FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2023
PERTUMBUHAN TEGAKAN BALANGERAN (Shorea balangeran (Korth.)
DI LAHAN RAWA GAMBUT PADA AREAL HUTAN KOTA
KABUPATEN PULANG PISAU
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2023
ii
RINGKASAN
iii
ABSTRACT
Keywords: balangeran, growth model, diameter, total height, branch height free
iv
ABSTRAK
Kata kunci: balangeran, model pertumbuhan, diameter, tinggi total, tinggi bebas
cabang
v
LEMBAR PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa skripsi yang saya susun, sebagai syarat memperoleh gelar
sarjana merupakan hasil karya tulis saya sendiri. Adapun bagian-bagian tertentu
dalam penulisan skripsi ini yang saya kutip dari hasil karya orang lain telah
dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan
ilmiah. Saya bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang saya
peroleh dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan yang berlaku, apabila
dikemudian hari ditemukan adanya plagiat dalam skripsi ini.
vi
PERTUMBUHAN TEGAKAN BALANGERAN (Shorea balangeran (Korth.)
DI LAHAN RAWA GAMBUT PADA AREAL HUTAN KOTA
KABUPATEN PULANG PISAU
Disetujui Oleh:
Pembimbing I, Pembimbing II,
Prof. Dr. Ir. Wahyudi, M.P. IPU. Dr. Ir. Johanna Maria Rotinsulu, M.P.
NIP. 19680213 200112 1 002 NIP. 19620808 198903 2 006
Tanggal: Tanggal:
Mengetahui:
Fakultas Pertanian Jurusan Kehutanan
Dekan, Ketua,
Dr. Ir. Wilson Daud, M.Si. Dr. Ir. Johanna Maria Rotinsulu, M.P.
NIP. 19651108 199302 1 001 NIP. 19620808 198903 2 006
vii
LEMBAR PERSETUJUAN TIM PENGUJI
Oleh:
ANDRE PERMANA SULISTIO BANGUN
193020404065
DEWAN PENGUJI
viii
RIWAYAT HIDUP
ix
Areal Hutan Kota Kabupaten Pulang Pisau” di bawah bimbingan Bapak Prof. Dr.
Ir. Wahyudi, M.P. IPU. dan Ibu Dr. Ir. Johanna Maria Rotinsulu, M.P.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-
Nya yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul “Pertumbuhan Tegakan Balangeran (Shorea balangeran (Korth.) di Lahan
Rawa Gambut pada Areal Hutan Kota Kabupaten Pulang Pisau”. Skripsi ini disusun
sebagai salah satu syarat Program Strata Satu (S1) untuk kelulusan dan mendapat
gelar Sarjana Kehutanan dari Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas
Palangka Raya.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Wahyudi,
M.P. IPU. dan Ibu Dr. Ir. Johanna Maria Rotinsulu M.P. yang telah memberikan
bimbingan, arahan, masukan serta saran kepada penulis dalam penyusunan skripsi
ini. Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada Bapak Dr. Penyang, S.Hut., M.P.
dan Bapak Dr. Ir. Herianto, M.P. selaku dosen pembahas skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu masukan dari berbagai pihak sangat diperlukan untuk menyempurnakan
penulisan skripsi ini. Akhir kata dengan segala kerendahan hati penulis ucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini
dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
xi
UCAPAN TERIMA KASIH
Proses penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan
berbagai pihak berupa bimbingan, dorongan, nasehat, kritik dan saran. Oleh sebab
itu dalam kesempatan ini, izinkan penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dekan dan seluruh Staf Fakultas Pertanian, Universitas Palangka Raya yang
telah memberikan pelayanan dalam proses menempuh Pendidikan di Jurusan
Kehutanan.
2. Ketua dan seluruh Dosen serta Staf Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian,
Universitas Palangka Raya yang selama ini telah memberikan pengajaran dan
pelayanan dalam proses menempuh Pendidikan di Jurusan Kehutanan.
