KEKUASAAN (POWER)
Dalam pengertian yang paling sederhana, kekuasaan atau power berarti suatukemampuan untuk
mempengaruhi orang atau merubah orang atau situasi. Jika perubahanpada orang atau situasi adalah
perubahan yang baik, tentunya power tersebut memberikan konotasi yang positif bahkan sangat
diperlukan. Konotasi negatif dari kekuasaan sering kalimuncul dikarenakan terdapat beberapa kasus di
mana seseorang atau sebuah organisasiyang diberi kekuasaan tidak menggunakannya untuk hal yang
positif.
Kekuasaan sesungguhnya merupakan konsekuensi logis yang muncul dari setiaporganisasi yang
didalamnya terdapat pimpinan dan bawahan, atau manajemen puncak danmanajemen tingkat bawah.
Karena organisasi merupakan kumpulan orang dalampencapaian tujuan, maka organisasi ditujukan
untuk merubah situasi melalui orang orang-orang agar perubahan terjadi. Agar perubahan ini dapat
terjadi, maka kekuasaan diperlukan.
Menurut French dan Raven, sebagaimana dikutip oleh Stoner, Freeman dan Gilbert(1995), terdapat lima
faktor yang mendasari lahirnya sebuah kekuasaan (sources of power). Kelima faktor tersebut adalah
reward power, coercive power, legitimate power, expert power, dan referent power.
Reward Power
Reward power atau kekuasaan untuk memberikan penghargaan adalah kekuasaanyang muncul sebagai
akibat dari seseorang yang posisinya memungkinkan dirinya untukmemberikan penghargaan terhadap
orang-orang yang berada di bawahnya. Sebagai contohadalah kekuasaan yang dimiliki seorang manajer
personalia atau manajer SDM. Disebabkandirinya membawahi seluruh sumber daya manusia organisasi
atau tenaga kerja dari sebuahperusahaan misalnya, maka seorang manajer personalia memiliki reward
power dikarenakan bagian yang lebih tinggi dari manajer personalia tersebut akan
menanyakanmengenai kinerja tenaga kerja perusahaan melalui manajer personalia tersebut.
Akibatnya,manajer personalia memiliki kekuasaan tersebut. Orang-orang atau tenaga kerja yangberada
dibawah manajer personalia dengan sendirinya memiliki semacam ketergantunganterhadap manajer
personalia, sehingga manajer personalia tersebut dapat dikatakanmemiliki semacam kekuasaan yang
dinamakan sebagai reward power karena penghargaanterhadap kinerja SDM dapat dikatakan sangat
tergantung kepada penilaian dari manajerpersonalia tersebut.
Coercive Power
Coercive power atau kekuasaan untuk memberikan hukuman adalah kebalikan atausisi negatif dari
reward power. Kekuasaan ini merupakan kekuasaan seseorang untukmemberikan hukuman atas kinerja
yang buruk yang ditunjukan oleh SDM atau tenaga kerjadalam sebuah organisasi. Setiap pimpinan pada
dasarnya memiliki reward sekaligus coercive power ini. Oleh karena itu, setiap pimpinan perlu untuk
sangat berhati-hati dalammenggunakan jenis kekuasaan ini, karena pada dasarnya setiap manusia tidak
ada yangmenginginkan untuk menerima hukuman.
Legitimate Power
Legitimate power atau kekuasaan yang sah adalah kekuasaan yang muncul sebagaiakibat dari suatu
legitimasi tertentu. Misalnya, seorang yang diangkat menjadi pemimpin,secara otomatis dia memiliki
semacam kekuasaan yang sah atau terlegitimasi. Demikianpula seseorang yang diangkat menjadi
manajer, direktur, dan hierarki pimpinan lainnya.
Expert Power
Expert power atau kekuasaan yang berdasarkan keahlian atau kepakaran adalahkekuasaan yang muncul
sebagai akibat dari kepakaran atau keahlian yang dimiliki olehseseorang. Seorang dokter, misalnya,
memiliki semacam kekuasaan ini. Dikarenakandirinyamemiliki keahlian dalam mendiagnosa suatu
penyakit, maka secara sadar maupun tidak sadar, seorang pasien yang berkonsultasi kepada dokter akan
mengikuti apa saja yangdiusulkan atau dianjurkan oleh sang dokter sejauh hal tersebut bisa membantu
sang pasienuntuk sebuah dari penyakitnya. Demikian pula dengan pakar-pakar dibidang lainnya.
Referent Power
Referent power adalah kekuasaan yang muncul akibat adanya karakteristik yangdiharapkan oleh
seseorang atau sekelompok orang terhadap seseorang yang memilikipengaruh terhadap seseorang atau
sekelompok orang tersebut. Ketika masyarakatmenginginkan sosok pemimpin yang jujur
misalnya, maka ketika ada sosok calon presidenyang dikenal sebagai seseorang yang jujur dengan
sendirinya sang calon presiden tersebutmemiliki apa yang dinamakan dengan referent power tersebut
dikarenakan orang-orangtengah menginginkan karakteristik yang dimiliki oleh sang calon presiden
tersebut, yaitukejujuran.
Setiap bagian dari struktur organisasi sebagaimana diterangkan di bagian awal babini memiliki jenis
kekuasaannya masing-masing, terutama di bagian yang berada padahierarki yang paling tinggi dalam
suatu organisasi, seperti direktur, presiden direktur, dansejenisnya. Pada umumnya kekuasaan tersebut
lebih disebabkan karena legitimasi tertentuyang ditentukan oleh mekanisme dalam organisasi.
Kekuasaan tersebut meliputi kekuasaanuntuk memerintah, mengoreksi, atau pun mengkoordinasikan
bagian yang beradadibawahnya. Namun, dikarenakan kekuasaan pengertiannya sangat luas dan lebih
banyak digunakan dalam istilah politik, maka dalam organisasi, istilah kekuasaan cendrung
jarangdipergunakan. Sebagai gantinya istilah kewenangan atau authority lebih sering digunakan.
KEWENANGAN (AUTHORITY)
Kewenangan atau authority pada dasarnya merupakan bentuk lain dari kekuasaanyang sering
kali dipergunakan dalam sebuah organisasi. Kewenangan merupakan kekuasaanformal atau
terlegitimasi. Dalam sebuah organisasi, seseorang yang ditunjuk atau dipilihuntuk memimpin suatu
organisasi, bagian, atau departemen memiliki kewenangan ataukekuasaan yang terlegitimasi. Seseorang
yang ditunjuk untuk menjadi manajer personaliadengan sendirinya terlegitimasi untuk memiliki
kewenangan dalam mengatur berbagai halyang berkaitan dengan sumber daya manusia atau orang-orang
yang terdapat di dalam organisasi.
Terdapat dua pandangan mengenai kewenangan formal, yaitu pandangan klasik (classical view)
Pandangan Klasik
Pandangan kedua cendrung berbeda dengan pandangan yang pertama. Tidak setiap kewenangan yang
bersifat top-down serta-merta akan dijalankan oleh bawahan. Kadangkalakita mendapati apa yang
diperintahkan oleh atasan misalnya tidak dijalankan oleh bawahan.Hal tersebut barangkali bukan
disebabkan bahwa sang atasan tidak memiliki kewenangan,akan tetapi apa yang kemudian dilakukan
oleh atasan tidak dapat diterima oleh bawahan.Pandangan yang berdasarkan penerimaan (acceptance
view) memandang bahwakewenangan formal akan cendrung dijalankan atau diterima oleh bawahan
tergantung daribeberapa persyaratan. Persyaratan tersebut sebagaimana dikemukakan oleh Chester
Barnard terdiri dari empat hal, yaitu
(1) Bawahan dapat memahami apa yang diinginkan atau dikomunikasikan oleh pimpinanatau atasan
(2) Pada saat sang bawahan memutuskan untuk menjalankan apa yang diperintahkanoleh atasannya,
dia meyakini bahwa apa yang diperintahkan konsisten atau tidakbertentangan dengan rencana
pencapaian tujuan organisasi
(3) Pada saat sang bawahan memutuskan untuk menjalankan apa yang diperintahkanoleh atasannya,
dia menyakini bahwa apa yang diperintahkan konsisten mendukungnilai, misi, maupun motif
pribadi atau kelompoknya, dan
(4) Sang bawahan mampu secara mental maupun fisik menjalankan apa yang diperintahkan.
Berdasarkan kedua pandangan ini, bisa dikatakan bahwa tidak setiap kewenangandapat merubah situasi
ke arah yang diinginkan. Berbagai jenis organisasi tentunya memilikikekhasannya sendiri, apakah
cendrung mengikuti pandangan klasik atau pandangan yangberdasarkan penerimaan. Hal tersebut sangat
bergantung pada berbagai faktor internal daneksternal yang dihadapi oleh organisasi.
Kewenangan Lini
Kewenangan lini atau line authority adalah mereka yang dalam organisasi bertanggung jawab terhadap
berbagai kegiatan dalam rangka pencapaian tujuan organisasi.Jika kita kembali mengingat bagan
organisasi dalam bab sebelumnya, maka kewenangangaris ini direpresentasikan oleh chain of
command dari mulai hierarki yang tertinggi (direktur misalnya) hingga hierarki yang terendah seperti
buruh atau pekerja langsung yangmelakukan kegiatan teknis operasional di lapangan.
