Anda di halaman 1dari 19

TENTARA NASIONAL INDONESIA

MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT

PERATURAN KEPALA STAF ANGKATAN DARAT


Nomor : Perkasad / 7 / II / 2010

tentang

PEDOMAN PELAKSANAAN
ADMINISTRASI PENYANDANG CACAT PRAJURIT TNI AD

KEPALA STAF ANGKATAN DARAT

Menimbang : Bahwa dalam rangka pelaksanaan pemberian perawatan


terhadap prajurit TNI AD penyandang cacat, perlu diterbitkan pedoman
pelaksanaan administrasi penyandang cacat prajurit TNI AD.

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1966


tentang Pemberian pensiun, tunjangan bersifat pensiun dan tunjangan
kepada Militer Sukarela.

2. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara


Nasional Indonesia.

3. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2007 tentang Santunan


dan tunjangan cacat prajurit TNI.

4. Peraturan Menteri Pertahanan RI Nomor 39/XII/2008 tanggal 30


Desember 2008 tentang Tata cara pemberian santunan dan tunjangan
cacat prajurit TNI.

5. Peraturan Panglima TNI Nomor Perpang/69/X/2009 tanggal 9


Oktober 2009 tentang Petunjuk teknis penyandang cacat prajurit TNI.

6. Surat Keputusan Panglima TNI Nomor Skep/501/VIII/2002


tanggal 13 Agustus 2002 tentang Petunjuk induk pemisahan prajurit
TNI.

7. Peraturan Kasad Nomor Perkasad/121/IX/2007 tanggal 13


September 2007 tentang Petunjuk pelaksanaan tentang pengurusan
pensiun prajurit Angkatan Darat.

8. Surat Keputusan Kasad Nomor Skep/14/II/2006 tanggal 3


Februari 2006 tentang Petunjuk pelaksanaan tentang pengakhiran
dinas keprajuritan.
2

Memperhatikan : Surat Perintah Kasad Nomor Sprin/15/I/2010 tanggal 6 Januari


2010 tentang Perintah untuk melaksanakan tugas sebagai Tim Pokja
penyusunan Perkasad tentang pedoman pelaksanaan administrasi
penyandang cacat prajurit TNI AD.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : 1. Pedoman pelaksanaan administrasi penyandang cacat prajurit


TNI AD sebagaimana tercantum pada lampiran peraturan ini.

2. Hal-hal yang berhubungan dengan perkembangan keadaan dan


memerlukan pengaturan lebih lanjut akan diatur tersendiri.

3. Ketentuan-ketentuan terdahulu yang bertentangan dan tidak


sesuai dengan peraturan ini dinyatakan tidak berlaku lagi.

4. Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 23 Februari 2010

A.n. Kepala Staf Angkatan Darat


Asisten Personel

Cap/tertanda

Distribusi : Arri Sujono, S.H.


Mayor Jenderal TNI
A, B dan C Angkatan Darat

Tembusan :

1. Panglima TNI
2. Irjen TNI
3. Aspers Panglima TNI
4. Dirjen Kuathan Kemhan RI
TENTARA NASIONAL INDONESIA Lampiran Peraturan Kasad
MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT Nomor Perkasad / 7 / II / 2010
Tanggal 23 Februari 2010

PEDOMAN PELAKSANAAN ADMINISTRASI PENYANDANG CACAT


PRAJURIT TNI AD

BAB I
PENDAHULUAN

1. Umum.

a. Penghargaan terhadap prajurit TNI AD yang mengalami kecacatan jasmani


maupun rohani/kejiwaan yang terjadi dalam masa kedinasan adalah bentuk
perhatian pemerintah untuk memberikan kepastian hukum sebagai akibat dari
perubahan status dalam dinas keprajuritannya.

b. Pengurusan administrasi prajurit penyandang cacat memberikan penjelasan


penyelenggaraannya mulai dari evaluasi, rehabilitasi, pembinaan karier, perawatan
dan rawatan purna dinas terhadap prajurit penyandang cacat.

c. Agar penyelenggaraan administrasi penyandang cacat bagi prajurit di


lingkungan TNI AD dapat terlaksana sesuai ketentuan yang berlaku perlu
ditetapkan petunjuk pelaksanaan tentang administrasi penyandang cacat prajurit
TNI AD.