3. Bapak Prof. Dr. Ir. Wahyudi, M.P. IPU. selaku dosen pembimbing utama yang
telah memberikan bimbingan, arahan dan saran kepada penulis dalam
penulisan proposal dan pelaksanaan penelitian hingga penyusunan skripsi ini
selesai.
4. Ibu Dr. Ir. Johanna Maria Rotinsulu, M.P. selaku dosen pembimbing
pendamping yang telah memberikan arahan, saran dan bimbingan dalam
penulisan proposal dan pelaksanaan penelitian hingga pennyusunan skripsi ini
selesai.
5. Bapak Dr. Penyang, S.Hut., M.P. selaku dosen pembimbing akademik dan juga
dosen pembahas utama atas masukan, arahan dan saran dalam penyusunan
skripsi ini, serta bimbingannya dalam konsultasi penyusunan Kartu Rencana
Studi (KRS) selama menempuh Pendidikan Strata Satu (S1).
6. Bapak Dr. Ir. Herianto, M.P. selaku dosen pembahas pendamping yang telah
memberikan masukan, saran dan bimbingan dalam penulisan proposal dan
penulisan skripsi ini.
7. Kepala Dinas Lingkungan Hidup Pemerintah Kabupaten Pulang Pisau beserta
Staf dan Jajaran yang telah mengizinkan saya untuk melakukan penelitian ini
di Hutan Kota Kabupaten Pulang Pisau.
xii
8. Lurah Bereng beserta Jajaran Kelurahan Bereng, Kecamatan Kahayan Hilir,
Kabupaten Pulang Pisau yang telah memberikan izin untuk melakukan
penelitian.
9. Bapak Harnin dan Bapak Kalvin pemilik lahan Hutan Tanaman Rakyat yang
telah mengizinkan saya untuk melakukan penelitian ini di Desa Tumbang
Nusa.
10. Kepada terkasih Ayah, Ibu, seluruh keluarga serta teman seangkatan yang telah
berjuang bersama Bersama penulis selama perkuliahan memberikan dukungan
atas segala doa dan motivasinya.
11. Laban, Diki Candra Agung Sitinjak dan Ully Marta Widyawati Br. Siahaan
yang telah membantu penulis saat melaksanakan penelitian di lapangan.
12. Lentina Simorangkir, Erin Hebriana Br. Ginting, Fitri Rajagukguk, Natalia
Sitohang, Martasya Syahnun, Dormian Hutagalung, Anthonio Steven Sianipar,
Kesia Br. Tarigan, Siska, Redita Abdah, Ayalia dan Rio Carlos teman-teman
penulis yang turut saling menguatkan memberikan motivasi serta dukungan
dalam pengerjaan skripsi ini.
