Abstrak: Kayuagung merupakan suatu kecamatan yang terletak di Ogan Komering Ilir, Sumatra Selatan, yang
mempunyai berbagai macam kebudayaan dan kearifan lokal yang terus menerus selalu turun menurun kepada
generasi muda sekarang. Namun, ada beberapa kebudayaan yang pengimplementasiannya tidak diketahui
banyak orang. Salah satunya ritual yang ada dalam lomba bidar. Hanya dalam jangkauan para peserta lomba
bidar saja, karena ini bersifat turun temurun dari leluhur mereka. Oleh karena itu, untuk mengetahui ritual
apakah yang dilakukan mereka serta bagaimana cara mempertahankan kearifan lokal dalam lomba bidar
tersebut. Agar tetap bisa bertahan dalam gencarnya kebudayaan yang banyak hilang. Adapun tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui secara mendasar ritual apa yang para peserta lakukan selama perlombaan
dimulai dan mendeskripsikan cara mempertahankannya. Penelitian ini dilaksanakan dengan metode kualitatif.
Sedangkan untuk pengumpulan datanya memalui wawancara kepada perwakilan tim dari 5 tim peserta yang
pernah berkontribusi dalam lomba bidar. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, menunjukkan hasil
bahwa ritual tersebut banyak menggunakan doa keselamatan yang diiringi dengan berbagai sedekah berbagai
macam untuk dapat memenangkan perlombaan tersebut.
Kata kunci: Ritual, Kearifan lokal, Lomba bidar, Peserta Lomba Bidar
Abstract: Kayuagung is a sub-district located in the OIC district, South Sumatra, which has a variety of
cultures and local wisdom that continues to be passed down to the younger generation now. However, there are
some cultures whose implementation is not known to many people. One of them is the ritual in the bidar
competition. Only within the reach of the participants of the bidar competition, because this is hereditary from
their ancestors. Therefore, to find out what rituals they perform and how to maintain local wisdom in the bidar
competition. In order to survive in the onslaught of culture that is lost a lot. The purpose of this study was to
find out fundamentally what rituals the participants performed during the race and describe how to maintain
them. This research was carried out by qualitative methods. As for the data collection, it was through interviews
with team representatives from 5 participating teams who had contributed to the bidar competition. Based on
research that has been done, it shows the results that the ritual uses a lot of salvation prayers accompanied by
various alms of various kinds to be able to win the race.
Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, salah satu akibat dari
kemajemukan tersebut adalah terdapat beraneka ragam ritual budaya yang dilaksanakan dan
dilestarikan oleh masing-masing pendukungnya. Ritual tersebut mempunyai bentuk dan cara
melestarikan serta maksud dan tujuan yang berbeda-beda antara kelompok masyarakat yang
satu dengan masyarakat yang lainnya. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan lingkungan
tempat tinggal, serta tradisi yang diwariskan secara turun temurun.
Kabupaten Ogan Komering Ilir merupakan salah satu Kabupaten dari Sumatera
Selatan, Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik ada sekitar 787.513 penduduk kabupaten
Ogan Komering Ilir pada tahun 2022. Dengan wilayah yang cukup luas, banyak juga
kecamatan-kecamatan yang ada di Ogan Komering Ilir, Salah satunya ialah kecamatan
Kayuagung.
Menurut Badan Pusat Statistik Kayuagung memiliki sekitar 76.393 jiwa penduduk
yang terdiri dari 10 kelurahan yaitu: Jua-jua, Sidakersa, Cintaraja Mangunjaya, Paku,
Sukadana, Kedaton, Kotaraya, Perigi. Memiliki kelurahan yang cukup banyak tidak
memungkinkan jikalau tidak memiliki ciri khas atau budaya yang sama dan dapat diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari.
Kearifan lokal biasanya diwariskan secara turun temurun dari satu generasi ke
generasi melalui cerita dari mulut ke mulut. Kearifan ini sangat baik jika dilihat dari segi
positif, seperti saling bekerja sama sesama warga. Kebudayaan yang dibawa leluhur dulu
harus di jalankan dengan baik oleh masyarakat Kayuagung. Jika tidak dikelola dengan baik,
bisa terjadi kejadian-kejadian yang tidak diinginkan seperti perpecahan antar daerah karena
tidak saling memahami sesama daerah. Maka perlu kesadaran akan budaya masing-masing
dan tidak saling merendahkan kebudayaannya.
Di Kayu Agung, OKI, pasti memiliki kearifan lokal seperti tradisi perahu bidar yang
dinantikan masyarakat Kayuagung. Lomba ini biasanya digelar setiap tahun dalam
merayakan Hari Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus dan Hari Jadi Kabupaten OKI yang
diperingati setiap 10 Oktober.
Lomba perahu bidar itu sebagai perlombaan perahu yang melaju cepat, yang
merupakan ciri khas Kayuagung, OKI. Lomba perahu bidar ini lomba mendayung perahu dari
start sampai finish yang merupakan tradisi leluhur yang mengajarkan persatuan, kerja sama,
semangat juang serta menjunjung tinggi sportivitas.
