Anda di halaman 1dari 62

RANCANG BANGUN RANGKAIAN MONITORING

TEGANGAN SEL – SEL BATERAI TERHUBUNG SERI


PADA BATTERY MANAGEMENT SYSTEM (BMS)

SKRIPSI

REZA RAHMANSYAH
NIM: 11180970000038

PROGRAM STUDI FISIKA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1443 H / 2022 M
iv

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertandatangan di bawah ini:


Nama : Reza Rahmansyah
NIM : 11180970000038
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul RANCANG BANGUNRANGKAIAN
MONITORING TEGANGAN SEL – SEL BATERAI TERHUBUNG
SERI PADA BATTERY MANAGEMENT SYSTEM (BMS) adalah benar merupakan karya
saya sendiri dan tidak melakukan tindakanplagiat dalam penyusunannya. Adapun kutipan yang ada
dalam penyusunan karya ini telah saya cantumkan sumber kutipannya dalam skripsi
.
Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya.

Jakarta, 19 September 2022

Reza Rahmansyah
NIM. 11180970000038
v

ABSTRAK

Nama : Reza Rahmansyah


Program Studi : Fisika
Judul : RANCANG BANGUN RANGKAIAN MONITORING
TEGANGAN SEL – SEL BATERAI TERHUBUNG SERI
PADA BATTERY MANAGEMENT SYSTEM (BMS)
Pembimbing : 1. Ambran Hartono, M.Si.
2. Samsul Hafiz, M.Si.

Penggunaan kendaraan berbahan bakar minyak merupakan salah satu pengguna energi fosil
terbesar di dunia, sehingga memberikan dampak pada pemanasan global. Beberapa tahun
terakhir, banyak perusahaan otomotif beralih dari kendaran BBM ke kendaraan bertenaga
listrik. Energi listrik pada kendaraan listrik ini tersusun dari puluhan bahkan ratusan sel baterai
Lithium-ion yang terhubung secara seri maupun paralel. Sel - sel baterai tersebut dihubungkan
seriuntuk mendapatkan tegangan yang cukup, sedangkan dihubungkan parallel
untukmendapatkan kapasistas yang lebih besar. Tegangan sel - sel baterai yang terhubung seri
ini harus di pantau untuk memastikan semua sel baterai beroperasipada batas tegangan aman,
sehingga diperlukan sistem monitoring tegangan. Sistem monitoring tegangan ini harus
mampu membaca tegangan semua sel baterai yang terhubung seri. Sementara itu, kemampuan
dari sensor tegangan pada mikrokontroller terbatas kurang dari 5 Volt. Oleh karena itu,
penelitian ini dilakukan rancang bangun sistem monitoring tegangan, yang menggunakan
prinsip konversi besaran tegangan ke besaran arus. Rangkaian Monitoring tegangan ini dibuat
dari Mikrokontroller (Arduino), komponen ADC eksternal, Op–Amp, Mosfet, dan komponen
lainnya. Rangkaian Monitoring ini kemudian diuji coba dengan cara diterapkan pada
rangkaian seri 4 sel baterai. Hasil uji coba menunjukkan bahwa perangkat monitoring yang
dibangun dapat membaca tegangan 4 sel baterai terhubung seri atau mampu membaca
tegangan hingga lebih dari 15 Volt. Jika dibandingkan dengan hasil pengukuran alat ukur
teganganstandar, didapatkan persentase error maksimal 1,879 % dan minimal 0 %.

Kata kunci: Baterai lithium – Ion, Battery Management System, Tegangan, Monitoring,
Konverter Tegangan
vi

ABSTRACT

Name : Reza Rahmansyah


Program : Physics
Title : Monitoring Circuit Design Cell Voltage Battery Cell In Series On
Battery Management System (BMS)
Adiviser : 1. Ambran Hartono, M.Si.
2. Samsul Hafiz, M.Si.

The use of oil-fueled vehicles is one of the largest users of fossil energy in the world, so
that it has an impact on global warming. In recent years, manyautomotive companieshave
switched from fuel vehicles to electric-poweredvehicles. Electrical energy in electric vehicles
is composed of tens or even hundreds of Lithium-ion battery cells connected in series or
parallel. The batterycells are connected in series to get sufficient voltage, while connected in
parallelto get a larger capacity. The voltage of the battery cells connected in series mustbe
monitored to ensure all battery cells operate at safe voltage limits, so a voltagemonitoring
system is needed. This voltage monitoring system must be able to readthe voltageof all battery
cells connected in series. Meanwhile, the ability of the voltage sensor on the microcontroller
is limited to less than 5 volts. Therefore, this research was conducted to design a voltage
monitoring system, which uses the principle of converting the amount of voltage to the amount
of current. This voltage monitoring circuit is made of a microcontroller (Arduino), external
ADC components, Op-Amp, Mosfet, and other components. This monitoring circuit is then
tested by applying it to a series of 4 cell batteries. The test results show thatthe monitoring
device that is built can read the voltage of4 battery cells connectedin series or is able to read
voltages up to more than 15 Volts. When compared with the measurement results of standar
stress gauges, the maximum error percentage is 1.879% and at least 0%.

Keywords: Lithium battery – Ion, Battery Management System, Mosfet, Voltage Monitoring.
Voltage converter
vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah Swt atas nikmat dan
karunia-Nya Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Sholawat serta salam
senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi besar Nabi Muhammad SAW, semoga kita
memperoleh syafa’at Beliau di hari akhir kelak,Aamiiin…
Penulis menyadari bahwasanya penulisan skripsi yang berjudul “RANCANG
BANGUN RANGKAIAN MONITORING TEGANGAN SEL – SEL BATERAI
TERHUBUNG SERI PADA BATTERY MANAGEMENT
SYSTEM (BMS)” ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana
Sains pada Program Studi Fisika Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Topik kajian skripsiini berada di dalam ranah manajemen
energi baterai. Penulis berharap dapat memberikan suatu kontribusi bagi dunia energi
alternatif.
Selama masa perkuliahan maupun masa penulisan skripsi yang penulis lalui, sangat
banyak pihak yang telah berjasa. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih
kepada:
1. Allah Subhanahu wa Ta’ala yang senantiasa memberikan nikmat yang luar biasa
kepada penulis.
2. Segenap keluarga besar penulis yang telah memberikan bantuan dan semangat
sejak awal masa kuliah hingga sekarang, terutama Ibu dan Kakak-kakak .
3. Bapak Ambran Hartono, M.Si. selaku dosen pembimbing 1 yang telah
membimbing, memberikan ilmu, waktu, saran, tata cara penulisan skripsi ini dan
banyak lagi memberikan wawasan lainnya untuk penulis selama masa perkuliahan.
4. Bapak Samsul Hafiz, M.Si. (dari BRIN Pusat Fisika) selaku dosen pembimbing
teknis yang telah membimbing, memberikan saran, tata cara penulisan skrips dan
mengarahkan penelitian penulis dengan penuhkesabaran serta perhatian.
5. Ibu Tati Zera, M.Si selaku kepala prodi (kaprodi) jurusan Fisika UIN Syrafi
Hidayatullah Jakarta, yang selalu membimbing dan mengarahkan penulis untuk
lebih giat lagi dalam menggarap skripsi.
viii

6. Seluruh dosen Jurusan Fisika FST UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
banyak memberikan ilmu selama penulis melakukan studi di Jurusan Fisika.
7. Tim Penelitian BMS di BRIN Pusat Fisika Ahmad Mustadi , Fajri Octaviani dan
Nabilah yang selalu memberikan ilmu tentang BMS dan motivasi bagi penulis
8. Teman – teman kontrakan sekaligus kakak tingkat Fisika 2016 yang telahmelalui
berbagai suka duka bersama penulis selama 2 tahun, dan memberikan support yang
sangat luar biasa di masa-masa sulit.
9. Teman – Teman dari Formabi terimakasih selalu memberikan support
dan semangat kepada penulis.
10. Seluruh keluarga besar Fisika UIN Jakarta, terimakasih atas kerja samadan ilmu
yang diberikan selama penulis studi di jurusan fisika.
11. Keluarga peminatan Instrumentasi 2018, terimakasih atas kebersamaannselama di
peminatan Instrumentasi.
12. Semua pihak yang telah berjasa sangat besar, dan tidak bisa penulissebutkan
satu-persatu.

Penulis berharap Allah SWT berkenan membalas segala jasa dari segalapihak yang
telah membantu. Penulis meminta permohonan maaf jika terdapat kekurangan pada tugas
akhir ini. Penulis mengharapkan masukan berupa kritik atau pun saran yang membangun demi
perbaikan di masa yang akan datang dengan mengirim Gmail (email:
rezarahmansyah.r@gmail.com). Akhir kata penulis berharap agar hasil Tugas Akhir ini dapat
berguna bagi pihak yang memerlukan dan perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di
bidang energi alternatif.

Jakarta, 19 September 2022

Penulis

Reza Rahmansyah
NIM : 1118097000038
ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN iii
LEMBAR PERNYATAAN iv
ABSTRAK v
ABSTRACT vi
KATA PENGANTAR vii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 3
1.3 Tujuan Penelitian 3
1.4 Batasan Penelitian 3
1.5 Manfaat Pnelitian 4
1.6 Sistematika Penulisan 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5
2.1 Baterai 5
2.1.1 Prinsip Kerja Baterai 5
2.1.2 Jenis Baterai 6
2.2 Battery Management System (BMS) 8
2.2.1 Monitoring 9
2.2.2 Protection 9
2.2.3 Charging and Discharging Management 10
2.3 Mikronttroller 10
2.3.1 Arduino Uno 11
2.3.2 Arduino Nano 11
2.4 MOSFET 13
2.5 Op – Amp (Operational Amplifier) 14
2.6 Konversi Tegangan ke Arus 16
2.7 ADC (Analog Digital Converter) 19
2.8 Rangkaian Seri dan Parallel 21
2.8.1 Rangkaian Seri 21
2.8.2 Rangkaian Parallel 22

BAB III METODE PENELITIAN 23


3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 23
x
3.2 Alat dan Bahan Penelitian 23
3.3 Alur Penelitian 24
3.4 Perancang Perangkat Lunak (Software) 25
3.5 Perancang Perangkat Keras (Hardware) 25
3.6 Process Flowchart 26
3.7 Process Flow Diagram (PFD) 27

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 28


4.1 Hasil analisis data rangkaian monitoring tegangan pada konifigurasi 1 28
4.1.1 Variasi tegangan pada sel baterai posisi 1 dengan 3 sel baterai 29
lainnya dibuat tetap pada tegangan ±3,6 V
4.1.2 Variasi tegangan pada sel baterai posisi 1 dengan 3 sel baterai 30
lainnya dibuat tetap pada tegangan ±3,7 V
4.1.3 Variasi tegangan pada sel baterai posisi 1 dengan 3 sel baterai 31
lainnya dibuat tetap pada tegangan ±3,8 V
4.2 Hasil analisis data rangkaian monitoring tegangan pada konifigurasi 2 32
4.2.1 Variasi tegangan pada sel baterai posisi 2 dengan 3 sel baterai 32
lainnya dibuat tetap pada tegangan ±3,6 V
4.2.1 Variasi tegangan pada sel baterai posisi 2 dengan 3 sel baterai 33
lainnya dibuat tetap pada tegangan ±3,7 V
4.2.1 Variasi tegangan pada sel baterai posisi 2 dengan 3 sel baterai 34
lainnya dibuat tetap pada tegangan ±3,8 V
4.3 Hasil analisis data rangkaian monitoring tegangan pada konifigurasi 3 35
4.3.1 Variasi tegangan pada sel baterai posisi 3 dengan 3 sel baterai 36
lainnya dibuat tetap pada tegangan ±3,6 V
4.3.1 Variasi tegangan pada sel baterai posisi 3 dengan 3 sel baterai 37
lainnya dibuat tetap pada tegangan ±3,7 V
4.3.1 Variasi tegangan pada sel baterai posisi 3 dengan 3 sel baterai 38
lainnya dibuat tetap pada tegangan ±3,8 V
4.4 Hasil analisis data rangkaian monitoring tegangan pada konifigurasi 4 39
4.4.1 Variasi tegangan pada sel baterai posisi 4 dengan 3 sel baterai 39
lainnya dibuat tetap pada tegangan ±3,6 V
4.4.1 Variasi tegangan pada sel baterai posisi 4 dengan 3 sel baterai 40
lainnya dibuat tetap pada tegangan ±3,7 V
4.4.1 Variasi tegangan pada sel baterai posisi 4 dengan 3 sel baterai 41
lainnya dibuat tetap pada tegangan ±3,8 V

