhadap
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Sasaran Strategis (IKSS) Target TW IV Target
Realisasi
37
Capaian
Realisasi Terhadap
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Sasaran Strategis (IKSS) Target TW IV Target
Realisasi
Indeks Kepuasan Masyarakat
IKSP7 Terhadap layanan publik Deputi 84 88 104,77%
Bidang Pengawasan Pangan Olahan
Meningkatnya
kualitas kebijakan Indeks kualitas kebijakan Data on
SP4 IKSP8 86 -
pengawasan pengawasan Makanan progress
Makanan
Persentase Makanan yang aman dan
IKSP9 bermutu berdasarkan hasil 76,5 72,49*) 94,76%
pengawasan
38
Capaian
Realisasi Terhadap
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Sasaran Strategis (IKSS) Target TW IV Target
Realisasi
Persentase rekomendasi
hasil pengawasan
Data on
IKSP12 makanan yang 83 -
progress
ditindaklanjuti oleh lintas
sektor
IKSP13 Tingkat efektivitas KIE Makanan 92 92,38 100,41%
39
Capaian
Realisasi Terhadap
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Sasaran Strategis (IKSS) Target TW IV Target
Realisasi
pengembangan
Makanan Persentase UMKM makanan yang
IKSP18 menerapkan standar keamanan 52 57,5 110,58%
pangan
Terwujudnya tata
kelola Indeks RB Deputi Bidang
pemerintahan IKSP19 89 87,58 98,41%
Pengawasan Pangan Olahan
yang optimal
SP8
dilingkup Deputi
Bidang
Pengawasan
Pangan Olahan Indeks AKIP Deputi Bidang
IKSP20 77,8 78,18 100,49%
Pengawasan Pangan Olahan
40
Capaian
Realisasi Terhadap
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Sasaran Strategis (IKSS) Target TW IV Target
Realisasi
Terwujudnya SDM
Deputi Bidang
Pengawasan Indeks Profesionalitas ASN Deputi
SP9 IKSP21 77 86,83 102,70%
Pangan Olahan Bidang Pengawasan Pangan Olahan
yang berkinerja
optimal
Menguatnya
Pengelolaan Data
dan Informasi Indeks Pengelolaan Data dan
pengawasan Informasi Deputi Bidang
SP10 IKSP22 2.00 2,35 117,50%
Makanan di Pengawasan Pangan Olahan yang
Deputi Bidang baik
Pengawasan
Pangan Olahan
Terkelolanya
Keuangan secara Nilai kinerja anggaran Deputi
SP11 IKSP23 94 94,39 102,71%
Akuntabel di Bidang Pengawasan Pangan Olahan
Deputi Bidang
41
Capaian
Realisasi Terhadap
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Sasaran Strategis (IKSS) Target TW IV Target
Realisasi
Pengawasan
Tingkat efisiensi pengguna anggaran
Pangan Olahan
IKSP24 Deputi Bidang Pengawasan Pangan 97% 98,4 101,44%
Olahan
*) Data masih dalam proses pengolahan (Data per 31 Januari 2022)
42
III.2 ANALISIS AKUNTABILITAS KINERJA
A. ANALISIS AKUNTABILITAS INDIKATOR KINERJA
Berdasarkan Tabel 6, Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan memiliki 11
(sebelas) sasaran program dengan 24 (dua puluh empat) indikator kinerja selama
tahun 2021 dengan penjelasan masing-masing indikator kinerja dan capaian indikator
kinerja pada Tabel 7.
Tabel 7. Capaian Indikator Kinerja Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan Tahun 2021
TW IV tahun 2021
SASARAN PROGRAM INDIKATOR KINERJA Kriteria
Target Realisasi Capaian
Indeks Pengawasan
Terwujudnya 81 81,04 100,05% Baik
Makanan
Makanan yang aman
Persentase makanan yang
dan bermutu 80 68,65*) 85,81% Cukup
memenuhi syarat
Meningkatnya Indeks kepatuhan
kepatuhan pelaku (compliance index) pelaku 78,5 73,38 93,48% Baik
usaha dan kesadaran usaha di bidang makanan
masyarakat terhadap
keamanan dan mutu Indeks kesadaran
Makanan masyarakat (awareness
78 78,99 101,27% Baik
index) terhadap Keamanan
dan mutu makanan
Indeks kepuasan pelaku
usaha terhadap pemberian
88,4 88,20 99,77% Baik
Meningkatnya bimbingan dan pembinaan
kepuasan pelaku pengawasan Makanan
usaha dan Indeks Kepuasan
Masyarakat terhadap Masyarakat atas kinerja 76 68,71 90,41% Baik
kinerja pengawasan pengawasan Makanan
Makanan Indeks kepuasan
masyarakat terhadap
layanan publik Deputi 84 88 104,77% Baik
Bidang Pengawasan
Pangan Olahan
Meningkatnya
kualitas kebijakan Indeks kualitas kebijakan Data on
86 - -
pengawasan pengawasan Makanan progress
Makanan
Meningkatnya Persentase Makanan yang
efektivitas aman dan bermutu
76,5 72,49*) 94,76% Baik
TW IV tahun 2021
SASARAN PROGRAM INDIKATOR KINERJA Kriteria
Target Realisasi Capaian
pengawasan berdasarkan hasil
Makanan pengawasan
Persentase instansi
pemerintah yangberperan
80 81,80*) 102,25% Baik
aktif dalam pengawasan
Makanan
Kab/ Kota yang yang
melaksanakan pengawasan Data on
100 - -
pangan olahan sesuai progress
standar
Persentase rekomendasi
hasil pengawasan makanan Data on
83 - -
yang ditindaklanjuti oleh progress
lintas sektor
Tingkat efektivitas KIE
92 92,38 100,41% Baik
Makanan
Indeks pelayanan publik di
Deputi Bidang Pengawasan 4,32 4,32 100% Baik
