Anda di halaman 1dari 35

SKRIPSI

PERBANYAKAN MIKROBA Bacillus sp. DENGAN


MENGGUNAKAN BIOREAKTOR LIQUID STATE
FERMENTATION DAN APLIKASINYA
PADA BIBIT KELAPA SAWIT
(Elaeis guineensis Jacq.)

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV


TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN PERKEBUNAN
POLITEKNIK KELAPA SAWIT CITRA WIDYA EDUKASI
BEKASI
2022
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perbanyakan Mikroba


Bacillus sp. Dengan Menggunakan Bioreaktor Liquid State Fermentation Dan
Aplikasinya Pada Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah benar karya
saya dengan arahan dari komisi pemimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apapun kepada keperguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Politeknik
Kelapa Sawit Citra Widya Edukasi.

Bekasi, Desember 2022

Toni Purnawirawan
201914043

i
RINGKASAN

TONI PURNAWIRAWAN. Perbanyakan Mikroba Bacillus Sp. Dengan


Menggunakan Bioreaktor Liquid State Fermentation Dan Aplikasinya Pada
Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) dibimbing oleh ARIF RAVI
WIBOWOdan SYLVIA MADUSARY.

Pembibitan merupakan hal yang penting dan juga merupakan tahapan


yang berperan besar dalam pengembangan industri hulu hingga hilir di
perkebunan kelapa sawit. Penggunaan bibit yang berkualitas baik merupakan
faktor penentu yang mempengaruhi produktivitas perkebunan kelapa sawit.
Bacillus sp. dapat memiliki fungsi sebagai pemacu pertumbuhan bagi tanaman
karena bakteri tersebut mampu menghasilkan fitohormon atau hormon pemacu
pertumbuhan pada tanaman seperti IAA, GA3 dan sitokinin serta mampu
meningkatkan ketersediaan unsur hara bagi tanaman. Bioreaktor adalah alat atau
wadah yang dapat digunakan untuk membuat pupuk cair dengan menggunakan
bahan seperti. Bacillus sp, gula pasir, ragi dan air untuk menghasilkan mikroba
atau mikroorganisme. Penelitian ini dilakukan dalam 2 tahap pertama
perbanyakan Mikroba Bacillus sp. Dan aplikasi pupuk mikroba Bacillus sp pada
bibit kelapa sawit. Penelitian ini dilaksanakan di Lab Biologi Politeknik Kelapa
Sawit Citra Widya Eduksi dan Kebun Percobaan Cibuntu, Politeknik Kelapa
Sawit Citra Widya Eduksi pada bulan Januari 2023 hingga Mei 2023. Penelitian
ini menggunakan Rancangan acak lengkap ( RAL ) 1 faktor dengan perlakuan 6
perlakuan yaitu N ( Kontrol), S0 (pemberian pupuk NPK),S1 (Sampel Mikroba
1:50 incubasi 1 Minggu ), S2 (Sampel Mikroba 1:50 incubasi 2 Minggu ), S3
(Sampel Mikroba 1:100 incubasi 1 Minggu ), S4 (Sampel Mikroba 1:100
incubasi 2 Minggu ). Dengan masing masing perlakuan 3 kali ulangan dan setiap
ulangan terdiri dari 5 bibit kelapa sawit sehingga terdapat 90 unit satuan
percobaan. Dosis yang digunakan pada setiap bibit kelapa sawit 65 ml/pottray.
Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan pupuk cair mikroba Bacillus sp.
dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun
dan panjang akar.perlakuan terbaik pada parameter tinggi tanaman dari keempat
perlakuan mikroba bacillus sp. terdapat pada S4 (Mikroba Bacillus 1:100 masa
incubasi 2 M), pada parameter tinggi tanaman 19.14 cm, perlakuan terbaik untuk
parameter diameter batang terdapat pada perlakuan S1 (Mikroba Bacillus 1:50
masa incubasi 1 M) dengan diameter batang 8.25cm, perlakuan terbaik pada
parameter jumlah daun terdapat pada perlakuan S4 (Mikroba Bacillus 1:100 masa
incubasi 2 M). dengan jumlah daun 4.20 helai daun, dan perlakuan terbaik pada
parameter panjang akar terdapat pada perlakuan S3(Mikroba Bacillus 1:100 masa
incubasi 1 M) dengan panjang akar 18.93 cm .

Kata kunci : kelapa sawit, perbanyakan Bacillus sp, pembibitan.

ii
PERBANYAKAN MIKROBA Bacillus sp. DENGAN
MENGGUNAKAN BIOREAKTOR LIQUID STATE
FERMENTATION DAN APLIKASINYA
PADA BIBIT KELAPA SAWIT
(Elaeis guineensis Jacq.)

TONI PURNAWIRAWAN

SARJANA TERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN


PERKEBUNAN POLITEKNIK KELAPA SAWIT CITRA
WIDYA EDUKASI
BEKASI
2022

iii
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena yang
telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan.
Skripsi ini dengan judul “Perbanyakan mikroba Bacillus sp Dengan Menggunakan
Bioreaktor Liquid State Fermentation Dan Aplikasinya Pada Bibit Kelapa Sawit
(Elaeis guineensis Jacq.)”
Penyusun Proposal penelitian ini untuk memenuhi sebagian persyaratan
akademik untuk menyelesaikan pendidikan pada program Studi Diploma IV
Teknologi Produksi Tanaman Perkebunan Politeknik Kelapa Sawit Citra Widya
Edukasi Bekasi.
Penulis menyadari dalam menyusun Skripsi ini banyak mendapat dukungan,
bimbingan bantuan dan kemudian dari berbagai pihak sehingga proposal ini dapat
diselesaikan. Dengan ketulusan hati, penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada :

iv
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................iii
DAFTAR ISI..............................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................v
DAFTAR TABEL......................................................................................................vi
I. PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................1
1.2. Tujuan...............................................................................................................1
1.3. Hipotesis...........................................................................................................1
II TINJAUN PUSTAKA.............................................................................................2
2.1 Mikroba.............................................................................................................2
2.2 Bacillus sp.........................................................................................................2
2.3 Bioreaktor LSF..................................................................................................2
2.4 Pembibitan Pre Nursery....................................................................................3
III. METODOLOGI....................................................................................................4
3.1 Waktu dan tempat..............................................................................................4
3.2. Alat dan Bahan.................................................................................................4
3.3 Metode...............................................................................................................5
3.4 Prosedur Percobaan..........................................................................................7
3.5. Parameter pengamatan.....................................................................................9
3.6 Analisis hasil.....................................................................................................9
3.7 Anggaran penelitian..........................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................10

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Desain bioreaktor..............................................................................5

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kegiatan Percobaan Penelitian..............................................................5


Tabel 2.Perbanyakan Mikroba Dengan 2 Perbandingan.....................................6
Tabel 3. Rancangan Percobaan............................................................................7
Tabel 4. Anggaran Biaya Penelitian....................................................................10

vi
i
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bacillus sp. dapat memiliki fungsi sebagai pemacu pertumbuhan bagi
tanaman karena bakteri tersebut mampu menghasilkan fitohormon atau
hormon pemacu pertumbuhan pada tanaman seperti IAA, GA3 dan sitokinin
serta mampu meningkatkan ketersediaan unsur hara bagi tanaman (Gusmaini
et al., 2013). Bioreaktor adalah tabung reaktor yang berfungsi untuk mengolah
limbah organik melalui proses fermentasi menggunakan mikroorganisme. Dimana
pertumbuhan mikroorganisme terjadi dengan laju yang konstan dan kondisi
lingkungan yang stabil. Bacillus sp merupakan bakteri Gram positif bermanfaat bagi
tanaman yang banyak digunakan sebagai pupuk hayati, yang dapat diperbanyak
menggunakan bioreaktor. Bioreaktor adalah alat atau wadah yang dapat digunakan
untuk membuat pupuk cair dengan menggunakan bahan seperti. Bacillus sp, gula
pasir, ragi dan air untuk menghasilkan mikroba atau mikroorganisme.
Mikroba yang dapat memberikan nutrisi dan kesuburan pada tanaman
tersebut memunculkan istilah biofertilizer atau pupuk hayati. Hal ini dikarenakan
adanya mikroba yang hidup di dekat atau di permukaan atau di dalam tanaman,
dapat berfungsi sama dengan memberikan pupuk pada tanaman. Pembibitan
merupakan hal yang penting dan juga merupakan tahapan yang berperan besar
dalam pengembangan industri hulu hingga hilir di perkebunan kelapa sawit.
Penggunaan bibit yang berkualitas baik merupakan faktor penentu yang
mempengaruhi produktivitas perkebunan kelapa sawit. bibit merupakan hasil dari
proses pengadaan tanaman yang mempengaruhi pencapaian produksi dan usaha
perkebunan yang berkelanjutan (Afrizon, 2017). ). Namun demikian, aktivitas
pemeliharaan tanaman dan faktor eksternal, seperti faktor abiotik maupun biotik
media tanam dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Terjadinya interaksi
antar kelompok mikroba tersebut, kehidupannya saling mempengaruhi satu sama
lain, sehingga untuk lebih mendalami hal tersebut,mikroba yang bermanfaat dapat
dielaborasi. Hal ini untuk lebih memahami penerapan mikroba bermanfaat seperti
pupuk hayati di lapangan (Hidayat et al., 2018). Berdasarkan hal tersebut diatas,
maka penelitian ini bertujuan Mengembangkan mikroba Bacillus sp.
menggunakan bioreactor cair, menganalisis aplikasi bioreaktor cair dalam
mengelola mikroba Bacillus sp. dan menganalisis pertumbuhan bibit kelapa sawit
dengan pemberian pupuk cair mikroba.

1.2 Tujuan
Penelitian ini bertujuan Mengembangkan mikroba Bacillus sp.
menggunakan bioreactor cair, Menganalisis aplikasi bioreactor cair dalam
mengelola mikroba Bacillus sp. dan Menganalisis pertumbuhan bibit kelapa sawit
dengan pemberian pupuk cair mikroba.

