Toni Purnawirawan
201914043
i
RINGKASAN
ii
PERBANYAKAN MIKROBA Bacillus sp. DENGAN
MENGGUNAKAN BIOREAKTOR LIQUID STATE
FERMENTATION DAN APLIKASINYA
PADA BIBIT KELAPA SAWIT
(Elaeis guineensis Jacq.)
TONI PURNAWIRAWAN
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena yang
telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan.
Skripsi ini dengan judul “Perbanyakan mikroba Bacillus sp Dengan Menggunakan
Bioreaktor Liquid State Fermentation Dan Aplikasinya Pada Bibit Kelapa Sawit
(Elaeis guineensis Jacq.)”
Penyusun Proposal penelitian ini untuk memenuhi sebagian persyaratan
akademik untuk menyelesaikan pendidikan pada program Studi Diploma IV
Teknologi Produksi Tanaman Perkebunan Politeknik Kelapa Sawit Citra Widya
Edukasi Bekasi.
Penulis menyadari dalam menyusun Skripsi ini banyak mendapat dukungan,
bimbingan bantuan dan kemudian dari berbagai pihak sehingga proposal ini dapat
diselesaikan. Dengan ketulusan hati, penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada :
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................iii
DAFTAR ISI..............................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................v
DAFTAR TABEL......................................................................................................vi
I. PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................1
1.2. Tujuan...............................................................................................................1
1.3. Hipotesis...........................................................................................................1
II TINJAUN PUSTAKA.............................................................................................2
2.1 Mikroba.............................................................................................................2
2.2 Bacillus sp.........................................................................................................2
2.3 Bioreaktor LSF..................................................................................................2
2.4 Pembibitan Pre Nursery....................................................................................3
III. METODOLOGI....................................................................................................4
3.1 Waktu dan tempat..............................................................................................4
3.2. Alat dan Bahan.................................................................................................4
3.3 Metode...............................................................................................................5
3.4 Prosedur Percobaan..........................................................................................7
3.5. Parameter pengamatan.....................................................................................9
3.6 Analisis hasil.....................................................................................................9
3.7 Anggaran penelitian..........................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................10
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR TABEL
vi
i
I. PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Penelitian ini bertujuan Mengembangkan mikroba Bacillus sp.
menggunakan bioreactor cair, Menganalisis aplikasi bioreactor cair dalam
mengelola mikroba Bacillus sp. dan Menganalisis pertumbuhan bibit kelapa sawit
dengan pemberian pupuk cair mikroba.
1.3 Hipotesis
Pada penelitian ini perbanyakan mikroba menggunakan bacillus sp
berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit .
1
II TINJAUN PUSTAKA
2.1 Mikroba
Mikroba merupakan mikroorganisme yang unik dan menarik untuk
dipelajari kehidupannya karena materi genetiknya yang sederhana dan
perannya yang sangat besar dalam kehidupan manusia (Harahap et al., 2021).
Mikroba bersifat kosmopolitan di lingkungan. Mikroba merupakan komponen
penting dalam banyak ekosistem. Di habitat aslinya, mikroba hidup dalam
komunitas yang terdiri dari berbagai jenis mikroba bersama dengan spesies
lainnya. Dalam komunitas ini satu spesies mikroba dapat mempengaruhi
spesies lain dalam beberapa cara, beberapa di antaranya menguntungkan atau
merugikan. Mikroba mampu menyebabkan perubahan kimia pada berbagai
bahan, sehingga dapat dikatakan sebagai pabrik kimia mini. Jumlahnya yang
besar dan kemampuan kimianya yang beragam menyebabkan banyak proses
esensial terjadi di lingkungan alam, misalnya mikroba mampu membusuk,
merusak atau membusuk jaringan tanaman dan hewan yang mati. Bahan kimia
yang dihasilkan dalam proses ini digunakan sebagai nutrisi untuk organisme
lain. Organisme lain mensintesis senyawa nitrogen dari nitrogen atmosferik.
Jadi mikroba menghasilkan nutrisi esensial dari senyawa sederhana yang ada
di lingkungan alami untuk organisme lain (Ristiati, 2017). Mikroba
Azospirillium spp. memiliki kemampuan dalam fiksasi N, melarutkan fosfor
anorganik, dan membantu hara mudah tersedia bagi tanaman (Fukami et al.,
2018). Penggunaan pupuk organik diperkaya mikroba bertujuan untuk
meningkatkan kesuburan tanah, meningkatkan ketersediaan hara bagi
tanaman, serta dapat meningkatkan produktivitas dan mutu hasil tanaman
(Agus et al., 2014).
2.2 Bacillus sp
Bacillus sp merupakan bakteri Gram positif bermanfaat bagi tanaman yang
banyak digunakan sebagai pupuk hayati. Namun, relatif sedikit yang diketahui
mengenai proses molekuler yang mendasari kemampuan bakteri ini untuk menjajah
akar (Beauregard et al., 2013). Bacillus sp selain mampu menekan perkembangan
cendawan R. solani secara in vitro juga meningkatkan daya kecambah dan vigor
benih. Formula bakteri antagonis B. sp TM4 tidak berpengaruh negatif terhadap
perkecambahan biji bahkan mempengaruhi kemampuan Bacillus sp dalam
meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman (Muis et al., 2015). Genus Bacillus
dikenal sebagai salah satu genus bakteri yang memiliki kemampuan
untuk mengendalikan berbagai jenis fitopatogen pada tanaman
(Rohcmawati dan Trimulyono, 2020). Suhu optimum ini menunjukkan suhu
terbaik untuk pertumbuhan bakteri Bacillus sp. endofitik. Pertumbuhan yang
baik pada bakteri akan berdampak pada keberadaan populasi dari bakteri
Bacillus sp. endofitik di dalam jaringan tanaman yang suhunya berkisar
25ºC. Bakteri Bacillus sp. mempunyai sifat motil dan juga immotil. Spesies
Bacillus sp. yang bersifat motil adalah Bacillus subtilis dan Bacillus
thurgenensis. Bacillus subtilis dikatakan motil dikarenakan bakteri ini dapat
bergerak dengan adanya bantuan sekumpulan flagel yang menempel pada
2
kedua kutub selnya. (Puspita et al., 2017).
