Monitoring Baterai
Monitoring Baterai
SKRIPSI
REZA RAHMANSYAH
NIM: 11180970000038
LEMBAR PERNYATAAN
Reza Rahmansyah
NIM. 11180970000038
v
ABSTRAK
Penggunaan kendaraan berbahan bakar minyak merupakan salah satu pengguna energi fosil
terbesar di dunia, sehingga memberikan dampak pada pemanasan global. Beberapa tahun
terakhir, banyak perusahaan otomotif beralih dari kendaran BBM ke kendaraan bertenaga
listrik. Energi listrik pada kendaraan listrik ini tersusun dari puluhan bahkan ratusan sel baterai
Lithium-ion yang terhubung secara seri maupun paralel. Sel - sel baterai tersebut dihubungkan
seriuntuk mendapatkan tegangan yang cukup, sedangkan dihubungkan parallel
untukmendapatkan kapasistas yang lebih besar. Tegangan sel - sel baterai yang terhubung seri
ini harus di pantau untuk memastikan semua sel baterai beroperasipada batas tegangan aman,
sehingga diperlukan sistem monitoring tegangan. Sistem monitoring tegangan ini harus
mampu membaca tegangan semua sel baterai yang terhubung seri. Sementara itu, kemampuan
dari sensor tegangan pada mikrokontroller terbatas kurang dari 5 Volt. Oleh karena itu,
penelitian ini dilakukan rancang bangun sistem monitoring tegangan, yang menggunakan
prinsip konversi besaran tegangan ke besaran arus. Rangkaian Monitoring tegangan ini dibuat
dari Mikrokontroller (Arduino), komponen ADC eksternal, Op–Amp, Mosfet, dan komponen
lainnya. Rangkaian Monitoring ini kemudian diuji coba dengan cara diterapkan pada
rangkaian seri 4 sel baterai. Hasil uji coba menunjukkan bahwa perangkat monitoring yang
dibangun dapat membaca tegangan 4 sel baterai terhubung seri atau mampu membaca
tegangan hingga lebih dari 15 Volt. Jika dibandingkan dengan hasil pengukuran alat ukur
teganganstandar, didapatkan persentase error maksimal 1,879 % dan minimal 0 %.
Kata kunci: Baterai lithium – Ion, Battery Management System, Tegangan, Monitoring,
Konverter Tegangan
vi
ABSTRACT
The use of oil-fueled vehicles is one of the largest users of fossil energy in the world, so
that it has an impact on global warming. In recent years, manyautomotive companieshave
switched from fuel vehicles to electric-poweredvehicles. Electrical energy in electric vehicles
is composed of tens or even hundreds of Lithium-ion battery cells connected in series or
parallel. The batterycells are connected in series to get sufficient voltage, while connected in
parallelto get a larger capacity. The voltage of the battery cells connected in series mustbe
monitored to ensure all battery cells operate at safe voltage limits, so a voltagemonitoring
system is needed. This voltage monitoring system must be able to readthe voltageof all battery
cells connected in series. Meanwhile, the ability of the voltage sensor on the microcontroller
is limited to less than 5 volts. Therefore, this research was conducted to design a voltage
monitoring system, which uses the principle of converting the amount of voltage to the amount
of current. This voltage monitoring circuit is made of a microcontroller (Arduino), external
ADC components, Op-Amp, Mosfet, and other components. This monitoring circuit is then
tested by applying it to a series of 4 cell batteries. The test results show thatthe monitoring
device that is built can read the voltage of4 battery cells connectedin series or is able to read
voltages up to more than 15 Volts. When compared with the measurement results of standar
stress gauges, the maximum error percentage is 1.879% and at least 0%.
Keywords: Lithium battery – Ion, Battery Management System, Mosfet, Voltage Monitoring.
Voltage converter
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah Swt atas nikmat dan
karunia-Nya Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Sholawat serta salam
senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi besar Nabi Muhammad SAW, semoga kita
memperoleh syafa’at Beliau di hari akhir kelak,Aamiiin…
Penulis menyadari bahwasanya penulisan skripsi yang berjudul “RANCANG
BANGUN RANGKAIAN MONITORING TEGANGAN SEL – SEL BATERAI
TERHUBUNG SERI PADA BATTERY MANAGEMENT
SYSTEM (BMS)” ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana
Sains pada Program Studi Fisika Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Topik kajian skripsiini berada di dalam ranah manajemen
energi baterai. Penulis berharap dapat memberikan suatu kontribusi bagi dunia energi
alternatif.
Selama masa perkuliahan maupun masa penulisan skripsi yang penulis lalui, sangat
banyak pihak yang telah berjasa. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih
kepada:
1. Allah Subhanahu wa Ta’ala yang senantiasa memberikan nikmat yang luar biasa
kepada penulis.
2. Segenap keluarga besar penulis yang telah memberikan bantuan dan semangat
sejak awal masa kuliah hingga sekarang, terutama Ibu dan Kakak-kakak .
3. Bapak Ambran Hartono, M.Si. selaku dosen pembimbing 1 yang telah
membimbing, memberikan ilmu, waktu, saran, tata cara penulisan skripsi ini dan
banyak lagi memberikan wawasan lainnya untuk penulis selama masa perkuliahan.
4. Bapak Samsul Hafiz, M.Si. (dari BRIN Pusat Fisika) selaku dosen pembimbing
teknis yang telah membimbing, memberikan saran, tata cara penulisan skrips dan
mengarahkan penelitian penulis dengan penuhkesabaran serta perhatian.
5. Ibu Tati Zera, M.Si selaku kepala prodi (kaprodi) jurusan Fisika UIN Syrafi
Hidayatullah Jakarta, yang selalu membimbing dan mengarahkan penulis untuk
lebih giat lagi dalam menggarap skripsi.
viii
6. Seluruh dosen Jurusan Fisika FST UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
banyak memberikan ilmu selama penulis melakukan studi di Jurusan Fisika.
7. Tim Penelitian BMS di BRIN Pusat Fisika Ahmad Mustadi , Fajri Octaviani dan
Nabilah yang selalu memberikan ilmu tentang BMS dan motivasi bagi penulis
8. Teman – teman kontrakan sekaligus kakak tingkat Fisika 2016 yang telahmelalui
berbagai suka duka bersama penulis selama 2 tahun, dan memberikan support yang
sangat luar biasa di masa-masa sulit.
9. Teman – Teman dari Formabi terimakasih selalu memberikan support
dan semangat kepada penulis.
10. Seluruh keluarga besar Fisika UIN Jakarta, terimakasih atas kerja samadan ilmu
yang diberikan selama penulis studi di jurusan fisika.
11. Keluarga peminatan Instrumentasi 2018, terimakasih atas kebersamaannselama di
peminatan Instrumentasi.
12. Semua pihak yang telah berjasa sangat besar, dan tidak bisa penulissebutkan
satu-persatu.
Penulis berharap Allah SWT berkenan membalas segala jasa dari segalapihak yang
telah membantu. Penulis meminta permohonan maaf jika terdapat kekurangan pada tugas
akhir ini. Penulis mengharapkan masukan berupa kritik atau pun saran yang membangun demi
perbaikan di masa yang akan datang dengan mengirim Gmail (email:
rezarahmansyah.r@gmail.com). Akhir kata penulis berharap agar hasil Tugas Akhir ini dapat
berguna bagi pihak yang memerlukan dan perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di
bidang energi alternatif.