1.3 Hipotesis
Pada penelitian ini perbanyakan mikroba menggunakan bacillus sp
berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit .

1
II TINJAUN PUSTAKA

2.1 Mikroba
Mikroba merupakan mikroorganisme yang unik dan menarik untuk
dipelajari kehidupannya karena materi genetiknya yang sederhana dan
perannya yang sangat besar dalam kehidupan manusia (Harahap et al., 2021).
Mikroba bersifat kosmopolitan di lingkungan. Mikroba merupakan komponen
penting dalam banyak ekosistem. Di habitat aslinya, mikroba hidup dalam
komunitas yang terdiri dari berbagai jenis mikroba bersama dengan spesies
lainnya. Dalam komunitas ini satu spesies mikroba dapat mempengaruhi
spesies lain dalam beberapa cara, beberapa di antaranya menguntungkan atau
merugikan. Mikroba mampu menyebabkan perubahan kimia pada berbagai
bahan, sehingga dapat dikatakan sebagai pabrik kimia mini. Jumlahnya yang
besar dan kemampuan kimianya yang beragam menyebabkan banyak proses
esensial terjadi di lingkungan alam, misalnya mikroba mampu membusuk,
merusak atau membusuk jaringan tanaman dan hewan yang mati. Bahan kimia
yang dihasilkan dalam proses ini digunakan sebagai nutrisi untuk organisme
lain. Organisme lain mensintesis senyawa nitrogen dari nitrogen atmosferik.
Jadi mikroba menghasilkan nutrisi esensial dari senyawa sederhana yang ada
di lingkungan alami untuk organisme lain (Ristiati, 2017). Mikroba
Azospirillium spp. memiliki kemampuan dalam fiksasi N, melarutkan fosfor
anorganik, dan membantu hara mudah tersedia bagi tanaman (Fukami et al.,
2018). Penggunaan pupuk organik diperkaya mikroba bertujuan untuk
meningkatkan kesuburan tanah, meningkatkan ketersediaan hara bagi
tanaman, serta dapat meningkatkan produktivitas dan mutu hasil tanaman
(Agus et al., 2014).

2.2 Bacillus sp
Bacillus sp merupakan bakteri Gram positif bermanfaat bagi tanaman yang
banyak digunakan sebagai pupuk hayati. Namun, relatif sedikit yang diketahui
mengenai proses molekuler yang mendasari kemampuan bakteri ini untuk menjajah
akar (Beauregard et al., 2013). Bacillus sp selain mampu menekan perkembangan
cendawan R. solani secara in vitro juga meningkatkan daya kecambah dan vigor
benih. Formula bakteri antagonis B. sp TM4 tidak berpengaruh negatif terhadap
perkecambahan biji bahkan mempengaruhi kemampuan Bacillus sp dalam
meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman (Muis et al., 2015). Genus Bacillus
dikenal sebagai salah satu genus bakteri yang memiliki kemampuan
untuk mengendalikan berbagai jenis fitopatogen pada tanaman
(Rohcmawati dan Trimulyono, 2020). Suhu optimum ini menunjukkan suhu
terbaik untuk pertumbuhan bakteri Bacillus sp. endofitik. Pertumbuhan yang
baik pada bakteri akan berdampak pada keberadaan populasi dari bakteri
Bacillus sp. endofitik di dalam jaringan tanaman yang suhunya berkisar
25ºC. Bakteri Bacillus sp. mempunyai sifat motil dan juga immotil. Spesies
Bacillus sp. yang bersifat motil adalah Bacillus subtilis dan Bacillus
thurgenensis. Bacillus subtilis dikatakan motil dikarenakan bakteri ini dapat
bergerak dengan adanya bantuan sekumpulan flagel yang menempel pada
2
kedua kutub selnya. (Puspita et al., 2017).

2.3 Bioreaktor LSF


Umumnya fermentor akan dianggap sama dengan bioreaktor. Bioreaktor
dapat didefinisikan secara luas sebagai bejana yang digunakan untuk memanfaatkan
aktivitas katalitik biologis untuk mencapai transformasi kimia yang diinginkan. sel.
Ini juga dapat diartikan sebagai perangkat rekayasa yang dirancang untuk
pertumbuhan optimal dan aktivitas metabolisme organisme melalui aksi biokatalis,
enzim, atau mikroorganisme dan sel hewan atau tumbuhan. Bahan baku dapat
berupa senyawa kimia organik atau anorganik atau bahkan bahan kimia kompleks
(Hidayat et al., 2017). Bioreaktor adalah alat yang digunakan untuk membantu
terjadinya aktivitas atau reaksi katalis yang berasal dari makhluk hidup. Bioproses,
baik fermentasi maupun proses lainnya, tentu membutuhkan bioreaktor untuk
berlangsungnya proses tersebut. Bioreaktor ini membutuhkan desain khusus
dibandingkan reaktor lainnya. Karena bioproses memiliki kinetika reaksi yang
berbeda dengan pertumbuhan sel atau mikroorganisme yang terlibat di dalamnya.
Sehingga diperlukan pemahaman yang mendalam tentang desain bioreaktor
(Istianah et al., 2018). Yang mempengaruhi pemilihan bioreaktor adalah bahan
fermentasi (berupa enzim atau sel hidup) dan kondisi lingkungan. Untuk setiap
reaksi metabolisme berlangsung, sel membutuhkan bahan sebagai sumber untuk
menghasilkan suatu produk. Bahan penyusun utama berupa protein yang dapat
berfungsi dalam lingkungan yang sesuai. Lingkungan yang optimal dapat dicapai
dengan menempatkan katalis dalam kendaraan yang disebut bioreaktor. Bioreaktor
menyediakan lingkungan fisik sehingga sel/biokatalis dapat berinteraksi dengan
lingkungan dan nutrisi yang dimasukkan ke dalamnya. Bioreaktor sebagai
kendaraan bioproses berperan penting dalam memanfaatkan reaksi biokimia yang
dilakukan oleh enzim atau sel (mikroba tumbuhan dan hewan) (Hidayat et al.,
2017). Fermentasi media Cair (Liquid State Fermentation) dapat diartikan sebagai
fermentasi yang melibatkan air sebagai fase kontinu dari sistem sel bersangkutan.
Pupuk organik cair yang terbuat dari hasil fermentasi ini mengandung unsur hara
ensensial yang baik untuk pertumbuhan tanaman. Selain itu, pupuk organik cair
dapat meningkatkan perkembangbiakan mikro organisme dalam tanah yang aktif
merombak dan melepaskan unsur hara dalam proses pelapukan, sehingga proses
dekomposisi akan menggabungkan butir-butir tanah yang lepas akan menyebabkan
daya serap air menjadi baik. Tanah yang padat akan menjadi gembur akibatnya akar
dapat menyerap unsur hara dengan baik, dengan demikian semakin baiknya sifat
dan biologi tanah sebagai media tumbuh tanaman akan semakin meningkat
pertumbuhan dan perkembangan tanaman ( Lestari et al., 2019 ).

2.4 Pembibitan Pre Nursery


Pembibitan merupakan proses untuk menumbuhkan dan mengembangkan
benih atau kecambah menjadi bibit yang siap untuk ditanam. Pemilihan bahan
tanam (bibit) kelapa sawit dan pemahaman terhadap sifat dan karakteristik bibit
merupakan faktor penting keberhasilan kegiatan budidaya tanaman kelapa sawit
(Sunarko,2014).Pembibitan kelapa sawit dua tahap terdiri dari masa pre nursery (3
bulan di polybag kecil) dan main nursery (8-9 bulan di polybag besar), umumnya
penanaman bibit pre nursery ditanam secara mendatar pada areal pembibitan yang
3
telah ditetapkan. Kegiatan perawatan yang penting dilakukan adalah penyiraman,
karena bibit kelapa sawit sangat membutuhkan ketersediaan air yang cukup pada
awal pertumbuhannya. Kebutuhan air pada bibit pre nursery berkisar antara 0,1 –
0,3 liter/hari, sedangkan bibit main nursery berkisar 1 – 3 liter/hari (Wibisono,
2014). Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas bibit di pre-nusery adalah
pemupukan. Persediaan hara yang tersimpan dalam biji kelapa sawit hanya cukup
sampai maksimal 3 minggu awal pertumbuhan bibit sehingga kebutuhan unsure
hara selanjutnya harus dipenuhi dengan pemupukan untuk mensuplai kebutuhan
hara yang dibutuhkan tanaman bibit kelapa sawit dan memperhatikan pemberian
pupuk. Salah satu pupuk yang dibutuhkan pada awal pertumbuhan bibit adalah
pupuk dengan kandungan Nitrogen. Fungsi nitrogen bagi tanaman adalah untuk
merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan baik daun maupun batang
karena nitrogen merupakan penyusun dari semua protein dan asam nukleat yang
berperan penting bagi tanaman itu sendiri (Pardamean,2017).

4
III. METODOLOGI

3.1 Waktu dan tempat


Penelitian ini din lakukan di laboratorium biologi dan akan di uji pada tanaman
bibit kelapa sawit di kebun himaprodi Teknologi Produksi Tanaman Perkebunan
Politeknik kelapa sawit Citra Widya Edukasi percobaan di lakukan pada bulan
Desember 2022 – Mei 2023.
Tabel 1. Kegiatan Percobaan Penelitian
januari Februari MARET APRIL MEI
Kegiatan M M M M M M M M M M M M M M M M M M M M
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Persiapan alat dan bahan

Perbanyakan mikroba
Bacillus sp menggunakan
bioreaktor LSF
Pengecekan dan
pengambilan
mikroba Bacillus sp
persiapan media tanam
dan penanaman bibit
kelapa sawit
pengaplikasian mikroba
Bacillus sp dan pupuk
NPK16/16 pada bibit
kelapa sawit
melakuan parameter
pengamatan

3.2.Alat dan Bahan


alat yang di gunakan pada penelitian ini yaitu bioreaktor yang sudah di
rancang, Mistar, jangka sorong dan Bahan yang digunakan: air,gula pasir
,ragi,Bacillussp.,bibit kelapa sawit.