4
III. METODOLOGI
Perbanyakan mikroba
Bacillus sp menggunakan
bioreaktor LSF
Pengecekan dan
pengambilan
mikroba Bacillus sp
persiapan media tanam
dan penanaman bibit
kelapa sawit
pengaplikasian mikroba
Bacillus sp dan pupuk
NPK16/16 pada bibit
kelapa sawit
melakuan parameter
pengamatan
5
Berdasarkan Gambar diatas Bioreaktor LSF merupakan tempat atau wadah
untuk menyediakan lingkungan steril dan terkontrol yang sesuai serta untuk
perkembangan atau pertumbuhan sel atau organisme dalam media seperti
pembuatan pupuk padat atau perbanyakan mikroba. Dari bagian-bagian Bioreaktor
LSF pada gambar diatas memiliki fungsi masing-masing ;
1. Gentong berfungsi tempat pembuatan mikroba atau pupuk padat yang akan
difermentasikan dalam waktu tertentu dengan kapasitas 120 Liter
2. Selang sebagai aliran air dari keran air dan filter,
3. Filter berfungsi penyaring air dari keran untuk menjernikan air dan menyerap
kotoran dari air keran tersebut dengan dua filter tersebut yaitu filter hitam untuk
menyerap kotoran atau kuman air dari keran sedangkan filter putih untuk
mengsterilkan air tersebut dan dialirkan ke gentong
4. Pipa terbagi dua yaitu tempat aliran air dari filter dan tempat keluarnya udara
dari dalam bioreaktor.
5. Keran air sebagai alat dari pembuatan mikroba
6. Mesin Blower sebagai airator
3.3 Metode
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan 2 tahap yaitu tahap pertama
perbanyakan mikroba Bacillus sp. dan tahap kedua pengaplikasian pupuk cair
mikroba pada bibit kelapa sawit.
Keterangan :
S1 = Sampel Mikroba 1:50 dengan Waktu Minggu 1
S2 = Sampel Mikroba 1:50 dengan Waktu Minggu 2
S3 = Sampel Mikroba 1:100 dengan Waktu Minggu 1
S4 = Sampel Mikroba 1:100 dengan Waktu Minggu 2
6
Berdasarkan tabel tersebut di atas mikroba Bacillus sp yang di hasilkan
(S1,S2,S3,Dan S4) di aplikasikan pada bibit kelapa sawit pada fase
pembibitan awal ( Pre Nursery).
Dengan rumus :
Yijk = µ + αi + βi + (αβ) ij + €ijk
Yijk = Pengamatan faktor Mikroba taraf ke -I, Faktor Dosis taraf
Ke-j dan Ulangan ke-k.
µ = Rataan umum
αi = Pengaruh faktor jenis Mikroba dan pupuk pada taraf ke
N,S0,S1,S2,S3,S4
βi = Pengaruh faktor Dosis pada taraf ke mikroba dan pupuk
(αβ) ij = Interaksi antara jenis dan Dosis pada Faktor Mikroba dan
Pupuk
€ijk = Pengaruh galat pada faktor jenis Mikroba taraf ke -I, faktor
Dosis taraf k-j dan ulangan ke -k.
7
3.2.3 Analisis pertumbuhan Bacillus sp
Analisis pertumbuhan Bacillus sp pada bioreaktor di amati setiap 3 hari
selama 15 hari pengamatan di lakukan dengan cara mengambil 200 ml
sampel pupuk mikroba cair dan di analisis jumlah bacillus sp, total fungi
dan total bakteri Aerob analisis di lakukan di balai penelitian tanah.
Persiapan bahan
Mikroba 100gram
Gula 1 kg
Ragi 15 gram
Pengambilan sampel mikroba di lakukan selama 15 dan pengambilan dilakukan per 3 hari sebanyak 200 ml
8
3.4.1 Perbanyakan Mikroba
Persiapan alat bioreactor
Persiapan bahan
Mikroba 100 gram
Gula 1 kg
Ragi 15 gram
Pengambilan sampel mikroba di lakukan selama 15 dan pengambilan dilakukan per 3 hari sebanyak 200 ml
9
3.4.2 Pengaplikasian Mikroba pada Bibit Kelapa Sawit
Dosis :
N: kontrol (tanpa
perlakuan) S0: Pemberian
pupuk npk 65 ml/ pottray
S1: Mikroba 1:50 (1 minggu ) 65 ml/pottray
S2: Mikroba 1:50 (2 minggu) 65 ml/pottray
S3: Mikroba 1:100 (1 minggu) 65ml/pottray
S4: Mikroba 1:100 (2 minggu) 65ml/pottray
10
3.5. Parameter pengamatan
Pengamatan aplikasi pupuk cair di lakukan selama 2 minggu pengamatan parameter
pada perbanyakan Bacillus sp dilakukan selama 15 hari sampel mikroba bacillus di
ambil di hari pertama dan terakhir sebanyak 200mml parameter yang dilakukan pada
penelitian ini terdiri dari 4 jenis yaitu, jumlah bakteri Aerob, jumlah Bacillus sp, total
fungi dan pH.
Parameter pengamatan pada saat aplikasi pupuk cair ada 4 jenis yaitu tinggi tanaman
,jumlah daun dan diameter batang dan panjang akar. Tinggi tanaman diukur mulai
dari titik0 (titik permulaan tumbuhnya batang klon dari batang bawah) sampai ke titik
tumbuh batang kecambah kelapa sawit. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan
meteren,. Pengukuran tinggi tanaman ini dilakukan 2 kali dalam satu bulan dan
pengamatan ini dilakukan selama 3 bulan. Pengamatan jumlah daun dengan cara
menghitung jumlah daun dalam proses pertumbuhan kecambah kelapa sawit selama 3
bulan.dan pengamatan Diameter batang diukur dengan menggunakan jangka sorong
pada ligkaran batang kecambah kelapa sawit setelah kecambah kelapa sawit umur 3
bulan.
Parameter yang diamati pada akar yaitu Panjang akar, Panjang akar di ukur dengan
menggunakan penggaris atau meteran pada akar bibit kelapa sawit. Dari setiap ulangan
diambil 2 sampel bibit kelapa sawit yang terbaik untuk di ukur panjang akarnya.
3.6 Analisis hasil
Data diolah dengan menentukan nilai rata-rata pada setiap perlakuan. Data
analisis statistik pada taraf 5% menggunakan software statistical tools STAR (Statistica
Tool For Agricultural Reasearch).
