Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

IMPLEMENTASI PANCASILA SILA KE-4


“KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAH KEBIJAKSANAAN DALAM
PERMUSYAWARATAN PERWAKILAN”
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Nilai dari Mata Kuliah Pendidikan
Pancasila Dan Kewarganegaraan

Disusun Oleh :
Kelompok 4
ALMAHIRA AZAHRRA 2322010374
AQMAL SOLIHIN 2322010335
CHIESA ANGELICA LAISA 2322010338
DESTA NURDIANSYAH 2322010356
DWY TRI ANGRAENI 2322010337
FAUZI RAHMAN FAHRIZAL 2322010355
FIRA ALYA NISRINA 2322010258
ICHSAN FAHRI 2322010334
SRI ANNISA DESTIANI 2322010343
TIARA DERA APRILIA RAHAYU 2322010261

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK


STIA BAGASASI BANDUNG
2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur marilah kita ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan ini
dapat diselesaikan oleh tim penulis yang sudah ditentukan oleh dosen pengampu.
Dengan selesainya makalah tentang “Implementasi Pancasila Sila Ke-4” ini
hendaknya kami dapat menyimpulkan serta dapat berbagi ilmu dengan pembaca yang
membaca makalah kami ini.
Penulis dan tim menyadari ketidaksempurnaan makalah ini, kritik dan saran yang
disampaikan oleh pembaca akan membantu demi perbaikan makalah ini.

Bandung, Januari 2024


Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 1
A. Latar Belakang .............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................... 3
A. Makna yang terkandung dari sila ke-4 dalam Pancasila ................................................. 3
B. Penjabaran nilai kerakyatan dalam sila ke-4 .................................................................. 4
C. Penjabaran nilai kerakyatan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara 5
D. Pelaksanaan dan pelanggaran sila ke-4 dalam kehidupan sehari-hari ............................. 6
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 11
A. Kesimpulan................................................................................................................. 11
B. Saran........................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pancasila adalah dasar filsafat negara Republik Indonesia. Kata "Pancasila" berasal dari
bahasa Sansekerta, di mana "Panca" berarti lima, dan "Sila" berarti prinsip atau asas. Oleh
karena itu, Pancasila terdiri dari lima prinsip dasar yang menjadi dasar negara Indonesia.
Pancasila adalah dasar filsafat Negara Republik Indonesia yang secara resmi disahkan
oleh PPKI pada tanggal 18 Aguatus 1945 dan tercantum dalam Pembukaan UUD 1945,
diundangkan dalam Berita Republik Indonesia tahun II No. 7 bersama-sama dengan batang
tubuh UUD 1945.
Dalam perjalanan sejarah eksistensi Pancasila sebagai dasar filsafat Negara Republik
Indonesia mengalami berbagai macam interpretasi dan manipulasi politik sesuai
kepentingan penguasa demi kokoh dan tegaknya kekuasaan yang berlindung di balik
legitimasi ideologi Negara Pancasila.
Berdasarkan kenyataan tersebut di atas, gerakan reformasi berupaya untuk
mengembalikan kedudukan dan fungsi Pancasila yaitu sebagai dasar Negara Republik
Indonesia, yang hal ini direalisasikan melalui ketetapan sidang istimewa MPR tahun 1998
No.XVIII/MPR/1998 disertai dengan pencabutan P-4 dan sekaligus juga pencabutan
Pancasila sebagai satu-satunya asas bagi Orsospol di Indonesia.
Dari kenyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa lemahnya nilai-nilai Pancasila dalam
Negara Indonesia, terutama sila ke-4 yang berbunyi, “Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan”, yang seharusnya Negara ini
dapat memiliki kekuatan hukum pada pemimpin Negara yang dapat berlaku bijaksana
dengan memusyawarahkan setiap permasalahan dalam Negara dan dapat mewakili seluruh
rakyat Indonesia.
Oleh sebab itu, penulis membuat makalah yang berjudul “Analisis Implementasi Nilai-
nilai sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan”. Hal ini dimaksudkan agar kita lebih bisa memahami tentang hakikat bangsa
dan negara, serta pentingnya integrasi nasional dalam mengatasi masalah yang memicu
perpecahan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas tersebut maka rumusan masalah adalah:
1. Apa makna yang terkandung dari sila ke-4 dalam Pancasila?