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 43


5.1 Kesimpulan 43
5.1 Saran 43
DAFTAR REFERENSI 46
LAMPIRAN 49
xi

Daftar Tabel
8
Tabel 2.1 Spefikasi Jenis Baterai berdasarkan kinerjanya
Tabel 2.2 Karakteristik Arduino Uno 11
Tabel 2.3 Karakteristik Arduino Nano 12
Tabel 2.4 Karakteristik MOSFET BSS84 14
Tabel 2.5 Karakteristik IC Op – Amp LM358 15
Tabel 3.1 Alat dan Bahan Penelitian 23
Tabel 4.1 Perbandingan hasil pengukuran dari perangkat yang dibuat dengan 29
alat ukur tegangan standar pada konfigurasi 1 variasi 1
Tabel 4.2 Perbandingan hasil pengukuran dari perangkat yang dibuat dengan 30
alat ukur tegangan standar pada konfigurasi 1 variasi 2
Tabel 4.3 Perbandingan hasil pengukuran dari perangkat yang dibuat dengan 31
alat ukur tegangan standar pada konfigurasi 1 variasi 3
Tabel 4.4 Perbandingan hasil pengukuran dari perangkat yang dibuat dengan 32
alat ukur tegangan standar pada konfigurasi 2 variasi 1
Tabel 4.5 Perbandingan hasil pengukuran dari perangkat yang dibuat dengan 33
alat ukur tegangan standar pada konfigurasi 2 variasi 2
Tabel 4.6 Perbandingan hasil pengukuran dari perangkat yang dibuat dengan 34
alat ukur tegangan standar pada konfigurasi 2 variasi 3
Tabel 4.7 Perbandingan hasil pengukuran dari perangkat yang dibuat dengan 36
alat ukur tegangan standar pada konfigurasi 3 variasi 1
Tabel 4.8 Perbandingan hasil pengukuran dari perangkat yang dibuat dengan 37
alat ukur tegangan standar pada konfigurasi 3 variasi 2
Tabel 4.9 Perbandingan hasil pengukuran dari perangkat yang dibuat dengan 38
alat ukur tegangan standar pada konfigurasi 3 variasi 3
Tabel 4.10 Perbandingan hasil pengukuran dari perangkat yang dibuat dengan 39
alat ukur tegangan standar pada konfigurasi 4 variasi 1
Tabel 4.11 Perbandingan hasil pengukuran dari perangkat yang dibuat dengan 40
alat ukur tegangan standar pada konfigurasi 4 variasi 2
Tabel 4.12 Perbandingan hasil pengukuran dari perangkat yang dibuat dengan 41
alat ukur tegangan standar pada konfigurasi 4 variasi 3
xii

Daftar Gambar

Gambar 2.1 Proses Chargiing dan Dischargin pada baterai 6


Gambar 2.2 Bagan Sistem BMS pada kendaraan listrik 9
Gambar 2.3 Arduino Uno 11
Gambar 2.4 Arduino Nano 12
Gambar 2.5 Arduino IDE 13
Gambar 2.6 MOSFET BSS84 14
Gambar 2.7 IC Op – Amp LM358 16
Gambar 2.8 Rangkaian Passive to Current Converter 16
Gambar 2.9 Rangkaian Floating Load Converter 17
Gambar 2.10 Rangkaian Ground Voltage to current converter 18
Gambar 2.11 Diagram proses ADC 19
Gambar 2.12 Modul ADS1115 21
Gambar 3.1 Easy EDA 25
Gambar 3.2 Rangkaian Monitoring Tegangan Seri 25
Gambar 3.3 Diagram Alur Pengujian Penelitian 26
Gambar 3.4 Diagram Alur Tahapan Penelitian 27
Gambar 4.1 Rangkaian Posisi Baterai Monitoring Tegangan 28
Gambar 4.2 Grafik Perbandingan tegangan baterai diukur dengan
multimeter dan perangkat pada konfigurasi 1 variasi 1 30
Gambar 4.3 Grafik Perbandingan tegangan baterai diukur dengan multimeter dan
31
perangkat pada konfigurasi 1 variasi 2
Gambar 4.4 Grafik Perbandingan tegangan baterai diukur dengan multimeter dan
32
perangkat pada konfigurasi 1 variasi 3
Gambar 4.5 Grafik Perbandingan tegangan baterai diukur dengan multimeter dan
33
perangkat pada konfigurasi 2 variasi 1
Gambar 4.6 Grafik Perbandingan tegangan baterai diukur dengan multimeter dan
34
perangkat pada konfigurasi 2 variasi 2
Gambar 4.7 Grafik Perbandingan tegangan baterai diukur dengan multimeter dan
35
perangkat pada konfigurasi 2 variasi 3
Gambar 4.8 Grafik Perbandingan tegangan baterai diukur dengan multimeter dan
36
perangkat pada konfigurasi 3 variasi 1
Gambar 4.9 Grafik Perbandingan tegangan baterai diukur dengan multimeter dan
37
perangkat pada konfigurasi 3 variasi 2
Gambar 4.10 Grafik Perbandingan tegangan baterai diukur dengan multimeter dan
38
perangkat pada konfigurasi 3 variasi 3
Gambar 4.11 Grafik Perbandingan tegangan baterai diukur dengan multimeter dan
40
perangkat pada konfigurasi 4 variasi 1
Gambar 4.12 Grafik Perbandingan tegangan baterai diukur dengan multimeter dan
41
perangkat pada konfigurasi 4 variasi 2
Gambar 4.13 Grafik Perbandingan tegangan baterai diukur dengan multimeter dan
42
perangkat pada konfigurasi 4 variasi 3
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di zaman modern ini dengan kemajuan teknologi yang sangatlah pesat, maka kebutuhan
energipun semakin meningkat. Penggunaan energi dari berbagai negara di dunia masih
banyakmemakai energi yang tak terbarukan. Di Indonesia sendiri penggunaan energi masih
didominasidengan penggunaan energi yang tak terbarukan seperti energi fosil, minyak bumi
dan batu bara. [1] Seiring berjalannya waktu ketersediaan energi fosil kian menipis. Selain itu
penggunaan energi fosil yang semakin tinggi di setiap tahunnya menyebabkan kenaikan emisi
gas rumah kaca yang berdampak pada perubahan iklim yang tidak stabil serta suhu bumi yang
terus meningkat sehingga permukaan air laut naik (Pertamina, 2020). [2]
Ketergantungan yang tinggi pada sumber energi fosil masih menjadi permasalahan utama
dari berbagai negara di dunia khususnya di Indonesia. Pada tahun 2019 tercatat 90,7%
penyediaan energi primer nasional dipenuhi oleh batu bara, minyak bumi dan gas bumi.
Terlebihlagi di sektor transportasi, yang merupakan sektor pengguna energi terbesar di
Indonesia, 90,9% kebutuhan energinya masih dipenuhi oleh bahan bakar minyak (BBM) yang
mana bahan bakarminyak tersebut dapat mencemarkan udara. [3]
Oleh karena itu, perlu adanya alternatif untuk mengurangi dampak penggunaan energi
fosil. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mengembangkan kendaraan
listrik. [4] Dengan penggunaan energi listrik sebagai sumber energi penggerak kendaraan
akan mengurangi emisi karbon di udara sehingga dapat terciptanya lingkungan yang lebih
bersih. Dalam Al – Qur’an sudah dijelaskan bahwa manusia dilarang untuk membuat
kerusakan di bumi yang sudah diciptakan Allah dengan baik, sebagaimana firman Allah SWT
dalam Q.S. Al – A’raf ayat 56 :

‫ْن‬ ِ ْ‫َمنَاَْل ُمح‬


َ ‫سنِي‬ ِّ ِ ‫ْب‬ ِ ‫اَوطمعً ۗاَاِنَّ َرحْ مت ه‬
ٌ ‫َّٰللاَق ِري‬ َّ ً‫ضَب ْعدَاِصَْلحِ هاَوا ْدع ُْوهَُخ ْوف‬
ِ ‫ِىَاَل ْر‬ ِ ‫وَلَت ُ ْف‬
ْ ‫سد ُْواَف‬

Artinya : ”Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan
baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat
Allahsangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan.”
2

Kendaraan listrik memerlukan sumber daya penggerak yang efisien dan ramah
lingkungan. Salah satunya dengan menggunakan baterai jenis litium – ion sebagai sumber
dayanya, dikarenakan baterai jenis ini tidak mengandung bahan yang berbahaya. Baterai
Litium ini memiliki kelebihan diantara jenis baterai lainnya, seperti baterai ini memiliki
stabilitas penyimpanan energi yang sangat baik sehingga bisa bertahan 10 tahun atau lebih,
memiliki energi densitas tinggi, tidak ada memori efek dan berat yang relatif ringan
dibandingkan jenis baterai lainnya. Sehingga baterai yang beratnya sama dengan baterai
lithium ion energinya dua kali lipat lebih besar dari baterai jenis lainnya (Lawrence et al.
1992). [5]
Namun ada beberapa kekurangan dari baterai litium – ion ini yaitu memiliki batas
teganganmaksimal dan minimal. Dimana ketika baterai litium – ion melebihi batas tegangan
dapat menyebabkan penurunan kemampuan baterai dan kualitas baterai itu sendiri. Pada
dasarnya setiap baterai litium ketika charging dan discharging yang disusun seri akan
menyebabkan ketidakseimbangan antar sel baterai, sehingga baterai beroperasi dalam
keadaan tidak ideal (tidak sesuai datasheet) sehingga akan mudahnya terjadi over-voltage,
under-voltage dan over heat, yang dimana menyebabkan baterai dapat mudah rusak dan
memiliki lifetime yang pendek.[6]
Oleh karena itu, diperlukan alat untuk memonitoring tegangan baterai yang terhubung
seri. Yaitu dengan cara memasang rangkaian monitoring tegangan rangkaian seri padasetiap
sel baterai untuk memastikan baterai dalam keadaan aman. Monitoring tegangan ini
merupakan salah satu fitur dari Battery Management System (BMS) yang dimana BMS
berfungsi untuk memenuhi standar keselamatan dan mencegah kerusakan akibat masa pakai
pada baterai. [7]
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, yaitu implementasi Untuk Monitoring dan
Manajemen Energi pada Charging Station Kendaraan Listrik Berbasis Can Bus [8] yang
dimanamenggunakan metode pembagi tegangan. Oleh karena itu, perlu dilakukan percobaan
dengan menggunakan metode lainnya seperti metode konversi tegangan ke arus
menggunakan Op – Amp. Maka dalam penelitian ini melakukan Rancang Bangun Rangkaian
Monitoring Tegangan Sel – Sel Baterai Terhubung Seri pada Battery Management System
(BMS), menggunakan metode konversi besaran tegangan ke besaran tegangan arus.
3

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dibuat rumusan masalah pada penelitian
ini,sebagai berikut:
1. Bagaimana merancang perangkat monitoring tegangan rangkaian seri sel baterai?
2. Bagaimana pengaruh variasi nilai tegangan sel baterai terhadap hasil pengukuran
perangkat monitoring?
3. Bagaimana pengaruh variasi posisi sel baterai dalam rangkaian seri terhadap hasil
pengukuran perangkat monitoring?

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Membuat rancang bangun rangkaian listrik untuk sistem monitoring tegangan 4 sel
bateraitersusun seri pada sistem Battery Management System (BMS)
2. Menganalisis kemampuan dari perangkat sistem monitoring yang dibuat dalam
membacavariasi nilai tegangan pada setiap sel baterai.
3. Menganalisis kekonsistensian hasil pengukuran perangkat sistem monitoring yang
dibuat dalammembaca tegangan sel baterai di posisi manapun dalam rangkaian seri.

1.4 Batasan Penelitian


Agar penelitian ini tetap sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini
dilakukandengan batasan masalah sebagai berikut:
1. Baterai yang digunakan yaitu baterai Litium – ion 18650 yang memiliki tegangan
sekitar3,50 Volt – 3,95 Volt yang disusun secara seri
2. Monitoring tegangan setiap sell baterai menggunakan sensor ADS1115
3. Menggunakan 4 seri sel baterai untuk bahan uji
4. Konversi tegangan arus menggunakan Op - Amp LM358
5. Variasi sel baterai tegangan sekitar 3,5 V – 3,95 V
4

1.5 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat penelitian yang dilakukan ini adalah sebagai berikut:
1. Dapat membuat rangkaian sistem monitoring tegangan 4 sel baterai pada rangkaian seri
2. Menambah wawasan tentang Battery Management System (BMS) khususnya sistem
monitoring.

1.6 Sistematika Penulisan


Dalam penulisan skripsi terbagi dalam 6 bagian, dengan perincian sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi tentang latar belakang penulisan, rumusan masalah, tujuan
penelitian.manfaat penelitian, batasan masalah dan sistematika penulisan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Pada bab ini berisi tentang bab-bab yang mengandung dasar teori yang nantinya akan menjadi
acuan saatpenelitian berjalan.

BAB III METODE PENELITIAN


Pada bab ini berisi menjelaskan mengenai waktu dan tempat penelitian, alat dan bahan
yangdigunakan. Lalu tahapan penyusunan, perancangan dan metode analisis.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


Dalam bab ini berisi hasil dari proses pengolahan data serta analisa dan pembahasan
mengenaihasil tersebut.

BAB V PENUTUP
Pada bab ini berisi kesimpulan dan saran mengenai hasil penelitian yang dilakukan.
5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Baterai

Baterai atau akumulator adalah sebuah perangkat penyimpanan energi yang mampu
merubah energi kimia menjadi energi listrik sehingga dapat digunakan sebagai sumberenergi
pada perangkat elektronik, dan kendaraan listrik. Cara kerja dari baterai ini mengalami proses
elektrokimia reversible yang dimana komponen baterai mengubah energi kimia menjadi
energilistrik (proses pengosongan) dan sebaliknya dari energi listrik menjadi energi kimia,
proses pengisian kembali dengan cara regenerasi dari elektroda-elektroda yangdipakai. [9]

2.1.1. Prinsip Kerja Baterai

Baterai adalah perangkat yang dapat menghasilkan tegangan DC, yaitu dengan
cara mengubah energi kimia menjadi energi listrik melalui reaksi elektro kimia, Redoks
(Reduksi-Oksidasi). Dalam baterai terdiri dari sel – sel listrik yang dimana setiap selnya
menyimpan energi listrik dalam bentuk energi kimia. Setiap sel baterai tersebut terdiri dari
elektroda negatif dan elektroda positif. Elektroda negatif disebut juga dengan katoda,
yang berfungsi sebagai pemberi elektron. Dan Elektroda positif disebut dengan anoda
yang berfungsi sebagai penerima elektron. Antara anoda dan katoda akan mengalir arus
yaitu dari kutub positif (anoda) ke kutub negatif (katoda). Sedangkan elektron akan
mengalir dari katoda menuju anoda. [10]

Baterai memiliki dua proses yaitu pengosongan dan pengisian. Pada proses
pengosongan terjadi ketika sel dihubungkan dengan beban maka elektron mengalir dari
anoda melalui beban menuju beban katoda, kemudian ion – ion negatif mengalir ke anoda
dan ion- ion positif ke katoda. Sedangkan pada proses pengisian terjadi ketika sel
dihubungkan dengan power supply maka elektroda positif menjadi anoda dan elektroda
negatif menjadi katoda. Ilustrasi pengosongan dan pengisian baterai hal ini dapat dilihat
pada Gambar 2.1 [10]
6

Gambar (a) Gambar (b)

Gambar 2.1 Proses Chargiing gambar (a) dan proses pada gambar (b)
Dischargin pada baterai [11]

2.1.2. Jenis Baterai

Baterai memiliki 2 jenis berdasarkan pada proses yang terjadi pada baterai yaitu :

1. Baterai Primer (Primary Battery)

Baterai primer adalah baterai yang hanya dapat digunakan sekali saja
dalam pemakaiannya. Dikarenakan pada baterai ini material elektrodanya
tidak dapat berbalikan arah ketika dilepaskan (Irreversible).

