Anda di halaman 1dari 12

Makalah Pengantar Manajemen

Wewenang Delegasi & Desentralisasi


Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengantar Manajemen
Dosen pembimbing Ramlah P,S.E.,M.M

Disusun Oleh:
KELOMPOK 4
 Aryani Bellatrix Sumaraw (20212105015)
 Reprorensia limbong lele (20212105067)
 Ahmad Augrah (20212105040)
 Zulkifly (20212105049)

SISTEM INFORMASI
MANAJEMEN UMUM
SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA & KOMPUTER AKBA
(STMIK AKBA)
KATA PENGANTAR

Puji syukur yang sedalamnya kami sampaikan kehadirat Allah SWT Yang
Maha Pemurah, karna berkat kemurahaNya makala ini dapat kami selesaikan sesuai
yang di harapkan. Makalah ini merupakan Makalah pengantar Manajemen yang
membahas tentang wewenang, Delegasi dan Disentralisasi. Secara khusus
pembahasan dalam makalah ini diatur sedemikian rupa sehingga materi yang
disampaikan dapat dimengerti dan dipahami oleh para nya pembaca

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah pengantar
manajemen sekaligus menjadi bahan diskusi kelompok dan memperdalam materi
tentang Wewenang , Delegasi dan Disentralisasi dengan dibimbing oleh dosen
Pengantar Manajemen yaitu Ramlah P,S.E.,M.M

Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi.
Namun kelancaran dalam menyusun makalah ini tidak lain berkat kerja tim
penyusunan yang baik dan dapat di andalakan satu sama lain sehingga terjalin
kelompakan dalam tim penyusunan makalah ini.

Terima kasih atas semuanya. Kami sadar, sebagai seorang mahasiswa yang
masi dalam proses pembelajaran, dalam penyusunan makalah ini banyak
kekurangannya. Oleh karna itu, kami sangat mengharapkan adanya ktitik dan saran
yang bersifat positif. Guna dalam penyusunan makalah ini bisa lebih baik lagi dimasa
yang akan datang. Harap kami , semoga makalah yang sederhana ini, dapat memberi
pengetahuan serta ilmu sebagai pembelajaran bagi parah pembacanya.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB II PEMBAHASAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
D. Manfaat
BAB II PEMBAHASA
A. Kekuasaan
1) Pengertian Kekuasaan
2) Sumber Kekuasaan
B. Wewenang
1) Pengertian Wewenang
2) Dasar Wewenang Formal
3) Jenis-jenis Wewenang
C. Delegasi
1) Pengertian Delegasi
2) Pengertian pendekatan Wewenang
3) Prinsip Pendelegasian Wewenang
4) Pedoman Untuk Pendelegasian Yang Efektif
5) Hambatan Terhadap Pendelegasian Yang Efektif
D. Sentralisasi dan Desentralisasi
1) Pengertian Sentralisasi dan Disentralisasi
2) Faktor-faktor Yang Menentukan Sentralisasi atau Disentralisasi
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Saat ini penting bagi kita untuk mengetahui lebih jauh tentang wewenang,
delegasi dan disentralisasi. Hal ini disebabkan dalam suatu organisasi kita
diharuskan untuk beradaptasi dan menghadapi berbagai macam watak dan
tingkalaku seseorang Untuk itu pemahamandalam masalah diaras diperlukan
untuk menjalin kerjasama dalam menjalankan suatu organisasi secara efektif dan
efisien.
Terkadang banyak orang salah mengerti posisi atau jabatan dalam suatu
organisasi yang tentu merugikan orang lain. Hal ini dapat menimbulkan masalah
antar inividu dan organisasi . Tentunya hal tersebut tidak diinginkan oleh kita,
sehimgga kita dapat mengetahui batasan-batasan yang tidak dilanggar serta cara
berkomunikasi dengan baik. Sehingga penyusun menyungguhkan berbagai macam
hal dalam interaksi dengan orang-orang didam suatu organisasi , serta hal-hal
seputar wewenang dan kekuasaan yang dimiliki oleh setiap orang atau pemimpin
yang tentunya berbeda-beda cakupan luas

