Anda di halaman 1dari 3

DUSUN MASJID YANG DIJULUKI MASJID BISU

Oleh : Asmaniya

Sumber : Sesepuh Dusun Masjid Dan Kepala Desa Pacentan

1. Bpk Asnan Sukron

2. Bpk Subairi

cerita menarik datang dari dusun terpencil bernama dusun masjid yang terletak di Desa Pacentan
kecamatan Tanah Merah kabupaten Bangkalan. dikenal dengan dusun masjid karena dulu di dusun ini
yang pertama kali membangun masjid di Desa Pacentan. disebut sebagai Masjid Miftahul Huda, sebuah
tempat ibadah yang konon menjadi saksi sejarah perjuangan dakwah islam di Desa Pacentan khususnya
di dusun Masjid. Bangunan masjid tersebut disangga empat tiang dari kayu jati yang masih asli sampai
saat ini bahkan tempat Khotib berkhutbah (mimbar) dan tebing atau bangunan penyangga mustakalnya
pun masih asli tanpa ada yang merubah. saking tuanya sisi-sisi bangunan banyak yang rapuh atapnya
banyak yang bocor sehingga perlu diremajakan lagi agar bisa lebih kuat tidak ada yang tahu pasti berapa
lama usia bangunan tersebut berdiri sejumlah tokoh masyarakat tokoh agama dan sesepuh di dusun
tersebut memperkirakan Masjid Miftahul Huda berusia hampir 100 tahun.

Dulu waktu sebelum masjid-masjid lain dibangun Masjid Miftahul Huda ini banyak sekali orang yang
berbondong-bondong pergi ke masjid untuk beribadah tidak hanya orang yang ada di dusun masjid ini
saja yang melakukan ibadah melainkan banyak sekali orang dari desa lain yang pergi ke masjid tersebut
untuk beribadah saking dari banyaknya orang yang melakukan ibadah di masjid ini barisan ketika mulai
masuk waktu salat sampai ke halaman luar masjid.

Hari berganti hari tahun berganti tahun banyaknya jamaah atau makmum ini tidak berlangsung panjang
karena ada seorang donatur dan masyarakat yang merenovasi Masjid Miftahul Huda menjadi lebih besar
lagi sehingga jumlah jemaah berkurang karena banyak dusun atau desa yang mulai membangun masjid
sendiri Masjid Miftahul Huda pernah dijuluki dengan masjid bisu karena mulai sejak masjid tersebut
direnovasi tidak ada satupun penghuni masjid yang adzan siang ataupun malam masjid tersebut benar-
benar sepi maka dari itu masjid tersebut dijuluki dengan masjid bisu. Tapi sejak kedatangan guru tugas
yang dari pondok Sidogiri masjid Miftahul Huda tidak sepi lagi karna beliau mulai mengadakan kegiatan
keagamaan yang mengajak pemuda masyarakat dusun masjid menghuni masjid tersebut.
Bicara tentang kondisi masyarakat di dusun masjid dusun Masjid yang terletak di pusat Desa Pacentan
karena keberadaan kepala desa terletak di dusun Masjid yang sebagian besar mayoritas tanahnya
adalah tanah tegal (tanah kering) yaitu merupakan tanah pertanian yang hanya bisa ditanami jagung,
kacang, sedangkan pada musim hujan tanah tegal tersebut sebagian ditanami padi. Selanjutnya dusun
masjid dari segi transportasi sangat sulit, karena dusun tersebut adalah dusun terpencil yang jauh dari
keramaian lalu lintas, bila ingin menuju dusun tersebut hanya ada satu transportasi yaitu dengan naik
ojek karena itu dusun ini sangat sulit untuk menjadikan pertumbuhan arus perekonomian masyarakat
khususnya masyarakat yang ada di kawasan dusun Masjid itu sendiri.

Pendidikan masyarakat dusun Masjid tingkat pendidikan masyarakat dusun Masjid sangat minim sekali,
berikut hasil wawancara hasil peneliti dengan kepala desa pacentan, dinyatakan bahwa tingkat
pendidikan masyarakat masih rendah sekali, bahkan masyarakat yang berusia 30-45 tahun tingkat
pendidikannya hanya sampai tingkat SD, sebab di antara mereka banyak yang membantu orang tua
mereka pergi ke sawah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sementara masyarakat yang sekarang
yang berusia 15-20 tahun sudah mulai banyakyang melanjutkan pendidikannya yang lebih tinggi
misalnya SLTP, SLTA, dan ada juga sebagian yang mondok di pesantren salaf karena mereka lebih
tertarik dengan pendidikan non formal seperti sekolah Madrasah pada umumnya. sedangkan yang
melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi masih sangat sedikit.

