Anda di halaman 1dari 34

BAB SATU PENDAHULUAN

1. Energi, Energetika, dan Termodinamika

1.1. Energi

1.2. Energetika Kimia


Ilmu yang mempelajari energi dan perubahannya, baik di tingkat molekul atau di
tingkat makroskopik

1.3. Termodinamika
Ilmu yang mempelajari energi dan perubahannya, dengan berbasis sistem, lewat
besaran-besaran makroskopik

2. Sistem dan Lingkungan


2.1. Sistem adalah bagian dari alam yang kita kaji

2.2. Lingkungan: bagian di luar sistem

2.3. Dinding: batas (nyata atau imajiner) antara sistem dan lingkungan
Macam-macam dinding: dinding diatermal dan adiatermal
Dinding diatermal: bisa melewatkan panas atau kalor
Dinding adiatermal: tidak bisa melewatkan kalor

3. Macam-Macam Sistem
3.1. Sistem Terbuka
Δ n ≠ 0, q ≠ 0
3.2. Sistem Tertutup
Δn=0
3.3. Sistem Tersekat
Δ n = 0, q = 0
3.4. Sistem Terisolasi
Δ n = 0, q = 0, w = 0

4. Proses dan Keadaan Sistem


4.1. Proses: perubahan terhadap sistem

4.2. Keadaan Sistem


Keadaan sistem didefinisikan dengan seperangkat besaran makroskopik yang bersifat
unik, yang berubah jika terjadi proses

Jadi, kalau terjadi proses, maka satu atau lebih besaran makroskopik yang
menggambarkan keadaan sistem, akan berubah.
5. Besaran (Makroskopik)
5.1. Besaran Intensif
Besaran yang tidak bergantung pada ukuran sistem
ATAU
Besaran yang bernilai sama untuk sistem dan untuk subsistem.

5.2. Besaran ekstensif


Besaran yang bergantung pada ukuran sistem

Besaran yang bernilai berbeda untuk sistem dan untuk subsistem.

6. Macam-Macam Proses

6.1. Proses Isokhor

6.2. Proses Isobar

6.3. Proses Isoterm

6.4. Proses Adiabat


q=0
(Dari sudut pandang proses keseluruhan)

6.5. Proses Reversibel dan Ireversibel


PERANGKUMAN DAN DISKUSI

1. Gas
1.1. Pengertian
Gas adalah materi yang mengisi seluruh ruang yang ditempatinya

Di tingkat submikroskopik: gas merupakan materi yang tersusun atas partikel-partikel


yang berjauhan, yang selalu bergerak bebas.
2.
3.
Energi kinetik (translasi) atom/molekul gas: Ek rata-rata = 3/2 kT
Pada suhu tertentu, energi kinetik atom/molekul gas tidak seragam, melainkan terdistribusi
pada berbagai nilai energi kinetik.

ΔE = q + w
dE = dq + dw

Kalor dan kerja diberi harga positif, jika kalor atau kerja tsb. menyebabkan kenaikan energi
sistem. Sebaliknya, Kalor dan kerja diberi harga negatif, jika kalor atau kerja itu, menyebabkan
penurunan energi sistem.
GAS

1. Gas
1.1. Gas merupakan wujud materi yang dapat menempati ruang secara penuh
1.2. Gas merupakan materi yang terdiri atas partikel-partikel dengan jarak yang berjauhan.
Partikel-partikel itu tidak saling bersentuhan, kecuali saat bertumbukan.

2. Hukum-hukum Gas
2.1. Hukum Boyle: p1V1 = p2V2 syarat: suhu tetap (T tetap) dan tertutup (n tetap)
2.2. Hukum Gay-Lussac: p1/T1 = p2/T2 syarat: volume tetap dan tertutup
2.3. Hukum Charles: V1/T1 = V2/T2 syarat: tekanan tetap (p tetap)
2.4. Hukum Boyle-Gay Lussac: p1V1/T1 = p2V2/T2 (syarat: tidak bocor atau tertutup)
2.5. Hipotesis Avogadro: V1/n1 = V2/n2
Pada suhu dan tekanan yang sama, setiap gas yang volumenya sama, akan
mengandung jumlah molekul yang sama.