Sebagaimana dapat dilihat pada gambar 9.1, garis tegas (bukan putus-putus) daribagan organisasi
tersebut menunjukkan kewenangan garis dari setiap bagian yang ada.Kepala restoran, misalnya,
memiliki kewenangan untuk melakukan koordinasi antara bagiankeuangan, pelayanan dan
dapur. Sedangkan kepala bagian pelayanan memiliki kewenanganuntuk melakukan koordinasi dan
menjalankan tugas yang terkait dengan pelayanan, danseterusnya. Keseluruhan bagian maupun
subbagian tersebut secara keseluruhan salingmendukung dalam pencapaian tujuan organisasi, yang
dalam hal ini adalah organisasi bisnisyang bergerak dalam bisnis restoran.
Kewenangan Staf
Kewenangan staf atau staff authority adalah mereka yang ditunjuk oleh organisasiuntuk membantu
bagian-bagian dalam sebuah organisasi yang memiliki kewenangan lini.
Oleh karena itu, mereka yang memiliki kewenangan staf adalah mereka yang membantuorganisasi
dalam pencapaian tujuannya, hanya saja dengan cara tidak langsung. Bentuknyadapat melalui pemberian
jasa advokasi bagi direktur (misalnya konsultan manajemen),maupun bagian keuangan (misalnya
konsultan pajak), dan lain sabagainya. Dalam organisasipemerintahan misalnya ada yang dinamakan
sebagai staf ahli. Staf ahli ini berfungsi untukmembantu organisasi pemerintahan dalam pencapaian
tujuannya, hanya saja dalampraktiknya staf ahli ini tidak turun langsung dalam mengerjakan berbagai
pekerjaanorganisasi. Jika kita asumsikan bahwa bisnis restoran yang dijalankan memerlukan
konsultanpajak dan konsultan manajemen, maka posisi dari mereka yang diberi kewenangan
staff adalah sebagaimana diperlihatkan dalam gambar 9.2 di halaman berikut ini.
Kewenangan Fungsional
Kewenangan fungsional atau functional authority adalah mereka yang berada dalam bagian tertentu di
organisasi, memiliki kewenangan lini maupun staf, namun jugadikarenakan karena tugasnya diberi
kewenangan untuk melakukan kontrol atau koordinasidengan bagian lainnya. Sebagai contoh, bagian
keuangan sekalipun hanya
bertanggung jawab di bagian pencatatan berbagai transaksi, namun juga memiliki kewenangan untukm
elakukan pengawasan dan pengontrolan terhadap bagian lainnya yang terkait dengantugasnya di
bagian keuangan. Bagian pemasaran yang akan menambah biaya promosi akanberhubungan dengan
bagian keuangan. Bagian personalia yang menghadapi tuntutanadanya kenaikan gaji dari para pegawai
juga perlu pula berhubungan dengan bagiankeuangan. Dalam contoh bisnis restoran, sebagaimana
digambarkan dalam gambar 9.2,karena bagian dapur membutuhkan koordinasi dengan bagian
keuangan yang mengaturanggaran untuk bagian dapur, maka bagian keuangan memiliki kewenangan
untukmenanyakan anggaran dari bagian dapur. Demikian pula dengan kepala restoran, sekalipuntidak
berarti dirinya harus turun ke bagian pelayanan yang terkait dengan tugas-tugaspelayan ataupun tugas-
tugas memasak di dapur, namun selain kepala bagian pelayanan dankepala bagian dapur dirinya
memiliki kewenangan untuk melakukan pengawasan dankoordinasi langsung dengan pelayan ataupun
juru masak di bagian memasak. Hal ini perludilakukan untuk memastikan bahwa apa yang dilakukan
oleh pegawai di tingkat teknisoperasional benar-benar bisa mendukung pencapaian tujuan organisasi.
Contoh lain,misalnya seorang konsultan pajak bagi perusahaan berkewenangan untuk
memeriksaberbagai catatan transaksi dari berbagai departemen dalam perusahaan untuk
memastikanapakah setiap transaksi yang dicatat telah memenuhi persyaratan perpajakan ataukah
tidak,dan seterusnya.
Adakalanya konflik terjadi antara mereka yang berada di bagian lini dan staf. Merekayang berada di
bagian lini kadangkala merasa bahwa dirinya lebih mengetahui apa yangterjadi di lapangan sehingga
ketika misalnya terdapat masukan dari mereka yang memiliki kewenangan staf (misalnya konsultan
manajemen bagi perusahaan) mereka yang berada dibagian lini tidak dengan serat-merta mengikuti apa
yang dianjurkan oleh konsultan tersebut.Adakalanya juga konflik terjadi tidak hanya antara lini dan staf,
mungkin juga antarlini atauantarstaf. Konflik dapat saja disebabkan oleh perbedaan usia, pengalaman,
pendidikan, atau juga dikarenakan faktor perilaku dari orang-
orang yang berada di perusahaan. Kesemuapersoalan tersebut adalah persoalan yang lumrah terjadi
dalam setiap organisasi danmenjadi tantangan bagi para manajer untuk dapat mengendalikannya.
TANGGUNG JAWAB (RESPONBILITY)
Setiap bagian atau departemen yang telah dibentuk atau ditentukan sertadihubungkan melalui garis-garis
kewenangan maupun garis perintah memiliki satukonsekuensi penting lainnya dalam sebuah organisasi,
yaitu apa yang dinamakan sebagaitanggung jawab. Mereka yang diposisikan dalam suatu bagian atau
departemen tertentutidak hanya diberikan kewenangan, namun juga tanggung jawab. Jika
kewenanganmerupakan kekuasaan untuk melakukan sesuatu, tanggung jawab justru memberikan
arahuntuk apa dan kemana semestinya kekuasaan itu dipergunakan. Dengan kata lain,
tanggung jawab mengingatkan orang-
orang untuk tidak saja mempergunakan kewenangan yangdimilikinya, tetapi juga melaporkan apa saja
yang telah dilakukan sehubungan dengankewenangan yang telah diberikan kepadanya. Apakah
kewenangan yang telah diberikanmisalnya telah mendukung pencapaian tujuan organisasi atau
sebaliknya.
Kadangkala orang-orang melupakan esensi dari tanggung jawab sebagai bagian dari jabatan atau tugas
yang diemban ketika menduduki suatu bagian atau departemen tertentu.Pada beberapa kasus, orang-
orang sangat berkeinginan untuk memiliki karier yang bagusuntuk mencapai posisi puncak dalam
organisasi, lebih didorong karena kewenangannya,bukan karena tanggung jawabnya. Artinya,
jika seseorang tersebut menjadi pemimpin, makadirinya berpikir bahwa dengan posisinya sebagai
pemimpin maka dirinya dapat berbuata,b,c dan seterusnya. Namun, jika disadari bahwa ketika dirinya
berposisi sebagai
pemimpin juga berarti bahwa dirinya harus mempertangungjawabkan a,b,c dan seterusnyasesungguhn
ya menjadi pemimpin atau berada pada hierarki atas dari sebuah organisasibukan merupakan sesuatu
yang mudah.
Oleh karena itu, perlu disadari bahwa setiap bagian dalam organisasi memilikikewenangan sekaligus
juga tanggung jawab dalam pencapaian tujuan organisasi. Olehkarena itu, berbagai prasyarat
kemampuan tentunya dibutuhkan untuk menduduki posisi-posisi tertentu dalam sebuah organisasi.
Adakalanya seseorang yang berada di suatu posisi memiliki berbagai keterbatasan dalam melakukan
suatu pekerjaan. Keterbatasaan ini dapat dilihat dari segi ketersedianwaktu pengerjaan, jumlah
pekerjaan, keahlian yang dimiliki, maupun berbagai faktor lainnya. Jika keterbatasan ini tidak dapat
ditanggulangi olehnya akan memperburuk kinerjaorganisasi, maka perlu dilakukan apa yang dinamakan
sebagai pelimpahan wewenang dantanggung jawab atau lebih dikenal dengan istilah delegation.
Pelimpahan wewenang pada dasarnya merupakan proses pengalihan tugas kepadaorang lain yang sah
atau terlegitimasi (menurut mekanisme tertentu dalam organisasi) dalam melakukan berbagai aktivitas
yang ditunjukkan untuk pencapaian tujuan organisasi yang jika tidak dilimpahkan akan menghambat
proses pencapaian tujuan tersebut.
Terdapat beberapa manfaat dari pelimpahan wewenang. Yang pertama adalah pelimpahan wewenang
memungkinkan subbagian atau bawahan mempelajari sesuatu yangbaru dan memperoleh kesempatan
untuk melakukan sesuatu yang baru tersebut. Keadaanini memungkinkan bawahan untuk belajar
bertanggung jawab akan sesuatu yang baru.Manfaat kedua adalah bahwa pelimpahan wewenang
mendorong tercapainya keputusanyang lebih baik dalam berbagai hal. Adanya pelimpahan wewenang
kepada bawahan,misalnya dalam hal ini di mana bawahan lebih mengetahui keadaannya, akan
mendoronghasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut menjadi lebih baik dikarenakan pekerjaandiberikan
atau dilimpahkan ke bagian yang lebih mengetahui keadaan sebenarnya dilapangan. Manfaat ketiga
adalah penyelesaian pekerjaan akan dapat dilakukan dengan lebihcepat sekiranya pelimpahan
wewenang tersebut berjalan sebagaimana mestinya dandiberikan kepada orang yang bertanggung jawab.