B. Rumusan Masalah
1. Mengetahui tentang apa itu arti dari Kekuasaan
2. Mengetahui tentang sumber kekuasaan
3. Apa arti dari wewenang
4. Mengetaui tentang Dasar Wewenang
5. Mengetahui tentang apa itu Delegasi
6. Bagaimana proses Pendelegasian Wewenang
7. Apa Prinsip Pendelegasian Wewenang
8. Syarat Delegasi yang Efektif
9. Mengetahui arti dari Sentralisasi dan Desentralisasi

C. Tujuan penulis
Tujuan dari penulis makalah ini adalah
1. Untuk memenuhi tugas matakuliah pengantar manajemen
2. Mengkaji materi yang memcakup wewenang, delegasi dan disentralisasi
3. Membawah wawasan dan pengetahuan bagi para pembacanya

D. Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai sumber pembelajaran ,
bahwabertambanya wawasandan pengetahun khususnya bagi kami penulis dan
para pembaca. Dengan pembuatan makalah ini kita bisa mengetahui tentang apa
itu arti kekuasaan, wewenang, delegasi dan disentralisasi serta manfaat bagi
sebuah perusahaan yang menerapakan sistem pendelegasian wewenang.
BAB II
PEMBAHASAN
A. KEKUASAAN
1. Pengertian
Kekuasaan adalah kemampuan untuk menggunakan pengaruh pada
orang lain menurut kehendak yang ada pada pemengang kekuasaan

2. Sumber Kekuasaan
Kekuasaan tidak begitu saja diambil dari tingkat individu dalam
organisasi. John Brench dan Berteram Raven berhasil membedakan
ilmu sumber atau dasar dari kekuasaan. Aspek kekuasaan ini hadir
dalam berbagai hubungan manusia. Diantaranya:

a) Kekuasaan Menghargai (reward power)


Kekuasaan yang diperoleh dari fakta bahwa seseorang dikenal
sebagai pemberi pengaruh, mempunyai kemampuan untuk
memberi imbalan orang lain dikenal sebagai orang yang
dipengaruhi untuk melakukan perintah, yang mungkin nyata
atau tersirat.
Contoh: Kekuasaan seorang supervisor untuk memberi tugas
kepada karyawan

b) Kekuasaan Memaksa (coercive power)


Kemampuan orang yang mempengaruhi untuk menghukum
orang yang tidak memenuhi persyaratan, hukum yang
dimaksud adalah menegur sampai mengeluarkan dari
pekerjaan.
Contoh: Seorang akunting salah dalam menganalisis transaksi
yang menyebabkan kerugian besar.

c) Kekuasaan Sah (legitemate power)


Kekuasaan yang ada ketika seorang bawahan dipengaruhi
mengakui bahwa pemberi pengaruh “berhak” secara hukum
menggunakan pengaruh dalam ikatan tertentu.
Contoh: Seorang manajer berhak untuk menetapkan jadwal
kerja yang masuk akal maupun tidak masuk akal.
d) Kekuasaan Keahlian (expert power)
kekuasaan beradasarkan pada keyakinan atau pengertian bahwa
pengaruh pengetahuan spesifik pakar relevan yang tidak
dimiliki oleh orang yang dipengaruhi.
Contoh: Ketika kita sedang sakit dan kita diperintahkan untuk
meminum obat tertentu oleh dokter maka kita harus mengakui
kekuasaan keahlian mereka.
e) Kekuasaan Rujukan (referent power)
Kekuasaan berdasarkan pada keinginan orang yang dipengaruhi
untuk menjadi seperti atau menyamakan dirinya dengan orang
yang mempengaruhi.
Contoh: Seorang manajer yang populer dan teliti akan
mempunyai kekuasaan rujukan bila karyawan termotivasi untuk
meniru kebiasaannya.
B. WEWENANG
1. Pengertian Wewenang
Wewenang adalah suatu bentuk kekuasaan, sering kali dipergunakan
secara lebih luas untuk merujuk kemampuan manusia menggunakan
kekuasaan sebagai hasil dari ciri-ciri seperti pengetahuan atau gelar seperti
hakim. Terutama, wewenang formal adalah kekuasaan sah. Wewenang
formal adalah tipe kekuasaan yang kita hubungkan dengan struktur organisasi
dan manajemen. Kekuasaan itu berdasarkan pengakuan keabsahan usaha
manajer untuk menggunakan pengaruh.