Meningkatnya Pangan Olahan
efektifitas pelayanan Persentase ketepatan waktu
publik pelayanan publik di Deputi
90 93,46 103,84% Baik
Bidang Pengawasan
Pangan Olahan
Meningkatnya
pemberdayaan
Persentase kader yang
masyarakat serta
peran pemerintah
berpartisipasi aktif dalam 94,5 91,76 91,11% Baik
pengawasan Makanan
dalam pengawasan di
bidang makanan
Persentase Fasilitasi
Meningkatnya Pengembangan Inovasi 80 85 106,25 Baik
Regulatory Makanan melalui standar
Assistance
pengembangan Persentase UMKM yang
makanan menerapkan standar 52 57,5 110,58% Sangat Baik
keamanan pangan
Indeks RB Deputi Bidang
Terwujudnya
Pengawasan Pangan 89 87,58 98,41% Baik
organisasi Deputi
Olahan
Bidang Pengawasan
Nilai AKIP Deputi Bidang
Pangan Olahan yang
Pengawasan Pangan 77,8 78,18 100,49% Baik
efektif
Olahan
TW IV tahun 2021
SASARAN PROGRAM INDIKATOR KINERJA Kriteria
Target Realisasi Capaian
Terwujudnya SDM
Deputi Bidang Indeks Profesionalitas ASN
Pegawasan Pangan Deputi Bidang Pengawasan 77 86,83 102,70% Baik
Olahan yang Pangan Olahan
berkinerja optimal
Menguatnya
pengelolaan data dan
Indeks Pengelolaan Data
informasi
dan nformasi Deputi
pengawasan makanan 2.00 2,35 117,50% Sangat Baik
Bidang Pengawasan
di Deputi Bidang
Pangan Olahan
Pengawasan Pangan
Olahan
Nilai kinerja anggaran
Deputi Deputi Bidang
Terkelolanya 94 94,39 102,71% Baik
Pengawasan Pangan
Keuangan secara Olahan
Akuntabel di Deputi
Tingkat efisiensi pengguna
Bidang Pengawasan
anggaran Deputi Deputi
Pangan Olahan 97% 98,4 101,44% Baik
Bidang Pengawasan
Pangan Olahan
Indikator pembentuk IPOM pada komoditi pangan juga dilihat dengan prespective
yang sama dengan IPOM Nasional dengan pertimbangan persentase makanan yang
memenuhi syarat mendapat bobot paling besar (30%) karena merupakan indikator
dengan dampak paling luas dan merupakan indikator RPJMN 2020-2024. Nilai IPOM
kedeputian III didapat dari nilai IPOM komoditi Pangan. Tujuan penyusunan Indeks
Pengawasan Pangan Olahan adalah untuk mengetahui secara mudah kondisi
keamanan berdasarkan kinerja pengawasan Pangan Olahan, baik untuk tiap produk
maupun keseluruhan secara nasional.
Tabel 10. Perbandingan Realisasi dan Capaian Indeks Pengawasan Pangan Olahan
Tahun Target Realisasi % Capaian Kriteria
Tahun 2020 77 81,04 105,23 Baik
Tahun 2021 81 81,04 100,05 Baik
Hasil pengukuran IPOM tahun 2021 diperoleh nilai 81,04 dengan capaian 100,05%.
Adapun terhadap tahun 2020, realisasi IPOM tahun 2021 adalah sama sebesar 81,04%,
dikarenakan terjadi kenaikan target maka capaian tahun 2021 cenderung lebih rendah,
namun demikian masih terkategori Baik.
Jika dibandingkan dengan target tahun 2024 (akhir periode Renstra) sebesar 86, maka
capaian indikator ini adalah 94,23%.
Tabel 12. Perbandingan Realisasi dan Capaian Persentase Makanan yang Memenuhi Syarat
Tahun Target Realisasi 100% capaian Kriteria
Tahun 2020 78 79,68 102,15 Baik
Tahun 2021 81 68,65*) 85,81
*) Data masih dalam proses pengolahan (Data per 31 Januari 2022)
Berdasarkan data sementara tahun 2021 jika dibandingkan dengan capaian tahun 2020
maka terlihat terjadi penurunan persentase makanan yang memenuhi syarat.
Jika dibandingkan dengan target 2024 (akhir periode Renstra) sebesar 86%, maka
capaian indikator adalah 79,8%. Hal ini perlu menjadi perhatian dikarena capaian
masih cukup jauh dari target akhir periode Renstra tahun 2024, diperlukan langkah-
langkah strategis yang berkesinambungan dalam kurun waktu tahun 2021-2024.
Hasil pengukuran Indeks Kepatuhan Pelaku Usaha tahun 2021 diperoleh nilai 73,38
dengan capaian 93,48%.
Tabel 14. Perbandingan Realisasi dan Capaian Indeks kepatuhan (compliance index) pelaku usaha
di bidang Makanan
Tahun Target Realisasi % capaian Kriteria
Tahun 2020 78 77,77 99,71 Baik
Tahun 2021 78,50 73,38 93,48 Baik
Dibandingkan dengan capaian tahun 2020 maka pada tahun 2021 terjadi penurunan
Indeks Kepatuhan Pelaku Usaha. Jika dibandingkan dengan target tahun 2024 (akhir
periode Renstra) sebesar 80,5, maka capaian indikator ini adalah 91,2%.
Tabel 16. Perbandingan Realisasi dan Capaian Indeks kesadaran masyarakat (awareness
index) terhadap keamanan dan mutu makanan
Tahun Target Realisasi % capaian Kriteria
Tahun 2020 72 77 107,03 Baik
Tahun 2021 78 78,99 101,27 Baik
Dibandingkan dengan tahun 2020, maka terjadi peningkatan realisasi indikator Indeks
Kesadaran Masyarakat terhadap Keamanan dan Mutu Makanan, meskipun
capaiannya sedikit menurun, namun masih pada kategori baik.
Jika dibandingkan dengan target tahun 2024 (akhir periode Renstra) sebesar 85, maka
capaian indikator ini adalah 92,9%.