5
Berdasarkan Gambar diatas Bioreaktor LSF merupakan tempat atau wadah
untuk menyediakan lingkungan steril dan terkontrol yang sesuai serta untuk
perkembangan atau pertumbuhan sel atau organisme dalam media seperti
pembuatan pupuk padat atau perbanyakan mikroba. Dari bagian-bagian Bioreaktor
LSF pada gambar diatas memiliki fungsi masing-masing ;
1. Gentong berfungsi tempat pembuatan mikroba atau pupuk padat yang akan
difermentasikan dalam waktu tertentu dengan kapasitas 120 Liter
2. Selang sebagai aliran air dari keran air dan filter,
3. Filter berfungsi penyaring air dari keran untuk menjernikan air dan menyerap
kotoran dari air keran tersebut dengan dua filter tersebut yaitu filter hitam untuk
menyerap kotoran atau kuman air dari keran sedangkan filter putih untuk
mengsterilkan air tersebut dan dialirkan ke gentong
4. Pipa terbagi dua yaitu tempat aliran air dari filter dan tempat keluarnya udara
dari dalam bioreaktor.
5. Keran air sebagai alat dari pembuatan mikroba
6. Mesin Blower sebagai airator

3.3 Metode
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan 2 tahap yaitu tahap pertama
perbanyakan mikroba Bacillus sp. dan tahap kedua pengaplikasian pupuk cair
mikroba pada bibit kelapa sawit.

3.3.1 Perbanyakan Mikroba Bacillus sp dengan Menggunakan Bioreaktor


Tahap pertama yaitu air dimasukan melalui saringan bioreaktor setelah itu
Bacillus sp di masukan sebanyak 100 gram , Menurut Jaka Widada, (2020) gula
pasir di tambahkan sebanyak 1 kg,dan ragi roti sebanyak 3 bungkus (15gram).
Perbandingan antara air dengan Bacillus sp yang di tambahakan dibuat dalam 2
perbandingan yang pertama 1:50 dan yang kedua 1:100. Waktu inkubasi di setiap
perbandingan adalah 1 minggu dan 2 minggu.
Tahap kedua Pemanenan mikroba dilakukan pada waktu 1 minggu dan 2
minggu, hasil panen mikroba di simpan di dalam kulkas dengan suhu (4 ֯ ) .Selama
masa incubasi mikroba sampel mikroba di ambil mulai dari 0 hari ,3 hari, 6 hari, 9
hari, 12 hari, dan 15 hari. Dapat dilihat pada tabel dibawah;

Tabel 2. Perbanyakan mikroba dengan 2 perbandingan


waktu Rassio
1 : 50 1 : 100
1 Minggu S1 S3
2 Minggu S2 S4

Keterangan :
S1 = Sampel Mikroba 1:50 dengan Waktu Minggu 1
S2 = Sampel Mikroba 1:50 dengan Waktu Minggu 2
S3 = Sampel Mikroba 1:100 dengan Waktu Minggu 1
S4 = Sampel Mikroba 1:100 dengan Waktu Minggu 2

6
Berdasarkan tabel tersebut di atas mikroba Bacillus sp yang di hasilkan
(S1,S2,S3,Dan S4) di aplikasikan pada bibit kelapa sawit pada fase
pembibitan awal ( Pre Nursery).

3.3.2 Pengaplikasian pupuk cair Bacillus sp.


Pengaplikasian pupuk Bacillus sp pada bibit kelapa sawit menggunakan
metode RAL (Rancangan Acak Lengkap) 1 faktor dengan 6 perlakuan yaitu N (
Kontrol), S0 (pemberian pupuk NPK),S1 (Sampel Mikroba 1:50 incubasi 1 Minggu
), S2 (Sampel Mikroba 1:50 incubasi 2 Minggu ), S3 (Sampel Mikroba 1:100
incubasi 1 Minggu ), S4 (Sampel Mikroba 1:100 selama 2 Minggu ). Dengan
masing masing perlakuan 3 kali ulangan dan setiap ulangan terdiri dari 5 bibit
kelapa sawit sehingga terdapat 90 unit satuan percobaan.Dosis yang digunakan pada
setiap bibit kelapa sawit 65 ml/pottray

Tabel 3. Rancagan Percobaan


Ulangan
Perlakuan
U1 U2 U3

N NU1 NU2 NU3


S0 S0U1 S0U2 S0U3
S1 S1U1 S1U2 S1U3
S2 S2U1 S2U2 S2U3
S3 S3U1 S3U2 S3U3
S4 S4U1 S4U2 S4U3
KETERANGAN :
N : Kontrol (tanpa perlakuan)
S0 : Tanah + pupuk npk
S1 : Sampel Mikroba 1:50 dengan Waktu Minggu 1
S2 : Sampel Mikroba 1:50 dengan Waktu Minggu 2
S3 : Sampel Mikroba 1:100 dengan Waktu Minggu 1
S4 : Sampel Mikroba 1:100 dengan Waktu Minggu 2

Dengan rumus :
Yijk = µ + αi + βi + (αβ) ij + €ijk
Yijk = Pengamatan faktor Mikroba taraf ke -I, Faktor Dosis taraf
Ke-j dan Ulangan ke-k.
µ = Rataan umum
αi = Pengaruh faktor jenis Mikroba dan pupuk pada taraf ke
N,S0,S1,S2,S3,S4
βi = Pengaruh faktor Dosis pada taraf ke mikroba dan pupuk
(αβ) ij = Interaksi antara jenis dan Dosis pada Faktor Mikroba dan
Pupuk
€ijk = Pengaruh galat pada faktor jenis Mikroba taraf ke -I, faktor
Dosis taraf k-j dan ulangan ke -k.

7
3.2.3 Analisis pertumbuhan Bacillus sp
Analisis pertumbuhan Bacillus sp pada bioreaktor di amati setiap 3 hari
selama 15 hari pengamatan di lakukan dengan cara mengambil 200 ml
sampel pupuk mikroba cair dan di analisis jumlah bacillus sp, total fungi
dan total bakteri Aerob analisis di lakukan di balai penelitian tanah.

3.4 Prosedur penelitian


3.4.1 Perbanyakan Mikroba
Persiapan alat bioreactor

Perakitan alat Bioreaktor

Persiapan bahan
Mikroba 100gram
Gula 1 kg
Ragi 15 gram

Perbanyakan mikroba Bacillus sp. 1:50


1 minggu dan 2 minggu

Pengambilan sampel mikroba di lakukan selama 15 dan pengambilan dilakukan per 3 hari sebanyak 200 ml

Sampel Sampel Sampel Sampel Sampel


Sampel ke 6
pertama hari pertama hari pertama hari pertama hari pertama hari
hari ke 15
ke 0 ke 3 ke 3 ke 3 ke 3

Analisis jumlah mikroba bacillus ,total


pungi dan total Bakteri Aerob

8
3.4.1 Perbanyakan Mikroba
Persiapan alat bioreactor

Perakitan alat Bioreaktor

Persiapan bahan
Mikroba 100 gram
Gula 1 kg
Ragi 15 gram

Perbanyakan mikroba Bacillus sp. 1:100


1 minggu dan 2 minggu

Pengambilan sampel mikroba di lakukan selama 15 dan pengambilan dilakukan per 3 hari sebanyak 200 ml

Sampel Sampel Sampel Sampel Sampel


Sampel ke 6
pertama hari pertama hari pertama hari pertama hari pertama hari
hari ke 15
ke 0 ke 3 ke 6 ke 9 ke 12

Analisis jumlah mikroba


bacillus ,total fungi dan total Bakteri
Aerob

9
3.4.2 Pengaplikasian Mikroba pada Bibit Kelapa Sawit

Persiapan Mikroba yang Telah dibuat

Persiapan Kecambah atau Bibit Kelapa Sawit dan Bahan


lainnya yaitu Pot Tray dan Tanah

Pengisian Tanah di Dalam Pot Tray dan penanaman


Kecamabah Sawit dengan Jumlah 90 Kecambah

Penyusunan Bibit Kelapa Sawit yang sudah ditanam ke


tempat tertutup atau greenhouse

Susunan bibit terbagi 6 Taraf yaitu N,S0,S1,S2,S3 dan


S4 dan ulangan 3 kali serta dalam ulangan tersebut
ada 5 bibit kelapa sawit yang sudah ditanam dalam
Pot Tray

Menentukan dosis perpotray dengan cara melakukan


pengenceran terlebih dahulu dengan pengenceran pupuk
NPK 2.25 gram di larutkan dengan air 975 ml dan
pengenceran mikroba Bacillus sp.150 ml di larutkan
dengan air 825 ml.pengenceran dilakukan berdasarkan
ph pada mikr0ba Bacillus sp aplikasi Pemberian pupuk
Mikroba pada Bibit Kelapa Sawit yang sudah disusun
Dari 6 taraf susunan dengan dosis 65 ml / pottray

Dosis :
N: kontrol (tanpa
perlakuan) S0: Pemberian
pupuk npk 65 ml/ pottray
S1: Mikroba 1:50 (1 minggu ) 65 ml/pottray
S2: Mikroba 1:50 (2 minggu) 65 ml/pottray
S3: Mikroba 1:100 (1 minggu) 65ml/pottray
S4: Mikroba 1:100 (2 minggu) 65ml/pottray