Penulis
Reza Rahmansyah
NIM : 1118097000038
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN iii
LEMBAR PERNYATAAN iv
ABSTRAK v
ABSTRACT vi
KATA PENGANTAR vii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 3
1.3 Tujuan Penelitian 3
1.4 Batasan Penelitian 3
1.5 Manfaat Pnelitian 4
1.6 Sistematika Penulisan 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5
2.1 Baterai 5
2.1.1 Prinsip Kerja Baterai 5
2.1.2 Jenis Baterai 6
2.2 Battery Management System (BMS) 8
2.2.1 Monitoring 9
2.2.2 Protection 9
2.2.3 Charging and Discharging Management 10
2.3 Mikronttroller 10
2.3.1 Arduino Uno 11
2.3.2 Arduino Nano 11
2.4 MOSFET 13
2.5 Op – Amp (Operational Amplifier) 14
2.6 Konversi Tegangan ke Arus 16
2.7 ADC (Analog Digital Converter) 19
2.8 Rangkaian Seri dan Parallel 21
2.8.1 Rangkaian Seri 21
2.8.2 Rangkaian Parallel 22
Daftar Tabel
8
Tabel 2.1 Spefikasi Jenis Baterai berdasarkan kinerjanya
Tabel 2.2 Karakteristik Arduino Uno 11
Tabel 2.3 Karakteristik Arduino Nano 12
Tabel 2.4 Karakteristik MOSFET BSS84 14
Tabel 2.5 Karakteristik IC Op – Amp LM358 15
Tabel 3.1 Alat dan Bahan Penelitian 23
Tabel 4.1 Perbandingan hasil pengukuran dari perangkat yang dibuat dengan 29
alat ukur tegangan standar pada konfigurasi 1 variasi 1
Tabel 4.2 Perbandingan hasil pengukuran dari perangkat yang dibuat dengan 30
alat ukur tegangan standar pada konfigurasi 1 variasi 2
Tabel 4.3 Perbandingan hasil pengukuran dari perangkat yang dibuat dengan 31
alat ukur tegangan standar pada konfigurasi 1 variasi 3
Tabel 4.4 Perbandingan hasil pengukuran dari perangkat yang dibuat dengan 32
alat ukur tegangan standar pada konfigurasi 2 variasi 1
Tabel 4.5 Perbandingan hasil pengukuran dari perangkat yang dibuat dengan 33
alat ukur tegangan standar pada konfigurasi 2 variasi 2
Tabel 4.6 Perbandingan hasil pengukuran dari perangkat yang dibuat dengan 34
alat ukur tegangan standar pada konfigurasi 2 variasi 3
Tabel 4.7 Perbandingan hasil pengukuran dari perangkat yang dibuat dengan 36
alat ukur tegangan standar pada konfigurasi 3 variasi 1
Tabel 4.8 Perbandingan hasil pengukuran dari perangkat yang dibuat dengan 37
alat ukur tegangan standar pada konfigurasi 3 variasi 2
Tabel 4.9 Perbandingan hasil pengukuran dari perangkat yang dibuat dengan 38
alat ukur tegangan standar pada konfigurasi 3 variasi 3
Tabel 4.10 Perbandingan hasil pengukuran dari perangkat yang dibuat dengan 39
alat ukur tegangan standar pada konfigurasi 4 variasi 1
Tabel 4.11 Perbandingan hasil pengukuran dari perangkat yang dibuat dengan 40
alat ukur tegangan standar pada konfigurasi 4 variasi 2
Tabel 4.12 Perbandingan hasil pengukuran dari perangkat yang dibuat dengan 41
alat ukur tegangan standar pada konfigurasi 4 variasi 3
xii
Daftar Gambar
BAB I
PENDAHULUAN
Di zaman modern ini dengan kemajuan teknologi yang sangatlah pesat, maka kebutuhan
energipun semakin meningkat. Penggunaan energi dari berbagai negara di dunia masih
banyakmemakai energi yang tak terbarukan. Di Indonesia sendiri penggunaan energi masih
didominasidengan penggunaan energi yang tak terbarukan seperti energi fosil, minyak bumi
dan batu bara. [1] Seiring berjalannya waktu ketersediaan energi fosil kian menipis. Selain itu
penggunaan energi fosil yang semakin tinggi di setiap tahunnya menyebabkan kenaikan emisi
gas rumah kaca yang berdampak pada perubahan iklim yang tidak stabil serta suhu bumi yang
terus meningkat sehingga permukaan air laut naik (Pertamina, 2020). [2]
Ketergantungan yang tinggi pada sumber energi fosil masih menjadi permasalahan utama
dari berbagai negara di dunia khususnya di Indonesia. Pada tahun 2019 tercatat 90,7%
penyediaan energi primer nasional dipenuhi oleh batu bara, minyak bumi dan gas bumi.
Terlebihlagi di sektor transportasi, yang merupakan sektor pengguna energi terbesar di
Indonesia, 90,9% kebutuhan energinya masih dipenuhi oleh bahan bakar minyak (BBM) yang
mana bahan bakarminyak tersebut dapat mencemarkan udara. [3]
Oleh karena itu, perlu adanya alternatif untuk mengurangi dampak penggunaan energi
fosil. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mengembangkan kendaraan
listrik. [4] Dengan penggunaan energi listrik sebagai sumber energi penggerak kendaraan
akan mengurangi emisi karbon di udara sehingga dapat terciptanya lingkungan yang lebih
bersih. Dalam Al – Qur’an sudah dijelaskan bahwa manusia dilarang untuk membuat
kerusakan di bumi yang sudah diciptakan Allah dengan baik, sebagaimana firman Allah SWT
dalam Q.S. Al – A’raf ayat 56 :
Artinya : ”Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan
baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat
Allahsangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan.”
2
Kendaraan listrik memerlukan sumber daya penggerak yang efisien dan ramah
lingkungan. Salah satunya dengan menggunakan baterai jenis litium – ion sebagai sumber
dayanya, dikarenakan baterai jenis ini tidak mengandung bahan yang berbahaya. Baterai
Litium ini memiliki kelebihan diantara jenis baterai lainnya, seperti baterai ini memiliki
stabilitas penyimpanan energi yang sangat baik sehingga bisa bertahan 10 tahun atau lebih,
memiliki energi densitas tinggi, tidak ada memori efek dan berat yang relatif ringan
dibandingkan jenis baterai lainnya. Sehingga baterai yang beratnya sama dengan baterai
lithium ion energinya dua kali lipat lebih besar dari baterai jenis lainnya (Lawrence et al.
1992). [5]
Namun ada beberapa kekurangan dari baterai litium – ion ini yaitu memiliki batas
teganganmaksimal dan minimal. Dimana ketika baterai litium – ion melebihi batas tegangan
dapat menyebabkan penurunan kemampuan baterai dan kualitas baterai itu sendiri. Pada
dasarnya setiap baterai litium ketika charging dan discharging yang disusun seri akan
menyebabkan ketidakseimbangan antar sel baterai, sehingga baterai beroperasi dalam
keadaan tidak ideal (tidak sesuai datasheet) sehingga akan mudahnya terjadi over-voltage,
under-voltage dan over heat, yang dimana menyebabkan baterai dapat mudah rusak dan
memiliki lifetime yang pendek.[6]
Oleh karena itu, diperlukan alat untuk memonitoring tegangan baterai yang terhubung
seri. Yaitu dengan cara memasang rangkaian monitoring tegangan rangkaian seri padasetiap
sel baterai untuk memastikan baterai dalam keadaan aman. Monitoring tegangan ini
merupakan salah satu fitur dari Battery Management System (BMS) yang dimana BMS
berfungsi untuk memenuhi standar keselamatan dan mencegah kerusakan akibat masa pakai
pada baterai. [7]
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, yaitu implementasi Untuk Monitoring dan
Manajemen Energi pada Charging Station Kendaraan Listrik Berbasis Can Bus [8] yang
dimanamenggunakan metode pembagi tegangan. Oleh karena itu, perlu dilakukan percobaan
dengan menggunakan metode lainnya seperti metode konversi tegangan ke arus
menggunakan Op – Amp. Maka dalam penelitian ini melakukan Rancang Bangun Rangkaian
Monitoring Tegangan Sel – Sel Baterai Terhubung Seri pada Battery Management System
(BMS), menggunakan metode konversi besaran tegangan ke besaran tegangan arus.