1
2. Bagaimana penjabaran nilai kerakyatan dalam sila ke-4?
3. Bagaimana penjabaran nilai kerakyatan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara?
4. Bagaimana pelaksanaan dan pelanggaran sila ke-4 dalam kehidupan sehari-hari?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Makna yang terkandung dari sila ke-4 dalam Pancasila


Sila ke-4 dalam Pancasila adalah "Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan
dalam Permusyawaratan/Perwakilan." Sila ini mengandung makna bahwa kebijaksanaan dan
musyawarah harus menjadi dasar dalam pengambilan keputusan untuk kepentingan rakyat.
Prinsip ini menekankan pentingnya partisipasi rakyat dalam proses pengambilan keputusan
melalui musyawarah dan perwakilan.
Dengan kata lain, sila ke-4 mendorong penyelenggaraan pemerintahan yang melibatkan rakyat
secara aktif melalui musyawarah dan perwakilan. Hal ini mencerminkan prinsip demokrasi, di
mana kebijaksanaan bersama dan partisipasi rakyat dihargai sebagai landasan utama bagi
pembangunan negara.
Sila ke-4 dalam Pancasila memiliki makna yang jelas dan rinci. Berikut adalah penjelasan
lebih rinci mengenai makna yang terkandung dalam sila ke-4:
1) Kerakyatan: Makna pertama yang terkandung dalam sila ke-4 adalah prinsip bahwa
kekuasaan negara berasal dari rakyat. Rakyat merupakan sumber kekuasaan yang sah
dan memiliki hak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang
mempengaruhi kehidupan mereka.
2) Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan: Makna kedua adalah pentingnya kebijaksanaan
dalam memimpin negara. Kebijaksanaan mengacu pada pemahaman yang bijaksana,
pengetahuan, dan kecerdasan dalam mengambil keputusan yang terbaik untuk
kepentingan rakyat. Pemimpin yang bijaksana harus mampu mempertimbangkan
berbagai faktor dan dampak keputusan mereka.
3) Permusyawaratan: Makna ketiga adalah pentingnya musyawarah dalam pengambilan
keputusan. Musyawarah merupakan proses dialog dan diskusi antara pihak-pihak yang
berkepentingan untuk mencapai kesepakatan bersama. Dalam konteks sila ke-4,
musyawarah digunakan sebagai mekanisme untuk menghimpun berbagai pandangan
dan aspirasi rakyat dalam pengambilan keputusan.
4) Perwakilan: Makna keempat adalah pentingnya perwakilan dalam sistem
pemerintahan. Perwakilan mengacu pada pemilihan wakil-wakil rakyat yang akan
mewakili kepentingan rakyat dalam proses pengambilan keputusan. Melalui
perwakilan, rakyat dapat secara efektif menyampaikan aspirasi dan kebutuhan mereka
kepada pemerintah.

3
Secara keseluruhan, sila ke-4 mengandung makna bahwa kebijaksanaan dan musyawarah
harus menjadi dasar dalam pengambilan keputusan untuk kepentingan rakyat. Prinsip ini
menekankan pentingnya partisipasi rakyat dalam proses pengambilan keputusan melalui
musyawarah dan perwakilan. Hal ini mencerminkan prinsip demokrasi, di mana kebijaksanaan
bersama dan partisipasi rakyat dihargai sebagai landasan utama bagi pembangunan negara.