Tabel 17. Capaian Indeks kepuasan pelaku usaha terhadap pemberian bimbingan dan pembinaan
pengawasan Makanan
IKSP-5 Indeks kepuasan pelaku usaha terhadap pemberian bimbingan dan
pembinaan pengawasan Makanan
Target Capaian Triwulan IV Capaian Terhadap
Tahunan Target 1 Tahun
Target Realisasi % Kategori
2021
88,4 88,4 88,2 99,77 Baik 99,77%
Hasil pengukuran Indeks Kepuasan Pelaku Usaha terhadap Bimbingan dan Pembinaan
Pengawasan Makanan tahun 2021 diperoleh nilai 88,2 dengan capaian 99,77%.
Tabel 18. Perbandingan Realiasi dan Capaian Indeks kepuasan pelaku usaha terhadap pemberian
bimbingan dan pembinaan pengawasan Makanan
Tahun Target Realisasi % capaian Kriteria
Tahun 2020 84 87,29 103,93 Baik
Tahun 2021 88,4 88,2 99,77 Baik
Tabel 19. Capaian Indeks Kepuasan Masyarakat atas Kinerja Pengawasan Makanan
IKSP-6 Indeks Kepuasan Masyarakat atas Kinerja Pengawasan Makanan
Target Capaian Triwulan IV Capaian Terhadap
Tahunan Target 1 Tahun
Target Realisasi % Kategori
2021
76 76 68,71 90,41 Baik 90,41
Tabel 20. Perbandingan Realisasi dan Capaian Indeks Kepuasan Masyarakat atas Kinerja
Pengawasan Makanan
Tahun Target Realisasi % capaian Kriteria
Tahun 2020 71 73,81 101,11 Sangat Baik
Tahun 2021 76 68,71 90,41 Baik
Realisasi dan capaian Indeks Kepuasan Masyarakat atas Kinerja Pengawasan Makanan
tahun 2021 mengalami penurunan dibanding tahun 2020.
Jika dibandingkan dengan target tahun 2024 (akhir periode Renstra) sebesar 81, maka
capaian indikator ini adalah 84,8%.
Tabel 21. Jenis Layanan Publik di Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan
No Unit Jenis Layanan
1 Direktorat Pengawasan Peredaran Layanan e-bpom: Surat Keterangan
Pangan Olahan Impor (SKI), Surat Keterangan
Ekspor (SKE).
2 Direktorat Pengawasan Produksi Layanan Sertifikasi Cara Produksi
Pangan Olahan Pangan Olahan yang Baik dan
Program Manajemen Risiko
3 Direktorat Standarisasi Pangan Olahan Pengkajian permohonan keamanan,
mutu, gizi, manfaat, dan label
pangan olahan; Konsultasi terkait
keamanan, mutu, gizi, manfaat, dan
label pangan olahan.
4 Direktorat Registrasi Pangan Olahan Registrasi pangan olahan (e-reg) dan
registrasi BTP (e-reg)
5 Direktorat Pemberdayaan Masyarakat Konsultasi terkait Penerapan Cara
dan Pelaku Usaha Produksi Pangan yang Baik untuk
UMKM, Konsultasi terkait tata cara
mendapatkan
No Unit Jenis Layanan
Sertifikat Produksi Pangan Industri
Rumah
Tangga (SPP-IRT)
Tabel 22. Capaian Indeks Kepuasan Masyarakat Terhadap layanan publik Deputi Bidang
Pengawasan Pangan Olahan
Tabel 23. Perbandingan Realisasi dan Capaian Indeks Kepuasan Masyarakat Terhadap layanan
publik Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan
Realisasi dan capaian Indeks Kepuasan Masyarakat terhadap Layanan Publik Deputi
Bidang Pengawasan Pangan Olahan tahun 2021 mengalami peningkatan dibanding
tahun 2020.
Jika dibandingkan dengan target tahun 2024 (akhir periode Renstra) sebesar 87, maka
capaian indikator ini adalah 101,15%, perlu menjadi perhatian dikarenakan target
tahunn 2024 sudah terlampaui di tahun 2021.
Tabel 25. Perbandingan Realisasi dan Capaian Indeks kualitas kebijakan pengawasan Makanan
Tahun Target Realisasi % capaian Kriteria
Tahun 2020
Tahun 2021
Realisasi dan capaian Indeks kualitas kebijakan pengawasan Makanan tahun 2021
masih dalam proses.Jika dibandingkan dengan target tahun 2024 (akhir periode
Renstra) sebesar 87, maka capaian indikator ini adalah ….% (belum selesai dihitung)
.
Analisis Keberhasilan Capaian
Belum dapat dianalis keberhasilannya, karena indikator tersebut belum ada nilainya.
Tabel 26. Capaian Persentase Makanan yang aman dan bermutu berdasarkan hasil pengawasan
Realisasi dan capaian (sementara) Persentase Makanan yang aman dan bermutu
berdasarkan hasil pengawasan tahun 2021 sebesar 72,49%, lebih tinggi dari tahun
2020.
Jika dibandingkan dengan target tahun 2024 (akhir periode Renstra) sebesar 87, maka
capaian indikator ini adalah …..
Tabel 28. Capaian Persentase instansi pemerintah yang berperan aktif dalam pengawasan
Makanan
IKSP-10 Persentase instansi pemerintah yang berperan aktif dalam
pengawasan Makanan
Capaian Triwulan IV Capaian
Target
Terhadap
Tahunan
Target Realisasi % Kategori Target 1
2021
Tahun
94,5 94,5 91,76 91,11% Baik 91,11%
Hasil pengukuran Persentase instansi pemerintah yang berperan aktif dalam pengawasan
Makanan tahun 2021 diperoleh nilai sebesar 91,76 dengan capaian 91,11%.
