Anda di halaman 1dari 137

LAPORAN

KINERJA INTERIM
TRIWULAN IV

Deputi Bidang
Pengawasan Pangan Olahan

Tahun 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
segala karunia dan rahmatNya, maka Laporan Kinerja Interim Triwulan III Tahun 2021 -
Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan, telah selesai disusun.

Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan, sebagai Unit Organisasi Eselon I, wajib
menyelenggarakan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) dan harus
menyusun Laporan Kinerja Interim pada setiap triwulan atas capaian kinerja yang telah
dicapai.

Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan melaporkan kinerjanya yang diukur dari
pencapaian kinerja, sasaran, program, dan kegiatan yang dilakukan pada tahun Triwulan IV
Tahun 2021, sesuai yang tertuang dalam Rencana Strategis (Renstra) Tahun 2020 -2024 dan
Perjanjian Kinerja Tahun 2021.

Laporan ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kinerja Deputi Bidang
Pengawasan Pangan Olahan Tahun dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya pada
Triwulan IV Tahun 2021. Kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan yang perlu
terus diperbaiki dan ditingkatkan dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan
prima terhadap masyarakat.

Akhir kata, semoga Laporan ini bermanfaat dan dapat digunakan sebagai bahan masukan
bagi pengelolaan dan penataan serta peningkatan kinerja sehingga target kinerja yang telah
ditetapkan sepanjang tahun 2021, dapat tercapai.

Jakarta, 10 Januari 2022


Deputi Bidang Pengawasan Pangan olahan

Dra. Rita Endang, Apt., M.Kes


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR I
DAFTAR ISI II
BAB I PENDAHULUAN 1
I.1 LATAR BELAKANG ................................................................................... …..1
I.2 STRUKTUR ORGANISASI ............................................................................... 3
I.3 TUGAS POKOK DAN FUNGSI ........................................................................ 3
I.4 ASPEK STRATEGIS ORGANISASI ................................................................. 5
I.5 ANALISIS LINGKUNGAN STRATEGIS ......................................................... 5
I.6 ISU STRATEGIS................................................................................................. 7
BAB II PERENCANAAN KINERJA 14
II.1 RENCANA STRATEGIS.................................................................................. 14
II.2 SASARAN STRATEGIS .................................................................................. 15
II.3 RENCANA KERJA TAHUNAN (RKT) .......................................................... 17
II.4 PERJANJIAN KINERJA (PK) .......................................................................... 19
II.5 RENCANA AKSI PERJANJIAN KINERJA (RAPK)...................................... 21
II.6 PENGUKURAN PENCAPAIAN INDIKATOR KINERJA ............................. 25
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 36
III.1 CAPAIAN INDIKATOR KINERJA ................................................................. 36
III.3 AKUNTABILITAS KEUANGAN .................................................................... 91
III.4 PENGUKURAN EFISIENSI KINERJA ........................................................... 94
BAB IV PENUTUP 98
IV.1 KESIMPULAN .................................................................................................. 98
IV.2 SARAN .............................................................................................................. 99
BAB I PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) berdiri pada tahun 2001 melalui
Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,
Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non
Departemen. Keputusan tersebut telah diubah beberapa kali dan terakhir menjadi
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2017 tentang Badan
Pengawas Obat dan Makanan. Berdasarkan peraturan tersebut Kepala Badan POM
menerbitkan Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan, yang telah mengalami
beberapa kali perubahan dan terakhir menjadi Peraturan Badan Pengawas Obat dan
Makanan Nomor 21 tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas
Obat dan Makanan. Dalam susunan organisasi baru Badan POM memiliki 6 (enam)
Eselon I, yang terdiri dari: Sekretariat Utama, Inspektorat Utama dan 4 (empat)
Kedeputian pengawasan teknis, salah satunya adalah Deputi Bidang Pengawasan
Pangan Olahan yang mempunyai tugas menyelenggarakan penyusunan dan
pelaksanaan kebijakan di bidang pengawasan pangan olahan.

Pengawasan Pangan Olahan dalam 5 (lima) tahun ke depan akan menghadapi


berbagai tantangan antara lain: 1) aspek kesehatan-menjamin pangan olahan yang
beredar memenuhi standar keamanan, manfaat/khasiat, dan mutu; 2) aspek sosial-
meningkatkan kepercayaan publik terhadap kualitas produk pangan olahan yang
beredar; 3) aspek ekonomi-mendorong daya saing industri pangan olahan dengan
semakin mudahnya perizinan pangan olahan dengan tetap mempertimbangkan
aspek keamanan dan mutu produk, termasuk jaminan produk halal, dukungan
pengembangan produk pangan olahan yang baru maupun berbasis kearifan lokal,
serta mencegah dan meniadakan penyelundupan dan peredaran produk pangan
olahan ilegal dan palsu, serta memperluas penggunaan teknologi dalam
pengawasan obat dan makanan; dan 4) aspek keamanan nasional-meningkatkan
penegakan hukum terhadap kasus pelanggaran/kejahatan pangan olahan yang
merupakan kejahatan kemanusiaan, termasuk bioterorisme. 5) Aspek teknologi –
meningkatkan pengawasan pangan olahan berbasis teknologi informasi untuk
menghadapi tren peredaran obat dan makanan daring di era Revolusi Industri 4.0.

Untuk menjawab tantangan tersebut dan dalam rangka mendukung pencapaian


program-program Badan POM, maka telah disusun Rencana Strategis (Renstra)
Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan dengan berpedoman pada Renstra
BPOM periode 2020-2024 dan perubahan lingkungan strategis pengawasan Obat
dan Makanan.

Laporan Kinerja Interim ini merupakan bentuk monitoring kinerja sekaligus


sebagai upaya untuk mengkomunikasikan pencapaian kinerja Deputi Bidang
Pengawasan Pangan Olahan yang akan disajikan setiap triwulan. Capaian kinerja
(Performance Results) setiap triwulan tersebut dibandingkan dengan Penetapan
Kinerja (Performance Agreement) sebagaimana yang tertuang dalam Renstra
Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan. Evaluasi atas monitoring kinerja
dilakukan melalui analisis atas capaian kinerja terhadap rencana kinerja yang
memungkinkan diidentifikasikannya sejumlah celah kinerja (performance gap)
sehingga dapat dihasilkan rekomendasi bagi perbaikan kinerja pada triwulan
berikutnya atau pada masa yang akan datang.

Dilihat dari fungsi Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan secara garis besar,
terdapat 3 (tiga) inti kegiatan atau pilar unit Eselon I Deputi Pengawasan Pangan
Olahan, yakni:
1. Penapisan produk dalam rangka pengawasan pangan olahan sebelum beredar
(pre-market) mencakup: perkuatan regulasi, peningkatan registrasi/penilaian,
peningkatan inspeksi sarana produksi dalam rangka sertifikasi, termasuk
kegiatan sertifikasi untuk importasi pangan olahan;
2. Pengawasan pangan olahan setelah beredar di masyarakat (post-market)
mencakup: pengambilan sampel dan pengujian, pemeriksaan sarana produksi
dan distribusi pangan olahan di seluruh Indonesia;
3. Pemberdayaan masyarakat dan pelaku usaha melalui komunikasi informasi dan
edukasi termasuk pembinaan pelaku usaha dalam rangka meningkatkan daya

2
saing produk. Selain itu melalui peningkatan peran pemerintah daerah dan lintas
sektor untuk penguatan kerjasama kemitraan dengan pemangku kepentingan
dalam rangka meningkatkan efektivitas pengawasan pangan olahan;

I.2 STRUKTUR ORGANISASI


Struktur Organisasi dan Tata Kerja Deputi Bidang pengawasan Pangan
olahan mengacu pada Peraturan BPOM Nomor 21 Tahun 2020 Tentang Organisasi
dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan. Secara lengkap struktur
organisasi Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan ditunjukan pada Gambar 1.

I.3 TUGAS POKOK DAN FUNGSI


Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan mempunyai tugas menyelenggarakan
penyusunan dan pelaksanaan kebijakan dibidang pengawasan pangan olahan.

Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan menyelenggarakan fungsi:

a. penyusunan kebijakan di bidang pengawasan sebelum beredar dan pengawasan


selama beredar meliputi standardisasi, registrasi, pengawasan produksi, dan
pengawasan distribusi pangan olahan;
b. pelaksanaan kebijakan di bidang pengawasan sebelum beredar dan pengawasan
selama beredar meliputi standardisasi, registrasi, pengawasan produksi, dan
pengawasan distribusi pangan olahan;
c. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria dibidang pengawasan
sebelum beredar dan pengawasan selama beredar meliputi standardisasi,
registrasi, pengawasan produksi, dan pengawasan distribusi pangan olahan;
d. pemberian bimbingan teknis dan supervisi dalam rangka pengawasan sebelum
beredar dan pengawasan selama beredar meliputi standardisasi, registrasi,
pengawasan produksi dan pengawasan distribusi pangan olahan;
e. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pengawasan sebelum beredar dan
pengawasan selama beredar meliputi standardisasi, registrasi, pengawasan
produksi dan pengawasan distribusi pangan olahan; dan
f. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala.

3
Gambar 1. Struktur Organisasi Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan
I.4 ASPEK STRATEGIS ORGANISASI
Dilihat dari fungsi Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan secara garis besar,
terdapat 3 (tiga) inti kegiatan atau pilar unit Eselon I Deputi Pengawasan Pangan
Olahan, yakni:
1. Penapisan produk dalam rangka pengawasan pangan olahan sebelum beredar
(pre-market) mencakup: perkuatan regulasi, peningkatan registrasi/penilaian,
peningkatan inspeksi sarana produksi dalam rangka sertifikasi, termasuk
kegiatan sertifikasi untuk importasi pangan olahan;
2. Pengawasan pangan olahan setelah beredar di masyarakat (post-market)
mencakup: pengambilan sampel dan pengujian, pemeriksaan sarana produksi
dan distribusi pangan olahan di seluruh Indonesia;
3. Pemberdayaan masyarakat dan pelaku usaha melalui komunikasi informasi dan
edukasi termasuk pembinaan pelaku usaha dalam rangka meningkatkan daya
saing produk. Selain itu melalui peningkatan peran pemerintah daerah dan
lintas sektor untuk penguatan kerjasama kemitraan dengan pemangku
kepentingan dalam rangka meningkatkan efektivitas pengawasan pangan
olahan.

I.5 ANALISIS LINGKUNGAN STRATEGIS


INTERNAL
Sumber Daya Manusia
Untuk mendukung tugas dan fungsi Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan,
diperlukan sejumlah Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki keahlian dan
kompetensi yang memadai sesuai dengan kebutuhan. Jumlah SDM yang dimiliki
Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan untuk melaksanakan tugas dan fungsi
pengawasan pangan olahan sebelum beredar sampai tahun 2021 adalah sejumlah
341 orang dengan rincian seperti yang disampaikan pada Tabel 1.

5
Tabel 1. Rekapitulasi SDM Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan

Jumlah
Jumlah Pegawai
Kebutuhan
No Unit Existing
(ABK)
PNS PPNPN
1 Direktorat Standardisasi Pangan Olahan 39 10 62
2 Direktorat Registrasi Pangan Olahan 72 35 129
3 Direktorat Pengawasan Peredaran Pangan Olahan 44 21 105
4 Direktorat Pengawasan Produksi Pangan Olahan 49 17 82
5 Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan Pelaku Usaha 35 19 64
Total 239 102 442

Berdasarkan Tabel 1 di atas, diketahui bahwa Deputi Bidang Pengawasan Pangan


Olahan terdiri dari 239 pegawai PNS dan masih kekurangan 203 pegawai
berdasarkan analis beban kerja (ABK), dimana saat ini kekurangan pegawai
sebagian diisi oleh tenaga Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri sebanyak 102
orang. Gambar 2 menunjukan distribusi pegawai per unit Eselon II dan Gambar 3
menunjukan distribusi pegawai berdasarkan latar pendidikan yang dimiliki

Jumlah Pegawai Existing

Direktorat Standarisasi
Pangan Olahan
54 49
Direktorat Registrasi Pangan
Olahan
Direktorat Pengawasan
66 Peredaran Pangan Olahan
107
Direktorat Pengawasan
Produski Pangan Olahan
66
Direktorat Pemberdayaan
masyarakat dan Pelaku Usaha

Gambar 2 Distribusi pegawai per Unit Eselon II

6
Gambar 2. Distribusi Pegawai berdasarkan Tingkat Pendidikan

Sumber Daya Manusia yang dimiliki Deputi Bidang Pengnawasan Pangan Olahan
saat ini belum memadai jumlahnya jika dihitung berdasarkan analisa beban kerja
dan target yang ditetapkan serta belum dapat mendukung pelaksanaan tugas
pengawasan Obat dan Makanan secara optimal. Dengan tantangan yang semakin
kompleks, Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan harus melakukan
peningkatan kompetensi SDM dan memprediksikan kebutuhan SDM untuk
memperkuat pengawasan dengan lingkungan strategis yang semakin dinamis. Oleh
karena itu perlu penambahan jumlah SDM guna menghadapi tantangan
pengawasan dan semakin berkembangnya modus pelanggaran di bidang pangan.
Selain penambahan jumlah SDM, harus ditetapkan pula strategi pengembangan
pegawai yang tepat sehingga tidak terjadi kekosongan di posisi-posisi strategis
sehingga diperlukan peningkatan soft competency untuk menghasilkan pribadi
pemimpin yang matang dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah.

I.6 ISU STRATEGIS


Identifikasi potensi dan permasalahan Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan
dilakukan untuk menganalisis permasalahan, tantangan, peluang, kelemahan dan
potensi yang akan dihadapi Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan dalam
rangka melaksanakan penugasan RPJMN 2020-2024. Dalam upaya mencapai
tujuan dan sasaran kinerja Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan perlu

7
dilakukan analisis yang menyeluruh dan terpadu terhadap faktor lingkungan
termasuk isu-isu strategis yang dapat menjadi potensi dan permasalahan
pengawasan pangan olahan serta mempengaruhi tercapainya tujuan dan sasaran
kinerja. Isu-isu strategis tersebut adalah sebagai berikut:

1. Isu Internal
a. Penguatan Regulasi di Bidang Pengawasan Pangan
Pelaksanaan pengawasan pangan olahan yang Badan POM saat ini lakukan
berdasarkan pada Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan;
Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan; dan
Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 2019 tentang Keamanan Pangan. Sebagai
pelaksanaan teknis pengawasan Obat dan Makanan telah ditetapkan berbagai
Peraturan Kepala Badan/Peraturan Badan sejak tahun 2001. Adanya berbagai
tantangan yang dihadapi memerlukan adanya payung hukum yang kuat dalam
bentuk Rancangan Undang Undang tentang Pengawasan Obat dan Makanan.
Tantangan tersebut antara lain globalisasi, pertumbuhan usaha dan teknologi,
perdagangan daring (e-commerce), revolusi industry 4.0, kemandirian dan daya
saing industri serta maraknya produk obat dan makanan illegal yang harus dihadapi.
Berdasarkan UU Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, Badan POM termasuk
dalam klaster yaitu penyederhanaan perizinan berusaha sub sektor Kesehatan Obat
dan Makanan, kemudahan, dan pengenaan sanksi dan Undang Undang Nomor 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan, dan Undang Undang Nomor 18 Tahun 2012
tentang Pangan juga akan masuk dalam RUU Cipta Kerja. Sejalan dengan hal
tersebut, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018 tentang
Pelayanan Perijinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik telah ditetapkan
Peraturan Badan POM Nomor 26 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan
Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik Sektor Obat dan Makanan dan Peraturan
Badan POM Nomor 27 Tahun 2018 tentang Standar Pelayanan Publik di
Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan. Untuk integrasi Perizinan dengan
BKPM telah ditetapkan Peraturan Badan Nomor 5 Tahun 2020 tentang Integrasi
Pelayanan Perizinan Berusaha secara Elektronik Sektor Obat dan Makanan.

8
b. Kesenjangan dan Kemandirian Pengawasan Pangan Olahan antar Daerah
Pengawasan Pangan Olahan merupakan tugas bersama semua pemangku
kepentingan yang terkait baik di pusat maupun di daerah. Adanya tantangan dari
setiap wilayah di Indonesia yang berbeda-beda harus disikapi dengan berbagai
upaya strategis yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan terkait dan
memahami aspek teknis maupun sosial di setiap wilayah, hal ini dimaksudkan agar
pengawasan pangan dapat berjalan dengan efektif. Peran serta dari pemerintah
daerah dalam mendukung pengawasan pangan olahan masih beragam, hal ini dapat
dilihat dari beberapa hal antara lain: tindaklanjut rekomendasi hasil pengawasan
yang diberikan oleh BPOM, program/kegiatan dukungan dalam RPJMD dan Renja
SKPD terkait. Untuk itu perlu terus dilakukan upaya koordinasi dengan melibatkan
Kementerian/Lembaga terkait mulai dari perencanaan, penganggaran, monitoring
dan evaluasi program/kegiatan.

c. Pemanfaatan Perkembangan Teknologi Informasi untuk Peningkatan


Efektivitas Pengawasan Pangan Olahan
Adanya perkembangan teknologi informasi dapat menjadi potensi bagi Deputi
Bidang Pengawasan Pangan Olahan untuk dapat melakukan pelayanan secara
online, yang dapat memudahkan akses dan jangkauan masyarakat. Selain itu,
perkembangan teknologi informasi juga sangat menunjang kegiatan pengawasan
post-market dengan kemudahan dalam mengakses data produk pangan olahan yang
telah terdaftar di Badan POM. Di sisi lain, perkembangan ilmu pengetahun dan
teknologi khususnya dalam produksi di bidang pangan olahan serta meningkatnya
tren transaksi online menyebabkan perlunya intensifikasi pengawasan pangan
olahan tidak secara bussiness as usual namun perlunya pengawasan semesta
meliputi seluruh komponen pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat.

2. Isu Eksternal
a. Program Sustainable Development Goals (SDGs) terkait Pengawasan
Pangan Olahan
Berlakunya program Sustainable Development Goals (SDGs) yang meliputi 17
goals bidang pengawasan pangan, terdapat beberapa agenda terkait dengan Goal 2.

9
End hunger, achieve food security and improved nutrition, and promote sustainable
agriculture. Tantangan bagi Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan adalah
pengawalan keamanan, mutu, dan gizi pangan olahan melalui intensifikasi
pengawasan pre-market dan post market serta pembinaan pelaku usaha agar secara
mandiri menjamin mutu produknya. Selaras dengan hal tersebut dan juga sesuai
dengan arahan Presiden yang tertuang dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP)
bahwa program prioritas nasional per tahun disusun melalui pendekatan money
follow program yang mengharuskan setiap K/L memetakan kontribusinya terhadap
program prioritas nasional dengan prinsip holistik-tematik, integratif, dan spasial,
BPOM memetakan kontribusi sesuai dengan prioritas pembangunan nasional antara
lain melalui prioritas nasional: Pembangunan Manusia Melalui Pengurangan
Kemiskinan dan Peningkatan Pelayanan Dasar, program prioritas: Peningkatan
Pelayanan Kesehatan dan Gizi Masyarakat dengan kegiatan prioritas yang terkait
Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan antara lain: a. Peningkatan Efektivitas
Pengawasan Obat dan Makanan, melalui proyek prioritas Penguatan Pengawasan
Obat dan Makanan; b. Percepatan Penurunan Stunting, melalui proyek prioritas:
Pemberian Suplementasi Gizi.

b. Bonus Demografi Indonesia pada tahun 2030-2040


Pada tahun 2030-2040, Indonesia diprediksi akan mengalami masa bonus
demografi, yakni jumlah penduduk usia produktif (berusia 15-64 tahun) lebih besar
dibandingkan penduduk usia tidak produktif (berusia di bawah 15 tahun dan di atas
64 tahun). Pada periode tersebut, penduduk usia produktif diprediksi mencapai 64
persen dari total jumlah penduduk yang diproyeksikan sebesar 297 juta jiwa. Agar
Indonesia dapat memetik manfaat maksimal dari bonus demografi, ketersediaan
sumber daya manusia usia produktif yang melimpah harus diimbangi dengan
peningkatan kualitas dari sisi pendidikan dan keterampilan, termasuk kaitannya
dalam menghadapi keterbukaan pasar tenaga kerja. Dengan adanya bonus
demografi ini juga maka pemenuhan terhadap kebutuhan masyarakat akan pangan
yang aman, bermutu dan bergizi juga menuntut peningkatan peran dan kapasitas
Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan dalam mengawal keamanan pangan di
Indonesia.

10
c. Industri Pangan Olahan sebagai Industri Andalan di Indonesia
Industri Pangan Olahan merupakan salah satu industri andalan di Indonesia yang
masuk dalam Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 – 2035.
Berdasarkan data BPS Tahun 2019, Industri Pangan Olahan merupakan salah satu
industri non migas yang berkembang denngan pesan dan menyumbang 7.95%
pendapatan domestik bruto Indonesia. Industri Pangan Olahan tumbuh didukung
oleh peningkatan kinerja industri di beberapa provinsi yang memiliki kontribusi
cukup besar terhadap pembentukan nilai tambah Nasional. Kondisi ini merupakan
tantangan bagi Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan untuk dapat
mengakomodir perkembangan teknologi pangan melalui penyediaan kebijakan
pengawasan pangan olahan yang berkualitas dan adanya deregulasi peraturan teknis
yang dapat menghambat pertumbuhan industri pangan olahan Indonesia.

d. Pertumbuhan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah


Pangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peranan penting
dalam perekonomian di Indonesia. UMKM memiliki proporsi sebesar 99,99% dari
total keseluruhan pelaku usaha di Indonesia atau sebanyak 56,54 juta unit.
Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa pelaku usaha pangan mikro dan kecil
merupakan jumlah yang cukup besar di Indonesia. Berbagai macam permasalahan
bagi pelaku usaha UMKM pangan olahan terutama industri kecil dan mikro
termasuk Industri Rumah Tangga (IRT) adalah rendahnya pengetahuan, perilaku
dan ketrampilan pelaku usaha UMKM serta kondisi fasilitas, teknologi,
manajemen, akses informasi, pemasaran modal yang minim sehingga perlu dibantu.
Selain itu kesadaran tentang “peningkatan daya saing nasional” perlu ditingkatkan
terutama dengan semakin banyaknya produk impor yang masuk ke Indonesia.
Berdasarkan kondisi tersebut di atas, Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan
melakukan berbagai upaya untuk melakukan pembinaan kepada UMKM Pangan.
Diharapkan dengan adanya berbagai intervensi baik kepada UMKM Pangan secara
langsung maupun kepada komunitas, dan dapat semakin memberikan dampak baik
langsung maupun tidak langsung terhadap peningkatan kualitas UMKM Pangan.

11
e. Permasalahan Keamanan Pangan di Indonesia
Permasalahan keamanan pangan yang ada di Indonesia umumnya didominasi oleh
permasalahan yang mendasar, terutama terkait penerapan prinsip produksi pangan
olahan yang baik, termasuk penggunaan Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang
melebihi batas dan penggunaan bahan kimia yang dilarang karena berbahaya untuk
pangan, misalnya formalin, boraks, dan zat pewarna non pangan, khususnya pada
level industri rumah tangga, jasa boga, dan UMKM. Berdasarkan data laporan
kejadian luar biasa keamanan pangan (KLB KP) yang diterima BPOM pada tahun
2017 – 2018 KLB KP ini sebagian besar disebabkan oleh mikrobiologi (bakteri
Bacillus cereus, Staphylococcus aureus, E. coli, Salmonella spp, Vibrio cholerae
O1, Clostridium perfringens), yaitu sekitar 60% baik terkonfimasi ataupun dugaan,
sedangkan KLB KP karena keracunan bahan kimia (Histamin, Arsenik dan
Sianida), terjadi sekitar 12% dan sisanya belum dapat diketahui penyebabnya. Data
KLB-KP yang didominasi oleh cemaran mikrobiologi ini menunjukkan bahwa
belum diterapkannya prinsip cara produksi pangan olahan yang baik. Jenis pangan
yang menjadi penyebab KLB ini juga masih didominasi oleh masakan rumah
tangga dan jajanan-pangan siap saji. Selain itu, terdapat beberapa emerging issue
yang juga menjadi permasalahan keamanan pangan di Indonesia, misalnya adanya
cemaran mikroplastik di dalam air sebagai akibat pencemaran lingkungan dari
sampah plastik yang dapat masuk ke dalam rantai pangan melalui sumber air dan
cemaran mikroplastik ini juga dapat berhabaya bagi kesehatan masyarakat.

f. Perjanjian internasional terkait Keamanan Pangan


Adanya perjanjian-perjanjian internasional, khususnya di bidang ekonomi yang
menghendaki adanya area perdagangan bebas/Free Trade Area (FTA) diantaranya
perjanjian ASEAN-6 (Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Filipina,
Singapura, dan Thailand) FTA, ASEAN-China FTA, ASEAN-Japan
Comprehensive Economic Partnership (AJCEP), ASEAN-Korea Free Trade
Agreement (AKFTA), ASEAN-India Free Trade Agreement (AIFTA) dan
ASEAN-Australia-New Zealand Free Trade Agreement (AANZFTA). Dengan
adanya perdagangan bebas, produk dari luar dapat lebih mudah penetrasi ke
wilayah Indonesia. Hal ini harus diantisipasi masuknya pangan olahan yang tidak

12
memenuhi syarat dan produk ilegal dimana keamanan dan mutunya belum terjamin
untuk dikonsumsi. Melalui proses pengawasan olahan sebelum beredar, pangan
olahan impor diharuskan memiliki izin sebelum diedarkan

13
BAB II PERENCANAAN KINERJA

II.1 RENCANA STRATEGIS


Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), Deputi Bidang Pengawasan Pangan
Olahan sebagai satuan kerja unit Esselon 1 mempunyai kewajiban untuk menyusun
Rencana Strategis (Renstra) Badan POM sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya
dengan berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) Tahun 2020-2024. Selain itu, untuk mengantisipasi perubahan
lingkungan strategis maka sebagai resilience organization BPOM cq Deputi
Bidang Pengawasan Pangan Olahan perlu tanggap dan melakukan penyesuaian
dengan berbagai kondisi terkini. Oleh karena itu, Renstra Deputi Bidang
Pengawasan Pangan Olahan disusun dengan memuat rencana kegiatan lima
tahunan yang dapat secara berkelanjutan memecahkan permasalahan yang dihadapi
serta mengantisipasi berbagai perubahan yang terjadi.

