Anda di halaman 1dari 18

TUGAS PM KE-2_KLP D_2023_KELAS B

KEKUASAAN, KEWENANGAN, TANGGUNG JAWAB & DELEGASI

DOSEN PENGAJAR
FARID FAJRIN, M.Acc.

DISUSUN OLEH
KELOMPOK D

AISYAH NUR ANNISYUL (90400123063)


MELIKA’I JIHAN (90400123041)
NUR TASYA ADELIA (90400123040)
WILDAWATI (90400123007)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS NEGERI ISLAM ALAUDDIN MAKASSAR
TAHUN AJARAN 2023
PEMBAHASAN
Perkembangan kebutuhan dan keinginan manusia yang terus berkembang, juga
menuntut perkembangan berbagai faktor lain guna memenuhi kebutuhan dan keinginan
tersebut. Sejak zaman dahulu yang dimulai dari fase dimana manusia menggantungkan
kehidupan sepenuhnya pada alam, bergeser pada fase manusia berambisi menundukkan alam
untuk pemenuhan dan keinginan hidupnya, hingga pada saat sekarang dimana manusia mulai
sadar menyelaraskan diri dengan lingkungan menunjukkan betapa senantiasa bergeraknya
kehidupan ini.
Perkembangan yang terus bergerak tersebut, juga menyuburkan tumbuhnya berbagai
organisasi sebagai wadah berhimpun antar-manusia untuk melakukan berbagai aktivitas,
tentunya dalam hal pemenuhan kebutuhan dan berbagai keinginannya. Berbagai jenis dan
macam organisasi yang ada, juga memiliki perbedaan karakter, ciri khas, ideologi, struktur,
dan lain sebagainya. Namun demikian, secara umum menurut Siagian seperti yang dikutip
oleh Sukwiaty, dkk. dalam konteks kekuasaan (kepemimpinan), terdapat tiga tingkatan, yaitu:
1. Top management (manajemen tingkat atas) atau juga sering disebut dengan chief
executive officer atau top manager.
2. Middle management (manajemen tingkat menengah) atau sering disebut dengan kepala
bagian atau sebutan lain yang sejanis.
3. Lower management (manajemen tingkat bawah), dikenal juga dengan sebutan
manajemen tingkat operasional, meliputi: supervisor, kepala seksi, dan mandor atau
sebutan lain yang sejenis.

Tingkatan-tingkatan kekuasaan dalam manajemen tersebut dapat dilihat pada gambar


berikut ini:

Gambar 2.1: Tingkatan Kekuasaan Dalam Manajemen


Sumber: Sukwiaty, dkk. (2016:6)

Top
Manager

Middle
Tingkatan Manajemen
Manager

Low Manager
Oprational

Sukwiaty, dkk. 2016. Ekonomi. Yogyakarta: Yudhistira. hlm. 7.


Masing-masing tingkatan manajemen tersebut memiliki wilayah
kerja dan membutuhkan keterampilan yang berbeda-beda. Secara umum,
kete- rampilan dalam manajemen terbagi dalam tiga bagian sesuai
tingkatannya, yakni keterampilan konseptual (conceptual skill) untuk
tingkatan top manager, keterampilan kemanusiaan (human skill) atau
komunikasi (communication skill) untuk tingkatan middle manajer, dan
keterampilan teknis (technical) untuk tingkatan lower manajer. semakin
tinggi tingkatan manajer, maka semakin memerlukan keterampilan
konseptual, dan semakin sedikit membutuhkan keterampilan teknis. Semakin
rendah tingkatan manajer maka semakin banyak memerlukan keterampilan
teknis, dan semakin sedikit memerlukan keterampilan konseptial.
Sedangkan keterampilan kemanusiaan dan berkomunikasi, sebenarnya
dibutuhkan setiap manajer dalam semua tingkatan, baik manajer tingkatan
atas, menengah, maupun bawah.