3.7 Anggaran penelitian
Tabel 4. Anggaran biaya penelitian
Nama Bahan Volume Satuan Unit(Rp) cost Jumlah (Rp)
Gula putih 4 Kg 14.000 56.000
Ragi 12 Gram 5.000 60.000
Kecambah 90 bibit 9000 810.000
kelapa sawit
Jumlah 1.826.000
11
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil analisis total bakteri aerob pada tabel di atas menunjukan bahwa
terjadinya penurunan jumlah bakteri aerob pada sampel 1:50 pada hari
pertama bakteri aerob yang hidup sebanyak 1,03 x 10 9 cfu /ml dan pada hari
terakhir hari ke 15 bakteri yang hidup sebanyak 1,11 x 10 8 cfu ml , artinya
jumlah bakteri aerob tersebut mengalami penurunan.
peningkatan terjadi pada sampel 1:100 yamg menunjukan hasil bahwa
pada hari pertama jumlah bakteri aerob yang hidup sebanyak 9,39 x 10 5 dan
12
pada hari ke 15 bakteri aerob yang hidup sebanyak 5,05 x108 cfu /ml, artinya
jumlah bakteri yang hidup mengalami peningkatan yang cukup sinigfikan.
4.2 Bacillus sp.
Hasil keseluruhan dari jumlah Bacillus sp yang hidup dalam perbanyakan
mikroba dengan menggunakan bioreactor dengan perbandingan 1: 50 dan 1:100
yang di buat setelah masa incubas dari hari pertama sampai 15 hari adalah 1:
50 hari pertama sebanyak < 10 cfu/ml dan hari ke 15 sebanyak 4,00 x 10 2
cfu/ml. hari pertama 1: 100 sebanyak < 10 cfu/ml dan hari ke 15 1:100
sebanyak 7,00 x 10 3 hasil dari 4 sampel ini menunjukan bahwa pada hari
pertama dan hari ke 15 Pada sampel 1:50 mengalami peningkatan jumlah
Bacillus yang awal nya <10 menjadi 4,00 x 10 2 dan pada sampel 1:100 hari
pertama dan hari ke 15 yang awal nya <10 menjadi 7,00 x 10 3 ,artiya 4 sampel
ini mengalami peningkatan jumlah hidup bacillus sp akan tetapi hasil ini belum
memenuhi syarat standar mutu yaitu sebesar ≥ 10 5 yang syaratkan kepmentan
N0.261/KPTS/SR310/M4/2019 . Menurut Putra, (2011) menyatakan bahwa
pada saat bakteri ini ditumbuhkan secara tunggal, tidak terjadi kompetisi dalam
hal nutrisi maupun ruang tumbuh, sehingga bakteri dapat tumbuh dengan
maksimal. Namun ketika ditumbuhkan secara bersamaan, baik Bacillus spp.
bersama dengan APS 7 maupun APS 9, terjadi kompetisi dalam memperoleh
nutrisi serta ruang hidup, sehingga pertumbuhan dan perkembangan bakteri ini
lebih terbatas. Tetapi kompetisi ini tidak bersifat antagonis karena bakteri masih
dapat tumbuh walaupun dalam kondisi yang terbatas sehingga hubungan antara
Bacillus spp. dan aktinomiset ini dapat dikatakan kompatibel. Dapat di dilihat
pada tabel di bawah ini :
Tabel 6. Analisis Jumlah Bacillus sp 1:50
Perlakuan Analisis sampel
Parameter Satuan
Perbandingan Hari ke 1 Hari ke 15
1 : 50 <10 4,00x102 CFU/ML
Bacillus sp. 3
1 : 100 <10 7,00x10
Note : Standar mutu berdasarkan kepmentan NO.261/KTPS/SR310/M4/2019
13
4.4 pH
pH adalah parameter kimia yang menunjukan tingkat keasaman. Kondisi pH
sangat berperan terhadap pertumbuhan mikroorganisme terutama bakteri karena
kebasaan atau derajat keasaman akan berpengaruh terhadap aktivitas enzim
yang terdapat dalam sel bakteri Bacillus subtilis (Maretta,2019). Menurut Imron
dan purwanti (2016), Bacillus subtilis dapat hidup dengan pH berkisar antara 5-
9, Nilai pH pada media tumbuh bakteri akan mengalami penurunan karena
adanya aktifitas pertumbuhan bakteri. Namun, selanjutnya akan mengalami
peningkatan yang menunjukan pertumbuhan bakteri mulai optimun. Kenaikan
pH menunjukan pertumbuhan bakteri mendekati fase stasioner yang merupakan
fase bakteri mengalami pertumbuhan dan kematian yang seimbang. Dapat di
lihat pada Tabel di bawah ini :
Tabel 8. Hasil pengecekan pH
Hari pengecekan pH
Perlakuan
Parameter Hari Hari Hari Hari Hari Hari
perbandingan
ke 0 ke 3 ke 6 ke 9 ke 12 ke 15
1:50 5.5 5.1 5.1 4.2 4.1 3.9
pH
1:100 7.6 5.4 4.1 3.9 3.7 4.0
14
Diameter batang perlakuan S2 pada umur tanaman 3 sampai 13 MST
berpengaruh sangat nyata. Begitu pun pada parameter jumlah daun perlakuan
S2 pada umur 3 sampai 13 MST berpengaruh sangat nyata. . Perlakuan S2 pada
parameter panjang akar tidak berpengaruh nyata. Perlakuan S3 pada tanaman
berumur 5, 7, dan 9 MST berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman
dan pada tanaman berumur 3, 11, dan 13 MST berpengaruh nyata terhadap
tinggi tanaman. Sedangkan pada parameter Diameter batang perlakuan S3 pada
umur tanaman 3 sampai 13 MST berpengaruh sangat nyata. Begitu pun pada
parameter jumlah daun perlakuan S3 pada umur 3 sampai 13 MST berpengaruh
sangat nyata. Perlakuan S3 pada parameter panjang akar tidak berpengaruh
nyata.
Perlakuan S4 pada tanaman berumur 5, 7, dan 9 MST berpengaruh sangat
nyata terhadap tinggi tanaman dan pada tanaman berumur 3, 11, dan 13 MST
berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman. Sedangkan pada parameter
Diameter batang perlakuan S4 pada umur tanaman 3 sampai 13 MST
berpengaruh sangat nyata. Begitu pun pada parameter jumlah daun perlakuan
S4 pada umur 3 sampai 13 MST berpengaruh sangat nyata. Perlakuan S4 pada
parameter panjang akar tidak berpengaruh nyata. Dapat dilihat pada Tabel 9 di
bawah ini.