Dua Pandangan Wewenang Formal

Pandangan Klasik Pandangan Penerimaan

Konstitusi menjamin hak Manajer memberikan perintah


untuk mempunyaiproperty
dan mengendalikan bisnis

Penerima perintah
mempertimbangkan apakah
akan menerima
Manajer memberikan perintah

Tidak
Menerima menerima
Perintah dipatuhi

2. Dasar Wewenang Formal : Dua Pandangan


a) Pandangan Klasik
Pandangan klasik wewenang menunjukan bahwa wewenang berasal dari tingkat
yang amat tinggi, dan kemudian secara hukum diteruskan ke bawah melalui
tingkat demi tingkat.
b) Pandangan Penerimaan
Pandangan penerimaan wewenang, mengatakan dasar wewenang terletak dalam
diri orang yang dipengaruhi bukannya orang yang mempengaruhi. Pandangan ini
dimulai dengan pengamatan bahwa tidak semua hukum atau perintah sah dipatuhi
dalam semua keadaan. Kuncinya adalah penerima memutuskan apakah akan
menerima atau tidak.
3. Jenis-Jenis Wewenang
a) Wewenang Lini ( line authority )
Wewenang lini adalah wewenang manajer yang bertanggu jawab langsung, di
seluruh rantai komando organisasi, untuk mencapai sasaran organisasi.
Wewenang lini diwujudkan dengan rantai komando standar, mulai dari dewan
direktur sampai tempat aktivitas dasar organisasi dilaksanakan. Wewenang lini
terutama didasarkan pada kekuasaan sah. Misalnya, manajer perusahaan
manufaktur mungkin membatasi fungsi lini pada produksi dan penjualan,
sedangkan manajer di departement store, dengan elemen kunci adalah
pembelian, akan mempertimbangkan departemen pembelian dan departemen
penjualan sebagai aktivitas lini. Kalau sebuah perusahaan kecil, semua posisi
mungkin mempunyai posisi lini.
b) Wewenang Staf ( staff authority )
Wewenang staf adalah kelompok individu yang menyediakan saran dan jasa
kepada manajer lini. Staf memberikan berbagai tipe bantuan pakar dan saran
kepada manajer. Wewenang staf terutama didasarkan pada kekuasaan keahlian.
Staf dapat menawarkan manajer lini saran perencanaan lewat penelitian, analisis,
dan pengembangan pilihan. Staf dapat juga membantu dalam implementasi
kebijakan, memonitor, dan kendali; dalam masalah legal dan keuangan; dan
dalam desain dan operasi sistem pemrosesan data. Misalnya, rekan dalam banyak
kantor pengacara menambah anggota staf untuk melaksanakan “sisi bisnis” dari
kantor tersebut. Kehadiran dari spesialis ini membebaskan pengacara untuk
mempraktekkan ilmu hukum, fungsi lini mereka.
c) Wewenang Fungsional ( functional authority )
Wewenang fungsional adalah wewenang anggota staf departemen untuk
mengendalikan aktivitas departemen lain karena berkaitan dengan tanggung
jawab staf spesifik. Wewenang fungsional umum dijumpai dalam organisasi. Ini
diperlukan untuk melaksanakan banyak aktivitas organisasi, baik untuk
menyediakan keseragaman sampai tingkat tertentu maupun untuk
mengungkapkan aplikasi keahlian. Jadi, berdasarkan pada kekuasaan sah dan
keahlian. Keahlian yang diperlukan untuk mengelola hubungan wewenang
fungsional dan masalah yang muncul dari hubungan tersebut serupa dengan
keterampilan yang diperlukan untuk mengelola hubungan dua atasan dalam
organisasi matriks