A. KEKUASAAN (POWER)
1. Pengertian Kekuasaan
kekuasaan atau power berarti suatu kemampuan untuk memengaruhi orang atau
merubah orang atau situasi. Faktor yang Mendasari Adanya Kekuasaan Menurut
French dan Raven, sebagaimana dikutip oleh Stoner, Freeman dan Gilbert (1995),
terdapat lima faktor yang mendasari lahirnya sebuah kekuasaan (sources of power).
Kelima faktor tersebut yaitu:
a. Reward power, atau kekuasaan untuk memberikan penghargaan, adalah
kekuasaan yang muncul sebagai akibat dari seseorang yang posisinya
memungkinkan dirinya untuk memberikan penghargaan terhadap orang-orang
yang berada di bawahnya. Sebagai contoh adalah kekuasaan yang dimiliki oleh
seorang manajer personalia atau manajer SDM.
b. Coercive power (kekuasaan untuk memberikan hukuman), adalah kebalikan atau
sisi negatif dari reward power. Kekuasaan ini merupakan kekuasaan seseorang
untuk memberikan hukuman atas kinerja yang buruk yang ditunjukkan oleh SDM
atau tenaga kerja dalam sebuah organisasi.
c. Legitimate power (kekuasaan yang sah), adalah kekuasaan yang muncul sebagai
akibat dari suatu legitimasi tertentu. Misalnya seseorang yang diangkat menjadi
pemimpin, secara otomatis dia memiliki semacam kekuasaan yang sah atau

Ibid, hlm. 218, 224


T. Hani Handoko, Manajemen, Hlm. 227
terlegitimasi. Demi- kian pula seseorang yang diangkat menjadi manajer,
direktur, dan hierarki pimpinan lainnya.
d. Expert power (kekuasaan yang berdasarkan keahlian atau kepakaran), adalah
kekuasaan yang muncul sebagai akibat dari kepakaran atau keahlian yang dimiliki
oleh seseorang.
e. Referent power, adalah kekuasaan yang muncul akibat adanya karakteristik yang
di- harapkan oleh seseorang atau sekelompok orang terhadap seseorang yang
memiliki pengaruh terhadap seseorang atau sekelompok orang tersebut.
2. Sumber kekuasaan
Kekuasaan dapat diperoleh melalui berbagai sumber seperti keahlian,
otoritas, kontrol atas sumber daya, dan atribut pribadi (Chang et al., 2012). Kekuatan
ahli berasal dari pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan, yang memungkinkan
individu untuk mempengaruhi orang lain melalui keahlian mereka dalam domain
tertentu. Kekuasaan otoritas berasal dari posisi formal yang dipegang dalam suatu
organisasi. Pemegang kekuasaan otoritas memiliki kekuatan untuk membuat
keputusan, mengalokasikan sumber daya dan mendelegasikan tugas. Kontrol atas
sumber daya adalah bentuk kekuasaan yang dapat dilakukan oleh individu atau
kelompok yang memiliki monopoli atas sumber daya penting yang diperlukan untuk
fungsi organisasi. Atribut pribadi seperti keterampilan komunikasi, karisma, dan
keterampilan sosial juga dapat meningkatkan kekuatan, terlepas dari posisi yang
dipegang dalam suatu organisasi.

B. KEWENANGAN (AUTHORITY)
Kewenangan atau authority pada dasarnya merupakan bentuk lain dari
kekuasaan yang sering kali digunakan dalam sebuah organisasi. Kewenangan
merupakan kekuasaan formal atau terlegitimasi. Dalam sebuah organisasi, seseorang
yang ditunjuk atau dipilih untuk memimpin suatu organisasi, bagian, atau departemen
memiliki kewenangan atau kekuasaan yang terlegitimasi.
1. Dua Pandangan Mengenai Kewenangan Formal
Terdapat dua pandangan mengenai kewenangan formal, yaitu pandangan klasik
(classical view) dan pandangan berdasarkan penerimaan (acceptance view).
a. Pandangan klasik