Renstra memuat Visi, Misi, Tujuan Strategis, Sasaran Strategis, Arah Kebijakan,
Program dan Kegiatan. Rencana Strategis adalah suatu proses yang berorientasi
pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu satu sampai dengan lima tahun
dengan memperhitungkan potensi, peluang dan kendala yang ada atau mungkin
timbul. Efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan dapat diwujudkan
antara lain dengan perumusan visi dan misi yang jelas, sehingga segala sumber daya
dapat digunakan secara konsisten dalam rangka pelaksanaan misi. Orientasi pada
visi dan misi yang dijabarkan ke dalam tujuan dan sasaran, selanjutnya diukur
tingkat capaiannya berdasarkan hasil dari indikator sasaran. Pengukuran dan
evaluasi kinerja ini akan mendorong upaya perbaikan manajemen dan peningkatan
kinerja Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan.

14
Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan telah melakukan reviu terhadap Renstra
Tahun 2020-2024 dikarenakan adanya perubahan lingkungan strategis pengawasan
Obat dan Makanan, hal tersebut tertuang dalam SK Deputi Bidang Pengawasan
Pangan Olahan No. HK.02.02.5.51.12.21.19 Tahun 2021 tentang Reviu Rencana
Strategis Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan Badan Pengawas Obat Dan
Makanan Tahun 2020-2024 tertanggal 24 Desember 2021.

II.2 SASARAN STRATEGIS


Sasaran strategis ini disusun berdasarkan visi dan misi yang ingin dicapai BPOM
dengan mempertimbangkan tantangan masa depan dan sumber daya serta
infrastruktur yang dimiliki. Dalam penyusunan sasaran strategis, BPOM
menggunakan pendekatan metode Balanced Scorecard (BSC) yang dibagi dalam 3

15
(tiga) perspektif, yaitu stakeholders perspective, internal process perspective, dan
learning and growth perspective.

Berdasarkan reviu Renstra Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan Tahun 2020
– 2024 terdapat perubahan Peta Strategi untuk mengakomodir perubahan Susunan
Organisasi dan Tata Kerja (SOTK) baru di lingkungan Deputi Bidang Pengawasan
Pangan Olahan yaitu Direktorat Pengawasan Produksi Pangan Olahan dan
Direktorat Pengawasan Peredaran Pangan Olahan.

Peta strategi level 1 Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan dapat dilihat pada
Gambar 4.

Gambar 4. Peta Strategis Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan

Peta Strategis Deputi Bidang Pengawasan Pengawasan Pangan Olahan mengacu


kepada sasaran strategis yang diturunkan dari sasaran strategis Badan Pengawas
Obat dan Makanan. Dalam penyusunan sasaran Program, Deputi Bidang
Pengawasan Pengawasan Pangan Olahan menetapkan 12 (dua belas) sasaran
program dengan 24 (dua puluh empat) indikator kinerja yang dilengkapi dengan
target kinerja berdasarkan Renstra Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan
tahun 2020-2024.

16
Indikator kinerja ini ditetapkan dengan memperhatikan kriteria SMART dengan
penjelasan sebagai berikut:

Spesific Bersifat Spesifik yaitu indicator kinerja harus secara rinci dan
detil menggambarkan apa yang ingin kita raih.

Measureable Terukur, Indikator kinerja harus dapat terukur

Achievable Dapat tercapai, artinya target indicator kinerja yang ditetapkan


masih bisa dicapai dengan dukungan sumber daya yang
tersedia

Relevant Indikator kinerja yang ditetapkan bersifat relevan dengan


tugas pokok dan tanggungjawab yang diemban oleh

Time Pengukuran indikator dihitung pada masa satu tahun anggaran


untuk dapat dilakukan evaluasi kinerja dan perencanaan tahun
berikutnya.

II.3 RENCANA KERJA TAHUNAN (RKT)

Rencana Kerja Tahunan (RKT) Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan tahun
2021 memuat kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam satu tahun guna
mencapai tujuan dan sasaran program yang ditetapkan. RKT ini merupakan turunan
dari Rencana Strategis (Renstra) yang berjangka waktu satu tahun.

Berdasarkan reviu Renstra terdapat beberapa penyesuaian target kinerja pada tahun
2021 dengan menggunakan baseline baru berdasarkan realisasi
terhadap target kinerja Tahun 2020. Target kinerja yang tertuang dalam RKT tahun
2021 sebagaimana disajikan pada Tabel 2.

17
Tabel 2. Rencana kerja Tahunan Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan Tahun 2021

SASARAN PROGRAM INDIKATOR KINERJA TARGET

Indeks Pengawasan Makanan 81


Terwujudnya Makanan yang aman
dan bermutu Persentase makanan yang
80
memenuhi syarat

Indeks kepatuhan (compliance


Meningkatnya kepatuhan pelaku index) pelaku usaha di bidang 78,5
usaha dan kesadaran masyarakat makanan
terhadap keamanan dan mutu
Makanan Indeks kesadaran masyarakat
(awareness index) terhadap 78
Keamanan dan mutu makanan
Indeks kepuasan pelaku usaha
terhadap pemberian bimbingan
88,4
dan pembinaan pengawasan
Makanan
Meningkatnya kepuasan pelaku Indeks Kepuasan Masyarakat
usaha dan Masyarakat terhadap atas kinerja pengawasan 76
kinerja pengawasan Makanan Makanan
Indeks kepuasan masyarakat
terhadap layanan publik Deputi
84
Bidang Pengawasan Pangan
Olahan
Meningkatnya kualitas kebijakan Indeks kualitas kebijakan
86
pengawasan Makanan pengawasan Makanan
Persentase Makanan yang aman
dan bermutu berdasarkan hasil 76,5
pengawasan
Persentase instansi pemerintah
yangberperan aktif dalam 80
Meningkatnya efektivitas pengawasan Makanan
pengawasan Makanan
Kab/ Kota yang yang
melaksanakan pengawasan 100
pangan olahan sesuai standar
Persentase rekomendasi hasil
pengawasan makanan yang 83
ditindaklanjuti oleh lintas sektor

Tingkat efektivitas KIE Makanan 92

Indeks pelayanan publik di


Deputi Bidang Pengawasan 4,32
Meningkatnya Efektivitas Pelayanan Publik
Pangan Olahan
Persentase ketepatan waktu
pelayanan publik di Deputi
90
Bidang Pengawasan Pangan
Olahan

18
SASARAN PROGRAM INDIKATOR KINERJA TARGET

Meningkatnya pemberdayaan masyarakat


Persentase kader yang
serta peran pemerintah dalam pengawasan
berpartisipasi aktif dalam 82
di bidang makanan
pengawasan Makanan
Persentase Fasilitasi
Pengembangan Inovasi Makanan 80
Meningkatnya Regulatory Assistance melalui standar
pengembangan makanan Persentase UMKM yang
menerapkan standar keamanan 52
pangan
Indeks RB Deputi Bidang
89
Pengawasan Pangan Olahan
Terwujudnya organisasi Deputi Bidang
Pengawasan Pangan Olahan yang efektif
Nilai AKIP Deputi Bidang
77,8
Pengawasan Pangan Olahan
Terwujudnya SDM Deputi Bidang Indeks Profesionalitas ASN
Pegawasan Pangan Olahan yang berkinerja Deputi Bidang Pengawasan 84,55
optimal Pangan Olahan
Menguatnya pengelolaan data dan Indeks Pengelolaan Data dan
informasi pengawasan makanan di Deputi nformasi Deputi Bidang 2.00
Bidang Pengawasan Pangan Olahan Pengawasan Pangan Olahan
Nilai kinerja anggaran Deputi
Deputi Bidang Pengawasan 91,9
Terkelolanya Keuangan secara Akuntabel Pangan Olahan
di Deputi Bidang Pengawasan Pangan Efiien
Tingkat efisiensi penggunaan
Olahan (Range
anggaran Deputi Deputi Bidang
88-
Pengawasan Pangan Olahan
100%)

Formulir rencana kinerja tahunan Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan


Tahun 2021 secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 2.

II.4 PERJANJIAN KINERJA (PK)

Perjanjian Kinerja (PK) merupakan suatu dokumen pernyataan kinerja/kesepakatan


kinerja/penetapan kinerja antara atasan dengan bawahan dalam mewujudkan suatu
capaian kinerja program dari sumberdaya yang tersedia melalui target kinerja serta
indikator kinerja yang menggambarkan keberhasilan pencapaiannya yang berupa
hasil kegiatan (output) maupun manfaat (outcome).

Perjanjian Kinerja (PK) tahun 2021 merupakan bagian dari dokumen yang
ditetapkan guna mewujudkan sasaran strategis Deputi Bidang Pengawasan Pangan
Olahan.

19
Tabel 3. Perjanjian Kinerja Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan Tahun 2021

SASARAN PROGRAM INDIKATOR KINERJA TARGET

Indeks Pengawasan Makanan 81


Terwujudnya Makanan yang aman
dan bermutu Persentase makanan yang
80
memenuhi syarat

Indeks kepatuhan
(compliance index) pelaku 78,5
Meningkatnya kepatuhan pelaku
usaha di bidang makanan
usaha dan kesadaran masyarakat
terhadap keamanan dan mutu Indeks kesadaran masyarakat
Makanan (awareness index) terhadap
78
Keamanan dan mutu
makanan
Indeks kepuasan pelaku usaha
terhadap pemberian
88,4
bimbingan dan pembinaan
pengawasan Makanan
Meningkatnya kepuasan pelaku Indeks Kepuasan Masyarakat
usaha dan Masyarakat terhadap atas kinerja pengawasan 76
kinerja pengawasan Makanan Makanan
Indeks kepuasan masyarakat
terhadap layanan publik
84
Deputi Bidang Pengawasan
Pangan Olahan
Meningkatnya kualitas kebijakan Indeks kualitas kebijakan
86
pengawasan Makanan pengawasan Makanan
Persentase Makanan yang
aman dan bermutu
76,5
berdasarkan hasil
pengawasan
Persentase instansi
pemerintah yangberperan
80
aktif dalam pengawasan
Meningkatnya efektivitas
Makanan
pengawasan
Kab/ Kota yang yang
melaksanakan pengawasan 100
pangan olahan sesuai standar
Persentase rekomendasi hasil
pengawasan makanan yang
ditindaklanjuti oleh lintas 83
sektor

Meningkatnya Efektivitas Pelayanan Tingkat efektivitas KIE


92
Publik Makanan

20
SASARAN PROGRAM INDIKATOR KINERJA TARGET

Indeks pelayanan publik di


Deputi Bidang Pengawasan 4,32
Pangan Olahan
Persentase ketepatan waktu
pelayanan publik di Deputi
90
Bidang Pengawasan Pangan
Olahan
Meningkatnya pemberdayaan
Persentase kader yang
masyarakat serta peran pemerintah
berpartisipasi aktif dalam 82
dalam pengawasan di bidang makanan
pengawasan Makanan
Persentase Fasilitasi
Pengembangan Inovasi 80
Meningkatnya Regulatory Assistance Makanan melalui standar
pengembangan makanan Persentase UMKM yang
menerapkan standar 52
keamanan pangan
Indeks RB Deputi Bidang
Terwujudnya organisasi Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan 89
Pengawasan Pangan Olahan yang
efektif Nilai AKIP Deputi Bidang
77,8
Pengawasan Pangan Olahan
Terwujudnya SDM Deputi Bidang Indeks Profesionalitas ASN
Pegawasan Pangan Olahan yang Deputi Bidang Pengawasan 84,55
berkinerja optimal Pangan Olahan
Menguatnya pengelolaan data dan
Indeks Pengelolaan Data dan
informasi pengawasan makanan di
nformasi Deputi Bidang 2.00
Deputi Bidang Pengawasan Pangan
Pengawasan Pangan Olahan
Olahan
Nilai kinerja anggaran Deputi
Deputi Bidang Pengawasan 91,9
Pangan Olahan
Terkelolanya Keuangan secara
Tingkat efisiensi penggunaan
Akuntabel di Deputi Bidang Efisien
anggaran Deputi Deputi
Pengawasan Pangan Olahan (Range
Bidang Pengawasan Pangan
88-
Olahan
100%)

II.5 RENCANA AKSI PERJANJIAN KINERJA (RAPK)


Rencana Aksi Perjanjian Kinerja disusun sebagai dasar dalam pelaksanaan
monitoring dan evaluasi pencapaian Perjanjian Kinerja Deputi Bidang Pengawasan

21
Pangan Olahan setiap triwulan. Monitoring dan evaluasi ini digunakan sebagai
bahan evaluasi perbaikan tiap triwulan berikutnya.

Tabel 4. Rencana Aksi Perjanjian Kinerja


Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan Tahun 2021

SASARAN INDIKATOR TARGET ANGGARAN


PROGRAM KINERJA B3 B6 B9 B12
Indeks
Terwujudnya Pengawasan - - - 81 Rp. 470.095.000
Makanan yang Makanan
aman Persentase
dan bermutu makanan yang - - - 80 Rp. 602.769.000
memenuhi syarat
Indeks kepatuhan
Meningkatnya
(compliance
kepatuhan
index) pelaku - - - 78,5 Rp. 2.193.579.000
pelaku
usaha di bidang
usaha dan
makanan
kesadaran
Indeks kesadaran
masyarakat
masyarakat
terhadap
(awareness index)
keamanan dan - - - 78 Rp. 505.839.000
terhadap
mutu
Keamanan dan
Makanan
mutu makanan
Indeks kepuasan
pelaku usaha
terhadap
Meningkatnya
pemberian
kepuasan pelaku - - - 88,4 Rp. 13.868.000
bimbingan dan
usaha dan
pembinaan
Masyarakat
pengawasan
terhadap
Makanan
kinerja
Indeks Kepuasan
pengawasan
Masyarakat atas
Makanan
kinerja - - - 76 Rp. 538.914.000
pengawasan
Makanan
Indeks kepuasan
masyarakat
terhadap layanan
publik Deputi - - - 84 Rp. 914.562.000
Bidang
Pengawasan
Pangan Olahan
Meningkatnya
Indeks kualitas
kualitas
kebijakan
kebijakan - - - 86 Rp. 3.194.263.000
pengawasan
pengawasan
Makanan
Makanan

22
SASARAN INDIKATOR TARGET ANGGARAN
PROGRAM KINERJA B3 B6 B9 B12
Persentase
Makanan yang
aman dan bermutu - - - 76,5 Rp. 8.544.088.000
berdasarkan hasil
pengawasan
Persentase
instansi
pemerintah
yangberperan - - - 80 Rp.6.054.608.000
aktif dalam
Meningkatnya pengawasan
efektivitas Makanan
pengawasan Kab/ Kota yang
yang
melaksanakan
- - - 100 Rp.3.545.501.000
pengawasan
pangan olahan
sesuai standar
Persentase
rekomendasi hasil
pengawasan
- - - 83 Rp.709.150.000
makanan yang
ditindaklanjuti
oleh lintas sektor
Tingkat
efektivitas KIE - - - 92 Rp. 790.282.000
Makanan
Indeks pelayanan
publik di Deputi
Meningkatnya Bidang - - - 4,32 Rp. 2.114.638.000
Efektivitas Pengawasan
Pelayanan Pangan Olahan
Publik Persentase
ketepatan waktu
pelayanan publik
90 90 90 90 Rp. 2.936.156.000
di Deputi Bidang
Pengawasan
Pangan Olahan
Meningkatnya
pemberdayaan Persentase kader
masyarakat yang
serta peran berpartisipasi
- - - 82 Rp.1.167.394.000
pemerintah aktif dalam
dalam pengawasan
pengawasan di Makanan
bidang makanan
Meningkatnya Persentase
Regulatory Fasilitasi - - - 80 Rp. 510.080.000
Assistance Pengembangan

23
SASARAN INDIKATOR TARGET ANGGARAN
PROGRAM KINERJA B3 B6 B9 B12
pengembangan Inovasi Makanan
makanan melalui standar

Persentase
UMKM yang
menerapkan - - - 52 Rp. 1.846.452.000
standar keamanan
pangan
Indeks RB Deputi
Bidang
Terwujudnya Pengawasan
- - - 89 Rp. 1.713.494.000
organisasi Pangan Olahan
Deputi Bidang
Pengawasan
Pangan Olahan Nilai AKIP Rp. 124.645.000
yang efektif Deputi Bidang
- - - 77,8
Pengawasan
Pangan Olahan
Terwujudnya
Indeks
SDM Deputi
Profesionalitas
Bidang Rp. 1.249.654.000
ASN Deputi
Pegawasan - - - 84,55
Bidang
Pangan Olahan
Pengawasan
yang berkinerja
Pangan Olahan
optimal
Menguatnya
pengelolaan data Indeks
dan informasi Pengelolaan Data
pengawasan dan nformasi 2.0 2.0 Rp. 1.955.306.000
2.00 2.00
makanan di Deputi Bidang 0 0
Deputi Bidang Pengawasan
Pengawasan Pangan Olahan
Pangan Olahan
Nilai kinerja
anggaran Deputi
Deputi Bidang - - - 91,9 Rp. 20.000.000
Terkelolanya
Pengawasan
Keuangan secara
Pangan Olahan
Akuntabel di
Tingkat efisiensi
Deputi Bidang
penggunaan Efiien
Pengawasan
anggaran Deputi (Rang Rp. 467.811.000
Pangan Olahan - - -
Deputi Bidang e 88-
Pengawasan 100%)
Pangan Olahan

Pada tahun 2021, total anggaran pada Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan
setelah APBNP sebesar Rp. 51.218.684.000,-. Dalam rangka refocusing anggaran
terkait percepatan pandemic Covid-19 maka anggaran Deputi Bidang Pengawasan

24
Pangan Olahan menjadi Rp. 42.573.292.000. Dokumen Rencana Aksi Perjanjian
Kinerja Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan sebagaimana disebutkan
terlampir pada Lampiran 3.

Monitoring pelaksanaan indikator kinerja dan realisasi anggaran dilaporkan setiap


triwulan melalui sistem e-monev di mana rencana aksi dan realisasinya dapat dilihat
pada Lampiran 4.

II.6 PENGUKURAN PENCAPAIAN INDIKATOR

KINERJA

Perhitungan capaian indikator kinerja dilakukan dengan cara membandingkan


antara target dan realisasi sebagaimana rumus di bawah ini:

%Capaian = (Realisasi/Target) x 100%

Sasaran program dengan 1 (satu) indikator sasaran program, pencapaian sasaran


ditentukan dengan menghitung persentase capaian. Sedangkan untuk sasaran
program yang memiliki lebih dari 1 (satu) indikator, maka diberikan pembobotan
untuk masing- masing indikator. Untuk Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan,
masing-masing indikator memiliki bobot yang sama. Khusus untuk IKU, memiliki
bobot 2 (dua) kali dibandingkan indikator yang lain. Berikut adalah rumus
perhitungan Nilai Pencapaian Sasaran (NPS):

Nilai Pencapaian Sasaran (NPS) = {(bobot x %capaian)1 + (bobot x


%capaian)2 + ... (bobot x %capaian)n}/ n

Untuk memperoleh kesimpulan pencapaian sasaran strategis, digunakan kriteria


berdasarkan capaian indikator, yaitu perbandingan antara target dan realisasi.
Kriteria pencapaian indikator sasaran sebagai berikut:

25
CAPAIAN TARGET INDIKATOR KRITERIA

< 50 % Sangat Kurang

50 % ≤ χ < 70 % Kurang

70 % ≤ χ < 90 % Cukup

90% < χ ≤ 110 % Baik

110% < χ ≤ 120 % Sangat Baik

Χ > 120 % Tidak dapat disimpulkan

Pengukuran efisiensi kegiatan diukur dengan membandingkan Indeks Efisiensi (IE)


terhadap Standar Efisiensi (SE) yang diperoleh:

Indeks Efisiensi (IE) diperoleh dengan membagi % capaian output


terhadap % capaian input (dalam laporan kinerja, capaian input yaitu
realisasi anggaran) sesuai rumus :
% 𝐶𝑎𝑝𝑎𝑖𝑎𝑛 𝑂𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡
IE = % 𝐶𝑎𝑝𝑎𝑖𝑎𝑛𝑎 𝐼𝑛𝑝𝑢𝑡

Standar Efisiensi (SE) merupakan angka pembanding yang dijadikan


dasar dalam menilai efisiensi. Dalam hal ini, SE yang digunakan adalah
indeks efisiensi sesuai capaian, yaitu 1, yang diperoleh dengan
menggunakan rumus :
%𝑅𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎𝑛 𝐶𝑎𝑝𝑎𝑖𝑎𝑛 𝑂𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡
SE = % 𝑅𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎 𝐶𝑎𝑝𝑎𝑖𝑎𝑛 𝐼𝑛𝑝𝑢𝑡 = 100% = 1

Manual IKU tiap Indikator dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Manual Indikator Kinerja dan Cara Perhitungan Capaian Kinerja


SASARAN
INDIKATOR KINERJA CARA PERHITUNGAN
PROGRAM
Terwujudnya Nilai Indeks Pengawasan Makanan adalah suatu
Makanan yang Indeks Pengawasan ukuran untuk menilai tingkat efektivitas kinerja
aman Makanan pengawasan Makanan yang dilakukan oleh Deputi
dan bermutu Bidang Pengawasan Pangan Olahan yang akan

26
SASARAN
INDIKATOR KINERJA CARA PERHITUNGAN
PROGRAM
diukur menggunakan 3 (tiga) dimensi yaitu
pemerintah, masyarakat, dan pelaku usaha.

Cara Menghitung:
Indeks POM dihitung menggunakan metodologi
statistik dan Analitycal hierarchy process (AHP)
untuk pembobotan indikator kinerja pembentuk
indeks
a. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari
sumber hayati produk pertanian, perkebunan,
kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan
air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang
diperuntukkan sebagai makanan atau minuman
bagi konsumsi manusia, termasuk bahan
tambahan Pangan, bahan baku Pangan, dan
bahan lainnya yang digunakan dalam proses
penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan
makanan atau minuman (UU No.18 tahun 2012)
b. Sampling dilakukan terhadap Pangan Olahan
beredar berdasarkan Data Survei Produk
Beredar berdasarkan kerangka sampling acak
di tahun berjalan.
c. Kriteria Pangan Tidak Memenuhi Syarat,
meliput
a. Tidak memiliki NIE/produk ilegal
termasuk palsu
b. Produk kedaluwarsa
Persentase makanan
c. Produk rusak
yang memenuhi syarat
d. Tidak memenuhi ketentuan label
e. Tidak memenuhi syarat berdasarkan
pengujian
d. Alur pemeriksaan hasil sampling Pangan
dilakukan secara berjenjang dan berurutan
mulai dari kriteria poin 1 hingga poin 5 (kriteria
pada poin c). Pangan yang dinilai memenuhi
ketentuan pada kriteria poin 1 akan dilakukan
pemeriksaan untuk kriteria poin 2 dan
seterusnya dilakukan dengan pola yang sama
hingga kriteria poin 5.
e. Jika termasuk poin c.1, c.2 atau c.3, maka tidak
dilakukan pengujian, apabila sampel yang
diperiksa TMK label, maka sampel tetap diuji.
f. Jika ditemukan sampel makanan yang TMS
ilegal atau TMS rusak/kedaluwarsa atau TMS
pengujian dan/atau TMK penandaan maka
dihitung 1 sampel TMS

27
SASARAN
INDIKATOR KINERJA CARA PERHITUNGAN
PROGRAM

Indeks kepatuhan dihitung berdasarkan konversi nilai


sarana yang memenuhi ketentuan (MK) dan Tidak
Memenuhi Ketentuan (TMK) ke dalam
pengklasifikasian/grading menjadi A (baik), B
(cukup), dan C (kurang). Selanjutnya dihitung
persentase masing-masing grade untuk dianalisis
Indeks kepatuhan
secara statistik.
(compliance index)
Hasil perhitungan indikator Pangan Olahan
pelaku usaha di bidang
selanjutnya dikalikan bobot AHP (Analytical
makanan
Hierarchy Process) dengan rentang nilai sebagai
berikut:
0 – 33,33 = Kurang
33,34 – 66,67 = Cukup
66,67 – 90 = Baik
90 – 100 = Sangat Baik
Meningkatnya Melalui Survei dengan metode multi stage cluster
kepatuhan pelaku random sampling dengan margin of error 10%
usaha dan Responden adalah kepala/anggota rumah tangga
kesadaran dengan rentang usia 17-65 tahun
masyarakat Kriteria yang digunakan adalah :
terhadap keamanan
dan mutu Interval Lebar
Kategori %
Makanan Indeks Interval
Tidak Baik < 45 45 0,30%
Indeks kesadaran Kurang Baik 45 - 60 15 12,82%
masyarakat (awareness
index) terhadap Cukup Baik 60 - 75 15 64,40%
Keamanan dan mutu Baik 75 - 90 15 21,69%
makanan Sangat Baik ≥ 90 10 0,79%

Meningkatnya • Survei dilakukan secara online yaitu dengan


Indeks kepuasan
kepuasan pelaku memberikan link survey saat event kegiatan
pelaku usaha
usaha dan bimbingan dan pembinaan kepada seluruh
terhadap pemberian
Masyarakat pelaku usaha yang mendapatkan bimbingan dan
bimbingan dan
terhadap pembinaan oleh BPOM

28
SASARAN
INDIKATOR KINERJA CARA PERHITUNGAN
PROGRAM
kinerja pengawasan pembinaan • Rumus Pengukurannya :
Makanan pengawasan Makanan

Melalui survei dengan metode multi stage cluster


random sampling dengan margin of error 15%.
Responden adalah rumah tangga dengan kriteria usia
Indeks Kepuasan
15-65 tahun.
Masyarakat atas
Kriteria yang digunakan adalah:
kinerja pengawasan
75,01 – 100: sangat puas
Makanan
50,01 – 75 : puas
25,01 – 50 : kurang puas
0 – 25: tidak puas
Indeks kepuasan Menghitung nilai terhadap hasil survei Kepuasan
masyarakat terhadap Masyarakat
layanan publik Deputi Dihitung secara rerata dari nilai IKM semua unit di
Bidang Pengawasan Deputi 3
Pangan Olahan
1. Kebijakan meliputi peraturan perundang-
undangan, standar, pedoman, yang mendukung
pada peningkatan efektivitas/penguatan
pengawasan Makanan
2. Jumlah minimal kebijakan yang dapat dinilai
untuk menggambarkan kualitas kebijakan
ditentukan dengan ketentuan sebagai berikut:
a) Kebijakan telah diimplementasikan
minimal selama 2 tahun
b) Kebijakan yang teridentifikasi selama kurun
Meningkatnya waktu tersebut menjadi populasi untuk
Indeks kualitas
kualitas kebijakan ditentukan jumlah sampel kebijakan dengan
kebijakan pengawasan
pengawasan ketentuan sebagai berikut:
Makanan
Makanan • > 80 Kebijakan = 5%
• 50-80 Kebijakan = 7,5%
• 20-50 Kebijakan = 20%
• < 20 Kebijakan = 40%
Kualitas kebijakan diukur dengan dimensi penilaian
yang terdiri dari Perencanaan Kebijakan (Agenda
Setting dan Formulasi Kebijakan) dan Pelaksanaan
Kebijaksanaan (Implementasi dan Evaluasi
Kebijakan).