Pengamatan Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit


Tinggi Tanaman
Diameter Batang
Jumlah Daun
Panjang akar

10
3.5. Parameter pengamatan
Pengamatan aplikasi pupuk cair di lakukan selama 2 minggu pengamatan parameter
pada perbanyakan Bacillus sp dilakukan selama 15 hari sampel mikroba bacillus di
ambil di hari pertama dan terakhir sebanyak 200mml parameter yang dilakukan pada
penelitian ini terdiri dari 4 jenis yaitu, jumlah bakteri Aerob, jumlah Bacillus sp, total
fungi dan pH.
Parameter pengamatan pada saat aplikasi pupuk cair ada 4 jenis yaitu tinggi tanaman
,jumlah daun dan diameter batang dan panjang akar. Tinggi tanaman diukur mulai
dari titik0 (titik permulaan tumbuhnya batang klon dari batang bawah) sampai ke titik
tumbuh batang kecambah kelapa sawit. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan
meteren,. Pengukuran tinggi tanaman ini dilakukan 2 kali dalam satu bulan dan
pengamatan ini dilakukan selama 3 bulan. Pengamatan jumlah daun dengan cara
menghitung jumlah daun dalam proses pertumbuhan kecambah kelapa sawit selama 3
bulan.dan pengamatan Diameter batang diukur dengan menggunakan jangka sorong
pada ligkaran batang kecambah kelapa sawit setelah kecambah kelapa sawit umur 3
bulan.
Parameter yang diamati pada akar yaitu Panjang akar, Panjang akar di ukur dengan
menggunakan penggaris atau meteran pada akar bibit kelapa sawit. Dari setiap ulangan
diambil 2 sampel bibit kelapa sawit yang terbaik untuk di ukur panjang akarnya.
3.6 Analisis hasil
Data diolah dengan menentukan nilai rata-rata pada setiap perlakuan. Data
analisis statistik pada taraf 5% menggunakan software statistical tools STAR (Statistica
Tool For Agricultural Reasearch).
3.7 Anggaran penelitian
Tabel 4. Anggaran biaya penelitian
Nama Bahan Volume Satuan Unit(Rp) cost Jumlah (Rp)
Gula putih 4 Kg 14.000 56.000
Ragi 12 Gram 5.000 60.000
Kecambah 90 bibit 9000 810.000
kelapa sawit

Pengecekan 6 kali 150.000 900.00


mikroba

Jumlah 1.826.000

11
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS HASIL PERBANYAKAN MIKROBA


Perbanyakan mikroba Bacillus sp. dengan menggunakan bioreaktor di
lakukan dalam 4 perlakuan dengan 2 faktor yaitu rasio campuran (Bacillus sp.
100 gram, gula 1kg, ragi 15 gram dan 50 liter air dan 100 liter air.) dalam masa
incubasi 1 minggu dan 2 minggu perlakuan pertama rasio 1:50 dengan bahan
campuran Bacillus sp.100 gram, gula 1kg, ragi 15 gram dan 50 liter air dengan
masa incubasi 1 minggu, perlakuan kedua rasio 1:50 dengan bahan campuran
Bacillus sp.100 gram, gula 1kg, ragi 15 gram dan 50 liter air dengan masa
incubasi 2 minggu, perlakuan ketiga rasio 1:100 dengan bahan campuran
bacillus 100 gram, gula 1kg, ragi 15 gram dan 100 liter air dengan masa
incubasi 1 minggu, perlakuan ke empat rasio 1:100 dengan bahan campuran
Bacillus sp.100 gram, gula 1kg, ragi 15 gram dan 100 liter air dengan masa
incubasi 2 minggu. yang di analisis pada 4 perlakuan sampel yaitu 1:50 1
minggu hari pertama , 1:50 2 minggu hari terakhir, 1:100 1minggu hari pertama
dan 1:100 2 minggu hari terakhir . Dari 4 sampel perlakuan ini yang di analisis
ada 3 yaitu: total bakteri aerob, jumlah Bacillus sp, total fungi. analisis ini
menggunakan metode Total Plate Count (TPC). Metode TPC merupakan
metode untuk menghitung jumlah mikroba yang terdapat pada sampel makanan
dan produk hasil pertanian

4.1. Jumlah bakteri aerob


Hasil keseluruhan dari jumlah bakteri aerob yang hidup dalam
perbanyakan mikroba dengan menggunakan bioreaktor dengan perbandingan 1:
50 dan 1:100 yang di buat setelah masa incubasi dari 1 hari sampai 15 hari
adalah hari pertama 1:50 sebesar 1.03 x 10 9 cfu/ml dan hari ke 15 1:50 sebesar
1,11 x 108 cfu/ml. hari pertama 1:100 sebesar 9,39 x 105 cfu/ml dan hari ke 15
1:100 sebesar 5,05 x 108cfu/ml terlihat pada hasil 4 sampel analisis total bakteri
ini masing masing mengalami peningkatan dan penurunan. Dapat di lihat pada
tabel 5 dibawah ini:
Tabel 5. Analisis Total bakteri aerob 1:50
Perlakuan Analisis sampel
Parameter Satuan
Perbandingan Hari ke 1 Hari ke 15
Total bakteri 1 : 50 1,03x109 1,11x108
Aerob 1 : 100 9,39 x10 5
5,05 x 108 CFU /ML

Hasil analisis total bakteri aerob pada tabel di atas menunjukan bahwa
terjadinya penurunan jumlah bakteri aerob pada sampel 1:50 pada hari
pertama bakteri aerob yang hidup sebanyak 1,03 x 10 9 cfu /ml dan pada hari
terakhir hari ke 15 bakteri yang hidup sebanyak 1,11 x 10 8 cfu ml , artinya
jumlah bakteri aerob tersebut mengalami penurunan.
peningkatan terjadi pada sampel 1:100 yamg menunjukan hasil bahwa
pada hari pertama jumlah bakteri aerob yang hidup sebanyak 9,39 x 10 5 dan

12
pada hari ke 15 bakteri aerob yang hidup sebanyak 5,05 x108 cfu /ml, artinya
jumlah bakteri yang hidup mengalami peningkatan yang cukup sinigfikan.
4.2 Bacillus sp.
Hasil keseluruhan dari jumlah Bacillus sp yang hidup dalam perbanyakan
mikroba dengan menggunakan bioreactor dengan perbandingan 1: 50 dan 1:100
yang di buat setelah masa incubas dari hari pertama sampai 15 hari adalah 1:
50 hari pertama sebanyak < 10 cfu/ml dan hari ke 15 sebanyak 4,00 x 10 2
cfu/ml. hari pertama 1: 100 sebanyak < 10 cfu/ml dan hari ke 15 1:100
sebanyak 7,00 x 10 3 hasil dari 4 sampel ini menunjukan bahwa pada hari
pertama dan hari ke 15 Pada sampel 1:50 mengalami peningkatan jumlah
Bacillus yang awal nya <10 menjadi 4,00 x 10 2 dan pada sampel 1:100 hari
pertama dan hari ke 15 yang awal nya <10 menjadi 7,00 x 10 3 ,artiya 4 sampel
ini mengalami peningkatan jumlah hidup bacillus sp akan tetapi hasil ini belum
memenuhi syarat standar mutu yaitu sebesar ≥ 10 5 yang syaratkan kepmentan
N0.261/KPTS/SR310/M4/2019 . Menurut Putra, (2011) menyatakan bahwa
pada saat bakteri ini ditumbuhkan secara tunggal, tidak terjadi kompetisi dalam
hal nutrisi maupun ruang tumbuh, sehingga bakteri dapat tumbuh dengan
maksimal. Namun ketika ditumbuhkan secara bersamaan, baik Bacillus spp.
bersama dengan APS 7 maupun APS 9, terjadi kompetisi dalam memperoleh
nutrisi serta ruang hidup, sehingga pertumbuhan dan perkembangan bakteri ini
lebih terbatas. Tetapi kompetisi ini tidak bersifat antagonis karena bakteri masih
dapat tumbuh walaupun dalam kondisi yang terbatas sehingga hubungan antara
Bacillus spp. dan aktinomiset ini dapat dikatakan kompatibel. Dapat di dilihat
pada tabel di bawah ini :
Tabel 6. Analisis Jumlah Bacillus sp 1:50
Perlakuan Analisis sampel
Parameter Satuan
Perbandingan Hari ke 1 Hari ke 15
1 : 50 <10 4,00x102 CFU/ML
Bacillus sp. 3
1 : 100 <10 7,00x10
Note : Standar mutu berdasarkan kepmentan NO.261/KTPS/SR310/M4/2019

4.3 Total fungi


Hasil keseluruhan analisis total fungi yang hidup dalam perbanyakan mikroba
dengan menggunakan bioreaktor dengan perbandingan 1:50 dan 1:100 yang
dibuat setelah masa incubasi 15 hari 1: 50 sebesar < 10 cfu/ml dan 1:100
sebesar 4,86x 10 8 .dari kedua hasil analisis ini menunjukan bahwa jumlah total
fungi yang hidup dalam perbanyakan mikroba 1:50 tersebut hanya sedikit .
Sedangkan total fungi yang hidup dalam perbanyakan mikroba 1:100 sangat
banyak Dapat di lihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 7. Analisis total fungi 1:50
Parameter Perlakuan Sampel Hasil Satuan
Perbandingan hari analisis
Total 1:50 15 <10 CFU/ML
fungi 1:100 15 4,86 x10 8

13
4.4 pH
pH adalah parameter kimia yang menunjukan tingkat keasaman. Kondisi pH
sangat berperan terhadap pertumbuhan mikroorganisme terutama bakteri karena
kebasaan atau derajat keasaman akan berpengaruh terhadap aktivitas enzim
yang terdapat dalam sel bakteri Bacillus subtilis (Maretta,2019). Menurut Imron
dan purwanti (2016), Bacillus subtilis dapat hidup dengan pH berkisar antara 5-
9, Nilai pH pada media tumbuh bakteri akan mengalami penurunan karena
adanya aktifitas pertumbuhan bakteri. Namun, selanjutnya akan mengalami
peningkatan yang menunjukan pertumbuhan bakteri mulai optimun. Kenaikan
pH menunjukan pertumbuhan bakteri mendekati fase stasioner yang merupakan
fase bakteri mengalami pertumbuhan dan kematian yang seimbang. Dapat di
lihat pada Tabel di bawah ini :
Tabel 8. Hasil pengecekan pH
Hari pengecekan pH
Perlakuan
Parameter Hari Hari Hari Hari Hari Hari
perbandingan
ke 0 ke 3 ke 6 ke 9 ke 12 ke 15
1:50 5.5 5.1 5.1 4.2 4.1 3.9
pH
1:100 7.6 5.4 4.1 3.9 3.7 4.0