Ada syarat tambahan agar semua rumus di atas berlaku, yaitu gasnya berupa gas ideal.

3. Persamaan Keadaan Gas


3.1. Pengertian:
Persamaan keadaan adalah persamaan yang menghubungkan berbagai besaran
(makroskopik) gas. Besaran-besaran itu menggambarkan keadaan sistem.

3.2. Persamaan Keadaan Gas Ideal


pV = nRT atau pV = NkT
p = tekanan gas (dalam satuan atmosfer atau N/m2)
V = volume gas (dalam satuan liter atau m3)
n = jumlah zat (dalam satuan mol)
N = jumlah partikel yang bisa berupa atom (mis. helium) atau molekul (misalnya H2)
T = suhu (dalam satuan kelvin, K)
R = tetapan gas = 0,082 L atm/K mol ~ 8,314 J/K mol
k = tetapan Boltzmann = R/NA = 1,38 x 10-23 J/K

3.3. Persamaan Keadaan Gas Nyata (PR: cari 2 contoh persamaan keadaan gas nyata, salah
satunya adalah persamaan keadaan van der Waals. Beri penjelasan secukupnya)
4. Asumsi Gas Ideal
Gas ideal merupakan gas yang memenuhi semua hukum-hukum di atas. Untuk memenuhi
hukum itu, diperlukan beberapa persyaratan yang disebut asumsi gas ideal.
4.1. Gas terdiri atas partikel yang SANGAT banyak yang selalu bergerak lurus (dengan
kecepatan tetap) di antara 2 tumbukan.
4.2. Tidak ada tarik-menarik atau tolak menolak antar partikel gas (atom atau molekul),
kecuali saat bertumbukan. Pada saat bertumbukan bisa terjadi adanya tolak-menolak
antar partikel gas.
4.3. Partikel-partikel gas tidak memiliki volume, artinya volumenya diabaikan, dan partikel
gas berupa “titik”.
4.4. Tumbukan antar partikel gas dan antara partikel gas itu dengan dinding bersifat lenting
sempurna.
4.5. Gerakan partikel gas memenuhi hukum-hukum Mekanika Klasik atau hukum-hukum
Fisika (hukum Newton)

5. Model Kinetika Gas


(Teori Kinetik Gas, Teori Kinetik Molekul Gas)
5.1. Gas SELALU Bergerak
Partikel-partikel penyusun gas selalu bergerak.
Patut dicatat, hal ini hanya berlaku jika: (1) masih gas, (2) suhu di atas 0 K. Dan karena
semua zat berupa padat pada suhu 0 K, maka pernyataan gas selalu bergerak,
merupakan pernyataan yang selalu benar.

Pada suhu tertentu, energi kinetik atom/molekul gas tidak seragam, melainkan
terdistribusi pada berbagai nilai energi kinetik.

5.2. Tekanan Gas

p = ⅓ Nmv²/V --> pV = ⅓ Nmv² (sudah mirip dengan hukum Boyle)


Dalam rumus di atas ada “rata-rata dari kuadrat laju molekul gas”
Hati-hati, rata-rata dari kuadrat berbeda dengan kuadrat dari rata-rata

Ilustrasi: untuk 3 molekul gas dengan dengan laju 3, 4, dan 5 m/s, maka
rata-rata laju: 4 m/s
rata-rata dari kuadrat laju: 16,67
5.3. Laju “Akar Rata-Rata Kuadrat” (vark, vrms)
root-mean-square
Laju ark merupakan akar dari rata-rata dari kuadrat laju molekul.
Untuk contoh di atas, vrms = 4,08 m/s
Jadi, laju rata-rata berbeda dengan laju akar rata-rata kuadrat (vark).