Cara menghitung :

29
SASARAN
INDIKATOR KINERJA CARA PERHITUNGAN
PROGRAM
Berdasarkan instrument yang dikembangkan oleh
LAN
Kriteria yang digunakan adalah:
≥ 90 : sangat baik
81 – 89,99 : baik
71 – 80,99 : sedang
60 – 70,99 : cukup
≤ 59,99 : kurang baik

Aman dan Bermutu yang dimaksud adalah


memenuhi syarat berdasarkan kriteria Pedoman
Sampling Obat dan Makanan, dengan menggunakan
sampling targeted/purposive di tahun berjalan.
Kriteria Makanan Tidak Memenuhi Syarat adalah
Persentase Makanan
jika Pangan atau Kemasan Pangan yang diuji tidak
yang aman dan
memenuhi syarat berdasarkan pengujian
bermutu berdasarkan
hasil
Cara Menghitung
pengawasan
Persentase Makanan yang Aman dan Bermutu
berdasarkan hasil pengawasan = (Jumlah sampel
Makanan targeted memenuhi syarat dibagi Total
sampel Makanan targeted yang diperiksa dan diuji) x
100%
1. Persentase instansi pemerintah yang berperan
aktif dalam pengawasan Makanan dilakukan
untuk mengukur peran serta pemerintah dalam
menindaklanjuti hasil pengawasan dibidang
Persentase instansi makanan dan pemberdayaan masyarakat
Meningkatnya
pemerintah 2. Instansi pemerintah yang dimaksud adalah
efektivitas
yangberperan aktif pemerintahan tingkat Kab/Kota (514), tingkat
pengawasan
dalam pengawasan Kementerian/Lembaga (6 K/L sesuai dengan
dibidang Makanan
Makanan inpres 3/2017)
Cara Menghitung
Jumlah instansi yang berperan aktif / Total seluruh
instasi pemerintah yang berperan dalam pengawasan
makanan
Kab/kota yang melakukan pengawasan sesuai
standar adalah kab/kota yang melakukan
pengawasan post market untuk pangan industri
rumah tangga sesuai dengan NSPK dari Badan
POM.
Kab/ Kota yang yang
melaksanakan
Pengawasan post market untuk industri rumah
pengawasan pangan
tangga meliputi:
olahan sesuai standar
- Pengawasan sarana produksi IRT
- Pengawasan lebl dan iklan pangan
- Sampling dan pengujian

30
SASARAN
INDIKATOR KINERJA CARA PERHITUNGAN
PROGRAM
Cara menghitung:
Jumlah Kab/Kota yang melaksanakan pengawasan
post market pangan olahan (was sarana IRTP dan
was PIRT) sesuai standar
Rekomendasi hasil pengawasan dapat berupa:
Rekomendasi yang diberikan berdasarkan hasil
pengawasan sarana
produksi/distribusi/label/iklan/kasus/pengaduan
Persentase
konsumen dll yang sesuai tupoksi menjadi
rekomendasi hasil
kewenangan K/L/D untuk menindaklanjuti
pengawasan Makanan
yang ditindaklanjuti
Cara menghitung:
oleh lintas sektor
= (Jumlah feedback yang diterima / Jumlah
rekomendasi yang dikeluarkan) x 100%
Nilai Kedeputian diperoleh dari rata-rata Direktorat

1. Indikator ini diukur melalui survei terhadap 4


kriteria:
a) Tingkat persepsi terhadap ragam pilihan
sumber informasi KIE;
b) Tingkat pemahaman terhadap konten
informasi yang diterima;
c) Tingkat persepsi terhadap manfaat program
KIE;
d) Tingkat minat terhadap informasi Makanan
2. Responden Audiens KIE adalah responden yang
sebelumnya pernah menerima atau terlibat
Tingkat efektivitas
sebagai peserta dalam kegiatan KIE Badan POM
KIE Makanan
dalam 3 bulan terakhir.
3. Teknik survei dapat berupa face to face
interview, penyebaran kuisioner dan online
survey
Meningkatnya
Cara Mengukur
efektivitas
Diukur melalui survei dengan target responden
pelayanan publik
adalah masyarakat yang pernah menjadi peserta
dan/atau terpapar KIE Deputi Bidang Pengawasan
Pangan Olahan melalui berbagai media pada tahun
berjalan. Tingkat efektivitas KIE 2021 diukur
berdasarkan rata-rata nilai Direktorat di Kedeputian 3
1. Indeks Pelayanan Publik (IPP) adalah indeks
yang digunakan untuk mengukur kinerja
pelayanan publik di lingkungan K/L/D
berdasarkan 6 (enam) aspek meliputi:
Indeks pelayanan
a. Kebijakan Pelayanan (bobot 30%);
publik di Deputi
b. Profesionalitas SDM (18%);
Bidang Pengawasan
c. Sarana Prasarana (15%);
Pangan Olahan
d. Sistem Informasi Pelayanan Publik (SIPP)
(15%);
e. Konsultasi dan Pengaduan (15%);
f. Inovasi (7%).

31
SASARAN
INDIKATOR KINERJA CARA PERHITUNGAN
PROGRAM
2. Penilaian kinerja UPP mengacu Peraturan
Menteri PANRB Nomor 17 Tahun 2017 tentang
Pedoman Penilaian Kinerja Unit Penyelenggara
Pelayanan Publik.
3. IPP Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan
diperoleh dari rata-rata IPP seluruh Unit
Penyelenggara Pelayanan Publik (UPP) di
lingkungan Deputi Bidang Pengawasan Pangan
Olahan
4. Dilakukan penilaian oleh Tim Penilai UPP
BPOM (Biro Hukum dan Organisasi dan
Inspektorat Utama)
Persentase ketepatan Rata-rata dari capaian ketepatan waktu pelayanan
waktu pelayanan publik dari direktorat Registrasi Pangan Olahan,
publik di Deputi Standarisasi Pangan Olahan, Pangan Olahan Risiko
Bidang Pengawasan Tinggi dan Teknologi Baru, dan Pangan Olahan
Pangan Olahan Risiko Rendah dan Sedang
Cara mengukur
Meningkatnya Jumlah Kader/Fasilitator yang mendapat bimbingan
Persentase kader yang
pemberdayaan teknis keamanan pangan dan telah memenuhi
berpartisipasi aktif
masyarakat dalam persyaratan serta mampu melakukan bimbingan
dalam pengawasan
pengawasan di teknis kepada komunitas atau berperan aktif dalam
Makanan
bidang makanan pengawasan pangan dibagi jumlah kader/fasilitator
yang mendapat bimbingan teknis
1. diantaranya mencakup bahan alam alternatif
pengganti bahan tambahan pangan/ bahan
penolong, bahan pangan lokal yang memiliki
manfaat kesehatan.
2. Standar dapat berupa peraturan, standar,
pedoman atau code of practice dibidang pangan
3. Tahapan fasilitasi pengembangan inovasi
meliputi:
Persentase Fasilitasi 1) Tahap identifikasi hasil penelitian (literature
Pengembangan review) (15%)
Inovasi Makanan 2) Tahap pengkajian efektivitas/ manfaat
Meningkatnya
melalui standar produk hasil penelitian (40%)
Regulatory
3) Tahap pengkajian keamanan produk hasil
Assistance
penelitian (80%)
pengembangan
4) Tahap standardisasi produk dan/atau submit
makanan
dokumen NIE (100%)
Cara Penghitungan:
Jumlah persentase tahapan fasilitasi inovasi /jumlah
inovasi yang difasilitasi

Persentase UMKM Persentase UMK makanan yang menerapkan yang


yang menerapkan menerapkan standar keamanan pangan
standar keamanan
pangan 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑈𝑀𝐾 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑒𝑟𝑎𝑝𝑘𝑎𝑛 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟
𝑥 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑈𝑀𝐾 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑓𝑎𝑠𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑗𝑎𝑙𝑎𝑛

32
SASARAN
INDIKATOR KINERJA CARA PERHITUNGAN
PROGRAM

Indeks RB berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan


RB BPOM oleh Kemenpan RB.
Rentang Nilai RB terdiri dari:
1. AA (istimewa), dengan skor > 90 – 100
2. A (memuaskan), dengan skor > 80 – 90
3. BB (sangat baik), dengan skor > 70 – 80
4. B (baik, perlu sedikit perbaikan), dengan
Indeks RB Deputi skor > 60 – 70
Bidang Pengawasan 5. CC (cukup/memadai, perlu banyak
Pangan Olahan perbaikan yang tidak mendasar), dengan skor
> 50 – 60
6. C (kurang, perlu banyak sekali perbaikan dan
perubahan yang sangat mendasar), dengan
skor > 30 – 50
7. D (sangat kurang, perlu banyak sekali
perbaikan dan perubahan yang sangat
mendasar) dengan skor > 0 - 30
Nilai RB Kedeputian diperoleh dari rata-rata Nilai
RB Direktorat
Penjumlahan bobot komponen evaluasi AKIP dari
KemenPANRB sebagai berikut:
Terwujudnya
1. Perencanaan Kinerja dengan bobot 30%,
organisasi Deputi
meliputi
Bidang
a. Rencana Strategi (10%), meliputi:
Pengawasan
- Pemenuhan Renstra (2%)
Pangan Olahan
- Kualitas Renstra (5%)
yang efektif
- Impelemtasi Renstra (3%)
b. Perencanaan Kinerja Tahunan (20%),
meliputi:
- Pemenuhan RKT (4%)
- Kualitas RKT (10%)
- Impelemtasi RKT (6%)
Nilai AKIP Deputi
2. Pengukuran Kinerja dengan bobot 25%,
Bidang Pengawasan
meliputi:
Pangan Olahan
a. Pemenuhan pengukuran (5%)
b. Kualitas pengukuran (12,5%)
c. Implementasi pengukuran (7,5%)
3. Pelaporan kinerja dengan bobot 15%, meliputi:
a. Pemenuhan pelaporan (3%)
b. Kualitas pelaporan (7,5%)
c. Pemanfaatan pelaporan (4,5%)
4. Evaluasi Internal dengan bobot 10%, meliputi:
a. Pemenuhan evaluasi (2%)
b. Kualitas evaluasi (5%)
c. Pemanfaatan hasil evaluasi (3%)
5. Capaian Kinerja dengan bobot 20%, meliputi:
a. Kinerja yang dilaporkan (output) (5%)

33
SASARAN
INDIKATOR KINERJA CARA PERHITUNGAN
PROGRAM
b. Kinerja yang dilaporkan (outcome) (10%)
c. Kinerja tahun berjalan (benchmark) (5%)

Menggunakan form survei sesuai Permen PAN dan


RB No 38 Tahun 2018 kepada seluruh pegawai
(ASN) di lingkungan Deputi Bidang Pengawasan
Pangan Olahan

Bobot penilaian dimensi Indeks Profesionalitas


ASN terdiri atas:
a. kualifikasi memiliki bobot 25 % (dua puluh lima
persen);
b. kompetensi memiliki bobot 40 % (empat puluh
persen);
c. kinerja memiliki bobot 30 % (empat puluh persen);
dan
Terwujudnya SDM
Indeks Profesionalitas d. disiplin memiliki bobot 5 % (lima persen).
Deputi Bidang
ASN Deputi Bidang
Pegawasan Pangan
Pengawasan Pangan Berdasarkan hasil perhitungan Indeks
Olahan yang
Olahan Profesionalitas ASN, dilakukan pengkategorian
berkinerja optimal
tingkat Profesionalitas ASN sebagai berikut:
a. Nilai 91 - 100 (Sembilan puluh satu- seratus)
berkategori Sangat Tinggi;
b. Nilai 81 - 90 (delapan puluh satu-sembilan puluh)
berkategori Tinggi;
c. Nilai 71 - 80 (tujuh puluh satu- delapan puluh)
berkategori Sedang;
d. Nilai 61 - 70 (enam puluh satu-tujuh puluh)
berkategori Rendah; dan
e. Nilai 0 – 60 (nol-enam puluh) berkategori Sangat
Rendah.
Nilai IPASN diperoleh dari rata-rata Nilai RB
Direktorat
Diperoleh dari Nilai Asesmen Pusat Data dan
Menguatnya
Informasi Nasional
pengelolaan data
Indeks Pengelolaan Kriteria yang digunakan adalah:
dan informasi
Data dan nformasi 2,26 – 3: Optimal
pengawasan
Deputi Bidang 1,51 – 2,25 : Cukup
makanan di Deputi
Pengawasan Pangan 0,76 – 1,5 : Kurang Optimal
Bidang
Olahan 0 – 0,75: Sangat Kurang
Pengawasan
Nilai indeks merupakan rerata seluruh unit
Pangan Olahan
Nilai Kinerja Anggaran Deputi Bidang
Nilai kinerja anggaran
Pengawasan Pangan Olahan =
Terkelolanya Deputi Deputi Bidang
(Nilai EKA x 60%) + (Nilai IKPA x 40%)
Keuangan secara Pengawasan Pangan
Nilai diambil dari monev DJA a.n Satker Deputi III
Akuntabel di Olahan
Deputi Bidang
Capaian Indikator Tingkat Efisiensi dihitung dengan
Pengawasan Tingkat efisiensi
range sebagai berikut:
Pangan Olahan pengguna anggaran
1. 0 - 0,2 : 100% → Efisien
Deputi Deputi Bidang
2. 0,21 - 0,4 : 95% → Efisien

34
SASARAN
INDIKATOR KINERJA CARA PERHITUNGAN
PROGRAM
Pengawasan Pangan 3. 0,41 - 0,6 : 92% → Efisien
Olahan 4. 0,61 - 0,8 : 90% → Efisien
5. 0,81 - 1,0 : 88% → Efisien
6. 1,01 - 1,2 : 86% → Tidak Efisien
7. 1,21 - 1,4 : 84% → Tidak Efisien
8. 1,41 - 1,6 : 80% → Tidak Efisien
9. 1,61 - 1,8 : 78% → Tidak Efisien
10. > 1,81 : 75% → Tidak Efisien
Menggunakan perhitungan khusus sesuai matriks
dari Roren (Evapor) untuk satker Deputi 3.

35
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

III.1 CAPAIAN INDIKATOR KINERJA

Pengawasan Pangan tidak dapat dilakukan pada produk akhir yang beredar di
masyarakat tetapi harus dilakukan secara komprehensif dan sistemik. Pada seluruh
mata rantai pengawasan tersebut, harus ada sistem yang dapat mendeteksi secara
dini jika terjadi degradasi mutu, produk sub standar dan hal-hal lain untuk dilakukan
pengamanan sebelum merugikan konsumen/masyarakat.

Sistem pengawasan Pangan yang dilakukan Kedeputian III merupakan suatu proses
yang komprehensif yang terdiri dari Standardisasi, Penilaian (pre-market
evaluation), Pengawasan selama beredar (post-market control) dan Pengujian
Laboratorium. Diharapkan melalui pelaksanaan pengawasan pre-market dan post-
market yang profesional dan independen akan dihasilkan produk Makanan yang
amandan bermutu.

Pengukuran capaian kinerja Kedeputian III TW 4 tahun 2021 dilakukan dengan cara
membandingkan antara target (rencana) pencapaian setiap indikator pada masing-
masing sasaran yang telah ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja dengan realisasinya.

Adapun Realisasi dan Capaian Kinerja disampaikan pada Tabel 6.

36
Tabel 4. Nilai Pencapaian Sasaran Program Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan Tahun 2021

Capaian
Realisasi Terhadap
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Sasaran Strategis (IKSS) Target TW IV Target

Realisasi

Terwujudnya IKSP1 Indeks Pengawasan Makanan 81 81,04 100,05%


SP1 Makanan aman dan
bermutu Persentase Makanan yang
IKSP2 80 68,65*) 85,81%
memenuhi syarat
Meningkatnya Indeks kepatuhan (compliance
kepatuhan pelaku IKSP3 index) pelaku usaha di bidang 78,5 73,38 93,48%
usaha dan Makanan
SP2 kedasaran
masyarakat Indeks kesadaran masyarakat
terhadap keamanan IKSP4 (awareness index) terhadap 78 78,99 101,27%
dan mutu makanan keamanan dan mutu makanan
Meningkatnya Indeks kepuasan pelaku usaha
kepuasan pelaku IKSP5 terhadap pemberian bimbingan dan 88,4 88,20 99,77%
usaha dan pembinaan pengawasan Makanan
SP3 masyarakat
terhadap kinerja Indeks Kepuasan Masyarakat atas
IKSP6 76 68,71 90,41%
pengawasan kinerja pengawasan Makanan
Makanan

37
Capaian
Realisasi Terhadap
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Sasaran Strategis (IKSS) Target TW IV Target

Realisasi
Indeks Kepuasan Masyarakat
IKSP7 Terhadap layanan publik Deputi 84 88 104,77%
Bidang Pengawasan Pangan Olahan
Meningkatnya
kualitas kebijakan Indeks kualitas kebijakan Data on
SP4 IKSP8 86 -
pengawasan pengawasan Makanan progress
Makanan
Persentase Makanan yang aman dan
IKSP9 bermutu berdasarkan hasil 76,5 72,49*) 94,76%
pengawasan

Meningkatnya Persentase instansi pemerintah yang


efektivitas IKSP10 berperan aktif dalam pengawasan 80 81,80*) 102,25%
SP5
pengawasan Makanan
Makanan
Kab/ Kota yang yang
melaksanakan Data on
IKSP11 100 -
pengawasan pangan progress
olahan sesuai standar

38
Capaian
Realisasi Terhadap
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Sasaran Strategis (IKSS) Target TW IV Target

Realisasi
Persentase rekomendasi
hasil pengawasan
Data on
IKSP12 makanan yang 83 -
progress
ditindaklanjuti oleh lintas
sektor
IKSP13 Tingkat efektivitas KIE Makanan 92 92,38 100,41%

Meningkatnya Indeks pelayanan publik di Deputi


IKSP14 4,32 4,32 100%
efektifitas Bidang Pengawasan Pangan Olahan
pelayanan publik
Persentase ketepatan waktu
IKSP15 pelayanan publik di Deputi Bidang 90 93,46 103,84%
Pengawasan Pangan Olahan
Meningkatnya
pemberdayaan
Persentase kader yang berpartisipasi
SP6 masyarakat dalam IKSP16 94,5 91,76 91,11%
aktif dalam pengawasan Makanan
pengawasan di
bidang Makanan
Persentase Fasilitasi Pengembangan
Meningkatnya
Inovasi
SP7 regulatory IKSP17 80 85 106,25
Makanan melalui standar keamanan
assistance dalam
pangan

39
Capaian
Realisasi Terhadap
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Sasaran Strategis (IKSS) Target TW IV Target

Realisasi
pengembangan
Makanan Persentase UMKM makanan yang
IKSP18 menerapkan standar keamanan 52 57,5 110,58%
pangan

Terwujudnya tata
kelola Indeks RB Deputi Bidang
pemerintahan IKSP19 89 87,58 98,41%
Pengawasan Pangan Olahan
yang optimal
SP8
dilingkup Deputi
Bidang
Pengawasan
Pangan Olahan Indeks AKIP Deputi Bidang
IKSP20 77,8 78,18 100,49%
Pengawasan Pangan Olahan

40
Capaian
Realisasi Terhadap
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Sasaran Strategis (IKSS) Target TW IV Target

Realisasi

Terwujudnya SDM
Deputi Bidang
Pengawasan Indeks Profesionalitas ASN Deputi
SP9 IKSP21 77 86,83 102,70%
Pangan Olahan Bidang Pengawasan Pangan Olahan
yang berkinerja
optimal

Menguatnya
Pengelolaan Data
dan Informasi Indeks Pengelolaan Data dan
pengawasan Informasi Deputi Bidang
SP10 IKSP22 2.00 2,35 117,50%
Makanan di Pengawasan Pangan Olahan yang
Deputi Bidang baik
Pengawasan
Pangan Olahan
Terkelolanya
Keuangan secara Nilai kinerja anggaran Deputi
SP11 IKSP23 94 94,39 102,71%
Akuntabel di Bidang Pengawasan Pangan Olahan
Deputi Bidang

41
Capaian
Realisasi Terhadap
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Sasaran Strategis (IKSS) Target TW IV Target

Realisasi
Pengawasan
Tingkat efisiensi pengguna anggaran
Pangan Olahan
IKSP24 Deputi Bidang Pengawasan Pangan 97% 98,4 101,44%
Olahan
*) Data masih dalam proses pengolahan (Data per 31 Januari 2022)

42
III.2 ANALISIS AKUNTABILITAS KINERJA
A. ANALISIS AKUNTABILITAS INDIKATOR KINERJA
Berdasarkan Tabel 6, Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan memiliki 11
(sebelas) sasaran program dengan 24 (dua puluh empat) indikator kinerja selama
tahun 2021 dengan penjelasan masing-masing indikator kinerja dan capaian indikator
kinerja pada Tabel 7.

Tabel 7. Capaian Indikator Kinerja Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan Tahun 2021
TW IV tahun 2021
SASARAN PROGRAM INDIKATOR KINERJA Kriteria
Target Realisasi Capaian
Indeks Pengawasan
Terwujudnya 81 81,04 100,05% Baik
Makanan
Makanan yang aman
Persentase makanan yang
dan bermutu 80 68,65*) 85,81% Cukup
memenuhi syarat
Meningkatnya Indeks kepatuhan
kepatuhan pelaku (compliance index) pelaku 78,5 73,38 93,48% Baik
usaha dan kesadaran usaha di bidang makanan
masyarakat terhadap
keamanan dan mutu Indeks kesadaran
Makanan masyarakat (awareness
78 78,99 101,27% Baik
index) terhadap Keamanan
dan mutu makanan
Indeks kepuasan pelaku
usaha terhadap pemberian
88,4 88,20 99,77% Baik
Meningkatnya bimbingan dan pembinaan
kepuasan pelaku pengawasan Makanan
usaha dan Indeks Kepuasan
Masyarakat terhadap Masyarakat atas kinerja 76 68,71 90,41% Baik
kinerja pengawasan pengawasan Makanan
Makanan Indeks kepuasan
masyarakat terhadap
layanan publik Deputi 84 88 104,77% Baik
Bidang Pengawasan
Pangan Olahan
Meningkatnya
kualitas kebijakan Indeks kualitas kebijakan Data on
86 - -
pengawasan pengawasan Makanan progress
Makanan
Meningkatnya Persentase Makanan yang
efektivitas aman dan bermutu
76,5 72,49*) 94,76% Baik
TW IV tahun 2021
SASARAN PROGRAM INDIKATOR KINERJA Kriteria
Target Realisasi Capaian
pengawasan berdasarkan hasil
Makanan pengawasan

Persentase instansi
pemerintah yangberperan
80 81,80*) 102,25% Baik
aktif dalam pengawasan
Makanan
Kab/ Kota yang yang
melaksanakan pengawasan Data on
100 - -
pangan olahan sesuai progress
standar
Persentase rekomendasi
hasil pengawasan makanan Data on
83 - -
yang ditindaklanjuti oleh progress
lintas sektor
Tingkat efektivitas KIE
92 92,38 100,41% Baik
Makanan
Indeks pelayanan publik di
Deputi Bidang Pengawasan 4,32 4,32 100% Baik
Meningkatnya Pangan Olahan
efektifitas pelayanan Persentase ketepatan waktu
publik pelayanan publik di Deputi
90 93,46 103,84% Baik
Bidang Pengawasan
Pangan Olahan
Meningkatnya
pemberdayaan
Persentase kader yang
masyarakat serta
peran pemerintah
berpartisipasi aktif dalam 94,5 91,76 91,11% Baik
pengawasan Makanan
dalam pengawasan di
bidang makanan
Persentase Fasilitasi
Meningkatnya Pengembangan Inovasi 80 85 106,25 Baik
Regulatory Makanan melalui standar
Assistance
pengembangan Persentase UMKM yang
makanan menerapkan standar 52 57,5 110,58% Sangat Baik
keamanan pangan
Indeks RB Deputi Bidang
Terwujudnya
Pengawasan Pangan 89 87,58 98,41% Baik
organisasi Deputi
Olahan
Bidang Pengawasan
Nilai AKIP Deputi Bidang
Pangan Olahan yang
Pengawasan Pangan 77,8 78,18 100,49% Baik
efektif
Olahan
TW IV tahun 2021
SASARAN PROGRAM INDIKATOR KINERJA Kriteria
Target Realisasi Capaian
Terwujudnya SDM
Deputi Bidang Indeks Profesionalitas ASN
Pegawasan Pangan Deputi Bidang Pengawasan 77 86,83 102,70% Baik
Olahan yang Pangan Olahan
berkinerja optimal
Menguatnya
pengelolaan data dan
Indeks Pengelolaan Data
informasi
dan nformasi Deputi
pengawasan makanan 2.00 2,35 117,50% Sangat Baik
Bidang Pengawasan
di Deputi Bidang
Pangan Olahan
Pengawasan Pangan
Olahan
Nilai kinerja anggaran
Deputi Deputi Bidang
Terkelolanya 94 94,39 102,71% Baik
Pengawasan Pangan
Keuangan secara Olahan
Akuntabel di Deputi
Tingkat efisiensi pengguna
Bidang Pengawasan
anggaran Deputi Deputi
Pangan Olahan 97% 98,4 101,44% Baik
Bidang Pengawasan
Pangan Olahan

1. Indeks Pengawasan Pangan Olahan


IPOM merupakan indeks yang berfokus untuk mengukur efektivitas kegiatan
pengawasan sehingga pembobotan lebih besar pada Internal Process. Bobot 55%
dibagi sama rata pada setiap indikator dalam Internal Process, kecuali indikator
persentase obat yang memenuhi syarat dan indikator persentase makanan yang
memenuhi syarat dengan pertimbangan indikator tersebut memiliki dampak yang
lebih luas dibanding indikator lain dan merupakan indikator RPJMN 2020-2024.
Sedangkan pembobotan ketiga indikator dalam Stakeholder Prespective (45%) dibagi
sama rata.