2. Maksud dan Tujuan.

a. Maksud. Memberikan petunjuk dan penjelasan tentang pelaksanaan


administrasi penyandang cacat prajurit TNI AD.

b. Tujuan. Agar dalam penyelenggaraan administrasi penyandang cacat


prajurit TNI AD dapat dilaksanakan secara tepat, cepat dan benar sesuai ketentuan
yang berlaku.
2

3. Ruang Lingkup. Petunjuk pelaksanaan tentang administrasi penyandang cacat


prajurit TNI AD di susun dengan tata urut sebagai berikut :

a. Pendahuluan.
b. Ketentuan Umum.
c. Tingkat dan Golongan.
d. Evaluasi Cacat.
e. Rehabilitasi.
f. Pembinaan Karier.
g. Santunan dan Tunjangan.
h. Prosedur Pengajuan dan Pembayaran Santunan dan Tunjangan.
i. Pengawasan dan Pengendalian.
j. Penutup.

4. Landasan.

a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1966 tentang


Pemberian pensiun, tunjangan bersifat pensiun dan tunjangan kepada Militer
Sukarela.

b. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional


Indonesia.

c. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2007 tentang Santunan dan


tunjangan cacat prajurit TNI.

d. Peraturan Menteri Pertahanan RI Nomor 39/XII/2008 tanggal 30 Desember


2008 tentang Administrasi penyandang cacat prajurit TNI.

e. Peraturan Panglima TNI Nomor Perpang/69/X/2009 tanggal 9 Oktober 2009


tentang Petunjuk teknis penyandang cacat prajurit TNI.

f. Surat Keputusan Panglima TNI Nomor Skep/501/VIII/2002 tanggal 13


Agustus 2002 tentang Petunjuk induk pemisahan prajurit TNI.

g. Peraturan Kasad Nomor Perkasad/121/IX/2007 tanggal 13 September 2007


tentang Petunjuk pelaksanaan tentang pengurusan pensiun prajurit Angkatan
Darat.

h. Surat Keputusan Kasad Nomor Skep/14/II/2006 tanggal 3 Februari 2006


tentang Petunjuk pelaksanaan tentang pengakhiran dinas keprajuritan.
3

5. Pengertian.

a. Prajurit. Prajurit adalah anggota TNI AD.

b. Prajurit Siswa. Prajurit Siswa adalah warga negara yang sedang


menjalani pendidikan pertama untuk menjadi prajurit TNI AD.

c. Prajurit Penyandang Cacat. Prajurit penyandang cacat adalah prajurit


TNI AD termasuk prajurit siswa yang menderita cacat jasmani dan/atau rohani yang
disebabkan oleh karena dinas maupun selama masa kedinasan, yang oleh
karenanya dapat merupakan rintangan atau hambatan baginya untuk melakukan
kegiatan secara layak.

d. Pembinaan Prajurit Penyandang Cacat. Pembinaan prajurit penyandang


cacat adalah salah satu upaya pekerjaan dan kegiatan secara terpadu dan
berlanjut untuk memungkinkan terlaksananya pembangunan penyandang cacat
sebagai kekuatan yang produktif/efektif melalui rehabilitasi medik, rehabilitasi
vokasional dan rehabilitasi sosial.

e. Tugas Oleh Karena Dinas. Tugas oleh karena dinas adalah melaksanakan
tugas jabatan yang didukung dengan surat perintah dinas.

f. Tugas Di Luar Kedinasan. Tugas diluar kedinasan adalah melaksanakan


tugas rutin atau tugas lainnya yang tidak didukung dengan surat perintah dinas
selama dinas aktif.

g. Rehabilitasi Cacat. Rehabilitasi cacat adalah suatu usaha, kegiatan dan


pekerjaan untuk mengembalikan semaksimal mungkin keadaan seperti semula
sebelum cacat bagi para penyandang cacat, melalui suatu sistem yang terpadu
dan terkoordinasi dari berbagai upaya yaitu medikal, edukasional/vokasional, sosial
serta pembinaan mental dan jasmani.

h. Cacat Karena Dinas. Cacat karena dinas adalah cacat akibat tindakan
langsung lawan, maupun bukan akibat tindakan langsung lawan.

i. Cacat Di Luar Dinas. Cacat di luar dinas adalah cacat karena


melaksanakan tugas rutin atau tugas lainnya yang tidak didukung dengan surat
perintah dinas selama dinas aktif.

j. Cacat Berat, atau disebut cacat tingkat III adalah cacat jasmani dan/atau
rohani yang mengakibatkan yang bersangkutan tidak mampu sama sekali untuk
melakukan pekerjaan atau kegiatan apapun, sehingga menjadi beban orang lain.
4

k. Cacat Sedang, atau disebut cacat tingkat II adalah cacat jasmani dan/atau
rohani yang mengakibatkan yang bersangkutan tidak mampu lagi menjalani dinas
keprajuritan dengan baik namun masih dapat berkarya di luar jajaran TNI AD.