5.4. Energi Kinetik Molekul Gas

εk = 1½ kT
Untuk satu sistem gas: E = 3/2 NkT

6. Dinamika Atom dan Molekul


6.1. Gerakan di Tingkat Submikroskopik
Gerak translasi
Gerak rotasi
Gerak vibrasi
Gerak elektron, dengan energi elektronik yang mencakup energi kinetik elektron,
energi potensial interaksinya dengan inti dan elektron lain, juga aspek kuantum, yaitu
spin elektron.

6.2. Energi Translasi


Dalam teori kinetik gas, energi energi yang lebih sering dibahas
Energi translasi, εk = 1½ kT untuk partikel gas

6.3. Energi Rotasi


Energi rotasi εJ = J(J+1)ℏ../2I (contoh untuk molekul linier/sferik)
dengan:
J = bilangan kuantum rotasi = 0, 1, 2, 3, ...
Energi rotasi didominasi oleh energi perputaran inti atom terhadap sumbu putar dari
gerak rotasi tsb. Energi rotasi bisa diabaikan untuk atom, tetapi nilainya jauh lebih
besar untuk molekul.
o-----o

6.4. Energi Vibrasi


Energi vibrasi εv = (v+½)hν
dengan
v = bilangan kuantum vibrasi = 0, 1, 2, 3, ...
ν = frekuensi vibrasi (lambang: huruf nu)
Energi vibrasi hanya ada pada molekul, tidak ada pada atom tunggal seperti helium.

6.5. Gerak Submikroskopik di Berbagai Suhu


Pada suhu tinggi, dengan fasa gas dan cair, ada energi translasi, rotasi, vibrasi, dan
elektronik. Tapi energi elektronik praktis tidak berubah dengan suhu
Pada suhu rendah, dengan fasa padat, hanya tersisa energi vibrasi
Pada suhu 0 K, energi vibrasi tetap ada, tapi di tingkat terendah
BAB TIGA: HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA

1. Energi
1.1. Energi adalah kemampuan untuk melakukan kerja
Kerja: w = F s, dw = F ds, w = integral F ds

2. Kalor dan Kerja


2.1. Kalor (q) adalah suatu bentuk energi yang berpindah karena perbedaan suhu.
2.2. Kerja (w) adalah suatu bentuk energi yang berpindah, selain kalor.
2.3. Konvensi: kalor dan kerja bernilai positif jika meningkatkan energi sistem
Sebaliknya, Kalor dan kerja diberi harga negatif, jika kalor atau kerja itu, menyebabkan
penurunan energi sistem.

3. Kalor Jenis dan Kapasitas Kalor


3.1. Kalor Jenis (c)
c = 1/n q/ΔT = 1/n dq/dT
dengan:
n = jumlah zat (satuan: mol)
q = kalor dalam satuan joule
T = suhu dalam kelvin (K)

3.2. Kapasitas Kalor (C)


C = q/ΔT = dq/dT

3.3. Kalor Jenis pada Proses


Isobar: cp = 1/n dqp/dT
Isokhor: cv =

4. Kerja (w)
4.1. Macam-Macam Kerja
Kerja mekanik: dw = F ds --> w = ìF ds
Kerja volume: dw = pdV
Kerja listrik: dw = V dQ = V I dt
Kerja kimia:

4.2. Kerja Volume Reversibel

5. Energi-Dalam dan Hukum Pertama Termodinamika


5.1. Energi-Dalam: energi total yang dimiliki oleh sistem
Dalam termodinamika, kita seringkali tidak membahas energi totalnya, tapi membahas
perubahannya. Jadi, yang sering dihitung bukan E, tapi ΔE

5.2. Hukum Pertama Termodinamika:


ΔE = q + w
dE = dq + dw

Hukum pertama termodinamika pada dasarnya merupakan hukum kekekalan energi.