Setiap kali lomba diadakan pasti warga yang mengikutinya memiliki persiapan
tersendiri atau rencana yang matang untung dapat mendapatkan hadiah yang diperebutkan.
Lomba perahu bidar tahun ini di ikuti dari perwakilan dari 10 kelurahan yang ada di
Kayuagung. Lomba perahu bidar ini diadakan di Sungai Komering Kayuagung yang diikuti
20 tim peserta dengan memperebutkan hadiah total Rp 15 juta yang dibagi atas juara 1, 2, dan
3.
Behubungan dengan cara mendapatkan hadiah yang diperebutkan dalam lomba bidar,
tentunya memiliki rencana masing-masing bagi setiap kecamatan, termasuk Kayuagung.
Mengenai lomba bidar ini, dalam ajang perlombaan terkhusus yang hadiahnya besar tidak
akan terlepas dari dunia mistis, mulai dari ritual khusus, dan doa keselamatan. Namun ritual
itu tergantung kepercayaan masing-masing. Berbagai cara dilakukan agar perahu tetap
imbang dalam lajunya perlombaan.
Dengan adanya kebudayaan ritual menang yang dilakukan oleh para peserta tentunya
juga mempunyai cara mempertahankan ritual tersebut. Pemertahanan ini merupakan suatu
cara yang dilakukan masyarakat agar kebiasaan yang dilakukan tetap ada. Supaya terhindar
dari hal-hal yang merobohkan kebudayaan tersebut.
Tetapi pembekalan kepercayaan akan hal mistis jangan sampai melampaui batas dan
menyimpang dari unsur keagamaan. Kelancaran lomba dengan ritual yang dilakukanpun
tidak lepas dari unsur hubungan kekeluargaan antar kelurahan di kayuagung. Ritual yang
dilakukan setiap kelurahan pasti memiliki alasan tersendiri yang ingin dicapai.
Maka rumusan masalah yang diangkat pada penelitian ini adalah: Ritual menang
seperti apa yang dilakukan oleh peserta lomba bidar?, Bagaimana cara masyarakat
mempertahankan ritual menang dalam lomba bidar tersebut?. Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan apa saja ritual yang dilakukan masyarakat Kayuagung dalam perlombaan
lomba bidar tersebut serta cara yang dilakukan agar ritual menang tersebut tetap bertahan.
Penelitian ini di harapkan mampu memberi manfaat sebagai berikut: Memberikan informasi
kepada masyarakat luas agar mengetahui masih banyak kebudayaan yang belum diketahui
dan perlu dipahami secara rinci. Membuka mata masyarakat terhadap pentingnya
melestarikan kebudayaan yang sudah mandarah daging.
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode deskriptif pendekatan kualitatif
dalam penelitiannya. Dari penjelasan diatas, disimpulkan bahwa penelitian ini berusaha untuk
mendeskripsikan sebuah fenomena dimana peneliti melakukan penelitian. Penelitian ini
dilakukan pada masyarakat di Ogan Komering Ilir tepatnyayang pernah mengikuti lomba
bidar di Kayuagung. Adapun jadwal penelitian akan dimulai dari 18 Januari 2023 sampai
dengan 14 Juni 2023. Pada penelitian kali ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data
dengan cara wawancara kepada sampel. Wawancara dalam penelitian ini akan dilakukan
antara peneliti sebagai pewancara dan 5 orang perwakilan peserta lomba bidar sebagai
responden. Wawancara akan dilakukan satu kali. Pada penelitian ini, digunakan analisis
wacana yang terjadi interaksi secara langsung antara subyek penelitian dan peneliti.
HASIL PENELITIAN
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat diketahui bahwa peserta lompa perahu
bidar dari tahun ke tahun yang sudah mengikuti lomba tersebut memiliki berbagai tanggapan.
Pertanyaan dimulai dengan pertanyaan “Kapan terakhir kali bapak mengikuti lomba
bidar di Kayuagung?” Pada pertanyaan pertama menunjukkan bahwa sebagian besar
responden sudah dalam jangkau waktu lama dalam mengikuti lomba bidar ini. Tetapi ada
beberapa yang mengikuti lomba bidar ini pada beberapa tahun terakhir, sehingga sebagian
responden masih ingat dengan kapan terakhir kali mereka mengikuti lomba bidar ini.
Sedangkan, untuk sebagian lainnya masih merasa bimbang kapan terakhir kali meraka
mengikuti lomba bidar ini. Terkhususnya yang di atas usia 40 tahun karena mengikuti lomba
ini pada masa remaja. Akan tetapi tidak memutus kemungkinan mereka pada tahun
tersebutlah mereka mengikuti lomba bidar ini karena pada usia 17 atau 18.