2. Baterai Sekunder (Secondary Battery)

Baterai sekunder merupakan baterai yang dapat digunakan berkali –


kali karena baterai ini melalui proses kimia dapat bolak - balikelektrodanya
(reversibel), kemudian bahan aktifnya dapat kembali ke kondisi semula
ketika pengisian sel baterai. [9]

Baterai sekunder memiliki beberapa jenis, diantara lain :

a. Baterai ion litium (Li-Ion atau LIB)

Baterai ion litium merupakan salah satu baterai yang sering


ditemukan dalam kehidupan sehari – hari dikarenakan kemampuan yang
dapat mengisi ulang (rechargeable). Baterai ini memiliki keunggulan
yang cukup signifikan, yaitu beratnya yang ringan , memiliki kapasitas
yang besar, dan dalam dampak terhadap lingkungan cukup kecil racunnya
dikarenakan bebas dari logam berat seperti timbal (Pb0 dan merkuri (Hg).
Dan kemampuan lain dari baterai litium ion ini memiliki bahan katoda
LiFePO4 yang dapat digunakan dalam aplikasi daya besar,salah satunya
mobil listrik. [12]
7

b. Baterai Lithium Polymer (Li-Po)

Baterai Lithium Polymer merupakan baterai yang bahannya tidak


memakai cairan sebagai elektrolit melainkan memakai elektrolit polimer
kering, yang dimana elektroda positifnya terdiri dari LiCoCO2 atau
LiMn2O4, sedangkan untuk elektroda negatifnya terbentuk dari bahan
karbon Kemudian piringan tipis itu berada diantara anoda dan katoda
yang kemudian terjadinya pertukaran ion.[13]

c. Baterai Lead Acid (Accu)

Baterai Lead Acid merupakan salah satu jenis baterai yang


menggunakan bahan kimianya yaitu asam timbal (lead acid). Bateraiini
terdiri dari bagian katoda timbel peroksida dan anoda timbel spons yang
dimana terendam di larutan elektrolit yang tercampur dari air dan asam
sulfat. Baterai ini diproduksi dengan cara timbel oksida dibuat menjadi
pasta dan kemudian melalui proses elektrokimiadiubah menjadi timbel
peroksida dan timbel spons. [14]

d. Batterai Nickel-Metal Hydride (Ni-MH)

Baterai Nickel Metal-Hydride merupakan baterai yang terdiri dari


anoda Nikel Hidroksida dan Katoda Logam Hidrida. [15] Baterai inijuga
salah satu baterai ramah lingkungan yang dikarenakan menggunakan
bahan ion hidrogen untuk menyimpan energi, dan untuk bahan logamnya
antara lain adalah logam mangan, aluminium, kobalt, zirconium, dan
vanadium. Logam – logam inilah yang berfungsi untuk menangkap ion
hidrogen yang dilepaskan untuk memastikan tidak mencapai fase gas.
Setiap jenis baterai memiliki kinerja dan spefikasinya masing – masing pada Tabel 2.1
terdapat perbedaan baterai berdasarkan kinerja dari setiap jenis baterai.
8

Tabel 2.1 Spefikasi Jenis Baterai berdasarkan kinerjanya

Jenis Baterai
No Spefikasi
Lithium-Ion LI-Po Lead-Acid Ni-MH
1 Weight (Kg) 2.15 2 10 5.5
Specific Energy
2 150 150 40 65
(Wh/Kg)
Intial Cost
3 600 - 100 -
($/Wh)
Typical State of
4 Charge Window 80% - 50% -
Temperature
5 Sensitvity >45oC - >25oC >45oC
100% @20-
100% @20-hr-
hr-rate 99%
rate 80% @4-hr-
6 Efficiency @4-hr-rate - -
rate 60%@1-hr-
92%@1-hr-
rate
rate
Voltage
7 3.7 3.7 3.7 3.7
Increments
Charging
8 Temperature 0-45 - 0-25 0-45
9 Deep Cycle Life 500 - - 500
Enviromental No (Because Pb
10 Yes Yes Yes
Friendly or Not and Acid)
Constant Constant Constant
Constant Current
Current + Current + Current
11 Charge Method + Constant
Constant Constant multiple
Voltage
Voltage Voltage steps

2.2 Battery Management System (BMS)

Battery Management System (BMS) menurut pengertian dalam setiap aplikasi berbeda –
beda. Tetapi untuk secara definisi BMS adalah suatu manajemen untuk memantau,
mengontrol, dan mengoptimalkan kinerja individu atau beberapa modul baterai dalam
penyimpanan energi. BMS juga dapat mengontrol pemutusan modul dari sistem jika terjadi
kondisi tidak normal, ini digunakan untuk meningkatkan kinerja baterai dengan langkah –
langkah yang tepat. Dalam aplikasi sistem energi BMS dapat diartikan untuk memantau,
mengontrol, dan menyalurkan daya baterai untuk mendapatkan efisiensi semaksimumnya.
Dalam aplikasi kendaraan listrik, BMS dapat diartikan memiliki peran penting untuk operasi
keamanan, optimalisasi energi, pengisian daya fungsionalitas, dan kontrol keseluruhan
kendaraan listrik. Dalam Gambar 2.2 menunjukkan bagan sistem BMS pada kendaraan
listrik. [16]
9

Gambar 2.2 Bagan sistem BMS pada kendaraan listrik [16]

Dalam kendaraan listrik sumber energi tunggal terdapat di baterai, yang memiliki
kapasitas daya besar. Dalam operasi kendaraan listrik terdapat mode operasi, yaitu mode
pengisian dan pemakaian. Ketika dalam metode pemakaian baterai memberi daya kepada
mobillistrik yang dimana mengubah energi listrik menjadi energi mekanik. Dan baterai juga
mentransmisikan ke energi rotasi pada roda kendaraan, kemudian baterai memenuhi energi
untuk kebutuhan daya yang tersisa ke bagian AC, sensor, komunikasi, dan lain-lain. [16].

2.2.1. Monitoring

Monitoring didefinisikan sebagai siklus kegiatan yang mencakup


pengumpulan, peninjauan ulang, pelaporan, dan Tindakan atas informasi suatu
proses yang sedang diimplementasikan (Mercy,2005). [17] Fitur monitoring ini
berfokus pada pemantauan tegangan baterai, arus tegangan sel, suhu, isolasi,
dan interlock. Pada proses charging baterai yang melebihi batas tegangan akan
menyebabkan kerusakan pada sistem. Sedangkan ketika melebihi muatan (arus)
akan menyebabkan ventilasi sel rusak. Demikian pula ketika arus rendah akan
mempengaruhi kinerja baterai. Mengontrol suhu juga merupakan salah satutugas
dari fitur monitoring. Suhu tinggi akan menciptakan panas dan masalah abnormal
yang berdampak negatif pada sistem baterai. [16]

2.2.2. Protetctiom

Pengaman disini BMS berguna untuk melindungi baterai dari bahaya sistem
baterai. Pengamanannya diantara lain adalah mendeteksi mode operasi,
menetapkan kriteria kesalahan, mengautentikasi, dan mengidentifikasi sistem,
10

memprediksi tegangan dan arus lebih pada setiap sel, memprediksi kesalahan
isolasi, dan mendeteksi suhu tingi/rendah [16]

2.2.3. Charging and Discharging Management

State of Charge (SOC) adalah status pengisian daya yang berguna untuk
memberikan signifikan masa pakai baterai. Dimana setiap baterai memiliki siklus
pengisian dan pemakaian tertentu, dengan berkurangnya masa baterai ketika
dalam pengisian dan pemakaian. BMS disini harus menjaga SOC yang tepat
sehingga masa dari baterai itu sendiri akan maksimal untuk memastikan
manajemen pada baterai. Untuk melakukan itu BMS dengan mengontrol arus
pengisi daya, menghidupkan atau mematikan sakelar aktif antara baterai dan
pengisi daya, menjalankan urutan pra-pengisian daya, menetapkan batas daya
dinamis, dan melakukan penyeimbangan aktif dan pasif [16]
2.3 Mikrokontroller

Mikrokontroller adalah sebuah sistem komputer yang dimana seluruh atau 10 sebagian
besar elemennya dikemas dalam satu cip IC (Intregated Circuit). Mikrokontroler juga
memilikibeberapa tugas yang sangat spesifik. Mikrokontroler memiliki beberapa komponen
CPU, memori, timer, saluran komunikasi serial dan paralel, Port Input/Output, ADC [18].
Mikrokontroller sangat sangat umum dalam alat – alat elektronnik, bebera contoh alat
elektronik yang memakai mikrokontroller dalam kehidupan sehari – hari diantara lainnya
telepon digital, mobile phone, microwave oven, printer, scanner, kulkas, CD/DVD player,
robot, mesin ATM, sistem EDC (Electronic Data Capture) dan lain – lain. [19]
Arduino adalah alat pengendali mikro singleboard yang bersifat open source, yang
dirancang untuk memudahkan penggunaan elektronik dalam berbagai bidang. Hardware
Arduino memiliki prosesor atmel AVR dan softwarenya memiliki bahas pemrogramansendiri
untuk menjalankan program Arduino. Software Arduino dapat dijalankan dalam multi
platform, yaitu windows, linux maupun mac. Dari segi hardware merupakan mikrokontroller
yang berbasiskan AVR dan ATMEL yang dimana di dalamnya sudah diberi bootloader dan
juga sudahterdapat standar pin I/O -nya. [20]
11

2.3.1. Arduino UNO

Arduino adalah salah satu board mikrokontroller yang didasarkan pada


ATmega328, Arduino UNO mempunyai 14 pin digital I/O dengan 6 diantaranya
dapat digunakan sebagai PWM, 6 input analoog, dan sebuah osilator kristal 16
MHz, sebuah koneksi, sebuah power jack, sebuah ICSP header, dan sebuah
tombol reset. Arduino ini menjalankan programnya dengan menghubungkankabel
USB ke komputer. Terdapat pada Gambar 2.3 merupakan gambar ArduinoUno
dan karakteristik Arduiino Uno terdapat pada Tabel 2.2 [20]

Gambar 2.3 Arduino Uno [20]

Tabel 2.2 Karakteristik Arduino Uno [21]

Mikrokontroller ATMega 328p


Tegangan Operasi 5V
Tegangan Input (Disarankan) 7-12 V
Tegangan Input (Batas) 6-20 V
Pin I/O 14 (6 output PWM)
Pin Input Analog 6
Arus DC Pin 1/O 20 Ma
Arus DC 3,3 V 50 Ma
Memori Flash 32 KB (Atmega 328p) 0,5 KB bootloader
SRAM 2 KB (Atmega 328p)
EEPROM 1 KB (Atmega 328p)
Kecepatan 16 MHz
LED BUILTIN 13
Panjang 68,6 mm
Lebar 53,4 mm
Berat 25
12

2.3.2. Arduino Nano

Arduino Nano adalah jenis Arduino yang dimana board mempunyai Atmega
328 atau Atmega 168. Dengan ukuran kecil board ini sangat praktis digunakan
sehingga membuatnya menjadi mikrokontroller paling popular. Board ini
memiliki kekurangan yaitu tidak memiliki prot untuk DC power. Dan bekerja
hanya dengan kabel Mini-B USB. Board Arduino Nano ini didesain dan di
produksi oleh Fravitech. (Sadewo, Widasari, & Muttaqin, 2017). Terdapat pada
Gambar 2.4 merupakan gambar Arduino Nano dan karakteristik Arduiino Nano
terdapat pada Tabel 2.3 [22]

Gambar 2.4 Arduino Nano [22]

Tabel 2.3 Karakteristik Arduino Nano [22]

Mikrokontroller Arduino ATmega328


Catu Daya 5V
Tegangan Input 7-12 V
Batas Tegangan Input 6-20 V
Pin I/O Digital 14 Pin Digital (6 pin PWM Output)
Pin input analog 8
Arus DC per Pin I/O 40 mA
Kecepatan Clock 16 MHz
32 KB (Atmega 328) dimana 0,5 KB
Flash Memory digunakan oleh bootloader
1 KB (untuk Atmega) atau 1 KB unuk)
SRAM Atmega 328
512 Bytes (untuk Atmega) atau 1 KB
EEPROM unuk) Atmega 328
Dimensi 0,73 cm x 1,70 cm
Panjang 45 mm
Lebar 18 mm
Berat 5g
13

Untuk menjalankan perangkat keras Arduino harus menggunakan Software yang bernama
Arduino IDE, yang artinya adalah Integrated Development Environtment perngkat lunak yang
berfungsi untuk mengembangkan aplikasi mikrokontroler seperti menuliskan source program,
kompilasi, upload hasil kompilasi dan uji coba secara terminal serial.(Hendayani,2013). Pada
Gambar 2.5 terdapat contoh simulasi Arduino IDE [23]