l. Cacat Ringan, atau disebut cacat tingkat I adalah cacat jasmani dan/atau
rohani yang tidak mengakibatkan yang bersangkutan terganggu dalam
melaksanakan tugas di jajaran TNI AD.

m. Pembinaan Lanjut Prajurit Penyandang Cacat. Pembinaan lanjut prajurit


penyandang cacat adalah usaha pemeliharaan dan pengembangan tingkat
kemampuan penyandang cacat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial.

n. Penghasilan. Penghasilan adalah gaji prajurit ditambah tunjangan istri atau


suami dan anak.

o. Panitia Evaluasi Kecacatan Prajurit, yang selanjutnya disebut PEKP


adalah panitia yang melaksanakan pengujian dan penilaian kecacatan untuk
menentukan tingkat kecacatan, penyebab kecacatan serta untuk mengetahui
kemampuan jasmani dan rohani, yang ditetapkan berdasarkan dengan Surat
Perintah Panglima TNI.

p. Pensiun. Pensiun adalah jaminan sosial pemerintah yang diberikan


sebagai penghargaan kepada Prajurit Sukarela untuk selama hidupnya, setelah
diberhentikan dengan hormat dari dinas keprajuritan dan memenuhi persyaratan.
Apabila yang bersangkutan meninggal dunia, maka istri/suami dan anaknya berhak
menerima pensiun warakawuri/duda dan tunjangan anak yatim/piatu atau
tunjangan anak yatim piatu.

q. Tunjangan Cacat. Tunjangan cacat adalah jaminan sosial yang merupakan


penghargaan pemerintah berbentuk uang yang diberikan setiap bulan selama
hidupnya kepada prajurit penyandang cacat sesuai dengan tingkat dan golongan
cacatnya.

r. Santunan. Santunan cacat adalah santunan yang merupakan penghargaan


pemerintah berbentuk uang diberikan sekaligus kepada prajurit penyandang cacat
setelah ditetapkan tingkat dan golongan cacatnya.

s. Purnawirawan Penyandang Cacat. Purnawirawan penyandang cacat


adalah Purnawirawan TNI AD yang mengalami cacat baik tingkat III, II dan I pada
saat masih berdinas aktif dan memiliki Keputusan Panglima TNI tentang penetapan
tingkat dan golongan cacat.
5

BAB II
KETENTUAN UMUM

6. Umum. Penyelenggaraan administrasi prajurit penyandang cacat mulai dari


evaluasi cacat, rehabilitasi cacat, pembinaan karier, perawatan dan rawatan purna dinas
diselenggarakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku agar dapat diterima oleh prajurit
penyandang cacat dengan tepat, cepat, dan benar.

7. Prajurit penyandang cacat diberikan santunan cacat dan tunjangan cacat sebagai
penghargaan pemerintah atas pengorbanannya, terhitung mulai tanggal 1 Januari 2008.
(PP Nomor 56 Tahun 2007 Pasal 8).

8. Santunan cacat dan tunjangan cacat ditentukan atas dasar tingkat dan golongan
cacatnya yang ditetapkan oleh Panglima TNI berdasarkan hasil pengujian dan penilaian
kecacatan prajurit oleh PEKP.

9. Santunan cacat diberikan hanya 1 kali, berdasarkan keputusan Panglima TNI


tentang penetapan tingkat dan golongan cacat prajurit.

10. Tunjangan cacat diberikan setiap bulan, berdasarkan keputusan tentang pensiun
karena cacat.

11. Santunan cacat dan/atau tunjangan cacat bagi prajurit penyandang cacat yang
meninggal dunia setelah 1 Januari 2008 diberikan kepada ahli warisnya dihitung sampai
dengan saat meninggal dunianya.

12. Tunjangan cacat bagi purnawirawan penyandang cacat yang meninggal dunia
setelah 1 Januari 2008 diberikan kepada ahli warisnya dihitung sampai dengan saat
meninggal dunianya.

13. Satyalancana Bhakti diberikan secara langsung kepada prajurit penyandang cacat
setelah menerima Keputusan Panglima TNI tentang kecacatannya.

14. Perubahan tingkat dan atau golongan kecacatan ditetapkan berdasarkan


Keputusan Panglima TNI melalui uji ulang yang dilaksanakan oleh Panitia Evaluasi
Kecacatan Prajurit.