Indikator pembentuk IPOM pada komoditi pangan juga dilihat dengan prespective
yang sama dengan IPOM Nasional dengan pertimbangan persentase makanan yang
memenuhi syarat mendapat bobot paling besar (30%) karena merupakan indikator
dengan dampak paling luas dan merupakan indikator RPJMN 2020-2024. Nilai IPOM
kedeputian III didapat dari nilai IPOM komoditi Pangan. Tujuan penyusunan Indeks
Pengawasan Pangan Olahan adalah untuk mengetahui secara mudah kondisi
keamanan berdasarkan kinerja pengawasan Pangan Olahan, baik untuk tiap produk
maupun keseluruhan secara nasional.

Tabel 5. Indikator pembentuk Indeks Pengawasan Pangan Olahan

Prespective No Indikator Bobot


Stakeholder Indeks kepatuhan (compliance index) pelaku usaha di
1
Prespective bidang Makanan
Indeks kesadaran masyarakat (awareness index) terhadap
2
keamanan dan mutu makanan

Indeks kepuasan pelaku usaha terhadap pemberian


3
bimbingan dan pembinaan pengawasan Makanan

Indeks Kepuasan Masyarakat terhadap kinerja


4
Pengawasan Makanan
Indeks Kepuasan Masyarakat terhadap Layanan Publik
5
Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan

6 Indeks kualitas kebijakan pengawasan Pangan Olahan

7 Persentase Makanan Memenuhi Syarat

Internal Persentase rekomendasi hasil pengawasan Obat dan


8
Prespective Makanan yang ditindaklanjuti oleh lintas sektor

Tabel 9. Capaian Indeks Pengawasan Pangan Olahan


IKSP-1 Indeks Pengawasan Pangan Olahan
Capaian Triwulan IV
Target Tahunan
2021 Target Realisasi % Kategori

81 81 81,04 100,05 Baik

Tabel 10. Perbandingan Realisasi dan Capaian Indeks Pengawasan Pangan Olahan
Tahun Target Realisasi % Capaian Kriteria
Tahun 2020 77 81,04 105,23 Baik
Tahun 2021 81 81,04 100,05 Baik
Hasil pengukuran IPOM tahun 2021 diperoleh nilai 81,04 dengan capaian 100,05%.
Adapun terhadap tahun 2020, realisasi IPOM tahun 2021 adalah sama sebesar 81,04%,
dikarenakan terjadi kenaikan target maka capaian tahun 2021 cenderung lebih rendah,
namun demikian masih terkategori Baik.

Jika dibandingkan dengan target tahun 2024 (akhir periode Renstra) sebesar 86, maka
capaian indikator ini adalah 94,23%.

Analisis Keberhasilan Capaian


Capaian indikator ini didukung oleh tingginya realisasi Indeks Kepuasan Masyarakat
terhadap Layanan Publik Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan.

Analisis program/kegiatan yang menunjang keberhasilan ataupun kegagalan


pencapaian kinerja
Beberapa kegiatan utama yang dilakukan dalam rangka pencapaian indeks
penngawasan obat dan makanan antara lain:
a. Intensifikasi pengawasan pangan olahan. Dalam kegiatan ini Deputi Bidang
Pengawasan Pangan Olahan mengintensifkan pengawasan post market pangan
olahan di peredaran untuk meningkatkan keamanan dan mutu pangan. Kegiatan
ini juga berdampak pada peningkatan kepuasan mesyarakat terhadap kinerja
BPOM.
b. Pendampingan pelaku usaha pangan fortifikasi. Kegiatan ini bertujuan untuk
meningkatkan kapabilitas produsen pangan wajib fortifikasi dalam hal
pemenuhan aspek Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik (CPPOB), sehingga
diharapkan produk pangan olahan wajib fortifikasi yang dihasilkan memenuhi
persyaratan keamanan dan mutu. Disamping itu kegiatan ini juga akan berdampak
pada kepuasan pelaku usaha terhadap pemberian bimbingan dan pembinaan
pengawasan Makanan.
Evaluasi Tindak Lanjut
Dalam rangka meningkatkan Indeks Pengawasan Makanan makan Deputi Bidang
Pengawasan Pangan Olahan harus merumuskan kegiatan-kegiatan strategis yang
memiliki dampak luas kepada terciptanya keamanan pangan dan daya saing produk,
khususnya bagi UMKM Pangan Olahan.

2. Persentase Makanan yang memenuhi syarat


Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012, Pangan adalah segala sesuatu
yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan,
peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang
diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk
bahan tambahan Pangan, bahan baku Pangan, dan bahan lainnya yang digunakan
dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman.
Dalam melakukan sampling terhadap makanan beredar mengacu pada Keputusan
Kepala BPOM tentang Pedoman Sampling dan Pengujian yang ditetapkan pada tahun
berjalan (tahun ke-n) berdasarkan Data Survei Produk Beredar. Sampling dilakukan
terhadap Pangan Olahan beredar berdasarkan kerangka sampling acak di tahun
berjalan.
Kegiatan sampling dan pengujian pangan yang dilakukan Badan POM merupakan
bagian dari upaya pengawasan keamanan dan mutu produk pangan di peredaran, baik
dalam rangka surveilan untuk melihat pemenuhan persyaratan (compliance) terhadap
regulasi maupun tindak lanjut penanganan kasus pelanggaran pangan.
Pengukuran terhadap indikator persentase makanan yang memenuhi syarat didasarkan
pada beberapa kriteria yaitu: (1) memiliki nomor izin edar/legal; (2) tidak kedaluwarsa;
(3) tidak rusak; (4) memenuhi ketentuan label/penandaan; (5) memenuhi syarat
berdasarkan pengujian.

Tabel 11. Capaian Persentase Makanan yang Memenuhi Syarat


IKSP-2 Persentase Makanan yang Memenuhi Syarat
Capaian Triwulan IV Capaian
Target Tahunan Terhadap
2021 Target Realisasi % Kategori Target 1
Tahun
80 80 68.65*) 106,99 Baik 106,99
*) Data masih dalam proses pengolahan (Data per 31 Januari 2022)
Berdasarkan hasil sampling dan pengujian pangan olahan tahun 2021 diperoleh hasil
sementara per Januari 2022 sebesar 68,65% memenuhi syarat (85,81%).

Tabel 12. Perbandingan Realisasi dan Capaian Persentase Makanan yang Memenuhi Syarat
Tahun Target Realisasi 100% capaian Kriteria
Tahun 2020 78 79,68 102,15 Baik
Tahun 2021 81 68,65*) 85,81
*) Data masih dalam proses pengolahan (Data per 31 Januari 2022)
Berdasarkan data sementara tahun 2021 jika dibandingkan dengan capaian tahun 2020
maka terlihat terjadi penurunan persentase makanan yang memenuhi syarat.
Jika dibandingkan dengan target 2024 (akhir periode Renstra) sebesar 86%, maka
capaian indikator adalah 79,8%. Hal ini perlu menjadi perhatian dikarena capaian
masih cukup jauh dari target akhir periode Renstra tahun 2024, diperlukan langkah-
langkah strategis yang berkesinambungan dalam kurun waktu tahun 2021-2024.

Analisis Keberhasilan Capaian


Belum dapat dianalis keberhasilannya, karena capaian final indikator tersebut masih
dalam proses pengolahan data.
Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan senantiasa mengawal pelaksanaan
sampling dan pengujian di seluruh UPT BPOM sesuai dengan Pedoman Sampling. Di
sisi lain perlu diingat bahwa hasil pengujian pangan olahan yang memenuhi syarat
merupakan dampak dari pemenuhan aspek regulasi terkait izin edar, pelabelan, cara
produksi dan distribusi yang baik.

Analisis program/kegiatan yang menunjang keberhasilan ataupun kegagalan


pencapaian kinerja
Beberapa upaya yang telah dilakukan dalam rangka meningkatkan pangan olahan yang
memenuhi syarat terutama di masa pandemi Covid-19 antara lain:
a. Pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pendampingan kepada pelaku usaha yang
dilakukan secara intensif terkait Cara Produksi dan Distribusi Pangan Olahan
yang Baik;
b. Penerbitan regulasi atau pedoman yang akan dijadikan acuan bagi pelaku usaha
pangan olahan dalam memproduksi dan mengedarkan pangan yang aman;
c. Inovasi bahan baku dan bahan tambahan pangan sebagai upaya untuk
menghilangkan penyalahgunaan bahan berbahaya pada pangan.
d. Percepatan dan peningkatan izin edar pangan olahan, diantaranya melalui
perluasan jenis notifikasi registrasi pangan olahan, pemotongan biaya pendaftaran
bagi UMKM sebesar 50% dari biaya normal.
Evaluasi Tindak Lanjut
Dalam rangka meningkatkan pangan olahan yang memenuhi syarat, Deputi Bidang
Pengawasan Pangan Olahan terus berupaya untuk mengawal sejak dari pangan
diproduksi hingga sampai ke tangan konsumen.

3. Indeks kepatuhan (compliance index) pelaku usaha di bidang Makanan


Kepatuhan adalah suatu bentuk keberterimaan dalam melaksanakan berbagai aktivitas
yang bersifat profit/non profit sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundangan-
undangan yang berlaku terkait dengan Obat dan Makanan, sementara yang dimaksud
dengan pelaku usaha makanan mencakup produsen, distributor, importir, eksportir,
pemilik sarana produksi dan distribusi pangan olahan.
Dalam konsep tiga pilar pengawasan, pelaku usaha memiliki peran utama daalam
memberikan jaminan keamanan pangan sejak pangan diproduksi hingga sampai ke
tangan konsumen. Jaminan keamanan pangan tersebut akan dikawal oleh pemerintah
dalam hal ini BPOM melalui regulasi yang diterbitkan serta pengawasan berbasis
risiko. Peningkatan kapasitas dan komitmen pelaku usaha diasumsikan aakan
berkontribusi pada peningkatan daya saing pangan olahan.
Tabel 13. Capaian Indeks kepatuhan (compliance index) Pelaku Usaha di bidang Makanan
IKSP-3 Indeks kepatuhan (compliance index) pelaku usaha di bidang Makanan
Capaian Triwulan IV Capaian
Target Tahunan Terhadap
2021 Target Realisasi % Kategori Target 1
Tahun
78,50 78,50 73,38 93,48% Baik 93,48%

Hasil pengukuran Indeks Kepatuhan Pelaku Usaha tahun 2021 diperoleh nilai 73,38
dengan capaian 93,48%.

Tabel 14. Perbandingan Realisasi dan Capaian Indeks kepatuhan (compliance index) pelaku usaha
di bidang Makanan
Tahun Target Realisasi % capaian Kriteria
Tahun 2020 78 77,77 99,71 Baik
Tahun 2021 78,50 73,38 93,48 Baik

Dibandingkan dengan capaian tahun 2020 maka pada tahun 2021 terjadi penurunan
Indeks Kepatuhan Pelaku Usaha. Jika dibandingkan dengan target tahun 2024 (akhir
periode Renstra) sebesar 80,5, maka capaian indikator ini adalah 91,2%.

Analisis Keberhasilan/Kegagalan Capaian


Pengukuran indeks ini dilakukan oleh Pusat Riset dan Kajian Obat dan Makanan
(PRKOM) dari hasil pengolahan data sekunder hasil pengawasan, oleh karena itu
ketersediaan data yang lengkap dan valid menjadi sangat penting. Selain itu, metode
pengambilan sampel pengawasan juga memegang peranan kunci sehingga sampel
yang terambil dapat mewakili populasi.
Sesuai dengan realisasi tahun 2021 yang belum dapat memenuhi target kemungkinan
disebabkan karena:
a. Kurangnya pemahaman pelaku usaha terhadap regulasi terkait pangan;
b. Kurangnya kapasitas pelaku usaha dalam memenuhi kewajiban yang
dipersyaratkan khususnya UMKM;
c. Kelalaian/pengabaian pelaku usaha.
Evaluasi Tindak Lanjut
Dengan demikian maka diperlukan upaya peningkatan intervensi terhadap pelaku
usaha untuk meningkatkan kepatuhan dalam aspek produksi, distribusi, penandaan,
iklan diantaranya melalui kegiatan:
a. Asistensi dan sosialisasi regulasi
b. Supervisi dan coaching klinik terhadap aspek teknis, permodalan, pemasaran.
c. Pemberlakuan program insentif dan disinsentif bagi pelaku usaha

4. Indeks kesadaran masyarakat (awareness index) terhadap keamanan dan mutu


makanan
Pada Tahun 2021 telah dilakukan Kajian Pengukuran Tingkat Kesadaran Masyarakat
terhadap keamanan dan mutu Obat dan Makanan oleh Pusat Riset dan Kajian Obat dan
Makanan (PRKOM). Kajian ini merupakan kegiatan untuk mengukur indeks
kesadaran masyarakat dalam memilih, membeli dan mengkonsumsi obat dan makanan
yang aman bagi kesehatan.
Survei ini bersifat komposit skala nasional. Design metodologi yang digunakan pada
kajian ini menggunakan pendekatan kuantitatif melalui survei dengan desain cross
sectional (potong lintang) dan non intervensi di lokus 474 kabupaten kota pada 34
provinsi. Jumlah responden 16.340 anggota rumah tangga konsumen Obat dan
Makanan, berusia 17-65 tahun, sehat jasmani dan rohani dan dipilih menggunakan
stratified random sampling dengan pendekatan Probability Proportional to Size (PPS).
Pencacahan data dilakukan dengan metode Computer Assisted Personal Interviewing
(CAPI) yaitu teknik interview/pencacahan terhadap responden dengan memanfaatkan
teknologi informasi yang berbasis offline dan online.
Indikator pembentuk indeks kesadaran masyarakat adalah sejauh mana pengetahuan,
sikap dan perilaku masyarakat dalam memilih pangan olahan yang aman untuk
dikonsumsi. Indeks kesadaran masyarakat dihitung berdasarkan konversi nilai
pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat yang memenuhi ketentuan kaidah
terhadap KLIK yaitu Kemasan yang baik, pembacaan Label, pemilihan produk
yang memiliki Izin edar dan produk yang tidak Kedaluwarsa
Tabel 15. Capaian Indeks kesadaran masyarakat (awareness index) terhadap keamanan dan mutu
makanan
IKSP-4 Indeks kesadaran masyarakat (awareness index) terhadap keamanan
dan mutu makanan
Target Capaian Triwulan III Capaian Terhadap
Tahunan Target 1 Tahun
Target Realisasi % Kategori
2021
78 78 78,99 101,27 Baik 101,27

Hasil pengukuran Indeks Kesadaran Masyarakat terhadap Keamanan dan Mutu


Makanan tahun 2021 diperoleh nilai 78,99 dengan capaian 101,27%.

Tabel 16. Perbandingan Realisasi dan Capaian Indeks kesadaran masyarakat (awareness
index) terhadap keamanan dan mutu makanan
Tahun Target Realisasi % capaian Kriteria
Tahun 2020 72 77 107,03 Baik
Tahun 2021 78 78,99 101,27 Baik

Dibandingkan dengan tahun 2020, maka terjadi peningkatan realisasi indikator Indeks
Kesadaran Masyarakat terhadap Keamanan dan Mutu Makanan, meskipun
capaiannya sedikit menurun, namun masih pada kategori baik.
Jika dibandingkan dengan target tahun 2024 (akhir periode Renstra) sebesar 85, maka
capaian indikator ini adalah 92,9%.

Analisis Keberhasilan/Kegagalan Capaian


Dari hasil survey diketahui bahwa masyarakat pada umumnya telah mempunyai
pengetahuan, sikap dan perilaku yang baik terhadap pangan olahan yang aman dan
bermutu misalnya dengan memperhatikan izin edar, kemasan dan tanggal
kedaluwarsa. Pengetahuan masyarakat terkait nomor izin edar produk yang terdafar
di BPOM masih cukup rendah. Namun demikian persepsi masyarakat terhadap
informasi cek KLIK memiliki nilai yang tinggi sebesar >80% dari semua variabel
yang dianalis.
Hal ini dipengaruhi oleh berbagai upaya yang telah dilaksanakan oleh Deputi Bidang
Pengawasan Pangan Olahan dalam hal pemberdayaan masyarakat melalui program
Komunikasi, Informasi dan Edukasi KIE) dengan menggencarkan penggunaan tagline
cek KLIK, cek BPOM dan BPOM mobile melalui berbagai media.
Evaluasi Tindak Lanjut
Untuk meningkatkan realisasi dan capaian indikator Indeks Kesadaran Masyarakat
terhadap Keamanan dan Mutu Makanan maka akan dilakukan:
a. Penggalakan program KIE secara massif dan berkelanjutan;
b. Meningkatkan sinergi dengan pemangku kepentingan melalui kolaborasi program
bersama;
c. Intensifikasi pemberdayaan konsumen untuk lebih berperan serta aktif dalam
upaya memastikan pangan aman dikonsumsi;
d. Germas SAPA berupa Pengawalan Pangan Aman di Sekolah, Desa Pangan
Aman, Pasar Pangan Aman Berbasis Komunitas yang terintegrasi.

5. Indeks kepuasan pelaku usaha terhadap pemberian bimbingan dan pembinaan


pengawasan Makanan
Pengukuran Indeks Kepuasan Pelaku Usaha terhadap Pemberian Bimbingan dan
Pembinaan Pengawasan Makanan dilakukan melalui survei yang bertujuan untuk
mengukur kepuasan pelaku usaha yang telah mendapatkan bimbingan dan pembinaan
dari BPOM dalam bentuk/ jenis kegiatan seperti pendampingan, desk, bimbingan
teknis, dan sosialisasi. Pelaku usaha yang menjadi target responden survei adalah
produsen, distributor, importir, eksportir, dan sarana pelayanan.
Metode penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan skala Likert 1-4.
Aspek pengukuran menggunakan kerangka teori Customer Satisfication dengan
parameter Service Quality meliputi aspek 1) Tangible; 2) Reliability; 3) Assurance; 4)
Responsiveness; dan 5) Empathy.

Tabel 17. Capaian Indeks kepuasan pelaku usaha terhadap pemberian bimbingan dan pembinaan
pengawasan Makanan
IKSP-5 Indeks kepuasan pelaku usaha terhadap pemberian bimbingan dan
pembinaan pengawasan Makanan
Target Capaian Triwulan IV Capaian Terhadap
Tahunan Target 1 Tahun
Target Realisasi % Kategori
2021
88,4 88,4 88,2 99,77 Baik 99,77%

Hasil pengukuran Indeks Kepuasan Pelaku Usaha terhadap Bimbingan dan Pembinaan
Pengawasan Makanan tahun 2021 diperoleh nilai 88,2 dengan capaian 99,77%.

Tabel 18. Perbandingan Realiasi dan Capaian Indeks kepuasan pelaku usaha terhadap pemberian
bimbingan dan pembinaan pengawasan Makanan
Tahun Target Realisasi % capaian Kriteria
Tahun 2020 84 87,29 103,93 Baik
Tahun 2021 88,4 88,2 99,77 Baik

Realisasi Indeks Kepuasan Pelaku Usaha terhadap Bimbingan dan Pembinaan


Pengawasan Makanan mengalami peningkatan pada tahun 2021 dibandingkan dengan
tahun 2020, meskipun capaian turun namun masih terkategori Baik.
Jika dibandingkan dengan target tahun 2024 (akhir periode Renstra) sebesar 91,7,
maka capaian indikator ini adalah 96,2%.

Analisis Keberhasilan/Kegagalan Capaian


Kondisi pandemi Covid-19 menjadi tantangan tersendiri dalam pelaksanaan kegiatan
bimbingan dan pembinaan kepada pelaku usaha. Diantaranya: keterbatasan akses
internet, sarana prasarana, kecukupan waktu dan kendala komunikasi jarak jauh.
Namun demikian, Deputi Bidang Penngawasan Pangan Olahan pada tahun 2021 terus
beradaptasi mengemas kegiatan bimbingan dan pembinaan, diantaranya melakui
penyelenggaraan UMK Camp Tematik secara online pada tanggal 3 hingga 5
November 2021 yang membahas mulai dari materi perizinan, produksi, desain produk
dan pemilihan kemasan, hingga pemasaran produk.
Evaluasi Tindak Lanjut
Sebagai upaya perbaikan dan peningkatan maka Deputi Bidang Pengawasan Pangan
Olahan akan melaksanakan beberapa diantaranya:
- Meningkatkan kualitas penyelenggaraan bimbingan dan pembinaan, khususnya
yang dilakukan secara online, termasuk perencanaan, kecukupan waktu
bimbingan, penambahan sumber daya, dsb
- Membuat konten video pembelajaran mandiri (e-learning)
- Penyediaan fasilitas konsultasi online pasca penyelenggaraan kegiatan

6. Indeks Kepuasan Masyarakat atas Kinerja Pengawasan Makanan


Indeks kepuasan masyarakat adalah ukuran kepuasan masyarakat atas kebijakan dan
program atas kinerja obat dan makanan dari BPOM untuk menjamin keamanan,
khasiat/manfaat dan mutu dari produk obat dan makanan yang terdiri dari: mutu obat,
obat tradisional, suplemen kesehatan, kosmetik dan pangan olahan.
Penilaian kepuasan pelanggan merupakan metode yang paling tradisional, instrument
ini mengukur bagaimana produk atau pelayanan yang diberikan sesuai atau bahkan
melampaui harapan pelanggan survey ini mengukur kepuasan pelanggan dengan skala
1-5. Hasil survey ini menggambarkan seberapa baik pelayanan yang telah diberikan
atau area mana yang perlu ditingkatkan. Dalam hal ini ada 5 (lima) unsur yang diukur
dalam indeks kepuasan yaitu:
a. Reliability, yaitu kemampuan untuk melaksanakan pelayanan sesuai standar
dengan akurat dan dapat diandalkan. Dalam hal ini yang diukur adalah
kemampuan pemerintah untuk melakukan pengawasan obat dan makanan.
b. Responsiveness, yaitu kesediaan untuk membantu pelanggan dan memberikan
pelayanan dengan cepat. Dalam hal ini yang diukur adalah kemampuan
pemerintah untuk melakukan tindakan atas produk berbahaya
c. Assurance, yaitu pengetahuan dan kesopanan dari penyedia layanan dan
kemampuan mereka sehingga dapat dipercaya dan meyakinkan. Dalam hal ini
yang diukur adalah kompetensi atau kemampuan pemerintah dalam memberikan
perlindungan.
d. Empathy, yaitu peduli pada pelanggan, memberikan perhatian berdasarkan
kebutuhan individu. Dalam hal ini yang diukur adalah kepedulian pemerintah atas
kebutuhan masyarakat untuk produk yang aman.
e. Tangibles, yaitu penampilan fasilitas fisik, sumber daya manusia, peralatan dan
materi komunikasi. Dalam hal ini yang diukur adalah layanan informasi yang
diberikan pemerintah tentang keamanan produk yang dapat didengar dan dilihat
oleh masyarakat.
Pengukuran indeks kepuasan bertujuan untuk diperolehnya feedback/umpan balik
berupa masukan/keluhan terhadap produk obat dan makanan yang beredar
dimasyarakat dan memperoleh data untuk melakukan perbaikan/evaluasi dan
peningkatan kinerja/kualitas pengawasan BPOM.

Tabel 19. Capaian Indeks Kepuasan Masyarakat atas Kinerja Pengawasan Makanan
IKSP-6 Indeks Kepuasan Masyarakat atas Kinerja Pengawasan Makanan
Target Capaian Triwulan IV Capaian Terhadap
Tahunan Target 1 Tahun
Target Realisasi % Kategori
2021
76 76 68,71 90,41 Baik 90,41

Hasil pengukuran Indeks Kepuasan Kepuasan Masyarakat atas Kinerja Pengawasan


Makanan tahun 2021 diperoleh nilai 68,71 dengan capaian 90,41%.

Tabel 20. Perbandingan Realisasi dan Capaian Indeks Kepuasan Masyarakat atas Kinerja
Pengawasan Makanan
Tahun Target Realisasi % capaian Kriteria
Tahun 2020 71 73,81 101,11 Sangat Baik
Tahun 2021 76 68,71 90,41 Baik

Realisasi dan capaian Indeks Kepuasan Masyarakat atas Kinerja Pengawasan Makanan
tahun 2021 mengalami penurunan dibanding tahun 2020.
Jika dibandingkan dengan target tahun 2024 (akhir periode Renstra) sebesar 81, maka
capaian indikator ini adalah 84,8%.

Analisis Keberhasilan Capaian


Masyarakat akan menilai dan merasakan kinerja suatu instansi pemerintah melalui
program yang dapat dirasakan langsung, berdampak nyata dan tersosilisasi dengan
baik ke masyarakat. Selain itu instansi juga perlu melibatkan secara maksimal seluruh
entitas masyarakat dalam hal pengawasan pangan olahan.
Pada tahun 2021, Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan telah berupaya
melaksanakan program pemberdayaan masyarakat dalam hal pengawasan pangan
olahan diantaranya berupa: kegiatan Pramuka SAPA, kontributor pengawas iklan,
pembentukan kader keamanan pangan. Selain itu juga terlaksana program besar
Germas SaPA (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat Sadar Pangan Aman) melalui
program prioritas nasional Desa Pangan Aman, Pasar Pangan Aman Berbasis
Komunitas dan Pangan Jajanan Anak Sekolah yang Aman.