Tabel 29. Perbandingan Realisasi dan Capaian Persentase instansi pemerintah yang berperan
aktif dalam pengawasan Makanan
Tahun Target Realisasi % capaian Kriteria
Tahun 2020 78 82,49 106,41 Baik
Tahun 2021 94,5 91,76 91,11% Baik
Realisasi dan capaian Persentase instansi pemerintah yang berperan aktif dalam
pengawasan Makanan pada tahun 2021 lebih tinggi dibanding tahun 2020, dengan
kategori baik. Jika dibandingkan dengan target tahun 2024 (akhir periode Renstra)
sebesar 86, maka capaian indikator adalah 95,11%
11. Kab/ Kota yang yang melaksanakan pengawasan pangan olahan sesuai standar
Tabel 30. Capaian Kab/ Kota yang yang melaksanakan pengawasan pangan olahan sesuai
standar
IKSP-11 Kab/ Kota yang yang melaksanakan pengawasan pangan
olahan sesuai standar
Capaian Triwulan IV Capaian
Target
Terhadap
Tahunan
Target Realisasi % Kategori Target 1
2021
Tahun
Belum ada -
83 83 - -
data
Hasil pengukuran Kab/ Kota yang yang melaksanakan pengawasan pangan olahan
sesuai standar tahun 2021 masih dalam proses pengolahan data.
Tabel 31. Perbandingan Realisasi dan Capaian Kab/ Kota yang yang melaksanakan
pengawasan pangan olahan sesuai standar
Tahun Target Realisasi % capaian Kriteria
Tahun 2020
Tahun 2021
Realisasi dan capaian Kab/ Kota yang yang melaksanakan pengawasan pangan olahan
sesuai standar tahun 2021 terhadap tahun 2020 belum dapat dibandingkan (data masih
berproses)
Analisis Keberhasilan Capaian
Belum dapat dianalis keberhasilannya, karena indikator tersebut masih dalam proses
perhitungan.
Tabel 33. Perbandingan Realisasi dan Capaian Persentase rekomendasi hasil pengawasan
Makanan yang ditindaklanjuti oleh lintas sektor
Hasil pengukuran Tingkat efektivitas KIE tahun 2021 diperoleh nilai 92,38 dengan
capaian 100,41%.
Tabel 35. Perbandingan Realisasi dan Capaian Tingkat efektivitas KIE Makanan
Tahun Target Realisasi % capaian Kriteria
Tahun 2020 87,62 91,75 104,71 Baik
Tahun 2021 91,11 92,38 101,39 Baik
Salah satu indikator untuk mengevaluasi pencapaian sasaran strategis ke-5, yaitu
“Meningkatnya efektivitas pengawasan dan pelayanan publik di bidang makanan” adalah
melalui Indeks Pelayanan Publik di Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan. Indeks
Pelayanan Publik (IPP) diukur berdasarkan 6 aspek, yaitu Kebijakan Pelayanan,
Profesionalitas SDM, Sarana Prasarana, Sistem Informasi Pelayanan Publik (SIPP),
Konsultasi dan Pengaduan, dan Inovasi. Penilaian kinerja pelayanan publik di lingkungan
Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan mengacu pada Peraturan Menteri PANRB
Nomor 17 Tahun 2017 tentang Pedoman Penilaian Kinerja Unit Penyelenggara Pelayanan
Publik dan dilakukan oleh Tim Penilai UPP BPOM, yaitu Biro Hukum dan Organisasi
dan Inspektorat Utama dengan menggunakan aplikasi evortala.pom.go.id.
Pengukuran indeks ini baru dilakukan pada tahun 2020 dengan harapan dapat
menggambarkan pencapaian efektivitas pelayanan publik yang telah dilakukan oleh Unit
Penyelenggara Pelayanan Publik di lingkungan Deputi Bidang Pengawasan Pangan
Olahan dari aspek-aspek komponen indeks pelayanan publik ini. Pada tahun 2019, Indeks
Pelayanan Publik belum digunakan sebagai penilaian kinerja Deputi Bidang Pengawasan
Pangan Olahan dalam mencapai sasaran strategis “Meningkatnya efektivitas pengawasan
dan pelayanan publikdi bidang makanan” dan baru diterapkan pada tahun 2020.
Hasil pengukuran Indeks Pelayanan Publik tahun 2021 diperoleh nilai 4,32 dengan
capaian 100%.
Tabel 35. Perbandingan Realisasi dan Capaian Indeks Pelayanan Publik
Tahun Target Realisasi % capaian Kriteria
Tahun 2020 3.59 4,18 116,43 Sangat Baik
Tahun 2021 4,32 4,32 100 Baik
Realisasi Indeks Pelayanan Publik tahun 2021 mengalami peningkatan dibanding tahun
2020, meskipun capaiannya mengalami penurunan namun masih terkategori Baik.
Jika dibandingkan dengan target tahun 2024 (akhir periode Renstra) sebesar 4,58, maka
capaian indikator ini adalah 94,32%.
Pada indikator ini dilakukan pengukuran ketepatan waktu pelayanan publik yang
diberikan oleh unit di Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan kepada stakeholder
terkait. Ketepatan waktu pelayanan publik sendiri adalah pemenuhan waktu janjian
pelayanan (SLA) yang diberikan kepada masyarakat/pelanggan untuk memenuhi salah
satu atribut keberhasilan penyelenggaran pelayanan publik. Masyarakat/pelanggan yang
menggunakan pelayanan publik dibidang pangan olahan adalah pelaku usaha (produsen,
importir, dan distributor) serta Kementerian/Lembaga lain. Pengukuran nilai Persentase
ketepatan waktu pelayanan publik dilakukan dengan menghitung perbandingan jumlah
pemenuhan waktu janji pelayanan (SLA) yang tepat waktu dibandingkan jumlah
pengajuan pelayanan oleh masyarakat/pelanggan. Ketepatan waktu pelayanan publik
dilihat berdasarkan Peraturan Badan POM tentang Standar Pelayanan Publik di
lingkungan Badan POM.
Jenis layanan Publik di Deputi Bidang Pengawasana Pangan Olahan disampaikan pada
Tabel 36.