15. Prajurit penyandang cacat yang telah menerima keputusan tentang pemberhentian
dari dinas keprajuritan karena cacat, selain diberikan tunjangan cacat sesuai dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2007, juga diberikan pensiun sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
6

16. Prajurit penyandang cacat yang pada tanggal Peraturan Pemerintah Nomor 56
Tahun 2007 diundangkan telah menjalani pensiun berdasarkan keputusan tentang
pemberhentian dari dinas keprajuritan diberikan tunjangan cacat sesuai dengan Peraturan
Pemerintah tersebut.

17. Komandan Satuan dapat mengusulkan prajurit penyandang cacat tingkat II dan III
yang memiliki keahlian dan kemampuan khusus untuk tetap dinas aktif.

18. Perawatan diselenggarakan dengan memberikan rawatan kedinasan kepada setiap


prajurit dan keluarganya, berlangsung sejak diangkat menjadi Prajurit Siswa sampai
berakhirnya dinas keprajuritan.

19. Pada saat Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2007 mulai berlaku, semua
peraturan pelaksanaan tentang santunan dan tunjangan cacat bagi prajurit TNI
dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan belum diatur berdasarkan
Peraturan Pemerintah tersebut.

20. Pada saat Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2007 mulai berlaku, pengaturan
tentang tunjangan cacat sebagaimana tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 31
Tahun 1997 tentang Penetapan Kembali Pensiun Pokok Purnawirawan/Warakawuri atau
Duda, Tunjangan Anak Yatim/Piatu, dan Anak Yatim Piatu Anggota ABRI dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.

BAB III
TINGKAT DAN GOLONGAN

21. Umum. Evaluasi terhadap prajurit penyandang cacat dilaksanakan oleh


Panitia Evaluasi Kecacatan Prajurit (PEKP) TNI untuk menentukan tingkat dan golongan
cacat sehingga akan diperoleh ketetapan yang berkekuatan hukum dalam bentuk
Keputusan Panglima TNI.

22. Tingkat Kecacatan.

a. Cacat Tingkat III dengan kriteria :

1) Kehilangan kedua anggota gerak bawah.

2) Kelumpuhan kedua anggota gerak bawah.

3) Kehilangan kedua anggota gerak atas.

4) Kelumpuhan kedua anggota gerak atas.

5) Kehilangan satu anggota gerak bawah dan satu anggota gerak atas.
7

6) Kelumpuhan satu anggota gerak bawah dan satu anggota gerak atas.

7) Kehilangan penglihatan (buta) kedua mata.

8) Bisu dan tuli.

9) Penyakit jiwa yang berat.

10) Cacat yang luas dari organ sistem syaraf, pernapasan,


kardiovaskuler, pencernaan atau urogenital, kulit dan musculoskeletal.

11) Deformitas wajah berat.

b. Cacat Tingkat II dengan kriteria :

1) Kehilangan satu anggota gerak bawah.

2) Kelumpuhan satu anggota gerak bawah.


3) Kehilangan satu anggota gerak atas.

4) Kelumpuhan satu anggota gerak atas.

5) Kehilangan penglihatan satu mata.

6) Penyakit jiwa sedang.

7) Kehilangan satu jari telunjuk atau ibu jari tangan kanan.

8) Kehilangan dua jari atau lebih pada tangan kanan.

9) Cacat sebagian dari organ sistem syaraf, pernapasan, kardiovaskuler,


pencernaan atau urogenital, kulit dan musculoskeletal.

10) Deformitas wajah sedang.

11) Bisu.

12) Tuli.

c. Cacat Tingkat I dengan kriteria :

1) Gangguan kejiwaan yang ringan.

2) Kehilangan satu jari tangan atau kaki.

3) Berkurangnya fungsi mata.

4) Kehilangan daun telinga, namun masih bisa mendengar.

5) Perubahan klasifikasi atau fungsi organ tubuh yang bernilai lebih


rendah dari sebelumnya mendapat cedera/sakit.
8

23. Golongan Kecacatan. Golongan kecacatan ditentukan berdasarkan penyebab


kecacatan :

a. Golongan ”C” adalah kecacatan yang terjadi dalam tugas operasi militer
akibat tindakan langsung lawan.

b. Golongan ”B” adalah kecacatan yang terjadi dalam tugas operasi militer
bukan tindakan langsung lawan dan atau dalam tugas kedinasan.

c. Golongan ”A” adalah kecacatan yang terjadi dalam masa kedinasan bukan
dalam operasi militer atau bukan karena dinas.