13. Doakan apa yang kamu kerjakan, kerjakan apa yang kamu Doakan.
“Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara
kamu.” 1 Petrus 5:7
“Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku
mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai
sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari
depan yang penuh harapan.” Yeremia 29:11
“Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang.” Amsal
23:18
xiii
DAFTAR ISI
xiv
3.6.6 Akurasi Model ................................................................................ 25
IV. KEADAAN UMUM LOKASI ....................................................................... 26
4.1 Kondisi Umum Kelurahan Bereng .......................................................... 26
4.2 Orbitasi Kelurahan Bereng ...................................................................... 27
4.3 Jumlah Penduduk .................................................................................... 28
4.4 Iklim dan Cuaca ....................................................................................... 28
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 29
5.1 Pertumbuhan Pohon .................................................................................. 29
5.2 Distribusi Diameter Tanaman ................................................................... 35
5.3 Persamaan Model Pertumbuhan Tanaman ................................................ 37
5.3.1 Persamaan Polinomial...................................................................... 37
5.3.2 Persamaan Eksponensial .................................................................. 39
5.3.3 Validasi Model Pertumbuhan .......................................................... 41
5.3.4 Uji Keakuratan Persamaan Polinomial ............................................ 42
5.3.5 Uji Validasi Persamaan Eksponensial ............................................. 43
5.3.6 Uji Keakuratan Persamaan Eksponensial ........................................ 43
5.3.7 Perbandingan Model Persamaan Polinomial dan Eksponensial ...... 44
5.3.8 Tabel Capaian Diameter .................................................................. 45
VI. KESIMPULAN DAN SARAN....................................................................... 46
6.1 Kesimpulan .............................................................................................. 46
6.2 Saran ........................................................................................................ 46
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 48
LAMPIRAN .......................................................................................................... 53
xv
DAFTAR TABEL
xvi
DAFTAR GAMBAR
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
xviii
1
I. PENDAHULUAN
khususnya, dikarenakan kayu Balangeran memiliki harga jual yang tinggi serta
memiliki peranan yang besar dalam mempertahankan keberlanjutan ekosistem dan
pengelolaan hutan rawa gambut bahkan digunakan salah satu sebagai tanaman
pendukung restorasi lahan gambut agar kelestarian hutan dapat terjamin. Maka
penelitian tentang tanaman ini sangat diperlukan, baik dari penelitian tentang
karakteristik tanaman Balangeran, pertumbuhan tanaman Balangeran serta prediksi
hasil dan prospek tanaman Balangeran pada kawasan rawa gambut sehingga
kedepannya dapat lebih baik.
spesifik dalam memanfaatkan lahan gambut untuk kegiatan usaha tani. Selain
mempunyai karakteristik yang berbeda dibanding lahan mineral, lahan gambut
khususnya gambut tropika mempunyai karakteristik yang sangat beragam, baik
secara spasial maupun vertikal (Subiksa et al., 2011).
Lahan gambut merupakan lahan hasil akumulasi timbunan bahan organik
yang berasal dari pelapukan vegetasi yang tumbuh di sekitarnya dan terbentuk
secara alami dalam jangka waktu yang lama. Menurut Wahyunto dan Subiksa
(2011) Indonesia merupakan negara yang memiliki areal gambut terluas di zona
tropis, yakni mencapai 70%. Luas gambut Indonesia mencapai 21 juta ha, yang
tersebar di pulau Sumatera (35%), Kalimantan (32%), Papua (30%) dan pulau
lainnya (3%). Provinsi Riau memiliki lahan gambut terluas di Sumatera, yakni
mencapai 56,1% (Wahyunto & Heryanto, 2005).
Lahan rawa gambut secara umum memiliki kapasitas penyerapan dan
penyimpanan air yang sangat besar yaitu antara 0,8-0,9 m3/m3 gambut
(Notohadiprawira, 1997), sehingga lahan gambut merupakan suatu reservoir air
yang besar. Sebagai contoh eks Kawasan PLG Kalteng dengan dengan luas 500.000
ha Kawasan gambut tebal, paling sedikit 15 milyar m3 air ditampung di lahan
gambut tersebut. Dengan kemampuan ini air yang tersimpan dalam periode musim
hujan secara bertahap dilepaskan pada musim kemarau (Prentice, 1990; Page &
Rieley, 1998).
Menurut Wirioatmojo (1975) pada hutan rawa gambut Kalimantan ditemukan
tiga lapis tajuk pohon terdiri dari:
a. Lapisan pertama: Ramin (Gonystylus bancanus), Mentibu (Dactylocladus
stenostachys), Jelutung (Dyera costulata), Pisang-pisang (Microcos saccifera),
Nyatoh (Palaquium leiocarpum), Gerunggang (Cratoxylon arborescens),
Durian (Durio Zibethinus) dan Kempas (Koompassia malaccensis).
b. Lapisan kedua: Pelawan (Tristaniopsis merguensis), Medang (Cinnamomum
parthenoxylon), Kandis (Garcinia parvifolia), Malam-malam (Diospyros sp)
dan Mendarahan (Myristica longipes).