Tabel 9. Rekapitulasi sidik ragam rata-rata tinggi tanaman, diameter batang,
jumlah daun, panjang akar tanaman kelapa sawit pada fase pre Nursery
dengan perlakuan S0 ( pupuk NPK 16/16), S1 ( 1: 50 1 Minggu ), S2
( 1: 50 2 Minggu ), S3 ( 1: 100 1 Minggu ) S4 ( 1: 100 2 Minggu ).
Pr> f
Peubah KK%
S0 S1 S2 S3 S4
Tinggi Tanaman 3 MST * * * * * 20.10
5 MST ** ** ** ** ** 11.67
7 MST ** ** ** ** ** 11.90
9 MST ** ** ** ** ** 9.94
11 MST * * * * * 14.13
13 MST * * * * * 13.12
Diameter batang 3 MST ** ** ** ** ** 8.83
5 MST ** ** ** ** ** 8.88
7 MST ** ** ** ** ** 9.14
9 MST ** ** ** ** ** 7.24
11 MST ** ** ** ** ** 13.12
13 MST ** ** ** ** ** 14.10
Jumlah Daun 3 MST ** ** ** ** ** 19.86
5 MST ** ** ** ** ** 17.79
7 MST ** ** ** ** ** 8.79
9 MST ** ** ** ** ** 10.61
11 MST ** ** ** ** ** 10.95
13 MST ** ** ** ** ** 12.62
Panjang akar 13 MST ** ** ** ** **
Keterangan : S0= ( pupuk NPK 16/16), S1= ( 1: 50 1 Minggu ), S2= ( 1: 50 2
Minggu ), S3= ( 1: 100 1 Minggu ), S4= ( 1: 100 2 Minggu ), (**)=
15
berbeda sangat nyata pada taraf 5%, (*)= berbeda nyata dengan taraf 5%,
(tn)= tidak berbeda nyata dengan taraf 5%, KK= Koefisien karagaman,
MST = minggu setelah tanam.
4.3 Analisis Morfologi Bibit Kelapa sawit pada fase pre nursery (PN)
4.3.1 Tinggi tanaman (cm)
Berdasarkan hasil pengamatan analisis sidik ragam menunjukan bahwa
semua perlakuan berpengaruh nyata terhadap rata rata tinggi bibit kelapa sawit
adalah 3,11,dan 13 MST. Sedangkan perlakuan berpengaruh sangat nyata
terhadap tinggi bibit kelapa sawit terjadi pada 5, 7 dan 9 MST. Sejalan dengan
penelitian Noor dan Melani (2022), aplikasi agens hayati Bacillus subtilis,
Pseudomonas fluorescens serta kombinasi Bacillus subtilis dan Pseudomonas
fluorescens berpengaruh nyata terhadap parameter pertumbuhan yaitu tinggi
tanaman ,jumlah daun, dan berat basah tanaman pada tanaman sawi hijau.
Menurut Sinulingga et al., ( 2015), Menyatakan bahwa Perlakuan pemberian
pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada 10 MST tanaman
kelapa sawit. dapat di lihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Pengaruh pemberian pupuk organik cair Mikroba Bacillus sp. Dan
pupuk NPK16/16 terhadap tinggi bibit kelapa sawit
Perlakua MST
n 3 5 7 9 11 13
N 2.54 b 5.46 b 7.95 b 10.42 b 12.65 a 13.78 c
S0 4.27 a 9.01 a 13.13 a 16.53 a 19.92 a 21.57 a
S1 4.90 a 8.52 a 12.46 a 14.05 a 16.19 ab 17.37 abc
S2 4.96 a 8.43 a 12.18 a 14.37 a 17.22 a 18.17 ab
S3 4.07 ab 7.97 a 11.48 a 14.15 a 15.98 ab 16.71 bc
S4 5.39 a 9.54 a 13.31 a 15.47 a 18.27 a 19.14 ab
Uji F * ** ** ** * *
KK % 20.10% 11.67% 11.90% 9.94% 14.13% 13.12%
Keterangan : MST (Minggu setelah tanam), N (kontrol), S0 ( Pupuk npk 16/16),
S1 (Bacillus 1:50 M1), S2 ( Bacillus 1:50 M2 ), S3(Bacillus 1:100M1), S4
(Bacillus 1:100 M2),* (berbeda nyata), **(berbeda sangat nyata), Angka –
angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata pada uji
Dunca’s Multiple Range Test(DMRT) pada taraf 5%
Berdasarkan data tabel 10.Perlakuan S4 pada 3 MST memiliki rata rata tinggi
bibit 5.39 cm, tidak berbeda nyata dengan perlakuan S0, S1dan S2. Namun
berbeda nyata terhadap perlakuan N (kontrol). perlakuan S4 pada 5 MST
memiliki rata-rata tinggi bibit 9.54 cm, tidak berbeda nyata dengan perlakuan
S0, S1, S2 dan S3.akan tetapi berbeda nyata terhadap perlakuan N
(kontrol ).Perlakuan S4 pada 7 MST memiliki rata-rata tinggi bibit 13.31 cm,
tidak berbeda nyata dengan perlakuan S0, S1, S2 dan S3.namun berbeda nyata
terhadap perlakuan N ( kontrol ). Kumar dan Rai (2017) Menyatakan bahwa
Bacillus sp. merupakan salah satu spesies bakteri pelarut fosfat. Menurut Borriss
(2015). Menyatakan bahwa Salah satu spesies Bacillus yang dapat meningkatkan
16
ketersediaan unsur hara nitrogen dan fosfat dalam tanah adalah B. subtilis, B.
amiloliquefaciens dan B. pumilus.