3
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi tentang latar belakang penulisan, rumusan masalah, tujuan
penelitian.manfaat penelitian, batasan masalah dan sistematika penulisan
BAB V PENUTUP
Pada bab ini berisi kesimpulan dan saran mengenai hasil penelitian yang dilakukan.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Baterai
Baterai atau akumulator adalah sebuah perangkat penyimpanan energi yang mampu
merubah energi kimia menjadi energi listrik sehingga dapat digunakan sebagai sumberenergi
pada perangkat elektronik, dan kendaraan listrik. Cara kerja dari baterai ini mengalami proses
elektrokimia reversible yang dimana komponen baterai mengubah energi kimia menjadi
energilistrik (proses pengosongan) dan sebaliknya dari energi listrik menjadi energi kimia,
proses pengisian kembali dengan cara regenerasi dari elektroda-elektroda yangdipakai. [9]
Baterai adalah perangkat yang dapat menghasilkan tegangan DC, yaitu dengan
cara mengubah energi kimia menjadi energi listrik melalui reaksi elektro kimia, Redoks
(Reduksi-Oksidasi). Dalam baterai terdiri dari sel – sel listrik yang dimana setiap selnya
menyimpan energi listrik dalam bentuk energi kimia. Setiap sel baterai tersebut terdiri dari
elektroda negatif dan elektroda positif. Elektroda negatif disebut juga dengan katoda,
yang berfungsi sebagai pemberi elektron. Dan Elektroda positif disebut dengan anoda
yang berfungsi sebagai penerima elektron. Antara anoda dan katoda akan mengalir arus
yaitu dari kutub positif (anoda) ke kutub negatif (katoda). Sedangkan elektron akan
mengalir dari katoda menuju anoda. [10]
Baterai memiliki dua proses yaitu pengosongan dan pengisian. Pada proses
pengosongan terjadi ketika sel dihubungkan dengan beban maka elektron mengalir dari
anoda melalui beban menuju beban katoda, kemudian ion – ion negatif mengalir ke anoda
dan ion- ion positif ke katoda. Sedangkan pada proses pengisian terjadi ketika sel
dihubungkan dengan power supply maka elektroda positif menjadi anoda dan elektroda
negatif menjadi katoda. Ilustrasi pengosongan dan pengisian baterai hal ini dapat dilihat
pada Gambar 2.1 [10]
6
Gambar 2.1 Proses Chargiing gambar (a) dan proses pada gambar (b)
Dischargin pada baterai [11]
Baterai memiliki 2 jenis berdasarkan pada proses yang terjadi pada baterai yaitu :
Baterai primer adalah baterai yang hanya dapat digunakan sekali saja
dalam pemakaiannya. Dikarenakan pada baterai ini material elektrodanya
tidak dapat berbalikan arah ketika dilepaskan (Irreversible).
Jenis Baterai
No Spefikasi
Lithium-Ion LI-Po Lead-Acid Ni-MH
1 Weight (Kg) 2.15 2 10 5.5
Specific Energy
2 150 150 40 65
(Wh/Kg)
Intial Cost
3 600 - 100 -
($/Wh)
Typical State of
4 Charge Window 80% - 50% -
Temperature
5 Sensitvity >45oC - >25oC >45oC
100% @20-
100% @20-hr-
hr-rate 99%
rate 80% @4-hr-
6 Efficiency @4-hr-rate - -
rate 60%@1-hr-
92%@1-hr-
rate
rate
Voltage
7 3.7 3.7 3.7 3.7
Increments
Charging
8 Temperature 0-45 - 0-25 0-45
9 Deep Cycle Life 500 - - 500
Enviromental No (Because Pb
10 Yes Yes Yes
Friendly or Not and Acid)
Constant Constant Constant
Constant Current
Current + Current + Current
11 Charge Method + Constant
Constant Constant multiple
Voltage
Voltage Voltage steps
Battery Management System (BMS) menurut pengertian dalam setiap aplikasi berbeda –
beda. Tetapi untuk secara definisi BMS adalah suatu manajemen untuk memantau,
mengontrol, dan mengoptimalkan kinerja individu atau beberapa modul baterai dalam
penyimpanan energi. BMS juga dapat mengontrol pemutusan modul dari sistem jika terjadi
kondisi tidak normal, ini digunakan untuk meningkatkan kinerja baterai dengan langkah –
langkah yang tepat. Dalam aplikasi sistem energi BMS dapat diartikan untuk memantau,
mengontrol, dan menyalurkan daya baterai untuk mendapatkan efisiensi semaksimumnya.
Dalam aplikasi kendaraan listrik, BMS dapat diartikan memiliki peran penting untuk operasi
keamanan, optimalisasi energi, pengisian daya fungsionalitas, dan kontrol keseluruhan
kendaraan listrik. Dalam Gambar 2.2 menunjukkan bagan sistem BMS pada kendaraan
listrik. [16]
9
Dalam kendaraan listrik sumber energi tunggal terdapat di baterai, yang memiliki
kapasitas daya besar. Dalam operasi kendaraan listrik terdapat mode operasi, yaitu mode
pengisian dan pemakaian. Ketika dalam metode pemakaian baterai memberi daya kepada
mobillistrik yang dimana mengubah energi listrik menjadi energi mekanik. Dan baterai juga
mentransmisikan ke energi rotasi pada roda kendaraan, kemudian baterai memenuhi energi
untuk kebutuhan daya yang tersisa ke bagian AC, sensor, komunikasi, dan lain-lain. [16].
2.2.1. Monitoring
2.2.2. Protetctiom
Pengaman disini BMS berguna untuk melindungi baterai dari bahaya sistem
baterai. Pengamanannya diantara lain adalah mendeteksi mode operasi,
menetapkan kriteria kesalahan, mengautentikasi, dan mengidentifikasi sistem,
10
memprediksi tegangan dan arus lebih pada setiap sel, memprediksi kesalahan
isolasi, dan mendeteksi suhu tingi/rendah [16]
State of Charge (SOC) adalah status pengisian daya yang berguna untuk
memberikan signifikan masa pakai baterai. Dimana setiap baterai memiliki siklus
pengisian dan pemakaian tertentu, dengan berkurangnya masa baterai ketika
dalam pengisian dan pemakaian. BMS disini harus menjaga SOC yang tepat
sehingga masa dari baterai itu sendiri akan maksimal untuk memastikan
manajemen pada baterai. Untuk melakukan itu BMS dengan mengontrol arus
pengisi daya, menghidupkan atau mematikan sakelar aktif antara baterai dan
pengisi daya, menjalankan urutan pra-pengisian daya, menetapkan batas daya
dinamis, dan melakukan penyeimbangan aktif dan pasif [16]
2.3 Mikrokontroller
Mikrokontroller adalah sebuah sistem komputer yang dimana seluruh atau 10 sebagian
besar elemennya dikemas dalam satu cip IC (Intregated Circuit). Mikrokontroler juga
memilikibeberapa tugas yang sangat spesifik. Mikrokontroler memiliki beberapa komponen
CPU, memori, timer, saluran komunikasi serial dan paralel, Port Input/Output, ADC [18].
Mikrokontroller sangat sangat umum dalam alat – alat elektronnik, bebera contoh alat
elektronik yang memakai mikrokontroller dalam kehidupan sehari – hari diantara lainnya
telepon digital, mobile phone, microwave oven, printer, scanner, kulkas, CD/DVD player,
robot, mesin ATM, sistem EDC (Electronic Data Capture) dan lain – lain. [19]
Arduino adalah alat pengendali mikro singleboard yang bersifat open source, yang
dirancang untuk memudahkan penggunaan elektronik dalam berbagai bidang. Hardware
Arduino memiliki prosesor atmel AVR dan softwarenya memiliki bahas pemrogramansendiri
untuk menjalankan program Arduino. Software Arduino dapat dijalankan dalam multi
platform, yaitu windows, linux maupun mac. Dari segi hardware merupakan mikrokontroller
yang berbasiskan AVR dan ATMEL yang dimana di dalamnya sudah diberi bootloader dan
juga sudahterdapat standar pin I/O -nya. [20]
11
Arduino Nano adalah jenis Arduino yang dimana board mempunyai Atmega
328 atau Atmega 168. Dengan ukuran kecil board ini sangat praktis digunakan
sehingga membuatnya menjadi mikrokontroller paling popular. Board ini
memiliki kekurangan yaitu tidak memiliki prot untuk DC power. Dan bekerja
hanya dengan kabel Mini-B USB. Board Arduino Nano ini didesain dan di
produksi oleh Fravitech. (Sadewo, Widasari, & Muttaqin, 2017). Terdapat pada
Gambar 2.4 merupakan gambar Arduino Nano dan karakteristik Arduiino Nano
terdapat pada Tabel 2.3 [22]
Untuk menjalankan perangkat keras Arduino harus menggunakan Software yang bernama
Arduino IDE, yang artinya adalah Integrated Development Environtment perngkat lunak yang
berfungsi untuk mengembangkan aplikasi mikrokontroler seperti menuliskan source program,
kompilasi, upload hasil kompilasi dan uji coba secara terminal serial.(Hendayani,2013). Pada
Gambar 2.5 terdapat contoh simulasi Arduino IDE [23]
2.4 MOSFET
MOSFET (Metal Oxide Semiconductor Field Effect Transistor) adalah perangkat empat
terminal dengan sumber (S), gerbang (G), saluran (D), dan basis (B) terminal, basis (atau
substrat) dari MOSFET sering terhubung ke sumber terminal, membuatnya menjadi
perangkat tiga terminal seperti transistor efek medan lainnya MOSFET adalah jenis transistor
yang digunakan untuk memperkuat sinyal elektronik. Keuntungan dari MOSFET adalah
bahwa komponen ini memerlukan sangat sedikit untuk mengaktifkan (Hampir kurang dari 1
mA)., sementara itu memberikan yang jauh lebih tinggi untuk beban (10 sampai 50 A atau
lebih). Tetapi, MOSFET memerlukan tegangan tinggi (3-4 V). [24]
MOSFET memiliki prinsip seperti switching. Ketika tegangan gerbang tinggi transistor
akan menutup seperti saklar, selanjutnya terminal penguras dan sumber terhubung secara
elektrik. MOS switched ini menggunakan dua transistor yaitu transistor tipe – P dan transistor
– N Sama seperti tombol lampu membutuhkan kekuatan tertentu untuk mengaktifkan,
terminal gate transistor membutuhkan level tegangan tertentu untuk beralih dan
menghubungkan terminal drain dan source. (Hawkins & Segura, 2005). [25]. Berikut
merupakan MOSFET BSS84 yang di tunjukkan pada Gambar 2.6.