9
peluang inovasi dan kreatifitas para praktisi dan rimbawan untuk menemukan
teknis yang lebih baik dan sesuai dengan lokasi kerjanya.
Pengendalian hama dan penyakit tanaman merupakan bagian yang tidak
dapat dipisahkan dari teknik silvikultur belakangan berkembang teknik
pengendalian hama terpadu (integrated pest management) yang menekankan pada
teknik pengendalian hama yang ramah lingkungan menggunakan predator, parasit
hama dan meningkatkan kualitas kesehatan pohon (biocontrol).
Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan pohon adalah
iklim dan tanah. Faktor iklim banyak ditentukan oleh curah hujan, intensitas
cahaya, suhu, kelembaban, kecepatan angin dan letak geografis. Sedangkan faktor
tanah banyak dipengaruhi oleh sifat kimia, fisika dan biologi tanah serta ketinggian,
kemiringan dan arah lereng. Faktor bawaan atau genetik pohon memegang peranan
cukup penting dalam mengontrol pertumbuhan pohon. Penggunaan bibit unggul
hasil pemuliaan tanaman diperkirakan dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil
hingga 2-4 kali (Danida & Dephut, 2001)
Pertumbuhan tanaman merupakan hasil interaksi yang kompleks antara faktor
internal dan eksternal. Faktor internal meliputi faktor gen dan faktor hormon,
sedangkan faktor eksternal meliputi cahaya, suhu, air tanah, mineral, dan
kelembapan udara (Junaedi, 2009).
Faktor internal yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman yaitu:
1. Sifat Gen
Gen adalah sifat turunan yang dapat diturunkan pada keturunannya,
pembentukan protein yang merupakan bagian dasar penyusun tumbuh- tumbuhan
dikendalikan secara langsung oleh gen.
2. Sifat Hormon
Hormon adalah regulator pertumbuhan yang sangat esensial yang dibuat pada
satu bagian tumbuhan, sedangkan respon pertumbuhan terhadap hormon terjadi di
bagian tumbuhan lainnya, misalnya: Akar, batang dan daun sedangkan hormon
tumbuhan (fitohormon) antara lain auksin, sitokinin dan giberelin.
Faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah:
1. Cahaya
12
Hutan selain berfungsi sebagai sarana rekreasi dapat juga menjadi sarana
pendidikan, darah penyangga kebutuhan air, mencegah banjir, erosi, melindungi
sistem tata air dan sebagai sumber air minum kota yang perlu dilindungi dari segala
bentuk pencemaran. Hutan Kota tidak dapat dipisahkan dari manusia baik secara
psikologis, emosional, atau dimensional. Manusia berada di dalam ruang, bergerak,
menghayati, dan berpikir, juga membuat ruang untuk menciptakan dunianya
(Djoko, 1999).
Fungsi hutan kota dibagi menjadi dua, yaitu fungsi ekologis, serta fungsi-
fungsi tambahan seperti ekonomi, sosial budaya dan arsitektural. Dapat juga hutan
kota kawasan perkotaan berfungsi sebagai pengamanan keberadaan kawasan
lindung perkotaan, pengendali pencemaran dan kerusakan tanah, air dan udara,
tempat perlindungan dan keanekaragaman hayati, pengendali tata air dan sarana
estetika kota Permendagri Nomor 1 Tahun 2007 pasal 3. Hutan Kota adalah suatu
hamparan lahan yang pertumbuhan pohon-pohon yang kompak dan rapat di dalam
16
wilayah perkotaan baik pada tanah negara maupun tanah hak, yang ditetapkan
sebagai hutan kota oleh pejabat yang berwenang. Tujuan penyelenggaraan hutan
kota adalah untuk kelestarian, keserasian dan keseimbangan ekosistem perkotaan
yang meliputi unsur lingkungan, sosial dan budaya. Penyelenggaraan hutan kota
dimaksudkan untuk:
1. Menekan atau mengurangi peningkatan suhu udara di perkotaan.
2. Mengurangi pencemaran udara, (kadar karbon monoksida, ozon,
karbondioksida, oksida nitrogen, belerang dan debu).