B. Penjabaran nilai kerakyatan dalam sila ke-4


Penjabaran nilai kerakyatan dalam Sila ke-4 menggaris bawahi konsep bahwa kekuasaan
dan pemerintahan harus berpijak pada partisipasi aktif rakyat, pengakuan hak-hak fundamental,
keterlibatan dalam perwakilan, serta akuntabilitas dan transparansi. Penjabaran nilai
kerakyatan dalam Sila ke-4 Pancasila dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Kekuasaan berasal dari rakyat: Nilai kerakyatan menekankan bahwa kekuasaan dalam
negara berasal dari rakyat. Rakyat memiliki hak dan peran dalam menentukan arah dan
kebijakan pemerintahan. Ini mencerminkan prinsip bahwa negara harus melayani
kepentingan rakyat dan bertanggung jawab kepada mereka.
2. Partisipasi aktif: Nilai ini mengajak rakyat untuk berpartisipasi secara aktif dalam
proses pengambilan keputusan. Melalui partisipasi, rakyat dapat memberikan
kontribusi, menyuarakan pendapat, dan ikut serta dalam pembentukan kebijakan.
Partisipasi aktif rakyat dianggap sebagai fondasi bagi negara yang demokratis dan
responsif.
3. Hak-hak fundamental: Nilai kerakyatan mencakup pengakuan terhadap hak-hak
fundamental setiap warga negara. Hal ini termasuk hak-hak sipil, politik, ekonomi,
sosial, dan budaya. Negara diharapkan melindungi dan menghormati hak-hak ini
sebagai bagian integral dari nilai kerakyatan.
4. Keterlibatan dalam perwakilan: Nilai kerakyatan juga tercermin dalam sistem
perwakilan. Rakyat memilih wakil-wakil mereka untuk duduk di lembaga perwakilan,
seperti parlemen, yang bertugas mengambil keputusan atas nama rakyat. Perwakilan
menjadi sarana untuk menyampaikan aspirasi dan kepentingan rakyat secara efektif.
5. Akuntabilitas dan transparansi: Nilai ini menekankan pada akuntabilitas pemerintah
terhadap rakyat. Pemerintah diharapkan bertanggung jawab dalam menjalankan
kebijakan dan program-programnya. Transparansi dalam pengambilan keputusan dan
pelaksanaan kebijakan juga dianggap penting untuk memastikan kepercayaan rakyat
terhadap pemerintah.

4
C. Penjabaran nilai kerakyatan dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara
Penjabaran nilai kerakyatan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
melibatkan prinsip-prinsip dasar yang mendukung keterlibatan aktif dan partisipasi warga
dalam pengambilan keputusan politik. Berikut adalah beberapa aspek penjabaran nilai
kerakyatan:
1. Keterlibatan Masyarakat: Nilai kerakyatan menekankan pentingnya keterlibatan aktif
masyarakat dalam proses pengambilan keputusan. Hal ini dapat dicapai melalui
partisipasi dalam pemilihan umum, dialog publik, dan bentuk-bentuk lain dari
partisipasi masyarakat.
2. Keadilan dan Kesetaraan: Penjabaran nilai kerakyatan mencakup prinsip keadilan dan
kesetaraan, di mana setiap warga negara memiliki hak dan tanggung jawab yang sama.
Keadilan ini dapat tercermin dalam distribusi sumber daya, akses terhadap layanan
publik, dan perlakuan yang adil di mata hukum.
3. Hak Asasi Manusia: Nilai kerakyatan juga mencakup pengakuan dan penghormatan
terhadap hak asasi manusia. Ini termasuk hak-hak seperti kebebasan berpendapat,
berkumpul, dan berorganisasi, yang memungkinkan warga negara untuk
mengekspresikan pandangan mereka secara bebas.
4. Pendidikan Politik: Penjabaran nilai kerakyatan melibatkan upaya untuk meningkatkan
pemahaman politik di kalangan masyarakat. Pendidikan politik membantu warga
memahami sistem politik, hak dan kewajiban mereka, serta dampak keputusan politik
terhadap kehidupan mereka.
5. Kerjasama dan Solidaritas: Nilai kerakyatan juga mencakup kerjasama dan solidaritas
antarwarga negara. Masyarakat yang kuat membangun hubungan saling menghormati,
bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, dan mendukung satu sama lain dalam
menghadapi tantangan.
6. Keterbukaan dan Akuntabilitas: Penjabaran nilai kerakyatan mencakup keterbukaan
dan akuntabilitas pemerintah. Warga negara memiliki hak untuk mengetahui dan
memahami proses pengambilan keputusan serta memiliki mekanisme untuk menuntut
pertanggungjawaban dari para pemimpin mereka.
7. Penghormatan Terhadap Pluralisme: Dalam masyarakat yang berlandaskan nilai
kerakyatan, pluralisme dihormati. Ini mencakup pengakuan dan penghargaan terhadap
keberagaman budaya, agama, dan pandangan politik di dalam masyarakat.

5
Dengan memahami dan menerapkan nilai-nilai ini, suatu negara dapat menciptakan
lingkungan yang mendukung keterlibatan aktif warga negara dan pengambilan keputusan yang
mencerminkan kepentingan bersama.