14
Gambar 2.6 Bentuk Model MOSFET BSS84 pada tampak depan pada gambar (a) dan bentuk
bodel MOSFET BSSS84 pada tampak dalam pada gambar (b) [26]
Berikut merupakan karakteristik dari MOSFET BSS84 yang di tunjukkan pada Tabel 2.4
Operasional Amplifier yaitu singkatan dari Op-Amp yang merupakan salah saru dari
bentuk IC Linear yang berfungsi penguat sinyal listrik, Sebuah Op – Amp terdiri dari
beberapakomponen yaitu Transistor, Dioda, Resistor dan Kapasitor yang terinterkoneksi dan
terintegrasi.[27]
Perkembangan Op- Amp telah terjadi sejak tahun 1960, yang dimana pertama kali
dikembangkan pada “chip” silicon tunggal. Rangkaian ini terpadu merupakan susunan antara
transidator, diode sebagai penguat beda dan pasangan Darlington. Kemudian pada tahun 1963
perusahaan industri semikonduktor Fairchild memperkenalkan IC Op -AMP pertama kali µA
702 yang dimana masih belum memiliki proteksi hubung singkat dan memerlukan jaringan
frekuensi eksternal sebagai kompensasi (dua kapasitor dan resistor) untuk stabil. [28]
Selanjutnya pada tahun 1968 teknologi dikembangkan oleh Fairchild dengan IC
µA741yang telah dilengkapi proteksi hubung singkat, stabil, resistor input yang lebih tinggi,
gain
15
tegangan yang tinggi dan kemampuan offset null (zero offset). Dan sampai saat ini
perkembangan IC Op – Amp masih terus berlanjut bahkan sudah dibuat blok-blok yang
dimana di sesuaikan untuk keperluan konsumen industri (Audio, Radio, TV, Timer, Regulator
dan lainnya). [28]
Op – Amp memiliki beberapa karakteristik diantaranya yang paling terpenting, yaitu :
a. Impedansi masukan amat rendah, menjadikan arus masukan praktis dapatdiabaikan
[29]
b. Penguat lup amat tinggi [29]
c. Impedansi keluaran amat rendah, menjadikan keluaran penguat tidak dipengaruh
oleh pembebanan. [29]
IC LM358 merupakan modul amplifier yang tidak membutuhkan penggantianfrekuensi,
penggantian frekuensi secara internal, dan juga rendahnya noise. IC LM358 ini merupakan
rangkaian yang terintegrasi dan memiliki amplifier dengan cara kerja ganda, dan LM358 ini
menerima tegangan minimal 5 V dan maksimal 15 V. [30]
IC Op – Amp LM358 ini mempunyai tiga terminal dimana dua terminal masukan dan satu
terminal keluaran. Dimana terminal 2 dan terminal 3 merupakan terminal masukan (Input),
sedangkan terminal 1 merupakan terminal keluaran (Output). [31] Berikut merupakan IC Op-
Amp LM358 yang ditunjukkan pada gambar 2.7 dan karakteristik Op – Amp Lm358 terdapat
pada Tabel 2.5.
Parameter LM358
Opeen Loop Voltage Gain (Aol) 10000
Unity Gain Frequency (Funity) 1 MHz
Input Bias Current (Iin(bias)) 45 nA
Input Offset Current (Iin(off)) 3 nA
Input Offset Voltage (Vin(off)) 2 mV
Common Mode Rejction Ratio (CMRR) 85 dB
16
Merupakan rangkaian tegangan ke arus yang hanya terdiri dari sumber tegangan
yang disusun secara seri dengan sebuah resistor. [33] Pada Gambar 2.8 merupakan
dari rangkaian Passive to current converter
Vin = VD + Vf (2.1)
VD =0 (2.2)
Jadi,
Vin = Vf (2.3)
Vo = IL x RL. (2.4)
II = IL = 𝑉𝐼𝑛 (2.5)
𝑅
18
Dalam converter V menjadi I ini dengan salah satu di ujung ground. [34]
Terdapat pada Gambar 2.10 merupakan Rangkaian Ground Voltage to
current converter
I1 + I2 = IL (2.6)
𝑉𝐼𝑁 − 𝑉1 𝑉0− 𝑉1
+ = IL (2.7)
𝑅 𝑅
A=1+ 𝑅𝐹
𝑅1 (2.10)
RF = R = R1 (2.11)
Jadi,
A = 1 +𝑅 = 2 (2.12)
𝑅
19
Maka, untuk nilai Tegangan output yang di ubah menjadi Arus Beban IL adalah :
IL = 𝑉𝐼𝑁 (2.16)
𝑅
ADC (Analog Digital Converter) adalah sebuah rangkaian input sinyal analog (sinyal
kontinu terhadap waktu) menjadi output sinyal digital (sinyal diskrit atau terkuantisasi
terhadap waktu). Dalam komputer hanya bisa membaca sinyal digital/biner, sedangkan pada
sinyal analog merupakan besaran fisis berupa kuantitas analog (suhu, tekanan, kecepatan,
kelembaban dan sebagainya). Untuk mendapatkan sinyal analog ini maka akan diubahmenjadi
besaran listrik yang akan dikonversi oleh perangkat ADC untuk diubah menjadi sinyal digital.
Kemudian sinyal digital inilah yang akan dibaca dan di proses oleh perangkat elektronik baik
komputer dan perangkat lainnya. [35] Untuk proses ADC ditunjukkan pada Gambar 2.11.
Pada sinyal digital yang dihasilkan oleh ADC merupakan bilangan basis 2 (hanya terdiri
dari angka 0 dan 1). Jika nilai 0-15 Volt diubah menjadi bilangan digital dengan skala 1 Volt
yang artinya rentang nilai digital yang diperoleh 16 tahap (dari 0 bertahap naik 1 Volt sampai
15 Volt), dengan tahapan sejumlah ini maka dapat diperoleh dengan membuat rangkaian
ADC4 bit (karena jumlah bit (n) yang merepresentasikan 2n nilai skala sehingga 24 = 16
skala). Sedangkan jika jumlah bitnya dinaikkan menjadi 8 bit, maka nilai Volt dapa
direpresentasikan oleh 2n (256) atau setara dengan skala 62,5 mV untuk setiap kenaikan
tahapnya (sebagai ganti skala 1 V), artinya sinyal analog yang masuk akan diterjemahkan ke
dalam bilangan jumlah biner (256 nilai digital, tidak lagi 16). Disini dapat disimpulkan bahwa
semakin besar jumlah bit, maka semakin sensitif alias semakin tinggi resolusi rangkaian ADC.