Tabel 36. Jenis layanan Publik di Deputi Bidang Pengawasana Pangan Olahan
No. Jenis Layanan
1 Jenis Perizinan sektor Obat dan Makanan terdiri atas permohonan:
a. Izin Edar Pangan Olahan
b. Izin Penerapan Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik
c. Surat Keterangan Ekspor pangan dan kemasan pangan
d. Surat Keterangan Impor Makanan
No. Jenis Layanan
e. Izin Penerapan Program Manajemen Risiko
2. Pengkajian keamanan, Mutu, Gizi, Manfaat dan Label Pangan Olahan
3. Pengkajian Keamanan Pangan Produk Rekayasa Genetik (PRG)
4. Persetujuan Uji Klinik Pangan Olahan
5. Konsultasi tentang Penerapan CPPOB untuk UMKM Pangan
6. Konsultasi tentang Tata Cara Pemberian SP PIRT
Pada tahun 2021 seiring dengan periode Rencana Strategis 2020 – 2024, nilai rasio
ketepatan waktu dikembangkan menjadi Persentase ketepatan waktu dengan tujuan dapat
menggambarkan progres yang ada dan juga kemudahan dalam perhitungan indikator.
Komponen perhitungan indikator ini berasal dari rerata persentase ketepatan waktu
pelayanan publik yang ada di Direktorat Registrasi Pangan Olahan, Direktorat
Standardisasi Pangan Olahan, Direktorat Pengawasan Peredaran Pangan Olahan, serta
Direktorat Pengawasan Produksi Pangan Olahan
Tabel 37. Persentase ketepatan waktu pelayanan publik
Hasil pengukuran Persentase Ketepatan Waktu Pelayanan Publik tahun 2021 diperoleh
nilai 93 dengan capaian 103,84%.
Tabel 38. Perbandingan Realisasi dan Capaian Persentase ketepatan waktu pelayanan public
Hasil pengukuran Persentase kader yang berpartisipasi aktif dalam pengawasan Makanan
tahun 2021 diperoleh nilai 91,76 dengan capaian 97,11%.
Tabel 40. Perbandingan Realisasi dan Capaian Persentase kader yang berpartisipasi aktif dalam
pengawasan Makanan
Realisasi dan capaian Persentase kader yang berpartisipasi aktif dalam pengawasan
Makanan tahun 2021 mengalami penurunan dibanding tahun 2020 namun masih
terkategori Baik.
Jika dibandingkan dengan target tahun 2024 (akhir periode Renstra) sebesar 96, maka
capaian indikator ini adalah 95,58%.
Saat ini, sudah banyak riset bahan alam yang dilaksanakan oleh lembaga penelitian dan
perguruan tinggi yang berpotensi untuk dikembangkan agar dapat dimanfaatkan. Namun
demikian, dari hasil riset tersebut banyak yang belum mempertimbangkan baik dari aspek
keamanan, fungsi teknologi, dan standardisasi produknya.
Badan POM, dalam hal ini Direktorat Standardisasi Pangan Olahan memfasilitasi
pengkajian dan penyusunan standar produk hasil inovasi bahan alam sehingga produk
tersebut dapat diregistrasi sebagai Bahan Tambahan Pangan.
Tabel 41. Persentase Fasilitasi Pengembangan Inovasi Makanan melalui Standar Keamanan
Pangan
IKSP-17 Persentase Fasilitasi Pengembangan Inovasi Makanan melalui Standar
Keamanan Pangan
Capaian Triwulan IV Capaian Terhadap
Target Tahunan Target 1 Tahun
2021 Target Realisasi % Kategori
Tabel 42. Perbandingan Realisasi dan Capaian Persentase Fasilitasi Pengembangan Inovasi
Makanan melalui Standar Keamanan Pangan
Tahun Target Realisasi % capaian Kriteria
Tahun 2020 73 78 106,85 Baik
Tahun 2021 80 85 106,25 Baik
Pada tahun 2021 terdapat 4 (empat) buah inovasi bahan alam sebagai Bahan Tambahan
Pangan dan Bahan Baku, yaitu:
1. Cairan formulasi garam BTP pengawet Ikan Segar Terstandar
dengan buah dan/atau sayur (2021)
2. Bubuk Biji Atung BTP Pengawet untuk ikan Terstandar
segar (2021)
3. Fermentasi Buah Pisang BTP pengawet pada tahu Terstandar
(Palata) segar (2021)
4. Minuman Serbuk Kulit Pisang Bahan Baku Terstandar
(2021)
Tabel 43. Persentase UMKM Makanan yang Menerapkan Standar Keamanan Pangan
Tabel 44. Perbandingan Realisasi dan Capaian Persentase UMKM Makanan yang
Menerapkan Standar Keamanan Pangan
Tabel 45. program Quick Wins Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan
Nilai Rata
Indeks
No. Unit Indeks RB
RB
Kedeputian 3
1 Direktorat Registrasi Pangan Olahan
2 Direktorat Standardisasi Pangan Olahan -
Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan Pelaku Usaha
3 Pangan Olahan
4 Direktorat Pengawasan Peredaran Pangan Olahan
5 Direktorat Pengawasan Produksi Pangan Olahan
Hasil pengukuran Indeks RB Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan tahun 2021
diperoleh nilai 87,58 dengan capaian 98,41%.
Tabel 48. Perbandingan Realisasi dan Capaian Indeks RB Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan
Tabel 50. Realisasi dan Capaian Indeks Profesionalitas ASN Deputi Bidang Pengawasan
Pangan Olahan Tahun 2021
Tahun 2021
No. Unit Kerja Target Capaian
IP
IP
1. Direktorat Standardisasi 86 87,95 102,27
Pangan Olahan
2. Direktorat Registrasi Pangan 79 87,30 110,51
Olahan
3. Direktorat Pengawasan 86,75 87,39 100,74
Peredaran Pangan Olahan
4. Direktorat Pengawasan 84,75 85,61 101,01
Produksi Pangan Olahan
5. Direktorat Pemberdayaan 77 85,94 111,61
Masyarakat dan Pelaku
Usaha Pangan Olahan
Deputi III 84,55 86,83 102,70
Kategori Baik
22. Indeks Pengelolaan Data dan Informasi Deputi Bidang Pengawasan Pangan
Olahan yang baik
Sasaran program “Menguatnya Pengelolaan Data dan Informasi pengawasan Makanan
di Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan” didukung oleh Indikator Indeks
Pengelolaan Data dan Informasi Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan yang
optimal.