Rumus di atas bisa dinarasikan sbb. Jika sistem menerima kalor, maka kalor itu tidak
hiang, tapi tersimpan dalam bentuk energi dalam. Jika kerja dilakukan terhadap sistem,
maka energi-dalam sistem bertambah, atau perubahan energi-dalam sistem positif. Jika
sistem melakukan kerja volume, maka volume sistem bertambah, yang menyebabkan
energi-dalam sistem berkurang. Mengapa? Karena untuk melakukan kerja, sistem itu
memerlukan energi.

5.3. Perubahan Energi Dalam Akibat Reaksi Kimia

Jika reaksi kimia menghasilkan molekul hasil reaksi yang lebih stabil, maka energi
sistem molekul tersebut turun.

Andaikan reaksinya: A + B --> C + D

berarti sistem molekul C dan D memiliki energi kimia yang lebih rendah dari sistem
molekul A dan B. Ada pernyataan kontradiktif di sini. Katanya energi turun, tapi
menurut hukum pertama, energi mestinya kekal. Apa penjelasannya?

Dalam reaksi di atas, sebetulnya yang terjadinya bukanlah energi turun, tapi energi
berubah bentuk. Dalam hal ini terjadi perubahan dari energi kimia menjadi energi
termal.

Contoh reaksi yang pertama: NaOH(aq) + HCl(aq) --> NaCl(aq) + H2O


Contoh perubahan yang kedua: pelarutan garam dapur
NaCl(s) --> NaCl(aq)
Penjelasan untuk terakhir: dibutuhkan energi yang besar untuk memutuskan ikatan-
ikatan ion dalam NaCl(s).

Jika reaksi antara NaOH(aq) dan HCl(aq) terjadi pada sistem yang terisolasi, yaitu tidak
ada kalor dan kerja yang keluar-masuk sistem, maka berapakah nilai ΔE atau perubahan
energi-dalam? ΔE = 0.

Selama ini dikatakan, reaksi NaOH + HCl adalah reaksi eksoterm, alias ΔE < 0. Apa
maksudnya? Ketika kalor belum terbuang keluar, akibat naiknya suhu sistem, maka ΔE
memang masih NOL. Tapi dengan reaksi pada sistem terbuka, atau sistem tertutup
dengan dinding yang diatermal (dapat melewatkan kalor), maka kenaikan suhu sistem
akan menyebabkan mengalirnya kalor keluar sistem. Pada saat itulah, ΔE menjadi
bernilai negatif, karena q negatif (ada kalor keluar sistem).
6. Fenomena di Tingkat Atom dan Molekul (Tingkat Submikroskopik)

6.1. Reaksi Eksoterm


Sudah disebutkan di atas, ada reaksi yang menghasilkan molekul yang lebih stabil.
Dalam hal ini bisa disebutkan di tingkat atom dan molekul, energi elektroniknya turun.
(Di tingkat makroskopik, kita sebut energi kimianya turun). Tapi bukan sekedar turun,
melainkan berubah menjadi energi bentuk lain, yaitu – di tingkat atom dan molekul –
menjadi energi translasi, rotasi, dan vibrasi.

Secara makroskopik, disebut energi termal naik, dan suhu naik. Kenaikan suhu ini
berkaitan dengan naiknya ketiga energi di atas. Naiknya energi-energi tsb akan
menyebabkan tumbukan yang lebih kuat dengan dinding wadah, yang menyebabkan
meningkatnya energi vibrasi pada atom-atom penyusun wadah tsb. Energi vibrasi itu
dipindahkan ke atom-atom tetangga, hingga ke dinding bagian luar. Datanglah udara
menumbuk dinding luar itu, sehingga energinya ketika memantul, menjadi lebih tinggi.
Terjadi perpindahan dari energi vibrasi dalam padatan (kaca wadah) menjadi energi
translasi molekul-molekul udara di sekitarnya.

Untuk memahami ketiga energi di atas (translasi, rotasi, dan vibrasi). Dalam keadaan
uap air, atau dalam keadaan cair, molekul-molekul air ini memiliki ketiga energi tsb.
Tapi setelah menjadi es batu, hanya tinggal energi vibrasi.