24. Perlakuan. Perlakuan terhadap prajurit/purnawirawan penyandang cacat sebagai


berikut :

a. Prajurit penyandang cacat tingkat III dan II, golongan C, B dan A


diberhentikan dari dinas keprajuritan dengan hak pensiun/tunjangan besifat
pensiun, santunan dan tunjangan cacat.

b. Prajurit penyandang cacat tingkat I golongan C, B dan A masih tetap aktif


melaksanakan tugas-tugas tertentu di jajaran TNI dan hanya mendapat hak
santunan cacat.

c. Purnawirawan penyandang cacat hanya mendapat hak tunjangan cacat.

BAB IV
EVALUASI

25. Umum. Evaluasi terhadap prajurit penyandang cacat merupakan penilaian


dan atau pengujian kecacatan untuk menentukan tingkat kecacatan, penyebab kecacatan
dan untuk mengetahui kemampuan jasmani dan rohaninya.

26. Panitia Evaluasi.

a. Evaluasi terhadap prajurit penyandang cacat dilaksanakan oleh Panitia


Evaluasi Kecacatan Prajurit (PEKP) TNI AD yang terdiri dari PEKP Pusat dan
PEKP Kotama.

b. PEKP Pusat berkedudukan di Ditkesad, dibentuk dengan Surat Perintah


Kasad yang diketuai oleh Dirkesad beranggotakan unsur Ditkesad, Spersad,
Spamad dan Ditajenad.
9

c. PEKP Kotama berkedudukan di Kesdam, dibentuk dengan Surat Perintah


Pangkotama yang diketuai oleh Kakesdam beranggotakan Staf Personel Kotama,
Sintel dan Ajen.

27. Kegiatan Evaluasi.

a. Komandan Satuan mengajukan permohonan penerbitan keputusan tentang


penetapan kecacatan prajurit TNI AD secara hirarkhis dengan tembusan kepada
PEKP tingkat Kotama.

b. PEKP tingkat Kotama melaksanakan kegiatan evaluasi prajurit penyandang


cacat di daerah masing-masing dan hasilnya dilaporkan kepada Pangkotama
dengan tembusan kepada PEKP tingkat Pusat.

c. Pangkotama mengajukan usul keputusan tentang penetapan kecacatan


prajurit TNI AD kepada Kasad dengan tembusan PEKP tingkat Pusat.

d. PEKP tingkat Pusat melaksanakan kegiatan evaluasi prajurit penyandang


cacat di daerah masing-masing dan hasilnya dilaporkan kepada Kasad dengan
tembusan PEKP TNI.

e. Kasad mengajukan permohonan penerbitan keputusan tentang penetapan


kecacatan prajurit TNI AD kepada Panglima TNI.

BAB V
REHABILITASI

28. Umum. Rehabilitasi pada hakekatnya merupakan suatu proses refungsionalisasi


dan pengembangan untuk memungkinkan penyandang cacat mampu melaksanakan
fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan masyarakat. Dengan pendekatan
rehabilitasi diharapkan penyandang cacat dapat menumbuhkan rasa aman, rasa diterima
dan rasa dihargai serta mampu mengembangkan kepercayaan pada diri kembali, terlepas
dari rasa ketergantungan serta hidup mandiri.

29. Rehabilitasi. Rehabilitasi cacat meliputi :

a. Rehabilitasi Medik.

1) Rehabilitasi medik merupakan upaya penyembuhan dan atau


pemulihan kesehatan penyandang cacat jasmani dan rohani, bila perlu
disertai dengan pemberian alat pengganti (Prostese) dan atau alat
pembantu (Ortose) bagian tubuh.
10

2) Rehabilitasi medik sebagaimana dimaksud ayat a. 1) di atas,


diberikan kepada semua prajurit yang cidera dan atau sakit.

3) Rehabilitasi medik dilaksanakan di rumah sakit TNI secara


berjenjang, mulai dari Rumkit tingkat IV sampai dengan Rumkit tngkat I dan
selanjutnya dapat dirujuk ke Pusrehabcat Kemhan RI sebagai rujukan
tertinggi.

b. Rehabilitasi Vokasional/Edukasional.

1) Rehabilitasi Vokasional merupakan upaya memberikan berbagai


pendidikan dan latihan atau keterampilan agar para penyandang cacat
menjadi tenaga produktif kembali dan dapat melaksanakan pekerjaan sesuai
memampuannya, untuk dapat memperoleh nafkah yang layak dalam
lingkungan masyarakat bagi dirinya dan keluarganya. Pelaksanaan
rehabilitasi dimaksud diberikan sebelum diberhentikan dari dinas
keprajuritan.

2) Rehabilitasi Vokasional diberikan kepada prajurit penyandang cacat


tingkat II dan bila memungkinkan dapat diberikan kepada penyandang cacat
tingkat III.