Agama dan budaya masyarakat dusun Masjid secara umum masyarakat dusun Masjid menganut agama
islam yang hal ini bisa dilihat dari kegiatan keagamaan yang dilakukan masyarakat. Mereka menganut
agama Islam sangat fanatik, dimana mereka menjadikan kyai sebagai tokoh yang paling dihormati di
dalam kehidupan bermasyarakat. Jika mereka ingin mengadakan sesuatu, misalnya: membangun rumah,
membangun tempat usaha, mau memondokkan anak, acara pernikahan dan mau berdagang terlebih
dahulu sowan (nyabis: istilah bahasa Madura) kepada kyai untuk meminta doa agar supaya sukses dalam
usaha kehidupannya. Untuk melestarikan dan mengembangkan sosial budaya masyarakat dusun masjid
ada beberapa kegiatan, seperti kumpulan Hadrah dan kegiatan NU. Menurut penutuhan bapak Asnan
ada adat istiadat masyarakat dusun masjid yaitu 1. Upacara kematian: yaitu upacara selamatan untuk
mengirim doa kepada orang yang meninggal dunia yang dilakukan oleh keluarga yang meninggal,
terhitung mulai dari hari meninggal sampai hari ketujuh, hari keempat puluh, hari keseratus bahkan hari
keseribuannya. 2. Upacara perkawinan: yaitu upacara penyerahan dan penerimaan wali pengantin pria
dan wanita. 3. Upacara pelet: yaitu upacara selamatan bagi orang yang hamil yang sudah berusia empat
atau tujuh bulan. 4. Maulid nabi: yaitu upacara selamatan untuk memperingati hari kelahiran nabi
Muhammad SAW.

Sedangkan dari segi agama, masyarakat dusun Masjid melaksanakan kegiatan keagamaan yang
dilakukan oleh anak-anak muda, bapak-bapak dan ibu-ibu seperti: 1. tahlilan yang hal ini diadakan rutin
pada hari Kamis malam Jumat bertempat di Masjid. 2. Jamiyah sholawat nariyah yang dilaksanakan rutin
satu bulan 1 kali pada malam Senin manis. 3. Organisasi fatayat NU yang dilaksanakan pada hari Minggu.

Sosial ekonomi masyarakat dusun Masjid, masyarakat dusun Masjid merupakan masyarakat yang
mempunyai mata pencaharian sebagai petani dan rata-rata masyarakat tidak mempunyai pekerjaan
sampingan selain bercocok tanam di sawah atau di tegal masing-masing. Kondisi pertanian yang ada di
dusun Masjid cukup memperhatinkan karena tanah yang dimiliki merupakan tanah kering dan hal itu
hanya menunggu musim hujan saja. Ketika musim hujan tanah tersebut hanya bisa ditanami padi satu
kali panen. sementara dimusim kemarau ada sebagian masyarakat yang menanam jagung dan kacang
itupun kalau tanah mereka berada didataran yang lebih rendah. diera tahun 60-an masyarakat di sana
merupakan masyarakat petani miskin tetapi ketika tahun 80-an sampai sekarang masyarakat menjadi
masyarakat peternak sapi, karena di dusun masjid ada salah seseorang yang berternak sapi potong dan
dari peternakan tersebut dia mampu mensejahterakan kehidupan keluarganya. dan ia mencoba untuk
mengajarkan masyarakat dusun Masjid juga dapat beternak sapi. Dengan kelompok kecil peternak sapi
yang akhirnya usaha ini dapat meluas satu desa. Dan usaha ini mengakibatkan pada perubahan yang
sifatnya positif yaitu pendapatan perekonomian masyarakat dusun nasi semakin meningkat dalam artian
bahwa tingkat pendapatan masyarakat semakin tinggi dimana masyarakat pada awalnya hanya berfokus
pada pertanian, tetapi kini sudah mempunyai pekerjaan sampingan, yaitu sebagai peternak sapi. Ada
ada juga sebagian masyarakat yang merantau ke Surabaya, Jakarta, Malang bahkan ada yang menjadi
TKI di Arab Saudi. berawal dari pekerjaan sebagai petani dan peternak sapi inilah kemudian tingkat
pendapatan masyarakat dusun Masjid semakin meningkat dan berkembang dengan demikian, bahwa
masyarakat dusun Masjid mengalami kemajuan ekonomi yang sangat pesat, meskipun penduduk
masyarakat dusun Masjid mayoritas petani dan masih tradisional. Sebagaimana telah diungkapkan oleh
Kepala Desa pacentan dan hasil pengamatan peneliti. Jumlah penduduk miskin yang ada di desa
pacentan kurang lebih 20% selebihnya adalah penduduk kelas menengah. Kegiatan ekonomi masyarakat
dusun masjid pada umumnya didukung oleh adanya fasilitas sarana dan prasarana berupa transportasi
untuk pengangkutan sapi dan pasar sapi dengan mekanisme pasar bebas.

Anda mungkin juga menyukai