Cara perhitungan Indeks pengelolaan data dan informasi Deputi Bidang Pengawasan
Pangan Olahan yang optimal berdasarkan perolehan dari Nilai Asesment Pusat Data
dan Informasi Nasional. Kriteria yang digunakan adalah 2,26 – 3 (Sangat Optimal);
1,51 – 2,25 (Optimal); 0,76 – 1,5 (Cukup Optimal) dan 0 – 0,75 (Kurang optimal).
Tabel 51. Indeks Pengelolaan Data dan Informasi Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan
yang baik
Tabel 52. Nilai Kinerja Anggaran Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan
Efisiensi adalah kemampuan suatu kegiatan untuk menggunakan input yang lebih sedikit
namun menghasilkan output yang sama atau lebih besar atau dengan kata lain bahwa
persentase capaian output sama atau lebih tinggi dari capaian input.
Apabila Indeks Efisensi (IE) ≥ Standar Efisensi (SE) maka kegiatan dianggap efisien,
apabila: IE ≤ SE maka kegiatan dianggap tidak efisien dengan kriteria Efisien apabila TE
berkisar dari 0 sampai dengan 1 dan Tidak efisien apabila TE<0 atau TE>1.
Pada tahun 2021 Kedeputian Bidang Pengawasan Pangan Olahan mendapatkan alokasi
anggaran sebesar Rp. 51.218.684.000,- . Dalam rangka refocusing anggaran terkait
percepatan pandemic Covid-19 maka anggaran Deputi Bidang Pengawasan Pangan
Olahan menjadi Rp. 42.573.292.000 dengan pembagian alokasi untuk masing-masing
Direktorat sebelum dan setelah refocusiing sebagai berikut:
No Direktorat Alokasi Anggaran Alokasi Anggaran
awal setelah Refocussing
1 Direktorat Pengawasan Produksi Pangan Olahan 11.848.525.000 9.722.571.000
2 Direktorat Pengawasan Peredaran Pangan 11.137.261.000 9.127.146.000
Olahan
3 Direktorat Registrasi Pangan Olahan 8.500.000.000 6.781.527.000
4 Direktorat Standardisasi Pangan Olahan 8.228.258.000 7.012.347.000
5 Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan 11.504.640.000 9.929.701.000
Pelaku Usaha Pangan Olahan
Rincian anggaran dan realisasi anggaran per indikator kinerja pada Deputi Bidang
Pengawasan Pangan Olahan dapat dilihat pada Tabel 54.
𝐈𝐄 − 𝐒𝐄
𝐓𝐄 =
𝐒𝐄
Selanjutnya, efisiensi suatu kegiatan ditentukan dengan membandingkan IE terhadap SE,
mengikuti formula logika sebagai berikut :
▪ Jika IE ≥ SE, maka kegiatan dianggap efisien
▪ Jika IE < SE, maka kegiatan dianggap tidak efisien.
Kemudian, terhadap kegiatan yang efisien atau tidak efisien tersebut diukur tingkat
efisiensi (TE), yang menggambarkan seberapa besar efisiensi/ketidakefisienan yang
terjadi pada masing-masing kegiatan.
Rincian realisasi kegiatan tahun 2021 berdasarkan Sasaran Kegiatan dan capaian output
yang dihasilkan adalah sebagai berikut:
Tabel 556. Realisasi Anggaran dan Capaian Output Tahun 2021
Capaian
No Sasaran Program Indikator Kinerja Output Input IE TE Kategori
TE
Indeks Pengawasan
100,05 98,79 1,01 0,01 100 Effisien
Terwujudnya Makanan
1 Makanan aman Persentase makanan
dan bermutu yang memenuhi 106,99 99,95 1,07 0,07 100 Effisien
syarat
Indeks kepatuhan
Meningkatnya
(compliance index) Tidak
kepatuhan 93,48 99,99 0,93 -0,07 75
pelaku usaha di effisien
pelaku usaha
bidang makanan
dan kedasaran
2 Indeks kesadaran
masyarakat
masyarakat
terhadap
(awareness index) 101,27 99,97 1,01 0,01 100 Effisien
keamanan dan
terhadap Keamanan
mutu makanan
dan mutu makanan
Indeks kepuasan
pelaku usaha
terhadap pemberian
Tidak
bimbingan dan 99,77 99,99 1,00 0,00 75
effisien
Meningkatnya pembinaan
kepuasan pelaku pengawasan
usaha dan Makanan
3 masyarakat Indeks Kepuasan
terhadap kinerja Masyarakat atas Tidak
90,41 99,99 0,90 -0,10 75
pengawasan kinerja pengawasan effisien
Makanan Makanan
Indeks kepuasan
masyarakat terhadap
104,76 99,91 1,05 0,05 100 Effisien
layanan publik
Deputi Bidang
Capaian
No Sasaran Program Indikator Kinerja Output Input IE TE Kategori
TE
Pengawasan Pangan
Olahan
Meningkatnya
Indeks kualitas
kualitas Masih
kebijakan
4 kebijakan - - - - - dalam
pengawasan
pengawasan perhitungan
Makanan
Pangan Olahan
Persentase Makanan
yang aman dan
108,51 99,98 1,09 0,09 100 Effisien
bermutu berdasarkan
hasil pengawasan
Persentase instansi
pemerintah
yangberperan aktif 102,25 99,75 1,03 0,03 100 Effisien
dalam pengawasan
Meningkatnya Makanan
efektivitas
5 Kab/ Kota yang yang
pengawasan Masih
Makanan melaksanakan
- - - - - dalam
pengawasan pangan
perhitungan
olahan sesuai standar
Persentase
rekomendasi hasil
pengawasan Tidak
78,30 99,77 0,78 -0,22 75
makanan yang Effisien
ditindaklanjuti oleh
lintas sektor
Tingkat efektivitas
100,41 99,89 1,01 0,01 100 Effisien
KIE Makanan