Dari penjelasan diatas, ternyata ritual-ritual yang selama ini terdengar seperti tidak
mungkin, ternyata ada di dalam lomba bidar ini. Oleh karena itu, sebenarnya masih banyak
kearifan budaya yang belum di ketahui, tetapi dengan adanya penelitian ini membantu kita
mengetahui budaya yang tidak diketahui sehingga menambah pengetahun baru. Untuk
menghindari lunturnya budaya yang ada, sebagai calon peneliti selanjutnya dan sebagai
generasi muda harus mempertahankan dan menjaga budaya tersebut.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
pemertahanan ritual menang: dalam lomba bidar sebagai kearifan lokal ini mempunyai
berbagai ritual dan cara untuk mempertahankannya yang dilakukan untuk memenangkan
lomba ini. Salah satunya melakukan sedekah, akan tetapi ada juga ritual yang dilakukan
komando perahu bidar tanpa diketahui para pendayung. Sehingga membuat para peserta
lomba bidar bertekad menang dan rasa semangat yang membara. Yang menunjukkan bahwa
mereka tidak jauh dari dunia mistis. Sehingga memberikan pengaruh yang diberikan sangat
bermanfaat bagi para peserta, dikarenakan dapat membantu perekonomian mereka dengan
hadiah yang didapatkan. Dan ritual tersebut mereka anggap suatu kepercayaan yang harus
dipercayai karena turun temurun dari leluhur mereka maupun peserta lomba bidar
sebelumnya.
Disamping itu, dengan adanya ritual ini membantu mereka dalam melawan rasa
kekhawatiran dan kecemasan selama perlombaan karena mereka mengaggap didampingi oleh
para leluhur mereka. Sedangkan, salah satu tim ada yang meminta agar informasi yang
mereka sampaikan dirahasiakan agar menghindari ketidak setujuan para leluhur mereka. Oleh
karena itu, dapat disimpulkan bahwa ritual menang yang mereka lakukan masih berpegang
teguh pada kepercayaan mereka terhadap hal-hal mistis dan kebudayaan serta kearifan lokal
yang masih mereka pegang atau budayakan sampai sekarang. Supaya kebudayaan tersebut
tidak hilang dan digunakan sebaik mungkin tanpa niatan untuk menghancurkan.
UCAPAN TERIMAKASIH
Peneliti mengucapkan terima kasih kepada pihak keluarga yang telah membantu doa maupun
material, terutama kepada kedua orang tua dan kakak. Terima kasih kepada Bapak
Afryansayah, M.Pd selaku pembimbing 1 dan Bapak Kgs Reza Usman, S.Pd selaku
Pembimbing 2, yang telah banyak memberikan bantuan dan bimbingan kepada peneliti dalam
menyelesaikan penyusunan KTI ini.
Peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak H. Kiagus Faisal, S.Ag., M.Pd.I.,
selaku Kepala MAN Insan Cendekia OKI. Bapak Muhammad Mufarrikhin, S.Pd., selaku
Wakil Akademik. Bapak Saidina, S.Pd.I., selaku Wakil Kesiswaan. Ibu Habibah, S.Ag.,
selaku Wakil Keasramaan, dan Bapak Ayu Mentari, S.Pd.Gr., selaku Wakil Sarana Prasarana
dan Bapak Afryansyah, S.Pd. Wakil Humas. Serta, Bapak Hendri, M.Pd., selaku Pembina
KTI yang telah membantu kelancaran penyelesaian KTI ini.
REFERENSI
BIBLIOGRAPHY Catherine, J. K. (2021). Upacara dan Ritual. Wiley Online Library, 2.
Elfarissyah, A. (2022). Tradisi perahu bidar sebagai warisan budaya dalam. judika (jurnal
pendidikan unsika),1.
F.X.Rahyono. (2016). Kearifan Budaya Dalam Kata. Jakarta: Alfabeta.
Kindi, M. F. (2021). Penerapan Media Flash Card untuk meningkatkan hafalan mufrodat
dalam mata pembelajaran Bahasa Arab. Karya Tulis Ilmiah, 7.
Materi, A. (2022, November 24). Pengertian Wawancara Menurut Para Ahli. Retrieved from
Materi Belajar: https://materibelajar.co.id/
Mpd, D. W. (2020). Teori Metodologi Penelitian. Staffuny, 2.
Nastaghfiroh, R. (2021). Degradasi Tradisi Ngobeng di Tangga Buntung Palembang akibat
masukny Era Globalisasi. Kayuagung, Ogan Komering Ilir: MAN Insan Cendekia OKI.
Pann. (2020, 4 9). Mempertahankan. Retrieved from Multi Glosarium:
https://glosarium.org/arti-mempertahankan/
Poerwandari, E. K. (2017). Metode Penelitian. Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian, 2.
Rizka, A. U. (2018). Makna Metodologi Penelitian. Eprints Umsida, 1.
Salalahi, Stevania. (2018). Kearifan Lokal pada situs-situs budaya di Kecamatan
Simanindodan Peninggalan Sejarah di Museo di Storia Naturale- Antropologia E Etnologia,
Firenze, Italia. Universitas Sumatera Utara, 1.
Samudro, E. G. (2020). Unsur–unsur Kearifan Lokal Masyarakat di . Jurnal Universitas
Pertahanan Indonesia (UNHAN), 2.
Sari, D. (2018). Metode Penelitian dan Teknik Analisis Data. Eprints, 9.
Semai, Y. S. (2020, August 16). Perahu Bidar dan Tradisi Masyarakat di sepanjang Sungai
Musi. Retrieved from Mongabay: https://www.mongabay.co.id