T.Hani Handoko, Manajemen, (Yogyakarta : BPFE- Yogyakarta, 2008), hlm 212


Sentot I
Pandangan klasik mengenai kewenangan formal menerangkan bahwa
kewenangan pada dasarnya terlahir sebagai akibat adanya kewenangan yang
lebih tinggi dari ke- wenangan yang diberikan. Misalnya saja, seorang manajer
mendapatkan kewenangan formal akibat adanya pemberian kewenangan dari
pihak yang memiliki kewenangan yang lebih tinggi, misalnya saja direktur
utama Dengan demikian, kewenangan formal menurut pandangan klasik
bersifat pendekatan top-down, atau dari hierarki yang atas ke hierarki yg lebih
bawah.
b. Pandangan berdasarkan penerimaan
Pandangan kedua cenderung berbeda dengan pandangan yang pertama. Tidak
setiap kewenangan yang bersifat top-down serta-merta akan dijalankan oleh
bawahan. Kadang kala kita mendapati apa yang diperintahkan oleh atasan
misalnya tidak dijalankan oleh bawahan. Hal tersebut barangkali bukan
disebabkan bahwa sang atasan tidak memiliki kewenangan, akan tetapi apa
yang kemudian dilakukan oleh atasan tidak dapat diterima oleh bawaha Hal
tersebut barangkali bukan disebabkan bahwa sang atasan tidak memiliki
kewenangan, akan tetapi apa yang kemudian dilakukan oleh atasan tidak dapat
diterima oleh bawahan. Pandangan yang berdasarkan penerimaan (acceptance
view) memandang bahwa kewenangan formal akan cenderung dijalan- kan atau
diterima oleh bawahan tergantung dari beberapa persyaratan Berdasarkan
kedua pandangan ini, bisa dikatakan bahwa tidak setiap kewenangan da- pat
mengubah situasi ke arah yang diinginkan. Berbagai jenis organisasi tentunya
memiliki kekhasannya sendiri, apakah cenderung mengikuti pandangan klasik
atau pandangan yang berdasarkan penerimaan. Hal tersebut sangat bergantung
pada berbagai faktor internal dan eksternal yang dihadapi oleh organisasi.
2. Beberapa Jenis Kewenangan dalam Organisasi
a. Kewenangan Lini
Kewenangan lini atau line authority adalah mereka yang dalam organisasi
bertanggung jawab terhadap berbagai kegiatan dalam rangka pencapaian tujuan
organisasi.
b. Kewenangan Staf
Kewenangan staf atau staff authority adalah mereka yang ditunjuk oleh organisasi
untuk membantu bagian-bagian dalam sebuah organisasi yang memiliki
kewenangan lini. Oleh karena itu, mereka yang memiliki kewenangan staf adalah

T.Hani Handoko, Manajemen, (Yogyakarta : BPFE- Yogyakarta, 2008), hlm 212


Sentot Imam Wahjono,Manajemen Tata Kelola Organisasi Bisnis, (Jakarta : Pt Indeks, 2008), hl.99
mereka yang membantu organisasi dalam pencapaian tujuannya, hanya saja
dengan cara tidak langsung Bentuknya dapat melalui pemberian jasa advokasi
bagi direktur (misalnya konsultan manajemen), maupun bagian keuangan
(misalnya konsultan pajak), dan lain sebagainya.
c. Kewenangan Fungsional
Kewenangan fungsional atau functional authority adalah mereka yang berada
dalam bagian tertentu di organisasi, memiliki kewenangan lini maupun staf,
namun juga dikarenakan karena tugasnya diberi kewenangan untuk melakukan
kontrol atau koordinasi dengan bagian lainnya. Sebagai contoh, bagian keuangan
sekalipun hanya bertanggung jawab di bagian pencatatan berbagai transaksi,
namun juga memiliki kewenangan untuk melakukan pengawasan dan
pengontrolan terhadap bagian lainnya yang terkait dengan tugasnya di bagian
keuangan.

C. TANGGUNG JAWAB (RESPONSIBILITY)

Jika kewenangan merupakan kekuasaan untuk melakukan sesuatu, tanggung


jawab justru memberikan arah untuk apa dan kemana semestinya kekuasaan itu
digunakan. Dengan kata lain, tanggung jawab mengingatkan orang-orang untuk tidak
saja menggunakan kewenangan yang dimilikinya, tetapi juga melaporkan apa saja
yang telah dilakukan sehubungan dengan kewenangan yang telah diberikan
kepadanya.

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, tanggung jawab adalah suatu


kondisi di mana setiap individu memiliki kewajiban untuk me- nanggung segala
sesuatunya sendirian. Secara harfiah, tanggung jawab adalah suatu kondisi di mana
seseorang harus menanggung sesuatu secara mandiri meskipun dirinya disalahkan
sebagai penerima beban yang disebabkan oleh pihak lain.