4.2 Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Morfologi


Pengaplikasian Pemberian mikroba bacillus sp. S1 (mikroba Bacillus sp.1:50
1 M). S2 (mikroba Bacillus sp.1:50 2 M). S3 (mikroba Bacillus sp.1:100 1 M).
S1 (mikroba Bacillus sp.1:100 2 M) dan pupuk npk 16/16 S0 di lakukan pada
saat tanaman berumur 3 MST. Berdasarkan hasil rekapitulasi sidik ragam pada
Tabel 9 dapat di lihat bahwa perlakuan S0 pada tanaman berumur 5, 7, dan 9
MST berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman dan pada tanaman
berumur 3, 11, dan 13 MST berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman.
Sedangkan pada parameter Diameter batang perlakuan S0 pada umur tanaman
3 sampai 13 MST berpengaruh sangat nyata. Begitu pun pada parameter jumlah
daun perlakuan S0 pada umur 3 sampai 13 MST berpengaruh sangat nyata. .
Perlakuan S0 pada parameter panjang akar tidak berpengaruh nyata. Perlakuan
S1 pada tanaman berumur 5, 7, dan 9 MST berpengaruh sangat nyata terhadap
tinggi tanaman dan pada tanaman berumur 3, 11, dan 13 MST berpengaruh
nyata terhadap tinggi tanaman. Sedangkan pada parameter Diameter batang
perlakuan S1 pada umur tanaman 3 sampai 13 MST berpengaruh sangat nyata.
Begitu pun pada parameter jumlah daun perlakuan S1 pada umur 3 sampai 13
MST berpengaruh sangat nyata. Perlakuan S1 pada parameter panjang akar
tidak berpengaruh nyata.
Perlakuan S2 pada tanaman berumur 5, 7, dan 9 MST berpengaruh sangat
nyata terhadap tinggi tanaman dan pada tanaman berumur 3, 11, dan 13 MST
berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman. Sedangkan pada parameter

14
Diameter batang perlakuan S2 pada umur tanaman 3 sampai 13 MST
berpengaruh sangat nyata. Begitu pun pada parameter jumlah daun perlakuan
S2 pada umur 3 sampai 13 MST berpengaruh sangat nyata. . Perlakuan S2 pada
parameter panjang akar tidak berpengaruh nyata. Perlakuan S3 pada tanaman
berumur 5, 7, dan 9 MST berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman
dan pada tanaman berumur 3, 11, dan 13 MST berpengaruh nyata terhadap
tinggi tanaman. Sedangkan pada parameter Diameter batang perlakuan S3 pada
umur tanaman 3 sampai 13 MST berpengaruh sangat nyata. Begitu pun pada
parameter jumlah daun perlakuan S3 pada umur 3 sampai 13 MST berpengaruh
sangat nyata. Perlakuan S3 pada parameter panjang akar tidak berpengaruh
nyata.
Perlakuan S4 pada tanaman berumur 5, 7, dan 9 MST berpengaruh sangat
nyata terhadap tinggi tanaman dan pada tanaman berumur 3, 11, dan 13 MST
berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman. Sedangkan pada parameter
Diameter batang perlakuan S4 pada umur tanaman 3 sampai 13 MST
berpengaruh sangat nyata. Begitu pun pada parameter jumlah daun perlakuan
S4 pada umur 3 sampai 13 MST berpengaruh sangat nyata. Perlakuan S4 pada
parameter panjang akar tidak berpengaruh nyata. Dapat dilihat pada Tabel 9 di
bawah ini.
Tabel 9. Rekapitulasi sidik ragam rata-rata tinggi tanaman, diameter batang,
jumlah daun, panjang akar tanaman kelapa sawit pada fase pre Nursery
dengan perlakuan S0 ( pupuk NPK 16/16), S1 ( 1: 50 1 Minggu ), S2
( 1: 50 2 Minggu ), S3 ( 1: 100 1 Minggu ) S4 ( 1: 100 2 Minggu ).
Pr> f
Peubah KK%
S0 S1 S2 S3 S4
Tinggi Tanaman 3 MST * * * * * 20.10
5 MST ** ** ** ** ** 11.67
7 MST ** ** ** ** ** 11.90
9 MST ** ** ** ** ** 9.94
11 MST * * * * * 14.13
13 MST * * * * * 13.12
Diameter batang 3 MST ** ** ** ** ** 8.83
5 MST ** ** ** ** ** 8.88
7 MST ** ** ** ** ** 9.14
9 MST ** ** ** ** ** 7.24
11 MST ** ** ** ** ** 13.12
13 MST ** ** ** ** ** 14.10
Jumlah Daun 3 MST ** ** ** ** ** 19.86
5 MST ** ** ** ** ** 17.79
7 MST ** ** ** ** ** 8.79
9 MST ** ** ** ** ** 10.61
11 MST ** ** ** ** ** 10.95
13 MST ** ** ** ** ** 12.62
Panjang akar 13 MST ** ** ** ** **
Keterangan : S0= ( pupuk NPK 16/16), S1= ( 1: 50 1 Minggu ), S2= ( 1: 50 2
Minggu ), S3= ( 1: 100 1 Minggu ), S4= ( 1: 100 2 Minggu ), (**)=

15
berbeda sangat nyata pada taraf 5%, (*)= berbeda nyata dengan taraf 5%,
(tn)= tidak berbeda nyata dengan taraf 5%, KK= Koefisien karagaman,
MST = minggu setelah tanam.

4.3 Analisis Morfologi Bibit Kelapa sawit pada fase pre nursery (PN)
4.3.1 Tinggi tanaman (cm)
Berdasarkan hasil pengamatan analisis sidik ragam menunjukan bahwa
semua perlakuan berpengaruh nyata terhadap rata rata tinggi bibit kelapa sawit
adalah 3,11,dan 13 MST. Sedangkan perlakuan berpengaruh sangat nyata
terhadap tinggi bibit kelapa sawit terjadi pada 5, 7 dan 9 MST. Sejalan dengan
penelitian Noor dan Melani (2022), aplikasi agens hayati Bacillus subtilis,
Pseudomonas fluorescens serta kombinasi Bacillus subtilis dan Pseudomonas
fluorescens berpengaruh nyata terhadap parameter pertumbuhan yaitu tinggi
tanaman ,jumlah daun, dan berat basah tanaman pada tanaman sawi hijau.
Menurut Sinulingga et al., ( 2015), Menyatakan bahwa Perlakuan pemberian
pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada 10 MST tanaman
kelapa sawit. dapat di lihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Pengaruh pemberian pupuk organik cair Mikroba Bacillus sp. Dan
pupuk NPK16/16 terhadap tinggi bibit kelapa sawit
Perlakua MST
n 3 5 7 9 11 13
N 2.54 b 5.46 b 7.95 b 10.42 b 12.65 a 13.78 c
S0 4.27 a 9.01 a 13.13 a 16.53 a 19.92 a 21.57 a
S1 4.90 a 8.52 a 12.46 a 14.05 a 16.19 ab 17.37 abc
S2 4.96 a 8.43 a 12.18 a 14.37 a 17.22 a 18.17 ab
S3 4.07 ab 7.97 a 11.48 a 14.15 a 15.98 ab 16.71 bc
S4 5.39 a 9.54 a 13.31 a 15.47 a 18.27 a 19.14 ab
Uji F * ** ** ** * *
KK % 20.10% 11.67% 11.90% 9.94% 14.13% 13.12%
Keterangan : MST (Minggu setelah tanam), N (kontrol), S0 ( Pupuk npk 16/16),
S1 (Bacillus 1:50 M1), S2 ( Bacillus 1:50 M2 ), S3(Bacillus 1:100M1), S4
(Bacillus 1:100 M2),* (berbeda nyata), **(berbeda sangat nyata), Angka –
angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata pada uji
Dunca’s Multiple Range Test(DMRT) pada taraf 5%
Berdasarkan data tabel 10.Perlakuan S4 pada 3 MST memiliki rata rata tinggi
bibit 5.39 cm, tidak berbeda nyata dengan perlakuan S0, S1dan S2. Namun
berbeda nyata terhadap perlakuan N (kontrol). perlakuan S4 pada 5 MST
memiliki rata-rata tinggi bibit 9.54 cm, tidak berbeda nyata dengan perlakuan
S0, S1, S2 dan S3.akan tetapi berbeda nyata terhadap perlakuan N
(kontrol ).Perlakuan S4 pada 7 MST memiliki rata-rata tinggi bibit 13.31 cm,
tidak berbeda nyata dengan perlakuan S0, S1, S2 dan S3.namun berbeda nyata
terhadap perlakuan N ( kontrol ). Kumar dan Rai (2017) Menyatakan bahwa
Bacillus sp. merupakan salah satu spesies bakteri pelarut fosfat. Menurut Borriss
(2015). Menyatakan bahwa Salah satu spesies Bacillus yang dapat meningkatkan