Evaluasi Tindak Lanjut


Sebagai upaya perbaikan dan peningkatan maka Deputi Bidang Pengawasan Pangan
Olahan akan melaksanakan beberapa hal diantaranya:
a. Peningkatan keterlibatan masyarakat dalam program pengawasan (pramuka
SAPA, kontributor pengawasan iklan, pembentukan kader keamanan pangan);
b. Peningkatan kegiatan publikasi (liputan media massa) terhadap aktivitas
pengawasan, dengan pesan/tema utama yang disampaikan adalah BPOM
melindungi masyarakat;
c. Pembentukan Tim Reaksi Cepat yang akan menindaklanjuti isu-isu KP melalui
infografis di media sosial dan lainnya.

7. Indeks Kepuasan Masyarakat Terhadap layanan publik Deputi Bidang


Pengawasan Pangan Olahan
Penilaian kepuasan pelaku usaha terhadap layanan publik di bidang pengawasan
Pangan Olahan dilakukan oleh Inspektorat Utama dengan melakukan survei ke pelaku
usaha yang menerima layanan publik di unit kedeputian III. Indikator Indeks kepuasan
masyarakat terhadap pelayanan publik di bidang Pangan Olahan Tahun 2021 dihitung
menggunakan perhitungan dari rata-rata capaian Indeks Kepuasan Masyarakat
terhadap layanan publik di Direktorat Registrasi Pangan Olahan, Direktorat
Standardisasi Pangan Olahan, Direktorat Pengawasan Produksi Pangan Olahan,
Direktorat Pengawasan Peredaran Pangan Olahan, serta Direktorat Pemberdayaan
Masyarakat dan Pelaku Usaha Pangan Olahan.
Adapun jenis layanan publik yang diukur melalui survey kepuasan seperti yang
dijelaskan pada Tabel 21.

Tabel 21. Jenis Layanan Publik di Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan
No Unit Jenis Layanan
1 Direktorat Pengawasan Peredaran Layanan e-bpom: Surat Keterangan
Pangan Olahan Impor (SKI), Surat Keterangan
Ekspor (SKE).
2 Direktorat Pengawasan Produksi Layanan Sertifikasi Cara Produksi
Pangan Olahan Pangan Olahan yang Baik dan
Program Manajemen Risiko
3 Direktorat Standarisasi Pangan Olahan Pengkajian permohonan keamanan,
mutu, gizi, manfaat, dan label
pangan olahan; Konsultasi terkait
keamanan, mutu, gizi, manfaat, dan
label pangan olahan.
4 Direktorat Registrasi Pangan Olahan Registrasi pangan olahan (e-reg) dan
registrasi BTP (e-reg)
5 Direktorat Pemberdayaan Masyarakat Konsultasi terkait Penerapan Cara
dan Pelaku Usaha Produksi Pangan yang Baik untuk
UMKM, Konsultasi terkait tata cara
mendapatkan
No Unit Jenis Layanan
Sertifikat Produksi Pangan Industri
Rumah
Tangga (SPP-IRT)

Tabel 22. Capaian Indeks Kepuasan Masyarakat Terhadap layanan publik Deputi Bidang
Pengawasan Pangan Olahan

IKSP-7 Indeks Kepuasan Masyarakat Terhadap layanan publik Deputi Bidang


Pengawasan Pangan Olahan
Capaian Triwulan IV Capaian Terhadap
Target Tahunan Target 1 Tahun
2021 Target Realisasi % Kategori

84 84 88 104,77 Baik 104,77

Hasil pengukuran Indeks Kepuasan Masyarakat Terhadap layanan publik Deputi


Bidang Pengawasan Pangan Olahan tahun 2021 diperoleh nilai 88 dengan capaian
104,77%.

Tabel 23. Perbandingan Realisasi dan Capaian Indeks Kepuasan Masyarakat Terhadap layanan
publik Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan

Tahun Target Realisasi % capaian Kriteria


Tahun 2020 86 84,73 98,52 Baik
Tahun 2021 84 88 104,77 Baik

Realisasi dan capaian Indeks Kepuasan Masyarakat terhadap Layanan Publik Deputi
Bidang Pengawasan Pangan Olahan tahun 2021 mengalami peningkatan dibanding
tahun 2020.
Jika dibandingkan dengan target tahun 2024 (akhir periode Renstra) sebesar 87, maka
capaian indikator ini adalah 101,15%, perlu menjadi perhatian dikarenakan target
tahunn 2024 sudah terlampaui di tahun 2021.

Analisis Keberhasilan Capaian


Indeks Kepuasan Masyarakat terhadap layanan publik Deputi Bidang Pengawasan
Pangan Olahan mengalami peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan tahun
2020, hal ini tidak terlepas dari upaya seluruh unit di Kedeputian Bidang Pengawasan
Pangan Olahan untuk bersungguh-sungguh memperbaiki dan meningkatkan pelayanan
publiknya kepada masyarakat. Berbagai inovasi telah diciptakan untuk menjadikan
pelayanan publik lebih mudah diakses dan memenuhi harapan masyarakat,
diantaranya:
a. Pemanfaatan sistem pemerintahan berbasis elektronik (SPBE) dalam lingkup
pelayanan publik;
b. Percepatan dan perkuatan izin edar pangan olahan;
c. Kemudahan berusaha sesuai amanat UU Cipta Kerja.

8. Indeks kualitas kebijakan pengawasan Makanan


Untuk mengevaluasi tercapainya sasaran “Meningkatnya Kualitas Kebijakan
Pengawasan Pangan Olahan” dilakukan melalui pengukuran “Indeks kualitas
kebijakan pengawasan Makanan”. Pengukuran Indeks kualitas kebijakan (IKK)
dilakukan menggunakan instrumen penilaian kualitas kebijakan pada instansi
pemerintah yang dikembangkan Lembaga Administrasi Negara (LAN – 2018).
Instrumen penilaian IKK mencakup mulai dari perencanaan sampai pada tahap
pelaksanaan. Penilaian pada tahap perencanaan mencakup perumusan dan analisis
masalah (agenda setting) dan proses formulasi kebijakan, sedangkan tahap
pelaksanaan mencakup implementasi dan proses evaluasi kebijakan. Diharapkan
dengan berpedoman pada instrumen penilaian IKK LAN, dapat mendorong penguatan
partisipasi dan prinsip-prinsip tata kelola yang baik dalam proses pembuatan kebijakan
publik dalam rangka harmonisasi dan peningkatan kualitas kebijakan.
Tabel 24. Capaian Indeks kualitas kebijakan pengawasan Makanan
IKSP-8 Indeks kualitas kebijakan pengawasan Makanan
Capaian Triwulan IV Capaian
Target
Terhadap
Tahunan
Target Realisasi % Kategori Target 1
2021
Tahun
Belum ada -
86 86 - -
data

Tabel 25. Perbandingan Realisasi dan Capaian Indeks kualitas kebijakan pengawasan Makanan
Tahun Target Realisasi % capaian Kriteria
Tahun 2020
Tahun 2021

Realisasi dan capaian Indeks kualitas kebijakan pengawasan Makanan tahun 2021
masih dalam proses.Jika dibandingkan dengan target tahun 2024 (akhir periode
Renstra) sebesar 87, maka capaian indikator ini adalah ….% (belum selesai dihitung)
.
Analisis Keberhasilan Capaian
Belum dapat dianalis keberhasilannya, karena indikator tersebut belum ada nilainya.

9. Persentase Makanan yang aman dan bermutu berdasarkan hasil pengawasan


Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012, Pangan adalah segala sesuatu
yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan,
peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang
diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk
bahan tambahan Pangan, bahan baku Pangan, dan bahan lainnya yang digunakan
dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman.
Aman dan Bermutu yang dimaksud adalah memenuhi syarat berdasarkan kriteria
Pedoman Sampling Obat dan Makanan, dengan menggunakan sampling
targeted/purposive di tahun berjalan. Kriteria Makanan Tidak Memenuhi Syarat
adalah jika Pangan atau Kemasan Pangan yang diuji tidak memenuhi syarat
berdasarkan pengujian.
Persentase Makanan yang Aman dan Bermutu berdasarkan
hasil pengawasan = (Jumlah sampel Makanan targeted
memenuhi syarat dibagi Total sampel Makanan targeted yang
diperiksa dan diuji) x 100%

Tabel 26. Capaian Persentase Makanan yang aman dan bermutu berdasarkan hasil pengawasan

IKSP-9 Persentase Makanan yang aman dan bermutu berdasarkan hasil


pengawasan
Target Capaian Triwulan IV Capaian
Tahunan Terhadap Target
Target Realisasi % Kategori 1 Tahun
2021
76,5 76,5 72.49*) 94,76 Baik 94,76
*) Data masih dalam proses pengolahan (Data per 31 Januari 2022)
Tabel 27. Perbandingan Realisasi dan Capaian Persentase Makanan yang aman dan bermutu
berdasarkan hasil pengawasan

Tahun Target Realisasi % capaian Kriteria


Tahun 2020 72 70,80 98,33 Baik
Tahun 2021 76,5 72.49*) 94,76 Baik

Realisasi dan capaian (sementara) Persentase Makanan yang aman dan bermutu
berdasarkan hasil pengawasan tahun 2021 sebesar 72,49%, lebih tinggi dari tahun
2020.
Jika dibandingkan dengan target tahun 2024 (akhir periode Renstra) sebesar 87, maka
capaian indikator ini adalah …..

Analisis Keberhasilan Capaian


Belum dapat dianalisis keberhasilannya, karena indikator tersebut dinilai di akhir
tahun.

10. Persentase instansi pemerintah yang berperan aktif dalam pengawasan


Makanan
Terwujudnya sistem pengawasan pangan yang efektif dan efisien tidak terlepas dari
peran instansi pemerintah terkait baik di tingkat pusat maupun daerah. Instansi
Pemerintah di tingkat pusat memiliki peranan untuk berkolaborasi serta
menindaklanjuti hasil pengawasan pangan yang dilakukan oleh Badan POM.

lnstansi pemerintah daerah adalah pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota


dan instansi di bawah pemerintah kabupaten/kota sampai tingkat desa/kelurahan.
Instansi pemerintah daerah berperan aktif dalam pengawasan pangan olahan jika:
a. Pemerintah Kabupaten/ Kota melakukan pemberdayaan melalui penerapan
program keamanan pangan (Desa, Pasar, dan Sekolah)
b. Pemerintah Kabupaten/Kota menerapkan peraturan BPOM tentang Sertifikat
Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (SPP-IRT)
c. Pemerintah Kab/ Kota berperan aktif dalam DAK dan menindaklanjuti hasil
pengawasan post market.

Tabel 28. Capaian Persentase instansi pemerintah yang berperan aktif dalam pengawasan
Makanan
IKSP-10 Persentase instansi pemerintah yang berperan aktif dalam
pengawasan Makanan
Capaian Triwulan IV Capaian
Target
Terhadap
Tahunan
Target Realisasi % Kategori Target 1
2021
Tahun
94,5 94,5 91,76 91,11% Baik 91,11%

Hasil pengukuran Persentase instansi pemerintah yang berperan aktif dalam pengawasan
Makanan tahun 2021 diperoleh nilai sebesar 91,76 dengan capaian 91,11%.

Tabel 29. Perbandingan Realisasi dan Capaian Persentase instansi pemerintah yang berperan
aktif dalam pengawasan Makanan
Tahun Target Realisasi % capaian Kriteria
Tahun 2020 78 82,49 106,41 Baik
Tahun 2021 94,5 91,76 91,11% Baik

Realisasi dan capaian Persentase instansi pemerintah yang berperan aktif dalam
pengawasan Makanan pada tahun 2021 lebih tinggi dibanding tahun 2020, dengan
kategori baik. Jika dibandingkan dengan target tahun 2024 (akhir periode Renstra)
sebesar 86, maka capaian indikator adalah 95,11%

Analisis Keberhasilan Capaian


Sebagian besar instansi pemerintah yang dinilai peran aktifnya adalah pemerintah
kabupaten/kota. Tingginya peran aktif kebupaten/kota tidak terlepas dari intervensi yang
dilakukan oleh pemerintah pusat dalam bentuk Dana Alokasi Khusus Non Fisik
Pengawasan Obat dan Makanan (DAK NF POM) serta bentuk pemberdayaan lainnya,
Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan melakukan pengawalan terhadap
pemanfaatan dana dan program pemberdayaan tersebut secara optimal. Bentuk peran
aktif kab/kota tersebut dalam hal-hal sebagai berikut:
a. Peran aktif dalam hal pengawasan sarana produksi industri rumah tangga
pangan sesuai DAK;
b. Peran aktif dalam pelaksanaan sampling pengujian dan tindak lanjut post
market sesuai DAK;
c. Peran aktif dalam pemberdayaan melalui penerapan program keamanan
pangan (Desa, Pasar dan Sekolah);
d. Pemerintah Kabupaten/Kota menerapkan peraturan BPOM tentang
Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (SPP-IRT).

11. Kab/ Kota yang yang melaksanakan pengawasan pangan olahan sesuai standar
Tabel 30. Capaian Kab/ Kota yang yang melaksanakan pengawasan pangan olahan sesuai
standar
IKSP-11 Kab/ Kota yang yang melaksanakan pengawasan pangan
olahan sesuai standar
Capaian Triwulan IV Capaian
Target
Terhadap
Tahunan
Target Realisasi % Kategori Target 1
2021
Tahun
Belum ada -
83 83 - -
data

Hasil pengukuran Kab/ Kota yang yang melaksanakan pengawasan pangan olahan
sesuai standar tahun 2021 masih dalam proses pengolahan data.

Tabel 31. Perbandingan Realisasi dan Capaian Kab/ Kota yang yang melaksanakan
pengawasan pangan olahan sesuai standar
Tahun Target Realisasi % capaian Kriteria
Tahun 2020
Tahun 2021

Realisasi dan capaian Kab/ Kota yang yang melaksanakan pengawasan pangan olahan
sesuai standar tahun 2021 terhadap tahun 2020 belum dapat dibandingkan (data masih
berproses)
Analisis Keberhasilan Capaian
Belum dapat dianalis keberhasilannya, karena indikator tersebut masih dalam proses
perhitungan.

12. Persentase rekomendasi hasil pengawasan Makanan yang ditindaklanjuti oleh


lintas sektor
Merupakan indikator sasaran program baru di tahun 2021. Rekomendasi hasil
pengawasan merupakan suatu rekomendasi yang diterbitkan kepada pemangku
kepentingan/lintas sektor terkait yang memiliki kewenangan dan tanggung jawab
terhadap sarana produksi/distribusi pangan olahan. Rekomendasi yang diterbitkan
dapat berupa tindak lanjut terhadap hasil pemeriksaan atau kasus. Sedangkan
feedback/respon merupakan balasan tindak lanjut dari lintas sektor terhadap
rekomendasi/keputusan sesuai dengan kewenangannya.
Tabel 32. Capaian Persentase rekomendasi hasil pengawasan Makanan yang ditindaklanjuti
oleh lintas sektor

IKSP-12 Persentase rekomendasi hasil pengawasan Makanan yang


ditindaklanjuti oleh lintas sektor
Target Capaian Triwulan IV Capaian Terhadap
Tahunan Target 1 Tahun
Target Realisasi % Kategori
2021
data on -
83 83 - -
progress

Hasil pengukuran Persentase rekomendasi hasil pengawasan Makanan yang


ditindaklanjuti oleh lintas sektor tahun 2021 diperoleh nilai …..

Tabel 33. Perbandingan Realisasi dan Capaian Persentase rekomendasi hasil pengawasan
Makanan yang ditindaklanjuti oleh lintas sektor

Tahun Target Realisasi % capaian Kriteria


Tahun 2020 53,8 53,49 99,42 Baik
Tahun 2021 data on
83
progress

Realisasi persentase rekomendasi hasil pengawasan Makanan yang ditindaklanjuti


oleh lintas sektor tahun 2021 sebesar…
Jika dibandingkan dengan target tahun 2024 (akhir periode Renstra) sebesar 87, maka
capaian indikator ini adalah ……

Analisis Keberhasilan Capaian


Belum dapat dianalisis

13. Tingkat efektivitas KIE Makanan


Tingkat Efektivitas KIE merupakan salah satu indikator kinerja di dalam Renstra
BPOM dan Renstra Unit Organisasi/Satuan Kerja di Lingkungan BPOM Tahun 2020-
2024. Tingkat efektivitas KIE diukur melalui survey denga target responden adalah
masyarakat yang pernah menjadi peserta dan/atau terpapar KIE nelalui berbagai
media pada tahun 2021.
Kategori penilaian adalah sebagai berikut:
Skor Indeks 100 Interpretasi Efektifitas
<65,00 Kurang efektif
65,01 – 75,00 Cukup Efektif
75,00 – 85,00 Efektif
85,01 – 95,00 Sangat Efektif
95,00 - 100 Sangat Efektif Sekali

Tabel 34. Capaian Tingkat efektivitas KIE Makanan


IKSP-13 Tingkat efektivitas KIE Makanan
Capaian Triwulan IV Capaian
Target
Terhadap
Tahunan
Target Realisasi % Kategori Target 1
2021
Tahun
92 92 92,38 100,41 Baik 100,41

Hasil pengukuran Tingkat efektivitas KIE tahun 2021 diperoleh nilai 92,38 dengan
capaian 100,41%.

Tabel 35. Perbandingan Realisasi dan Capaian Tingkat efektivitas KIE Makanan
Tahun Target Realisasi % capaian Kriteria
Tahun 2020 87,62 91,75 104,71 Baik
Tahun 2021 91,11 92,38 101,39 Baik

Realisasi Tingkat Efektivitas KIE Makanan tahun 2021 mengalami peningkatan


dibanding tahun 2020, meskipun capaiannya mengalami sedikit penurunan namun
masih terkategori Baik.
Jika dibandingkan dengan target tahun 2024 (akhir periode Renstra) sebesar 96,68
maka capaian indikator ini adalah 95,55%.
Analisis Keberhasilan Capaian
Tingkat Efektifitas Komunikasi, Informasi, dan Edukasi Obat dan Makanan adalah
ukuran efektifitas atas kualitas dan sebaran (kuantitas) pemahaman masyarakat
terhadap obat dan makanan yang dilakukan Deputi Bidang Pengawasan Pangan
Olahan melalui kegiatan KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi). Deputi Bidang
Pengawasan Pangan Olahan memiliki ragam jenis program Komunikasi, Informasi,
dan Edukasi (KIE) yang meliputi KIE melalui media cetak dan elektronik, KIE
langsung ke masyarakat, dan KIE melalui media sosial.

14. Indeks pelayanan publik di Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan

Salah satu indikator untuk mengevaluasi pencapaian sasaran strategis ke-5, yaitu
“Meningkatnya efektivitas pengawasan dan pelayanan publik di bidang makanan” adalah
melalui Indeks Pelayanan Publik di Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan. Indeks
Pelayanan Publik (IPP) diukur berdasarkan 6 aspek, yaitu Kebijakan Pelayanan,
Profesionalitas SDM, Sarana Prasarana, Sistem Informasi Pelayanan Publik (SIPP),
Konsultasi dan Pengaduan, dan Inovasi. Penilaian kinerja pelayanan publik di lingkungan
Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan mengacu pada Peraturan Menteri PANRB
Nomor 17 Tahun 2017 tentang Pedoman Penilaian Kinerja Unit Penyelenggara Pelayanan
Publik dan dilakukan oleh Tim Penilai UPP BPOM, yaitu Biro Hukum dan Organisasi
dan Inspektorat Utama dengan menggunakan aplikasi evortala.pom.go.id.

Pengukuran indeks ini baru dilakukan pada tahun 2020 dengan harapan dapat
menggambarkan pencapaian efektivitas pelayanan publik yang telah dilakukan oleh Unit
Penyelenggara Pelayanan Publik di lingkungan Deputi Bidang Pengawasan Pangan
Olahan dari aspek-aspek komponen indeks pelayanan publik ini. Pada tahun 2019, Indeks
Pelayanan Publik belum digunakan sebagai penilaian kinerja Deputi Bidang Pengawasan
Pangan Olahan dalam mencapai sasaran strategis “Meningkatnya efektivitas pengawasan
dan pelayanan publikdi bidang makanan” dan baru diterapkan pada tahun 2020.

Tabel 36. Capaian Indeks Pelayanan Publik


IKSP-14 Indeks Pelayanan Publik
Capaian Triwulan IV Capaian Terhadap
Target Tahunan Target 1 Tahun
2021 Target Realisasi % Kategori

4,32 4,32 4,32 100 Baik 4,32

Hasil pengukuran Indeks Pelayanan Publik tahun 2021 diperoleh nilai 4,32 dengan
capaian 100%.
Tabel 35. Perbandingan Realisasi dan Capaian Indeks Pelayanan Publik
Tahun Target Realisasi % capaian Kriteria
Tahun 2020 3.59 4,18 116,43 Sangat Baik
Tahun 2021 4,32 4,32 100 Baik

Realisasi Indeks Pelayanan Publik tahun 2021 mengalami peningkatan dibanding tahun
2020, meskipun capaiannya mengalami penurunan namun masih terkategori Baik.
Jika dibandingkan dengan target tahun 2024 (akhir periode Renstra) sebesar 4,58, maka
capaian indikator ini adalah 94,32%.

Analisis Keberhasilan Capaian


Berdasarkan hasil penilaian IPP tahun 2021, realisasi dan capaian Indeks
Pelayanan Publik tahun 2021 telah berhasil memenuhi target. Hal ini tidak terlepas dari
ketanggapan respon terhadap kondisi Covid-19 yang baik sehingga tidak menghambat
pelaksanaan pelayanan publik di bidang makanan. Dengan realisasi Indeks Pelayanan
Publik sebesar 4,32 Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan termasuk dalam kategori
Sangat Baik yang secara keseluruhan berada di atas rata-rata IPP seluruh UPP di
lingkungan BPOM dengan rata-rata 4,29. Direktorat Registrasi Pangan Olahan
memperoleh nilai tertinggi dengan IPP 4,63 dengan kategori Pelayanan Prima. Pelayanan
Prima yang lain juga diperoleh Direktorat Pengawasan Peredaran Pangan Olahan dengan
nilai 4,51.

15. Persentase ketepatan waktu pelayanan publik di Deputi Bidang Pengawasan


Pangan Olahan
Pelayanan Publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan pelayanan bagi masyarakat dalam rangka pengawasan obat dan makanan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan berupa pelayanan administratif dan teknis
baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Salah satu indikator di bawah
Sasaran Program Meningkatnya efektivitas pengawasan dan pelayanan publik
Makanan adalah Persentase Ketepatan Waktu Pelayanan Publik di Deputi Bidang
Pengawasan Pangan Olahan.

Pada indikator ini dilakukan pengukuran ketepatan waktu pelayanan publik yang
diberikan oleh unit di Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan kepada stakeholder
terkait. Ketepatan waktu pelayanan publik sendiri adalah pemenuhan waktu janjian
pelayanan (SLA) yang diberikan kepada masyarakat/pelanggan untuk memenuhi salah
satu atribut keberhasilan penyelenggaran pelayanan publik. Masyarakat/pelanggan yang
menggunakan pelayanan publik dibidang pangan olahan adalah pelaku usaha (produsen,
importir, dan distributor) serta Kementerian/Lembaga lain. Pengukuran nilai Persentase
ketepatan waktu pelayanan publik dilakukan dengan menghitung perbandingan jumlah
pemenuhan waktu janji pelayanan (SLA) yang tepat waktu dibandingkan jumlah
pengajuan pelayanan oleh masyarakat/pelanggan. Ketepatan waktu pelayanan publik
dilihat berdasarkan Peraturan Badan POM tentang Standar Pelayanan Publik di
lingkungan Badan POM.

Jenis layanan Publik di Deputi Bidang Pengawasana Pangan Olahan disampaikan pada
Tabel 36.
Tabel 36. Jenis layanan Publik di Deputi Bidang Pengawasana Pangan Olahan
No. Jenis Layanan
1 Jenis Perizinan sektor Obat dan Makanan terdiri atas permohonan:
a. Izin Edar Pangan Olahan
b. Izin Penerapan Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik
c. Surat Keterangan Ekspor pangan dan kemasan pangan
d. Surat Keterangan Impor Makanan
No. Jenis Layanan
e. Izin Penerapan Program Manajemen Risiko
2. Pengkajian keamanan, Mutu, Gizi, Manfaat dan Label Pangan Olahan
3. Pengkajian Keamanan Pangan Produk Rekayasa Genetik (PRG)
4. Persetujuan Uji Klinik Pangan Olahan
5. Konsultasi tentang Penerapan CPPOB untuk UMKM Pangan
6. Konsultasi tentang Tata Cara Pemberian SP PIRT

Pada tahun 2021 seiring dengan periode Rencana Strategis 2020 – 2024, nilai rasio
ketepatan waktu dikembangkan menjadi Persentase ketepatan waktu dengan tujuan dapat
menggambarkan progres yang ada dan juga kemudahan dalam perhitungan indikator.
Komponen perhitungan indikator ini berasal dari rerata persentase ketepatan waktu
pelayanan publik yang ada di Direktorat Registrasi Pangan Olahan, Direktorat
Standardisasi Pangan Olahan, Direktorat Pengawasan Peredaran Pangan Olahan, serta
Direktorat Pengawasan Produksi Pangan Olahan
Tabel 37. Persentase ketepatan waktu pelayanan publik

IKSP-15 Persentase ketepatan waktu pelayanan publik


Capaian Triwulan IV Capaian
Target
Terhadap
Tahunan
Target Realisasi % Kategori Target 1
2021
Tahun
90 90 93,46 103,84 Baik 103,84

Hasil pengukuran Persentase Ketepatan Waktu Pelayanan Publik tahun 2021 diperoleh
nilai 93 dengan capaian 103,84%.