[36]
20
Dalam ADC memiliki beberapa macam tipe untuk memenuhi standar industry, diantara
lainnya adalah: [35]
a. Tipe Interating
Dimana tipe ini menawarkan resolusi tertinggi dengan biaya rendah. Tipe ini memiliki
kelemahan yaitu memerlukan waktu yang lama untuk konversi. [35]
b. Tipe Tracking
Tipe ini menerapkan prinsip up down counter (pencacah naik dan turun). Dengan
Binary counter akan mendapatkan masukan clock secara kontinu dan hitungan
bergantung dari pencacah apakah sedang naik (Up counter) atau sedang turun (Down
counter). ADC ini memiliki tidak diperuntukkan untuk dipakai pada sistem yang
memerlukan waktu konversi masukan dan keluaran yang singkat. [35]
c. Tipe Flash atau paraller
Tipe ini menunjukkan konversi secara lengkap dengan kecepatan 100 MHz dengan
rangkaian yang sederhana. [35]
d. Tipe Successive Approximation Register (SAR)
Tipe SAR ini merupakan suatu converter yang paling sering ditemui dalam desain
perangkat keras yang menggunakan ADC, dikarenakan tipe ini memiliki konversi yang
cukup tinggi, meskipun dari segi harga relative mahal. [35]
Modul ADS1115 merupakan converter analog ke digital (ADC) yang presisi, berdaya
rendah, resolusi 16-bit dengan menggunakan I2C yang terdiri dari serial SCL dan SDA.
ADS1115 merupakan gabungan dari amplifier gain yang dapat diprogram dan komparator
digital.
[37] Modul ADS1115 ini juga dapat mengukur tegangan baterai hingga 20 V
menggunakan rangkaian pembagi tegangan, dengan menjadikan rangkaian menjadi internal
Voltmeter. [38] Modul ini memiliki kecepatan sampling sebesar 160 sampel/detik, modul ini
juga memiliki fitur Multiplexer Input (MUX) sehingga dapat bekerja dengan mode single-
ended yaitu dua input pada dua pin. [39] Berikut merupakan Modul ADS1115 yang di
tunjukkan pada Gambar 2.12.
21
Rangkaian Seri merupakan rangkaian listrik yang disusun secara sejajar (seri) dan
memiliki besar arus yang sama, tetapi memiliki nilai tegangan yang berbeda. Rangkaian
seri sering digunakan di kehidupan sehari – hari seperti lampu penerang jalan, lampu
taman, dan lainnya. Jumlah dari hambatan – hambatan pada rangkaian seri adalah
jumlahseluruh hambatan itu sendiri. [41] Jika di rumuskan adalah :
Rtot = R1 + R2 + R3 + … Rn (2.17)
𝑽 (2.18)
𝑹=
𝑰
Maka, hambatan (R) berbanding lurus dengan tegangan (V) sehingga total
teganganadalah :
Sehingga dalam rangkaian seri memiliki jumlah tegangan yang lebih besar tetapi
memiliki jumlah arus yang kecil. Maka dari itu rangkaian seri memiliki beberapa sifat
sebagai berikut : [42]
a. Tegangan sumber (total) akan dibagi sama dengan jumlah tegangan seri dengan
besar yang sama.
c. Ketika salah satu beban putus maka rangkaian akan terputus dan aliran arus akan
terhenti
22
Rangkaian paralel merupakan rangkaian yang disusun secara berderet (paralel) dan
menghubungkan lebih dari dua elemen listrik sehingga memiliki besar arus yang berbeda
di setiap garis edar. Rangkaian paralel memiliki jumlah besar arus yang besar tetapi
memilikitegangan yang sama. Dan total hambatan dalam rangkaian paralel adalahseper
total dari setiap hambatan. [41] Jika di tuliskan dalam rumus adalah :
𝟏 𝟏 𝟏
=𝟏 + 𝟏 + …+ (2.20)
𝑹𝒕𝒐𝒕 𝑹𝟏 𝑹𝟐 𝑹𝟑 𝑹𝒏
𝑽
𝑹= (2.21)
𝑰
Maka, besar arus (I) berbanding terbalik dengan hambatan (R), sehingga total arus
adalah :
Itot = I1 + I2 + I3 + … + In (2.22)
Jadi, rangkaian paralel ini dengan memiliki jumlah arus yang lebih besa, maka
rangkaian ini sering digunakan untuk distribusi listrik dengan jumlah besar seperti
distribusi listrik PLN ke rumah – rumah warga dan distribusi listrik pada Stop Contact
di rumah – rumah. Rangkaian paralel memiliki beberapa sifat – sifat sebagai berikut :
[42]
a. Masing – masing cabang dalam rangkaian paralel mengaliri besar arus yang
berbeda
b. Tegangan pada masing – masing beban listrik sama dengan tegangan sumber
c. Jika terjadi salah satu cabang beban paralel terputus maka arus akan terputus
hanya pada rangkaian beban tersebut.
23
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2021 sampai dengan Januari 2022.
Adapun proses pelaksanaan penelitian berlokasi di Pusat Riset Fisika BRIN, Kawasan
PUSPIPTEK, Gedung 440-442, Muncul, Setu, Tangerang Selatan, Banten 15314.
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :
Laptop merek Lenovo dengan prosesor AMD Ryzen 3500 sebagai operasi sistem
Windows 10, software Arduino IDE, dan software Easy EDA. Rangkaian Monitoring
tegangan seri yang terdiri dari komponen Arduino Nano, MOSFET BSS84, OP – AMP
LM358, ADS1115, dan perangkat akuisisi data sebagai pembaca data tegangan dari baterai ke
laptop. Secara lengkapnyaalat dan bahan yang dinyatakan pada tabel 3.1:
No. Alat dan Bahan Jumlah No. Alat dan Bahan Jumlah
1. Laptop 1 Unit 8. PCB Layout 1 Buah
2. Arduino Nano 1 Buah 9. ADS1115 1 Buah
3. Baterai Lithium - Ion 22 Buah 10. Holder Baterai 1 Buah
4. MOSFET BSS84 3 Buah 11. Solder 1 Buah
5. Resistor 47kΩ 6 buah 12. Timah Solder 1 Buah
6. OP – AMP LM358 3 Buah 13. Charger Baterai 1 Buah
7. Kabel Jumper Secukupnya 14. Multimeter 1 Buah
24
Adapun penjelasan tahap dan alur penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut
1. Tahapan Persiapan
Pada tahapan ini, peneliti melakukan studi literatur dengan mencari landasan
teori dari beberapa buku, jurnal ilmiah, tugas akhir maupun tesis yang sejenis
dengan topikserta masalah dalam penelitian yang dilakukan.
2. Perancangan Perangkat Lunak
Pada tahap perancangan lunak (Software) ini telah dilakukan dengan software
yang bernama Easy Eda, dalam software ini peneliti mendesain dan mencetak
Printed Circuit Board (PCB) rangkaian monitoring tegangan seri. Adapun software
lainnya adalah Arduino IDE yang berguna bagi peneliti untuk memprogram
algoritma dari rangkaian monitoring tegangan seri ke perangkatkeras Arduino Nano
sebagai monitoring baterai litium-ion yang ditampilkan di layar PC.
3. Perancangan Perangkat Keras (Hardware)
Pada tahap perancangan perangkat keras (Hardware) ini dilakukan dengan cara
peneliti memasang komponen – komponen perangkat keras seperti Arduino Nano,
Resistor 47kΩ, MOSFET BSS84, Op – Amp LM358, holder baterai dan ADS1115
sehingga alat dapat berfungsi untuk monitoring tegangan sel baterai padarangkaian
seri.
4. Pengujian Alat
Pada tahapan ini proses pengujian alat atau perangkat monitoring tegangan sel
baterai dibangun dilakukan di Pusat Penelitian Fisika BRIN. Pengujian alat ini
menggunakan 4 sel baterai terhubung seri. Tegangan masing-masing sel baterai
divariasi sedemikian rupa untuk menguji kemampuan perangkat monitoring yang
dibangun.