3) Prajurit penyandang cacat tingkat II golongan C, B dan A setelah lulus


rehabilitasi vokasional dapat diberikan bantuan alat kerja sesuai dengan
kejuruan yang diperoleh dalam rehabilitasi vokasional.

c. Rehabilitasi Sosial. Rehabilitasi sosial merupakan upaya memberikan


bimbingan psiko sosial, pembinaan mental, pembinaan jasmani, bantuan
memperoleh lapangan kerja baru dan upaya pembinaan lanjut penyandang cacat
agar para penyandang cacat dapat memulihkan harga diri, kepercayaan diri,
kesadaran dan tanggung jawab serta kemampuan dalam melaksanakan fungsi
sosial agar dapat menyesuaikan diri di lingkungan masyarakat.

30. Kegiatan Rehabilitasi Cacat .

a. Rehabilitasi Medik.

1) Rehabilitasi medik merupakan proses total, kontinyu dan tidak dapat


dipisahkan dari usaha-usaha :

a) Mencegah timbulnya cacat permanen.

b) Mencegah penambahan atau bertambah kecacatan.


11

c) Berusaha untuk mengembalikan fungsi-fungsi anggota tubuh


kembali normal seperti semula secepat mungkin.

d) Membantu memberikan pelayanan pengobatan melalui


rehabilitasi dan latihan-latihan hingga mereka dapat mengatasi
cacatnya.

2) Metode rehabilitasi medik antara lain mencakup :

a) Phisioterapi
b) Terapi kerja
c) Pemberian prothesa
d) Pemberian alat-alat ortose
e) Bantuan teknik medik

3) Evaluasi Medis. Berhubung kecacatannya yang cukup heterogen


maka sebelum beranjak pada kegiatan rehabilitasi lanjutan dilakukan
evaluasi secara medik, sebagai upaya dalam mendukung kegiatan
rehabilitasi vokasional atau edukasional dan rehabilitasi sosial secara tepat
guna.

b. Rehabilitasi Vokasional atau Edukasional. Pada rehabilitasi vokasional


melalui kegiatan pendidikan dan latihan meliputi :

1) Pendidikan profesional (pendidikan jenjang) memberikan kesempatan


kepada para prajurit penyandang cacat untuk mengikuti pendidikan
berjenjang agar kemampuan profesinya dapat dikembangkan.

2) Pendidikan vokasional (vokasional training). Upaya untuk membentuk


para prajurit penyandang cacat menjadi tenaga terampil dengan
memberikan keahlian spesialisasi sesuai profesi yang dipilih sesuai
bakatnya serta memungkinkan untuk berkembang melalui latihan, praktek
dan karya nyata.

3) Kursus-kursus singkat, sebagai upaya membantu para prajurit


penyandang cacat agar mampu hidup mandiri , untuk mengisi kegiatan-
kegiatan sektor formal maupun informasi.

4) Latihan ulang (Retraining), untuk membina pengembangan prajurit


penyandang cacat sehingga tidak ketinggalan dalam bidang ilmu
pengetahuan, keterampilan, penyesuaian teknologi, manajemen dan
pemasaran kerja.
12

5) Evaluasi, penelitian dan pengembangan dimaksud untuk mengetahui


hasil pendidikan lain latihan dalam mendukung tuntutan kebutuhan
pelaksanaan tugas masing-masing penyandang cacat pasca voktra/diklat
serta peningkatan mutu kegiatan rehabilitasi vokasional agar dicapai hasil
yang optimal.

c. Rehabilitasi Sosial. Adalah suatu rangkaian kegiatan rehabilitasi yang


merupakan lanjutan kegiatan usaha rehab medik dan rehap vokasional atau
edukasional, namun tetap merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan, dengan
harapan penyandang cacat tersebut dapat berprestasi dan berperan aktif dalam
masyarakat sesuai dengan bakat, minat, pendidikan, pengalaman dan
kemampuan. Rehabilitasi sosial meliputi usaha-usaha :

1) Pendataan, yang dimulai sejak penyandang cacat dirawat di rumah


sakit dalam rangka rehab medik selama mengikuti rehab vokasional dan
dalam pembinaan lanjut.

2) Penentuan masalah, yang meliputi masalah kepribadian, pendidikan


dan latihan, kesehatan, pekerjaan, penyesuaian diri dan psiko sosial lainnya.

3) Bimbingan dan penyuluhan yang meliputi psiko sosial (pemulihan


harga diri, kepercayaan diri, kesadaran dan tanggung jawab sosial) dan
usaha pekerjaan.

4) Resosialisasi yang bertujuan untuk mempersiapkan penyaluran kerja


dan penyediaan paket kerja.