Gambar 2.5 Arduino IDE

2.4 MOSFET

MOSFET (Metal Oxide Semiconductor Field Effect Transistor) adalah perangkat empat
terminal dengan sumber (S), gerbang (G), saluran (D), dan basis (B) terminal, basis (atau
substrat) dari MOSFET sering terhubung ke sumber terminal, membuatnya menjadi
perangkat tiga terminal seperti transistor efek medan lainnya MOSFET adalah jenis transistor
yang digunakan untuk memperkuat sinyal elektronik. Keuntungan dari MOSFET adalah
bahwa komponen ini memerlukan sangat sedikit untuk mengaktifkan (Hampir kurang dari 1
mA)., sementara itu memberikan yang jauh lebih tinggi untuk beban (10 sampai 50 A atau
lebih). Tetapi, MOSFET memerlukan tegangan tinggi (3-4 V). [24]
MOSFET memiliki prinsip seperti switching. Ketika tegangan gerbang tinggi transistor
akan menutup seperti saklar, selanjutnya terminal penguras dan sumber terhubung secara
elektrik. MOS switched ini menggunakan dua transistor yaitu transistor tipe – P dan transistor
– N Sama seperti tombol lampu membutuhkan kekuatan tertentu untuk mengaktifkan,
terminal gate transistor membutuhkan level tegangan tertentu untuk beralih dan
menghubungkan terminal drain dan source. (Hawkins & Segura, 2005). [25]. Berikut
merupakan MOSFET BSS84 yang di tunjukkan pada Gambar 2.6.
14

Gambar (a) Gambar (b)

Gambar 2.6 Bentuk Model MOSFET BSS84 pada tampak depan pada gambar (a) dan bentuk
bodel MOSFET BSSS84 pada tampak dalam pada gambar (b) [26]

Berikut merupakan karakteristik dari MOSFET BSS84 yang di tunjukkan pada Tabel 2.4

Tabel 2.4 Karakteristik MOSFET BSS84 [26]


Simbol Parameter Kondisi Min. Max
VDS Drain-source voltage (DC) - - -50V
VGSO Gate-source voltage (DC) Open drain - ±20V
ID= -1 mA; VDS
VGSth Gate-source threshold voltage -0.8V -2V
= VGS
ID Drain-Current (DC) - - -130mA
Drain-Source on-state ID = -130 mA;
RDSan - 10Ω
resistance VGS = -10V
Ptot Total power dissipation Tamb ≤ 25°C - 250mW

2.5 Op – Amp (Operational Amplifier)

Operasional Amplifier yaitu singkatan dari Op-Amp yang merupakan salah saru dari
bentuk IC Linear yang berfungsi penguat sinyal listrik, Sebuah Op – Amp terdiri dari
beberapakomponen yaitu Transistor, Dioda, Resistor dan Kapasitor yang terinterkoneksi dan
terintegrasi.[27]
Perkembangan Op- Amp telah terjadi sejak tahun 1960, yang dimana pertama kali
dikembangkan pada “chip” silicon tunggal. Rangkaian ini terpadu merupakan susunan antara
transidator, diode sebagai penguat beda dan pasangan Darlington. Kemudian pada tahun 1963
perusahaan industri semikonduktor Fairchild memperkenalkan IC Op -AMP pertama kali µA
702 yang dimana masih belum memiliki proteksi hubung singkat dan memerlukan jaringan
frekuensi eksternal sebagai kompensasi (dua kapasitor dan resistor) untuk stabil. [28]
Selanjutnya pada tahun 1968 teknologi dikembangkan oleh Fairchild dengan IC
µA741yang telah dilengkapi proteksi hubung singkat, stabil, resistor input yang lebih tinggi,
gain
15

tegangan yang tinggi dan kemampuan offset null (zero offset). Dan sampai saat ini
perkembangan IC Op – Amp masih terus berlanjut bahkan sudah dibuat blok-blok yang
dimana di sesuaikan untuk keperluan konsumen industri (Audio, Radio, TV, Timer, Regulator
dan lainnya). [28]
Op – Amp memiliki beberapa karakteristik diantaranya yang paling terpenting, yaitu :
a. Impedansi masukan amat rendah, menjadikan arus masukan praktis dapatdiabaikan
[29]
b. Penguat lup amat tinggi [29]
c. Impedansi keluaran amat rendah, menjadikan keluaran penguat tidak dipengaruh
oleh pembebanan. [29]
IC LM358 merupakan modul amplifier yang tidak membutuhkan penggantianfrekuensi,
penggantian frekuensi secara internal, dan juga rendahnya noise. IC LM358 ini merupakan
rangkaian yang terintegrasi dan memiliki amplifier dengan cara kerja ganda, dan LM358 ini
menerima tegangan minimal 5 V dan maksimal 15 V. [30]
IC Op – Amp LM358 ini mempunyai tiga terminal dimana dua terminal masukan dan satu
terminal keluaran. Dimana terminal 2 dan terminal 3 merupakan terminal masukan (Input),
sedangkan terminal 1 merupakan terminal keluaran (Output). [31] Berikut merupakan IC Op-
Amp LM358 yang ditunjukkan pada gambar 2.7 dan karakteristik Op – Amp Lm358 terdapat
pada Tabel 2.5.

Tabel 2.5 Karakteristik IC Op – Amp LM358

Parameter LM358
Opeen Loop Voltage Gain (Aol) 10000
Unity Gain Frequency (Funity) 1 MHz
Input Bias Current (Iin(bias)) 45 nA
Input Offset Current (Iin(off)) 3 nA
Input Offset Voltage (Vin(off)) 2 mV
Common Mode Rejction Ratio (CMRR) 85 dB
16

Gambar 2.7 IC Op – Amp LM358 [32]


Pada Gambar 2.7 merupakan gambar perangkat IC Op – Amp pada tampak
dalam.

2.6 Konversi besaran tegangan ke besaran arus

Merupakan rangkaian yang berfungsi untuk mentransformasikan suatu sumber


teganganmenjadi sumber arus. Terdapat dua jenis tipe converter besaran tegangan ke arus,
yaitu : [33]

a. Passive to current converter

Merupakan rangkaian tegangan ke arus yang hanya terdiri dari sumber tegangan
yang disusun secara seri dengan sebuah resistor. [33] Pada Gambar 2.8 merupakan
dari rangkaian Passive to current converter

Gambar 2.8 Rangkaian Passive to Current Converter

b. Active voltage to current converter

Merupakan rangkaian pengembangan dari Passive to current converter agar


nilai arus hasil converter tidak sensitif dari rangkaian sebelumnya, tetapi pada
rangkaian perlu menambahkan komponen Op – Amp. Active voltage to current
coverter ini memiliki dua macam yaitu : [33]
17

1. Floating Load Converter

Rangkaian ini dimana tegangan Vin-nya merupakan tegangan input


yang diberikan ke terminal non – inverting. Inverting ini di dorong
dengan tegangan feedback yang melintasi resistor RL. Rangkaian ini
juga sering dikenal dengan rangkaian penguat arus feedback negatif.
[34] Terdapat pada Gambar 2.9 merupakan Rangkaian Floating Load
Converter

Gambar 2.9 Rangkaian Floating Load Converter

Untuk tegangan loop, ini di rumuskan sebgai berikut

Vin = VD + Vf (2.1)

Dimana Penguat ( A ) memiliki sangat besar, maka :

VD =0 (2.2)

Jadi,

Vin = Vf (2.3)

Dimana input dari Op-Amp, I’B = 0

Vo = IL x RL. (2.4)

II = IL = 𝑉𝐼𝑛 (2.5)
𝑅
18

2. Ground Load Voltage to Current Converter

Dalam converter V menjadi I ini dengan salah satu di ujung ground. [34]
Terdapat pada Gambar 2.10 merupakan Rangkaian Ground Voltage to
current converter

Gambar 2.10 Rangkaian Ground Voltage to current converter

Dalam hukum Ohm berarti V1 dalam rangkaian, yaitu :

I1 + I2 = IL (2.6)
𝑉𝐼𝑁 − 𝑉1 𝑉0− 𝑉1
+ = IL (2.7)
𝑅 𝑅

VIN + V0 - 2V1 = ILR (2.8)

V1 = 𝑉𝐼𝑁 + 𝑉0−𝑉1 (2.9)


2

Untuk Penguat (A) dari Non – Inverting persamaannya adalah :

A=1+ 𝑅𝐹
𝑅1 (2.10)

Disini nilai resitornya adalah:

RF = R = R1 (2.11)

Jadi,

A = 1 +𝑅 = 2 (2.12)
𝑅
19

Maka, untuk nilai Tegangan output yang di ubah menjadi Arus Beban IL adalah :

V0 = 2V1 = VIN + V0 – ILR (2.13)

0 = VIN – ILR (2.14)

VIN = ILR (2.15)

IL = 𝑉𝐼𝑁 (2.16)
𝑅

2.7 ADC (Analog Digital Converter)

ADC (Analog Digital Converter) adalah sebuah rangkaian input sinyal analog (sinyal
kontinu terhadap waktu) menjadi output sinyal digital (sinyal diskrit atau terkuantisasi
terhadap waktu). Dalam komputer hanya bisa membaca sinyal digital/biner, sedangkan pada
sinyal analog merupakan besaran fisis berupa kuantitas analog (suhu, tekanan, kecepatan,
kelembaban dan sebagainya). Untuk mendapatkan sinyal analog ini maka akan diubahmenjadi
besaran listrik yang akan dikonversi oleh perangkat ADC untuk diubah menjadi sinyal digital.
Kemudian sinyal digital inilah yang akan dibaca dan di proses oleh perangkat elektronik baik
komputer dan perangkat lainnya. [35] Untuk proses ADC ditunjukkan pada Gambar 2.11.

Input Sinyal Output : Sinyal


(Suhu, Tekanan, Rangkaian ADC digital (Biner,
dsb.) Misal: 1001

Gambar 2.11 Diagram proses ADC [36]

Pada sinyal digital yang dihasilkan oleh ADC merupakan bilangan basis 2 (hanya terdiri
dari angka 0 dan 1). Jika nilai 0-15 Volt diubah menjadi bilangan digital dengan skala 1 Volt
yang artinya rentang nilai digital yang diperoleh 16 tahap (dari 0 bertahap naik 1 Volt sampai
15 Volt), dengan tahapan sejumlah ini maka dapat diperoleh dengan membuat rangkaian
ADC4 bit (karena jumlah bit (n) yang merepresentasikan 2n nilai skala sehingga 24 = 16
skala). Sedangkan jika jumlah bitnya dinaikkan menjadi 8 bit, maka nilai Volt dapa
direpresentasikan oleh 2n (256) atau setara dengan skala 62,5 mV untuk setiap kenaikan
tahapnya (sebagai ganti skala 1 V), artinya sinyal analog yang masuk akan diterjemahkan ke
dalam bilangan jumlah biner (256 nilai digital, tidak lagi 16). Disini dapat disimpulkan bahwa
semakin besar jumlah bit, maka semakin sensitif alias semakin tinggi resolusi rangkaian ADC.
[36]
20

Dalam ADC memiliki beberapa macam tipe untuk memenuhi standar industry, diantara
lainnya adalah: [35]
a. Tipe Interating
Dimana tipe ini menawarkan resolusi tertinggi dengan biaya rendah. Tipe ini memiliki
kelemahan yaitu memerlukan waktu yang lama untuk konversi. [35]
b. Tipe Tracking
Tipe ini menerapkan prinsip up down counter (pencacah naik dan turun). Dengan
Binary counter akan mendapatkan masukan clock secara kontinu dan hitungan
bergantung dari pencacah apakah sedang naik (Up counter) atau sedang turun (Down
counter). ADC ini memiliki tidak diperuntukkan untuk dipakai pada sistem yang
memerlukan waktu konversi masukan dan keluaran yang singkat. [35]
c. Tipe Flash atau paraller
Tipe ini menunjukkan konversi secara lengkap dengan kecepatan 100 MHz dengan
rangkaian yang sederhana. [35]
d. Tipe Successive Approximation Register (SAR)
Tipe SAR ini merupakan suatu converter yang paling sering ditemui dalam desain
perangkat keras yang menggunakan ADC, dikarenakan tipe ini memiliki konversi yang
cukup tinggi, meskipun dari segi harga relative mahal. [35]

Modul ADS1115 merupakan converter analog ke digital (ADC) yang presisi, berdaya
rendah, resolusi 16-bit dengan menggunakan I2C yang terdiri dari serial SCL dan SDA.
ADS1115 merupakan gabungan dari amplifier gain yang dapat diprogram dan komparator
digital.
[37] Modul ADS1115 ini juga dapat mengukur tegangan baterai hingga 20 V
menggunakan rangkaian pembagi tegangan, dengan menjadikan rangkaian menjadi internal
Voltmeter. [38] Modul ini memiliki kecepatan sampling sebesar 160 sampel/detik, modul ini
juga memiliki fitur Multiplexer Input (MUX) sehingga dapat bekerja dengan mode single-
ended yaitu dua input pada dua pin. [39] Berikut merupakan Modul ADS1115 yang di
tunjukkan pada Gambar 2.12.
21

Gambar 2.12 Modul ADS1115 [40]

2.8 Rangkaian Seri dan Paralel


2.8.1. Rangkaian seri

Rangkaian Seri merupakan rangkaian listrik yang disusun secara sejajar (seri) dan
memiliki besar arus yang sama, tetapi memiliki nilai tegangan yang berbeda. Rangkaian
seri sering digunakan di kehidupan sehari – hari seperti lampu penerang jalan, lampu
taman, dan lainnya. Jumlah dari hambatan – hambatan pada rangkaian seri adalah
jumlahseluruh hambatan itu sendiri. [41] Jika di rumuskan adalah :

Rtot = R1 + R2 + R3 + … Rn (2.17)

Dalam Hukum Ohm Hambatan (R) adalah

𝑽 (2.18)
𝑹=
𝑰

Maka, hambatan (R) berbanding lurus dengan tegangan (V) sehingga total
teganganadalah :