Tabel 38. Perbandingan Realisasi dan Capaian Persentase ketepatan waktu pelayanan public

Tahun Target Realisasi % capaian Kriteria


Tahun 2020 89 99,70 112,03 Sangat Baik
Tahun 2021 90 93,46 103,84 Baik
Realisasi dan capaian Persentase ketepatan waktu pelayanan publik tahun 2021
mengalami penurunan dibanding tahun 2020 namun masih terkategori Baik.
Jika dibandingkan dengan target tahun 2024 (akhir periode Renstra) sebesar 93, maka
capaian indikator ini adalah 100,5%.

Analisis Keberhasilan Capaian


Pada TW IV tahun 2021, diperoleh nilai realisasi Persentase Ketepatan Waktu Pelayanan
Publik di Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan sebesar 93,46% dan Capaian
103,84% dengan kriteria Baik. Keberhasilan indikator Persentase Ketepatan Waktu
Pelayanan Publik di Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan pada TW IV dipengaruhi
oleh beberapa upaya yang telah dilakukan diantaranya:
a. Intensifikasi penilaian berkas registrasi pangan olahan;
b. Layanan jemput bola guna memecahkan permasalah registrasi pangan olahan
berupa pendampingan pelaku usaha baik melalui online maupun tatap muka,
coaching clinic ataupun desk registrasi;
c. Inovasi layanan publik berbasis Informasi dan Teknologi oleh masing-masing
unit sehingga kemudahan akses layanan publik oleh stakeholder dapat
ditingkatkan;
d. Peningkatan kompetensi SDM.

16. Persentase kader yang berpartisipasi aktif dalam pengawasan Makanan


Sasaran program “Meningkatnya pemberdayaan masyarakat dalam pengawasan di
bidang Makanan” didukung oleh indikator Persentase kader yang berpartisipasi aktif
dalam pengawasan Makanan.

Kader Keamanan Pangan yang berpartisipasi aktif dalam pengawasan makanan


adalah masyarakat yang mendapat bimbingan teknis keamanan pangan dan memenuhi
syarat kelulusan (dilakukan pengukuran pengetahuan keamanan pangan melalui post
test dengan nilai post test lebih dari nilai 80) serta berpartisipasi aktif
mensosialisasikan ilmu dan pengetahuan yang di dapat kepada komunitasnya masing-
masing dengan mencetak Kader Keamanan Pangan Komunitas.
Tabel 39. Persentase kader yang berpartisipasi aktif dalam pengawasan Makanan

IKSP-16 Persentase kader yang berpartisipasi aktif dalam pengawasan


Makanan
Target Capaian Triwulan IV Capaian Terhadap
Tahunan Target 1 Tahun
Target Realisasi % Kategori
2021
94,5 94,5 91,76 97,11 Baik 97,11

Hasil pengukuran Persentase kader yang berpartisipasi aktif dalam pengawasan Makanan
tahun 2021 diperoleh nilai 91,76 dengan capaian 97,11%.

Tabel 40. Perbandingan Realisasi dan Capaian Persentase kader yang berpartisipasi aktif dalam
pengawasan Makanan

Tahun Target Realisasi % capaian Kriteria


Tahun 2020 80 94,51 118,14 Sangat Baik
Tahun 2021 94,5 91,76 97,11 Baik

Realisasi dan capaian Persentase kader yang berpartisipasi aktif dalam pengawasan
Makanan tahun 2021 mengalami penurunan dibanding tahun 2020 namun masih
terkategori Baik.
Jika dibandingkan dengan target tahun 2024 (akhir periode Renstra) sebesar 96, maka
capaian indikator ini adalah 95,58%.

Analisis Keberhasilan Capaian


Kunci keberhasilan meningkatnya partisipasi Kader Keamanan Pangan
Nasional adalah dengan melakukan pemberdayaan individu masyarakat dengan
mencetak Kader Keamanan Pangan Komunitas secara lebih intensif, membuat
media informasi/ media pembelajaran yang lebih atraktif, serta kualitas
petugas/ narasumber.
17. Persentase Fasilitasi Pengembangan Inovasi Makanan melalui Standar
Keamanan Pangan

Penyalahgunaan bahan berbahaya dalam proses pengolahan pangan masih terus


berlangsung sampai saat ini karena belum adanya alternatif pengganti bahan tersebut yang
memiliki fungsi yang sesuai, murah, dan mudah dijangkau oleh industri kecil. Di sisi lain,
sudah banyak penelitian pemanfaatan bahan alam asli Indonesia sebagai alternatif bahan
yang berpeluang untuk dijadikan Bahan Tambahan Pangan (BTP) sehingga diharapkan
menjadi solusi untuk mengatasi penyalahgunaan bahan berbahaya tersebut. Namun
demikian, penggunaan bahan alam sebagai BTP belum didukung dari segi regulasi/
standar sehingga belum dapat digunakan sebagai BTP yang memiliki legalitas.

Saat ini, sudah banyak riset bahan alam yang dilaksanakan oleh lembaga penelitian dan
perguruan tinggi yang berpotensi untuk dikembangkan agar dapat dimanfaatkan. Namun
demikian, dari hasil riset tersebut banyak yang belum mempertimbangkan baik dari aspek
keamanan, fungsi teknologi, dan standardisasi produknya.

Badan POM, dalam hal ini Direktorat Standardisasi Pangan Olahan memfasilitasi
pengkajian dan penyusunan standar produk hasil inovasi bahan alam sehingga produk
tersebut dapat diregistrasi sebagai Bahan Tambahan Pangan.

Tabel 41. Persentase Fasilitasi Pengembangan Inovasi Makanan melalui Standar Keamanan
Pangan
IKSP-17 Persentase Fasilitasi Pengembangan Inovasi Makanan melalui Standar
Keamanan Pangan
Capaian Triwulan IV Capaian Terhadap
Target Tahunan Target 1 Tahun
2021 Target Realisasi % Kategori

80 80 85 106,25 Baik 106,25


Hasil pengukuran Persentase Fasilitasi Pengembangan Inovasi Makanan melalui Standar
Keamanan Pangan tahun 2021 diperoleh nilai 85 dengan capaian 106,25%.

Tabel 42. Perbandingan Realisasi dan Capaian Persentase Fasilitasi Pengembangan Inovasi
Makanan melalui Standar Keamanan Pangan
Tahun Target Realisasi % capaian Kriteria
Tahun 2020 73 78 106,85 Baik
Tahun 2021 80 85 106,25 Baik

Realisasi Persentase Fasilitasi Pengembangan Inovasi Makanan melalui Standar


Keamanan Pangan tahun 2021 mengalami peningkatan dibanding tahun 2020, dengan
capaian yang relatif tetap dan terkategori Baik.
Jika dibandingkan dengan target tahun 2024 (akhir periode Renstra) sebesar 96, maka
capaian indikator ini adalah 88,54%.

Analisis Keberhasilan Capaian


Keberhasilan capaian ini didukung oleh keberhasilan Proses pengkajian dan penyususan
standar bahan alam dalam rangka kegiatan
fasilitasi dukungan inovasi ini dilakukan melalui 4 tahapan dan persentase
capaian sebagai berikut: studi literatur 15% (tahap 1), uji efektifitas 30% (tahap
2), uji keamanan/toksisitas 80% (tahap 3) dan Standardisasi 100% (tahap 4) percepatan
proses pengkajian dan penyusunan standar bahan alam hasil inovasi.

Pada tahun 2021 terdapat 4 (empat) buah inovasi bahan alam sebagai Bahan Tambahan
Pangan dan Bahan Baku, yaitu:
1. Cairan formulasi garam BTP pengawet Ikan Segar Terstandar
dengan buah dan/atau sayur (2021)
2. Bubuk Biji Atung BTP Pengawet untuk ikan Terstandar
segar (2021)
3. Fermentasi Buah Pisang BTP pengawet pada tahu Terstandar
(Palata) segar (2021)
4. Minuman Serbuk Kulit Pisang Bahan Baku Terstandar
(2021)

18. Persentase UMKM Makanan yang Menerapkan Standar Keamanan Pangan


UMKM yang menerapkan standar keamanan pangan adalah UMKM yang dibina oleh
pendamping (Fasilitator UMKM) dan berhasil mencapai tahap Pemeriksaan Sarana
Baru (PSB) sebagai bukti telah menerapkan Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik
(CPPOB) di sarana produksinya.
Pada Tahun 2021 ini sebanyak 80 UMK telah diintervensi berupa pembinaan.
Diharapkan pada akhir tahun berjalan dihasilkan 40 UMKM yang berhasil mencapai
tahap Pemeriksaan Sarana Baru (PSB). Sebanyak 80 UMKM yang diintervensi
melalui Bimbingan teknis CPPOB tersebut dipilih melalui kriteria diantaranya:
a. Diutamakan UMKM dengan produk selain yang tercantum dalam Lampiran I
pada Peraturan Badan POM Nomor 22/2018 tentang Pedoman Pemberian SPP-
IRT, atau
b. Telah memiliki nomor P-IRT, namun perkembangan skala usaha telah wajib
memiliki Nomor Izin Edar BPOM MD, atau
c. Apabila telah memiliki izin edar SPP-IRT, namun UMKM telah berkembang
pesat, dan belum mampu mengembangkan dokumen serta belum mampu
menerapkan CPPOB secara baik, atau
d. Direferensikan oleh UPT BPOM atau Pemerintah Daerah wilayah Jabodetabek,
dan
e. Mempunyai komitmen dalam pendampingan UMKM sampai mampu
menerapkan standar keamanan pangan.

Pendampingan CPPOB terhadap UMKM dilakukan melalui daring dan luring.


Adapun tahapan pendampingan yaitu:

a. Seleksi target UMKM Pangan dan Fasilitator UMKM


Sebelum melakukan fasilitasi pendampingan CPPOB perlu dilakukan tahap
seleksi. Seleksi dilakukan melalui desk dokumen dan rekaman video sikon
sarana UMKM. Hal ini untuk melihat kesiapan dan komitmen UMKM dalam
menerima pendampingan untuk memperoleh Nomor Izin Edar BPOM MD. Jika
ditemukan adanya suatu ketidaksesuaian, maka hal tersebut akan menjadi
sasaran utama pembinaan untuk fasilitasi pendampingan.
Data UMKM yang akan diseleksi berasal dari rekomendasi UPT BPOM,
Pemerintah Daerah se-Jabodetabek dan Kementerian/Lembaga lain seperti
Kementerian Pertanian, Kementerian Kelautan dan Perikanan dan juga Asosiasi
yang membina UMKM pangan.
Seleksi dan wawancara terhadap calon Fasilitator UMKM yang nantinya akan
mendampingi UMKM dalam menerapkan CPPOB termasuk sistem
pendokumentasian di sarana produksi dimaksudkan untuk memperoleh
Fasilitator yang mempunyai kompetensi dan komitmen terhadap pekerjaan yang
dilakukan. Fasilitator berasal dari sarjana jurusan teknologi pangan, teknologi
ilmu pertanian dan lain-lain. Tiap Fasilitator UMKM melakukan pendampingan
kepada 5 UMKM pangan.

b. Bimtek Penerapan CPPOB bagi UMKM pangan


Bimbingan teknis (Bimtek) dilakukan selama 3 (tiga) hari untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan UMKM tentang Penerapan CPPOB, Tata Cara
Pendaftaran Produk melalui e-registration dan pemahaman mengenai
mekanisme Program Pendampingan Penerapan CPPOB bagi pelaku UMKM
pangan. Dikarenakan status darurat kesehatan pandemic Covid-19, maka Bimtek
dilaksanakan secara daring dengan tidak mengurangi kualitas. Materi ajar sesuai
kurikulum dan peserta tetap diberi penugasan. Bimtek dihadiri oleh 1-2 orang
perwakilan dari UMKM (diutamakan Pemilik dan Penanggung Jawab produksi).

c. Fasilitasi Penerapan CPPOB.


Setelah mengikuti Bimtek, pelaku UMKM diseleksi kembali berdasarkan
kesiapan mengikuti pendampingan. UMKM diminta menandatangani Surat
Perjanjian Komitmen. UMKM akan didampingi secara intensif oleh Fasilitator
UMKM yang telah dilatih dalam Bimtek Penerapan CPPOB Bagi UMKM
Pangan. Waktu tahapan Fasilitasi dilakukan selama 3 (tiga) bulan.
Pendampingan yang dilakukan meliputi pembuatan dokumen mutu
(Panduan/Manual Mutu, Prosedur/SOP, Formulir, dll), implementasi dokumen
mutu, saran perbaikan sarana dan lain-lain. Setiap bulan Fasilitator UMKM
mengunjungi sarana 4 (empat) kali dan bersama pelaku UMKM mendesain
CPPOB yang sesuai dengan situasi dan kondisi sarana dan bisnis proses
produksinya.
Dalam masa fasilitasi ini dilakukan kunjungan Instruktur sebanyak 2 (dua) kali
di masing-masing UMKM. Instruktur adalah petugas Direktorat Pemberdayaan
Masyarakat dan Pelaku Usaha. Kunjungan Instruktur bertujuan untuk:
a. Memonitor kinerja Fasilitator UMKM,
b. Memonitor progres pelaksanaan penerapan CPPOB di sarana
c. Melakukan verifikasi kesesuaian dokumen yang telah dikembangkan antara
pelaku UMKM dengan Fasilitator UMKM,
d. Memverifikasi CAPA dari hasil audit sebelumnya.
Jika ada ketidaksesuaian terdeteksi saat kunjungan, maka menjadi fokus
perbaikan (point of improvement) dengan membuat CAPA (Corrective Action and
Preventive Action). Selain itu juga dilakukan pengujian mutu air baku untuk
memastikan kesesuaian terhadap pemenuhan persyaratan CPPOB yaitu kualitas
air yang digunakan dalam proses produksi.
Selama masa fasilitasi juga dilakukan konsultasi design label pada kemasan dan
parameter analisa mutu produk akhir, sehingga diharapkan pada saat melakukan
e-registration sudah tidak ada kendala. Dalam pengembangan sistem
pendokumentasian, Fasilitator UMKM mengacu pada kelengkapan dokumen
yang diminta UPT BPOM sebagai persyaratan menuju Pemeriksaan Sarana Baru
(PSB). Sebagai bukti kegiatan fasilitasi, Fasilitator UMKM diminta melaporkan
Logbook Kunjungan Fasilitator dan Laporan Perkembangan Fasilitasi.

d. Pemeriksaan Sarana Baru (PSB) oleh BB/BPOM.


Pemeriksaan Sarana Baru (PSB) dilakukan oleh petugas pemeriksa yang ditunjuk
oleh Kepala UPT BPOM dan menggunakan Formulir Pemeriksaan CPMB (Form
A166) dan dilakukan secara daring atau luring tergantung situasi. PSB dilakukan
ditahap terakhir fasilitasi untuk memastikan pemenuhan persyaratan CPPOB.
Hasil audit PSB dan atau rekomendasi UPT BPOM akan digunakan sebagai salah
satu syarat untuk mendaftar di aplikasi e-registration.

e. Coaching Clinic Aplikasi e-Registration.


UMKM pangan yang telah memiliki nilai PSB minimal B atau telah menerima
surat rekomendasi yang diterbitkan oleh UPT BPOM dapat melanjutkan ke tahap
berikutnya, yaitu pendaftaran akun perusahaan dan pendaftaran akun produk
pangan. Pada tahap ini, Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan Pelaku Usaha
telah menyerahkan data kepada Direktorat Registrasi Pangan Olahan untuk
melanjutkan mengawal UMKM target pendampingan ini ke tahap pendaftaran
pangan olahan.

f. Monitoring Pasca Pendampingan


Setelah semua tahapan kegiatan dilakukan, Instruktur dan atau petugas UPT
BPOM yang ditunjuk tetap melakukan monitoring pasca pendampingan.
Monitoring dilakukan untuk melihat konsistensi pelaku UMKM menerapkan
CPPOB ataupun perubahan jika ada yang perlu disesuaikan untuk efektivitas dan
efisiensi penerapan CPPOB di sarana UMKM.
Bagi UMKM yang sedang menindaklanjuti CAPA dan persiapan menuju PSB
tetap dilakukan pengawalan oleh masing-masing Instruktur yang berasal dari tim
pendampingan UMKM.

Tabel 43. Persentase UMKM Makanan yang Menerapkan Standar Keamanan Pangan

IKSP-18 Persentase UMKM Makanan yang Menerapkan Standar Keamanan


Pangan
Target Capaian Triwulan IV Capaian Terhadap
Tahunan Target 1 Tahun
Target Realisasi % Kategori
2021
52 52 57,5 110,58 Baik 110,58
Hasil pengukuran Persentase UMKM Makanan yang Menerapkan Standar
Keamanan Pangan tahun 2021 diperoleh nilai 57,5 dengan capaian 110,58%.

Tabel 44. Perbandingan Realisasi dan Capaian Persentase UMKM Makanan yang
Menerapkan Standar Keamanan Pangan

Tahun Target Realisasi % capaian Kriteria


Tahun 2020 50 51 102 Baik
Tahun 2021 52 57,5 110,58 Sangat Baik

Realisasi dan capaian Persentase UMKM Makanan yang Menerapkan Standar


Keamanan Pangan tahun 2021 mengalami peningkatan yang cukup signifikan
dibanding tahun 2020 dengan kategori Sangat Baik.
Jika dibandingkan dengan target tahun 2024 (akhir periode Renstra) sebesar 58, maka
capaian indikator ini adalah 99,14%.

Analisis Keberhasilan Capaian


Berbagai upaya yang telah dilaksanakan pada tahun 2020 guna mencapai target
Persentase UMKM Makanan Yang Menerapkan Standar Keamanan Pangan
meliputi:
1. Penguatan komitmen kepada UMKM yang didampingi agar mampu
berproses sampai dapat menerapkan standar keamanan pangan. Penguatan
komitmen ini dilakukan sejak awal pemilihan UMKM melalui seleksi.
Data UMKM yang akan diseleksi berasal dari rekomendasi UPT BPOM,
Pemerintah Daerah se-Jabodetabek dan Kementerian/Lembaga lain seperti
Kementerian Pertanian, Kementerian Kelautan dan Perikanan dan juga
Asosiasi yang membina UMKM pangan;
2. Pemilihan Fasilitator UMKM melalui tahapan seleksi yang ketat sehingga
terpilih Fasilitator yang kompeten dalam mendampingi UMKM;
3. Training of Trainer (TOT) kepada Fasilitator UMKM, baik mengenai
kemampuan teknis terkait keamanan pangan, pembuatan dokumen
CPPOB, serta kemampuan public speaking untuk meningkatkan
kemampuan berkomunikasi dalam mendampingi dan memotivasi UMKM;
4. Bimtek Penerapan CPPOB bagi Pemilik dan Penanggung Jawab UMKM
sehingga diharapkan telah memiliki dasar pemahaman untuk mampu
menerapkan CPPOB dan juga konsisten menerapkan meski nantinya
UMKM tidak lagi didampingi oleh Fasilitator UMKM.

19. Indeks RB Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan

Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (RB) di Dikedeputian 3 dilakukan secara bertahap dan


berkesinambungan yang mencakup pembangunan Zona Integritas dan 9 (sembilan)
program terkait, dimana 8 (delapan) area perubahan, terdiri atas manajemen perubahan,
penataan peraturan perundang-undangan, penataan dan penguatan organisasi, penataan
tata laksana, penataan sistem manajemen SDM aparatur, penguatan akuntabilitas kinerja,
penguatan pengawasan, peningkatan kualitas pelayanan publik, dan quick wins.

Tabel 45. program Quick Wins Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan

No. Unit Program Quick Wins


Penyusunan Blueprint dan Implementasu Perizinan
Direktorat Registrasi Pangan
1 Berusaha Berbasis Risiko pada Aplikasi e-
Olahan
registration Pangan Olahan
Direktorat Standardisasi Pangan
2 Chatbot Konsultasi Standar Pangan (KUSAPA)
Olahan
Direktorat Pemberdayaan Program Orang Tua Angkat Usaha Mikro Kecil
3 Masyarakat dan Pelaku Usaha Pangan Olahan
Pangan Olahan

Tabel 46. Nilai Indeks RB Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan

Nilai Rata
Indeks
No. Unit Indeks RB
RB
Kedeputian 3
1 Direktorat Registrasi Pangan Olahan
2 Direktorat Standardisasi Pangan Olahan -
Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan Pelaku Usaha
3 Pangan Olahan
4 Direktorat Pengawasan Peredaran Pangan Olahan
5 Direktorat Pengawasan Produksi Pangan Olahan

Tabel 47. Indeks RB Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan

IKSP-19 Indeks RB Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan


Capaian Triwulan IV Capaian Terhadap
Target Tahunan Target 1 Tahun
2021 Target Realisasi % Kategori

89 89 87,58 98,41 Baik Baik

Hasil pengukuran Indeks RB Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan tahun 2021
diperoleh nilai 87,58 dengan capaian 98,41%.

Tabel 48. Perbandingan Realisasi dan Capaian Indeks RB Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan

Tahun Target Realisasi % capaian Kriteria


Tahun 2020 83 84,02 101,23 Baik
Tahun 2021 89 87,58 98,41 Baik

Realisasi Indeks RB Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan tahun 2021


mengalami peningkatan yang cukup signifikan dibanding tahun 2020, meskipun terjadi
penurunan capaian namun kategori masih Baik.
Jika dibandingkan dengan target tahun 2024 (akhir periode Renstra) sebesar 92,3,
maka capaian indikator ini adalah 94,89%.
Analisis Keberhasilan Capaian
Kegiatan kegiatan yang telah dilaksanakan dalam mendukung pencapaian Indeks RB
Deputi Bidang pengawasan pangan olahan tahun 2021 adalah:
1. Penunjukan dan penugasan Tim reformasi birokrasi Kedeputian 3
2. Rapat Koordinasi tim pelaksana dan assessor reformasi birokrasi Kedeputian 3
3. Pengumpulan dan penyusunan data dukung PMPRB Kedeputian 3.
4. Pengisian Lembar kerja evaluasi PMPRB
5. Penyusunan Laporan Evaluasi Internal per triwulan, Laporan Interm Per triwulan,
Laporan Akuntabilitas Kinerja dan Laporan Tahunan

20. Indeks AKIP Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan


Tabel 49. Realisasi dan Capaian Nilai AKIP Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan
2021
Target Realisasi
Sasaran Indikator %
(Indeks) (indeks)
Capaian
(1) (2) (5) (6) (7) = (6)/(5)
Terwujudnya tata kelola Nilai AKIP 77,8 78,18 100,49
pemerintahan yang Deputi Bidang
optimal di lingkup Pengawasan
Deputi Bidang Pangan Olahan
Pengawasan Pangan
Olahan

Analisis Keberhasilan Capaian


Indikator tersebut bisa mencapai target disebabkan oleh kegiatan-kegiatan yang telah
dilaksanakan Kedeputian 3 diantaranya:
1. Penyusunan Laporan Evaluasi Internal per triwulan, Laporan Interm Per triwulan,
Laporan Akuntabilitas Kinerja dan Laporan Tahuna
2. Rapat Koordinasi Kedeputian 3 terkait evaluasi kinerja tahun 2020, rencana
program dan kegiatan di tahun 202
3. Penyusunan draf revisi renstra Kedeputian 3 karena adanya penyesuaian SOTK
bar
4. Penyusunan dokumen Rencana kinerja, perjanjian kinerja, dan rencana aksi
perjanjian kinerja Kedeputian
5. Pemantauan dan pelaporan kinerja berkala melalui berbagai aplikasi pelaporan
antara lain, Monev DJA, e-monev Bappenas, monev TEPRA, dan e-performance
BPOM baik bulanan ataupun triwulanan.

21. Indeks Profesionalitas ASN Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan


Sasaran program “Terwujudnya SDM Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan yang
berkinerja optimal” didukung oleh Indikator Indeks Profesionalitas ASN Deputi Bidang
Pengawasan Pangan Olahan.
Indeks Profesionalitas ASN adalah ukuran statistik yang menggambarkan kualitas ASN
berdasarkan kesesuaian kualifikasi, kompetensi, kinerja, dan kedisiplinan pegawai ASN
dalam melaksanakan tugas jabatan. Indeks Profesionalitas ASN diukur berdasarkan
Permen PANRB 38 Tahun 2018 tentang Pengukuran Indeks Profesionalitas ASN. Indeks
Profesionalitas ASN diukur dengan menggunakan 4 (empat) dimensi, yaitu:
a. Kualifikasi: diukur dari indikator riwayat pendidikan formal terakhir yang telah
dicapai
b. Kompetensi: diukur dari indikator riwayat pengembangan kompetensi yang telah
dilaksanakan
c. Kinerja: diukur dari indikator penilaian prestasi kerja PNS
d. Disiplin: diukur dari indikator riwayat penjatuhan hukuman disiplin yang pernah
dialami

Cara perhitungan Indeks Profesionalitas ASN menggunakan form survei sesuai


Permen PANRB Nomor 38 Tahun 2018 kepada seluruh pegawai (ASN) di Deputi
Bidang Pengawasan Pangan Olahan. Bobot penilaian dimensi Indeks Profesionalitas
ASN terdiri atas kualifikasi (25 %), kompetensi (40 %), kinerja (30 %) dan disiplin (5
%).

Berdasarkan hasil perhitungan Indeks Profesionalitas ASN, dilakukan pengkategorian


tingkat Profesionalitas ASN yaitu: Nilai 91 – 100 (Sangat Tinggi), Nilai 81 – 90
(Tinggi), Nilai 71 - 80 (Sedang), Nilai 61 - 70 (Rendah), Nilai 0 – 60 (Sangat Rendah).

