tentang
PEDOMAN PELAKSANAAN
ADMINISTRASI PENYANDANG CACAT PRAJURIT TNI AD
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 23 Februari 2010
Cap/tertanda
Tembusan :
1. Panglima TNI
2. Irjen TNI
3. Aspers Panglima TNI
4. Dirjen Kuathan Kemhan RI
TENTARA NASIONAL INDONESIA Lampiran Peraturan Kasad
MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT Nomor Perkasad / 7 / II / 2010
Tanggal 23 Februari 2010
BAB I
PENDAHULUAN
1. Umum.
a. Pendahuluan.
b. Ketentuan Umum.
c. Tingkat dan Golongan.
d. Evaluasi Cacat.
e. Rehabilitasi.
f. Pembinaan Karier.
g. Santunan dan Tunjangan.
h. Prosedur Pengajuan dan Pembayaran Santunan dan Tunjangan.
i. Pengawasan dan Pengendalian.
j. Penutup.
4. Landasan.
5. Pengertian.
e. Tugas Oleh Karena Dinas. Tugas oleh karena dinas adalah melaksanakan
tugas jabatan yang didukung dengan surat perintah dinas.
h. Cacat Karena Dinas. Cacat karena dinas adalah cacat akibat tindakan
langsung lawan, maupun bukan akibat tindakan langsung lawan.
j. Cacat Berat, atau disebut cacat tingkat III adalah cacat jasmani dan/atau
rohani yang mengakibatkan yang bersangkutan tidak mampu sama sekali untuk
melakukan pekerjaan atau kegiatan apapun, sehingga menjadi beban orang lain.
4
k. Cacat Sedang, atau disebut cacat tingkat II adalah cacat jasmani dan/atau
rohani yang mengakibatkan yang bersangkutan tidak mampu lagi menjalani dinas
keprajuritan dengan baik namun masih dapat berkarya di luar jajaran TNI AD.
l. Cacat Ringan, atau disebut cacat tingkat I adalah cacat jasmani dan/atau
rohani yang tidak mengakibatkan yang bersangkutan terganggu dalam
melaksanakan tugas di jajaran TNI AD.
BAB II
KETENTUAN UMUM
7. Prajurit penyandang cacat diberikan santunan cacat dan tunjangan cacat sebagai
penghargaan pemerintah atas pengorbanannya, terhitung mulai tanggal 1 Januari 2008.
(PP Nomor 56 Tahun 2007 Pasal 8).
8. Santunan cacat dan tunjangan cacat ditentukan atas dasar tingkat dan golongan
cacatnya yang ditetapkan oleh Panglima TNI berdasarkan hasil pengujian dan penilaian
kecacatan prajurit oleh PEKP.
10. Tunjangan cacat diberikan setiap bulan, berdasarkan keputusan tentang pensiun
karena cacat.
11. Santunan cacat dan/atau tunjangan cacat bagi prajurit penyandang cacat yang
meninggal dunia setelah 1 Januari 2008 diberikan kepada ahli warisnya dihitung sampai
dengan saat meninggal dunianya.
12. Tunjangan cacat bagi purnawirawan penyandang cacat yang meninggal dunia
setelah 1 Januari 2008 diberikan kepada ahli warisnya dihitung sampai dengan saat
meninggal dunianya.
13. Satyalancana Bhakti diberikan secara langsung kepada prajurit penyandang cacat
setelah menerima Keputusan Panglima TNI tentang kecacatannya.
15. Prajurit penyandang cacat yang telah menerima keputusan tentang pemberhentian
dari dinas keprajuritan karena cacat, selain diberikan tunjangan cacat sesuai dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2007, juga diberikan pensiun sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
6
16. Prajurit penyandang cacat yang pada tanggal Peraturan Pemerintah Nomor 56
Tahun 2007 diundangkan telah menjalani pensiun berdasarkan keputusan tentang
pemberhentian dari dinas keprajuritan diberikan tunjangan cacat sesuai dengan Peraturan
Pemerintah tersebut.