16
ketersediaan unsur hara nitrogen dan fosfat dalam tanah adalah B. subtilis, B.
amiloliquefaciens dan B. pumilus.
Perlakuan S0 pada 9 MST memiliki rata-rata tinggi bibit 16.19 cm, namun
tidak berbeda nyata dengan perlakuan , S1, S2, S3 dan S4, akan tetapi berbeda
nyata terhadap perlakuan N (kontrol ). Perlakuan S0 pada 11 MST memiliki rata-
rata tinggi bibit 19.92 cm, namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan N, S3
dan S4. Perlakuan S0 pada 13 MST memiliki rata-rata tinggi bibit 21.57 cm, dan
berbeda nyata terhadap perlakuan lain nya. Setelah 13 MST ( Minggu setelah
tanam ), hasil pengamatan laju pertumbuhan menunjukan bahwa di bandingkan
dengan perlakuan lain nya ,perlakuan S0 ( NPK 16/16 ).menunjukan bahwa hasil
rata-rata tinggi tanaman terbaik dengan tinggi tanaman 21.57 cm. Sejalan dengan
penelitian Mukhtaruddin et al., (2015 ), Pemberian pupuk NPK Mutiara nyata
meningkatkan pertumbuhan bibit kelapa sawit. Hal ini terjadi karena di dalam
pupuk Mutiara mengandung unsur hara N, P, dan K sehingga dapat berfungsi
sebagai sumber penyediaan hara bagi tanaman. Sedangkan pada 13 MST
perlakuan N (kontrol) tanpa di beri apapun menunjukan hasil pertumbuhan
tinggi tanaman paling rendah di bandingkan dengan perlakuan pemberian
mikroba Bacillus sp. sejalan dengan penelitian walpola et al., (2013). pada
tanaman tomat dengan inokulasi bakteri pelarut fosfat Bacillus sp dapat lebih
meningkatkan pertumbuhan tanaman berupa tinggi tanaman, panjang akar, dan
berat kering tunas. Akan tetapi, tidak ada perbedaan secara signifikan yang
ditemukan dengan tanaman tomat yang tidak diinokulasi dari bakteri tersebut.
Menurut Noor dan Melani (2020 ), ketersedian unsur hara juga sangat penting di
mana tanaman memerlukan keseimbangan unsur hara untuk menunjang
pertumbuhan tinggi tanaman. Salah satunya ketersedian unsur hara tersebut
dapat di peroleh dari agens hayati seperti Bacillus subtilis dan pseudomonas
fluorescens yang merupakan anggota PGPR yang berpungsi memproduksi
hormon, memacu pertumbuhan, dan merangsang pertumbuhan akar.
Manguntungi et al,. (2018) Bacillus berperan dalam memproduksi ZPT (Zat
Pengatur Tumbuh) yang berfungsi memacu pertumbuhan tanaman.
Grafik tinggi tanaman bibit kelapa sawit pada umur 3 – 13 MST pada setiap
perlakuan N (kontrol), S0 ( Pupuk npk 16/16), S1 (bacillus 1:50 M1), S2
( Bacillus1:50 M2 ), S3(Bacillus 1:100M1), S4 (Bacillus 1:100 M2) di sajikan
pada gambar 1.

17
25
Tinggi tanaman
20

15

10

0
3 MST 5 MST 7 MST 9 MST 11 MST 13 MST

N S0 S1 S2 S3
Gambar 1. Grafik Tinggi tanaman bibit kelapa sawit pada setiap perlakuan N (kontrol),
S0 ( Pupuk npk 16/16), S1 (bacillus 1:50 M1), S2 ( Bacillus 1:50 M2 ),
S3(Bacillus 1:100M1), S4 (Bacillus 1:100 M2)
Berdasarkan grafik gambar 1. Menunjukan bahwa hasil rata-rata
pertumbuhan tertinggi Tinggi tanaman bibit kelapa sawit mulai umur 3 – 7
MST perlakuan S4 lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan N (kontrol),
S0, (NPK 16/16) S1 (Bacillus 1:50 M1), S2 ( Bacillus 1:50 M2 ), S3(Bacillus 1:100
M1), Sejalan dengan penelitian Hutabarat et al. (2014), yang menyatakan
bahwa kemampuan Bacillus sp. dalam meningkatkan jumlah pelepah bibit
kelapa sawit berhubungan dengan kemampuannya dalam meningkatkan tinggi
bibit kelapa sawit. Bacillus sp. dapat memiliki fungsi sebagai pemacu
pertumbuhan bagi tanaman karena bakteri tersebut mampu menghasilkan
fitohormon atau hormon pemacu pertumbuhan pada tanaman seperti IAA, GA3
dan sitokinin serta mampu meningkatkan ketersediaan unsur hara bagi tanaman
(Gusmaini et al., 2013). Menurut subakti et al., (2021)Aplikasi Bacillus sp.
dapat meningkatkan tinggi tanaman kopi. Secara umum semakin tinggi
konsentrasi Bacillus sp. yang diaplikasikan maka akan semakin cepat
penambahan tinggi tanamannya. Namun pada 9 -13 MST pertumbuhan tinggi
tanaman pada perlakuan S0 menunjukan peningkatan lebih cepat dibandingkan
dengan perlakuan N (kontrol), S1 (Bacillus 1:50 M1), S2 ( Bacillus 1:50 M2 ),
S3(Bacillus 1:100 M1), dan S4 (Bacillus 1:100 M2).

4.3.2 Diameter batang


Berdasarkan hasil analisis ragam menunjukan bahwa Pemberian mikroba
bacillus dan pupuk NPK 16/16 berpengaruh sangat nyata terhadap Diameter
batang bibit kelapa sawit pada umur tanaman 3 sampai 13 Minggu Setelah
Tanam ( MST ). Sejalan dengan penelitian Rusmanida et al.,(2022) interaksi
antara pemberian dosis solidecenter dan konsorsium Bacillus spp. Memberikan
pengaruh yang sangat nyata terhadap diameter bonggol bibit kelapa sawit pada
tanah bekas tambang biji besi. Pengaruh pemberian Mikroba Bacillus sp dan
pupuk NPK 16/16 terhadap Diameter batang bibit kelapa sawit dapat di lihat

18
pada Tabel 11.
Tabel 11. Pengaruh pemberian pupuk organik cair Mikroba Bacillus sp. Dan
pupuk NPK16/16 terhadap diameter batang bibit kelapa sawit
perlakua MST
n 3 5 7 9 11 13
N 2.88 b 3.49 bc 3.69 c 5.46 c 5.49 c 6.27 b
S0 3.96 a 4.39 a 4.75 b 8.20 a 8.89 a 10.11 a
S1 3.77 a 4.21 a 4.91 b 7.25 b 7.56 ab 8.25 a
S2 2.82 b 3.45 bc 3.75 c 5.59 c 6.29 bc 6.92 b
S3 2.79 b 3.39 c 4.63 b 5.76 c 6.69 bc 6.74 b
S4 3.23 b 4.04 ab 5.77 a 6.67 b 7.29 ab 7.93 b
Uji F ** ** ** ** ** **
KK % 8.83% 8.88% 9.14% 7.24% 13.12% 14.10%
Keterangan : MST (Minggu setelah tanam), N (kontrol), S0 ( Pupuk npk 16/16),
S1 (bacillus 1:50 M1), S2 ( Bacillus 1:50 M2 ), S3(Bacillus
1:100M1), S4 (Bacillus 1:100 M2), Angka – angka yang diikuti
oleh huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata nyata pada uji
Dunca’s Multiple Range Test(DMRT) pada taraf 5%

Berdasarkan data tabel 11. Perlakuan S0 pada 3 MST memiliki rata-rata


diameter batang bibit kelapa sawit 3.96 cm, tidak berbeda nyata dengan
perlakuan S1 Namun berbeda nyata terhadap perlakuan N (kontrol), S2, S3, S4.
perlakuan S0 pada 5 MST memiliki rata-rata diameter batang bibit kelapa
sawit 4.39 cm, tidak berbeda nyata dengan perlakuan S1, Namun berbeda nyata
terhadap perlakuan N (kontrol), S2, S3, S4. Perlakuan S4 pada 7 MST memiliki
rata-rata diameter batang bibit kelapa sawit 5.77 cm, berbeda nyata terhadap
semua perlakuan N (kontrol ), S0, S1, S2 dan S3. Menurut Rusmanida et al.,
(2022) Menyatakan bahwa Pemberian Konsorsium Bacillus spp. berguna untuk
meningkatkan pertumbuhan tanaman terutama pada fase vegetative seperti
diameter bonggol bibit kelapa sawit.
Perlakuan S0 pada 9 MST memiliki rata-rata diameter batang bibit kelapa
sawit 8.20 cm, namun berbeda nyata dengan semua perlakuan N (Kontrol), S1,
S2, S3 dan S4. Perlakuan S0 pada 11 MST memiliki rata-rata diameter batang
bibit kelapa sawit 8.89 cm, namun berbeda nyata dengan perlakuan N
(Kontrol ), S1, S2, S3 dan S4. Perlakuan S0 pada 13 MST memiliki rata-rata
tinggi bibit 21.57 cm, berbeda nyata terhadap semua perlakuan lain nya.
Setelah 13 MST ( Minggu setelah tanam ), hasil pengamatan diameter batang
menunjukan bahwa di bandingkan perlakuan lain nya ,perlakuan S0 ( NPK
16/16 ). Menunjukan bahwa hasil rata-rata diameter batang terbaik dengan
diameter batang 10.11 cm. Dalimunthe et al. (2012), menyatakan bahwa unsur
N P K sangat berperan dalam mempercepat laju dan pertumbuhan pada
tanaman, dimana Nitrogen merupakan penyusun dari banyak senyawa
sedangkan Fosfor berfungsi untuk mempercepat perkembangan perakaran,
berperan dalam proses respirasi, sehingga mendorong laju pertumbuhan
tanaman diantaranya lilit batang.