Perlakuan S0 pada 9 MST memiliki rata-rata tinggi bibit 16.19 cm, namun
tidak berbeda nyata dengan perlakuan , S1, S2, S3 dan S4, akan tetapi berbeda
nyata terhadap perlakuan N (kontrol ). Perlakuan S0 pada 11 MST memiliki rata-
rata tinggi bibit 19.92 cm, namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan N, S3
dan S4. Perlakuan S0 pada 13 MST memiliki rata-rata tinggi bibit 21.57 cm, dan
berbeda nyata terhadap perlakuan lain nya. Setelah 13 MST ( Minggu setelah
tanam ), hasil pengamatan laju pertumbuhan menunjukan bahwa di bandingkan
dengan perlakuan lain nya ,perlakuan S0 ( NPK 16/16 ).menunjukan bahwa hasil
rata-rata tinggi tanaman terbaik dengan tinggi tanaman 21.57 cm. Sejalan dengan
penelitian Mukhtaruddin et al., (2015 ), Pemberian pupuk NPK Mutiara nyata
meningkatkan pertumbuhan bibit kelapa sawit. Hal ini terjadi karena di dalam
pupuk Mutiara mengandung unsur hara N, P, dan K sehingga dapat berfungsi
sebagai sumber penyediaan hara bagi tanaman. Sedangkan pada 13 MST
perlakuan N (kontrol) tanpa di beri apapun menunjukan hasil pertumbuhan
tinggi tanaman paling rendah di bandingkan dengan perlakuan pemberian
mikroba Bacillus sp. sejalan dengan penelitian walpola et al., (2013). pada
tanaman tomat dengan inokulasi bakteri pelarut fosfat Bacillus sp dapat lebih
meningkatkan pertumbuhan tanaman berupa tinggi tanaman, panjang akar, dan
berat kering tunas. Akan tetapi, tidak ada perbedaan secara signifikan yang
ditemukan dengan tanaman tomat yang tidak diinokulasi dari bakteri tersebut.
Menurut Noor dan Melani (2020 ), ketersedian unsur hara juga sangat penting di
mana tanaman memerlukan keseimbangan unsur hara untuk menunjang
pertumbuhan tinggi tanaman. Salah satunya ketersedian unsur hara tersebut
dapat di peroleh dari agens hayati seperti Bacillus subtilis dan pseudomonas
fluorescens yang merupakan anggota PGPR yang berpungsi memproduksi
hormon, memacu pertumbuhan, dan merangsang pertumbuhan akar.
Manguntungi et al,. (2018) Bacillus berperan dalam memproduksi ZPT (Zat
Pengatur Tumbuh) yang berfungsi memacu pertumbuhan tanaman.
Grafik tinggi tanaman bibit kelapa sawit pada umur 3 – 13 MST pada setiap
perlakuan N (kontrol), S0 ( Pupuk npk 16/16), S1 (bacillus 1:50 M1), S2
( Bacillus1:50 M2 ), S3(Bacillus 1:100M1), S4 (Bacillus 1:100 M2) di sajikan
pada gambar 1.
17
25
Tinggi tanaman
20
15
10
0
3 MST 5 MST 7 MST 9 MST 11 MST 13 MST
N S0 S1 S2 S3
Gambar 1. Grafik Tinggi tanaman bibit kelapa sawit pada setiap perlakuan N (kontrol),
S0 ( Pupuk npk 16/16), S1 (bacillus 1:50 M1), S2 ( Bacillus 1:50 M2 ),
S3(Bacillus 1:100M1), S4 (Bacillus 1:100 M2)
Berdasarkan grafik gambar 1. Menunjukan bahwa hasil rata-rata
pertumbuhan tertinggi Tinggi tanaman bibit kelapa sawit mulai umur 3 – 7
MST perlakuan S4 lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan N (kontrol),
S0, (NPK 16/16) S1 (Bacillus 1:50 M1), S2 ( Bacillus 1:50 M2 ), S3(Bacillus 1:100
M1), Sejalan dengan penelitian Hutabarat et al. (2014), yang menyatakan
bahwa kemampuan Bacillus sp. dalam meningkatkan jumlah pelepah bibit
kelapa sawit berhubungan dengan kemampuannya dalam meningkatkan tinggi
bibit kelapa sawit. Bacillus sp. dapat memiliki fungsi sebagai pemacu
pertumbuhan bagi tanaman karena bakteri tersebut mampu menghasilkan
fitohormon atau hormon pemacu pertumbuhan pada tanaman seperti IAA, GA3
dan sitokinin serta mampu meningkatkan ketersediaan unsur hara bagi tanaman
(Gusmaini et al., 2013). Menurut subakti et al., (2021)Aplikasi Bacillus sp.
dapat meningkatkan tinggi tanaman kopi. Secara umum semakin tinggi
konsentrasi Bacillus sp. yang diaplikasikan maka akan semakin cepat
penambahan tinggi tanamannya. Namun pada 9 -13 MST pertumbuhan tinggi
tanaman pada perlakuan S0 menunjukan peningkatan lebih cepat dibandingkan
dengan perlakuan N (kontrol), S1 (Bacillus 1:50 M1), S2 ( Bacillus 1:50 M2 ),
S3(Bacillus 1:100 M1), dan S4 (Bacillus 1:100 M2).
18
pada Tabel 11.