Tabel 50. Realisasi dan Capaian Indeks Profesionalitas ASN Deputi Bidang Pengawasan
Pangan Olahan Tahun 2021
Tahun 2021
No. Unit Kerja Target Capaian
IP
IP
1. Direktorat Standardisasi 86 87,95 102,27
Pangan Olahan
2. Direktorat Registrasi Pangan 79 87,30 110,51
Olahan
3. Direktorat Pengawasan 86,75 87,39 100,74
Peredaran Pangan Olahan
4. Direktorat Pengawasan 84,75 85,61 101,01
Produksi Pangan Olahan
5. Direktorat Pemberdayaan 77 85,94 111,61
Masyarakat dan Pelaku
Usaha Pangan Olahan
Deputi III 84,55 86,83 102,70
Kategori Baik

22. Indeks Pengelolaan Data dan Informasi Deputi Bidang Pengawasan Pangan
Olahan yang baik
Sasaran program “Menguatnya Pengelolaan Data dan Informasi pengawasan Makanan
di Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan” didukung oleh Indikator Indeks
Pengelolaan Data dan Informasi Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan yang
optimal.

Komponen pengelolaan data dan informasi yang optimal mencakup komponen:


1. Indeks data dan informasi yang telah dimutahirkan di Dashboard BOC
a. Data dan informasi yang dimaksud adalah data kinerja yang terintegrasi ke
dalam sistem BOC yang digunakan dalam mendukung bisnis proses unit kerja
dan pengambilan keputusan strategis oleh pimpinan BPOM.
b. Yang dimaksud dimutahirkan adalah data dan informasi yang terintegrasi
dimutahirkan sesuai dengan waktu yang ditentukan.
c. BOC adalah suatu lokasi/tempat yang dilengkapi dengan kumpulan data
untuk diolah dan dianalisa sebagai dasar dalam membuat kebijakan
pengawasan obat dan makanan, selain itu juga memonitor dan mengevaluasi
kinerja pengawasan obat dan makanan oleh pimpinan
d. Tujuan penetapan indikator ini adalah untuk menjamin data dan informasi
yang ada selalu update pada saat digunakan sehingga keputusan yang diambil
tepat sasaran.
e. Terdapat data dan informasi dalam sistem BOC yang harus dimutahirkan dan
diverifikasi secara berkala oleh unit penyedia data.
f. Jumlah frekuensi verifikasi data BOC oleh unit kerja adalah minimal 1 (satu)
kali dalam 1 (satu) bulan.
2. Indeks pemanfaatan sistem informasi BPOM, mencakup sistem informasi yang
digunakan/diimplementasikan dalam pelaksanaan bisnis proses di masing-masing
unit kerja mencakup: Balai (email, sharing folder, dashboard BOC, Berita Aktual
pada Subsite Balai) dan Pusat (email dan dashboard BOC). Pemanfaatan email
yang dimaksud adalah pemanfaatan oleh unit kerja, bidang/bagian/subdit maupun
individu.

Cara perhitungan Indeks pengelolaan data dan informasi Deputi Bidang Pengawasan
Pangan Olahan yang optimal berdasarkan perolehan dari Nilai Asesment Pusat Data
dan Informasi Nasional. Kriteria yang digunakan adalah 2,26 – 3 (Sangat Optimal);
1,51 – 2,25 (Optimal); 0,76 – 1,5 (Cukup Optimal) dan 0 – 0,75 (Kurang optimal).

Tabel 51. Indeks Pengelolaan Data dan Informasi Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan
yang baik

IKSP-22 Indeks Pengelolaan Data dan Informasi Deputi Bidang Pengawasan


Pangan Olahan yang baik
Target Capaian Triwulan IV Capaian Terhadap
Tahunan Target 1 Tahun
Target Realisasi % Kategori
2021
2 2 2,35 117,50 Baik 117,50

Analisis Keberhasilan Capaian


Keberhasilan pencapaian ini tidak terlepas dari upaya terus menerus untuk
mengingatkan seluruh pegawai di Kedeputian Bidang Pengawasan Pangan Olahan
untuk memanfaatkan email corporate (login dan akses) dalam mendukung kinerja.
Selain itu, telah ditunjuk penanggung jawab BOC yang bertanggung jawab dalam
pemutakhiran dan verifikasi dashboard BOC.

23. Nilai Kinerja Anggaran Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan


Nilai Kinerja Anggaran merupakan penilaian terhadap kinerja anggaran Satker/UPT
yang diperoleh dari nilai Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran (IKPA) dan Nilai
Evaluasi Kinerja Anggaran (EKA). Nilai Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran
(IKPA) merupakan ukuran evaluasi kinerja pelaksanaan anggaran yang memuat 13
indikator dan mencerminkan aspek kesesuaian perencanaan dan pelaksanaan
anggaran, kepatuhan pada regulasi, serta efektifitas dan efisiensi pelaksanaan kegiatan.
Tiga belas indikator pembentuk Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran (IKPA),
yaitu Revisi DIPA, Deviasi Halaman III DIPA, Pengelolaan UP, Rekon LPJ
Bendahara, Data Kontrak, Penyelesaian Tagihan, Penyerapan Anggaran, Retur SP2D,
Perencanaan Kas (Renkas), Pengembalian/Kesalahan SPM, Dispensasi Penyampaian
SPM, Pagu Minus dan Konfirmasi Capaian Output

Cara perhitungan indikator Nilai Kinerja Anggaran Deputi Bidang Pengawasan


Pangan Olahan adalah berdasarkan nilai EKA dan IKPA dengan formulasi sebagai
berikut:
Nilai Kinerja Anggaran BPOM = (Nilai EKA x 60%) + (Nilai IKPA x 40%)

Tabel 52. Nilai Kinerja Anggaran Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan

IKSP-23 Nilai Kinerja Anggaran Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan


Target Capaian Triwulan I Capaian Terhadap
Tahunan Target 1 Tahun
Target Realisasi % Kategori
2021
91,90 91,90 94,39 102,71 Baik 102,71
Analisis Keberhasilan Capaian
Hal-hal yang telah dilakukan oleh kedeputian 3 dalam mencapai target nilai kinerja
anggaran adalah:
1. Pelaporan dan evaluasi kinerja dan anggara melalui monev DJA
2. Penyesuaian target kinerja dan rencana aksinya
3. Revisi anggaran dan penyesuaian rencana penarikan dana dilaksanakan sesuai
jadwal untuk optimalisasi penyerapan anggaran
4. Kepatuhan pengelola keuangan dalam penyampaian data kontrak, LPJ
bendahara, revolving UP, dan pertanggungjawaban TUP dengan tepat waktu.
5. Pengecekan berulang dalam penerbitan dan pemrosesan SPM untuk menghindari
pengembalian SPM dan retur SP2D

24. Tingkat Efisiensi Penggunaan Anggaran Deputi Bidang Pengawasan Pangan


Olahan

Efisiensi adalah kemampuan suatu kegiatan untuk menggunakan input yang lebih sedikit
namun menghasilkan output yang sama atau lebih besar atau dengan kata lain bahwa
persentase capaian output sama atau lebih tinggi dari capaian input.
Apabila Indeks Efisensi (IE) ≥ Standar Efisensi (SE) maka kegiatan dianggap efisien,
apabila: IE ≤ SE maka kegiatan dianggap tidak efisien dengan kriteria Efisien apabila TE
berkisar dari 0 sampai dengan 1 dan Tidak efisien apabila TE<0 atau TE>1.

Cara perhitungan Tingkat Efisiensi Penggunaan Anggaran Sekretariat Utama adalah


berdasarkan range, yaitu 0 - 0,2: 100% (Efisien); 0,21 - 0,4: 95% (Efisien); 0,41 - 0,6:
92% (Efisien); 0,61 - 0,8: 90% (Efisien); 0,81 - 1,0: 88% (Efisien); 1,01 - 1,2: 86% (Tidak
Efisien); 1,21 - 1,4: 84% (Tidak Efisien); 1,41 - 1,6: 80% (Tidak Efisien); 1,61 - 1,8: 78%
(Tidak Efisien); > 1,81dan <0: 75% (Tidak Efisien).
Tabel 53. Tingkat Efisiensi Penggunaan Anggaran Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan

IKSP-24 Tingkat Efisiensi Penggunaan Anggaran Deputi Bidang Pengawasan


Pangan Olahan
Capaian Triwulan I Capaian Terhadap
Target Tahunan Target 1 Tahun
2021 Target Realisasi % Kategori

97 97 98,40 101,44 Baik 101,44


III.3 AKUNTABILITAS KEUANGAN
Dalam rangka efektivitas dan efisiensi anggaran, pada tahun 2021 Pemerintah akan
melaksanakan penguatan pengalokasian belanja K/L melalui penguatan value for money.
Untuk itu, pengalokasian belanja K/L mengacu pada beberapa langkah-langkah kebijakan
seperti: (1) peningkatan kualitas aparatur negara; (2) pengendalian belanja barang; (3)
mengoptimalkan pemanfaatan belanja modal; dan (4) penguatan bantuan sosial.

Pada tahun 2021 Kedeputian Bidang Pengawasan Pangan Olahan mendapatkan alokasi
anggaran sebesar Rp. 51.218.684.000,- . Dalam rangka refocusing anggaran terkait
percepatan pandemic Covid-19 maka anggaran Deputi Bidang Pengawasan Pangan
Olahan menjadi Rp. 42.573.292.000 dengan pembagian alokasi untuk masing-masing
Direktorat sebelum dan setelah refocusiing sebagai berikut:
No Direktorat Alokasi Anggaran Alokasi Anggaran
awal setelah Refocussing
1 Direktorat Pengawasan Produksi Pangan Olahan 11.848.525.000 9.722.571.000
2 Direktorat Pengawasan Peredaran Pangan 11.137.261.000 9.127.146.000
Olahan
3 Direktorat Registrasi Pangan Olahan 8.500.000.000 6.781.527.000
4 Direktorat Standardisasi Pangan Olahan 8.228.258.000 7.012.347.000
5 Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan 11.504.640.000 9.929.701.000
Pelaku Usaha Pangan Olahan

Rincian anggaran dan realisasi anggaran per indikator kinerja pada Deputi Bidang
Pengawasan Pangan Olahan dapat dilihat pada Tabel 54.

Tabel 54. Target dan Realisasi Kinerja dan Anggaran TW IV 2021


INDIKATOR
SASARAN PROGRAM Pagu Realisasi %
KINERJA
Indeks Pengawasan
Rp 470.095.000 Rp 464.392.938 98,79
Terwujudnya Makanan Makanan
yang aman dan bermutu Persentase makanan
Rp 602.769.000 Rp 602.440.836 99,95
yang memenuhi syarat
Meningkatnya Indeks kepatuhan
kepatuhan pelaku usaha (compliance index)
Rp 2.193.579.000 Rp 2.193.340.847 99,99
dan kesadaran pelaku usaha di bidang
masyarakat terhadap makanan
INDIKATOR
SASARAN PROGRAM Pagu Realisasi %
KINERJA
keamanan dan mutu Indeks kesadaran
Makanan masyarakat (awareness
index) terhadap Rp 505.839.000 Rp 505.701.622 99,97
Keamanan dan mutu
makanan
Indeks kepuasan
pelaku usaha terhadap
pemberian bimbingan Rp 13.868.000 Rp 13.867.039 99,99
dan pembinaan
pengawasan Makanan
Meningkatnya kepuasan
Indeks Kepuasan
pelaku usaha dan
Masyarakat atas
Masyarakat terhadap Rp 538.914.000 Rp 538.864.829 99,99
kinerja pengawasan
kinerja pengawasan
Makanan
Makanan
Indeks kepuasan
masyarakat terhadap
layanan publik Deputi Rp 914.562.000 Rp 913.752.088 99,91
Bidang Pengawasan
Pangan Olahan
Meningkatnya kualitas Indeks kualitas
kebijakan pengawasan kebijakan pengawasan Rp 3.194.263.000 Rp 3.193.196.207 99,97
Makanan Makanan
Persentase Makanan
yang aman dan
Rp 8.544.088.000 Rp 8.542.154.195 99,98
bermutu berdasarkan
hasil pengawasan
Persentase instansi
pemerintah
yangberperan aktif Rp 6.054.608.000 Rp 6.039.385.186 99,75
dalam pengawasan
Meningkatnya
Makanan
efektivitas pengawasan
Kab/ Kota yang yang
dibidang Makanan
melaksanakan
Rp 3.935.645.000 Rp 3.866.277.909 98,24
pengawasan pangan
olahan sesuai standar
Persentase
rekomendasi hasil
pengawasan makanan Rp 709.150.000 Rp 707.516.864 99,77
yang ditindaklanjuti
oleh lintas sektor
Tingkat efektivitas KIE
Rp 790.282.000 Rp 789.385.229 99,89
Makanan
Meningkatnya
efektifitas pelayanan Indeks pelayanan
publik publik di Deputi
Rp 2.114.638.000 Rp 2.112.547.407 99,90
Bidang Pengawasan
Pangan Olahan
INDIKATOR
SASARAN PROGRAM Pagu Realisasi %
KINERJA
Persentase ketepatan
waktu pelayanan
publik di Deputi Rp 2.936.156.000 Rp 2.934.866.299 99,96
Bidang Pengawasan
Pangan Olahan
Meningkatnya
pemberdayaan Persentase kader yang
masyarakat serta peran berpartisipasi aktif
Rp 1.167.394.000 Rp 1.166.466.147 99,92
pemerintah dalam dalam pengawasan
pengawasan di bidang Makanan
makanan
Persentase Fasilitasi
Pengembangan Inovasi
Rp 510.080.000 Rp 509.161.317 99,82
Meningkatnya Makanan melalui
Regulatory Assistance standar
pengembangan Persentase UMKM
makanan yang menerapkan
Rp 1.846.452.000 Rp 1.846.317.589 99,99
standar keamanan
pangan
Indeks RB Deputi
Terwujudnya organisasi Bidang Pengawasan Rp 1.713.494.000 Rp 1.708.755.132 99,72
Deputi Bidang Pangan Olahan
Pengawasan Pangan Nilai AKIP Deputi
Olahan yang efektif Bidang Pengawasan Rp 124.645.000 Rp 124.637.579 99,99
Pangan Olahan
Terwujudnya SDM
Indeks Profesionalitas
Deputi Bidang
ASN Deputi Bidang Rp 1.249.578.369
Pegawasan Pangan Rp 1.249.654.000 99,99
Pengawasan Pangan
Olahan yang berkinerja
Olahan
optimal
Menguatnya
Indeks Pengelolaan
pengelolaan data dan
Data dan nformasi
informasi pengawasan
Deputi Bidang Rp 1.955.306.000 Rp 1.954.777.735 99,97
makanan di Deputi
Pengawasan Pangan
Bidang Pengawasan
Olahan
Pangan Olahan
Nilai kinerja anggaran
Deputi Deputi Bidang
Rp 20.000.000 Rp 19.959.529 99,80
Terkelolanya Keuangan Pengawasan Pangan
secara Akuntabel di Olahan
Deputi Bidang Tingkat efisiensi
Pengawasan Pangan pengguna anggaran
Olahan Deputi Deputi Bidang Rp 467.811.000 Rp 467.682.285 99,97
Pengawasan Pangan
Olahan
Total realisasi anggaran Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan TW IV tahun 2021
adalah sebesar Rp. 42.465.025.177,- atau sebesar 99,75% (netto).
Upaya yang dilakukan pada TW IV antara lain:
a. Menyusun Plan of Action (PoA) pada awal tahun anggaran dan dipatuhi pada
pelaksanaannya.
b. Menyusun perencanaan dan penganggaran dengan mempertimbangkan ketersediaan
sumber daya.
c. Pelaksanaan kegiatan pertemuan secara online dengan optimasi pencairan belanja jasa
profesi dan jasa laiinnya.
d. Pelaksanaan kegiatan pemeriksaan sarana atau pertemuan tatap muka seperti KIE
dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan.
e. Pelaksanaan beberapa belanja modal alat pengolah data dan informasi.

III.4 PENGUKURAN EFISIENSI KINERJA

Fokus pengukuran efisiensi adalah indikator


RUMUS :
input dan output dari suatu kegiatan. Dalam
% 𝐂𝐚𝐩𝐚𝐢𝐚𝐧 𝐎𝐮𝐭𝐩𝐮𝐭
𝐈𝐄 = hal ini, diukur kemampuan suatu kegiatan
% 𝐂𝐚𝐩𝐚𝐢𝐚𝐧 𝐈𝐧𝐩𝐮𝐭
untuk menggunakan input yang lebih sedikit

% 𝐑𝐞𝐧𝐜𝐚𝐧𝐚 𝐂𝐚𝐩𝐚𝐢𝐚𝐧 𝐎𝐮𝐭𝐩𝐮𝐭 dalam menghasilkan output yang sama/ lebih


𝐒𝐄 =
% 𝐑𝐞𝐧𝐜𝐚𝐧𝐚 𝐈𝐧𝐩𝐮𝐭 besar, atau penggunaan input yang sama
𝟏𝟎𝟎 %
= =𝟏 dapat menghasilkan output yang sama/ lebih
𝟏𝟎𝟎 %
besar, atau persentase capaian output sama/
𝐈𝐄 − 𝐒𝐄
𝐓𝐄 = lebih tinggi dari pada persentase capaian
𝐒𝐄
input. Efisiensi suatu kegiatan diukur dengan
RUMUS :
membandingkan indeks efisiensi (IE) terhadap standar efisiensi (SE).
% 𝐂𝐚𝐩𝐚𝐢𝐚𝐧 𝐎𝐮𝐭𝐩𝐮𝐭
𝐈𝐄 =
% 𝐂𝐚𝐩𝐚𝐢𝐚𝐧
Indeks efisiensi (IE) 𝐈𝐧𝐩𝐮𝐭
diperoleh dengan membagi % capaian output terhadap % capaian
input. Sedangkan standar efisiensi (SE) merupakan angka pembanding yang dijadikan
% 𝐑𝐞𝐧𝐜𝐚𝐧𝐚 𝐂𝐚𝐩𝐚𝐢𝐚𝐧 𝐎𝐮𝐭𝐩𝐮𝐭
𝐒𝐄dalam
dasar = menilai efisiensi. Dalam hal ini, SE yang digunakan adalah indeks efisiensi
% 𝐑𝐞𝐧𝐜𝐚𝐧𝐚 𝐈𝐧𝐩𝐮𝐭
𝟏𝟎𝟎 %
sesuai rencana capaian
= = 𝟏 yaitu 1 (satu).
𝟏𝟎𝟎 %

𝐈𝐄 − 𝐒𝐄
𝐓𝐄 =
𝐒𝐄
Selanjutnya, efisiensi suatu kegiatan ditentukan dengan membandingkan IE terhadap SE,
mengikuti formula logika sebagai berikut :
▪ Jika IE ≥ SE, maka kegiatan dianggap efisien
▪ Jika IE < SE, maka kegiatan dianggap tidak efisien.
Kemudian, terhadap kegiatan yang efisien atau tidak efisien tersebut diukur tingkat
efisiensi (TE), yang menggambarkan seberapa besar efisiensi/ketidakefisienan yang
terjadi pada masing-masing kegiatan.

Rincian realisasi kegiatan tahun 2021 berdasarkan Sasaran Kegiatan dan capaian output
yang dihasilkan adalah sebagai berikut:
Tabel 556. Realisasi Anggaran dan Capaian Output Tahun 2021

Capaian
No Sasaran Program Indikator Kinerja Output Input IE TE Kategori
TE
Indeks Pengawasan
100,05 98,79 1,01 0,01 100 Effisien
Terwujudnya Makanan
1 Makanan aman Persentase makanan
dan bermutu yang memenuhi 106,99 99,95 1,07 0,07 100 Effisien
syarat
Indeks kepatuhan
Meningkatnya
(compliance index) Tidak
kepatuhan 93,48 99,99 0,93 -0,07 75
pelaku usaha di effisien
pelaku usaha
bidang makanan
dan kedasaran
2 Indeks kesadaran
masyarakat
masyarakat
terhadap
(awareness index) 101,27 99,97 1,01 0,01 100 Effisien
keamanan dan
terhadap Keamanan
mutu makanan
dan mutu makanan
Indeks kepuasan
pelaku usaha
terhadap pemberian
Tidak
bimbingan dan 99,77 99,99 1,00 0,00 75
effisien
Meningkatnya pembinaan
kepuasan pelaku pengawasan
usaha dan Makanan
3 masyarakat Indeks Kepuasan
terhadap kinerja Masyarakat atas Tidak
90,41 99,99 0,90 -0,10 75
pengawasan kinerja pengawasan effisien
Makanan Makanan
Indeks kepuasan
masyarakat terhadap
104,76 99,91 1,05 0,05 100 Effisien
layanan publik
Deputi Bidang
Capaian
No Sasaran Program Indikator Kinerja Output Input IE TE Kategori
TE
Pengawasan Pangan
Olahan

Meningkatnya
Indeks kualitas
kualitas Masih
kebijakan
4 kebijakan - - - - - dalam
pengawasan
pengawasan perhitungan
Makanan
Pangan Olahan
Persentase Makanan
yang aman dan
108,51 99,98 1,09 0,09 100 Effisien
bermutu berdasarkan
hasil pengawasan
Persentase instansi
pemerintah
yangberperan aktif 102,25 99,75 1,03 0,03 100 Effisien
dalam pengawasan
Meningkatnya Makanan
efektivitas
5 Kab/ Kota yang yang
pengawasan Masih
Makanan melaksanakan
- - - - - dalam
pengawasan pangan
perhitungan
olahan sesuai standar
Persentase
rekomendasi hasil
pengawasan Tidak
78,30 99,77 0,78 -0,22 75
makanan yang Effisien
ditindaklanjuti oleh
lintas sektor
Tingkat efektivitas
100,41 99,89 1,01 0,01 100 Effisien
KIE Makanan
Indeks pelayanan
Meningkatnya publik di Deputi
100 99,90 1,00 0,00 100 Effisien
efektifitas Bidang Pengawasan
6 Pangan Olahan
pelayanan
publik Persentase ketepatan
waktu pelayanan
publik di Deputi 103,84 99,96 1,04 0,04 100 Efisien
Bidang Pengawasan
Pangan Olahan
Meningkatnya
Persentase kader
pemberdayaan
yang berpartisipasi
masyarakat Tidak
7 aktif dalam 97,10 99,92 0,97 -0,03 75
dalam Effisien
pengawasan
pengawasan di
Makanan
bidang Makanan
Capaian
No Sasaran Program Indikator Kinerja Output Input IE TE Kategori
TE

Persentase Fasilitasi
Pengembangan
Meningkatnya 106,25 99,82 1,06 0,06 100 Effisien
Inovasi Makanan
regulatory
melalui standar
8 assistance
pengembangan Persentase UMKM
makanan yang menerapkan
110,58 99,99 1,11 0,11 100 Effisien
standar keamanan
pangan
Terwujudnya Indeks RB Deputi
Tidak
tata kelola Bidang Pengawasan 98,40 99,72 0,99 -0,01 75
Effisien
pemerintahan Pangan Olahan
yang optimal
9
dilingkup Deputi Nilai AKIP Deputi
Bidang Bidang Pengawasan 100,49 99,99 1,00 0,00 100 Effisien
Pengawasan Pangan Olahan
Pangan Olahan
Terwujudnya
SDM Deputi Indeks
Bidang Profesionalitas ASN
10 Pengawasan Deputi Bidang 102,11 99,99 1,02 0,02 100 Effisien
Pangan Olahan Pengawasan Pangan
yang berkinerja Olahan
optimal
Menguatnya
Pengelolaan
Data dan Indeks Pengelolaan
Informasi Data dan nformasi
11 pengawasan Deputi Bidang 107,50 75,77 1,42 0,42 92% Efisien
Makanan di Pengawasan Pangan
Deputi Bidang Olahan
Pengawasan
Pangan Olahan
Nilai kinerja
anggaran Deputi
Terkelolanya Deputi Bidang 102,71 99,80 1,03 0,03 100 Effisien
Keuangan secara Pengawasan Pangan
Akuntabel di Olahan
12
Deputi Bidang Tingkat efisiensi
Pengawasan pengguna anggaran 77,32(data
Tidak
Pangan Olahan Deputi Deputi belum 99,97 0,77 -0,23 75
Effisien
Bidang Pengawasan final)
Pangan Olahan
BAB IV PENUTUP
IV.1 KESIMPULAN
Laporan Evaluasi Internal TW IV Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan disusun
sebagai bentuk pertanggungjawaban atas pencapaian kinerja selama periode Januari-
Desember 2021. Laporan kinerja ini mencakup pemaparan mengenai capaian
pelaksanaan kegiatan Deputi bidang pengawasan pangan olahan TW IV tahun 2021
meliputi 24 (dua puluh empat) indikator kinerja sesuai reviu Renstra.

Laporan Evaluasi Internal TW IV Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan disusun


sebagai bentuk pertanggungjawaban atas pencapaian kinerja selama periode Januari-
Desember 2021. Laporan kinerja ini mencakup pemaparan mengenai capaian
pelaksanaan kegiatan Deputi bidang pengawasan pangan olahan TW IV tahun 2021
meliputi 24 (dua puluh empat) indikator kinerja sesuai reviu Renstra. Hasil yang
diperoleh adalah 14 (empat belas) indikator yang dilakukan penghitungan realisasi dan
capaian pada TW IV memenuhi kriteria Baik, sedangkan ada 8 (delapan) indikator yg
tidak berhasil mencapai target dan masih ada 2 (dua) indikator lagi yang sedang dalam
perhitungan

Sementara capaian Anggaran deputi bidang pengawasan pangan olahan pada TW IV


adalah sebesar Rp. 42.265.025.177,- dari total pagu anggaran Sebesar Rp.
42.573.292.000,- sehingga Capaiannya sebesar 99,75%.