Sekalipun pelimpahan wewenang memiliki sisi manfaat, namun juga tidak terlepasdari kendala dalam
pelaksanaanya. Staf yang tidak memiliki kemampuan atau kapasibilitasuntuk menerima dan
menjalankan sesuatu yang didelegasikan kepadanya justru akanmenghambat pencapaian tujuan ke arah
yang lebih baik. Di sisi lain, pelimpahan
wewenang juga akan berdampak pada kurang bertanggung jawabnya atasan terhadap apa yangsemesti
nya dia lakukan. Pada beberapa kasus, pelimpahan wewenang sering kali dilakukanbukan sebagai
proses pembelajaran dan pemberian kepercayaan dari atasan kepadabawahan, akan tetapi lebih sebagai
pelarian tanggung jawab dari atasan kepada bawahan.Oleh karena itu, perlu sekali digarisbawahi
bahwa pelimpahan wewenang tidak berarti jugaterjadi pelimpahan tanggung jawab. Pelimpahan
wewenang bisa jadi hanya merupakanpelimpahan beberapa hal yang dapat dikerjakan oleh bawahan
kita, akan tetapi tangung jawab sepenuhnya masih berada di tangan pihak yang melimpahkan
wewenang.
Kunci Pokok Agar Pelimpahan Wewenang Efektif
Agar pelimpahan wewenang dapat berjalan secara efektif, maka ada 3 kunci pokokyang perlu
diperhatikan, yaitu
Pertama adalah kepercayaan manajer terhadap bawahan dalam melimpahkan wewenangperlu diiringi
dengan pemberian kebebasan kepada bawahan untuk menjalankankewenangannya menurut caranya
sendiri. Artinya, pelimpahan wewenang akan berjalanefektif apabila pihak yang diberi wewenang oleh
manajer diberikan kebebasan untukmenjalankan kewenangannya sesuai dengan caranya sendiri. Hal ini
disebabkan bahwasetiap orang memiliki cara yang berbeda dalam melakukan sesuatu. Kepercayaan
dalammemberikan limpahan wewenang juga harus diartikan sebagai kepercayaan kepadabawahan untuk
mungkin saja melakukan kekeliruan dalam menjalankan kewenangannya,namun sejauh itu dapat
menjadikan bawahan untuk belajar dan bertindak kreatif, makasebaiknya dibiarkan saja.
Kunci kedua agar pelimpahan wewenang berjalan efektif adalah adanya komunikasi yangterbuka antara
manajer dan bawahan. Keterbukaan dalam berkomunikasi selain akanmemberikan kejelasan akan
keinginan dari kedua belah pihak, juga akan meminimalkanpersepsi-persepsi yang keliru akan berbagai
hal yang terkait dengan pekerjaan.
Kunci ketiga yang perlu diperhatikan agar pelimpahan wewenang berjalan secara efektif adalah
kemampuan manajer dalam memahami tujuan organisasi, tuntutan dari setiappekerjaan, dan kemampuan
bawahan. Tanpa pemahaman yang baik mengenai ketiga hal ini,bisa jadi manajer salah dalam melakukan
pelimpahan wewenang. Sesuatu yang semestinyadilimpahkan misalnya, tidak dilimpahkan dan
sebaliknya sesuatu yang semestinya tidakdilimpahkan justru dilimpahkan.
Selain ketiga kunci pokok tersebut di atas, Stoner memberikan prinsip klasikmengenai dasar agar
pelimpahan wewenang menjadi efektif. Ketiga prinsip klasik tersebutadalah : (1) prinsip skalar; (2)
prinsip kesatuan perintah; dan (3) tanggung jawab, wewenang,dan akuntabilitas.
Prinsip skalar merujuk kepada pedoman bahwa dalam sebuah proses pendelegasianatau pelimpahan
wewenang, harus ada garis wewenang yang jelas dari hierarki yangtertinggi hingga hierarki yang
terendah. Garis wewenang yang jelas akan memberikankemudahan mengenai kepada siapa delegasi
harus diberikan, siapa yang akan memberikandelegasi, dan kepada siapa pertanggungjawaban harus
dilakukan. garis wewenang ini jugadimaksudkan agar terhindar dari (a) kesenjangan (gap) di mana
tugas-tugas tidak ada yangmengerjakan; (b) tumang tindih (overlaps) dimana tugas-tugas saling
bertindihan dalam halpengerjaannya; serta (c) perintah berganda (splits of command) di mana tugas yang
sama diberikan kepada bagian organisasi yang berbeda-beda.
Prinsip ini merujuk kepada pandangan bahwa setiap bawahan semestinya melaporatau
mempertanggungjawabkan hanya kepada satu atasan yang memberikan kewenangankepadanya, oleh
karena itu juga, perintah semestinya berasal dari satu sumber, agar jelassiapa yang memberikan
kewenangan dan kepada siapa harus dipertanggungjawabkan.
Prinsip ini beranggapan bahwa pelimpahan wewenang dilakukan untuk memperjelassiapa yang akan
bertanggung jawab atas suatu perkerjaan dan dengan kewenangan sepertiapa. Dengan adanya kejelasan
ini, maka proses pertanggungjawaban dari apa yang telahdidelegasikan juga akan menjadi lebih mudah
dan jelas.
Ketiga kunci pokok sebagaimana diterangkan di atas dapat mendorong pelimpahanwewenang menjadi
lebih efektif jika diiringi oleh beberapa tindakan sebagai berikut:
INTERVENSI PADA SAAT DIPERLUKAN. Sudah menjadi hal yang lumrah jika kadangkala apayang
didelagasikan ternyata tidak berjalan sebagaimana mestinya. Ketika hal tersebutterjadi, maka intervensi
kadangkala diperlukan agar kegiatan yang telah didelegasikanberikut kewenangannya tetap dalam jalur
pencapaian tujuan organisasi.
Sebagai konsekuensi logis adanya pelimpahan wewenang, maka terdapat dua carapokok
dalam menjalankan fungsi pengorganisasian. Yaitu dengan cara sentralisasi dandesentralisasi.
Sentarlisasi merujuk kepada cara pengorganisasian di mana keseluruhantugas, tanggung jawab, dan
perintah dipusatkan dari hierarki yang paling tinggi untukkemudian hierarki dibawahnya
menerjemahkan dalam bentuk tindak lanjut dari apa yangtelah diputuskan dari hierarki yang tertinggi.
Dengan kata lain, sentralisasi adalahpemusatan kekuasaan dan wewenang pada hierarki atas dari suatu
organisasi. Adapun desentralisasi merujuk kepada konsep pengorganisasian yang memandang bahwa
apa yangterjadi di lapangan atau dalam kenyataan sering kali tidak sesuai dengan apa yang dipahamioleh
hierarki tertinggi dari sebuah organisasi, oleh karena itu perlu ada pembagiaan porsidalam hal
pengambilan keputusan dan kebijakan yang menyangkut dengan cara bagaimanaorganisasi akan
dijalankan. Desentralisasi memandang bahwa dikarenakan hierarki yangdibawah adalah mereka yang
akan berhadapan langsung dengan kenyataan, maka hierarkiyang di bawah tersebut perlu diberi lebih
keleluasaan untuk bisa memutuskan cara yangterbaik dalam melakukan pekerjaan, dan tak harus
diputuskan dari hierarki yang lebih tinggidarinya. Dengan kata lain, desentralisasi merupakan
representasi dari wujud adanyapelimpahan kewenangan dari hierarki yang lebih tinggi kepada hierarki
yang lebih rendahdalam hal pengambilan keputusan dan penentuan dengan cara bagaimana kegiatan
akandijalankan. Sedangkan sentralisasi memandang bahwa dikarenakan tujuan organisasi
secarakeseluruhan perlu dipastikan agar bisa tercapai, oleh karena itu segala keputusan hinggakebijakan
dengan cara bagaimana sebaiknya organisasi dijalankan perlu diputuskan darihierarki yang paling tinggi
dikarenakan mereka yang berada pada hierarki yang paling tinggitersebut adalah mereka yang paling
bertanggung jawab akan tercapai tidaknya tujuan dariorganisasi secara keseluruhan.
Sentralisasi VS Desentralisasi
Berangkat dari pengertian di atas mengenai sentralisasi dan desentralisasi dalammenjalankan fungsi
pengorganisasian, terdapat beberapa kelebihan dan keterbatasan bagimasing-masing pendekatan
tersebut. Di anatara kelebihan penggunaan pendekataandesentralisasi adalah kedekatan dengan sasaran,
pengetahuan lokal atau lapangan,penerimaan dari pihak sasaran, dan keputusan yang lebih fleksibel.