6.2. Reaksi Endoterm


Sebaliknya pada reaksi endoterm, energi kimia (atau energi elektronik) naik, yang
disertai penurunan energi termal. Berarti energi tranlasi, rotasi dan vibrasi molekul
dalam sistem, turun. Getaran atom dinding wadah “dihambat” oleh gerakan molekul
dalam larutan yang melambat.

Secara sederhana ada kalor masuk dari luar sistem (lingkungan) ke dalam sistem.

7. Entalpi (H)
7.1. Pengertian
Di sekolah menengah, sering disampaikan bahwa perubahan entalpi merupakan kalor
(yang dilepaskan atau diterima sistem) pada tekanan tetap. Untuk definisi
matematikanya, entalpi bisa dinyatakan sebagai:

H = E + pV

dengan:
E = energi-dalam = U
p = tekanan sistem
V = volume sistem
7.2. Kalor pada Volume Tetap
Berdasarkan hukum pertama: dE = dq + dw
Untuk proses reversibel1 dan dengan asumsi hanya ada kerja volume:

dE = dq – pdV

Pada proses dengan volume tetap: dE = dqv. -> ΔE = qv

7.3. Kalor pada Tekanan Tetap

H = E + pV
dH = dE + d(pV)
= (dE) + pdV + Vdp
= (dq – pdV) + pdV + Vdp
dH = dq + Vdp

Dari rumusan terakhir, kita bisa ketahui rumusannya pada proses dengan tekanan
tetap, maka:
dH = dqp , setelah diintegralkan: ΔH = qp

Macam-macam delta-H
Hukum Hess

8. Macam-Macam Perubahan Entalpi


8.1. Entalpi Pembentukan

8.2. Entalpi Penguraian

8.3. Entalpi Pembakaran

8.4. Entalpi Peleburan

8.5. Entalpi Penguapan

1
Sebagai catatan, kalau prosesnya tidak reversibel, maka tekanan yang digunakan dalam rumusan kerja adalah
tekanan lingkungan atau tekanan dari luar sistem
BAB KEEMPAT: ENTROPI DAN HUKUM KEDUA TERMODINAMIKA

Dalam bab 3 kita telah membahas hukum pertama termodinamika, yaitu bahwa energi
kekal. Ada energi kalor dan kerja yang bisa masuk-keluar sistem, yang menyebabkan energi-
dalam sistem berubah. Tapi bab itu, belum membahas arah proses atau arah perubahan.

1. Fenomena Perubahan Yang Mungkin dan Tidak Mungkin


Di alam, ada proses yang terjadi, ada yang mustahil terjadi. Hukum kedua termodinamika
membahas tentang arah perubahan.

1.1. Aliran Kalor


Yang spontan terjadi, aliran kalor dari suhu tinggi ke suhu rendah.
Tapi arah sebaliknya, yaitu aliran kalor suhu rendah ke suhu tinggi, tetap bisa
memenuhi hukum pertama termodinamika. Tapi hal ini tidak terjadi. Kita katakan,
proses perpindahan kalor dari suhu rendah ke tinggi, adalah proses yang MELANGGAR
hukum kedua termodinamika.

1.2. Reaksi Kimia


Reaksi kimia bisa terjadi dari pereaksi ke arah terjadi kesetimbangan kimia. Apakah bisa
terjadi perubahan dari keadaan setimbang, ke arah pereaksi semula.

1.3. Gas dalam Ruang

2. Rumusan Hukum Kedua Termodinamika


Sebelum ada rumusan yang kita kenal, telah disampaikan 2 rumusan:

2.1. Rumusan Clausius


Bahwa tidak mungkin ada proses lingkar yang menyebabkan kalor mengalir dari benda
bersuhu rendah ke benda lain yang bersuhu tinggi.

2.2. Rumusan Kelvin Planck


Bahwa tidak mungkin ada proses lingkar yang satu-satunya perubahan yang terjadi
adalah perubahan kalor untuk sepenuhnya menjadi kerja.