Vtot = V1 +V2+ V3 +…+ Vn (2.19)

Sehingga dalam rangkaian seri memiliki jumlah tegangan yang lebih besar tetapi
memiliki jumlah arus yang kecil. Maka dari itu rangkaian seri memiliki beberapa sifat
sebagai berikut : [42]

a. Tegangan sumber (total) akan dibagi sama dengan jumlah tegangan seri dengan
besar yang sama.

b. Arus yang mengalir pada masing – masing beban adalah sama.

c. Ketika salah satu beban putus maka rangkaian akan terputus dan aliran arus akan
terhenti
22

2.8.1. Rangkaian Paralel

Rangkaian paralel merupakan rangkaian yang disusun secara berderet (paralel) dan
menghubungkan lebih dari dua elemen listrik sehingga memiliki besar arus yang berbeda
di setiap garis edar. Rangkaian paralel memiliki jumlah besar arus yang besar tetapi
memilikitegangan yang sama. Dan total hambatan dalam rangkaian paralel adalahseper
total dari setiap hambatan. [41] Jika di tuliskan dalam rumus adalah :
𝟏 𝟏 𝟏
=𝟏 + 𝟏 + …+ (2.20)
𝑹𝒕𝒐𝒕 𝑹𝟏 𝑹𝟐 𝑹𝟑 𝑹𝒏

Dalam Hukum Ohm hambatan (R)

𝑽
𝑹= (2.21)
𝑰

Maka, besar arus (I) berbanding terbalik dengan hambatan (R), sehingga total arus
adalah :

Itot = I1 + I2 + I3 + … + In (2.22)

Jadi, rangkaian paralel ini dengan memiliki jumlah arus yang lebih besa, maka
rangkaian ini sering digunakan untuk distribusi listrik dengan jumlah besar seperti
distribusi listrik PLN ke rumah – rumah warga dan distribusi listrik pada Stop Contact
di rumah – rumah. Rangkaian paralel memiliki beberapa sifat – sifat sebagai berikut :
[42]

a. Masing – masing cabang dalam rangkaian paralel mengaliri besar arus yang
berbeda

b. Tegangan pada masing – masing beban listrik sama dengan tegangan sumber

c. Jika terjadi salah satu cabang beban paralel terputus maka arus akan terputus
hanya pada rangkaian beban tersebut.
23

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2021 sampai dengan Januari 2022.
Adapun proses pelaksanaan penelitian berlokasi di Pusat Riset Fisika BRIN, Kawasan
PUSPIPTEK, Gedung 440-442, Muncul, Setu, Tangerang Selatan, Banten 15314.

3.2 Alat dan Bahan Penelitian

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :
Laptop merek Lenovo dengan prosesor AMD Ryzen 3500 sebagai operasi sistem
Windows 10, software Arduino IDE, dan software Easy EDA. Rangkaian Monitoring
tegangan seri yang terdiri dari komponen Arduino Nano, MOSFET BSS84, OP – AMP
LM358, ADS1115, dan perangkat akuisisi data sebagai pembaca data tegangan dari baterai ke
laptop. Secara lengkapnyaalat dan bahan yang dinyatakan pada tabel 3.1:

Tabel 3.1 Alat dan Bahan Penelitian

No. Alat dan Bahan Jumlah No. Alat dan Bahan Jumlah
1. Laptop 1 Unit 8. PCB Layout 1 Buah
2. Arduino Nano 1 Buah 9. ADS1115 1 Buah
3. Baterai Lithium - Ion 22 Buah 10. Holder Baterai 1 Buah
4. MOSFET BSS84 3 Buah 11. Solder 1 Buah
5. Resistor 47kΩ 6 buah 12. Timah Solder 1 Buah
6. OP – AMP LM358 3 Buah 13. Charger Baterai 1 Buah
7. Kabel Jumper Secukupnya 14. Multimeter 1 Buah
24

3.3 Alur Penelitian

Adapun penjelasan tahap dan alur penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut
1. Tahapan Persiapan
Pada tahapan ini, peneliti melakukan studi literatur dengan mencari landasan
teori dari beberapa buku, jurnal ilmiah, tugas akhir maupun tesis yang sejenis
dengan topikserta masalah dalam penelitian yang dilakukan.
2. Perancangan Perangkat Lunak
Pada tahap perancangan lunak (Software) ini telah dilakukan dengan software
yang bernama Easy Eda, dalam software ini peneliti mendesain dan mencetak
Printed Circuit Board (PCB) rangkaian monitoring tegangan seri. Adapun software
lainnya adalah Arduino IDE yang berguna bagi peneliti untuk memprogram
algoritma dari rangkaian monitoring tegangan seri ke perangkatkeras Arduino Nano
sebagai monitoring baterai litium-ion yang ditampilkan di layar PC.
3. Perancangan Perangkat Keras (Hardware)
Pada tahap perancangan perangkat keras (Hardware) ini dilakukan dengan cara
peneliti memasang komponen – komponen perangkat keras seperti Arduino Nano,
Resistor 47kΩ, MOSFET BSS84, Op – Amp LM358, holder baterai dan ADS1115
sehingga alat dapat berfungsi untuk monitoring tegangan sel baterai padarangkaian
seri.
4. Pengujian Alat
Pada tahapan ini proses pengujian alat atau perangkat monitoring tegangan sel
baterai dibangun dilakukan di Pusat Penelitian Fisika BRIN. Pengujian alat ini
menggunakan 4 sel baterai terhubung seri. Tegangan masing-masing sel baterai
divariasi sedemikian rupa untuk menguji kemampuan perangkat monitoring yang
dibangun.
5. Analisis data
Pada tahap ini analisis data dilakukan untuk mengetahui alat monitoring
tegangan seri dapat berjalan dengan baik. Kemudian data yang dianalisis berupa
perbandingan tegangan baterai yang telah diukur dengan multimeter dan tegangan
baterai yang di pasangkan pada perangkat monitoring tegangan seri.
25

3.4 Perancangan Perangkat Lunak (Software)

Proses perancangan perangkat lunak (Software) dilakukan dengan menggunakan software


Easy EDA. Software ini berfungsi untuk mendesain dan mencetak Printed Circuit Board
(PCB) perangkat monitoring tegangan seri dengan sesuai ukuran yang diinginkan.
Perangkat lunak (software) selanjutnya adalah software Arduino IDE digunakan untuk
memprogram algoritma sistem Monitoring tegangan yang ditanamkan pada Arduino.

Gambar 3.1 Easy EDA

3.5 Perancangan Perangkat Keras (Hardware)

Pada proses perancangan perangkat keras (Hardware) ini disusun beberapa komponen
perangkat keras agar perangkat monitoring tegangan seri berjalan dengan baik. Komponen
perangkat keras diantara lainnya yaitu Arduino nano, resistor, holder baterai, mosfet,
ADS1115 dan OP – Amp Lm358. Berikut adalah gambar komponen yang dipasang pada
Printed CircuitBoard (PCB) yang ditujukan pada Gambar 3.2

Gambar 3.2 Rangkaian Monitoring Tegangan Seri


26

3.6 Proses Flowchart

Berikut merupakan Proses Flowchart pada proses pengujian alat monitoring tegangan
baterai terdapat pada Gambar 3.3.

Mulai

Menvariasi Menyiapkan perangkat


tegangan Baterai Monitoring Tegangan

Mengukur Baterai
dengan multimeter

Memasang Sel Baterai


ke Rangkaian

Pengujian Alat
Monitoring Tegangan

Proses

Pengambilan Data

Analisi Data

Selesai

Gambar 3.3 Diagram Alur Pengujian Penelitian


27

3.7 Process Flow Diagram (PFD)

Berikut merupakan Proecess Flow Diagram (PFD) tahapan penelitian Rancang Bangun
Rangkaian Monitoring Tegangan Sel – Sel Baterai Terhubung Seri Pada Battery Management
System (BMS) terdapat pada Gambar 3.4.

Tahapan Persiapan (Literasi)

Perancangan Perangkat Lunak (Software)

Perancangan Perangkat Keras (Hardware)

Pengujian Alat Monitoring Tegangan

Pengambilan data

Analisi Data

Selesai

Gambar 3.4 Diagram Alur Tahapan Penelitian


28

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada BAB ini dijelaskan mengenai hasil dan pembahasan penelitian yang telah dilakukan
dengan pengujian monitoring tegangan seri. Penelitian ini dilakukan denganmenggunakan
baterai Litihium – ion yang kapasitasnya sebesar 2000mAH dengan besar tegangan dari 3,5
V – 3,95 V. Monitoring tegangan sel baterai dilakukan pada 4 buah sel bateraiyang terhubung
seri dengan 4 konfigurasi pengukuran. Pada konfigurasi 1 (Tegangan dari sel baterai di posisi
1 divariasi dari 3,5V – 3,95V sementara posisi 2,3,4 dibuat tetap. kemudian pada konfigurasi
2 (Tegangan dari sel baterai di posisi 2 divariasi dari 3,5V – 3,95V sementaraposisi 1,3,4
dibuat tetap, selanjutnya pada konfigurasi 3 (Tegangan dari sel baterai di posisi 3 divariasi
dari 3,5V – 3,95V sementara posisi 1,2,4 dibuat tetap, dan terakhir pada konfigurasi
4(Tegangan dari sel baterai di posisi 4 divariasi dari 3,5V – 3,95V sementara posisi 1,2,3
dibuattetap.

Gambar 4.1 Rangkaian Posisi Baterai Monitoring Tegangan

Kemudian dilakukan perbandingan tegangan setiap sel baterai yang diukur dengan
multimeter dan diukur dengan perangkat monitoring tegangan dengan menggunakan
perhitungan mencari nilai persentase error, yaitu:

𝑉𝑜𝑢𝑡𝑀𝑢𝑙𝑡𝑖𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟−𝑉𝑃𝑒𝑟𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡
%𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = 𝑉𝑜𝑢𝑡𝑀𝑢𝑙𝑡𝑖𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
= 100% (4.1)

Kemudian menghitung persentase rata-rata error dengan menggunakan rumus, sebagai


berikut :
∑ %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟
%𝑒𝑟𝑜𝑟𝑟 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = = 100% (4.2)
𝑛
29

4.1 Hasil analisis data rangkaian monitoring tegangan pada konfigurasi 1

Pada konfigurasi 1 ini dilakukan percobaan dengan posisi baterai 1 sebagai variabel
dengan diberikan tegangan yang berbeda dari 3,5V – 3,95V. Selanjutnya percobaan
dilakukan degan 3 variasi, yaitu variasi pertama pada posisi baterai 1 variasi tegangan dari
3,5V – 3,95V,sedangkan untuk posisi 2,3,4 sel baterainya tetap 3,6V. Kemudian pada variasi
kedua dilakukan posisi baterai 1 frekuensi tegangan dari 3,5V – 3,95V sedangkan untuk posisi
2,3,4 selbaterainya tetap 3,7V. Terakhir variasi ketiga dilakukan pada posisi baterai 1
frekuensi tegangan dari 3,5V – 3,95V sedangkan untuk posisi 2,3,4 sel baterainya tetap 3,8V.

4.3.1. Variasi tegangan pada sel baterai posisi 1 dengan 3 sel baterai lainnya dibuat
tetap pada tegangan ±3,6 V

Tabel 4.1 Perbandingan hasil pengukuran dari perangkat yang dibuat


dengan alat ukur tegangan standar pada konfigurasi 1 variasi 1

Variasi Tegangan VMultimeter VPerangkat %error


3,50 V 3,483 3,483 0,00%
3,55 V 3,551 3,552 -0,03%
3,60 V 3,595 3,595 0,00%
3,65 V 3,648 3,648 0,00%
3,70 V 3,697 3,696 0,03%
3,75 V 3,732 3,732 0,00%
3,80 V 3,773 3,774 -0,03%
3,85 V 3,846 3,846 0,00%
3,90 V 3,888 3,888 0,00%
3,95 V 3,937 3,936 0,03%
%Rata – rata persentase error 0,00%

Pada Tabel 4.1 merupakan hasil pengujian alat monitoring tegangan dengan,
yang dibandingkan dengan alat ukur standar multimeter. Berdasarkan hasil data
diatas dengan rumus (4.1) dan (4.2) maka perangkat bekerja dengan baik dengan
rata-rata persentase eror 0,0% dan terdapat persentase error pada pengukuran
tegangan 3,70 V dan 3,95 V mendapatkan persentase error yaitu 0,03%.
Kemudian pada Gambar 4.2 terdapat grafik perbandingan pengukuran tegangan
baterai pada alat multimeter dengan perangkat monitoring konfigurasi 1 variasi
3,6 V.
30

Gambar 4.2 Grafik Perbandingan tegangan baterai diukur dengan


multimeter dan perangkat pada konfigurasi 1 variasi 1

4.1.2. Variasi tegangan pada sel baterai posisi 1 dengan 3 sel baterai lainnya dibuat
tetap pada tegangan ±3,7 V

Tabel 4.2 Perbandingan hasil pengukuran dari perangkat yang dibuat


dengan alat ukur tegangan standar pada konfigurasi 1 variasi 2

Variasi Tegangan VMultimeter VPerangkat %error


3,50 V 3,483 3,483 0,00%
3,55 V 3,551 3,552 -0,03%
3,60 V 3,595 3,594 0,03%
3,65 V 3,648 3,648 0,00%
3,70 V 3,697 3,699 -0,05%
3,75 V 3,733 3,732 0,03%
3,80 V 3,773 3,774 -0,03%
3,85 V 3,846 3,846 0,00%
3,90 V 3,889 3,888 0,03%
3,95 V 3,939 3,939 0,00%
%Rata – rata persentase error 0,0003%