Pendekatan desentralisasi memungkinkan organisasi untuk lebih dekat dengan pihaksasaran. Bagi
organisasi bisnis, jika pendekatan desentralisasi dilakukan, maka suborganisasiyang menjalankan
perusahaan di daerah akan lebih mudah mengenali pasar sasarandibandingkan dengan, misalnya, pihak
pusat yang berlokasi di tempat yang berbeda. Kedekatan dengan pihak sasaran ini akan lebih
memudahkan organisasi untuk menjawabkebutuhan dari pihak sasaran.
Sebagai konsekuensi logis dari desentralisasi, maka keputusan yang diambil olehorganisasi akan lebih
fleksibel karena sangat disesuaikan dengan kondisi lokal di manaorganisasi tersebut berada.
Selain beberapa kelebihan tersebut di atas, terdapat juga beberapa keterbatasandari desentralisasi,
misalnya saja yang terkait dengan kualitas yang mungkin berbeda darisatu daerah ke daerah lainnya,
biaya yang relatif lebih tinggi dikarenakan adanya berbagaikeragaman dalam hal cara pengelolaan,
pengambilan keputusan, yang juga berdampakkepada aspek pembiayaan yang juga beragam.
Organisasi yang masih mempertahankan cara sentralisasi memandang bahwa padadasarnya cara
mengelola sebuah organisasi umumnya sama dari satu organisasi keorganisasi yang lain. Konsumen di
mana pun menurut kelompok ini dianggap memilikiberbagai kesamaan sekalipun berada di lokasi yang
berbeda-beda. Umumnya konsumen menginginkan harga yang murah, kualitas, dan pelayanan yang
memuaskan. Kesemua itubersifat umum di seluruh pasar sasaran.
Efisiensi Biaya
Desentralisasi berarti adanya staf tambahan, regulasi tambahan, bangunantambahan, dan dengan
demikian juga berarti adanya biaya tambahan. Tambahan biaya inimenyebabkan organisasi cendrung
mengalami inefisiensi. Sedangkan pendekatansentralisasi karena cara pengelolaannya langsung dari
pusat atau dari hierarki yang tertinggitidak memiliki konsekuensi-konsekuensi tambahan biaya
sebagaimana desentralisasi, dandengan demikian cendrung untuk lebih efisien dari segi biaya.
Kesamaan Kualitas
Sentralisasi dapat menjamin terpeliharanya kualitas dari apa yang diberikan olehorganisasi. Jika
sentralisasi dilakukan, maka hierarki yang di bawah diharuskan mengikutiketentuan yang telah
ditentukan oleh hierarki yang lebih atas. Sekalipun terkesan adanyapaksaan, namun hal tersebut
mendorong tercapainya kualitas yang sama dari apa yangdiberikan oleh organisasi.
Akibat kemajuan teknologi, sentralisasi tidak selalu berarti lambat dalam berbagaihal. Berbagai
keputusan, kebijakan, hingga cara pengerjaan dari organisasi dengan adanyakemajuan dalam teknologi
informasi dapat dilakukan dengan lebih cepat. Transformasiinformasi dari hierarki tertinggi hingga
terendah bisa dengan cepat diakses seiring adanyapenggunaan teknologi informasi yang berbasis
komputer misalnya.
Pendekatan manakah yang lebih baik diantara sentralisasi dan desentralisasi ?manajemen adalah ilmu
sosial, dimana salah satu karakteristik dari ilmu sosial adalahbersifat divergen dan dinamis. Oleh
karenanya, pendekatan dalam ilmu sosial sangatdinamis, tidak terkecuali juga pendekatan dalam
pengorganisasian. Sentralisasi dandesentralisasi tentunya memiliki berbagai kelebihan sekaligus juga
keterbatasan. Namundemikian, beberapa faktor yang biasanya dijadikan pertimbangan dalam
menentukanapakah sebaiknya pendekatan sentralisasi atau desentralisasi yang dilakukan paling
tidakdapat dilihat dari faktor-faktor yang terdiri dari :
(1) Biaya dan risiko yang terkait dengan keputusan sentralisasi atau
desentralisasi.Kadangkala desentralisasi sekalipun akan memberikan hasil yang lebih baik
danlebih cepat tetap tidak dapat dijalankan ketika desentralisasi tersebut akanmengakibatkan
naiknya biaya serta resiko yang akan ditanggung oleh organisasi,terutama organisasi bisnis yang
sangat mempertimbangkan aspek biaya dan resiko.
(2) Kecenderungan manajer memandang bawahannya.
Desentralisasi hanya mungkin dilakukan jika manajer beranggapan bahwabawahannya memiliki
kapasitas dan kemampuan untuk melakukan sesuatu yangdilimpahkannya. Kepercayaan manajer
terhadap bawahan akan sangat menentukanapakah desentralisasi akan dilakukan atau tidak.
(3) Budaya organisasi.
Budaya organisasi yang dibangun oleh perusahaan sangat menentukan apakahperusahaan
tersebut siap untuk menjalankan desentralisasi ataukah justrusebaliknya. Jika perusahaan
terbiasa untuk mengambil keputusan yang bersifatdemokratis atau bersifat bottom-up, dan
kemudian perusahaan memberikan porsiyang lebih luas bagi pengembangan para pekerjanya dari
hierarki tertinggi hinggaterendah, maka desentralisasi barangkali bukan merupakan pilihan yang
sulit untukdijalankan. Sebaliknya, sekiranya perusahaan lebih terbiasa menghasilkan
keputusanyang sifatnya top-down dan segala kebijakan selalu menunggu dari hierarki
yangteratas untuk kemudian dijalankan, maka desentralisasi merupakan pilihan yang sulituntuk
dijalankan; dan terakhir
(4) Kemampuan dari manajer level bawah atau bawahan untuk menjalankan
tanggung jawab sekiranya desentralisasi dilakukan. Kadangkala, sekalipun manajer memilikipe
rhatian bagi pengembangan tenaga kerjanya, ketidaksiapan dari bawahan
justru juga dapat menghambat pilihan untuk melakukan desentralisasi. Tenaga kerja
yangcendrung memiliki karakteristik bertipe-x, sebagaimana menurut kategorinya McGregor,
maka agak sulit untuk menjalankan sistem desentralisasi.
Jika pilihan cara pengorganisasian telah dilakukan apakah bersifat sentralisasi ataudesentralisasi,
bagian-bagian dalam organisasi telah ditetapkan apakah yang bersifat lini,staff maupun fungsional
sebagaimana digambarkan oleh struktur organisasinya, makalangkah berikutnya adalah bagaimana
pekerjaan menurut bagian-bagiannya tersebutdidesain untuk dikerjakan oleh orang-orang tertentu yang
telah ditetapkan.
Sebagaimana telah diterangkan dalam bab sebelumnya bahwa salah satu bentukkegiatan yang dilakukan
dalam fungsi pengorganisasian adalah adanya pembagian kerjaatau job division. Proses pembagian kerja
ini dinamakan pula sebagai desain pekerjaan atau job design. Desain pekerjaan pada dasarnya
merupakan pembagian kerja-kerja yang akan dilakukan organisasi kepada seluruh anggota organisasi.
Stoner, Freeman, dan Gilbert (1995) menjelaskan bahwa terdapat tiga pendekatandalam melakukan
desain pekerjaan, yaitu pendekatan mekanis, pendekatan motivasi, danpendekatan biologis. Ketiga
pendekatanb ini digunakan secara berbeda-beda untukberbagai jenis organisasi dan pekerjaan yang
berbeda-beda pula.
Pendekatan Mekanis
Menurut pendekatan ini, pekerjaan dibagi berdaarkan beban pekerjaannya apakahyang bersifat rutin dan
tidak bersifat rutin. Setelah pekerjaan dibagi menjadi rutin dan tidakrutin, maka selanjutnya orang-orang
diperusahaan dapat ditempatkan sesuai dengan desainpekerjaan yang telah dibuat tersebut. Ada yang
ditempatkan untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang rutin, dan ada pula yang tidak. Karena sifat
kerutinannya, maka dikenalistilah mekanis, karena mekanis merujuk kepada cara kerja mesin yang
cendrung rutin dantetap. Seorang yang bertugas hanya menyetrika baju yang telah jadi dalam
sebuahperusahaan garmen adalah salah satu contoh pekerjaan yang dibagi berdasarkanpendekatanb
mekanis. Tugas menyetrika baju tersebut cendrung tetap dan monotonselama perusahaan tersebut
menjalankan bisnis yang sama. Pekerjaan-pekerjaan yangbersifat teknis operasional adalah contoh-
contoh lain pekerjaan yang dibagi berdasarkanpendekatan mekanis.
Pendekatan Motivasi
Menurut pendekatan ini, pekerjaan harus pula didesain dan dibagi berdasarkanmotif yang berbeda-beda
yang dimiliki oleh para pekerja. Pekerja yang memiliki motivasiyang tinggi untuk melakukan kontak
sosial barangkali dapat ditempatkan dalam pekerjaan dibagian pemasaran atau yang terkait dengan
hubungan masyarakat. Pekerja yang memilikimotivasi yang tinggi untuk melakukan inovasi mengenai
produk barangkali dapat diberikanpekerjaan dibagian riset dan pengembangan dan seterusnya. Selain
pembagian pekerjaanini dilakukan berdasarkan motif dari setiap pekerjaan, pendekatan ini juga
dimaksudkanagar pekerjaan yang sifatnya rutin dan mekanis menjadi sesuatu yang memotivasi
parapekerja agar menjadi lebih baik dengan pekerjaannya. Sehingga sekalipun perkerjaan
yangdilakukan katakanlah bersifat monoton dan mekanis, maka perlu dilakukan upaya
untukmeningkatkan motivasi para pekerja untuk menjalankannya. Di anatara upaya yang
dapatdilakukan adalah apa yang dinamakan sebagai job enlargement dan job enrichment.