C. DELEGASI
1. Pengertian Delegasi
Delegasi adalah memberikan wewenang formal kepada orang lain (kekuasaan sah)
dan tanggung jawab untuk melaksanakan aktivitas tertentu. Pendelegasian wewenang
oleh manajer kepada karyawan adalah perlu agar organisasi dapat berfungsi secara
efisien, karena tidak seorang manajer pun yang dapat menyeleseikan sendiri atau
melakukan supervisi menyeluruh terhadap semua hal yang terjadi dalam organisasi.
Mendelegasikan berarti memaksimalkan efektivitas karyawan, mempercepat
pengambilan keputusan, dan dapat membuat keputusan yang lebih baik.
Delegasi dibutuhkan karena manajer mungkin hanya menguasai “the big picture”
tidak cukup mengerti secara terperinci dan tidak selalu mempunyai semua
pengetahuan yang dibutuhkan untuk membuat keputusan. Sehingga untuk
mengefisienkan penggunaan sumber daya, pelaksanaan tugas tertentu
didelegasikan kepada tingkatan organisasi yang serendah
mungkin di mana terdapat cukup kemampuan dan informasi
untuk menyelesaikannya. Prinsip-prinsip klasik yang dapat dijadikan dasar untuk
delegasi yang efektif.
2. Pengertian Pendeglasian Wewenang
Pendelegasian wewenang atau delegation of authority merupakan proses
pembagian kerja, pengelompokan tugas seorang manajer sedmikian rupa,
sehingga akhirnya manajer hanya mengerjakan bagian perkerjaan yang tidak
dapat diserahkan kepada para bawahannya, berhubung posisinya dalam
organisasi.
Wewenang merupakan alat untuk bertindak, sedangkan delegasi
wewenang merupakan kunci dinamika organisasi. Koontz mengatakan :
delegation of authority is the key of organization. Kegagalan-kegagalan yang
terjadi dalam manajemen sebagian besar disebabkan oleh gagalnya
pendelegasian weweang. Seorang pemimpin dikatakan efektif jika ia dapat
melaksanakan pendelegasian itu secara tepat. Tanpa adanya pendelegasian
ini, organisasi tidak maju atau tidak bergerak, karena tidak adanya kegiatan
yang dilakukan oleh para pegawai dalam perusahaan yang diarahkan kepada
tercapainya tujuan perusahaan. Delegation of authority sulit diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia secara tepat, karena dalam delegation of authority ini
terdapat sifat “Du Charahteristic”. Du Characteristic, artinya pihak bawahan
menerima wewenang dari atasan tetapi pada saat yang sama atasan yang
bersangkutan tetap memiliki wewenang tersebut. Pimpinan (delegator) tidak
hilang haknya terhadap wewenang yang telah didelegasikan itu.
Contoh : Ardhito (delegator) memiliki wewenang sebesar X + Y, kemudian
mendelegasikan wewenangnya sebesar Y kepada Nurlaila. Karena “du
characteristic”, wewenang Ardhito masih tetap sebesar ( X + Y ),
walaupun ia telah mendelegasikan pada Nurlaila sebesar Y.
Wewenang yang dapat didelegasikan seorang pemimpin, hanyalah
wewenang resmi ( formal authority ) saja, sedangkan wewenang pribadi
( personal authority ) tidak dapat didelegasikan kepada bawahannya.
3. Prinsip-prinsip klasik yang dapat dijadikan dasar untuk delegasi yang
efektif adalah:
a) Prinsip Skalar Menyatakan harus ada garis otoritas yang jelas yang
menghubungkan tingkat paling
tinggi dengan tingkat paling bawah. Garis otoritas yang jelas ini mem
udahkankan anggota organisasi untuk megetahui :
i. kepada siapa dia dapat mendelegasikan 
ii. siapa yang dapat melimpahkan wewenang kepadanya
iii. kepada siapa dia bertanggungjawab
dalam proses penyusunan garis otoritas diperlukan kelengkapanp
endelegasian
wewenang, yaitu semua tugas yang diperlukan dibagi habis. Hal 
ini digunakan untuk menghindari:
 gaps, yaitu tugas-tugas yang tidak ada penangung ja
wabnya 
 overlaps, yaitu tanggung jawab untuk satu tugas
yang sama diberikan kepada lebih dari satuorang
 splits, yaitu tanggung jawab atas tugas yang sama