5. Analisis data
Pada tahap ini analisis data dilakukan untuk mengetahui alat monitoring
tegangan seri dapat berjalan dengan baik. Kemudian data yang dianalisis berupa
perbandingan tegangan baterai yang telah diukur dengan multimeter dan tegangan
baterai yang di pasangkan pada perangkat monitoring tegangan seri.
25
Pada proses perancangan perangkat keras (Hardware) ini disusun beberapa komponen
perangkat keras agar perangkat monitoring tegangan seri berjalan dengan baik. Komponen
perangkat keras diantara lainnya yaitu Arduino nano, resistor, holder baterai, mosfet,
ADS1115 dan OP – Amp Lm358. Berikut adalah gambar komponen yang dipasang pada
Printed CircuitBoard (PCB) yang ditujukan pada Gambar 3.2
Berikut merupakan Proses Flowchart pada proses pengujian alat monitoring tegangan
baterai terdapat pada Gambar 3.3.
Mulai
Mengukur Baterai
dengan multimeter
Pengujian Alat
Monitoring Tegangan
Proses
Pengambilan Data
Analisi Data
Selesai
Berikut merupakan Proecess Flow Diagram (PFD) tahapan penelitian Rancang Bangun
Rangkaian Monitoring Tegangan Sel – Sel Baterai Terhubung Seri Pada Battery Management
System (BMS) terdapat pada Gambar 3.4.
Pengambilan data
Analisi Data
Selesai
BAB IV
Pada BAB ini dijelaskan mengenai hasil dan pembahasan penelitian yang telah dilakukan
dengan pengujian monitoring tegangan seri. Penelitian ini dilakukan denganmenggunakan
baterai Litihium – ion yang kapasitasnya sebesar 2000mAH dengan besar tegangan dari 3,5
V – 3,95 V. Monitoring tegangan sel baterai dilakukan pada 4 buah sel bateraiyang terhubung
seri dengan 4 konfigurasi pengukuran. Pada konfigurasi 1 (Tegangan dari sel baterai di posisi
1 divariasi dari 3,5V – 3,95V sementara posisi 2,3,4 dibuat tetap. kemudian pada konfigurasi
2 (Tegangan dari sel baterai di posisi 2 divariasi dari 3,5V – 3,95V sementaraposisi 1,3,4
dibuat tetap, selanjutnya pada konfigurasi 3 (Tegangan dari sel baterai di posisi 3 divariasi
dari 3,5V – 3,95V sementara posisi 1,2,4 dibuat tetap, dan terakhir pada konfigurasi
4(Tegangan dari sel baterai di posisi 4 divariasi dari 3,5V – 3,95V sementara posisi 1,2,3
dibuattetap.
Kemudian dilakukan perbandingan tegangan setiap sel baterai yang diukur dengan
multimeter dan diukur dengan perangkat monitoring tegangan dengan menggunakan
perhitungan mencari nilai persentase error, yaitu:
𝑉𝑜𝑢𝑡𝑀𝑢𝑙𝑡𝑖𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟−𝑉𝑃𝑒𝑟𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡
%𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = 𝑉𝑜𝑢𝑡𝑀𝑢𝑙𝑡𝑖𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
= 100% (4.1)
Pada konfigurasi 1 ini dilakukan percobaan dengan posisi baterai 1 sebagai variabel
dengan diberikan tegangan yang berbeda dari 3,5V – 3,95V. Selanjutnya percobaan
dilakukan degan 3 variasi, yaitu variasi pertama pada posisi baterai 1 variasi tegangan dari
3,5V – 3,95V,sedangkan untuk posisi 2,3,4 sel baterainya tetap 3,6V. Kemudian pada variasi
kedua dilakukan posisi baterai 1 frekuensi tegangan dari 3,5V – 3,95V sedangkan untuk posisi
2,3,4 selbaterainya tetap 3,7V. Terakhir variasi ketiga dilakukan pada posisi baterai 1
frekuensi tegangan dari 3,5V – 3,95V sedangkan untuk posisi 2,3,4 sel baterainya tetap 3,8V.
4.3.1. Variasi tegangan pada sel baterai posisi 1 dengan 3 sel baterai lainnya dibuat
tetap pada tegangan ±3,6 V
Pada Tabel 4.1 merupakan hasil pengujian alat monitoring tegangan dengan,
yang dibandingkan dengan alat ukur standar multimeter. Berdasarkan hasil data
diatas dengan rumus (4.1) dan (4.2) maka perangkat bekerja dengan baik dengan
rata-rata persentase eror 0,0% dan terdapat persentase error pada pengukuran
tegangan 3,70 V dan 3,95 V mendapatkan persentase error yaitu 0,03%.
Kemudian pada Gambar 4.2 terdapat grafik perbandingan pengukuran tegangan
baterai pada alat multimeter dengan perangkat monitoring konfigurasi 1 variasi
3,6 V.
30
4.1.2. Variasi tegangan pada sel baterai posisi 1 dengan 3 sel baterai lainnya dibuat
tetap pada tegangan ±3,7 V
Pada Tabel 4.2 merupakan hasil pengujian alat monitoring tegangan dengan,
yang dibandingkan dengan alat ukur standar multimeter. Berdasarkan hasil data
diatas dengan rumus (4.1) dan (4.2) maka perangkat bekerja dengan baik dengan
rata-rata persentase eror 0,0003% dan terdapat persentase error pada pengukuran
tegangan 3,70 V mendapatkan persentase error yaitu 0,05%. Kemudian pada
Gambar 4.3 terdapat grafik perbandingan pengukuran teganganbaterai pada alat
multimeter dengan perangkat monitoring konfigurasi 1 variasi 3,7 V.
31
4.1.3. Variasi tegangan pada sel baterai posisi 1 dengan 3 sel baterai lainnya dibuat
tetap pada tegangan ±3,8 V
Tabel 4.3 Perbandingan hasil pengukuran dari perangkat yang dibuat
dengan alat ukur tegangan standar pada konfigurasi 1 variasi 3
Pada Tabel 4.3 merupakan hasil pengujian alat monitoring tegangan dengan,
yang dibandingkan dengan alat ukur standar multimeter. Berdasarkan hasil data
diatas dengan rumus (4.1) dan (4.2) maka perangkat bekerja dengan baik dengan
rata-rata persentase eror 0,0014% dan terdapat persentase error pada pengukuran
tegangan 3,55 V mendapatkan persentase error yaitu 0,08%. Kemudian pada
Gambar 4.4 terdapat grafik perbandingan pengukuran teganganbaterai pada alat
multimeter dengan perangkat monitoring konfigurasi 1 variasi 3,8 V.
32
Pada konfigurasi 2 ini dilakukan percobaan dengan posisi baterai 2 sebagai variabel
dengan diberikan tegangan yang berbeda dari 3,5V – 3,95V. Selanjutnya percobaan dilakukan
degan 3 variasi, yaitu variasi pertama pada posisi baterai 2 frekuensi tegangan dari 3,5V –
3,95V, sedangkan untuk posisi 1,3,4 sel baterainya tetap 3,6V. Kemudian pada variasi kedua
dilakukan posisi baterai 2 frekuensi tegangan dari 3,5V – 3,95V sedangkan untuk posisi 1,3,4
sel baterainya tetap 3,7V. Terakhir variasi ketiga dilakukan pada posisi baterai 2 frekuensi
tegangan dari 3,5V – 3,95V sedangkan untuk posisi 1,3,4 sel baterainya tetap 3,8V.
4.2.1. Variasi tegangan pada sel baterai posisi 2 dengan 3 sel baterai lainnya dibuat
tetap pada tegangan ±3,6 V
Pada Tabel 4.4 merupakan hasil pengujian alat monitoring tegangan dengan,
yang dibandingkan dengan alat ukur standar multimeter. Berdasarkan hasil data
diatas dengan rumus (4.1) dan (4.2) maka perangkat bekerja dengan cukup baik
dengan rata-rata persentase eror 0,02% dan terdapat persentaseerror yang
tinggi yaitu pada pengukuran tegangan 3,95 V mendapatkan persentase error
yaitu 4,06%. Kemudian pada Gambar 4.5 terdapat grafik perbandingan
pengukuran tegangan baterai pada alat multimeter dengan perangkat monitoring
konfigurasi 2 variasi 3,6 V.