Indeks pelayanan
Meningkatnya publik di Deputi
100 99,90 1,00 0,00 100 Effisien
efektifitas Bidang Pengawasan
6 Pangan Olahan
pelayanan
publik Persentase ketepatan
waktu pelayanan
publik di Deputi 103,84 99,96 1,04 0,04 100 Efisien
Bidang Pengawasan
Pangan Olahan
Meningkatnya
Persentase kader
pemberdayaan
yang berpartisipasi
masyarakat Tidak
7 aktif dalam 97,10 99,92 0,97 -0,03 75
dalam Effisien
pengawasan
pengawasan di
Makanan
bidang Makanan
Capaian
No Sasaran Program Indikator Kinerja Output Input IE TE Kategori
TE
Persentase Fasilitasi
Pengembangan
Meningkatnya 106,25 99,82 1,06 0,06 100 Effisien
Inovasi Makanan
regulatory
melalui standar
8 assistance
pengembangan Persentase UMKM
makanan yang menerapkan
110,58 99,99 1,11 0,11 100 Effisien
standar keamanan
pangan
Terwujudnya Indeks RB Deputi
Tidak
tata kelola Bidang Pengawasan 98,40 99,72 0,99 -0,01 75
Effisien
pemerintahan Pangan Olahan
yang optimal
9
dilingkup Deputi Nilai AKIP Deputi
Bidang Bidang Pengawasan 100,49 99,99 1,00 0,00 100 Effisien
Pengawasan Pangan Olahan
Pangan Olahan
Terwujudnya
SDM Deputi Indeks
Bidang Profesionalitas ASN
10 Pengawasan Deputi Bidang 102,11 99,99 1,02 0,02 100 Effisien
Pangan Olahan Pengawasan Pangan
yang berkinerja Olahan
optimal
Menguatnya
Pengelolaan
Data dan Indeks Pengelolaan
Informasi Data dan nformasi
11 pengawasan Deputi Bidang 107,50 75,77 1,42 0,42 92% Efisien
Makanan di Pengawasan Pangan
Deputi Bidang Olahan
Pengawasan
Pangan Olahan
Nilai kinerja
anggaran Deputi
Terkelolanya Deputi Bidang 102,71 99,80 1,03 0,03 100 Effisien
Keuangan secara Pengawasan Pangan
Akuntabel di Olahan
12
Deputi Bidang Tingkat efisiensi
Pengawasan pengguna anggaran 77,32(data
Tidak
Pangan Olahan Deputi Deputi belum 99,97 0,77 -0,23 75
Effisien
Bidang Pengawasan final)
Pangan Olahan
BAB IV PENUTUP
IV.1 KESIMPULAN
Laporan Evaluasi Internal TW IV Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan disusun
sebagai bentuk pertanggungjawaban atas pencapaian kinerja selama periode Januari-
Desember 2021. Laporan kinerja ini mencakup pemaparan mengenai capaian
pelaksanaan kegiatan Deputi bidang pengawasan pangan olahan TW IV tahun 2021
meliputi 24 (dua puluh empat) indikator kinerja sesuai reviu Renstra.
Demikian laporan evaluasi internal TW IV ini kami susun, semoga yang kami laporkan
ini dapat bermanfaat bagi publik dan pihak-pihak yang berkepentingan. Capaian-capaian
program di Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan tentunya diperoleh atas dukungan
seluruh pegawai yang telah berkomitmen dalam pengimplementasian Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah secara Akuntabel.
IV.2 SARAN
Dari kesimpulan di atas, untuk perbaikan kedepan diperlukan saran yang sangat
bermanfaat dan dapat membantu manajemen Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan,
yaitu:
1. Untuk mendukung tercapainya sasaran strategis dan visi, misi BPOM, Deputi
Bidang Pengawasan Pangan Olahan disarankan untuk fokus prioritas kegiatan
meliputi peningkatan pengawasan pangan olahan, pemantapan dan penguatan
peran serta pemerintah dan stake holder terkait dalam pengawasan pangan olahan.
Selain itu diperlukan perkuatan teknologi informasi. sistem pengawasan olahan
dan peningkatan kompetensi SDM pengawasan pangan olahan.
2. Sejalan dengan adanya kemudahan iklim berusaha melalui UU Cipta Kerja Nomor
11 Tahun 2020, Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan akan mendukung
penuh program pemerintah ini, khususnya melalui kemudahan berusaha dan
pendampingan bagi UMKM pangan.
3. Perencanaan merupakan kunci utama dalam pelaksanaan kegiatan dan perlu
didukung oleh sistem monitoring yang memadai agar capaian kinerja dan realisasi
anggaran dapat tercapai.
4. Monitoring program perlu dilakukan secara optimal terutama penyerapan
anggaran setiap bulannya sesuai dengan yang direncanakan. Pelaporan evaluasi
kegiatan dilakukan setiap triwulan, namun agar setiap permasalahan yang terjadi
dapat dilakukan perbaikan dengan cepat dan tujuan kegiatan dapat tercapai secara
optimal, maka akan dilakukan juga evaluasi kegiatan dan anggaran per bulan
melalui PIC di setiap unit di Kedeputian 3.
Akhir kata, kami berharap Laporan Kinerja Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan
ini dapat memenuhi kewajiban akuntabilitas kami kepada para stakeholder dan menjadi
sumber informasi dan bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan guna
peningkatan kinerja di masa mendatang.