1. Berikut pengertian tanggung jawab menurut para ahli.

a. Menurut Friedrich August von Hayek, istilah tanggung jawab umumnya


dipakai untuk menutupi tanggung jawab itu sendiri. Tang- gung jawab dan
kebebasan, keduanya merupakan hal yang tidak bisa dipisahkannya. Sebab
seseorang yang bertanggung jawab atas tindakannya dan bisa
mempertanggung jawabkan segala perbuatannya tersebut hanyalah seorang
T.Hani Handoko, Manajemen, (Yogyakarta : BPFE- Yogyakarta, 2008), hlm 212
Sentot I
yang dapat mengambil sebuah keputusan dan sanggup untuk bertindak secara
bebas atau tanpa adanya suatu tekanan dari berbagai pihak.

b. Sementara itu, Schiller & Bryan (2002), melihat tanggung jawab sebagai
perilaku yang menentukan cara bereaksi terhadap situasi setiap hari,
memerlukan beberapa jenis keputusan yang bersifat moral.

Pandangan mereka diperkuat oleh Britnes, di mana dia melihat tanggung jawab
merupakan bentuk sikap tidak boleh mengelak apabila diminta penjelasan tentang
perbuatan.

2. Aspek-aspek Tanggung Jawab

a. Kesadaran

Berkaitan dengan sikap tanggung jawab, seseorang harus memiliki kesadaran


etika dan hidup jujur, mengorganisasi hidup dengan baik, sehingga tidak
gagal menepati janji dan melaksanakannya secara fleksibel serta menjadikan
hidup lebih produktif.

b. Kecintaan atau kebaikan.

Pada aspek ini mereka yang memiliki tanggung jawab dalam membangun
relasi akan berupaya untuk bersikap empati.

c. Keberanian.

Sikap tanggung jawab memiliki aspek lain dari kebaikan, artinya dalam
situasi yang tidak sesuai dengan norma moral dan nilai-nilai keyakinan, kita
harus bisa bertindak independen atau menolak melakukan suatu perbuatan
yang tidak sesuai dengan harapan dan permintaan orang lain.

3. Ciri-ciri Tanggung Jawab

Menurut Astuti (2005), ciri-ciri seseorang yang bertanggung jawab, antara lain
sebagai berikut.

a. Menyadari tugas dan tanggung jawabnya dengan melakukan tugas rutin


tanpa harus diberi tahu.

b. Apa yang dilakukan selalu memiliki alasan, maksud, dan tujuan. Jadi, dia
bisa menjelaskan apa dan mengapa hal tersebut dilakukannya.

T.Hani Handoko, Manajemen, (Yogyakarta : BPFE- Yogyakarta, 2008), hlm 212


Sentot Imam Wahjono,Manajemen Tata Kelola Organisasi Bisnis, (Jakarta : Pt Indeks, 2008), hl.99
c. Tidak mencari kambing hitam dengan suka menyalahkan orang lain atas
kesalahan yang terjadi.

d. Mampu menentukan pilihannya.

e. Bisa menghormati dan menghargai aturan yang berlaku di mana pun.

f. Terbiasa menyelaraskan dan mengeksekusi apa yang dikatakan dan yang


dilakukan.

g. Berani mengakui kesalahan

4. Faktor Faktor Yg Mempengaruhi Tanggung Jawab

a. kurang nya kesadaran akan penting nya melaksanakan dan kewajiban yg


merupakan tanggung jawab.

b. Kurang memiliki rasa percaya diri terhadap kemampuan yang dimiliki.

D. DELEGASI

Pendelegasian berasal dari kata "delegasi" artinya "mengutus, menyerahkan".


Delegasi adalah sebuah kebutuhan pelimpahan kekuasaan dari atasan ke bawahan
semata dilakukan agar organisasi dapat berjalan dengan efisien. Pemberian kekuasaan
ini semata agar roda perusahaan masih tetap bisa berjalan karena pemimpin perusahaan
tetap bisa mengawasi perusahaan.

1. Pengertian Delegasi Menurut Para Ahli

a. Charles J. Keating: Delegasi adalah upaya pemberian sebagian tanggung jawab


formal kepada pihak lain dalam melakukan kegiatan tertentu.

b. Utje Selamet: delegasi adalah sebuah pelimpahan wewenang serta tanggung


jawab formal pada pihak lain untuk melaksanakan kegiatan tertentu.

c. Rusli Jacob: Delegasi adalah pemberian otoritas atau kekuasaan bersifat formal
serta tanggung jawab untuk melakukan kegiatan tertentu pada pihak lain.