D. Pelaksanaan dan pelanggaran sila ke-4 dalam kehidupan sehari-


hari
a. Negara adalah untuk kepentingan rakyat
Abraham Lincoln secara sederhana mendefinisikan demokrasi sebagai “pemerintahan
dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat”(government of the people, by the people, and for
the people). Sebagai contoh bentuk pelaksanaan dari nilai sila ke empat yang memiliki makna
bahwa Negara adalah untuk kepentingan rakyat, yaitu:
Contoh pelaksanaan:
Keberhasilan Indonesia dalam bidang demokrasi bisa menjadi contoh bagi negara-
negara di kawasan Asia yang hingga saat ini beberapa di antaranya masih diperintah dengan
‘tangan besi’. Pembangunan sistem demokrasi dapat berjalan seiring dengan upaya
pembangunan ekonomi. Ia menilai, keberhasilan Indonesia dalam bidang demokrasi yang tidak
banyak disadari itu, membuat pihak luar termasuk Asosiasi Internasional Konsultan Politik
(IAPC), membuka mata bangsa Indonesia, bahwa keberhasilan tersebut merupakan sebuah
prestasi yang luar biasa.
Contoh pelanggaran:
Didalam pelaksanaan nilai-nilai yang ada, namun ada juga pelanggaran terhadap nilai-
nilai tersebut. Adapun contoh pelanggaran dari nilai tersebut. Contoh: Perlawanan rakyat-
rakyat di beberapa negara Afrika semisal Mesir, Libya, Tunisia, dan lain-lain untuk merasakan
lingkungan demokratis pada bangsanya, dimana bangsanya sendiri sudah terjebak pada sebuah
lingkungan aristokrasi atau ketunggalan kepemimpinan dalam beberapa tahun lamanaya.
b. Kedaulatan ada di tangan rakyat
Menurut Jean Bodin (tokoh ilmu negara), kedaulatan dalam negara ialah kekuasaan
tertinggi dalam negara yang tidak berasal dari kekuasaan lain. Berdasarkan pengertian tersebut
maka kedaulatan memiliki sifat :
a) Asli, tidak terbagi bagi, mutlak, dan permanen. Karena kekuasaan yang tertinggi itu
tidak berasal dari pemberian kekuasaan yang lebih tinggi.
b) Tidak terbagi-bagi artinya utuh dimiliki oleh pemegang kedaulatan itu tanpa dibagi
kepada pihak lain.

6
c) Permanen / abadi, artinya kedaulatan itu tetap, tidak berubah berada dalam kekuasaan
pemegang kedaulatan tersebut.
d) Tunggal berarti hanya ada satu kekuasaan tertinggi, sehingga kekuasaan itu tidak dapat
dibagi-bagi. Dengan demikian, kedaulatan sebagai kekuasaan tertinggi.
Contoh pelaksanaan:

Hak pilih warga negara sebagai sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat dalam pemilu.
Sebagai perwujudan demokrasi, di dalam International Commission of Jurist, Bangkok Tahun
1965, dirumuskan bahwa “penyelenggaraan pemilihan umum yang bebas merupakan salah satu
syarat dari enam syarat dasar bagi negara demokrasi perwakilan di bawah “rule of law”.
Selanjutnya juga dirumuskan definisi tentang suatu pemerintahan demokrasi berdasarkan
perwakilan, yaitu: suatu bentuk pemerintahan dimana warga negara melaksanakan hak yang
sama tetapi melalui wakil-wakil yang dipilih dan bertanggung jawab kepada mereka melalui
proses pemilihan-pemilihan yang bebas. Sehingga hakikat pemilu sesungguhnya adalah
instrumen demokrasi. Sebagai alat demokrasi, pemilu berusaha mendekati obsesi demokrasi,
yaitu pemerintahan dari, oleh, dan untuk rakyat.

Contoh pelanggaran:

Pembagian zakat di Pulau Buru Maluku merupakan salah satu contoh kasus money
politic yang benar-benar ada dan terjadi di Indonesia menjelang pemilu.

Seperti yang terjadi di pulau Buru provinsi Maluku, terjadi tindakan pembagian uang
pecahan Rp.100.000 yang dilakukan oleh calon Bupati yang diketahui namanya Siti Aisyah
Fitria yang dilakukan di halaman rumahnya. Tidak ingin dituduh sebagai praktek money politic
calon bupati pulau Buru tersebut menyebut tindakannya tersebut sebagai pembagian zakat atas
harta yang dimilikinya. Dari contoh tersebut dapat diketahui bahwa kedaulatan tidak ada
ditangan rakyat.
c. Manusia Indonesia sebagai warga negara dan warga masyarakat mempunyai
kedudukan, hak dan kewajiban yang sama