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
RENCANA STRATEGIS
DEPUTI BIDANG PENGAWASAN PANGAN OLAHAN
TAHUN 2020 -2024
Target Kinerja
Sasaran Strategis Indikator
2020 2021 2022 2023 2024
Terwujudnya Makanan Indeks Pengawasan 77 81 82 84 86
aman dan bermutu Makanan
Persentase Makanan yang 78 80 83 84,2 86
memenuhi syarat
Meningkatnya kepatuhan Indeks kepatuhan 78 78,5 79 80 80,5
pelaku usaha dan (compliance index) pelaku
kesadaran masyarakat usaha di bidang Makanan
terhadap keamanan dan Indeks kesadaran 72 79 82 85 85
mutu makanan masyarakat (awareness
index) terhadap keamanan
dan mutu makanan
Meningkatnya kepuasan Indeks Kepuasan pelaku 84 88,4 89,5 90,6 91,7
pelaku usaha dan usaha terhadap pemberian
masyarakat terhadap bimbingan dan pembinaan
kinerja pengawasan pengawasan makanan
Makanan Indeks Kepuasan 73 76 78 80 81
masyarakat atas kinerja
pengawasan Makanan
Indeks Kepuasan 86 84 85 86 87
Masyarakat terhadap
layanan publik Deputi
Bidang Pengawasan Pangan
Olahan
Meningkatnya kualitas Indeks kualitas kebijakan 71 86 87 88 90
kebijakan pengawasan pengawasan Pangan Olahan
Pangan Olahan
Meningkatnya efektivitas Persentase Makanan yang 72 73 75 76 78
pengawasan aman dan bermutu
berdasarkan hasil
pengawasan
Persentase instansi 78 80 82 84 86
pemerintah yang berperan
aktif dalam pengawasan
Makanan
Target Kinerja
Sasaran Strategis Indikator
2020 2021 2022 2023 2024
Kab/ Kota yang yang 50 100 200 275 350
melaksanakan pengawasan
pangan olahan sesuai
standar
Persentase rekomendasi 83 87 91 94
hasil pengawasan Makanan
yang ditindaklanjuti oleh
lintas sektor
Meningkatnya pelayanan Tingkat efektivitas KIE 71 92 92,93 94,79 96,68
publik Makanan Makanan
Indeks pelayanan publik di 3,59 4,32 4,42 4,51 4,58
Deputi Bidang Pengawasan
Pangan Olahan
Persentase ketepatan waktu 89 90 91 92 93
pelayanan publik di Deputi
Bidang Pengawasan Pangan
Olahan
Meningkatnya Persentase kader yang 80 82 84 86 88
pemberdayaan masyarakat, berpartisipasi aktif dalam
dalam pengawasan di pengawasan Makanan
bidang Makanan
makanan yang
ditindaklanjuti oleh lintas
sektor
Meningkatnya Tingkat efektivitas KIE
92 % 92,38 100,41%
efektifitas Makanan
pelayanan publik Indeks pelayanan publik di
Deputi Bidang Pengawasan 4,32 Indeks 4,32 100%
Pangan Olahan
Persentase ketepatan waktu
pelayanan publik di Deputi
90 % 93,46 103,84%
Bidang Pengawasan Pangan
Olahan
Meningkatnya
pemberdayaan
Persentase kader yang
masyarakat dalam
berpartisipasi aktif dalam 94,5 % 91,76 97,10
pengawasan di
pengawasan Makanan
bidang Makanan
Terwujudnya SDM
Deputi Bidang
Pengawasan Indeks Profesionalitas ASN
Pangan Olahan Deputi Bidang Pengawasan 77 Indeks 86,83 102,70%
yang berkinerja Pangan Olahan
optimal
Menguatnya
Pengelolaan Data Indeks Pengelolaan Data dan
dan Informasi Informasi Deputi Bidang
2.00 Indeks 2,35 117,50%
pengawasan Pengawasan Pangan Olahan
Makanan di Deputi yang baik
Bidang
Sasaran Program Indikator Kinerja Target Satuan Realisasi Capaian
Pengawasan
Pangan Olahan
Terkelolanya
Keuangan secara
Akuntabel di Nilai kinerja anggaran Deputi
Deputi Bidang Bidang Pengawasan Pangan 94 Nilai 94,39 102,71%
Pengawasan Olahan
Pangan Olahan
SASARAN
NO INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI CAPAIAN KET
KEGIATAN
1 Makanan yang Persentase pangan 81 85,28 105,28 -
memenuhi olahan yang memenuhi
persyaratan syarat keamanan dan
keamanan dan mutu mutu sebelum
sebelum diedarkan diedarkan
2 Pelayanan publik di Indeks kepuasan 84 84,09 100,11 -
bidang registrasi masyarakat terhadap
Pangan Olahan layanan publik
yang prima Direktorat Registrasi
Pangan Olahan
Meningkatnya Persentase hasil 95 99,64 104,88 -
efektivitas penilaian registrasi
pelayanan publik di Pangan Olahan yang
bidang registrasi diselesaikan tepat waktu
Pangan Olahan
Persentase pengaduan 100 100 100 -
terkait registrasi Pangan
Olahan yang
ditindaklanjuti
Indeks pelayanan publik 4.36 4,63 100,65 -
di Registrasi Pangan
Olahan
Meningkatnya Persentase keputusan 79 84,17 106,54 -
efektivitas registrasi pangan olahan
pengawasan pre yang diselesaikan sesuai
market di bidang standar
Pangan Olahan
Indikator Kinerja %
Sasaran Kegiatan Target Realisasi Keterangan
Kegiatan Capaian
Meningkatnya Jumlah UMKM 40 46
kepatuhan pelaku 1.1 pangan yang sesuai 115 -
UMKM serta kesadaran standar UMKM UMKM
pemerintah daerah dan
masyarakat terhadap Presentase Kab/Kota
keamanan, mutu, dan yang menerapkan
1.2 32 34 106,25 -
gizi makanan peraturan keamanan
pangan untuk IRTP
Persentase
kader/fasilitator
keamanan pangan
1.3 82 88,64 108 -
yang berpartisipasi
dalam pengawasan
Makanan
Jumlah 300
kader/fasilitator yang
4.2 Kader/ 318 100,06 -
memahami prinsip
keamanan pangan Fasilitator
Tingkat efektivitas
4.3 89,37 91,5 102,38 -
KIE Makanan
Indeks pelayanan
publik di bidang
4.4 pemberdayaan 3,46 3,61 104,33 -
masyarakat dan
pelaku usaha