2. Jenis-jenis Delegasi
a. Delegasi Umum

T.Hani Handoko, Manajemen, (Yogyakarta : BPFE- Yogyakarta, 2008), hlm 212


Sentot I
Delegasi umum merupakan pihak bawahan yang mendapat wewenang dari
atasan untuk mengerjakan berbagai fungsi manajemen umum seperti
penempatan, pengarahan, perencanaan, pengorganisasian serta pengawasan.
b.Delegasi Khusus
Delegasi khusus adalah delegasi yang berhubungan tugas khusus. Contohnya
adalah pemberian wewenang pada seorang penjual untuk bisa mengumpulkan
uang dari para debiturnya.
c. Delegasi formal
Delegasi ini dipilih berdasarkan struktur organisasi yang ada di perusahaan
tempatnya bekerja. Dengan garis struktur organisasi yang ada atasan tak punya
pilihan lain untuk menunjuk bawahannya sebagai delegasi. Sebagai Contohnya
jika ada seorang manajer produksi yang diberikan wewenang untuk
meningkatkan produksi jasa atau barang.
d.Delegasi Informal
Delegasi informal merupakan delegasi yang langsung dilakukan oleh bawahan
meskipun tanpa adanya pemberian wewenang dari atasan. Misalnya ketika ada
kerusakan alat di tempatnya bekerja, karena merasa mampu memperbaiki maka
tanpa disuruh atasan, dia akan memperbaiki alat tersebut.
e. Delegasi Lateral
Delegasi ini merupakan pihak yang menerima wewenang lebih dari satu orang
atau dengan bantuan sejumlah orang. contohnya adalah seorang manajer umum
dari departemen penjualan yang meminta bantuan manajer penjualan untuk
menyiapkan kumpulan data tenaga penjualan.
3. Unsur Unsur Delegasi

a. Tugas

Tugas adalah kesatuan pekerjaan yang akan ditunaikan oleh seseorang yang
menjadi delegasi.

b.Kekuasaan

Kekuasaan merupakan keseluruhan hak atau wewenang yang diambil oleh


seseorang untuk memilih keputusan yang berhubungan dengan fungsinya.

c. Tanggung Jawab

T.Hani Handoko, Manajemen, (Yogyakarta : BPFE- Yogyakarta, 2008), hlm 212


Sentot Imam Wahjono,Manajemen Tata Kelola Organisasi Bisnis, (Jakarta : Pt Indeks, 2008), hl.99
Tanggung jawab adalah kesadaran diri manusia terhadap semua tingkah laku
dan perbuatan yang disengaja ataupun tidak disengaja.

d.Akuntabilitas

Akuntabilitas adalah kewajiban seseorang atau sebuah tim untuk


mempertanggung jawabkan pekerjaannya.

T.Hani Handoko, Manajemen, (Yogyakarta : BPFE- Yogyakarta, 2008), hlm 212


Sentot I
4. Tujuan Delegasi

a. Untuk mengefektifkan dan mengefisienkan organisasi yang ada dalam


perusahaan.

b. Untuk lebih memfokuskan hal lain yang lebih penting sehingga organisasi
perusahaan tidak terbengkalai karena pimpinan berada di tempat.

c. Untuk memberikan bantuan pada atasan dalam menilai suatu kebijakan yang
tepat.

d. Untuk memberi peran pada individu di perusahaan itu. Pimpinan yang baik
bukanlah yang mengerjakan segalanya sendiri, justru menjadi ironi jika terjadi.

e. Untuk memberikan motivasi pada karyawan agar bisa lebih fokus pada target
yang harus diraih.

f. Untuk membantu bawahan agar lebih tumbuh dan berkembang dalam kariernya.

g. Memberikan media pembelajaran dari sebuah kegagalan menjadi keberhasilan.

5. Manfaat Delegasi.

a. Agar perusahaan atau organisasi tetap berputar dengan efektif dan efisien.

b. Membantu atasan untuk bisa memperhitungkan setiap keputusan yang akan


diambil agar bisa tepat.

c. Memberi kesempatan pada semua orang dalam perusahaan untuk mengambil


peran.

d. Memotivasi seluruh pihak untuk selalu berorientasi pada sasaran serta mutu
yang tepat.

e. Memberi kesempatan pada bawahan untuk tumbuh dan berkembang dalam


kariernya.

f. Memberi informasi untuk belajar dari kesalahan. Kesalahan terkadang menjadi


guru terbaik dalam hidup.