Jobenlargement atau perluasan pekerjaan adalah upaya yang dilakukan manajer denganmemperluas
pekerjaan yang harus dilakukan oleh seorang pekerja pada level pekerjaanyang sama menjadi satu
pekerjaan. Misalnya saja kembali ke bisnis restoran para pelayanyang biasanya hanya bertugas mencatat
menu saja, pekerjaannya dikombinasikan denganmengambil makanan, membersihkan piring-piring
bekas pelanggan, sehingga pekerjatersebut tidak mengalami kebosanan dan mengalami dinamika secara
lebih baik dalampekerjaannya. Adapun jobrichment atau memperkaya pekerjaan merupakan
perluasaankesempatan dari seorang pekerja untuk melakukan suatu pekerjaan yang berbeda atau
lebihluas dari pekerjaannya semula. Salah satu tindakan yang dapat dilakukan misalnya
denganmelakukan job rotation atau rotasi tenaga kerja. Kita tempatkan tenaga kerja kita padaposisi yang
berbeda-beda menurut periode waktu yang berbeda-beda pula. Hal ini dilakukanagar pekerja tidak
merasa bosan atas pekerjaannya dan saat yang sama mendapatkankesempatan untuk memiliki
pengalaman baru melalui pengerjaan tugas-tugas yang lain.
Berangkat dari hal tersebut maka upaya job enrichment dan jobenlargement terkait dengan upaya yang
harus dilakukan oleh manajer terkait dengan pengembangan paratenaga kerjanya sehingga selain mereka
dapat bekerja dengan baik bagi perusahaan, jugamotivasi mereka untuk mendapatkan keadaan yang
lebih baik dapat diakomodasi olehperusahaan.
Pendekatan Biologis
Menurut pendekatan ini, pekerjaan juga harus didesain sedemikian rupa agarmemnpertimbangkan aspek
biologis dari para tenaga kerja atau orang-orang yang adadalam organisasi. Faktor-faktor yang terkait
dengan aspek biologis dari tenaga kerja adalahfaktor keamanan gender (yang terkait dengan isi
pelecehan seksual), keamanan lingkungan(ventilasi yang baik dalam ruangan tempat bekerja), serta
berbagai isu lainnya.
Ketiga pendekatan tersebut pada praktiknya dijadikan pertimbangan olehperusahaan secara bersamaan
ketika mereka akan mendesain dan menetapkan pekerjaan-pekerjaan yang akan dijalankan dalam sebuah
perusahaan. Lebih lanjut lagi adalahbagaimana kemudian organisasi atau perusahaan mendapatkan
orang-orang untukmenempati jenis-jenis pekerjaan yang berbeda menurut bagian-bagian yang berbeda
dalamsebuah perusahaan.
Perusahaan adalah begian dari lingkungan Perusahaan yang ikut berpartisipasi dan
sosial masyarakat, oleh karena itu sudah bertanggung jawab dalam lingkungan sosial
semestinya ikut berpartisipasi dan masyarakat justru akan memiliki kekuatan
bertanggung jawab atas apa yang terjadi di untuk mengontrol masyarakat dan itu
masyarakat. indikasi yang kurang baik seara sosial.
Perusahaan adalah partner dari lingkungan Tujuan perusahaan bukan untuk motif
sosial kemasyarakatan, sebagaimana halnya sosial, akan tetapi untuk memperoleh profit
juga pemerintah dan masyarakat lain pada dan mencapai tujuan yang diharapkan oleh
umumnya. para pemilik perusahaan.
Terlepas dari pro dan kontra tersebut selayaknya suatu perusahaan memiliki tanggung jawab sosial
sebagai konsekuensi logis keberadaanya dalam lingkungan dan masyarakat. Hanya saja tanggung jawab
sosial yang harus dipikul perusahaan ini semestinya diatur dengan lebih baik oleh pemerintah sehingga
porsinya tidak terlalu menjadi kekuatan yang dominan di masyarakat, namun bersama-sama dengan
pemerintah dan masyarakat untuk mewujudkan lingkungan ke arah yang lebih baik.
Konflik Nilai
Terdapat 3 jenis konflik nilai yang terdapat dalam perusahaan, yaitu :
a. Konflik Intrapersonal
Pada umumnya terjdi pada individu dengan individu lainnya karena memiliki pandangan dan cara
berfikir yang berbeda.
b. Konflik Individu-Organisasi
Merupakan konflik yang terjadi pada saat nilai yang dianut oleh individu berbenturan dengan nilai yang
harus ditanamkan oleh perusahaan. Individu yang cenderung menginginkan kebebasan akan berbenturan
dengan nilai yang dianut organisasi yang menuntutnya untuk patuh berdasarkan aturan main yang
mungkin dirasakan sebagai sesuatu yang formal dan mengikat.
c. Konflik antar budaya
Merupakan konflik antar individu maupun antar individu dengan organisasi yang disebabkan oleh
adanya perbedaan budaya di antara individu yang bersangkutan atau juga organisasi yang bersangkutan.
Ada 4 (empat) kriteria etika untuk menilai suatu etika menurut Griffin, yaitu :
1) Dari sisi manfaat (benefits)
Semua pihak bisa merasakan manfaat dari prestasi yang dilakukan pegawai. Perusahaan memperoleh
manfaat dari hasil kerja karas pegawainya yang berprestasi demikian juga bagi pegawainya. Insentif
memberikan manfaat psikis berupa penghargaan terhadap kerja kerasnya sekaligus manfaat fisik berupa
balasan yang seimbang dengan apa yang telah dilakukannya.
2) Pemenuhan hak-hak (rights)
Memberikan insentif kepada pegawai yang berprestasi-jika memang telah ditetapkan aturannya-
memenuhi kriteria pemenuhan hak-hak dari seluruh pihak. Bagi pegawai yang menerima insentif maka
ia terpenuhi haknya setelah memberikan prestasi kepada organisasi, bagi yang tidak berprestasi maka
dia tidak memiliki hak untuk mendapatkan insentif hingga dia dapat menunjukkan prestasinya.
3) Prinsip keadilan (justice)
Tindakan pemberian insentif bagi pegawai yang berprestasi memenuhi prinsip keadilan yaitu dengan
memberikan perlakuan yang seimbang dengan apa yang telah ditunjukkan pegawai dalam pekerjaanya.
4) Pemeliharaan (caring)
Pemberian insentif akan mampu menjaga konsistensi produktivitas kegiatan organisasi, dikarenakan
jenis pemberian insentif dapat memacu pegawai untuk bekerja lebih baik bagi organisasinya. Disisi lain
juga tetap memeliara motivasi pegawai yang telah menunjukkan prestasi yang baik melalui penghargaan
dengan pemberian insentif.
STUDI KASUS
TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN ETIKA MANAJEMEN
KANTOR NOTARIS SARTIKA DEWI, SH.,M.Kn
Notaris adalah sebuah sebutan profesi untuk seseorang yang telah mendapatkan pendidikan hukum yang
dilisensi oleh pemerintah untuk melakukan hal-hal hukum, khususnya sebagai saksi penandatanganan
pada dokumen. Bentuk profesi notaris berbeda-beda tergantung pada sistem hukum.
Pekerjaan notaris dapat dilacak balik ke abad ke 2-3 pada masa roma kuno, di mana mereka dikenal
sebagai scribae, tabellius atau notarius. Pada masa itu, mereka adalah golongan orang yang mencatat
pidato.
Istilah notaris diambil dari nama pengabdinya, notarius, yang kemudian menjadi istilah/titel bagi
golongan orang penulis cepat atau stenografer. Notaris adalah salah satu cabang dari profesi hukum yang
tertua di dunia.
Jabatan notaris ini tidak ditempatkan di lembaga eksekutif, legislatif, ataupun yudikatif. Notaris
diharapkan memiliki posisi netral, sehingga apabila ditempatkan di salah satu dari ketiga badan negara
tersebut maka notaris tidak lagi dapat dianggap netral. Dengan posisi netral tersebut, notaris diharapkan
untuk memberikan penyuluhan hukum untuk dan atas tindakan hukum yang dilakukan notaris atas
permintaan kliennya. Dalan hal melakukan tindakan hukum untuk kliennya, notaris juga tidak boleh
memihak kliennya, karena tugas notaris ialah untuk mencegah terjadinya masalah.
1. Manajemen Kantor Notaris
Kantor Notaris terikat pada UUJN dan Kode Etik, sehingga Kantor Notaris ada keterbatasan-
keterbatasan dalam menangani masalah, terutama adanya pekerjaan-pekerjaan yang tidak boleh
didelegasikan kepada orang lain.