4.3.2. Variasi tegangan pada sel baterai posisi 2 dengan 3 sel baterai lainnya dibuat
tetap pada tegangan ±3,7 V
Tabel 4.5 Perbandingan hasil pengukuran dari perangkat yang dibuat
dengan alat kur tegangan standar pada konfigurasi 2 variasi 2
Variasi Tegangan VMultimeter VPerangkat %error
3,50 V 3,483 3,474 0,26%
3,55 V 3,549 3,540 0,25%
3,60 V 3,594 3,588 0,17%
3,65 V 3,648 3,648 0,00%
3,70 V 3,697 3,669 0,76%
3,75 V 3,732 3,687 1,21%
3,80 V 3,773 3,708 1,72%
3,85 V 3,846 3,744 2,65%
3,90 V 3,889 3,783 2,73%
3,95 V 3,939 3,807 3,35%
%Rata – rata persentase error 0,013%
34
Pada Tabel 4.5 merupakan hasil pengujian alat monitoring tegangan dengan,
yang dibandingkan dengan alat ukur standar multimeter. Berdasarkan hasil data
diatas dengan rumus (4.1) dan (4.2) maka perangkat bekerja dengan cukup baik
dengan rata-rata persentase eror 0,013% dan terdapat persentase error yang
tinggi yaitu pada pengukuran tegangan 3,95 V mendapatkan persentase error
yaitu 3,35%. Kemudian pada Gambar 4.6 terdapat grafik perbandingan
pengukuran tegangan baterai pada alat multimeter dengan perangkat monitoring
konfigurasi 2 variasi 3,7 V.
4.3.3. Variasi tegangan pada sel baterai posisi 2 dengan 3 sel baterai lainnya dibuat
tetap pada tegangan ±3,8 V
Pada Tabel 4.5 merupakan hasil pengujian alat monitoring tegangan dengan,
yang dibandingkan dengan alat ukur standar multimeter. Berdasarkan hasil data
diatas dan dihitung dengan rumus (4.1) dan (4.2), maka perangkat bekerja dengan
baik dengan rata-rata persentase eror 0,005% dan terdapat persentase error yang
tinggi yaitu pada pengukuran tegangan 3,95 V mendapatkan persentase error
yaitu 2,13%. Kemudian pada Gambar 4.7 terdapat grafik perbandingan
pengukuran tegangan baterai pada alat multimeter dengan perangkat monitoring
konfigurasi 2 variasi 3,8 V.
Pada konfigurasi 3 ini dilakukan percobaan dengan posisi baterai 3 sebagai variabel
dengan diberikan tegangan yang berbeda dari 3,5V – 3,95V. Selanjutnya percobaan dilakukan
degan 3 variasi, yaitu variasi pertama pada posisi baterai 3 frekuensi tegangan dari 3,5V –
3,95V, sedangkan untuk posisi 1,2,4 sel baterainya tetap 3,6V. Kemudian pada variasi kedua
dilakukan posisi baterai 3 frekuensi tegangan dari 3,5V – 3,95V sedangkan untuk posisi 1,2,4
sel baterainya tetap 3,7V. Terakhir variasi ketiga dilakukan pada posisi baterai 3 frekuensi
tegangan dari 3,5V – 3,95V sedangkan untuk posisi 1,2,4 sel baterainya tetap 3,8V.
36
4.3.1. Variasi tegangan pada sel baterai posisi 3 dengan 3 sel baterai lainnya dibuat
tetap pada tegangan ±3,6 V
Pada Tabel 4.7 merupakan hasil pengujian alat monitoring tegangan dengan,
yang dibandingkan dengan alat ukur standar multimeter. Berdasarkan hasil data
diatas dan dihitung dengan rumus (4.1) dan (4.2), maka perangkat bekerja dengan
baik dengan rata-rata persentase eror 0,004% dan terdapat persentase error yang
tinggi yaitu pada pengukuran tegangan 3,85 V mendapatkan persentase error
yaitu 0,47%. Kemudian pada Gambar 4.8 terdapat grafik perbandingan
pengukuran tegangan baterai pada alat multimeter dengan perangkat monitoring
konfigurasi 3 variasi 3,6 V.
4.3.2. Variasi tegangan pada sel baterai posisi 3 dengan 3 sel baterai lainnya dibuat
tetap pada tegangan ±3,7 V
Tabel 4.8 Perbandingan hasil pengukuran dari perangkat yang dibuat
dengan alat ukur tegangan standar pada konfigurasi 3 variasi 2
Pada Tabel 4.8 merupakan hasil pengujian alat monitoring tegangan dengan,
yang dibandingkan dengan alat ukur standar multimeter. Berdasarkan hasil data
diatas dan dihitung dengan rumus (4.1) dan (4.2), maka perangkat bekerja dengan
baik dengan rata-rata persentase eror 0,004% dan terdapat persentase error yang
tinggi yaitu pada pengukuran tegangan 3,85 V mendapatkan persentase error
yaitu 0,47%. Kemudian pada Gambar 4.9 terdapat grafik perbandingan
pengukuran tegangan baterai pada alat multimeter dengan perangkat monitoring
konfigurasi 3 variasi 3,7 V.
4.4.3. Variasi tegangan pada sel baterai posisi 3 dengan 3 sel baterai lainnya dibuat
tetap pada tegangan ±3,8 V
Pada Tabel 4.9 merupakan hasil pengujian alat monitoring tegangan dengan,
yang dibandingkan dengan alat ukur standar multimeter. Berdasarkan hasil data
diatas dan dihitung dengan rumus (4.1) dan (4.2), maka perangkat bekerja dengan
baik dengan rata-rata persentase eror 0,004% dan terdapat persentase error yang
tinggi yaitu pada pengukuran tegangan 3,85 V dan 3,65 V mendapatkan
persentase error yaitu 0,47%. Kemudian pada Gambar 4.10 terdapat grafik
perbandingan pengukuran tegangan baterai pada alat multimeter dengan
perangkat monitoring konfigurasi 3 variasi 3,8 V.
Pada konfigurasi 4 ini dilakukan percobaan dengan posisi baterai 4 sebagai variabel
dengan diberikan tegangan yang berbeda dari 3,5V – 3,95V. Selanjutnya percobaan dilakukan
degan 3 variasi, yaitu variasi pertama pada posisi baterai 4 frekuensi tegangandari 3,5V –
3,95V, sedangkan untuk posisi 1,2,3 sel baterainya tetap 3,6V. Kemudian pada variasi kedua
dilakukan posisi baterai 4 frekuensi tegangan dari 3,5V – 3,95V sedangkan untuk posisi 1,2,3
sel baterainya tetap 3,7V. Terakhir variasi ketiga dilakukan pada posisi baterai 4 frekuensi
tegangan dari 3,5V – 3,95V sedangkan untuk posisi 1,2,3 sel baterainya tetap 3,8V.
4.4.1. Variasi tegangan pada sel baterai posisi 4 dengan 3 sel baterai lainnya dibuattetap
pada tegangan ±3,6 V
Tabel 4.10 Perbandingan hasil pengukuran dari perangkat yang dibuat
dengan alat ukur tegangan standar pada konfigurasi 4 variasi 1
4.4.2. Variasi tegangan pada sel baterai posisi 4 dengan 3 sel baterai lainnya dibuat
tetap pada tegangan ±3,7 V
Tabel 4.11 Perbandingan hasil pengukuran dari perangkat yang dibuat
dengan alat ukur tegangan standar pada konfigurasi 4 variasi 2
4.4.3. Variasi tegangan pada sel baterai posisi 4 dengan 3 sel baterai lainnya dibuat tetap
pada tegangan ±3,8 V
Tabel 4.12 Perbandingan hasil pengukuran dari perangkat yang dibuat
dengan alat ukur tegangan standar pada konfigurasi 4 variasi 3
BAB V
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan dalam studi lajutan monitoring sel-sel
baterai pada rangkaian monitoring tegangan seri. Maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Perancangan perangkat monitoring tegangan rangkaian seri 4 sel baterai dapat
dilakukan dengan menggunakan rangkaian konversi besaran teganan ke besaranarus.