Dalam menerapkan prinsip-prinsip persamaan kedudukan warga negara dalam berbagai


kehidupan, pemerintah mengaturnya pada Bab XA UUD 1945 tentang hak asasi manusia, yang
tertuang dalam Pasal 28A-J. Penerapan prinsip-prinsip persamaan kedudukan warga negara
dalam berbagai kehidupan itu misalnya :

7
1. Dalam lingkungan kehidupan keluarga, setiap individu memiliki hak yang
sama, diantaranya:
1) Memperoleh pendidikan
2) Memperoleh perlindungan
3) Memperoleh penghidupan yang layak
4) Mendapatkan kesejahteraan
5) Memperoleh jaminan untuk memiliki harga diri/martabat
6) Tercukupi kebutuhan hidupnya, dan lain sebagainya
2. Dalam lingkungan kehidupan masyarakat, setiap individu memiliki hak yang
sama, diantaranya:
1) Memperoleh pekerjaan dan penghasilan yang layak
2) Hidup, mempertahankan dan kehidupan
3) Membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan
4) Memperoleh perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, dan lain sebagainya
3. Dalam lingkungan kehidupan berbangsa dan bernegara, setiap individu memiliki
hak yang sama, diantaranya:
1) Kebebasan memilih
2) Memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan
3) Memperoles status kewarganegaraan
4) Berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dalam
lingkungan sosialnya, dan lain sebagainya.
Contoh pelaksanaan:
 Dalam melamar pekerjaan ke sebuah perusahaan semua warga negara berhak untuk
melamar, asal memenuhi kriteria yang ditentukan. (pasal 27 ayat (2) UUD 45 "Tiap-
tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan.
 Semua warga Negara boleh berdemo, menyampaikan inspirasinya lewat media apapun
baik bersifat kritik atau saran. (Pasal 28 UUD 45 "Kemerdekaan berserikat dan
berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan
dengan undang-undang.
Contoh pelanggaran:

Tragedi Wamena Berdarah pada 4 April 2003. Tragedi itu terjadi pada 4 April 2003
pukul 01.00 waktu Papua. Sekelompok massa tak dikenal membobol gudang senjata Markas

8
Kodim 1702/Wamena. Penyerangan ini menewaskankan dua anggota Kodim, yaitu Lettu TNI
AD Napitupulu dan Prajurit Ruben Kana (penjaga gudang senjata). Kelompok penyerang
diduga membawa lari sejumlah pucuk senjata dan amunisi. Dalam rangka pengejaran terhadap
pelaku, aparat TNI-Polri diduga telah melakukan penyisiran, penangkapan, penyiksaan,
perampasan secara paksa, sehingga menimbukan korban jiwa dan pengungsian penduduk
secara paksa. Pada pemindahan paksa ini, tercatat 42 orang meninggal dunia karena kelaparan,
serta 15 orang jadi korban perampasan. Komnas juga menemukan pemaksaan penanda
tanganan surat pernyataan, serta perusakan fasilitas umum.

d. Pimpinan kerakyatan adalah hikmat kebijaksanaan yang dilandasi akal sehat


Contoh pelaksanan:
Kasus kepemimpinan ini adalah studi kasus tentang kepemimpinan Sri Mulyani
Indrawati. Sebelum menjabat sebagai Menteri Keuangan, dia menjabat Menteri Negara
Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas dari Kabinet Indonesia Bersatu. Sri
Mulyani dikenal sebagai seorang pengamat ekonomi di Indonesia. Sri Mulyanimenjadi satu-
satunya perempuan pertama yang menjabat sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia yang
membawahi 70 lebih negara.
Para pegawai yang bekerja bersama SMI menyatakan bahwa dia adalah orang yang
tegas dan disiplin, rasional tapi juga tulus. SMI dengan tegas, berani mereformasi seluruh
struktur keoorganisasian yang menjadi inti unit kerja di kementerian keuangan dan membuat
banyak terobosan dalam kebijakan serta berani mengambil risiko yang tinggi, misalnya
keputusan menyelamatkan Bank Century. Sri Mulyani dinilai mampu menggawangi
perekonomian Indonesia yang merupakan salah satu yang terbesar di dunia hingga mampu
melampaui krisis.
Contoh pelanggaran:
Kasus anggaran siluman dengan kasus yang menjerat Fuad Amin yang notabene adalah
mantan bupati Bangkalan, Madura. Kasus Fuad bermula dari operasi tangkap tangan terhadap
Direktur PT Media Karya Sentosa Antonio Bambang Djatmiko dan Ra’uf (ajudan Fuad) di
Jalan Bangka, Jakarta Selatan, pada awal Desember lalu. Petugas KPK menemukan uang Rp
700 juta di mobil Ra’uf. Sehari kemudian, KPK mencokok Fuad di kediamannya di Bangkalan.
Saat mencokok Fuad, penyidik KPK juga mengamankan uang sekitar Rp 4 miliar. Fuad diduga
menerima uang ‘ucapan terima kasih’ sebesar Rp 700 juta dari PT Media Karya Sentosa karena
membantu perusahaan itu mendapatkan kontrak penyaluran gas dari Pertamina Hulu Energy
West Madura Offshore sejak 2007 atau saat dia menjabat sebagai Bupati Bangkalan.