Para klien semakin canggih dalam membeli jasa-jasa Notaris, sehingga menuntut para Notaris agar lebih
efisien dan efektif dalam pemberian jasa-jasa Notaris.
Manajemen yang lebih baik, bagi Kantor Notaris dapat digambarkan sebagai berikut :
a. Tugas dari klien dapat diselesaikan dengan cepat dan tepat.
b. Jasa-jasa Notaris dalam hal-hal tertentu, memberikan nilai ekonomis bagi klien dan Notaris.
c. Notaris dan para asistennya dapat mengikuti perkembangan dengan cara mengikuti pendidikan-
pendidikan khusus yang secara tepat dapat dimanfaatkan.
d. Terdapat pemerataan beban kerja bagi para asisten dan staf sehingga masing-masing asisten/staf
tersebut mempunyai kesempatan untuk memenuhi tugas profesional.
e. Para asisten yang baru, diharapkan dilatih dengan cara terencana dan terkoordinasi, dididik dan
diintegrasikan dalam organisasi.
f. Tenaga penunjang yang terlatih baik, selalu tersedia dan diberi motivasi yang memadai dan
diawasi.
g. Terdapat perencanaan organisasi dan perencanaan yang efektif, sehingga dapat segera diketahui
jika terdapat hal-hal yang merugikan dan ditanggulangi secara efektif.
h. Program imbalan atau pendapatan asisten, staf dan karyawan yang layak dan memadai dapat
memberikan semangat bekerja bagi kepentingan kantor.
b. Prosedur
Supaya kegiatan pembuatan akta dapat dimonitor, maka pembuatan akta dibagi atas beberapa tahap,
yaitu :
1. Penelitian data
2. Konsep Minuta
6. Penomoran Akta
7. Penomoran/Masuk Repertorium
8. Renvoi
9. Editing
10. Pencetakan
11. Koreksi
13. Penjilidan
4. Penerapan
Suatu strategi yang baik akan menjadi tidak brharga jika strategi itu tidak diterapkan. Penerapan
strategi menghendaki penyesuaian harapan karyawan, penyusunan organsisasi, staffing, dan
membanguin kemampuan serta manajemen kemampuan terhadap strategi. Penerapan SDM bukanlah
perioritas kedua bagi manajemen. Strategi manajemen SDM adalah tanggung jawab utama yang
memberikan sumber daya utama dalam memberikan manfaat kompetitif terhadap perusahaan.
Ada dua konsep yang mendasari mengapa faktor individu perlu untuk di pelajari dan dipahami
sehubungan dengan manajemen perusahaan, khususnya dalam fungsi implementasi dan fungsi
pengarahan. Yang pertama adalah kontribusi, yaitu apa yang akan di berikan oleh individu bagi
organisasi seperti melakukan job desknya masing-masing contoh memasak untuk koki dan melayani
konsumen bagi pelayan. Kemudian yang kedua adalah Kompensasi, yaitu apa yang akan diberikan
oleh organisasi bagi individu seperti gaji/upah.
— Persepsi Selektif: proses penyeleksian informasi mengenai sesuatu yg kontradiksi dan tdk sesuai
dg persepsi awal yg kita yakini. Misal A dikenal sebagai pekerja yg baik. Suatu ketika kita menemui
dia bekerja kurang baik. Dalam hal ini kita melakukan justifikasi bhw hal tsb adalah bersifat
kasuistik semata.
— Stereotip: proses pelabelan thd seseorang berdasarkan suatu kejadian ttt yg dialami atau dilakukan
oleh seseorang tsb. Misalnya penilaian bahwa wanita itu lemah dan lelaki itu kuat. Penilaian ini
tidak selamanya benar.
Beberapa perilaku individu lainnya selain lima dimensi kepribadian yg diuraikan di muka,
adalah:
Locus of Control: Locus of Control atau lokus pengendalian yang merupakan kendali
individu atas pekerjaan mereka dan kepercayaan mereka terhadap keberhasilan diri. Lokus
pengendalian ini terbagi menjadi dua yaitu lokus pengendalian internal yang mencirikan
seseorang memiliki keyakinan bahwa mereka bertanggung jawab atas perilaku kerja mereka
di organisasi. Lokus pengendalian eksternal yang mencirikan individu yang mempercayai
bahwa perilaku kerja dan keberhasilan tugas mereka lebih dikarenakan faktor di luar diri yaitu
organisasi.
Self-eficacy: perilaku ini merujuk pada kepercayaan diri dari individu untuk dapat melakukan
sesuatu. Individu yg memiliki self-eficacy yg tinggi adalah individu yg memiliki keyakinan
utk mengerjakan berbagai hal, sebaliknya individu yg memiliki self-eficacy rendah adalah
individu yg seringkali meragukan kemampuan dirinya utk melakukan berbagai hal.
Authoritarianism: perilaku ini merujuk pd keyakinan individu akan peran tingkatan hierarki
dlm satu organisasi dan kaitannya dg kekuasaan dlm organisasi. Individu yg tk
authoritarianism nya tinggi beranggapan bhw jika perintah atau keputusan telah dikeluarkan
dari hierarki yg lebih tinggi, maka tdk ada alasan utk menolaknya. Sebaliknya individu dg
tk authoritarianism yg rendah beranggapan bhw kebenaran tdk selalu muncul berdasarkan tk
hierarki dlm sebuah organisasi, shg yg datang dari atas tdk serta merta harus diikuti.
Machiavellianism: Seorang individu yang macheavelianisme nya tinggi adalah pragmatis,
menjaga jarak emosional, dan yakin tujuan dapat menghalalkan segala cara..Orang-orang
yang macheavelianisme nya tinggi sering melakukan manipulasi , lebih suka menang, kurang
bisa dibujuk, dan membujuk lebih banyak orang lain dibandingkan dengan orang-orang yang
macheavelianisme rendah. Oleh karena itu, orang-orang yang macheavelianisme tinggi
sangat cocok ditempatka pada pekerjaan yang membutuhkan keterampilan tawar-menawar
atau yang menawarkan imbalan besar untuk menang. Orang-orang yg macheavelianisme
tinggi adalah orang yg tinggi rasionalitasnya, rendah tk loyalitas dan persahabatan, serta
menyukai utk melakukan kontrol thd orang lain. Orang-orang yg macheavelianisme rendah
cenderung memiliki tk emosional yg tinggi, rasionalitas yg rendah, menghargai persahabatan
dan loyalitas, serta kurang menyukai utk mengontrol orang lain.
Self-esteem: perilaku ini merujuk kpd sbh keyakinan dari seseorang atau individu bhw
dirinya layak utk mendapatkan penghargaan. Individu dg self esteem yg tinggi cenderung
berupaya utk mencari posisi yg tinggi dlm sbh organisasi, dan sebaliknya utk yg self-esteem
yg rendah.
Risk propensity: perilaku ini merujuk kpd kecenderungan individu dlm hal pengambilan
resiko dan menjawab tantangan. Individu yg risk propensity nya tinggi adl seorang risk taker
atau pengambil resiko. Individu yg Risk propensity nya rendah adalah seorang yg risk averser
atau penghindar resiko.
Persepsi Selektif: proses penyeleksian informasi mengenai sesuatu yg kontradiksi dan tdk
sesuai dg persepsi awal yg kita yakini. Misal A dikenal sebagai pekerja yg baik. Suatu ketika
kita menemui dia bekerja kurang baik. Dalam hal ini kita melakukan justifikasi bahwa hal
tersebut adalah bersifat kasuistik semata.
Stereotip: proses pelabelan thd seseorang berdasarkan suatu kejadian ttt yg dialami atau
dilakukan oleh seseorang tsb. Misalnya penilaian bahwa wanita itu lemah dan lelaki itu kuat.
Penilaian ini tidak selamanya benar.
6. Perilaku Individu dalam Organisasi: General Adaption Syndrome (GAS)
Griffin (2000) membagi individu dalam perilakunya terhadap stres menjadi 2 tipe, yaitu:
— Individu Bertipe A: adalah individu yg bersifat kompetitif dan sangat menyukai pekerjaan dan
sangat dapat mengatur pekerjaan dengan waktu yg tersedia sekalipun terbatas.
— Individu Bertipe B: adalah individu yg kurang memiliki sifat kompetitif, dan kurang menyukai
pekerjaan serta kurang terampil dlm mengatur pekerjaan dg waktu yg diberikan.
Tahap 3: “Exhaustion” yaitu tahap dimana individu mengalami indikasi lain sbg akibat dari
penyesuaian yg dilakukan pd tahap sebelumnya. Indikasi ini dpt lebih baik dri keadaan pd tahap 1
atau 2, atau sebaliknya ketika respon pd tahap 1 dan 2 tdk menyelesaikan masalah yg dialami pertama
kali pada tahap 1.
a. Tuntutan pekerjaan (task demands): berupa tuntutan tugas yg harus diselesaikan, misalnya
keputusan yg cepat, keputusan yg kritis, atau kurangnya informasi yg mendukung
penyelesaian pekerjaan.
b. Tuntutan fisik (physical demands): tekanan akibat keadaan fisik, misal temperatur yg tinggi,
kualitas ruangan yg buruk, atau kondisi fisik pekerja yg sedang sakit.
c. Tuntutan peran/fungsi (role demands): tekanan akibat adanya ambisi dari individu mengenai
sesuatu yg ingin dicapai .
d. Tuntutan interpersonal (interpersonal demands): terkait dg adanya tekanan yg muncul dari
rekan kerja, kelompok kerja, maupun adanya konflik personal dalam organisasi.