19
Grafik Diameter Batang bibit kelapa sawit pada umur 3 – 13 MST pada setiap
perlakuan N (kontrol), S0 ( Pupuk npk 16/16), S1 (bacillus 1:50 M1), S2
( Bacillus1:50 M2 ), S3(Bacillus 1:100M1), S4 (Bacillus 1:100 M2) di sajikan
pada gambar 2
Gambar 2. Diameter batang bibit kelapa sawit pada setiap perlakuan N
(kontrol), S0 ( Pupuk npk 16/16), S1 (bacillus 1:50 M1), S2 ( Bacillus
1:50 M2 ), S3(Bacillus 1:100M1), S4 (Bacillus 1:100 M2)
Berdasarkan grafik gambar 2. Menunjukan bahwa hasil rata-rata tertinggi
diameter batang tanaman bibit kelapa sawit pada umur 3, 5, 9, 11,13 MST
perlakuan S0 lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan N (kontrol), S1
(Bacillus 1:50 M1), S2 ( Bacillus 1:50 M2 ), S3(Bacillus 1:100 M1) dan S4
( Bacillus sp 1: 100 2 M). Menurut lubis et al., (2020) dalam penelitiannya
menyatakan bahwa aplikasi pemberian pupuk NPK dapat meningkatkan
diameter batang, Hal ini diduga kondisi pertumbuhan tanaman yang sangat cepat
cenderung mengakibatkan tanaman menggunakan asimilat pertumbuhan
vegetatifnya. Namun pada 7 MST perlakuan pemberian mikroba Bacillus sp
terhadap bibit kelapa sawit khusus nya perlakuan S4 ( 1:100 2 M) menunjukan
respon yang cukup baik terhadap diamater batang tanaman bibit kelapa sawit di
bandingkan dengan perlakuan N (kontrol), S0 (NPK 16/16), S1 (Bacillus 1:50
M1), S2 ( Bacillus 1:50 M2 ) dan S3(Bacillus 1:100 M1). Menurut Puspita
(2018), bakteri Bacillus sp juga dapat berperan dalam mempercepat
pertumbuhan tanaman yaitu dengan menghasilkan hormon pengatur tumbuh IAA
yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman dengan parameter tinggi
tanaman, diameter batang, jumlah daun dan luas daun pada tanaman kakao.
Menurut khusna et al., (2016) Apabila tinggi dan jumlah daun bibit semakin
tinggi maka dia meter batang juga akan semakin besar.

4.3.3 Jumlah daun


Berdasarkan hasil analisis ragam menunjukan bahwa Pemberian mikroba
Bacillus sp dan pupuk NPK 16/16 pada semua perlakuan N (kontrol ), S0
( pupuk NPK 16/16), S1 ( mikroba Bacillus sp. 1:50 1 minggu ), S2 ( mikroba
Bacillus sp. 1:50 2 minggu ), S3 ( mikroba Bacillus sp. 1:100 1 minggu ), S4
( mikroba Bacillus sp. 1:100 2 minggu ),berpengaruh sangat nyata terhadap
jumlah daun bibit kelapa sawit pada umur 3 sampai 13 Minggu Setelah
Diameter Batang
12

10

0
3 MST 5 MST 7 MST 9 MST 11 MST 13 MST

N S0 S1 S2 S3 S4
20
Tanam ( MST ). Menurut hasil penelitian Hout et al., (2019) aplikasi pupuk
NPK berpengaruh sangat nyata terhadap parameter jumlah daun. Adanya
pengaruh yang sangat nyata terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit
dikarenakan unsur hara yang terkandung didalam pupuk tersebut sangat
diperlukan untuk proses pertumbuhan. Kandungan NPK dapat dengan mudah
diserap oleh tanaman namun jika diberikan dalam jumlah yang berlebihan tidak
baik untuk tanaman atau akan menghambat proses pertumbuhan. Menurut
khoiri, (2015) menyatakan bahwa pemberian beberapa formulasi Bacillus sp.
berpengaruh nyata terhadap pertambahan jumlah daun. Dalam penelitian
Sudiarti (2017) yang meneliti pengaruh biofertilizer terhadap pertumbuhan
tanaman kedelai. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pemberian biofertilizer
berpengaruh terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, berat akar,
panjang akar, dan jumlah bintil akar tanaman kedelai. Mikroorganisme yang
digunakan dalam penelitian tersebut adalah Rhizobium sp., Azotobacter sp.,
Azospirillum sp., Bacillus sp., Pseudomonas sp., Cellulomonas sp.,
Lactobacillus sp. dan Saccharomyces sp yang tergolong PGPR (Plant Growth
Promoting Rhizobacteria). M Pengaruh pemberian mikroba Bacillus sp dan
pupuk NPK 16/16 terhadap jumlah daun bibit kelapa sawit dapat di lihat pada
Tabel 12.
Tabel 12. Pengaruh pemberian pupuk organik cair Mikroba Bacillus sp. Dan
pupuk NPK16/16 terhadap jumlah daun bibit kelapa sawit
MST
Perlakuan
3 5 7 9 11 13
N 0.04 b 0.80 c 1.40 c 1.87 c 2.07 c 2.60 c
S0 0.87 a 1.60 ab 2.47 a 2.87 ab 3.67 a 4.47 a
S1 0.93 a 1.67 ab 2.20 ab 2.87 ab 3.07 ab 4.00 a
S2 0.93 a 1.80 ab 2.00 b 2.60 b 2.93 b 3.20 bc
S3 0.80 a 1.33 b 2.07 b 2.60 b 3.00 b 3.60 ab
S4 1.00 a 1.93a 2.33 ab 3.20 a 3.53 ab 4.20 a
Uji F ** ** ** ** ** **
KK% 19.86% 17.79% 8.79% 10.61% 10.95% 12.62%
Keterangan : MST (Minggu setelah tanam), N (kontrol), S0 ( Pupuk npk 16/16),
S1 (bacillus 1:50 M1), S2 ( Bacillus 1:50 M2 ), S3(Bacillus 1:100M1), S4
(Bacillus 1:100 M2), Angka – angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama
tidak berpengaruh nyata pada uji Dunca’s Multiple Range Test(DMRT) pada
taraf 5%
Berdasarkan data tabel 12. Perlakuan S4 pada 3 MST memiliki rata rata
jumlah daun bibit kelapa sawit 1.00 , tidak berbeda nyata dengan perlakuan S0,
S1, S2, S3, Namun berbeda nyata terhadap perlakuan N (kontrol). perlakuan S4
pada 5 MST memiliki rata-rata jumlah daun bibit kelapa sawit 1.93, berbeda
nyata Terhadap perlakuan N (Kontrol), S0, S1, S2, S3. Perlakuan S0 pada 7
MST memiliki rata-rata jumlah daun bibit kelapa sawit 2.47 , berbeda nyata
terhadap semua perlakuan N (kontrol ), S0, S1, S2 dan S3. Perlakuan S4 pada 9
MST memiliki rata-rata jumlah daun bibit kelapa sawit 3.20, berbeda nyata
terhadap semua perlakuan N (Kontrol), S0, S1, S2 dan S3. Perlakuan S0 pada

21
11 MST memiliki rata-rata jumlah daun bibit kelapa sawit 3.67, namun berbeda
nyata dengan perlakuan N (Kontrol ), S1, S2, S3 dan S4. Perlakuan S0 pada 13
MST memiliki rata-rata jumlah daun bibit kelapa sawit 4.47, tidak berbeda
nyata dengan perlakuan S1dan S4, namun berbeda nyata terhadap perlakuan N (
kontrol) , S2, dan S3. Setelah 13 MST ( Minggu setelah tanam ), hasil
pengamatan menunjukan bahwa di bandingkan dengan perlakuan lain
nya ,perlakuan S0 ( NPK 16/16 ).menunjukan hasil rata rata jumlah daun
terbaik dengan jumlah daun 4.47. Menurut Kasno dan anggria, (2016)
menyatakan bahwa pemupukan NPK baik tunggal maupun majemuk nyata
meningkatkan jumlah daun, Pemberian pupuk majemuk NPK 11-7-12 dengan
takaran 2,5 g/pohon nyata meningkatkan jumlah daun kelapa sawit
dibandingkan dengan kontrol (tanpa NPK), Hal ini menunjukkan bahwa
berdasarkan jumlah daun pupuk NPK efektif digunakan untuk pemupukan
pembibitan kelapa sawit.

Grafik Jumlah daun bibit kelapa sawit pada umur 3 – 13 MST pada setiap
perlakuan N (kontrol), S0 ( Pupuk npk 16/16), S1 (bacillus 1:50 M1), S2
( Bacillus1:50 M2 ), S3(Bacillus 1:100M1), S4 (Bacillus 1:100 M2) di sajikan
pada gambar 1
JUMLAH DAUN

5
4.5
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
3 MST 5 MST 7 MST 9 MST 11 MST 13 MST

N S0 S1 S2 S3 S4
Gambar 2. Jumlah daun bibit kelapa sawit pada setiap perlakuan N (kontrol), S0
( Pupuk npk 16/16), S1 (bacillus 1:50 M1), S2 ( Bacillus 1:50 M2 ),
S3(Bacillus 1:100M1), S4 (Bacillus 1:100 M2)

Berdasarkan grafik gambar 3. Menunjukan bahwa hasil rata-rata pertumbuhan


tertinggi jumlah daun bibit kelapa sawit mulai umur 3 , 5, 9 MST perlakuan S4
lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan N (kontrol), S0, (NPK 16/16) S1

22
(Bacillus 1:50 M1), S2 ( Bacillus 1:50 M2 ), S3(B acillus 1:100 M1. Menurut khusna
et al., (2016) Menyatakan bahwa Peningkatan jumlah daun diduga karena
Bacillus sp. endofit mampu memicu bibit untuk memproduksi hormon IAA
yang dapat memacu pertumbuhan bibit kelapa sawit. Selain itu, jumlah daun
juga berkaitan dengan tinggi bibit kelapa sawit, semakin tinggi tanaman maka
akan menghasilkan jumlah daun yang lebih banyak. Namun pada 7, 11, 13 MST
pertumbuhan jumlah daun tanaman pada perlakuan S0 menunjukan peningkatan
lebih cepat dibandingkan dengan perlakuan N (kontrol), S1 (Bacillus 1:50 M1),
S2 ( Bacillus 1:50 M2 ), S3(Bacillus 1:100 M1), dan S4 (Bacillus 1:100 M2).

4.3.4 Panjang Akar


Berdasarkan hasil analisis ragam menunjukan bahwa semua perlakuan
Pemberian mikroba Bacillus sp. dan pupuk NPK 16/16 berpengaruh sangat
nyata terhadap panjang akar bibit kelapa sawit dapat di lihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Panjang Akar
PERLAKUAN UJI KK
F
N S0 S1 S2 S3 S4
13.10 b 13.00 b 16.15 ab 18.68 a 18.93 a 18.50 a ** 12.40
Berdasarkan data tabel 11. Perlakuan S3 memiliki rata-rata panjang akar bibit
kelapa sawit 18.93 , tidak berbeda nyata dengan perlakuan S2 dan S4. Namun
berbeda nyata terhadap perlakuan N (kontrol) dan S0. Perlakuan tertinggi dari
keenam perlakuan pada parameter panjang akar terdapat pada perlakuan S3.
Puspita et al., (2013) menyatakan bahwa jumlah koloni Bacillus sp. pada
formulasi Bacillus sp dapat mengkolonisasi perakaran tanaman dan membantu
penyerapan unsur hara terutama N. Perkembangan akar yang baik berpengaruh
pada penyerapan unsur hara sehingga proses metabolisme dapat berjalan dengan
baik bibit kelapa sawit.