6. Teknik Ampuh Untuk Mendelegasi Tugas

a. Berikan tugas dan kepercayaan secara penuh.

T.Hani Handoko, Manajemen, (Yogyakarta : BPFE- Yogyakarta, 2008), hlm 212


Sentot Imam Wahjono,Manajemen Tata Kelola Organisasi Bisnis, (Jakarta : Pt Indeks, 2008), hl.99
b. Pilih orang tepat

c. Sesuai dgn minat dan bakat

d. Berikan intruksi yg jelas

e. Tetapkan tenggat waktu dan evaluasi

E. DEFINISI WEWENANG DAN KEKUASAAN


Ibarat taksonomi tubuh manusia, wewenang seperti otak dan syaraf untuk
menggerakkan anggota tubuh. Demikian juga sistem wewenang yang berperan
menggerakkan suatu organisasi sesuai fungsinya. Wewenang di definisikan sebagai
hak untuk memerintah orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan suatu
tindakan agar tercapainya suatu tujuan. Ada dasamya seorang manajer suatu
organisasi mempunyai hak memerintah dan melakukan mapping kepada bawahanya.
Wewenang ini merupakan hasil dari delegasi atau pelimpahan wewenang dari atasan
kepada bawahan dalam suatu organisasi.
memutuskan menerima atau tidak. Menurut Chaster Bernard Suatu
komunikasi direktif diterima seseorang, kepada siapa hal itu di tujukan wewenang
untuknya tercipta. Menurut Bernand seseorang menerima komunikasi yang bersifat
kewenangan bila memenuhi empat kondisi secara simultan:
a) Dia dapat memahami komunikasi tersebut.
b) Pada saat keputusan dibuat, dia percaya bahwa hal terebut tidak menyalahi
keputusan organisasi.
c) Dia yakin bahwa hal itu tidak bertentangan dengan kepentingan pribadinya
sebagai suatu keseluruhan
d) Dia secara mental dan fisik mampu mengikutinya.

Satu hal menarik lainya adalah kekuasaan (power) yang sering di campur aduk
dengan wewenang, padahal ini adalah dua hal yang berbeda, keterangan di atas
mengemukaan wewenang adalah hak untuk melakukan sesuatu sementara kekuasaan
adalah kemampuan untuk melakukan hak tersebut. Kekuasaan merupakan
kemampuan untuk mempengaruhi individu, kelompok, keputusan atau kejadian,
sebuah kekuasaan tanpa wewenang ataupun sebaliknya tentu akan menyebabkan
konflik. Amitai Etzioni berpendapat seorang pemimpin bisa mempengaruhi perilaku
merupakan hasil dari kekuasaan posisi (kedudukan atau jabatan) atau kekuasaan

T.Hani Handoko, Manajemen, (Yogyakarta : BPFE- Yogyakarta, 2008), hlm 212


Sentot I
pribadi atau kombinasi dari keduanya. Selain itu ada juga kekuasaan posisi (position
power) yang didapatkan dari wewenang formal suatu organisasi, besarnya kekuasaan
tantu bergantung seberapa besar wewenang di delegasikan kepada individu yang
menjabat suatu posisi tersebut. Dan ini akan semakin besar manakala atasan
mempercayai individu tersebut."
Lain halnya dengan kekuasaan pribadi (personal power) yang didapatkan dari
pengikut dan berdasarkan atas besaran para pengikut mengagumi, respect sehingga
merasa terikat pada seorang pemimpin. Beberapa literatur menunjukkan kekuasaan
bisa di klasifikasi berdasarkan sumbernya seperti:
a. Balas jasa (reward power) yang berasal dari balas jasa positif (uang,
perlindungan, perkembangan karier yang diberikan setelah mengeksekusi suatu
perintah.
b. Kekuasaan paksaan (coercive power) berasal dari perkiraan yang bisa dirasakan
orang bahwa hukuman seperti pemecatan teguran dan lainnya akan diterima bila
tidak mengeksekusi suatu perintah.
c. Kekuasaan sah (legitimate power) biasanya berkembang dari internal tentang
nilai-nilai bahwa seorang pimpinan mempunyai hak mempengaruhi bawahan dan
bawahan berkewajiban menerima pengaruh tersebut.
d. Kekuasaan pengendalian informasi (control of information power) berasal
pengetahuan yang orang lain tidak mengetahuinya.
e. Kekuasaan panutan (referent power) berdasarkan atas identifikasi bawahan
dengan figur pemimpin yang dijadikan sebagai simbol panutan, karismatik,
keberanian, simpati dan sifat lainnya.
f. Kekuasaan ahli (expert power) merupakan hasil dari keahlian atau ilmu
pengetahuan seorang pimpinan dalam bidangnya sehingga pemimpin tersebut
bisa mempengaruhi orang lain sesuai keinginannya seperti dokter, konsultan,
advokat dan lainya.