diberikan kepada lebih dari satu-satuanorganisasi
4. Pedoman Untuk Pendeglasian Efektif
Delegasi akan mendapat kesempatan lebih baik untuk berhasil, bagi semua
pihak yang terlibat, kalau mereka memeilih bekerja sama untuk membangun
rasa saling percaya. Ini adalah salah satu situasi yang mana etika terlibat
dalam aktivitas sehari-hari organisasi.
 Prasyarat :
Prasyarat paling mendasar untuk delegasi yang efektif adalah
kesediaan manajer untuk memberikan kebebasan kepada
karyawannya untuk menyeleseikan tugas yang didelegasikan.
Prasyarat kedua untuk delegasi adalah komunikasi terbuka antara
manajer dan karyawan. Manajer mengetahui kemampuan
karyawannya dapat lebih realistis memutuskan tugas mana yang
dapat didelegasikan kepada siapa.
Prasyarat ketiga untuk delegasi adalah kemampuan manajer untuk
menganalisis faktor-faktor seperti sasaran organisasi, persyaratan
tugas dan kemampuan karyawan.
 Tugas dari Delegi Efektif :
Prasyarat di atas semuanya penting untuk melaksanakan tugas
pendelegasian secara efektif berikut ini :
a. Putuskan tugas mana yang dapat didelegasikan. Banyak jenis
perkerjaan yang dapat dan harus didelegasikan. Beberapa di
antaranya adalah keputusan kecil dan pekerjaan sehari-hari yang
terjadi berulang-ulang. Akan tetapi, biasanya penugasan dengan
tuntutan berat dan menantang sering kali kekuasaan didelegasikan
kepada karyawan dan akan bekerja banyak untuk
mengembangkannya.
b. Putuskan siapa yang akan mendapat penugasan. Siapa yang
mempunyai waktu luang ? Apakah pekerjaan ini memerlukan
kompetensi tertentu ? siapa yang cocok dan mendapat pengalaman
pengembangan yang bermanfaat ? Manajer harus mengajukan
pertanyaan-pertanyaan ini ketika akan memutuskan siapa yang akan
mendapat penugasan.
c. Siapkan sumber daya yang memadai untuk melaksanakan tugas yang
didelegasika. Semua wewenang yang didelegasikan di dunia tidak
akan membantu penerimaanya, bila dia tidak mempunyai sumber
daya keuangan, staf, atau waktu untuk melakukan tugas tersebut.
d. Delegasikan tugas tadi. Dalam mendelegasikan tugas, manajer yang
efektif memberikan semua informasi yang relevan mengenai tugas
tersebut. Sejauh mungkin mereka memberi gambaran hasil yang
diharapkan, bukan metode yang harus digunakan.
e. Bersiap untuk melakukan campur tangan, bila perlu. Tugas yang
didelegasikan dapat terbengkalai bila sumber daya tidak memadai
atau bila orang yang menerima delegasi melakukan tugas itu
menghadapi penolakan dari orang lain. Kadang-kadang hal ini terjadi
karena kekuasaan jenis lain berpengaruh.
f. Tetapkan sistem umpan balik. Manajer yang mendelegasikan
menetapkan sistem pemeriksaan dan umpan balik sehingga mereka
akan tetap menerima laporan kemajuan dan dapat menawarkan saran
atau “penyesuaian di tengah jalan” bila perlu.
5. Hambatan Terhadap Pendelegasian Yang Efektif
Penyebab keengganan untuk mendelegasikan wewenang adalah :
a. Perasaan tidak aman. Manajer enggan mengambil resiko untuk
melimpahkan tugas atau mungkin takut kehilangan kekuasaan bila
bawahannya terlalu baik melaksanakan tugas.
b. Ketidak mampuan manajer. Sebagian manajer bisa sangat tak
teratur dalam membuat perencanaan ke depan.
c. Ketidak percayaan kepada bawahan
d. Manajer merasa bahwa bawahan lebih senang tidak mempunyai
hak pembuatan keputusan yang luas
 Penyebab keengganan untuk menerima pendelegasian wewenang adalah
a. Perasaan tidak aman bagi bawahan untuk menghindari
tanggungjawab dan resiko.
b. Bawahan takut dikritik atau dihukum karena membuat kesalahan.
c. Bawahan tidak mendapat cukup rangsangan untuk beban
tanggungjawab tambahan.
d. Bawahan kurang peracaya diri dan merasa tertekan bila dilimpahi
wewenang pembuatan keputusan yang lebih besar.