Demikian laporan evaluasi internal TW IV ini kami susun, semoga yang kami laporkan
ini dapat bermanfaat bagi publik dan pihak-pihak yang berkepentingan. Capaian-capaian
program di Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan tentunya diperoleh atas dukungan
seluruh pegawai yang telah berkomitmen dalam pengimplementasian Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah secara Akuntabel.
IV.2 SARAN
Dari kesimpulan di atas, untuk perbaikan kedepan diperlukan saran yang sangat
bermanfaat dan dapat membantu manajemen Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan,
yaitu:
1. Untuk mendukung tercapainya sasaran strategis dan visi, misi BPOM, Deputi
Bidang Pengawasan Pangan Olahan disarankan untuk fokus prioritas kegiatan
meliputi peningkatan pengawasan pangan olahan, pemantapan dan penguatan
peran serta pemerintah dan stake holder terkait dalam pengawasan pangan olahan.
Selain itu diperlukan perkuatan teknologi informasi. sistem pengawasan olahan
dan peningkatan kompetensi SDM pengawasan pangan olahan.
2. Sejalan dengan adanya kemudahan iklim berusaha melalui UU Cipta Kerja Nomor
11 Tahun 2020, Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan akan mendukung
penuh program pemerintah ini, khususnya melalui kemudahan berusaha dan
pendampingan bagi UMKM pangan.
3. Perencanaan merupakan kunci utama dalam pelaksanaan kegiatan dan perlu
didukung oleh sistem monitoring yang memadai agar capaian kinerja dan realisasi
anggaran dapat tercapai.
4. Monitoring program perlu dilakukan secara optimal terutama penyerapan
anggaran setiap bulannya sesuai dengan yang direncanakan. Pelaporan evaluasi
kegiatan dilakukan setiap triwulan, namun agar setiap permasalahan yang terjadi
dapat dilakukan perbaikan dengan cepat dan tujuan kegiatan dapat tercapai secara
optimal, maka akan dilakukan juga evaluasi kegiatan dan anggaran per bulan
melalui PIC di setiap unit di Kedeputian 3.

Akhir kata, kami berharap Laporan Kinerja Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan
ini dapat memenuhi kewajiban akuntabilitas kami kepada para stakeholder dan menjadi
sumber informasi dan bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan guna
peningkatan kinerja di masa mendatang.
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
RENCANA STRATEGIS
DEPUTI BIDANG PENGAWASAN PANGAN OLAHAN
TAHUN 2020 -2024

Target Kinerja
Sasaran Strategis Indikator
2020 2021 2022 2023 2024
Terwujudnya Makanan Indeks Pengawasan 77 81 82 84 86
aman dan bermutu Makanan
Persentase Makanan yang 78 80 83 84,2 86
memenuhi syarat
Meningkatnya kepatuhan Indeks kepatuhan 78 78,5 79 80 80,5
pelaku usaha dan (compliance index) pelaku
kesadaran masyarakat usaha di bidang Makanan
terhadap keamanan dan Indeks kesadaran 72 79 82 85 85
mutu makanan masyarakat (awareness
index) terhadap keamanan
dan mutu makanan
Meningkatnya kepuasan Indeks Kepuasan pelaku 84 88,4 89,5 90,6 91,7
pelaku usaha dan usaha terhadap pemberian
masyarakat terhadap bimbingan dan pembinaan
kinerja pengawasan pengawasan makanan
Makanan Indeks Kepuasan 73 76 78 80 81
masyarakat atas kinerja
pengawasan Makanan
Indeks Kepuasan 86 84 85 86 87
Masyarakat terhadap
layanan publik Deputi
Bidang Pengawasan Pangan
Olahan
Meningkatnya kualitas Indeks kualitas kebijakan 71 86 87 88 90
kebijakan pengawasan pengawasan Pangan Olahan
Pangan Olahan
Meningkatnya efektivitas Persentase Makanan yang 72 73 75 76 78
pengawasan aman dan bermutu
berdasarkan hasil
pengawasan
Persentase instansi 78 80 82 84 86
pemerintah yang berperan
aktif dalam pengawasan
Makanan
Target Kinerja
Sasaran Strategis Indikator
2020 2021 2022 2023 2024
Kab/ Kota yang yang 50 100 200 275 350
melaksanakan pengawasan
pangan olahan sesuai
standar
Persentase rekomendasi 83 87 91 94
hasil pengawasan Makanan
yang ditindaklanjuti oleh
lintas sektor
Meningkatnya pelayanan Tingkat efektivitas KIE 71 92 92,93 94,79 96,68
publik Makanan Makanan
Indeks pelayanan publik di 3,59 4,32 4,42 4,51 4,58
Deputi Bidang Pengawasan
Pangan Olahan
Persentase ketepatan waktu 89 90 91 92 93
pelayanan publik di Deputi
Bidang Pengawasan Pangan
Olahan
Meningkatnya Persentase kader yang 80 82 84 86 88
pemberdayaan masyarakat, berpartisipasi aktif dalam
dalam pengawasan di pengawasan Makanan
bidang Makanan

Meningkatnya Regulatory Persentase Fasilitasi 73 77 80 85 89


Assistance pengembangan Pengembangan Inovasi
makanan Makanan melalui standar
keamanan pangan
Persentase UMKM 50 52 54 56 58
makanan yang menerapkan
menerapkan standar
keamanan pangan
Terwujudnya tata kelola Indeks RB Deputi Bidang 88 89 90,1 91,2 92,3
pemerintahan yang Pengawasan Pangan Olahan
optimal di lingkup Deputi
Bidang Pengawasan Nilai AKIP Deputi Bidang 81 77,8 79,3 80,8 82,3
Pangan Olahan Pengawasan Pangan Olahan

Terwujudnya SDM Deputi Indeks Profesionalitas ASN 75 84,55 85 85,45 85,90


Bidang Pengawasan Deputi Bidang Pengawasan
Pangan Olahan yang Pangan Olahan
berkinerja optimal
Target Kinerja
Sasaran Strategis Indikator
2020 2021 2022 2023 2024
Menguatnya Pengelolaan Indeks Pengelolaan Data 1,51 2 2,25 2,5 3
Data dan Informasi dan Informasi Deputi
pengawasan Makanan di Bidang Pengawasan Pangan
Deputi Bidang Olahan yang baik
Pengawasan Pangan
Olahan
Terkelolanya Keuangan Nilai kinerja anggaran 93 91,9 92,5 93,7 94,9
secara Akuntabel di Deputi Deputi Bidang Pengawasan
Bidang Pengawasan Pangan Olahan
Pangan Olahan Tingkat efisiensi Efisien Efisien Efisien Efisien Efisien
penggunaan anggaran (96%) (97%) (98%) (99%) (100%)
Deputi Bidang Pengawasan
Pangan Olahan
LAMPIRAN 2
RENCANA KINERJA TAHUNAN
DEPUTI BIDANG PENGAWASAN PANGAN OLAHAN
TAHUN 2021
LAMPIRAN 3
PERJANJIAN KINERJA
DEPUTI BIDANG PENGAWASAN PANGAN OLAHAN
TAHUN 2021
LAMPIRAN 4
LAMPIRAN 5
FORMULIR PENGUKURAN KINERJA
DEPUTI BIDANG PENGAWASAN PANGAN OLAHAN
TW IV TAHUN 2021

Sasaran Program Indikator Kinerja Target Satuan Realisasi Capaian

Terwujudnya Indeks Pengawasan Makanan 81 Indeks 81,4 100,05%


Makanan aman dan
bermutu Persentase Makanan yang
80 Indeks 85,59 106,99%
memenuhi syarat
Meningkatnya
kepatuhan pelaku Indeks kepatuhan (compliance
usaha dan index) pelaku usaha di bidang 78,5 Indeks 73,38 93,48%
kedasaran Makanan
masyarakat
terhadap keamanan Indeks kesadaran masyarakat
dan mutu makanan (awareness index) terhadap 78 Indeks 78,99 101,27%
keamanan dan mutu makanan
Meningkatnya Indeks Kepuasan pelaku usaha
kepuasan pelaku terhadap pemberian bimbingan
88,4 Indeks 88,20 99,77%
usaha dan dan pembinaan pengawasan
masyarakat makanan
terhadap kinerja Indeks kepuasan masyarakat
pengawasan atas kinerja pengawasan 76 Indeks 68,71 90,41%
Makanan Makanan
Indeks Kepuasan Masyarakat
Terhadap layanan publik
84 Indeks 88 104,77%
Deputi Bidang Pengawasan
Pangan Olahan
Meningkatnya
kualitas kebijakan Indeks kualitas kebijakan
86 Indeks 88 104,76
pengawasan pengawasan Makanan
Pangan Olahan
Meningkatnya Persentase Makanan yang
efektivitas aman dan bermutu berdasarkan 76,5 % 83,01 108,51%
pengawasan hasil pengawasan
Makanan Persentase instansi pemerintah
yang berperan aktif dalam 80 % 81,80 102,25%
pengawasan Makanan
Kab/ Kota yang yang
melaksanakan Data on
100 % -
pengawasan pangan progress
olahan sesuai standar
Persentase rekomendasi
83 % 64,99 78,30%
hasil pengawasan
Sasaran Program Indikator Kinerja Target Satuan Realisasi Capaian

makanan yang
ditindaklanjuti oleh lintas
sektor
Meningkatnya Tingkat efektivitas KIE
92 % 92,38 100,41%
efektifitas Makanan
pelayanan publik Indeks pelayanan publik di
Deputi Bidang Pengawasan 4,32 Indeks 4,32 100%
Pangan Olahan
Persentase ketepatan waktu
pelayanan publik di Deputi
90 % 93,46 103,84%
Bidang Pengawasan Pangan
Olahan
Meningkatnya
pemberdayaan
Persentase kader yang
masyarakat dalam
berpartisipasi aktif dalam 94,5 % 91,76 97,10
pengawasan di
pengawasan Makanan
bidang Makanan

Meningkatnya Persentase Fasilitasi


regulatory Pengembangan Inovasi
80 % 85 106,25
assistance Makanan melalui standar
pengembangan keamanan pangan
makanan Persentase UMKM makanan
yang menerapkan standar 52 % 57,5 110,58%
keamanan pangan
Terwujudnya tata
kelola Indeks RB Deputi Bidang
89 Indeks 87,58 98,40%
pemerintahan Pengawasan Pangan Olahan
yang optimal
dilingkup Deputi
Bidang Nilai AKIP Deputi Bidang
Pengawasan 77,8 Nilai 78,18 100,49%
Pengawasan Pangan Olahan
Pangan Olahan

Terwujudnya SDM
Deputi Bidang
Pengawasan Indeks Profesionalitas ASN
Pangan Olahan Deputi Bidang Pengawasan 77 Indeks 86,83 102,70%
yang berkinerja Pangan Olahan
optimal

Menguatnya
Pengelolaan Data Indeks Pengelolaan Data dan
dan Informasi Informasi Deputi Bidang
2.00 Indeks 2,35 117,50%
pengawasan Pengawasan Pangan Olahan
Makanan di Deputi yang baik
Bidang
Sasaran Program Indikator Kinerja Target Satuan Realisasi Capaian

Pengawasan
Pangan Olahan

Terkelolanya
Keuangan secara
Akuntabel di Nilai kinerja anggaran Deputi
Deputi Bidang Bidang Pengawasan Pangan 94 Nilai 94,39 102,71%
Pengawasan Olahan
Pangan Olahan

Tingkat efisiensi pengguna


75 (data
anggaran Deputi Deputi
97 % belum 77,32%
Bidang Pengawasan Pangan
final)
Olahan

Jumlah Anggaran : Rp. 42.573.292.000,-


Realisasi Anggaran : Rp. 42.265.025.177,-

Jakarta, 10 Januari 2022


Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan

Dra. Rita Endang, Apt., M.Kes


CAPAIAN KINERJA
DIREKTORAT STANDARDISASI PANGAN OLAHAN
TW IV TAHUN 2021

No. Sasaran Kegiatan Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian Keterangan

1 Meningkatnya kualitas Indeks kualitas 86 - - Masih


kebijakan pengawasan kebijakan pengawasan dalam
pangan olahan pangan olahan perhitungan
2 Pelayanan publik di Indeks kepuasan 84 89,29 106,3
bidang standardisasi masyarakat terhadap
Pangan Olahan yang layanan publik
prima Direktorat
Standardisasi Pangan
Olahan
3 Tersedianya identifikasi Persentase kesesuaian 100 100 100
kebutuhan standar perencanaan
pangan olahan penyusunan standar
pangan olahan sesuai
roadmap
4 Penyusunan standar Persentase standar 92 94 102
pangan olahan yang pangan olahan yang
efektif sudah disusun sesuai
timeline tahapan
penyusunan
5 Sosialisasi standar Persentase sosialisasi 88 89,52 102
pangan olahan yang standar pangan olahan
efektif kepada stakeholder
yang efektif
6 Meningkatnya Persentase fasilitasi 80 85 106
regulatory assistance pengembangan
pengembangan inovasi makanan
makanan melalui standar
7 Meningkatnya Persentase 87 98 113
efektivitas pelayanan permohonan
publik di bidang pengkajian keamanan,
standardisasi pangan mutu, gizi dan
olahan manfaat pangan
olahan yang
diselesaikan tepat
waktu
8 Indeks pelayanan 4,35 4,43 102
publik di bidang
standardisasi pangan
olahan
No. Sasaran Kegiatan Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian Keterangan

9 Terwujudnya tata kelola Indeks Reformasi 86 87,95 102


pemerintahan di lingkup Birokrasi Direktorat
Direktorat Standardisasi Standardisasi Pangan
Pangan Olahan yang Olahan
optimal
10 Terwujudnya SDM Indeks profesionalitas 86 87,95 102
Direktorat Standardisasi ASN Direktorat
Pangan Olahan yang Standardisasi Pangan
berkinerja optimal Olahan
11 Menguatnya Indeks pengelolaan 2 3 150
pengelolaan data dan data dan informasi di
informasi pengawasan Direktorat
makanan di Direktorat Standardisasi Pangan
Standardisasi Pangan Olahan yang optimal
Olahan
12 Terkelolanya keuangan Tingkat efisiensi 100 100 100
Direktorat Standardisasi penggunaan anggaran
Pangan Olahan secara Direktorat
akuntabel Standardisasi Pangan
Olahan
CAPAIAN KINERJA
DIREKTORAT REGISTRASI PANGAN OLAHAN
TW IV TAHUN 2021

SASARAN
NO INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI CAPAIAN KET
KEGIATAN
1 Makanan yang Persentase pangan 81 85,28 105,28 -
memenuhi olahan yang memenuhi
persyaratan syarat keamanan dan
keamanan dan mutu mutu sebelum
sebelum diedarkan diedarkan
2 Pelayanan publik di Indeks kepuasan 84 84,09 100,11 -
bidang registrasi masyarakat terhadap
Pangan Olahan layanan publik
yang prima Direktorat Registrasi
Pangan Olahan
Meningkatnya Persentase hasil 95 99,64 104,88 -
efektivitas penilaian registrasi
pelayanan publik di Pangan Olahan yang
bidang registrasi diselesaikan tepat waktu
Pangan Olahan
Persentase pengaduan 100 100 100 -
terkait registrasi Pangan
Olahan yang
ditindaklanjuti
Indeks pelayanan publik 4.36 4,63 100,65 -
di Registrasi Pangan
Olahan
Meningkatnya Persentase keputusan 79 84,17 106,54 -
efektivitas registrasi pangan olahan
pengawasan pre yang diselesaikan sesuai
market di bidang standar
Pangan Olahan

4 Persentase 93 94,48 101,59 -


pendampingan di
bidang registrasi pangan
olahan yang efektif
5 Terwujudnya Indeks RB Direktorat 97,7 90,46 92,59 -
tatakelola Registrasi Pangan
pemerintahan Olahan
dilingkup Direktorat
Registrasi Pangan
Olahan yang
optimal
6 Terwujudnya SDM Indeks Profesionalitas 77 87,30 113,38 -
Direktorat ASN Direktorat
Registrasi Pangan
SASARAN
NO INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI CAPAIAN KET
KEGIATAN
Olahan yang Registrasi Pangan
berkinerja optimal Olahan

7 Menguatnya Indeks pengelolaan data 2.00 2,75 137,5 -


pengelolaan data dan informasi
dan informasi Direktorat Registrasi
pengawasan Obat Pangan Olahan yang
dan Makanan di optimal
Direktorat
Registrasi Pangan
Olahan
8 Terkelolanya Tingkat Efisiensi 97 100 103,09 -
Keuangan Penggunaan Anggaran
Direktorat Direktorat Registrasi
Registrasi Pangan Pangan Olahan
Olahan secara
Akuntabel
CAPAIAN KINERJA
DIREKTORAT PENGAWASAN PEREDARAN PANGAN OLAHAN
TW IV TAHUN 2021

Sasaran Indikator Target Realisasi Capaian Ket


Strategis Kinerja
Meningkatnya Persentase toko 30% 20,82 69,4
Kepatuhan modern yang
pelaku usaha menerapkan
di bidang Sistem
peredaran Manajemen
pangan olahan Kemanan
Pangan
Meningkatnya Indeks 84 91,08 108,43
kepuasan kepuasan
masyarakat di masyarakat
bidang terhadap
Peredaran layanan
Pangan Olahan publikDirektorat
yang prima Pengawasan
Peredaran
Pangan
Olahan

Meningkatnya Persentase 60 60,84 101


efektivitas sarana
pengawasan distribusi
dan pelayanan Pangan
publik di bidang Olahan yang
Peredaran dilakukan
Pangan Olahan pendalaman
mutu dan
memenuhi
ketentuan
Persentase 94 95 101 -
keputusan
hasil
pengawasan
peredaran
pangan olahan
yang
diselesikan
sesuai standar
Persentase 85 76,24 89,73 -
Insiden/Kasus
Keamanan
Pangan yang
Ditindaklanjuti
Sasaran Indikator Target Realisasi Capaian Ket
Strategis Kinerja
Persentase 70 - - Masih
hasil dalam
pengawasan perhitungan
UPT BPOM
yang
dilakukan
sesuai standar
Persentase 65 - - Masih
instansi dalam
pemerintah perhitungan
yang berperan
aktif dalam
pengawasan
peredaran
Makanan
Indeks 4,45 4,51 101,35 -
pelayanan
publik di
Direktorat
Pengawasan
Peredaran
Pangan
Olahan
Persentase 90 96,62 101.35 -
keputusan
penilaian
sarana
distribusi dan
produk
Pangan
Olahan yang
diselesaikan
tepat waktu
Persentase 95 84,5 89,38 -
permohonan
ekspor/impor
yang
diselesikan
tepat waktu
Terwujudnya Nilai RB 84,5 84,5 100 -
organisasi yang Direktorat
efektif di Pengawasan PRRS
Direktorat
Pengawasan
Pangan Risiko
Rendah dan
Sedang
Sasaran Indikator Target Realisasi Capaian Ket
Strategis Kinerja
Terwujudnya Indeks 86,75 87,39 100,74 -
SDM yang Profesionalitas
berkinerja optimal ASN Direktorat
di Direktorat Pengawasan
Pengawasan Pangan Risiko
Pangan Risiko Rendah dan
Rendah dan Sedang
Sedang
Menguatnya Data Indeks 2.00 2 100 -
dan Informasi pengelolaan data
Direktorat dan informasi
Pengawasan Direktorat
Pangan Risiko Pengawasan PRRS
Rendah dan yang optimal
Sedang
Terkelolanya Tingkat Efisiensi 92 92 100 -
Keuangan secara Penggunaan
Akuntabel di Anggaran
Direktorat Direktorat
Pengawasan Pengawasan PRRS
Pangan Risiko
Rendah dan
Sedang
CAPAIAN KINERJA
DIREKTORAT PENGAWASAN PRODUKSI PANGAN OLAHAN
TW IV TAHUN 2021

No. Sasaran Strategis Nama Volume


Indikator Target Realisasi Capaian Keterangan
(%)
a b C D E f=(e/dx100)
1 Meningkatnya Persentase Industri Pangan 38 35 92,11 -
Kepatuhan Olahan yang Menerapkan
pelaku usaha sarana Program Manajemen Risiko
produksi
pangan olahan
Persentase peningkatan 10 10,96 109,60 -
industry pangan olahan
yang telah
mengimplementasikan
sistem manajemen
keamanan mutu pangan
olahan (SMKPO)
2 Meningkatnya Persentase instansi 51 59,62 116,89 -
kualitas pengawasan pemerintah yang berperan
produksi pangan aktif dalam pengawasan
olahan oleh K/L/D produksi
dan UPT yang
optimal
Persentase Pemenuhan 71 75,34 106,12
Pelaksanaan Pengawasan
Produksi Pangan Olahan
Oleh UPT BPOM sesuai
dengan NSPK
3 Meningkatnya Indeks 84 87,5 104,17
kepuasan Kepuasan
masyarakat di bidang Masyarakat Terhadap
Produksi layanan publik Direktorat
Pangan Olahan yang Pengawasan
prima Produksi
Pangan olahan
4 Meningkatnya Persentase 87% 91,19 104,82
Efektivitas Keputusan
Pengawasan Produksi Hasil
Pangan Pengawasan
Olahan Produksi Pangan Olahan
yang Diselesaikan Sesuai
Standar
6 Persentase Koordinasi 70 70 100 -
Pengawasan
Produksi
Pangan Fortifikasi yang
No. Sasaran Strategis Nama Volume
Indikator Target Realisasi Capaian Keterangan
(%)
a b C D E f=(e/dx100)
Dilaksanakan

Persentase Tingkat 83 92,24 11,13 -


Pengetahuan Pelaku Usaha
dan Masyarakat Terhadap
Pengawasan Produksi yang
diberikan
Jumlah Kab/Kota yang 100 114 114 -
melaksanakan pengawasan
Produksi pangan olahan
sesuai standar
Meningkatnya Persentase Keputusan 87 91,67 105,36
efektifitas pelayanan penilaian sarana Produksi
publik di bidang Pangan Olahan yang
pengawasan produksi diselesaikan tepat waktu
pangan olahan
Indeks Pelayanan Publik di 4,20 4,44 105,71 -
Direktorat Pengawasan
produksi Pangan Olahan
7 Terwujudnya Indeks RB Direktorat 86 86 100 -
organisasi yang Pengawasan Produksi
efektif di Direktorat Pangan Olahan
Pengawasan Produksi
Pangan Olahan
8 Terwujudnya SDM Indeks Profesionalitas ASN 84,75 85,61 101,09 -
yang berkinerja Direktorat Pengawasan
optimal di Direktorat Produksi pangan olahan
Pengawasan Produksi
Pangan Olahan
9 Menguatnya Data dan Indeks Pengelolaan Data 2.00 1,75 87,5 -
Informasi Direktorat dan Informasi Direktorat
Pengawasan Produksi Pengawasan Produksi
Pangan Olahan pangan Olahan
10 Terkelolanya Tingkat efisiensi 90 100 111,11 -
Keuangan secara penggunaan anggaran
Akuntabel di Direktorat Pengawasan
Direktorat Produksi Pangan Olahan
Pengawasan Produksi yang baik
Pangan Olahan
CAPAIAN KINERJA
DIREKTORAT PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PELAKU USAHA
TW IV TAHUN 2021

Indikator Kinerja %
Sasaran Kegiatan Target Realisasi Keterangan
Kegiatan Capaian
Meningkatnya Jumlah UMKM 40 46
kepatuhan pelaku 1.1 pangan yang sesuai 115 -
UMKM serta kesadaran standar UMKM UMKM
pemerintah daerah dan
masyarakat terhadap Presentase Kab/Kota
keamanan, mutu, dan yang menerapkan
1.2 32 34 106,25 -
gizi makanan peraturan keamanan
pangan untuk IRTP

Persentase
kader/fasilitator
keamanan pangan
1.3 82 88,64 108 -
yang berpartisipasi
dalam pengawasan
Makanan

Pemberdayaan Jumlah Kab/Kota


stakeholder di daerah yang menerapkan
160
yang Optimal 2.1 program keamanan 160 100 -
Kab/Kota
pangan (desa, pasar,
sekolah)
Persentase UPT
BPOM yang
Dinilai
melakukan Masih dalam
2.2 82% diakhir -
pemberdayaan perhitungan
tahun
keamanan pangan
sesuai Pedoman

Pelayanan publik Indeks Kepuasan


Direktorat PMPU yang Masyarakat terhadap
prima layanan publik
3 Direktorat 86 88,01 102,33% -
Pemberdayaan
Masyarakat dan
Pelaku Usaha

Meningkatnya Jumlah pelaku


pemberdayaan UMKM Makanan 18.000 21.600
4.1 120 -
masyarakat, yang diintervensi UMKM UMKM
pendampingan pelaku keamanan pangan
Indikator Kinerja %
Sasaran Kegiatan Target Realisasi Keterangan
Kegiatan Capaian
usaha dan pelayanan
publik di bidang
Makanan

Jumlah 300
kader/fasilitator yang
4.2 Kader/ 318 100,06 -
memahami prinsip
keamanan pangan Fasilitator

Tingkat efektivitas
4.3 89,37 91,5 102,38 -
KIE Makanan

Indeks pelayanan
publik di bidang
4.4 pemberdayaan 3,46 3,61 104,33 -
masyarakat dan
pelaku usaha

Meningkatnya Jumlah pemda yang


203 238
koordinasi dengan diintervensi
5 Prov/Kab/ Prov/Kab/ 117,24% -
pemda dalam keamanan pangan
Kota Kota
pengawasan Makanan

Meningkatnya UPT Persentase UPT


BPOM yang dibina BPOM yang dibina
dalam pemberdayaan 6 dalam pemberdayaan 100% 100% 100% -
masyarakat dan pelaku masyarakat dan
usaha pelaku usaha

Terwujudnya tata kelola Indeks RB Dit.


pemerintahan yang PMPU
optimal di Direktorat
7 90 89,57 99,50 -
Pemberdayaan
Masyarakat dan Pelaku
Usaha

Terwujudnya SDM Indeks Profesionalitas


Direktorat ASN Dit. PMPU
Pemberdayaan
8 77 85,94 111,6 -
Masyarakat dan Pelaku
Usaha yang berkinerja
optimal

Menguatnya Indeks pengelolaan


Pengelolaan Data dan 9 data dan informasi 2 2,25 112,5 -
Informasi Pengawasan
di Direktorat
Indikator Kinerja %
Sasaran Kegiatan Target Realisasi Keterangan
Kegiatan Capaian
Pemberdayaan UPT yang optimal di
Masyarakat dan Pelaku Dit. PMPU
Usaha

Terkelolanya Keuangan Tingkat Efisiensi


Direktorat Penggunaan
Pemberdayaan 10 Anggaran Dit. PMPU 91 100 109,9 -
Masyarakat dan Pelaku
Usaha Secara Akuntabel
LAMPIRAN 7

Anda mungkin juga menyukai