3. Mencegah terjadinya penurunan air tanah, dan
4. Mencegah terjadinya banjir atau genangan, kekeringan, intrusi air laut,
meningkatnya kandungan logam berat dalam air.
Keberadaan pepohonan yang dikelola dengan baik di areal kawasan hutan kota
dapat berguna menstabilisasikan kondisi lingkungan kota dari berbagai macam
polusi. Pohon-pohon terbukti berperan penting dalam areal lingkungan kota
(Tryvainen, 2004; Schwab, 2009) antara lain sebagai berikut:
1. Pembentukan iklim mikro
2. Perbaikan kualitas udara dan pengurangan karbon dioksida, dan
3. Perlindungan suplai air kota
17
rapat dengan mengacu kepada mekanisme bahwa dengan lahan yang sempit bisa
memuat tanaman yang banyak dan maksimal.
3. Kedalaman Gambut
Kedalaman gambut diukur mengukur alat kedalaman gambut atau yang
sering disebut dengan Bor tanah gambut yang berbahan besi yang terdiri dari
beberapa bagian antara lain:
a. Tangkai pemutar.
b. Bilah batang besi (terdiri dari beberapa batang yang berguna untuk
menyambung mata bor dan tangkai pemutar).
c. Mata bor (terdiri dari tempat menampung sampel berbentuk silinder dan pisau
bor).
4. Intensitas Cahaya, Kelembapan Tanah, Derajat Keasaman (pH) Tanah
Intensitas cahaya, Kelembapan tanah dan Derajat Keasaman (pH) Tanah
diukur dengan menggunakan Digital Soil Analyzer dengan memposisikan tombol
selektor yang ada di bagian belakang alat dan sensor cahaya terdapat dibagian depan
atas alat yang berwarna ungu, kemudian menancapkan ½ probe atau bagian tangkai
kedalam tanah dan menunggu selama 60 detik. Nilai angka yang keluar dapat dilihat
pada bagian layar alat tersebut. Hasil pengukuran yang ditunjukkan oleh alat, akan
dicatat. Nilai kelembapan tertera pada skala bagian bawah yang ditunjukkan oleh
alat.
11. Mendata semua variabel pendukung seperti perlakuan yang diberikan pada
tanaman, jenis tanah, kelembapan tanah, suhu dan kelembapan udara.
Dt
MAI =
t
Keterangan:
Dt = Diameter dan tinggi pohon pada umur ke-t (cm)
t = Umur (tahun)
y = c1 + c2+ c3x2
Keterangan:
y = 𝑐1𝑒𝑐 2𝑥
Keterangan:
x = Diameter Awal
y = Diameter Akhir
e = Eksponensial = 2,7182
c1, c2 = Konstanta
(𝑂𝑖−𝐸𝑖)2
𝑥2 = ∑𝑛𝑖=1 𝐸𝑖
Keterangan:
Oi = Data aktual (observed) ke-i
Ei = Data dugaan hasil/hasil pemodelan (expected) ke-i
n = Jumlah pasangan data
Jika nilai hitung 𝑥2 hitung ≥ 𝑥2 tabel (db-1 ; 0,5), maka terima H1 (Model tidak
valid) Jika nilai hitung 𝑥2 < 𝑥2 tabel (db-1 ; 0,5), maka terima H0 (Model valid).
1 [𝑂𝑖−𝐸𝑖]
y = 100% - [ ∑𝑛𝑖=𝐼 𝑥 100%]
𝑛 𝐸𝑖
Keterangan:
y = > 85% = Sangat akurat
y = 75% - 85% = Akurat
y = 60% - 74,99% = Cukup akurat
y = < 60% = Tidak akurat
26
Kahayan. Terbentuknya pemukiman yang berbentuk linear ini karena daerah yang
dilalui sungai dan merupakan urat nadi lalu lintas dalam sosial ekonomi
penduduknya. Pemukiman yang biasanya berada disekitar sungai bukan hanya
sebagai jalur transformasi saja tetapi juga sebagai tempat mandi, mencuci, kegiatan
menangkap ikan dan lain-lain (Data Demografi Profil Kelurahan Bereng, 2021).