5) Pembinaan lanjut yang meliputi pembinaan aspek psiko sosial, usaha


penyandang cacat, pemberian bantuan dan perlindungan, pembinaan
jasmani, kesehatan, informasi kejuangan dan lingkungan.

BAB VI
PEMBINAAN KARIER

31. Umum. Pembinaan karier prajurit penyandang cacat memerlukan


penanganan secara khusus disesuaikan dengan keadaan kecacatannya dalam
penempatan jabatan, pendidikan dan kepangkatan.

32. Penugasan. Prajurit penyandang cacat tingkat I ditugaskan di luar Satpur atau
Satbanpur dan diberikan jabatan yang tidak menuntut kemampuan fisik prima disesuaikan
dengan kecacatannya.
13

33. Pendidikan.

a. Prajurit penyandang cacat tingkat I golongan C dapat mengikuti pendidikan


sekolah dan luar sekolah seperti halnya prajurit yang tidak cacat dengan
pertimbangan khusus.

b. Prajurit penyandang cacat tingkat I golongan B dan tingkat I golongan A


dapat mengikuti pendidikan sekolah dan luar sekolah seperti halnya prajurit yang
tidak cacat, sejauh memenuhi persyaratan lainnya sesuai ketentuan yang berlaku.

c. Dalam pelaksanaan pendidikan prajurit penyandang cacat disesuaikan


dengan keadaan kecacatannya.

34. Kepangkatan.

a. Prajurit penyandang cacat tingkat III dan tingkat II golongan C, B dan A,


tidak dapat diusulkan kenaikan pangkatnya.

b. Prajurit penyandang cacat tingkat I golongan C, B dan A, bila memenuhi


syarat dapat diusulkan kenaikan pangkatnya.

35. Pembinaan jasmani terhadap prajurit penyandang cacat tingkat I diatur secara
khusus.

BAB VII
SANTUNAN DAN TUNJANGAN CACAT

36. Umum. Perawatan prajurit penyandang cacat diselenggarakan dengan


memberikan jaminan sosial yang berupa santunan dan tunjangan cacat.

37. Santunan Cacat. Prajurit penyandang cacat yang telah mendapat penetapan
tingkat dan penggolongan cacat berdasarkan Keputusan Panglima TNI diberikan
santunan cacat sebagai berikut :

1) Penyandang cacat tingkat III golongan “C” sebesar 18 x penghasilan


terakhir.

2) Penyandang cacat tingkat III golongan “B” sebesar 15 x penghasilan


terakhir.

3) Penyandang cacat tingkat III golongan “A” sebesar 8 x penghasilan


terakhir.
14

4) Penyandang cacat tingkat II golongan “C” sebesar 15 x penghasilan terakhir.

5) Penyandang cacat tingkat II golongan “B” sebesar 12 x penghasilan


terakhir.

6) Penyandang cacat tingkat II golongan “A” sebesar 5 x penghasilan terakhir.

7) Penyandang cacat tingkat I golongan “C” sebesar 6 x penghasilan terakhir.

8) Penyandang cacat tingkat I golongan “B” sebesar 3 x penghasilan terakhir.

9) Penyandang cacat tingkat I golongan “A” sebesar 2 x penghasilan terakhir.

38. Tunjangan Cacat. Prajurit penyandang cacat yang telah menerima keputusan
pensiun karena cacat, diberikan tunjangan cacat sebagai berikut :

1) Penyandang cacat tingkat III golongan “C” sebesar 100 % dari gaji pokok
terakhir.

2) Penyandang cacat tingkat II golongan “C” dan tingkat III golongan B sebesar
75 % dari gaji pokok terakhir.

3) Penyandang cacat tingkat II golongan “B” sebesar 50 % dari gaji pokok


terakhir.

4) Penyandang cacat tingkat III golongan “A” sebesar 40 % dari gaji pokok
terakhir.

5) Penyandang cacat tingkat II golongan “A” sebesar 25 % dari gaji pokok


terakhir.

39. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada pasal 36 dan 37 berlaku juga untuk
Prajurit Siswa dengan perhitungan berdasarkan gaji pokok permulaan Prajurit Karier
untuk suatu pangkat yang akan ditetapkan bagi seorang prajurit siswa yang lulus
pendidikan pertama.

BAB VIII
PROSEDUR PENGAJUAN DAN PEMBAYARAN
SANTUNAN DAN TUNJANGAN CACAT

40. Umum. Dalam rangka menjamin kelancaran pelaksanaan administrasi


penyandang cacat perlu diatur prosedur pengajuan dan pembayaran santunan dan
tunjangan cacat.
15

41. Prosedur Pengajuan Santunan dan Tunjangan Cacat.

a. Prosedur pengajuan.