David Mc Celland berpendapat ada dua sisi dari kekuasaan.


a. Sisi negatif yang mengandung arti pemilik kekuasaan menguasai orang lain yang
lebih lemah. Berkesan memperbudak orang lain atau di korbankan.
b. Sisi positif yang di tandai dengan perhatian tujuan kelompok meliputi
penggunaaan pengaruh atas nama, dan bukan kekuasaan di atas orang lain.
Manajer mendorong anggota kelompok untuk berkembang sesuai kebutuhan dan

T.Hani Handoko, Manajemen, (Yogyakarta : BPFE- Yogyakarta, 2008), hlm 212


Sentot Imam Wahjono,Manajemen Tata Kelola Organisasi Bisnis, (Jakarta : Pt Indeks, 2008), hl.99
menjadi motivator bagi anggota.
Wewenang dalam manajemen juga dikenal dengan istilah tanggung jawab dan
akuntabilitas, tanggung jawab (responsibility) adalah kewajiban untuk melakukan
sesuatu yang timbul bila bawahan menerima wewenang manajer untuk
mendelegasikan tugas atau fungsi tertentu. Sementara akuntabilitas (accountability)
berkaitan dengan suatu kenyataan bawahan akan dimintai pertanggung jawaban atas
pemenuhan tanggung jawab yang di limpahkan kepadanya. Akuntabilitas adalah
faktor di luar individu dan perasaan pribadinya, pemegang akuntabilitas akan
menerima konsekuensi hukuman atau balasan tergantung bagaimana menjalankan
tanggung jawabnya.

F. Definisi Delegasi
Dalam suatu perusahaan ataupun organisasi biasanya terdapat pembagian
wewenang kepada orang lain yang berada di bawah kekuasaanya, hal ini di sebut
pendelegasian wewenang. Pendelegasian adalah suatu tindakan melimpahkan
wewenang dan tanggung jawab formal kepada kepada orang lain untuk melaksanakan
kegiataRn tertentu. Hal ini adalah proses para manajer mengalokasikan wewenang
pada bawahanya dan bawahan tersebut akan melaporkan hasil kerjanya. Ada empat
kegiatan ketika delegasi dilakukan:
a. Pendelegasi menetapkan dan memberikan tujuan beserta tugas kepada bawahan.
b. Pendelegasi melimpahkan wewenang yang diperlukan untuk mencapai tujuan
atau tugas.
c. Penerima delegasi baik secara implisit dan eksplisit menimbulkan kewajiban dan
tanggung jawab.
d. Pendelegasi menerima pertanggung jawaban bawahan untuk hasil-hasil yang
dicapai.

Beberapa alasan pendelegasian menjadi sangat perlu di lakukan karena:


a. Efisiensi organisasi
b. Manajer memusatkan pada tugas penting yang tidak bisa di kerjakan orang lain.
c. Sarana kaderisasi dimana bawahan bisa belajar.
d. Manajer tidak selalu mempunyai pengetahuan dan keterampilan semua jenis
pekerjaan.