Tabel 11. Pengaruh pemberian pupuk organik cair Mikroba Bacillus sp. Dan
pupuk NPK16/16 terhadap diameter batang bibit kelapa sawit
perlakua MST
n 3 5 7 9 11 13
N 2.88 b 3.49 bc 3.69 c 5.46 c 5.49 c 6.27 b
S0 3.96 a 4.39 a 4.75 b 8.20 a 8.89 a 10.11 a
S1 3.77 a 4.21 a 4.91 b 7.25 b 7.56 ab 8.25 a
S2 2.82 b 3.45 bc 3.75 c 5.59 c 6.29 bc 6.92 b
S3 2.79 b 3.39 c 4.63 b 5.76 c 6.69 bc 6.74 b
S4 3.23 b 4.04 ab 5.77 a 6.67 b 7.29 ab 7.93 b
Uji F ** ** ** ** ** **
KK % 8.83% 8.88% 9.14% 7.24% 13.12% 14.10%
Keterangan : MST (Minggu setelah tanam), N (kontrol), S0 ( Pupuk npk 16/16),
S1 (bacillus 1:50 M1), S2 ( Bacillus 1:50 M2 ), S3(Bacillus
1:100M1), S4 (Bacillus 1:100 M2), Angka – angka yang diikuti
oleh huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata nyata pada uji
Dunca’s Multiple Range Test(DMRT) pada taraf 5%
19
Grafik Diameter Batang bibit kelapa sawit pada umur 3 – 13 MST pada setiap
perlakuan N (kontrol), S0 ( Pupuk npk 16/16), S1 (bacillus 1:50 M1), S2
( Bacillus1:50 M2 ), S3(Bacillus 1:100M1), S4 (Bacillus 1:100 M2) di sajikan
pada gambar 2
Gambar 2. Diameter batang bibit kelapa sawit pada setiap perlakuan N
(kontrol), S0 ( Pupuk npk 16/16), S1 (bacillus 1:50 M1), S2 ( Bacillus
1:50 M2 ), S3(Bacillus 1:100M1), S4 (Bacillus 1:100 M2)
Berdasarkan grafik gambar 2. Menunjukan bahwa hasil rata-rata tertinggi
diameter batang tanaman bibit kelapa sawit pada umur 3, 5, 9, 11,13 MST
perlakuan S0 lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan N (kontrol), S1
(Bacillus 1:50 M1), S2 ( Bacillus 1:50 M2 ), S3(Bacillus 1:100 M1) dan S4
( Bacillus sp 1: 100 2 M). Menurut lubis et al., (2020) dalam penelitiannya
menyatakan bahwa aplikasi pemberian pupuk NPK dapat meningkatkan
diameter batang, Hal ini diduga kondisi pertumbuhan tanaman yang sangat cepat
cenderung mengakibatkan tanaman menggunakan asimilat pertumbuhan
vegetatifnya. Namun pada 7 MST perlakuan pemberian mikroba Bacillus sp
terhadap bibit kelapa sawit khusus nya perlakuan S4 ( 1:100 2 M) menunjukan
respon yang cukup baik terhadap diamater batang tanaman bibit kelapa sawit di
bandingkan dengan perlakuan N (kontrol), S0 (NPK 16/16), S1 (Bacillus 1:50
M1), S2 ( Bacillus 1:50 M2 ) dan S3(Bacillus 1:100 M1). Menurut Puspita
(2018), bakteri Bacillus sp juga dapat berperan dalam mempercepat
pertumbuhan tanaman yaitu dengan menghasilkan hormon pengatur tumbuh IAA
yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman dengan parameter tinggi
tanaman, diameter batang, jumlah daun dan luas daun pada tanaman kakao.
Menurut khusna et al., (2016) Apabila tinggi dan jumlah daun bibit semakin
tinggi maka dia meter batang juga akan semakin besar.
10
0
3 MST 5 MST 7 MST 9 MST 11 MST 13 MST
N S0 S1 S2 S3 S4
20
Tanam ( MST ). Menurut hasil penelitian Hout et al., (2019) aplikasi pupuk
NPK berpengaruh sangat nyata terhadap parameter jumlah daun. Adanya
pengaruh yang sangat nyata terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit
dikarenakan unsur hara yang terkandung didalam pupuk tersebut sangat
diperlukan untuk proses pertumbuhan. Kandungan NPK dapat dengan mudah
diserap oleh tanaman namun jika diberikan dalam jumlah yang berlebihan tidak
baik untuk tanaman atau akan menghambat proses pertumbuhan. Menurut
khoiri, (2015) menyatakan bahwa pemberian beberapa formulasi Bacillus sp.
berpengaruh nyata terhadap pertambahan jumlah daun. Dalam penelitian
Sudiarti (2017) yang meneliti pengaruh biofertilizer terhadap pertumbuhan
tanaman kedelai. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pemberian biofertilizer
berpengaruh terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, berat akar,
panjang akar, dan jumlah bintil akar tanaman kedelai. Mikroorganisme yang
digunakan dalam penelitian tersebut adalah Rhizobium sp., Azotobacter sp.,
Azospirillum sp., Bacillus sp., Pseudomonas sp., Cellulomonas sp.,
Lactobacillus sp. dan Saccharomyces sp yang tergolong PGPR (Plant Growth
Promoting Rhizobacteria). M Pengaruh pemberian mikroba Bacillus sp dan
pupuk NPK 16/16 terhadap jumlah daun bibit kelapa sawit dapat di lihat pada
Tabel 12.
Tabel 12. Pengaruh pemberian pupuk organik cair Mikroba Bacillus sp. Dan
pupuk NPK16/16 terhadap jumlah daun bibit kelapa sawit
MST
Perlakuan
3 5 7 9 11 13
N 0.04 b 0.80 c 1.40 c 1.87 c 2.07 c 2.60 c
S0 0.87 a 1.60 ab 2.47 a 2.87 ab 3.67 a 4.47 a
S1 0.93 a 1.67 ab 2.20 ab 2.87 ab 3.07 ab 4.00 a
S2 0.93 a 1.80 ab 2.00 b 2.60 b 2.93 b 3.20 bc
S3 0.80 a 1.33 b 2.07 b 2.60 b 3.00 b 3.60 ab
S4 1.00 a 1.93a 2.33 ab 3.20 a 3.53 ab 4.20 a
Uji F ** ** ** ** ** **
KK% 19.86% 17.79% 8.79% 10.61% 10.95% 12.62%
Keterangan : MST (Minggu setelah tanam), N (kontrol), S0 ( Pupuk npk 16/16),
S1 (bacillus 1:50 M1), S2 ( Bacillus 1:50 M2 ), S3(Bacillus 1:100M1), S4
(Bacillus 1:100 M2), Angka – angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama
tidak berpengaruh nyata pada uji Dunca’s Multiple Range Test(DMRT) pada
taraf 5%
Berdasarkan data tabel 12. Perlakuan S4 pada 3 MST memiliki rata rata
jumlah daun bibit kelapa sawit 1.00 , tidak berbeda nyata dengan perlakuan S0,
S1, S2, S3, Namun berbeda nyata terhadap perlakuan N (kontrol). perlakuan S4
pada 5 MST memiliki rata-rata jumlah daun bibit kelapa sawit 1.93, berbeda
nyata Terhadap perlakuan N (Kontrol), S0, S1, S2, S3. Perlakuan S0 pada 7
MST memiliki rata-rata jumlah daun bibit kelapa sawit 2.47 , berbeda nyata
terhadap semua perlakuan N (kontrol ), S0, S1, S2 dan S3. Perlakuan S4 pada 9
MST memiliki rata-rata jumlah daun bibit kelapa sawit 3.20, berbeda nyata
terhadap semua perlakuan N (Kontrol), S0, S1, S2 dan S3. Perlakuan S0 pada
21
11 MST memiliki rata-rata jumlah daun bibit kelapa sawit 3.67, namun berbeda
nyata dengan perlakuan N (Kontrol ), S1, S2, S3 dan S4. Perlakuan S0 pada 13
MST memiliki rata-rata jumlah daun bibit kelapa sawit 4.47, tidak berbeda
nyata dengan perlakuan S1dan S4, namun berbeda nyata terhadap perlakuan N (
kontrol) , S2, dan S3. Setelah 13 MST ( Minggu setelah tanam ), hasil
pengamatan menunjukan bahwa di bandingkan dengan perlakuan lain
nya ,perlakuan S0 ( NPK 16/16 ).menunjukan hasil rata rata jumlah daun
terbaik dengan jumlah daun 4.47. Menurut Kasno dan anggria, (2016)
menyatakan bahwa pemupukan NPK baik tunggal maupun majemuk nyata
meningkatkan jumlah daun, Pemberian pupuk majemuk NPK 11-7-12 dengan
takaran 2,5 g/pohon nyata meningkatkan jumlah daun kelapa sawit
dibandingkan dengan kontrol (tanpa NPK), Hal ini menunjukkan bahwa
berdasarkan jumlah daun pupuk NPK efektif digunakan untuk pemupukan
pembibitan kelapa sawit.