Pada Tabel 4.2 merupakan hasil pengujian alat monitoring tegangan dengan,
yang dibandingkan dengan alat ukur standar multimeter. Berdasarkan hasil data
diatas dengan rumus (4.1) dan (4.2) maka perangkat bekerja dengan baik dengan
rata-rata persentase eror 0,0003% dan terdapat persentase error pada pengukuran
tegangan 3,70 V mendapatkan persentase error yaitu 0,05%. Kemudian pada
Gambar 4.3 terdapat grafik perbandingan pengukuran teganganbaterai pada alat
multimeter dengan perangkat monitoring konfigurasi 1 variasi 3,7 V.
31

Gambar 4.3 Grafik Perbandingan tegangan baterai diukur dengan


multimeter dan perangkat pada konfigurasi 1 variasi 2

4.1.3. Variasi tegangan pada sel baterai posisi 1 dengan 3 sel baterai lainnya dibuat
tetap pada tegangan ±3,8 V
Tabel 4.3 Perbandingan hasil pengukuran dari perangkat yang dibuat
dengan alat ukur tegangan standar pada konfigurasi 1 variasi 3

Variasi Tegangan VMultimeter VPerangkat %error


3,50 V 3,483 3,483 0,00%
3,55 V 3,549 3,552 -0,08%
3,60 V 3,594 3,594 0,00%
3,65 V 3,648 3,648 0,00%
3,70 V 3,697 3,699 -0,05%
3,75 V 3,733 3,732 0,03%
3,80 V 3,773 3,774 -0,03%
3,85 V 3,846 3,846 0,00%
3,90 V 3,887 3,888 -0,03%
3,95 V 3,937 3,936 0,03%
%Rata – rata persentase error 0,0014%

Pada Tabel 4.3 merupakan hasil pengujian alat monitoring tegangan dengan,
yang dibandingkan dengan alat ukur standar multimeter. Berdasarkan hasil data
diatas dengan rumus (4.1) dan (4.2) maka perangkat bekerja dengan baik dengan
rata-rata persentase eror 0,0014% dan terdapat persentase error pada pengukuran
tegangan 3,55 V mendapatkan persentase error yaitu 0,08%. Kemudian pada
Gambar 4.4 terdapat grafik perbandingan pengukuran teganganbaterai pada alat
multimeter dengan perangkat monitoring konfigurasi 1 variasi 3,8 V.
32

Gambar 4.4 Grafik Perbandingan tegangan baterai diukur dengan


multimeter dan perangkat pada konfigurasi 1 variasi 3

4.2 Hasil analisis data rangkaian monitoring tegangan pada konfigurasi 2

Pada konfigurasi 2 ini dilakukan percobaan dengan posisi baterai 2 sebagai variabel
dengan diberikan tegangan yang berbeda dari 3,5V – 3,95V. Selanjutnya percobaan dilakukan
degan 3 variasi, yaitu variasi pertama pada posisi baterai 2 frekuensi tegangan dari 3,5V –
3,95V, sedangkan untuk posisi 1,3,4 sel baterainya tetap 3,6V. Kemudian pada variasi kedua
dilakukan posisi baterai 2 frekuensi tegangan dari 3,5V – 3,95V sedangkan untuk posisi 1,3,4
sel baterainya tetap 3,7V. Terakhir variasi ketiga dilakukan pada posisi baterai 2 frekuensi
tegangan dari 3,5V – 3,95V sedangkan untuk posisi 1,3,4 sel baterainya tetap 3,8V.

4.2.1. Variasi tegangan pada sel baterai posisi 2 dengan 3 sel baterai lainnya dibuat
tetap pada tegangan ±3,6 V

Tabel 4.4 Perbandingan hasil pengukuran dari perangkat yang dibuat


dengan alat ukur tegangan standar pada konfigurasi 2 variasi 1

Variasi Tegangan VMultimeter VPerangkat %error


3,50 V 3,492 3,474 0,52%
3,55 V 3,549 3,543 0,17%
3,60 V 3,594 3,591 0,08%
3,65 V 3,647 3,618 0,80%
3,70 V 3,697 3,642 1,49%
3,75 V 3,732 3,660 1,93%
3,80 V 3,773 3,681 2,44%
3,85 V 3,846 3,717 3,35%
3,90 V 3,887 3,753 3,45%
3,95 V 3,937 3,777 4,06%
%Rata – rata persentase error 0,02%
33

Pada Tabel 4.4 merupakan hasil pengujian alat monitoring tegangan dengan,
yang dibandingkan dengan alat ukur standar multimeter. Berdasarkan hasil data
diatas dengan rumus (4.1) dan (4.2) maka perangkat bekerja dengan cukup baik
dengan rata-rata persentase eror 0,02% dan terdapat persentaseerror yang
tinggi yaitu pada pengukuran tegangan 3,95 V mendapatkan persentase error
yaitu 4,06%. Kemudian pada Gambar 4.5 terdapat grafik perbandingan
pengukuran tegangan baterai pada alat multimeter dengan perangkat monitoring
konfigurasi 2 variasi 3,6 V.

Gambar 4.5 Grafik Perbandingan tegangan baterai diukur dengan


multimeter dan perangkat pada konfigurasi 2 variasi 1

4.3.2. Variasi tegangan pada sel baterai posisi 2 dengan 3 sel baterai lainnya dibuat
tetap pada tegangan ±3,7 V
Tabel 4.5 Perbandingan hasil pengukuran dari perangkat yang dibuat
dengan alat kur tegangan standar pada konfigurasi 2 variasi 2
Variasi Tegangan VMultimeter VPerangkat %error
3,50 V 3,483 3,474 0,26%
3,55 V 3,549 3,540 0,25%
3,60 V 3,594 3,588 0,17%
3,65 V 3,648 3,648 0,00%
3,70 V 3,697 3,669 0,76%
3,75 V 3,732 3,687 1,21%
3,80 V 3,773 3,708 1,72%
3,85 V 3,846 3,744 2,65%
3,90 V 3,889 3,783 2,73%
3,95 V 3,939 3,807 3,35%
%Rata – rata persentase error 0,013%
34

Pada Tabel 4.5 merupakan hasil pengujian alat monitoring tegangan dengan,
yang dibandingkan dengan alat ukur standar multimeter. Berdasarkan hasil data
diatas dengan rumus (4.1) dan (4.2) maka perangkat bekerja dengan cukup baik
dengan rata-rata persentase eror 0,013% dan terdapat persentase error yang
tinggi yaitu pada pengukuran tegangan 3,95 V mendapatkan persentase error
yaitu 3,35%. Kemudian pada Gambar 4.6 terdapat grafik perbandingan
pengukuran tegangan baterai pada alat multimeter dengan perangkat monitoring
konfigurasi 2 variasi 3,7 V.

Gambar 4.6 Grafik Perbandingan tegangan baterai diukur dengan


multimeter dan perangkat pada konfigurasi 2 variasi 2

4.3.3. Variasi tegangan pada sel baterai posisi 2 dengan 3 sel baterai lainnya dibuat
tetap pada tegangan ±3,8 V

Tabel 4.6 Perbandingan hasil pengukuran dari perangkat yang dibuat


dengan alat ukur tegangan standar pada konfigurasi 2 variasi 3
Variasi Tegangan VMultimeter VPerangkat %error
3,50 V 3,483 3,474 0,26%
3,55 V 3,549 3,543 0,17%
3,60 V 3,595 3,588 0,19%
3,65 V 3,648 3,639 0,25%
3,70 V 3,697 3,690 0,19%
3,75 V 3,733 3,726 0,19%
3,80 V 3,773 3,771 0,05%
3,85 V 3,846 3,807 1,01%
3,90 V 3,886 3,828 1,49%
3,95 V 3,936 3,852 2,13%
%Rata – rata persentase error 0,005%
35

Pada Tabel 4.5 merupakan hasil pengujian alat monitoring tegangan dengan,
yang dibandingkan dengan alat ukur standar multimeter. Berdasarkan hasil data
diatas dan dihitung dengan rumus (4.1) dan (4.2), maka perangkat bekerja dengan
baik dengan rata-rata persentase eror 0,005% dan terdapat persentase error yang
tinggi yaitu pada pengukuran tegangan 3,95 V mendapatkan persentase error
yaitu 2,13%. Kemudian pada Gambar 4.7 terdapat grafik perbandingan
pengukuran tegangan baterai pada alat multimeter dengan perangkat monitoring
konfigurasi 2 variasi 3,8 V.

Gambar 4.7 Grafik Perbandingan tegangan baterai diukur dengan


multimeter dan perangkat pada konfigurasi 2 variasi 3

4.3 Hasil analisis data rangkaian monitoring tegangan pada konifigurasi 3

Pada konfigurasi 3 ini dilakukan percobaan dengan posisi baterai 3 sebagai variabel
dengan diberikan tegangan yang berbeda dari 3,5V – 3,95V. Selanjutnya percobaan dilakukan
degan 3 variasi, yaitu variasi pertama pada posisi baterai 3 frekuensi tegangan dari 3,5V –
3,95V, sedangkan untuk posisi 1,2,4 sel baterainya tetap 3,6V. Kemudian pada variasi kedua
dilakukan posisi baterai 3 frekuensi tegangan dari 3,5V – 3,95V sedangkan untuk posisi 1,2,4
sel baterainya tetap 3,7V. Terakhir variasi ketiga dilakukan pada posisi baterai 3 frekuensi
tegangan dari 3,5V – 3,95V sedangkan untuk posisi 1,2,4 sel baterainya tetap 3,8V.
36

4.3.1. Variasi tegangan pada sel baterai posisi 3 dengan 3 sel baterai lainnya dibuat
tetap pada tegangan ±3,6 V

Tabel 4.7 Perbandingan hasil pengukuran dari perangkat yang dibuat


dengan alat ukur tegangan standar pada konfigurasi 3 variasi 1

Variasi Tegangan VMultimeter VPerangkat %error


3,50 V 3,483 3,468 0,43%
3,55 V 3,547 3,531 0,45%
3,60 V 3,594 3,579 0,42%
3,65 V 3,647 3,633 0,38%
3,70 V 3,697 3,681 0,43%
3,75 V 3,732 3,717 0,40%
3,80 V 3,772 3,756 0,42%
3,85 V 3,846 3,828 0,47%
3,90 V 3,888 3,870 0,46%
3,95 V 3,937 3,921 0,41%
%Rata – rata persentase error 0,004%

Pada Tabel 4.7 merupakan hasil pengujian alat monitoring tegangan dengan,
yang dibandingkan dengan alat ukur standar multimeter. Berdasarkan hasil data
diatas dan dihitung dengan rumus (4.1) dan (4.2), maka perangkat bekerja dengan
baik dengan rata-rata persentase eror 0,004% dan terdapat persentase error yang
tinggi yaitu pada pengukuran tegangan 3,85 V mendapatkan persentase error
yaitu 0,47%. Kemudian pada Gambar 4.8 terdapat grafik perbandingan
pengukuran tegangan baterai pada alat multimeter dengan perangkat monitoring
konfigurasi 3 variasi 3,6 V.

Gambar 4.8 Grafik Perbandingan tegangan baterai diukur dengan


multimeter dan perangkat pada konfigurasi 3 variasi 1
37

4.3.2. Variasi tegangan pada sel baterai posisi 3 dengan 3 sel baterai lainnya dibuat
tetap pada tegangan ±3,7 V
Tabel 4.8 Perbandingan hasil pengukuran dari perangkat yang dibuat
dengan alat ukur tegangan standar pada konfigurasi 3 variasi 2

Variasi Tegangan VMultimeter VPerangkat %error


3,50 V 3,483 3,468 0,43%
3,55 V 3,547 3,531 0,45%
3,60 V 3,594 3,579 0,42%
3,65 V 3,648 3,633 0,41%
3,70 V 3,696 3,681 0,41%
3,75 V 3,733 3,717 0,43%
3,80 V 3,773 3,756 0,45%
3,85 V 3,846 3,828 0,47%
3,90 V 3,889 3,873 0,41%
3,95 V 3,940 3,924 0,41%
%Rata – rata persentase error 0,004%

Pada Tabel 4.8 merupakan hasil pengujian alat monitoring tegangan dengan,
yang dibandingkan dengan alat ukur standar multimeter. Berdasarkan hasil data
diatas dan dihitung dengan rumus (4.1) dan (4.2), maka perangkat bekerja dengan
baik dengan rata-rata persentase eror 0,004% dan terdapat persentase error yang
tinggi yaitu pada pengukuran tegangan 3,85 V mendapatkan persentase error
yaitu 0,47%. Kemudian pada Gambar 4.9 terdapat grafik perbandingan
pengukuran tegangan baterai pada alat multimeter dengan perangkat monitoring
konfigurasi 3 variasi 3,7 V.

Gambar 4.9 Grafik Perbandingan tegangan baterai diukur dengan


multimeter dan perangkat pada konfigurasi 3 variasi 2
38

4.4.3. Variasi tegangan pada sel baterai posisi 3 dengan 3 sel baterai lainnya dibuat
tetap pada tegangan ±3,8 V

Tabel 4.9 Perbandingan hasil pengukuran dari perangkat yang dibuat


dengan alat ukur tegangan standar pada konfigurasi 3 variasi 3

Variasi Tegangan VMultimeter VPerangkat %error


3,50 V 3,483 3,465 0,52%
3,55 V 3,546 3,531 0,42%
3,60 V 3,594 3,579 0,42%
3,65 V 3,647 3,630 0,47%
3,70 V 3,697 3,681 0,43%
3,75 V 3,733 3,717 0,43%
3,80 V 3,772 3,774 -0,05%
3,85 V 3,846 3,828 0,47%
3,90 V 3,886 3,870 0,41%
3,95 V 3,936 3,918 0,46%
%Rata – rata persentase error 0,004%

Pada Tabel 4.9 merupakan hasil pengujian alat monitoring tegangan dengan,
yang dibandingkan dengan alat ukur standar multimeter. Berdasarkan hasil data
diatas dan dihitung dengan rumus (4.1) dan (4.2), maka perangkat bekerja dengan
baik dengan rata-rata persentase eror 0,004% dan terdapat persentase error yang
tinggi yaitu pada pengukuran tegangan 3,85 V dan 3,65 V mendapatkan
persentase error yaitu 0,47%. Kemudian pada Gambar 4.10 terdapat grafik
perbandingan pengukuran tegangan baterai pada alat multimeter dengan
perangkat monitoring konfigurasi 3 variasi 3,8 V.