Kelurahan Bereng memiliki fasilitas umum dan fasilitas sosial yang terdiri
dari gedung sekolah PAUD 2 buah, gedung sekolah TK 2 buah, gedung Sekolah
Dasar (SD) 3 buah, gedung SMP 1 buah dan gedung SMA 1 buah. Fasilitas
pelayanan publik atau sarana prasarana seperti rumah ibadah seperti: Mesjid 1 buah,
Mushola 6 buah, Gereja 6 buah, puskesmas 1 buah, Posyandu dan Polindes 3 Buah,
kantor damang (Dewan Adat Dayak) sebagai tempat pendaftaran nikah adat dan
kantor kelurahan bereng, tempat olah raga 11 buah, kesenian/buadayaa 1 buah,
balai pertemuan 1 buah, sumur desa 3 buah serta Pasar desa 2 Buah. Pada Wilayah
Kelurahan Bereng banyak ditemukan perkebunan karet, sengon, sawah dan hutan-
hutan perkebunan milik masyarakat.
Tipologi Desa/Kelurahan : Swadaya
Klasifikasi Desa/Kelurahan : Campuran
Kategori Desa/Kelurahan : Sedang
Komoditas unggulan berdasarkan luas tanam : karet, padi dan kelapa sawit rakyat
Komoditas unggulan berdasarkan nilai ekonomi : karet unggul dan padi unggul
Kecamatan Kahayan Hilir memiliki luas paling kecil dibandingkan Kecamatan lain,
Kahayan Hilir dilalui aliran sungai Kahayan yang menjadi salah satu sarana
transportasi masyarakat. Ketinggian wilayah di atas permukaan laut, menurut
Desa/Kelurahan di Kecamatan Kahayan Hilir semua berada antara 10-50 meter.
Kemudian untuk letak geografis menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan Kahayan
Hilir, seluruh desa berada di daerah bukan pesisir.
25
22,02
21,03
19,97
20
Diameter (cm)
15
10 7,83
7,68
0
3 4 8 14 15
12
9,68
Tinggi bebas cabang (m) 10 9,00
8
6,33
6
4
2,83
2 0,99
0
3 4 8 14 15
Umur tanaman (th)
30
25
24,39
Tinggi total (m)
20 21,98
20,17
15
10
5 7,11
5,65
0
3 4 8 14 15
Berdasarkan Gambar 5.1, 5.2 dan 5.3 di atas dapat diketahui bahwa tanaman
Balangeran umur 3, 4, 8, 14 dan 15 tahun mempunyai rata-rata diameter masing-
masing sebesar 7,68 cm; 7,83 cm; 19,97 cm; 21,03 cm dan 22,02 cm; rata-rata tinggi
bebas cabang masing-masing sebesar 0,99 m; 2,83 m; 6,33 m; 9,00 m; dan 9,68 m
dan rata-rata tinggi total masing-masing sebesar 5,65 cm; 7,11 m; 20,17 m; 21,98
m dan 24,39 m. Pengukuran faktor iklim di lokasi penelitian yang dilakukan pada
31
saat pengambilan data adalah suhu udara 29˚C, kelembapan udara 81%, suhu tanah
28˚C dan derajat keasaman tanah (pH) sebesar 5,4.
Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh faktor lingkungan, genetik dan
tindakan silvikultur yang diberikan (Wahyudi, 2013). Faktor lingkungan terdiri
dari faktor iklim seperti curah hujan, sinar matahari, kelembapan dan suhu udara.