Grafik Jumlah daun bibit kelapa sawit pada umur 3 – 13 MST pada setiap
perlakuan N (kontrol), S0 ( Pupuk npk 16/16), S1 (bacillus 1:50 M1), S2
( Bacillus1:50 M2 ), S3(Bacillus 1:100M1), S4 (Bacillus 1:100 M2) di sajikan
pada gambar 1
JUMLAH DAUN
5
4.5
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
3 MST 5 MST 7 MST 9 MST 11 MST 13 MST
N S0 S1 S2 S3 S4
Gambar 2. Jumlah daun bibit kelapa sawit pada setiap perlakuan N (kontrol), S0
( Pupuk npk 16/16), S1 (bacillus 1:50 M1), S2 ( Bacillus 1:50 M2 ),
S3(Bacillus 1:100M1), S4 (Bacillus 1:100 M2)
22
(Bacillus 1:50 M1), S2 ( Bacillus 1:50 M2 ), S3(B acillus 1:100 M1. Menurut khusna
et al., (2016) Menyatakan bahwa Peningkatan jumlah daun diduga karena
Bacillus sp. endofit mampu memicu bibit untuk memproduksi hormon IAA
yang dapat memacu pertumbuhan bibit kelapa sawit. Selain itu, jumlah daun
juga berkaitan dengan tinggi bibit kelapa sawit, semakin tinggi tanaman maka
akan menghasilkan jumlah daun yang lebih banyak. Namun pada 7, 11, 13 MST
pertumbuhan jumlah daun tanaman pada perlakuan S0 menunjukan peningkatan
lebih cepat dibandingkan dengan perlakuan N (kontrol), S1 (Bacillus 1:50 M1),
S2 ( Bacillus 1:50 M2 ), S3(Bacillus 1:100 M1), dan S4 (Bacillus 1:100 M2).
KESIMPULAN
1. Hasil penelitian ini menunjukan dalam perbanyakan mikroba Bacillus
sp. mengalami peningkatan jumlah Bacillus sp. Namun belum memenuhi
standar kepmentan yaitu ≥10 5 hal ini di duga terjadinya kompetisi antara
fungi dan bakteri lainnya dalam mendapatkan nutrisi serta faktor lain
seperti pH, kelembapan dan suhu ruangan.
23
2. pemberian pupuk cair mikroba Bacillus sp berpengaruh nyata terhadap
parameter pengamatan tinggi tanaman bibit kelapa sawit. berpengaruh
sangat nyata tehadap parameter pengamatan diameter batang, jumlah
daun, dan panjang akar.
SARAN
Penelitian selanjutnya perlu di laku
24
DAFTAR PUSTAKA
Afrizon. 2017. Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Dengan
Pemberian Pupuk Organik Dan Anorganik. AGRITEPA. 3(2): 95-105.
Asra, G., Simanungkalit, T., & Rahmawati, N. (2014). Respons pemberian kompos
tandan kosong Kelapa Sawit dan zeolit terhadap pertumbuhan bibit
Kelapa Sawit di Pre Nursery. AGROEKOTEKNOLOGI, 3(1).
Beauregard, P. B., Chai, Y., Vlamakis, H., Losick, R., & Kolter, R. (2013). Bacillus
subtilis biofilm induction by plant polysaccharides. Proceedings of the
National Academy of Sciences, 110(17), E1621-E1630.
Harahap, D. G. S., Noviantari, A., Hidana, R., Yanti, N. A., Nugroho, E. D.,
Nurdyansyah, F., ... & Estikomah, S. A. (2021). Dasar-dasar
mikrobiologi dan penerapannya. Penerbit Widina.
Lubis, B. H. (2020). PENGARUH PEMBERIAN PUPUK NPK DAN PUPUK
ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT
(Elaeis gueneensis Jacq) DI PRENURSERY. JURNAL
AGROTEKDA, 2(2), 46-54.
Hidayat, N. (2018). Mikroorganisme dan pemanfaatannya. Universitas Brawijaya
Press.
Hout, W., Swandari, T., & Mardu, R. (2019). PENGARUH PUPUK ORGANIK CAIR
DAN PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA
SAWIT DI PRENURSERY. JURNAL AGROMAST, 4(1).
Hidayat, N., Meitiniarti, I., Setyahadi, S., Pato, U., Susanti, E., Padaga, M. C., ... &
Purwandari, U. (2018). Mikrobiologi Industri Pertanian. Universitas
Brawijaya Press.
Istianah, N., Wardani, A. K., & Sriherfyna, F. H. (2018). Teknologi Bioproses.
Universitas Brawijaya Press.
Imron, M. F dan I.F. Purwanti. 2016. Uji Kemampuan bakteri azotobacter S8 dan
Bacillus Subtilis untuk Menyisihkan Trivalent Chromium (Cr3+) pada
limbah cair. Jurnal Teknik ITS. 5(1) : 4-10.