Gambar 4.10 Grafik Perbandingan tegangan baterai diukur dengan


multimeter dan perangkat pada konfigurasi 3 variasi 3
39

4.4 Hasil analisis data rangkaian monitoring tegangan pada konifigurasi 4

Pada konfigurasi 4 ini dilakukan percobaan dengan posisi baterai 4 sebagai variabel
dengan diberikan tegangan yang berbeda dari 3,5V – 3,95V. Selanjutnya percobaan dilakukan
degan 3 variasi, yaitu variasi pertama pada posisi baterai 4 frekuensi tegangandari 3,5V –
3,95V, sedangkan untuk posisi 1,2,3 sel baterainya tetap 3,6V. Kemudian pada variasi kedua
dilakukan posisi baterai 4 frekuensi tegangan dari 3,5V – 3,95V sedangkan untuk posisi 1,2,3
sel baterainya tetap 3,7V. Terakhir variasi ketiga dilakukan pada posisi baterai 4 frekuensi
tegangan dari 3,5V – 3,95V sedangkan untuk posisi 1,2,3 sel baterainya tetap 3,8V.

4.4.1. Variasi tegangan pada sel baterai posisi 4 dengan 3 sel baterai lainnya dibuattetap
pada tegangan ±3,6 V
Tabel 4.10 Perbandingan hasil pengukuran dari perangkat yang dibuat
dengan alat ukur tegangan standar pada konfigurasi 4 variasi 1

Variasi Tegangan VMultimeter VPerangkat %error


3,50 V 3,48 3,47 0,26%
3,55 V 3,55 3,53 0,45%
3,60 V 3,60 3,58 0,36%
3,65 V 3,65 3,64 0,25%
3,70 V 3,70 3,69 0,27%
3,75 V 3,73 3,72 0,27%
3,80 V 3,77 3,76 0,27%
3,85 V 3,85 3,84 0,23%
3,90 V 3,89 3,88 0,31%
3,95 V 3,94 3,93 0,25%
%Rata – rata persentase error 0,003%

Pada Tabel 4.10 merupakan hasil pengujian alat monitoring tegangan


dengan, yang dibandingkan dengan alat ukur standar multimeter. Berdasarkan
hasil data diatas dan dihitung dengan rumus (4.1) dan (4.2), maka perangkat
bekerja dengan baik dengan rata-rata persentase eror 0,003% dan terdapat
persentase error yang tinggi yaitu pada pengukuran tegangan 3,55 V
mendapatkan persentase error yaitu 0,45%. Kemudian pada Gambar 4.11
terdapat grafik perbandingan pengukuran tegangan baterai pada alat multimeter
dengan perangkat monitoring konfigurasi 4 variasi 3,6 V.
40

Gambar 4.11 Grafik Perbandingan tegangan baterai diukur dengan


multimeter dan perangkat pada konfigurasi 4 variasi 1

4.4.2. Variasi tegangan pada sel baterai posisi 4 dengan 3 sel baterai lainnya dibuat
tetap pada tegangan ±3,7 V
Tabel 4.11 Perbandingan hasil pengukuran dari perangkat yang dibuat
dengan alat ukur tegangan standar pada konfigurasi 4 variasi 2

Variasi Tegangan VMultimeter VPerangkat %error


3,50 V 3,48 3,47 0,26%
3,55 V 3,55 3,54 0,28%
3,60 V 3,59 3,59 0,25%
3,65 V 3,65 3,64 0,22%
3,70 V 3,70 3,69 0,24%
3,75 V 3,73 3,72 0,24%
3,80 V 3,77 3,76 0,27%
3,85 V 3,85 3,84 0,23%
3,90 V 3,89 3,88 0,28%
3,95 V 3,94 3,93 0,28%
%Rata – rata persentase error 0,002%

Pada Tabel 4.11 merupakan hasil pengujian alat monitoring tegangan


dengan, yang dibandingkan dengan alat ukur standar multimeter. Berdasarkan
hasil data diatas dan dihitung dengan rumus (4.1) dan (4.2), maka perangkat
bekerja dengan baik dengan rata-rata persentase eror 0,002% dan terdapat
persentase error yang tinggi yaitu pada pengukuran tegangan 3,55 V; 3,90 V dan
3,95 V mendapatkan persentase error yaitu 0,28%. Kemudian pada Gambar 4.12
terdapat grafik perbandingan pengukuran tegangan baterai pada alat multimeter
dengan perangkat monitoring konfigurasi 4 variasi 3,7 V
41
.

Gambar 4.12 Grafik Perbandingan tegangan baterai diukur dengan


multimeter dan perangkat pada konfigurasi 4 variasi 2

4.4.3. Variasi tegangan pada sel baterai posisi 4 dengan 3 sel baterai lainnya dibuat tetap
pada tegangan ±3,8 V
Tabel 4.12 Perbandingan hasil pengukuran dari perangkat yang dibuat
dengan alat ukur tegangan standar pada konfigurasi 4 variasi 3

Variasi Tegangan VMultimeter VPerangkat %error


3,50 V 3,48 3,48 0,20%
3,55 V 3,55 3,54 0,28%
3,60 V 3,60 3,59 0,28%
3,65 V 3,65 3,64 0,25%
3,70 V 3,70 3,69 0,27%
3,75 V 3,73 3,72 0,24%
3,80 V 3,77 3,76 0,29%
3,85 V 3,85 3,84 0,21%
3,90 V 3,89 3,88 0,26%
3,95 V 3,95 3,94 0,23%
%Rata – rata persentase error 0,002%

Pada Tabel 4.12 merupakan hasil pengujian alat monitoring tegangan


dengan, yang dibandingkan dengan alat ukur standar multimeter. Berdasarkan
hasil data diatas dan dihitung dengan rumus (4.1) dan (4.2), maka perangkat
bekerja dengan baik dengan rata-rata persentase eror 0,002% dan terdapat
persentase error yang tinggi yaitu pada pengukuran tegangan 3,80 V
mendapatkan persentase error yaitu 0,29%. Kemudian pada Gambar 4.1 terdapat
grafik perbandingan pengukuran tegangan baterai pada alat multimeter dengan
perangkat monitoring konfigurasi 4 variasi 3,8 V.
42

Gambar 4.13 Grafik Perbandingan tegangan baterai diukur dengan


multimeter dan perangkat pada konfigurasi 4 variasi 2
43

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan dalam studi lajutan monitoring sel-sel
baterai pada rangkaian monitoring tegangan seri. Maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Perancangan perangkat monitoring tegangan rangkaian seri 4 sel baterai dapat
dilakukan dengan menggunakan rangkaian konversi besaran teganan ke besaranarus.
2. Perangkat yang dibuat dapat membaca tegangan 4 sel baterai terhubung seri atau
mampu membaca tegangan hingga ±12 V
3. Pengukuran tegangan dari perangkat monitoring yang dibuat menghasilkan deviasi
terhadap alat ukur standar yang sedikit berbeda - beda antara posisi sel baterai 1,2,3
dan 4. Dimana persentase error terkecil berada di posisi 1 variasi 1 yaitu 0,0% dan
terbesar berada di konfigurasi 2 variasi 1 yaitu 0,13%
5.2 Saran

Dalam penelitian ini yang telah dibuat, penelitian selanjutnya disarankan agar dapat
mengembakan monitoring tegangan sel baterai pada rangkaian monitoring tegangan seri,
yaitu:
1. Penambahan sensor suhu untuk mengukur kestabilan suhu pada setiap sel baterai.

2. Menambahkan jumlah sel baterai dan menggunakan Can Bus untuk monitoring Sel
tegangan dengan jumlah banyak.
44

Daftar Referensi

[1] M. Azhar and D. S. Adam, "Implementasi Kebijakan Energi Baru dan Energi
Terbarukan Dalam Rangka Ketahanan Energi Nasional," Adminitrative Law &
Governance Journal, pp. 398 - 412, 2018.
[2] E. S. Agus and B. T. K. Fajar, "Dari Energi Fosil Menuju Energi Terbarukan: Potret
Kondisi Minyak dan Gas Bumi Indonesia Tahun 2020 – 2050," Jurnal Energi Baru &
Terbarukan, vol. 2, no. 3, pp. pp 154-162, 21 Oktober 2021.
[3] H. Riza, OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2021, Jakarta: Pusat Pengkajian Proses dan
Energi, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, 2021.
[4] H. Abdulloh, M. Fanriadho, W. B. Pramono and Y. A. Amrullah, "RANCANG
BANGUN BATTERY MANAGEMENT SYSTEM UNTUK MOBIL LISTRIK,"
TECHNOPEX-2018 Institut Teknologi Indonesia, pp. Hal. 128-137, 2018.
[5] F. P. Adie, BATERAI LITHIUM, vol. 9, Solo: INKUIRI : Jurnal Pendidikan IPA, 2021,
pp. 113-118.
[6] M. N. H. Lubudi, RANCANG BANGUN BATTERY MANAGEMENT SYSTEM
ACTIVE BALANCING PADA BATERAI LI-ION 12V 2 , 5Ah, Yogyakarta: Fakultas
Teknologi Industri UIN Yogyakarta, 2020.
[7] A. W. Aditya and I. , "Rancang Bangun Battery Monitoring System (BMS) berbasis
LabVIEW," JTT (Jurnal Teknologi Terpadu), vol. 9, no. 1, pp. 44-49, 2021.
[8] G. Sasongko, "DESAIN DAN IMPLEMENTASI UNTUK MONITORING DAN
MANAJEMEN ENERGI PADA CHARGING STATION KENDARAAN LISTRIK
LISTRIK BERBASIS CAN BUS," Tugas Akhir, 2018.
[9] M. T. Afif and A. I. Putri Pratiwi, "Analisis Perbandingan Baterai Lithium-Ion, Lithium-
Polymer, Lead Acid dan Nickel-Metal Hydride pada Penggunaan Mobil Listrik -
Review," Jurnal Rekayasa Mesin, vol. 6, no. 2, pp. 95-99, 2015.
[10] M. R. Hamid, Rizky, M. Amin and I. B. D, "Rancang Bangun Charger Baterai Untuk
Kebutuhan UMKM," JTT (Jurnal Teknologi Terpadu), vol. 4, no. 2, p. 130, Oktober
2016.
[11] Muhaaz, "https://www.muhaaz.com/," 25 5 2022. [Online]. Available:
https://www.muhaaz.com/wp-content/uploads/2019/06/mekanisme-charging.png.
[12] A. Subhan and B. Prihandoko, "STUDI SIFAT ELEKTROKIMIA SEL BATERAI
SEKUNDER POUCHCELL LITHIUM ION," Spektra: Jurnal Fisika dan Aplikasinya,
vol. 2, no. 3, pp. 173-178, Desember 2017.
[13] N. E. Ghossein, J. P. Salameh, N. Karami, M. E. Hassan and M. B. Najjar, "Survey on
electrical modeling methods applied on different battery types," 2015 3rd International
Conference on Technological Advances in Electrical, Electronics and Computer
Engineering, TAEECE 2015, pp. 39-44, 2015.
[14] I. M. I. M. Brunner and S. M. Brunner, "Pemilihan Baterai Kendaraan Listrik dengan
Metoda Weighted Objective," Jurnal Serambi Engineering, vol. 6, no. 1, pp. 1263-1572,
1 Januari 2021.
[15] G. M. Garcia, G. v. Guzman, J. M. Sosa, P. M. Rodriguez and D. Langarica, "Battery
Types and Electrical Models: A Review," 2020 IEEE International Autumn Meeting on
Power, Electronics and Computing, ROPEC 2020, no. Ropec, 2020.
[16] H. A. Gabbar, A. M. Othman and M. R. Abdussami, "Review of Battery Management
Systems (BMS) Development and Industrial Standards," Technologies, vol. 9, no. 2, p.
28, 11 April 2021.
45