2. Perangkat yang dibuat dapat membaca tegangan 4 sel baterai terhubung seri atau
mampu membaca tegangan hingga ±12 V
3. Pengukuran tegangan dari perangkat monitoring yang dibuat menghasilkan deviasi
terhadap alat ukur standar yang sedikit berbeda - beda antara posisi sel baterai 1,2,3
dan 4. Dimana persentase error terkecil berada di posisi 1 variasi 1 yaitu 0,0% dan
terbesar berada di konfigurasi 2 variasi 1 yaitu 0,13%
5.2 Saran
Dalam penelitian ini yang telah dibuat, penelitian selanjutnya disarankan agar dapat
mengembakan monitoring tegangan sel baterai pada rangkaian monitoring tegangan seri,
yaitu:
1. Penambahan sensor suhu untuk mengukur kestabilan suhu pada setiap sel baterai.
2. Menambahkan jumlah sel baterai dan menggunakan Can Bus untuk monitoring Sel
tegangan dengan jumlah banyak.
44
Daftar Referensi
[1] M. Azhar and D. S. Adam, "Implementasi Kebijakan Energi Baru dan Energi
Terbarukan Dalam Rangka Ketahanan Energi Nasional," Adminitrative Law &
Governance Journal, pp. 398 - 412, 2018.
[2] E. S. Agus and B. T. K. Fajar, "Dari Energi Fosil Menuju Energi Terbarukan: Potret
Kondisi Minyak dan Gas Bumi Indonesia Tahun 2020 – 2050," Jurnal Energi Baru &
Terbarukan, vol. 2, no. 3, pp. pp 154-162, 21 Oktober 2021.
[3] H. Riza, OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2021, Jakarta: Pusat Pengkajian Proses dan
Energi, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, 2021.
[4] H. Abdulloh, M. Fanriadho, W. B. Pramono and Y. A. Amrullah, "RANCANG
BANGUN BATTERY MANAGEMENT SYSTEM UNTUK MOBIL LISTRIK,"
TECHNOPEX-2018 Institut Teknologi Indonesia, pp. Hal. 128-137, 2018.
[5] F. P. Adie, BATERAI LITHIUM, vol. 9, Solo: INKUIRI : Jurnal Pendidikan IPA, 2021,
pp. 113-118.
[6] M. N. H. Lubudi, RANCANG BANGUN BATTERY MANAGEMENT SYSTEM
ACTIVE BALANCING PADA BATERAI LI-ION 12V 2 , 5Ah, Yogyakarta: Fakultas
Teknologi Industri UIN Yogyakarta, 2020.
[7] A. W. Aditya and I. , "Rancang Bangun Battery Monitoring System (BMS) berbasis
LabVIEW," JTT (Jurnal Teknologi Terpadu), vol. 9, no. 1, pp. 44-49, 2021.
[8] G. Sasongko, "DESAIN DAN IMPLEMENTASI UNTUK MONITORING DAN
MANAJEMEN ENERGI PADA CHARGING STATION KENDARAAN LISTRIK
LISTRIK BERBASIS CAN BUS," Tugas Akhir, 2018.
[9] M. T. Afif and A. I. Putri Pratiwi, "Analisis Perbandingan Baterai Lithium-Ion, Lithium-
Polymer, Lead Acid dan Nickel-Metal Hydride pada Penggunaan Mobil Listrik -
Review," Jurnal Rekayasa Mesin, vol. 6, no. 2, pp. 95-99, 2015.
[10] M. R. Hamid, Rizky, M. Amin and I. B. D, "Rancang Bangun Charger Baterai Untuk
Kebutuhan UMKM," JTT (Jurnal Teknologi Terpadu), vol. 4, no. 2, p. 130, Oktober
2016.
[11] Muhaaz, "https://www.muhaaz.com/," 25 5 2022. [Online]. Available:
https://www.muhaaz.com/wp-content/uploads/2019/06/mekanisme-charging.png.
[12] A. Subhan and B. Prihandoko, "STUDI SIFAT ELEKTROKIMIA SEL BATERAI
SEKUNDER POUCHCELL LITHIUM ION," Spektra: Jurnal Fisika dan Aplikasinya,
vol. 2, no. 3, pp. 173-178, Desember 2017.
[13] N. E. Ghossein, J. P. Salameh, N. Karami, M. E. Hassan and M. B. Najjar, "Survey on
electrical modeling methods applied on different battery types," 2015 3rd International
Conference on Technological Advances in Electrical, Electronics and Computer
Engineering, TAEECE 2015, pp. 39-44, 2015.
[14] I. M. I. M. Brunner and S. M. Brunner, "Pemilihan Baterai Kendaraan Listrik dengan
Metoda Weighted Objective," Jurnal Serambi Engineering, vol. 6, no. 1, pp. 1263-1572,
1 Januari 2021.
[15] G. M. Garcia, G. v. Guzman, J. M. Sosa, P. M. Rodriguez and D. Langarica, "Battery
Types and Electrical Models: A Review," 2020 IEEE International Autumn Meeting on
Power, Electronics and Computing, ROPEC 2020, no. Ropec, 2020.
[16] H. A. Gabbar, A. M. Othman and M. R. Abdussami, "Review of Battery Management
Systems (BMS) Development and Industrial Standards," Technologies, vol. 9, no. 2, p.
28, 11 April 2021.
45
Lampiran
Pr
#include <Wire.h>
#include <Adafruit_ADS1015.h>
#include <SPI.h>
#include <mcp2515.h>
void setup(void)
{
Serial.begin(9600);
ads.begin();
mcp2515.reset();
mcp2515.setBitrate(CAN_125KBPS);
mcp2515.setNormalMode();
}
void loop(void)
{
int adc0, adc1, adc2, adc3;
adc0 = ads.readADC_SingleEnded(0);
adc1 = ads.readADC_SingleEnded(1);
adc2 = ads.readADC_SingleEnded(2);
adc3 = ads.readADC_SingleEnded(3);
//Serial.print("AIN0: ");
Serial.print(adc0*0.1875);
Serial.print(" ");
Serial.print(adc1*0.1875);
Serial.print(" ");
Serial.print(adc2*0.1875);
Serial.print(" ");
Serial.println(adc3*0.1875);
//Serial.println(" ");
int v1, v2, v3, v4;
v1=adc0;
v2=(adc1);
v3=(adc2);
v4=(adc3);
canMsg1.can_id = 0x0F6;
canMsg1.can_dlc = 4;
canMsg1.data[0] = v1;
canMsg1.data[1] = v2;
canMsg1.data[2] = v3;
canMsg1.data[3] = v4;
mcp2515.sendMessage(&canMsg1);
delay(1000);
}
49
Tabel data hasil percobaan posisi baterai 1 pada tegangan 3,6 ; 3,7 ; 3,8
Posisi
Baterai Baterai Pengukuran Multimeter Baterai Pengukuran Arduino
B2 3,628 3,611
B3 3,629 3,615
B4 3,590 3,585
B1 3,483 3,483
B1 3,551 3,552
B1 3,595 3,595
B1 3,648 3,648
B1 3,697 3,696
B1 3,732 3,732
B1 3,773 3,774
B1 3,846 3,846
B1 3,888 3,888
B1 3,937 3,936
Tabel data hasil percobaan posisi baterai 2 pada tegangan 3,6 ; 3,7 ; 3,8
Tabel data hasil percobaan posisi baterai 3 pada tegangan 3,6 ; 3,7 ; 3,8
Tabel data hasil percobaan posisi baterai 4 pada tegangan 3,6 ; 3,7 ; 3,8
Posisi
Baterai Baterai Pengukuran Multimeter Baterai Pengukuran Arduino
B1 3,681 3,681
B2 3,645 3,639
B3 3,681 3,666
B4 3,483 3,474
B4 3,547 3,537
B4 3,594 3,585
B4 3,647 3,639
B4 3,696 3,687
B4 3,732 3,723
B4 3,772 3,762
B4 3,846 3,837
B4 3,890 3,879
B4 3,941 3,93
Posisi
Baterai Baterai Pengukuran Multimeter Baterai Pengukuran Arduino
B1 3,771 3,611
B2 3,771 3,615
B3 3,771 3,756
B4 3,484 3,477
B4 3,547 3,537
B4 3,595 3,585
B4 3,648 3,639
B4 3,697 3,687
B4 3,732 3,723
B4 3,773 3,762
B4 3,845 3,837
B4 3,892 3,882
B4 3,945 3,936