9
e. Keputusan diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat oleh wakil-wakil rakyat

Musyawarah adalah suatu upaya bersama dengan sikap rendah hati untuk memecahkan
persoalan (mencari jalan keluar) guna mengambil keputusan bersama dalam penyelesaian atau
pemecahan masalah yang menyangkut urusan keduniawian.

Sekelompok orang sedang bermusyawarah membicarakan sesuatu. Saat ini


musyawarah selalu dikait-kaitkan dengan dunia politik, demokrasi.
Contoh pelaksanaan:

MPR Memberikan Contoh Musyawarah Mufakat


Rapat tersebut telah disepakati semua nama yang akan men empati badan-badan MPR
itu.Hasil kesepakatan tersebut akan disahkan dalam rapat gabungan yang akan digelar pada
Rabu (12/11). "Kita akan laksanakan rapat gabungan untuk mengesahkan anggotaanggota di
tiga badan tersebut," terang Zulkifli. Hadir dalam rapat tersebut antara lain Wakil Ketua MPR
Oesman Sapta Odang, Edhy Prabowo (Fraksi Gerindra), Ali Taher (Fraksi PAN), Ahmad
Basarah (Fraksi PDIP), dan Fadholi (Fraksi NasDem).
Contoh pelanggaran:
Contoh Kasus Konflik Organisasi
Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Zulkarnain mengakui jika dalam
mengusut kasus Hambalang, terjadi perbedaan pendapat di antara pimpinan. Namun, dia
menegaskan perbedaan itu tidak sampai menimbulkan perpecahan.
Diatas adalah salah satu contoh konflik dalam organisasi, konfliknya yaitu para
pemimpin dalam KPK memiliki perbedaan pendapat terhadap kasus hambalang.

10
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
merupakan sila keempat pancasila, yang mengandung arti atau makna penerimaan dari rakyat
oleh rakyat, untuk rakyat dengan cara musyawarah dan mufakat melalui lembaga-lembaga
perwakilan. Pancasila juga digunakan sebagai tolak ukur dalam berpikir dan bertingkah laku.

Terdapat nilai-nilai sila keempat antara lain menjunjung tinggi asas musyawarah sebagai
moral kemanusiaan yang adil dan beradab. Implementasi sila keempat adalah menerapkan
nilai-nilai yang terdapat pada sila keempat antara lain menghargai persamaan derajat yaitu
setiap manusia memiliki persamaan hak dan kewajiban, mengutamakan musyawarah untuk
mencapai mufakat, serta dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan
melaksanakan hasil keputusan musyawarah.

B. Saran
Dengan melihat hasil pembahasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa ada baiknya
untuk selalu melakukan musyawarah mufakat dalam setiap pengambilan keputusan yang
bersifat kelompok, menghormati hasil dari musyawarah mufakat tersebut dan cenderung
mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi.

11
DAFTAR PUSTAKA
file:///D:/Semester%20%206/JUNI/Qmedia%20%20Analisis%20Kasus%20Politik%20Uang
%20dalam%20Pemilu%202014.htm
file:///D:/Semester%20%206/JUNI/Contoh%20Kasus%20Pelanggaran%20HAM%20di%20I
ndonesia.htm
file:///D:/Semester%20%206/JUNI/ARIF%20FRASTIAWAN%20SINGHAN%20%20Pelan
ggaran%20Hak%20Asasi%20Manusia%20dalam%20Penyelenggaraan%20Pemilihan%20U
mum%20di%20Indonesia.htm
Latif, Yudi. 2011. Negara Paripurna : Historisitas, Rasionalitas, dan Aktualitas Pancasila. Jakarta:
Gramedia. (383-486)

12

Anda mungkin juga menyukai