[17] M. A. H. Ashari, A. Rusdinar and P. Pangaribuan, "SISTEM MONITORING DAN


MANAJEMEN BATERAI PADA MOBIL LISTRIK ELECTRIC CAR MONITORING
SYSTEM AND BATTERY MANAGEMENT," ISSN : 2355-9365 e-Proceeding of
Engineering :, vol. 5, no. 3, p. 4243, Desember 2018.
[18] A. N. N. Chamim, "PENGGUNAAN MICROCONTROLLER SEBAGAI
PENDETEKSI POSISI," JURNAL INFORMATIKA, vol. 4, no. 1, pp. 30-39, Januari
2010.
[19] S. Suhaeb, Y. A. Djawad, H. jaya, Ridwansyah, sabran and A. Risal, Mikrokontroler dan
Interface, Makassar: Buku Ajar Jurusan Pendidikan Teknik Elektronika UNM, 2017.
[20] D. Almanda and H. Yusuf, "Perancangan Prototype Proteksi Arus Beban Lebih Pada
Beban DC Menggunakan Mikrokontroller," Elektum : Jurnal Teknik Elektro, vol. 14, no.
2, pp. 25-34, 2017.
[21] M. F. Zakarshie, Rancang Bangun Sistem Pengukuran Kualitas Air Rancang Bangun
Sistem Pengukuran Kualitas Air Arduino UNO, Ciputat: Fakultas Sains dan Teknologi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2021.
[22] A. C. Purnomo and J. E. Chandra, "PERANCANGAN PROTOTYPE ALAT BAJAK
SAWAH DENGAN PENGONTROLAN BERBASIS ARDUINO," Engineering and
Technology International Journal, vol. 1, no. 1, pp. 77-86, 2019.
[23] D. A. Saputra, Amarudin, N. Utami and R. Setiawan , "RANCANG BANGUN ALAT
PEMBERI PAKAN IKAN MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER," Jurnal ICTEE,
vol. 1, no. 1, pp. 15-19, 2020.
[24] W. Arundhani, S. A. R. Ginting, Charli, H. R. Alwi, A. B. Rabbani and M. A.
Ramadhan, TEORI DASAR MOSFET DAN PENDALAMANNYA, MEDAN:
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAkULTAS IKOM DAN TEKNOLOGI, 2020.
[25] V. E. K. and E. T. Ch, "PERANCANGAN INVERTER SEBAGAI SWITCH MOS
PADA IC DAC," Seminar Nasional Informatika 2014, pp. 76 - 83, 12 Agustus 2014.
[26] "www.alldatasheet.com," [Online]. Available: https://www.alldatasheet.com/datasheet-
pdf/pdf/16716/PHILIPS/BSS84.html. [Accessed 23 5 2022].
[27] A. Ridhoi, K. Setyadjit and B. Hariadi, "PENGATURAN LAMPU PENERANGAN
MENGGUNAKAN KOMPARATOR OP - AMP LM358," JURNAL TEKNIK
INDUSTRI, vol. 24, no. 1, pp. 45-47, 2021.
[28] L. E. Nuryanto, "PENERAPAN DARI OP-AMP (OPERATIONAL AMPLIFIER),"
ORBITH, vol. 13, no. 1, pp. 43-50, Maret 2017.
[29] Ramdhoni, "ANALISIS KARAKTERISASI OP-AMP MENGGUNAKAN VIRTUAL
INSTRUMENT," Journal Of Electrical Power, Instrumentation and Control (EPIC).
[30] S. Budiyanto, "Sistem Logger Suhu dengan Menggunakan Komunikasi Gelombang
Radio," Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana, vol. 3, no. 1, pp. 21-27, 2012.
[31] H. Susilawati and M. Masykur, "PERANCANGAN ALAT PENDETEKSI BAHAYA
BANJIR DENGAN MIKROKONTROLLER ARDUINO UNO DAN
PEMBERITAHUAN MELALUI SMS (SHORT MESSAGE SERVICE)," vol. 10, no. 1,
pp. 4 -11, 2019.
[32] A. E. Tjundawan and A. Joewono, "SUMBER ENERGI LISTRIK DENGAN SISTEM
HYBRID (SOLAR PANEL DAN JARINGAN LISTRIK PLN)," WIDYA TEKNIK, vol.
10, no. 1, pp. 42 - 53, 2011.
46

[33] M. Rifai, M. T. J and F. Badrun, KONVERTER ARUS KE TEGANGAN DAN


TEGANGAN KE ARUS, Palu: FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TADULAKO,
2020.
[34] Electrical4U, "Voltage to Current Converters (V to I Converters)," Electrical4U, 2021
Agustus 17. [Online]. Available: https://www.electrical4u.com/voltage-to-current-
converter/. [Accessed 5 Mei 2022].
[35] A. R. La ida, A. P. Sardju and I. H. A. Wahab, "Dengan Menggunakan Metode
Successive Aproximation Register ( SAR )," Jurnal PROtek, vol. 4, no. 2, pp. 71-74,
September 2017.
[36] Assa'idah and Y. Adnan, "Investigasi Terhadap Kemampuan 2 Tipe ADC," Jurnal
Penelitian Sains, vol. 12, no. 2, pp. 1-5, Mei 2009.
[37] K. G. Chaudhari, "WINDMILL MONITORING SYSTEM USING INTERNET OF
THINGS WITH RASPBERRY PI".
[38] M. R. Antosia, "Voltmeter Design Based on ADS1115 and Arduino Uno for DC
Resistivity Measurement," JTERA (Jurnal Teknologi Rekayasa), vol. 5, no. 1, pp. 73-80,
7 Juni 2020.
[39] W. T. Wahyudi, Karyanto and R. M. Antosia, "Rancang Bangun Alat Resistivitas
Berbasis Arduino Menggunakan Modul ACS712 dan ADS1115".
[40] Admin, "https://www.nn-digital.com/," 9 6 2019. [Online]. Available: https://www.nn-
digital.com/blog/2019/06/09/contoh-pemrograman-modul-i2c-adc-ads1115-dengan-
arduino/. [Accessed 24 5 2022].
[41] N. A. Aini, N. U. Khasananh and Endarko, "RANGKAIAN SERI DAN PARALEL
(E2)," PERCOBAAN ELEKTRONIKA DASAR I.
[42] R. A. N, Risdayana, E. Yuliani and Vovi, "KARAKTERISTIK ARUS DAN
TEGANGAN PADA RANGKAIAN SERI DAN RANGKAIAN PARALEL DENGAN
MENGGUNAKAN RESISTOR," Jurnal Ilmiah d’Computare, vol. 9, pp. 40 - 43, Juli
2019.
[43] M. Nizam, H. Maghfiroh, R. A. Rosadi and K. D. Kusumaputri, "Battery management
system design (BMS) for lithium ion batteries," AIP Conference Proceedings, vol. 2217,
no. 031, pp. 1-7, 14 April 2020.
[44] M. Pauzan, "RANCANGAN ALAT INDIKATOR LEVEL TEGANGAN BATERAI
BERBASIS OPERATIONAL AMPLIFIER (OP AMP)," TEKNOKOM, vol. 2, no. 1, pp.
11-15, 2019.
47

Lampiran

Pr

Pengambilan data tegangan baterai pada rangkaian BMS

Program Arduino IDE

#include <Wire.h>
#include <Adafruit_ADS1015.h>

Adafruit_ADS1115 ads; /* Use this for the 16-bit version */


//Adafruit_ADS1015 ads; /* Use thi for the 12-bit version */

#include <SPI.h>
#include <mcp2515.h>

struct can_frame canMsg1;


//struct can_frame canMsg2;
MCP2515 mcp2515(10);

void setup(void)
{
Serial.begin(9600);

ads.setGain(GAIN_TWOTHIRDS); // 2/3x gain +/- 6.144V 1 bit = 3mV 0.1875mV


(default)
// ads.setGain(GAIN_ONE); // 1x gain +/- 4.096V 1 bit = 2mV 0.125mV
48

// ads.setGain(GAIN_TWO); // 2x gain +/- 2.048V 1 bit = 1mV 0.0625mV


// ads.setGain(GAIN_FOUR); // 4x gain +/- 1.024V 1 bit = 0.5mV 0.03125mV
// ads.setGain(GAIN_EIGHT); // 8x gain +/- 0.512V 1 bit = 0.25mV 0.015625mV
// ads.setGain(GAIN_SIXTEEN); // 16x gain +/- 0.256V 1 bit = 0.125mV 0.0078125mV

ads.begin();

mcp2515.reset();
mcp2515.setBitrate(CAN_125KBPS);
mcp2515.setNormalMode();
}

void loop(void)
{
int adc0, adc1, adc2, adc3;

adc0 = ads.readADC_SingleEnded(0);
adc1 = ads.readADC_SingleEnded(1);
adc2 = ads.readADC_SingleEnded(2);
adc3 = ads.readADC_SingleEnded(3);
//Serial.print("AIN0: ");
Serial.print(adc0*0.1875);
Serial.print(" ");
Serial.print(adc1*0.1875);
Serial.print(" ");
Serial.print(adc2*0.1875);
Serial.print(" ");
Serial.println(adc3*0.1875);
//Serial.println(" ");
int v1, v2, v3, v4;
v1=adc0;
v2=(adc1);
v3=(adc2);
v4=(adc3);

canMsg1.can_id = 0x0F6;
canMsg1.can_dlc = 4;
canMsg1.data[0] = v1;
canMsg1.data[1] = v2;
canMsg1.data[2] = v3;
canMsg1.data[3] = v4;

mcp2515.sendMessage(&canMsg1);
delay(1000);
}
49

Tabel data hasil percobaan posisi baterai 1 pada tegangan 3,6 ; 3,7 ; 3,8

Posisi
Baterai Baterai Pengukuran Multimeter Baterai Pengukuran Arduino
B2 3,628 3,611
B3 3,629 3,615
B4 3,590 3,585
B1 3,483 3,483
B1 3,551 3,552
B1 3,595 3,595
B1 3,648 3,648
B1 3,697 3,696
B1 3,732 3,732
B1 3,773 3,774
B1 3,846 3,846
B1 3,888 3,888
B1 3,937 3,936

Posisi Baterai Baterai Pengukuran Multimeter Baterai Pengukuran Arduino


B2 3,655 3,627
B3 3,686 3,669
B4 3,684 3,675
B1 3,483 3,483
B1 3,551 3,552
B1 3,595 3,594
B1 3,648 3,648
B1 3,697 3,699
B1 3,733 3,732
B1 3,773 3,774
B1 3,846 3,846
B1 3,889 3,888
B1 3,939 3,939

Posisi Baterai Baterai Pengukuran Multimeter Baterai Pengukuran Arduino


B2 3,771 3,750
B3 3,772 3,756
B4 3,771 3,762
B1 3,483 3,483
B1 3,549 3,552
B1 3,594 3,594
B1 3,648 3,648
B1 3,697 3,699
B1 3,733 3,732
B1 3,773 3,774
B1 3,846 3,846
B1 3,887 3,888
B1 3,937 3,936
50

Tabel data hasil percobaan posisi baterai 2 pada tegangan 3,6 ; 3,7 ; 3,8

Posisi Baterai Baterai Pengukuran Multimeter Baterai Pengukuran Arduino


B1 3,592 3,591
B3 3,625 3,612
B4 3,625 3,615
B2 3,842 3,474
B2 3,549 3,543
B2 3,594 3,591
B2 3,647 3,618
B2 3,697 3,642
B2 3,732 3,660
B2 3,773 3,681
B2 3,846 3,717
B2 3,887 3,753
B2 3,937 3,777

Posisi Baterai Baterai Pengukuran Multimeter Baterai Pengukuran Arduino


B1 3,647 3,648
B3 3,685 3,669
B4 3,683 3,672
B2 3,483 3,474
B2 3,549 3,540
B2 3,594 3,588
B2 3,648 3,648
B2 3,697 3,669
B2 3,732 3,687
B2 3,773 3,708
B2 3,846 3,744
B2 3,889 3,783
B2 3,939 3,807

Posisi Baterai Baterai Pengukuran Multimeter Baterai Pengukuran Arduino


B1 3,710 3,774
B3 3,710 3,756
B4 3,720 3,762
B2 3,483 3,474
B2 3,549 3,543
B2 3,595 3,588
B2 3,648 3,639
B2 3,697 3,690
B2 3,733 3,726
B2 3,773 3,771
B2 3,846 3,807
B2 3,886 3,828
B2 3,936 3,852
51

Tabel data hasil percobaan posisi baterai 3 pada tegangan 3,6 ; 3,7 ; 3,8

Posisi Baterai Baterai Pengukuran Multimeter Baterai Pengukuran Arduino


B1 3,592 3,591
B2 3,624 3,606
B4 3,624 3,615
B3 3,483 3,468
B3 3,547 3,531
B3 3,594 3,579
B3 3,647 3,633
B3 3,697 3,681
B3 3,732 3,717
B3 3,772 3,756
B3 3,846 3,828
B3 3,888 3,870
B3 3,937 3,921

Posisi Baterai Baterai Pengukuran Multimeter Baterai Pengukuran Arduino


B1 3,646 3,645
B2 3,681 3,663
B4 3,683 3,672
B3 3,483 3,468
B3 3,547 3,531
B3 3,594 3,579
B3 3,648 3,633
B3 3,696 3,681
B3 3,733 3,717
B3 3,773 3,756
B3 3,846 3,828
B3 3,889 3,873
B3 3,940 3,924

Posisi Baterai Baterai Pengukuran Multimeter Baterai Pengukuran Arduino


B1 3,772 3,611
B2 3,771 3,615
B4 3,772 3,585
B3 3,483 3,465
B3 3,546 3,531
B3 3,594 3,579
B3 3,647 3,630
B3 3,697 3,681
B3 3,733 3,717
B3 3,772 3,774
B3 3,846 3,828
B3 3,886 3,870
B3 3,936 3,918
52

Tabel data hasil percobaan posisi baterai 4 pada tegangan 3,6 ; 3,7 ; 3,8

Posisi Baterai Baterai Pengukuran Multimeter Baterai Pengukuran Arduino


B1 3,625 3,611
B2 3,592 3,615
B3 3,624 3,585
B4 3,483 3,474
B4 3,547 3,531
B4 3,595 3,582
B4 3,648 3,639
B4 3,697 3,687
B4 3,733 3,723
B4 3,772 3,762
B4 3,846 3,837
B4 3,888 3,876
B4 3,937 3,927

Posisi
Baterai Baterai Pengukuran Multimeter Baterai Pengukuran Arduino
B1 3,681 3,681
B2 3,645 3,639
B3 3,681 3,666
B4 3,483 3,474
B4 3,547 3,537
B4 3,594 3,585
B4 3,647 3,639
B4 3,696 3,687
B4 3,732 3,723
B4 3,772 3,762
B4 3,846 3,837
B4 3,890 3,879
B4 3,941 3,93

Posisi
Baterai Baterai Pengukuran Multimeter Baterai Pengukuran Arduino
B1 3,771 3,611
B2 3,771 3,615
B3 3,771 3,756
B4 3,484 3,477
B4 3,547 3,537
B4 3,595 3,585
B4 3,648 3,639
B4 3,697 3,687
B4 3,732 3,723
B4 3,773 3,762
B4 3,845 3,837
B4 3,892 3,882
B4 3,945 3,936

Anda mungkin juga menyukai