1) Cacat tingkat I. Komandan Satuan mengajukan prajurit penyandang


cacat tingkat I yang telah memiliki Keputusan Panglima TNI tentang
penetapan tingkat dan golongan cacat, kepada Pang/Dan/Gub/Dir/Ka
Kotama/Balakpus dan diajukan kepada Kasad U.p. Aspers untuk
selanjutnya diajukan kepada Kemhan RI dengan kelengkapan administrasi
sebagai berikut :

a) Fotokopi Keputusan Panglima TNI tentang penetapan tingkat


dan golongan cacat

b) Fotokopi Skep/Kep Pengangkatan Pertama dan Pangkat


Terakhir.

c) Masing-masing rangkap 2 (dua).

2) Prajurit penyandang cacat tingkat III dan II setelah diterbitkan


keputusan pensiun karena cacat mengajukan ke PT. Asabri (Persero) di
wilayahnya.

b. Prosedur pembayaran santunan cacat.

1) Cacat Tingkat I.

a) Srenad berdasarkan SKOM Kemhan RI menerbitkan SKOP


Kasad kepada Kotama/Balakpus.

b) Ditkuad berdasarkan SKOP Kasad menyalurkan secara


berjenjang kepada Pekas yang bersangkutan.

c) Pekas yang bersangkutan akan membayarkan santunan cacat


kepada yang berhak sesuai ketentuan yang berlaku.

2) Cacat Tingkat II dan III. Pembayaran santunan cacat bagi prajurit


penyandang cacat tingkat III dan II dibayarkan oleh PT. Asabri (Persero)
setelah yang bersangkutan menerima Keputusan pensiun karena cacat.
16

42. Prosedur Pengajuan dan Pembayaran Tunjangan Cacat.

a. Prosedur Pengajuan Tunjangan Cacat.

1) Prajurit Penyandang Cacat Aktif.

a) Satker mengajukan keputusan pemberhentian dengan hormat


karena cacat bagi prajurit penyandang cacat tingkat III dan II yang
telah memiliki Keputusan Panglima TNI tentang penetapan tingkat
dan golongan cacat sesuai ketentuan yang berlaku.

b) Dirajenad/Ajendam/Pejabat Personel Kotama/Balakpus yang


bersangkutan menerbitkan keputusan pensiun karena cacat dengan
mencantumkan besaran tunjangan cacat sesuai tingkat dan
golongannya.

c) Dirajenad / Ajendam / Pejabat personel Kotama / Balakpus


mengirimkan salinan keputusan pensiun karena cacat kepada PT.
Asabri (Persero) untuk diproses tunjangan cacatnya.

2) Purnawirawan penyandang cacat.

a) Purnawirawan penyandang cacat mengajukan tunjangan cacat


kepada PT. Asabri (Persero) dengan melampirkan keputusan pensiun
dan Keputusan Panglima TNI tentang penetapan tingkat dan
golongan cacat.

b) Pengurusan tinjauan keputusan pensiun bagi purnawirawan


penyandang cacat Khusus Pati dilaksanakan di Dirajenad atas nama
Kasad.

c) PT. Asabri (Persero) memproses usul tunjangan cacat yang


bersangkutan.

b. Pembayaran tunjangan cacat. Tunjangan cacat dibayarkan oleh PT.


Asabri (Persero) kepada purnawirawan penyandang cacat setiap bulan selama
hidup dan dibayarkan bersamaan dengan pensiun.
17

BAB IX
PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN

43. Kasad U.p. Aspers melaksanakan pengawasan dan pengendalian untuk


penyelenggaraan administrasi penyandang cacat agar berjalan dengan lancar dan
mencapai hasil yang optimal.

44. Pangkotama, Dan/Dir/Ka Balakpus atau pejabat yang berwenang berperan serta
terhadap pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian penyelenggaraan administrasi
penyandang cacat tingkat Kotama/Balakpus.

45. Dansatker berperan aktif terhadap penyelenggaraan administrasi penyandang


cacat di satuannya.

BAB X
PENUTUP

46. Demikian petunjuk pelaksanaan tentang administrasi penyandang cacat ini disusun
sebagai pedoman bagi pejabat personel dalam rangka penyelesaian administrasi prajurit
penyandang cacat.

A.n. Kepala Staf Angkatan Darat


Asisten Personel

Cap/tertanda

Arri Sujono, S.H.


Mayor Jenderal TNI

Anda mungkin juga menyukai