Sedangkan faktor tanah terdiri dari sifat fisik tanah (tekstur dan struktur tanah), sifat
kimia tanah (kandungan unsur hara tanah, air tanah dan kapasitas tukar kation
tanah), dan sifat biologi tanah (makro dan mikro organisme tanah).
Curah hujan memegang peranan penting bagi pertumbuhan tanaman, karena
dapat menyuplai ketersediaan air tanah yang diperlukan untuk penyerapan unsur
hara tanah. Berdasarkan data iklim di Kabupaten Pulang Pisau, curah hujan berkisar
antara 2500-3100 mm/tahun. Sinar matahari diperlukan untuk proses fotosintesa
tanaman, yang merubah karbondioksida (CO2) dan air (H2O) menjadi karbohidrat
(C6H12O6) dan Oksigen (O2). Meskipun tanaman balangeran termasuk famili
Dipterocarpaceae namun tanaman ini dapat tumbuh pada lokasi yang terbuka dan
mendapatkan sinar matahari penuh, mengindikasikan tanaman ini mampu bersifat
intoleran. Kemampuan tanaman untuk tumbuh pada lokasi terbuka
mengindikasikan bahwa tanaman tersebut termasuk jenis pionir di lahan rawa
gambut terdegradasi. Kelembapan dan suhu udara juga menjadi faktor penting bagi
pertumbuhan tanaman. Kelembapan udara mampu menjaga tanaman tetap segar
dan terhindar dari kekeringan. Kelembapan juga dapat mempengaruhi suhu udara.
Makin tinggi suhu udara makin tinggi proses metabolisme tanaman, namun setiap
tanaman mempunyai batasan (relung) suhu tertentu dalam hidupnya. Apabila suhu
berada diluar batas (relung) tersebut, maka dapat menggangu pertumbuhan
tanaman. Data suhu dan kelembaban udara sesaat pada saat pengukuran tanaman
masih berada pada batas (relung) tanaman, yaitu masing-masing 29% dan 81%.
Lokasi penelitian berada pada tanah rawa gambut yang tidak tergenang.
Tanah ini terdiri dari campuran tanah aluvial (endapan) dan tanah organik (gambut)
yang mempunyai struktur remah dan tekstur seimbang antar fraksi tanah sehingga
sangat baik untuk pertumbuhan tanaman. Terlebih lagi dilakukan pengolahan lahan
berupa pembuatan guludan, sehingga semakin memperbaiki struktur tanah
32
sehingga aerasi udara di tanah terjadi dengan lebh baik. Tanah rawa gambut yang
tidak tergenang seperti di lokasi penelitian banyak mempunyai bahan organik dan
cukup kaya unsur hara. Kondisi tidak tergenang memungkinkan mikroorganisme
dapat hidup dan melakukan aktivitas dengan baik sehingga proses dekomposisi
unsur hara menjadi semakin baik.
Pertumbuhan diameter tanaman merupakan fungsi dari kerapatan. Semakin
rapat suatu tanaman maka semakin lambat pertambahan diameter, sehingga
tanaman tumbuh vertikal (ke atas) dengan diameter batang yang kecil. Kondisi ini
dapat dimanfaatkan untuk mengatur arsitek tanaman agar tidak terlalu banyak
percabangan dan tanaman tumbuh lurus ke atas, sampai pada batas waktunya
dilakukan penjarangan untuk meningkatkan pertumbuhan horisontal (diameter)
tanaman.
Menurut Adjie (2007) dan Sukowati (2013) penjarangan merupakan
pemberian ruang tumbuh kepada tanaman yang ditinggalkan sehingga dapat
mengembangkan tajuk dan perakaran yang memungkinkan untuk memberikan hasil
ekonomis yang maksimal.