Muis A, Djaenuddin N, Nonci N. 2015. Evaluasi lima jenis inert carrier dan formulasi
Bacillus subtilis untuk pengendalian hawar pelepah jagung (Rhizoctonia
solani Kuhn). J HPT Tropika. 15(2):164–169.
Khoiri, M. A., Puspita, F., & Rumapea, D. S. Uji Formulasi Pupuk Hayati Tepung
Berbahan Aktif Bacillus sp. pada Bibit Karet (Hevea brasiliensis) Stum
Mini. Jurnal Agroteknologi Tropika, 4(2), 70-75.
Soccol, C. R., da Costa, E. S. F., Letti, L. A. J., Karp, S. G., Woiciechowski, A. L., &
25
de Souza Vandenberghe, L. P. (2017). Recent developments and
innovations in solid state fermentation. Biotechnology Research and
Innovation, 1(1), 52-71.
Lestari, P. I., Arif, W. P., & Murti, W. (2019). Pemberdayaan Kelompok Wanita Tani
dan Usaha Dagang dalam Pengembangan Liquid State Fermentation di
Kecamatan Bantimurung. Celebes Abdimas: Jurnal Pengabdian Kepada
Masyarakat, 1(1), 53-61.
Sunarko, 2014. Budidaya Kelapa Sawit di Berbagai Jenis Lahan. PT Agromedia
Pustaka. Jakarta Selatan
Pardamean, Maruli. 2017. Kupas Tuntas Agribisnis Kelapa Sawit. Cibubur:Penebar
Swadaya.
Rochmawati, Z. N., & Trimulyono, G. (2020). Uji Antagonis Bacillus subtilis dan
Bacillus megaterium terhadap Pertumbuhan Cercospora sp yang
Diisolasi dari Nepenthes sp. LenteraBio: Berkala Ilmiah Biologi, 9(3),
204-210.
Fukami, J., P. Cerezini, M. Hungria. 2018. Azospirillum: benefits that go far
beyond biological nitrogen fixation. Appl. Microbiol. Biotechnol.
Express 8:1-12.
Noor, S., & Melani, D. (2022). Pengaruh lama perendaman dan aplikasi agens hayati
Bacillus subtilis dan Pseudomanas fluorescens terhadap pertumbuhan
benih tanaman sawi hijau (Brassica juncea L.). AGROMIX, 13(2), 235-
241.
Manguntungi, B., Al Azhar, R. A. A. M., & Aprilian, K. E. P. T. (2018). Endonesia
(Endophyte for Indonesia): Biofertilizer Berbasis Mikroba Endofit guna
Meningkatkan Kualitas Pembibitan Budidaya Kelapa Sawit (Elaeis
guineensis) di Indonesia. Biota: Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati, 44-52.
Agus, C., E. Faridah, D. Wulandari, B.H. Purwanti. 2014. Peran mikroba starter
dalam dekomposisi kotoran ternak dan perbaikan kualitas pupuk
kandang. J. Manusia Lingkungan. 21:179-187.
Puspita, F., Ali, M., & Pratama, R. (2017). Isolasi dan karakterisasi morfologi dan
fisiologi bakteri Bacillus sp. endofitik dari tanaman kelapa sawit (Elaeis
guineensis Jacq.). Jurnal Agroteknologi Tropika, 6(2), 44-49..
Kumar A, Rai LC. 2017. Soil organic carbon and availability of soil phosphorus
regulate abundance of culturable phosphate solubilizing bacteria in
paddy fields of the IndoGangetic Plain. Pedosphere. (in press)
Borriss R. 2015. Bacillus, a Plant Beneficial Bacterium. p 379- 391. In Lugtenberg B
(Ed). Principles of Plant-Microbe Interactions. Microbes for
Sustainable Agriculture. Springer Publishing., Switzerland
Walpola, Buddhi dan Yoon, Min-Ho 2013. Isolation and Characterizes of Phospate
Solubizing Bacteria and Their CoInoculation Efficiency on Tomato
Plant Growth and Phosporus Uptake African Journal of Microbiology
Research Vol. 7(3), pp. 266-275
Hutabarat, R., F. Puspita, M. A. Khoiri. 2014. Uji formulasi pupuk organik cair
26
berbahan aktif Bacillus sp. pada pembibitan utama kelapa sawit (Elaeis
guineensis Jacq.). J. Online Mahasiswa Faperta Univ. Riau. 1:1- 8
Gusmaini, Sandra, A. A., Abdul, M., Didy, S., & Nurliani, B. 2013. Potensi bakteri
endofit dalam upaya meningkatkan pertumbuhan, produksi dan
kandungan andrografolid pada tanaman sambiloto. Jurnal Littri. Vol 19
(4) Hal. 167-177.
Puspita, F., Sukemi, I, S & Jenny, M. 2018. Uji beberapa konsentrasi bakteri Bacillus
sp. endofit untuk meningkatkan pertumbuhan bibit kakao (Theobroma
cacao L.). Jurnal Agron Indonesia. Vol 46 (3) Hal. 322-327
Subakti, B., Rosyady, M. G., & Setiyono, S. Pengaruh Aplikasi Bacillus SP. terhadap
Pertumbuhan TBM 1 Beberapa Klon Kopi Robusta (Coffea Canephora
Pierre) (Doctoral dissertation, Sebelas Maret University).
Rusmanida, R. (2022). APLIKASI KONSORSIUM Bacillus spp. DAN SOLID
DECANTER UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN BIBIT
KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PRE NURSERY PADA
TANAH BEKAS TAMBANG BIJI BESI (Doctoral dissertation,
Universitas Andalas).
Dalimunthe, A.A., Ardian dan M.A. Khoiri. 2012. Aplikasi Pupuk Mejemuk Pada
Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Lahan Gambut
Fakultas Pertanian Rimbo Panjang Kabupaten Kampar. Fakultas
Pertanian Universitas Riau. Riau
Khusna, N. H. S., Puspita, F., & Nelvia, N. (2016). RESPON BIBIT KELAPA
SAWIT YANG TERSERANG Ganoderma sp. TERHADAP APLIKASI
PUPUK KALIUM DAN Bacillus sp. ENDOFIT. DINAMIKA
PERTANIAN, 32(3), 179-188.
Kasno, A., & Anggria, L. (2016). Peningkatan Pertumbuhan Kelapa Sawit Di
Pembibitan Dengan Pemupukan Npk/Increasing Growth of Oil Palm
Seedling with Npk Fertilization.
27