KESIMPULAN
1. Hasil penelitian ini menunjukan dalam perbanyakan mikroba Bacillus
sp. mengalami peningkatan jumlah Bacillus sp. Namun belum memenuhi
standar kepmentan yaitu ≥10 5 hal ini di duga terjadinya kompetisi antara
fungi dan bakteri lainnya dalam mendapatkan nutrisi serta faktor lain
seperti pH, kelembapan dan suhu ruangan.

23
2. pemberian pupuk cair mikroba Bacillus sp berpengaruh nyata terhadap
parameter pengamatan tinggi tanaman bibit kelapa sawit. berpengaruh
sangat nyata tehadap parameter pengamatan diameter batang, jumlah
daun, dan panjang akar.

SARAN
Penelitian selanjutnya perlu di laku

24
DAFTAR PUSTAKA

Afrizon. 2017. Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Dengan
Pemberian Pupuk Organik Dan Anorganik. AGRITEPA. 3(2): 95-105.
Asra, G., Simanungkalit, T., & Rahmawati, N. (2014). Respons pemberian kompos
tandan kosong Kelapa Sawit dan zeolit terhadap pertumbuhan bibit
Kelapa Sawit di Pre Nursery. AGROEKOTEKNOLOGI, 3(1).
Beauregard, P. B., Chai, Y., Vlamakis, H., Losick, R., & Kolter, R. (2013). Bacillus
subtilis biofilm induction by plant polysaccharides. Proceedings of the
National Academy of Sciences, 110(17), E1621-E1630.
Harahap, D. G. S., Noviantari, A., Hidana, R., Yanti, N. A., Nugroho, E. D.,
Nurdyansyah, F., ... & Estikomah, S. A. (2021). Dasar-dasar
mikrobiologi dan penerapannya. Penerbit Widina.
Lubis, B. H. (2020). PENGARUH PEMBERIAN PUPUK NPK DAN PUPUK
ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT
(Elaeis gueneensis Jacq) DI PRENURSERY. JURNAL
AGROTEKDA, 2(2), 46-54.
Hidayat, N. (2018). Mikroorganisme dan pemanfaatannya. Universitas Brawijaya
Press.
Hout, W., Swandari, T., & Mardu, R. (2019). PENGARUH PUPUK ORGANIK CAIR
DAN PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA
SAWIT DI PRENURSERY. JURNAL AGROMAST, 4(1).
Hidayat, N., Meitiniarti, I., Setyahadi, S., Pato, U., Susanti, E., Padaga, M. C., ... &
Purwandari, U. (2018). Mikrobiologi Industri Pertanian. Universitas
Brawijaya Press.
Istianah, N., Wardani, A. K., & Sriherfyna, F. H. (2018). Teknologi Bioproses.
Universitas Brawijaya Press.
Imron, M. F dan I.F. Purwanti. 2016. Uji Kemampuan bakteri azotobacter S8 dan
Bacillus Subtilis untuk Menyisihkan Trivalent Chromium (Cr3+) pada
limbah cair. Jurnal Teknik ITS. 5(1) : 4-10.
Muis A, Djaenuddin N, Nonci N. 2015. Evaluasi lima jenis inert carrier dan formulasi
Bacillus subtilis untuk pengendalian hawar pelepah jagung (Rhizoctonia
solani Kuhn). J HPT Tropika. 15(2):164–169.

Khoiri, M. A., Puspita, F., & Rumapea, D. S. Uji Formulasi Pupuk Hayati Tepung
Berbahan Aktif Bacillus sp. pada Bibit Karet (Hevea brasiliensis) Stum
Mini. Jurnal Agroteknologi Tropika, 4(2), 70-75.
Soccol, C. R., da Costa, E. S. F., Letti, L. A. J., Karp, S. G., Woiciechowski, A. L., &
25
de Souza Vandenberghe, L. P. (2017). Recent developments and
innovations in solid state fermentation. Biotechnology Research and
Innovation, 1(1), 52-71.
Lestari, P. I., Arif, W. P., & Murti, W. (2019). Pemberdayaan Kelompok Wanita Tani
dan Usaha Dagang dalam Pengembangan Liquid State Fermentation di
Kecamatan Bantimurung. Celebes Abdimas: Jurnal Pengabdian Kepada
Masyarakat, 1(1), 53-61.
Sunarko, 2014. Budidaya Kelapa Sawit di Berbagai Jenis Lahan. PT Agromedia
Pustaka. Jakarta Selatan
Pardamean, Maruli. 2017. Kupas Tuntas Agribisnis Kelapa Sawit. Cibubur:Penebar
Swadaya.
Rochmawati, Z. N., & Trimulyono, G. (2020). Uji Antagonis Bacillus subtilis dan
Bacillus megaterium terhadap Pertumbuhan Cercospora sp yang
Diisolasi dari Nepenthes sp. LenteraBio: Berkala Ilmiah Biologi, 9(3),
204-210.
Fukami, J., P. Cerezini, M. Hungria. 2018. Azospirillum: benefits that go far
beyond biological nitrogen fixation. Appl. Microbiol. Biotechnol.
Express 8:1-12.
Noor, S., & Melani, D. (2022). Pengaruh lama perendaman dan aplikasi agens hayati
Bacillus subtilis dan Pseudomanas fluorescens terhadap pertumbuhan
benih tanaman sawi hijau (Brassica juncea L.). AGROMIX, 13(2), 235-
241.
Manguntungi, B., Al Azhar, R. A. A. M., & Aprilian, K. E. P. T. (2018). Endonesia
(Endophyte for Indonesia): Biofertilizer Berbasis Mikroba Endofit guna
Meningkatkan Kualitas Pembibitan Budidaya Kelapa Sawit (Elaeis
guineensis) di Indonesia. Biota: Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati, 44-52.
Agus, C., E. Faridah, D. Wulandari, B.H. Purwanti. 2014. Peran mikroba starter
dalam dekomposisi kotoran ternak dan perbaikan kualitas pupuk
kandang. J. Manusia Lingkungan. 21:179-187.
Puspita, F., Ali, M., & Pratama, R. (2017). Isolasi dan karakterisasi morfologi dan
fisiologi bakteri Bacillus sp. endofitik dari tanaman kelapa sawit (Elaeis
guineensis Jacq.). Jurnal Agroteknologi Tropika, 6(2), 44-49..
Kumar A, Rai LC. 2017. Soil organic carbon and availability of soil phosphorus
regulate abundance of culturable phosphate solubilizing bacteria in
paddy fields of the IndoGangetic Plain. Pedosphere. (in press)
Borriss R. 2015. Bacillus, a Plant Beneficial Bacterium. p 379- 391. In Lugtenberg B
(Ed). Principles of Plant-Microbe Interactions. Microbes for
Sustainable Agriculture. Springer Publishing., Switzerland
Walpola, Buddhi dan Yoon, Min-Ho 2013. Isolation and Characterizes of Phospate
Solubizing Bacteria and Their CoInoculation Efficiency on Tomato
Plant Growth and Phosporus Uptake African Journal of Microbiology
Research Vol. 7(3), pp. 266-275
Hutabarat, R., F. Puspita, M. A. Khoiri. 2014. Uji formulasi pupuk organik cair
26
berbahan aktif Bacillus sp. pada pembibitan utama kelapa sawit (Elaeis
guineensis Jacq.). J. Online Mahasiswa Faperta Univ. Riau. 1:1- 8
Gusmaini, Sandra, A. A., Abdul, M., Didy, S., & Nurliani, B. 2013. Potensi bakteri
endofit dalam upaya meningkatkan pertumbuhan, produksi dan
kandungan andrografolid pada tanaman sambiloto. Jurnal Littri. Vol 19
(4) Hal. 167-177.
Puspita, F., Sukemi, I, S & Jenny, M. 2018. Uji beberapa konsentrasi bakteri Bacillus
sp. endofit untuk meningkatkan pertumbuhan bibit kakao (Theobroma
cacao L.). Jurnal Agron Indonesia. Vol 46 (3) Hal. 322-327
Subakti, B., Rosyady, M. G., & Setiyono, S. Pengaruh Aplikasi Bacillus SP. terhadap
Pertumbuhan TBM 1 Beberapa Klon Kopi Robusta (Coffea Canephora
Pierre) (Doctoral dissertation, Sebelas Maret University).
Rusmanida, R. (2022). APLIKASI KONSORSIUM Bacillus spp. DAN SOLID
DECANTER UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN BIBIT
KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PRE NURSERY PADA
TANAH BEKAS TAMBANG BIJI BESI (Doctoral dissertation,
Universitas Andalas).
Dalimunthe, A.A., Ardian dan M.A. Khoiri. 2012. Aplikasi Pupuk Mejemuk Pada
Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Lahan Gambut
Fakultas Pertanian Rimbo Panjang Kabupaten Kampar. Fakultas
Pertanian Universitas Riau. Riau
Khusna, N. H. S., Puspita, F., & Nelvia, N. (2016). RESPON BIBIT KELAPA
SAWIT YANG TERSERANG Ganoderma sp. TERHADAP APLIKASI
PUPUK KALIUM DAN Bacillus sp. ENDOFIT. DINAMIKA
PERTANIAN, 32(3), 179-188.
Kasno, A., & Anggria, L. (2016). Peningkatan Pertumbuhan Kelapa Sawit Di
Pembibitan Dengan Pemupukan Npk/Increasing Growth of Oil Palm
Seedling with Npk Fertilization.

27

Anda mungkin juga menyukai