17. Komandan Satuan dapat mengusulkan prajurit penyandang cacat tingkat II dan III
yang memiliki keahlian dan kemampuan khusus untuk tetap dinas aktif.
19. Pada saat Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2007 mulai berlaku, semua
peraturan pelaksanaan tentang santunan dan tunjangan cacat bagi prajurit TNI
dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan belum diatur berdasarkan
Peraturan Pemerintah tersebut.
20. Pada saat Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2007 mulai berlaku, pengaturan
tentang tunjangan cacat sebagaimana tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 31
Tahun 1997 tentang Penetapan Kembali Pensiun Pokok Purnawirawan/Warakawuri atau
Duda, Tunjangan Anak Yatim/Piatu, dan Anak Yatim Piatu Anggota ABRI dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.
BAB III
TINGKAT DAN GOLONGAN
5) Kehilangan satu anggota gerak bawah dan satu anggota gerak atas.
7
6) Kelumpuhan satu anggota gerak bawah dan satu anggota gerak atas.
11) Bisu.
12) Tuli.
a. Golongan ”C” adalah kecacatan yang terjadi dalam tugas operasi militer
akibat tindakan langsung lawan.
b. Golongan ”B” adalah kecacatan yang terjadi dalam tugas operasi militer
bukan tindakan langsung lawan dan atau dalam tugas kedinasan.
c. Golongan ”A” adalah kecacatan yang terjadi dalam masa kedinasan bukan
dalam operasi militer atau bukan karena dinas.
BAB IV
EVALUASI
BAB V
REHABILITASI
a. Rehabilitasi Medik.
b. Rehabilitasi Vokasional/Edukasional.
a. Rehabilitasi Medik.
a) Phisioterapi
b) Terapi kerja
c) Pemberian prothesa
d) Pemberian alat-alat ortose
e) Bantuan teknik medik
BAB VI
PEMBINAAN KARIER
32. Penugasan. Prajurit penyandang cacat tingkat I ditugaskan di luar Satpur atau
Satbanpur dan diberikan jabatan yang tidak menuntut kemampuan fisik prima disesuaikan
dengan kecacatannya.
13
33. Pendidikan.
34. Kepangkatan.
35. Pembinaan jasmani terhadap prajurit penyandang cacat tingkat I diatur secara
khusus.
BAB VII
SANTUNAN DAN TUNJANGAN CACAT
37. Santunan Cacat. Prajurit penyandang cacat yang telah mendapat penetapan
tingkat dan penggolongan cacat berdasarkan Keputusan Panglima TNI diberikan
santunan cacat sebagai berikut :
38. Tunjangan Cacat. Prajurit penyandang cacat yang telah menerima keputusan
pensiun karena cacat, diberikan tunjangan cacat sebagai berikut :
1) Penyandang cacat tingkat III golongan “C” sebesar 100 % dari gaji pokok
terakhir.
2) Penyandang cacat tingkat II golongan “C” dan tingkat III golongan B sebesar
75 % dari gaji pokok terakhir.
4) Penyandang cacat tingkat III golongan “A” sebesar 40 % dari gaji pokok
terakhir.
39. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada pasal 36 dan 37 berlaku juga untuk
Prajurit Siswa dengan perhitungan berdasarkan gaji pokok permulaan Prajurit Karier
untuk suatu pangkat yang akan ditetapkan bagi seorang prajurit siswa yang lulus
pendidikan pertama.
BAB VIII
PROSEDUR PENGAJUAN DAN PEMBAYARAN
SANTUNAN DAN TUNJANGAN CACAT
a. Prosedur pengajuan.
1) Cacat Tingkat I.
BAB IX
PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN
44. Pangkotama, Dan/Dir/Ka Balakpus atau pejabat yang berwenang berperan serta
terhadap pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian penyelenggaraan administrasi
penyandang cacat tingkat Kotama/Balakpus.
BAB X
PENUTUP
46. Demikian petunjuk pelaksanaan tentang administrasi penyandang cacat ini disusun
sebagai pedoman bagi pejabat personel dalam rangka penyelesaian administrasi prajurit
penyandang cacat.
Cap/tertanda