1. Tahap persiapan: berupa proses pendidikan/pelatihan dan pemberian informasi tertentu kpd
individu.
2. Tahap inkubasi: individu dikondisikan pd kondisi ttt yg memungkinkan dirinya utk
mendapatkan gagasan-gagasan baru mengenai sesuatu.
3. Tahap penemuan gagasan: pd tahap ini individu berhasil menemukan gagasan yg mungkin
akan memberikan manfaat perubahan bagi organisasi.
4. Tahap pengujian: merupakan tahap terakhir utk merealisasikan gagasan mengenai sesuatu.
BAB 12
Kembali ke faktor individu sebagai inti dari SDM yang dimiliki perusahaan, agar keragaman
individu dapat dikelola dengan baik, maka manajer perlu memahami bahwa dalam fungsi
pengarahan, kunci agar fungsi tersebut dapat berjalan dengan baik adalah terletak pada motivasi yang
dimiliki oleh setiap individu maupun kelompok dalam organisasi, kepemimpinan yang ditunjukkan
oleh manajer, serta pola komunikasi yang dibangun oleh manajer dengan seluruh anggota organisasi
atau tenaga kerja di perusahaan. Motivasi menjadi sesuatu yang penting untuk dipahami oleh para
manajer karena motivasi merupakan faktor pendorong mengapa individu atau SDM dalam organisasi
berperilaku dan bersikap dengan pola tertentu, termasuk juga terkait dengan kinerja yang ditunjukan
oleh individu tersebut. Kepemimpinan terkait dengan cara bagaimana manajer atau mereka yang
berada pada herarki yang lebih tinggi memperlakukan orang-orang atau tenaga kerja yang berada
pada herarki yang lebih rendah.
~Pengertian Motivasi
Menurut French dan Raven yang dikutip Stoner, Freeman dan Gilbert ( 1995 ), motivasi
adalah sesuatu yang mendorong seseorang untuk menunjukan perilaku tertentu.
Kinerja atau perilaku terbaik menurut Griffin (2000) ditentukan oleh 3 faktor : Motivasi
(keinginan melakukan sesuatu), Kemampuan (kapabilitas), Lingkungan pekerjaan (sumber daya dan
situasi).
Penentuan kebutuhan di
Evaluasi atas
masa yang akan datang
pemuasan kebutuhan
& pencarian bagi cara
pemenuhannya
~Terdapat 3 pendekatan mengenai Motivasi (Menurut Stoner ,Freeman dan gilbert .1995) :
Aktualisasi diri
penghargaan
Sosial
Keamanan
Fisik
Teori ini diperkenalkan oleh Abraham Maslow. Bahwa terdapat lima tingkatan
kebutuhan, yaitu seperti pada gambar diatas. Kebutuhan Fisik merupakan kebutuhan paling
dasar dari manusia yang akan memotivasi mereka untuk bekerja (Contoh: mendapatkan upah,
lingkungan pekerjaan yang nyaman, lokasi yang bersih dari polusi). Kebutuhan Keamanan
ini bukan sekedar untuk merasa aman dari berbagai gangguan fisik maupun mental, akan
tetapi juga perasaan aman akan ketidakpastian di masa yang akan datang (Contoh: rencana
pascapensiun dari pekerjaan, tunjangan di hari tua, dll). Kebutuhan Sosial ini yang akan
memotivasi tenaga kerja untuk berinteraksi dan diterima oleh lingkungan sosial (Contoh:
Perusahaan dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan bagi para pekerja untuk
berinteraksi satu sama lain dalam pekerjaannya secara lebih fleksibel dan terbuka).
Kebutuhan Penghargaan merupakan kebutuhan yang akan memotivasi tenaga kerja agar
dapat bekerja lebih baik, dengan hasil pencapaian yang akan menerima penghargaan bagi
tenaga kerja yang berprestasi. Kebutuhan Aktualisasi Diri ini dapat berupa adanya tuntutan
untuk pengembangan karier yang jelas, pekerjaan yang menantang, dll.
keahlia
n
Sema-
ngat
Upah Kerja
kerja insentif keras
penge-
tahuan
Dalam perspektif ini, jika seseorang mempunyai keahlian yang lebih unggul dari
orang lain, bekerja keras, memiliki kemampuan yang luas, serta memiliki etos semangat kerja
yang tinggi, orang tersebut akan mendapatkan penghargaan (job rewards) berupa upah,
insentif, dll.
“ bahwa motivasi seseorang dalam berperilaku dan bekerja sangat tergantung pada
berbagai pilihan penghargaan yang akan diperolehnya berdasarkan perilaku”.
Harapan atas penghargaan
Intrinsik Ekstrinsik
Perlakuan Respons
Stimulan Respons
yang selanjutnya
diterima
Kerangka pikir ini bermula dari adanya stimulan atau faktor pendorong bagi
seseorang untuk berbuat. Katakanlah adanya tugas yang dibebankan kepada pegawai.
Stimulan ini kemudian ditindaklanjuti melalui respons oleh pegawai dengan bekerja secara
cepat, giat, dan tepat sesuai dengan apa yang ditugaskan kepadanya. Jika kemudian pegawai
tersebut mendapatkan perlakuan positif sebagai akibat dari respons yang diberikan olehnya,
maka respons selanjutnya yang akan ditunjukkan mungkin positif. Katakanlah jika pegawai
tersebut mendapatkan pujian dan bonus akibat kinerja yang telah ditunjukknnya, maka sangat
mungkin respons berikutnya yang akan terjadi adalah bahwa pegawai tersebut akan bekerja
lebih baik.
~Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah proses dalam mengarahkan dan memengaruhi para anggota dalam
hal berbagai aktifitas dalam organisasi. Kepemimpinan terdiri dari 2 konsep, yaitu :
Manajemen Kepemimpinan
Adalah kelompok yang disusun oleh organisasi dengan tujuan untuk menjalankan berbagai
pekerjaan yang terkait dengan pencapaian tujuan organisasi.
3. penyelesaian konflik:
Dua pendekatan diatas merupakan sebagian upaya untuk menjadikan konflik sesuatu yang dapat
diterima secara alamiah, namun tetap harus diwaspadai agar konflik yang terjadi dapat diarahkan
kepada pencapai kinerja organisasi yang lebih baik. Untuk kasus seperti ini, maka konflik harus
dihadapi dan diseesaikan. Diantara program yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan dan
menghilangkan konflik, yaitu dengan melalui penghindaran konflik. Jika kita mengetahui bahwa
terdapat dua orang yang kalau dipertemukan akan terjdi konflik, maka salah satu upaya
penghindarannya adalah dengan memisahkan mereka dari bagian kerja yang sama, atau jika berada
dalam bagian yang sama mungkin dengan jalan membagi waktu kerja yang berbeda, dan seterusnya.
3.2. Komunikasi dalam Kelompok Kerja
Komunikasi dapat didefenisikan sebagai memberi atau tukar informasi, isyarat, atau pesan melalui
kata, gerakan badan atau tulisan. Defenisi ini menandakan bahwa komunikasi sebagai satu proses
sepihak. Tapi sebenarnya tidaklah begitu, komunikasi bukan hanya sekedar menyampaikan pesan.
Ini menyangkut interaksi antara dua insan atau lebih . agar komunikasi menjadi efektif, kedua pihak
harus terus menerus memberi dan menerima informasi baik lisan maupun tertulis.
Ada yang mengatakan bahwa dua pertiga waktu manajer terpakai untuk berkomunikasi. memberikan
informasi penuh kepada rekan-rekan kerjanya dan mendapatkan saling pengertian merupakan hal-
hal yang penting sekali, sehingga ada beberapa pihak yang menarik kesimpulan bahwa manajemen
adalah berkomunikasi. Akan tetapi sesungguhnya berkomunikasi hanya merupakan bagian dari
manajemen.
Fungsi komunikasi antara lain: Alat kontrol perilaku anggota dalam sebuah organisasi dalam
berbagai cara, motivasi kerja kru juga dapat ditingkatkan melalui komunikasi, berperan sebagai
media untuk mengungkapkan ekspresi emosional perasaan dan pemenuhan kebutuhan sosial, dan
komunikasi memfasilitasi pengambilan keputusan
PENGAWASAN
A. Pengertian Pengawasan
Dari segi manajerial, pengawasan mengandung makna sebagai pengamatan atas pelaksanaan
seluruh kegiatan unit organisasi yang diperiksa untuk menjamin agar seluruh pekerjaan yang sedang
dilaksanakan sesuai dengan rencana dan peraturan atau suatu usaha agar suatu pekerjaan dapat
dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan, dan dengan adanya pengawasan dapat
memperkecil timbulnya hambatan, sedangkan hambatan yang telah terjadi dapat segera diketahui
yang kemudian dapat dilakukan tindakan perbaikannya.
Sasaran pengawasan adalah temuan yang menyatakan terjadinya penyimpangan atas rencana
atau target. Sementara itu, tindakan yang dapat dilakukan adalah:
Pada dasarnya ada beberapa jenis pengawasan yang dapat dilakukan, yaitu:
Pengawasan intern adalah pengawasan yang dilakukan oleh orang atau badan yang ada di
dalam lingkungan unit organisasi yang bersangkutan. Pengawasan dalam bentuk ini dapat dilakukan
dengan cara pengawasan atasan langsung atau pengawasan melekat (built in control). Sebagai contoh
pengawasan yang dilakukan secara rutin oleh inspektorat jenderal pada setiap kementerian dan
inspektorat wilayah untuk setiap daerah yang ada di Indonesia.
Pengawasan ekstern adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh unit pengawasan yang berada
di luar unit organisasi yang diawasi. Dalam hal ini di Indonesia adalah Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK), yang merupakan lembaga tinggi negara yang terlepas dari pengaruh kekuasaan manapun.
Pengawasan represif adalah pengawasan yang dilakukan terhadap suatu kegiatan setelah
kegiatan itu dilakukan. Pengawasan model ini lazimnya dilakukan pada akhir tahun anggaran, di
mana anggaran yang telah ditentukan kemudian disampaikan laporannya. Setelah itu, dilakukan
pemeriksaan dan pengawasannya untuk mengetahui kemungkinan terjadinya penyimpangan.
B. Jenis-Jenis Pengendalian
Jenis-jenis pengendalian adalah sebagai berikut:
1. Pengendalian Karyawan (Personnel Control)
Pengendalian ini ditujukan kepada hal-hal yang ada hubungannya dengan kegiatan karyawan.
Misalnya apakah karyawan bekerja sesuai dengan rencana, perintah, tata kerja, disiplin, absensi, dan
sebagainya.
C. Tujuan Pengendalian
E. PENGERTIAN PRODUKTIVITAS
Produktifitas berkaitan erat dengan sistem produksi yaitu di mana faktor-faktor tenaga kerja,
modal/kapital berupa mesin, peralatan kerja, bahan baku, bangunan pabrik, dikelola dalam cara yang
terorganisir untuk mewujudkan barang/jasa secara efektif dan efisien. Proses produksi dinyatakan
sebagai serangkaian aktifitas yang diperlukan untuk mengolah atau mengubah sekumpulan input
menjadi sejumlah output yang memiliki nilai tambah. Dua faktor utama yang menentukan
produktifitas adalah:
1. Faktor teknis, yaitu faktor yang berhubungan dengan pemakaian dan penerapan secara lebih
baik, penerapan metode kerja yang lebih efektif dan efisien atau penggunaan bahan baku
yang lebih ekonomis.
2. Faktor manusia, yaitu faktor yang berpengaruh terhadap usaha-usaha yang dilakukan
manusia di dalam menyelesaikan pekerjaan yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya. Ada
dua hal pokok yang menentukan yaitu kemampuan kerja dari pekerja tersebut dan motivasi
kerja.
F. PENGUKURAN PRODUKTIVITAS.
Produktivitas adalah perbandingan antara output (barang dan jasa) dibagi input (sumber daya
seperti tenaga kerja dan modal). Ukuran produktivitas adalah satu cara yang baik untuk menilai
kemampuan sebuah Negara untuk dapat memperbaiki standar hidup rakyatnya.
Pengukuran produktivitas dapat dilakukan secara sederhana. Sebagai contoh berikut:
Produktivitas = Satuan yang diproduksi : Jam kerja yang dipakai
Perhitungan produktivitas membantu manajer menilai seberapa baik mereka bekerja tetapi
hasil dari keduanya ukurannya mungkin akan berbeda. Ukuran produktivitas multifactor menyajikan
informasi yang lebih baik mengenai pertukaran antarfaktor, tetapi terdapat beberapa masalah dalam
perhitungannya. Beberapa masalah ini adalah sebagai berikut :
1. Kualitas dapat berubah walaupun jumlah input dan output tetap.
2. Unsur eksternal dapat menyebabkan peningkatan atau penurunan produktivitas pada sistem
3. Kurang atau bahkan tidak ada satuan pengukuran yang akurat.
G. VARIABEL PRODUKTIVITAS
Peningkatan produktivitas bergantung pada tiga variabel produktivitas berikut.
1. Tenaga Kerja
Peningkatan kontribusi tenaga kerja pada produktivitas disebabkan oleh tenaga kerja yang
lebih sehat, lebih berpendidikan, dan bergizi baik. Berdasarkan sejarah, sekitar 10%
peningkatan produktivitas tahunan dikaitkan dengan adanya peningkatan kualitas tenaga
kerja.
2. Modal
Inflasi dan pajak meningkatkan biaya modal, serta membuat investasi menjadi mahal. Saat
modal yang diinvestasikan per pekerja menurun, produktivitas menurun. Manajer
menyesuaikan rencana investasi dengan perubahan-perubahan dalam biaya modal.
Berkonstribusi sekitar 38% dari peningkatan tahuanan.
3. Manajemen
Manajemen merupakan faktor produksi dan sumber daya ekonomi. Manajemen bertanggung
jawab memastikan tenaga kerja dan modal digunakan secara efektif untuk meningkatkan
produktivitas. Berkonstribusi sekiitar 52% dari peningkatan tahunan.
Aspek-aspek internal dan eksternal perusahaan dapat terbagi menjadi dua, yaitu data dan
informasi. Data adalah fakta atau gambaran mentah/kasar yang memiliki kaitan atau relasi terhadap
sebuah organisasi. Informasi adalah data yang telah diproses untuk kegunaan perencanaan dan
pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi, misalnya saja dalam organisasi bisnis.
Perbedaan antara data dan informasi disebabkan karena:
1. Data cenderung bersifat tidak spesifik, umum, dan belum tentu memiliki relasi yang
signifikan terhadap perencanaan dan pengambilan sebuah keputusan. Misalnya, data tentang
para pelanggan telepon. Bagi perusahaan jasa warung telepon (wartel) atau kios telepon
(kiospon) barangkali data ini akan lebih bermanfaat sekiranya telah diproses menjadi lebih
spesifik, misalnya data tentang para pelanggan telepon yang senantiasa melakukan interlokal
setiap bulannya di suatu kawasan tertentu bisa jadi merupakan ifnormasi yang dapat
dipandang sebagai peluang bisnis bagi perusahaan warung telepon yang biasanya
menyediakan tarif yang lebih murah bagi penggunaan interlokal dibandingkan jika pelanggan
harus menelepon dari rumah.
2. Data bisa digunakan untuk siapa saja (karena sifatnya yang umum), sedangkan informasi
cenderung data spesifik yang telah diproses untuk kepentingan perusahaan atau organisasi
saja. Seperti contoh di atas, daftar nama-nama pelanggan saja barangkali bermanfaat untuk
perusahaan wartel, tetapi bagi mereka yang sedang mencari nama bagi anaknya yang baru
lahir, barangkali bisa sedikit memberikan inspirasi dalam menentukan nama bagi anaknya.
Dapat dikatakan, data bagi sebuah perusahaan bisa jadi informasi bagi yang lainnya dan
sebaliknya informasi bagi sebuah perusahaan bisa jadi data bagi yang lainnya.
Syarat-syarat Informasi
Informasi dapat bermanfaat bagi perusahaan sekiranya memiliki syarat-syarat sebagai berikut:
1. Relevan
Sebuah data dikatakan sebagai informasi sekiranya memiliki relevansi terhadap apa yang hendak
dilakukan oleh organisasi atau perusahaan.
2. Akurat
Informasi yang tidak akurat dapat menimbulkan kesalahan fatal dalam pengambilan keputusan
manajemen.
Informasi yang tidak lengkap bisa menyebabkan para manajer hanya memfokuskan pada salah satu
aspek keputusan saja.
Professional
Dalam mengelola sumber daya manusianya usaha kecil juga perlu menempatkan orang-orang
yang sesuai dengan tempatnya. Jika perlu, orang-orang dapat dilatih agar dapat bekerja secara
professional. Jika usaha kecil dijalankan secara professional, akses dana dan akses pasar bagi usaha
kecil telah menunjukkan kemampuannya untuk mengelola bisnis sebagaimana usaha-usaha lainnya
yang berskala menengah dan besar.
Inovatif
Usaha kecil perlu mengembangkan pola inovatif dengan memunculkan berbagai ide baru
mengenai pengembangan usaha yang dijalankan oleh mereka. Hal ini utnuk memastikan agar usaha
tidak hanya dapat bertahan di tengah-tengah perubahan, akan tetapi dapat juga berkembang sesuai
dengan perubahan.
Kemampuan Adaptif
Manajemen usaha kecil juga perlu memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan
perubahan lingkungan. Adaptasi juga diperlukan usaha kecil dalam mengantisipasi berbagaai
perubahan yang terjadi secara internasional.
Jika keempat factor tersebut dimiliki usaha kecil dalam menjalankan manajemennya, maka
peluang usaha kecil untuk berhasil cukup besar dan kontribusinya terhadap pendapatan nasional
tentunya akan semakin signifikan dimasa-masa yang akan datang.