T.Hani Handoko, Manajemen, (Yogyakarta : BPFE- Yogyakarta, 2008), hlm 212


Sentot I
Yang perlu di catat adalah keefektifan pendelegasian menjadi faktor utama yang
menentukan kesuksesan manajer. Beberapa syarat pendelegasian sukses adalah:
a. Prinsip skalar. Ada garis wewenang yang mengalir setingkat demi setingkat dari
atas ke bawah. Pendelgasian secara penuh berarti semua tugas organisasi harus di
bagi habis, ini dilakukan untuk menghindari adanya gaps (tugas-tugas tidak ada
penganggung jawabnya), overlaps (tugas yang sama di berikan kepada lebih dari
satu orang sehingga tumpang tindih), dan splits (tugas yang sama diberikan
kepada lebih dari satu satuan organisasi).
b. Prinsip kesatuan perintah (unity of command), setiap bawahan akan melapor
hanya kepada satu orang atasan.
c. Tanggung jawab, wewenang dan akuntabilitas, tanggung jawab dan wewenang
diberikan secukupnya kepada bawahan untuk eksekusi tugas."

Beberapa hal yang menyebabkan kegagalan pendelegasian yang berasal dari


manajer:
a. Manajer merasa lebih bila mempertahankan hak pembuatan keputusan. Dan
Manajer tidak bersedia menghadapi resiko ketika bawahan melaksanakan
wewenangnya dengan kegagalan.
b. Manajer kurang mempercayai kemampuan bawahan. Serta Manajer lebih senang
ketika bawahan tidak mempunyai hak pembuatan keputusan yang luas.
c. Manajer takut ketika bawahan mengeksekusi tugas dengan efektif sehingga
posisinya terancam.
d. Manajer tidak mempunyai kemampuan manajerial untuk mendelgasikan tugasnya.

Sementara penyebabkan kegagalan pendelegasian yang berasal dari bawahan:


a. Bawahan merasa lebih mudah langsung pergi ke manajer untuk memecahkan
suatu masalah daripada beresiko membuat keputusan sendiri.
b. Bawahan takut akan kritik.
c. Bawahan tidak atau kurang mempunyai kepercayaan diri dan merasa tertekan bila
dilimpahi wewenang pembuatan keputusan yang besar."

Ada beberpa tehnik khusus yang di tulis oleh Louis Allen untuk membantu
manajer melakukan delegasi secara efektif. Dianataranya adalah:
a. Tetapkan tujuan, bawahan diberi pengertian maksud dan pentingnya tugas yang
didelegasikan.

T.Hani Handoko, Manajemen, (Yogyakarta : BPFE- Yogyakarta, 2008), hlm 212


Sentot Imam Wahjono,Manajemen Tata Kelola Organisasi Bisnis, (Jakarta : Pt Indeks, 2008), hl.99
b. Tegaskan tanggung jawab dan wewenang, bawahan diberitahu informasi jelas apa
yang harus dipertanggungjawabkan dan mana saja sumber daya organisasi yang
ada di bawah kontrolnya.
c. Memberikan motivasi kepada bawahan.
d. Meminta penyelesaian kerja, memberikan pedoman bantuan informasi sehingga
bawahan benar-benar mengeksekusi pekerjaan.
e. Memberikan latihan.
f. Pengawasan yang memadai, laporan mingguan dan kontrol secara rutin.

T.Hani Handoko, Manajemen, (Yogyakarta : BPFE- Yogyakarta, 2008), hlm 212


Sentot I
REFERENSI

Ernie Tisnawati Sule &Kurniawan Saefullah, pengantar manajemen, Jakarta: Kencana


Heri Soesanto, Personal Integrity Development Guide: Cara Praktis Membangun Integritas
secara Konsisten dan Jangka Panjang, (eBook: Pt Kanisius, 2022)
Mohamad Razab Iryadana, ST., M.M., Manajemen Pengembangan Bisnis, 2023
https://books.google.co.id/books?
id=pWzREAAAQBAJ&pg=PA115&dq=delegasi+menurut+para+ahli&hl=id&newbks=1&n
ewbks_redir=0&source=gb_mobile_search&sa=X&ved=2ahUKEwiG24DMq5-
BAxUtTWwGHaVuDZ4Q6wF6BAgFEAU#v=onepage&q=delegasi%20menurut%20para
%20ahli&f=false
Muh Hikamudin Suyuti, S.S., M.Si., Buku Ajar Mata Kuliah Ilmu Akhlak Tasawuf, 2021
Prenada Media Group, 2008 T.Hani Handoko, Manajemen, (Yogyakarta : BPFE-
Yogyakarta, 2008),
Sentot Imam Wahjono,Manajemen Tata Kelola Organisasi Bisnis, (Jakarta : Pt Indeks, 2008)

Anda mungkin juga menyukai