T2___ T2 > T1 T2___

q, mustahil w

T1___

3. Entropi (S)
3.1. Definisi Entropi

dS = dqrev/T satuan: joule/kelvin = J/K

Entropi baru bisa dihitung, jika prosesnya reversibel.


Perubahan entropi (ΔS) tidak bergantung pada jalannya proses, hanya bergantung pada
keadaan awal dan keadaan akhir.

Beberapa perubahan yang reversibel: air membeku pada 0°C, air menguap pada 100°C
dan tekanan 1 atmosfer, pemanasan dan pendinginan (dianggap reversibel),
pergeseran kesetimbangan (secara perlahan).

Tidak reversibel: air membeku pada -10°C, reaksi dari N2 dan H2 menjadi NH3.

3.2. Makna Fisik Entropi


Entropi merupakan ukuran dari ketidakteraturan sistem.

Perubahan dengan kenaikan entropi:


- pemanasan
- ekspansi gas
- perkaratan besi
- perubahan dari amoniak menjadi nitrogen dan hidrogen (penguraian)
- pemuaian
- peleburan atau pelelehan, perubahan padat menjadi cair
- penguapan
- penyubliman, perubahan padat menjadi gas
- difusi tersebarnya molekul-molekul zat warna dalam air

4. Penentuan Entropi
4.1. Perubahan Wujud (pada titik transisinya)
dS = dq/T --> ΔS = ∫dq/T = 1/T ∫dq = q/T

Peleburan pada titik beku: ΔS = q/T = ΔHfus/T = .. /273 K =

Penguapan pada titik didih: ΔS = q/T = ΔHvap/T = .. /373 K = .... J/K

∫ 3x² dx = 3 ∫ x² dx

4.2. Pemanasan atau Pendinginan


dS = dq/T --> ΔS = ∫dq/T = ∫n cp dT/T = n cp ∫ 1/T dT = n cp ln (T2/T1)

Pemanasan air: cp = 4,186 J/g = 18 x 4,186 J/mol


4.3. Reaksi Kimia
N2 + 3H2 = 2NH3 ΔS = 2 SNH3 – SN2 – 3SH2 =

5. Hukum Kedua Termodinamika

5.1. Rumusan Kualitatif


Perubahan di alam ini cenderung menyebabkan meningkatnya entropi, atau perubahan
di alam ini cenderung menuju ketidakteraturan.

5.2. Rumusan Matematika


dS = dSsistem + dSlingkungan ≥ 0

6.
BAB 5 KESPONTANAN PROSES DAN KESTABILAN

Perubahan di alam ini, ditentukan oleh 2 kecenderungan, yaitu kecenderungan energi, dan
kecenderungan entropi. Tapi kedua kecenderungan ini, sebetulnya bisa diturunkan dari hukum
kedua termodinamika berbasis entropi.

1. Kespontanan Berdasarkan Energi/Entalpi

1.1. Konsep Mekanika tentang Kespontanan


Dalam mekanika, energi potensial cenderung turun. Turunnya energi potensial
merupakan contoh dari proses spontan. Jadi, dalam mekanika, yang tidak melibatkan
faktor suhu, proses spontan adalah proses yang menyebabkan energi potensial turun.

1.2. Perluasan Konsep dalam Termodinamika


Konsep energi potensial digantikan oleh energi dalam dan entalpi.
Proses di alam condong pada proses yang eksoterm.

1.3. Keterbatasan
Kecondongan proses berdasarkan entalpi, tidak bersifat mutlak. Kecondongan yang
didorong oleh entalpi, “bertarung” dengan kecondongan yang didorong oleh entropi.
Tapi keduanya bisa dipadukan dengan menggabungkan perubahan entropi sistem dan
perubahan entropi lingkungan.

2. Kespontanan Berdasarkan Entropi


Proses yang menuju ketidakteraturan condong spontan. Tapi seperti di atas, kecondongan
ini tidak bersifat mutlak, jika kita hanya melihat perubahan di sisi sistem.