D. SENTRALISASI DAN DESENTRALISASI


1. Pengertian Sentarlisasi dan Desentralisasi
Sentralisasi (Centralization)
Sentralisasi berarti sebagian besar wewenang/kekuasaan masih
dipegang oleh manajer puncak (top manajer). Hanya sebagian kecil
saja disebarkan ke seluruh struktur organisasi. Misalnya : 75%
wewenang tetap dipegang oleh manajer puncak, 25% wewenang
disebarkan ke seluruh struktur organisasi. Sentralisasi di sini bukan
sentralisasi mutlak, tetapi relatif. Sentralisasi mutlak berarti seluruh
wewenang (100%) tetap dipegang oleh manajer puncak. Tidak ada
pendelegasian wewenang.
Desentralisasi (Decentralization)
Desentralisasi wewenang berarti sebagian kecil
wewenang/kekuasaan dipegang oleh manajer puncak, sedangkan
sebagian besar kekuasaan menyebar pada seluruh struktur organisasi.
Desentralisasi di sini bukan desentralisasi mutlak, tetapi relatif.
Misalnya : 25% wewenang dipegang oleh manajer puncak dan 75%
wewenang disebarkan ke seluruh struktur organisasi. Pada
desentralisasi mutlak, seluruh wewenang/kekuasaan disebarkan pada
struktur organisasi, sedangkan manajer puncak tidak mempunyai
wewenang untuk memerintah bawahannya.

2. Faktor-faktor yang menentukan tingkat delegasi wewenang apakah


sentralisasi atau desentralisasi, adalah :
i. Costliness of decession atau mahalnya keputusan
ii. Uniform of policies atau keseragaman kebijaksanaan
iii. Business dynamics atau kemajuan perusahaan
iv. History of business atau sejarah perusahaan
v. Desire of independence atau keinginan untuk bebas
vi. Availability of managers
vii. Control technique atau teknik pengendalian
viii. Environmental influences atau pengaruh lingkungan

 Secara terperinci kedelapan faktor yang menentukan tingkat delegasi


wewenang diuraikan dibawah ini :
Costliness of decession
Keputusan-keputusan yang mahal biasanya akan diputuskan oleh
manajer puncak dan manajer-manajer tingkat atas, maka dalam hal
ini terjadi sentralisasi. Misalnya : untuk meminjam uang dari bank
yang jumlahnya cukup besar dengan menjaminkan kekayaan
perusahaan.
Uniform of policies
Jika kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan oleh perusahaan hendak
diseragamkan maka harus ditetapkan secara sentral.
Business dynamics
Jika menginginkan perusahaan maju dan berkembang, maka harus
disertai dengan kebebasan bawahan untuk mengembangkan diri
sehingga terjadi desentralisasi.
History of business
Tergantung pada tumbuh dan berdirinya perusahaan. Bila perusahaan
pada waktu didirikan berbentuk Perusahaan Perseoranga, maka
segala kegiatan cenderung untuk dilakukan sendiri. Bila pada saat
perusahaan berkembang, menurut pemilik perkembangan perusahaan
ini disebabkan pleh cara manajemen yang telah dilaksanakan pada
waktu perusahaan tersebut berbentuk perusahaan perseorangan, maka
dalam hal ini dilakukan sentralisasi tetapi bila pada waktu didirikan
bentuk CV/FA maka cenderung dilakukan desentralisasi.
Desire of independence
Jika menajer ingin memiliki kebebasan atau tidak tergantung pada
orang lain, maka akan dilakukan desentralisasi.
Availability of managers
Bila manajer yang terampil jumlahnyasedikit, maka akan terjadi
sentralisasi, dan bila manajer yang terampil jumlahnya banyak maka
akan terjadi desentralisasi.
Control technique
Bila cara pengawasan baik, alat pengawasan lengkap maka akan
cenderung terjadi desentralisasi demikian pula sebaliknya.
Environmental
Bila pengaruh lingkungan banyak yang perlu ditafsirkan secara
intensif maka penafsiran-penafsiran ini tidak akan diserahkan kepada
manajer madya/manajer lini pertama, tetapi akan dilakukan secara
intensif oleh para manajer tingkat atas. Maka akan dilakukan
sentralisasi. Misalnya : bila ada peraturan perburuhan dari
pemerintah yang harus dilaksanakan oleh perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai