PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Organisasi memiliki sifat untuk selalu melakukan penyesuaian agar dapat bertahan dan mencapai
tujuannya. Hal ini berarti suatu organisasi harus mampu mengajak anggotanya untuk selalu
bersikap dengan cara-cara yang bermanfaat bagi organisasi misalnya bersikap adaptif terhadap
masalah di sekitar organisasi. Dalam sebuah organisasi cara yang bermanfaat ini dilaksanakan
dengan pengendalian kekuasaan. Sedang definisi kekuasaan adalah the ability to get someone to
do something you want done or the ability to make things happen in the way you want them to .
Dengan kata lain, usaha yang dilakukan dikendalikan oleh sebuah kekuasaan yang dimiliki oleh
pemimpin organisasi.
Garis kekuasaan kadang-kadang sangat tidak terlihat dalam organisasi, sehingga bawahan tidak
sadar bahwa mereka sesungguhnya sedang digunakan untuk mengejar keinginan dan maksud
orang lain. Apa yang menarik orang mencari kekuasaan? Kadang-kadang hal ini disebabkan
orang ingin memanipulasi atau mengendalikan orang lain dalam organisasi. Atau, ada juga orang
yang haus akan ketaatan dan kepatuhan dari orang lain untuk menuruti segala perintahnya. Atau
memiliki hasrat besar untuk selalu dicap berjasa. Bagi sebagian orang, situasi kerja merupakan
satu-satunya tempat dimana mereka dapat memperoleh dan menggunakan kekuasaan. Perebutan
kekuasaan dan basis kekuatan muncul dalam lingkungan kerja bila orang-orang dan kelompok-
kelompok berlomba untuk dapat mengendalikan perilaku orang dan kelompok lain. Dan bila
orang-orang atau kelompok-kelompok berinteraksi dalam suatu kontes kekuasaan, terciptalah
kemudian apa yang disebut dengan politik. Golongan mulai dibentuk dan dikembangkan, orang-
orang bersekutu dalam kelompok-kelompok formal, berkoalisi, mengadakan perjanjian-
perjanjian, di mana orang dan kelompok yang satu menang dan yang lain kalah. Penggunaan
kekuasaan dan politik dalam organisasi menentukan keberhasilan organisasi.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui penggunaan kekuasaan dan politik untuk mengelola suatu organisasi.
2. Untuk mengetahui kaitan antara organisasi, politik, dan kekuasaan dalam kasus Lapindo.
BAB II
PEMBAHASAN
Kekuasaan (power) adalah kemampuan yang dimiliki seseorang atau kelompok untuk
mempengaruhi individu lain ataupun kelompok lain. Kekuasaan yang dimiliki seseorang akan
menempatkan orang tersebut dalam suatu kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
orang lain yang dipengaruhinya. Pada umumnya kekuasaan akan menciptakan suatu hubungan
yang vertical dalam suatu organisasi. Kekuasaan juga akan menentukan siapa yang pantas dan
seharusnya mengambil keputusan (decision making) dalam suatu organisasi.
Teori yang dikemukakan oleh French dan Raven ini menyatakan bahwa kepemimpinan
bersumber pada kekuasaan dalam kelompok atau organisasi. Dengan kata lain, orang atau orang-
orang yang memiliki akses terhadap sumber kekuasaan dalam suatu kelompok atau organisasi
tertentu akan mengendalikan atau memimpin kelompok atau organisasi itu sendiri.
Adapun sumber kekuasaan itu sendiri ada tiga macam, yaitu kedudukan, kepribadian dan politik.
Kekuasaan yang Bersumber pada Kedudukan
Kekuasaan yang bersumber pada kedudukan terbagi ke dalam beberapa jenis:
Berbeda dari kepemimpinan yang bersumber pada kekuasaan karena kedudukan, kepemimpinan
yang bersumber pada kekuasaan karena kepribadian berawal dari sifat-sifat pribadi, yaitu sebagai
berikut.
Kekuasaan yang Bersumber pada Politik. Selanjutnya, kekuasaan yang bersumber pada politik
terdiri dari beberapa jenis.
1. Unsur Wewenang
Wewenang merupakan syaraf yang berfungsi sebagai pengerak dari pada kegiatan-kegiatan.
Wewenang yang bersifat infoemal untuk mendapatkan kerja sama yang baik dengan
bawahannya. Wewenang adalah kekuasaan resmi yang dimiliki seseorang untuk bertindak dan
memerintahkan orang lain, tanpa ada wewenang terhadap suatu pekerjaan janganlah
mengerjakan pekerjaan tersebut, karena tidak mempunyai dasar hukum untuk melakukannya.
Misalnya saja pada dunia kemiliteran, dimana pada dunia kemiliteran itu harus dan wajib
mematuhi atau mengikuti wewenang yang ada yaitu apabila ada atasannya harus hormat,
walaupun atasanya tidak mengunakan pakaian dinas.
Keuntungan dari adanya wewenang itu dapat terjadi proses untuk mempengaruhi perilaku lebih
cepat dan mudah, sedangkan kelemahannya itu karena adanya keterpaksaan, sehingga harus
mengikuti wewenang dari atasannya. Contoh wewenang dalam kehidupan sehari-hari : ketika
mahasiswa baru masuk kuliah di salah satu Universitas, pada suatu ketika saya mengikuti mata
kuliah yang membuat saya membingungkan. Kemudian dosen saya menyuruh mahasiswanya
untuk membuat tugas sebanyak 2 BAB dengan menggunakan bahasa inggris. Maka saya dan
mahasiswa lainnya terpaksa mengerjakan, karena mata kuuliah tersebut sangat penting.
3. Unsur manipulatif
Suatu perbuatan curang dengan cara membohongi atau melakukan dengan cara licik, agar dapat
mempengaruhi perilaku. Dalam manipulatif ini tidak akan terjadi proses mempengaruhi perilaku,
karena tidak terdapat paksaan. Biasanya batasan antara manipulasi dengan membantu itu sangat
tipis. Misalnya saja pada kehidupan sehari-hari :
Pada saat ujian nasional berlangsung, saya dan teman-teman merasakan kesusahan dalm
menjawab soal-soal yang diberikan oleh guru. Kemudian murid-murid mencari jawaban-jawaban
dari satu teman keteman lainnya, padahal aturan-aturan yang ada tidak dibolehkan untuk mencari
jawaban kepada temannya. Nah ketika itu saya ingin meminta jawaban kepada teman saya,
karena teman saya takut sama aturan-aturan yang ada, maka teman saya memanipulasikan
jawaban kepada saya dan teman-temannya.
4. Kerja sama
Suatu kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama dengan adanya kesepakatan dan tuganya
masing-masing. Didalam kerja sama itu tidak ada paksaan atau tekanan, melainkan kerja sama
dapat mempengaruhi perilaku seseorang.
Kelebihan dari kerja sama →
• Dapat mengambil tanggung jawab untuk orang yang diubah.
• Melihat suatu masalah lebih jelas dan mudah.
• Saling komunikasi, yaitu antara si A dengan si B.
• Dapat menerima alternative yang disepakati kedua belah pihak (keduanya berproses → saling
mendukung).
Contoh kerjasama dalam kehidupan sehari-hari :
Ketika pasca gempa terjadi, saya dan teman-teman lainnya ingin megadakan pengalangan dana
di setiap jalan dan ditempat keramaian. Kemudian saya membagi tugas-tugas kepada teman saya
misalnya saja ada yang ditugaskan untuk pengalanga dan di lampu merah, ada juga yang
tugasnya keliling ketempat-tempat mol, sekolah dan lain-lain. Nah contoh tersebut adalah salah
satu dari kerja sama dalam sebuah acara atau kegiatan.
2. Pengertian Politik
Politik adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain
berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara.[1] Pengertian ini merupakan
upaya penggabungan antara berbagai definisi yang berbeda mengenai hakikat politik yang
dikenal dalam ilmu politik.
Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara konstitusional maupun
nonkonstitusional.
Di samping itu politik juga dapat ditilik dari sudut pandang berbeda, yaitu antara lain:
• politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama (teori
klasik Aristoteles)
• politik adalah hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan negara
• politik merupakan kegiatan yang diarahkan untuk mendapatkan dan mempertahankan
kekuasaan di masyarakat
• politik adalah segala sesuatu tentang proses perumusan dan pelaksanaan kebijakan publik.
Dalam konteks memahami politik perlu dipahami beberapa kunci, antara lain: kekuasaan politik,
legitimasi, sistem politik, perilaku politik, partisipasi politik, proses politik, dan juga tidak kalah
pentingnya untuk mengetahui seluk beluk tentang partai politik.
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa politik adalah usaha untuk menekankan peraturan-
peraturan yang dapat diterima baik oleh sebagian besar orang, untuk membawa masyarakat
kearah kehidupan bersama yang lebih harmonis. Usaha mencapai the good life ini menyangkut
berbagai macam kegiatan yang antara lain menyangkut proses penentuan tujuan dari system,
serta cara-cara melaksanakan tujuan itu. Masyarakat mengambil keputusan mengenai apakah
yang menjadi tujuan dari system politik itu dan hal ini menyankut pilihan antara beberapa
alternative serta urutan prioritas dari tujuan-tujuan yang telah ditentukan itu.
Untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan umum (public policies) yang menyangkut pengaturan
dan alokasi (allocation) dari sumber daya alam. Perlu dimiliki kekuasaan (power) serta
wewenang (authority). Kekuasaan ini diperlukan baik untuk membina kerja sama maupun untuk
menyelesaikan konflik yang mungkin timbul dalam proses ini. Cara-cara yang dipakainya dapat
bersifat persuasi dan jika perlu bersifat paksaan. Tanpa paksaan, kebijakan ini hanya merupakan
perumusan keinginan belaka.
Akan tetapi kegiatan-kegiatan ini dapat menimbulkan konflik karena nilai-nilai (baik yang
materiil maupun yang mental) yang dikejar biasanya langka sifatnya. Di pihak lain, di Negara
demokrasi, kegiatan ini juga memerlukan kerja sama karena kehidupan manusia bersifat kolektif.
Dalam rangka ini politik pada dasarrnya dapat dilihat sebagai usaha penyelesaian konflik.
Tetapi tidak dapat disangkal bahwa dalam pelaksanaannya kegiatan politik, di samping segi-segi
yang baik, juga mencakup segi-segi negative. Hal ini disebabkan karena politik mencerminkan
tabiat manusia, baik nalurinya yang baik maupun nalurinya yang buruk. Perasaan manusia yang
beraneka ragam sifatnya, sangat mendalam dan sering saling bertentangan, mencakup rasa
cinta,benci, setia, bangga, malu dan amarah. Tidak heran jika dalam realitas sehari-hari kita
acapkali berhadapan dengan banyak kegiatan yang tidak terpuji. Singkatnya politik adalah
perebutan kuasa, takhta dan harta.
Joyce Mitchell, dalam bukunya Political Analysis and Public Policy mengatakan: “Politik adalah
pengambilan keputusan kolektif atau pembuatan kebijakan umum untuk masyarakat seluruhnya.
Harrold D Laswell dalam buku Who Gets What, When, How mengatakan “Politik adalah
masalah siapa mendapat apa, kapan dan bagaimana”
Roger F. Soltau, dalam bukunya Introduction to politics mengatakan: “Ilmu politik mempelajari
Negara, tujuan-tujuan Negara dan lembaga yang akan melaksanakan tujuan-tujuan itu, hubungan
antara Negara dengan warganya serta hubungan antarnegara.
W.A Robson dalam The University Teaching of Social Sciences, mengatakan :”Ilmu politik
mempelajari kekuasaan dalam masyarakat, yaitu sifat hakiki dasar, proses-proses, ruang lingkup
dan hasil-hasil. Fokus perhatian seorang sarjana politik tertuju pada perjuangan untuk
mempertahankan kekuasaan, melaksanakan kekuasaan atau pengaruh atas orang lain, atau
menentang pelaksanaan kekuasaan itu.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Penggunaan kekuasaan dan politik untuk mengelola suatu organisasi sangat menentukan arah
dari organisasi yang bersangkutan. Kekuasaan dapat bersumber pada kedudukan, kepribadian
dan bersumber pada politik. Kekuasaan diperlukan untuk menyelesaikan konflik tetapi dengan
cara yang bersifat persuasif atau bahkan memaksa agar permasalahan dapat terselesaikan.
DAFTAR PUSTAKA
http://rinoan.staff.uns.ac.id/files/2009/06/kekuasaan-politik-v-1.pdfru
John R. Schemerhorn, James G. Hunt, and Richard N. Osborn, Basic Organizational Behavior,
2nd edition, 1998, hlm 195
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, edisi Revisi, 2008, hlm 20