Untuk mengetahui kespontanan secara lebih pasti, kita perlu melihat perubahan pada
sistem sekaligus lingkungannya. Pada bab ini kita akan mengubah kebutuhan untuk melihat
perubahan pada sistem DAN lingkungan, menjadi suatu pendekatan yang hanya meninjau
sistem saja.

3. Kestabilan
3.1. Pengertian
Suatu keadaan disebut stabil, jika keadaan tersebut akan condong untuk kembali ke
keadaan semula, jika diberi gangguan kecil terhadap keadaan tsb.

Untuk sistem yang labil, perubahan sedikit terhadap sisteam, TIDAK AKAN
menyebabkan sistem kembali ke keadaan semula, melainkan menjauh dari keadaan
semula.

3.2. Syarat Kestabilan


Untuk sistem mekanika sederhana, keadaan stabil bisa dikaitkan dengan keadaan
dengan energi potensial minimum.
Untuk sistem yang lebih kompleks, konsep energi potensial tidak bisa digunakan
sebagai ukuran kestabilan. Pada bab ini kita akan membahas konsep untuk digunakan
dalam konteks yang lebih luas dalam membahas kestabilan, yaitu energi bebas Gibbs.

Patut dicatat bahwa sistem yang teratur tidak ada kaitannya dengan sistem yang stabil.
Contoh, pada peluruhan uranium, dihasilkan Pb yang stabil, tapi semakin TIDAK teratur.

4. Energi Bebas Gibbs

... penurunan energi bebas Gibbs dari hukum kedua Termodinamika

Perubahan energi bebas Gibbs: dG = dH – d(TS) dari G = H – TS


Tapi, dari penurunan yang dilakukan:
Syarat kestabilan: dH – T dS ≤ 0

Kesimpulannya, rumusan syarat kestabilan hanya bisa diubah menjadi dG ≤ 0 jika suhu
tetap.

5. Kespontanan Proses
5.1. Kespontanan Berdasarkan ΔG
Untuk proses pada suhu tetap (isoterm) dan tekanan tetap (isobar), berlaku:
Spontan: ΔG < 0
Reversibel atau setimbang: ΔG = 0
Tidak spontan (umumnya tidak terjadi): ΔG > 0

Perhatikan syarat isoterm dan isobar di atas. Sebagai contoh, ΔG sering digunakan
ketika membahas metabolisme dalam tubuh.

5.2. Proses Tidak Spontan


Seperti disebutkan di atas, proses yang tidak spontan memiliki ΔG > 0. Apa yang
dimaksud dengan tidak spontan?

Untuk sebagai besar proses makroskopik, yang disebut tidak spontan, adalah tidak
terjadi, atau lebih tegas lagi, tidak mungkin terjadi.

Namun, untuk proses yang melibatkan perilaku di tingkat submikroskopik (atom dan
molekul), “tidak spontan” tidak selalu berarti “tidak terjadi”. Bisa juga untuk proses
yang sangat lambat, atau sangat sedikit.
Contoh: pelarutan AgCl, penguapan DI BAWAH suhu titik didih, dll.

5.3. Hukum Alam Kespontanan

Syarat kespontanan: dH – T dS ≤ 0 yang jika diintegralkan, akan menjadi:


ΔH – T ΔS ≤ 0

Perubahan di alam cenderung eksoterm (ΔH < 0) dan cenderung semakin tidak teratur
(ΔS > 0). Jadi, perubahan dengan ΔH negatif dan ΔS positif pastilah spontan.

PR:
Cari contoh-contoh perubahan atau reaksi kimia yang memberikan:

ΔH < 0 ΔS > 0: pencampuran Ca(OH)2 dan air ; pembakaran ; peluruhan radioaktif


ΔH < 0 ΔS < 0: pembekuan, pengembunan
ΔH > 0 ΔS > 0: 2NH3 --> N2 + 3H2 ; pelelehan ; pemuaian ; penguapan
ΔH > 0 ΔS < 0: tidak spontan atau tidak terjadi (pasti):

Mengapa bensin bisa stabil di udara terbuka, padahal reaksi bensin dengan oksigen
adalah proses yang spontan?
pembakaran
pencampuran semen dan air

5.4. Faktor Suhu


Coba perhatikan proses pembekuan. Proses ini berdasarkan entalpi, condong spontan,
karena prosesnya eksoterm, tapi berdasarkan entropi, condong tidak spontan, karena
semakin teratur.

ΔH – T ΔS ≤ 0
jika suhu rendah, maka faktor entalpi menguat, sedangkan ΔH < 0 (sesuai
hukum alam
jika suhu tinggi, faktor entropi menguat -> tidak spontan
batasnya pada suhu berapa? Batasnya adalah 273,15 K

Pada suhu 273,15 K, nilai ΔG = 0:


ΔH – T ΔS = 0 --> ΔS = ΔHfus/273,15
Kita ingat kembali: ΔS = qrev/T

6. Faktor Termodinamik dan Kinetik


Terjadinya perubahan tidak hanya ditentukan oleh faktor termodinamik, yang kita bahas di
atas, tetapi juga bergantung pada faktor kinetik, yaitu faktor energi pengaktifan, laju, dll.
Reaksi bensin dan oksigen memang spontan berdasarkan termodinamika, tetapi tidak
terjadi pada suhu kamar, karena pada suhu kamar energi tumbukan antara O2 dan bensin
tidak melampaui energi pengaktifan. Faktor kinetik tidak mendukung.
Untuk mengatasi, agar reaksi terjadi,
102657.92

H 7Pa 9.8692 15 ath

1 hPa 9.8692 15 ath


3
22.5 9.8692 70
22.5 hPa 1
2.22057 70 atm

0 222 atm

ii 770 Torr 702657.92 Pa

PV u RT 725 x PzhPa x g86s2 x

23 273 771 273


Constant
NYI

I
12 119.93 hPa
12525,2842
coup
T constant

7 Pv uRT
Py
2.14 7.80 Cousin y
3.94 d P
Ry P
Pz 1.97 b
k 2.14 du 7.97 t 2.74
r
p 3 ga

T t bar
i P 7.07
3 54

802.56 Torr
ii Py
Pa 0.5 at
12 7actin Zo un
us to u ter
1 3 1 soo k

keadan and heads ahu

Pressure Temperature euthalphy volume inhaler


State finches
density

functions Wo L heat
path

Pee Tatu DV Valar bawl


50cm

1 9 t w

x
err Vaal
ahh 15cm we Pea OV Pest Vaca
6
and i Ty 1 102325 Pa X 50 75 70 his
Sister

75.994 Joule

1 Pa 1 hi Jove N m
Eh Zz LT I p Hel the moment

Essien Nh 1 µ pane
3
Kalo
Jparks knew ius

P V E T
IH
C c

Pi Vi Ei

iii ii
i

E 5 h desksive Ga Ideal Moroka


Intensive
the 5
hyun
Jen's Intensive
or
Ghg KY
m

Q C OT
kapastas Kalor T K
TE Heat Reservoir

SiSte
0
a

c Q_ 0 Q
m DT sus OT Heat
T zoo Reservoir
Q_ 7 E.IE
OT Q
OT

n RT

-1 x 8.314 x 293 x ln (30. / 10.) = -2676.22 Joule

a
q= \Delta U - w = 0 - (-2676.22) = 2676.22 Joule

and i \Delta U= q + w = U_akhir - U_awal = 0 (Isothermal)


Ty
Sister
(ii) p_akhir = nRT_akhir / V_akhir = ...
w = -p_ext \Delta V = -p_akhir \Delta V = ....
q= -w
\Delta U = q + w = 0 (isothermal)
(iii) w= -p_ext \Delta V = 0 karena p_ext = 0
q=0
\Delta U = 0 (isothermal)

Anda mungkin juga menyukai