Rata-rata pertumbuhan diameter tanaman Balangeran mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun, dimana rata-rata terbesar dicapai pada saat
tanaman berumur 15 tahun, yaitu sebesar 22,02 cm, sedangkan untuk riap
menunjukkan tidak adanya kecenderungan yang konsisten. Berdasarkan nilai
simpangan baku (SD) dapat diketahui pertumbuhan diameter Balangeran yang
memiliki tingkat keragaman tinggi yaitu saat umur tanaman 15 tahun dan tingkat
keragaman yang paling rendah yaitu saat umur tanaman 3 tahun, yaitu sebesar 7,68
cm. Dapat dikatakan bahwa nilai keragaman semakin besar seiring dengan
bertambahnya umur. Riap diameter terbesar dijumpai pada tanaman berumur 3
tahun, yaitu 2,56 cm/tahun. Rata-rata pertumbuhan tinggi tanaman Balangeran
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, dimana rata-rata terbesar dicapai pada
saat tanaman berumur 15 tahun, yaitu sebesar 22,02 m, sedangkan untuk riap
menunjukkan tidak adanya kecenderungan yang konsisten (naik turun). Dapat
diketahui pertumbuhan tinggi Balangeran yang memiliki tingkat keragaman tinggi
yaitu saat umur tanaman 15 tahun dan tingkat keragaman yang paling rendah yaitu
33
saat umur tanaman 3 tahun, yaitu sebesar 7,68 cm. Dari hal tersebut dapat dikatakan
bahwa nilai keragaman semakin besar seiring dengan bertambahnya umur tanaman.
Model pertumbuhan adalah pola pertumbuhan tanaman, baik pertumbuhan
diameter maupun tinggi yang dipengaruhi oleh waktu, faktor lingkungan, teknik
silvikultur serta genetik (Bukhart, 2003; Wahyudi, 2012).
Kabupaten, yang meliputi sebagian besar wilayah tengah dan selatan. Dengan
kedalaman berkisar antara 0,5 m hingga lebih dari 10 m dan menyimpan cadangan
karbon dalam jumlah yang signifikan (Strategi Pertumbuhan Ekonomi Hijau
Kabupaten Pulang Pisau, 2015).
Perlakuan silvikultur yang diberikan pada tanaman meliputi penyulaman,
penebasan dari gulma pengganggu, pemupukan dan penyemprotan, pemeliharaan
yang meliputi penyiangan dan pemangkasan (pruning). Salah satu faktor yang
membentuk kondisi tempat tumbuh adalah kelerengan dikarenakan berkaitan erat
dengan pencucian hara dan erosi yang menyebabkan aliran permukaan sehingga
dapat mengurangi ketersediaan unsur hara bagi tanaman. Sementara menurut
(Danira & Dephut, 2001) faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan suatu pohon adalah iklim dan tanah. Faktor dari iklim banyak
ditentukan oleh curah hujan, intensitas cahaya, suhu, kelembapan, kecepatan angin
dan letak geografis. Sedangkan faktor tanah banyak dipengaruhi oleh sifat kimia,
fisik dan biologi dari kesuburan maupun kelerengan tanah. Faktor bawaan atau
genetik pohon memegang peranan yang sangat penting dalam mengontrol
pertumbuhannya, pengadaan bibit yang diambil dari sumber benih terseleksi
dengan penggunaan bibit unggul hasil pemuliaan tanaman diperkirakan dapat
meningkatkan pertumbuhan dan hasil yang lebih cepat dari bibit biasa.
Penetapan sistem silvikultur hendaknya sejalan dengan mekanisme
pertumbuhan, perawatan, perkembangan dan rencana pencapaian hasil hutan yang
diinginkan. Pada kondisi lingkungan yang baik dengan kesuburan tanah yang tinggi
tanaman Balangeran mampu tumbuh dengan cepat (Santoso, 1992). Hasil
rekapitulasi data pengukuran tegakan Balangeran yang berada di dua lokasi yang
berbeda tepatnya pada areal Hutan Kota dan Hutan Tanaman Rakyat di Desa
Tumbang Nusa Kabupaten Pulang Pisau, dengan kondisi tempat tumbuh berupa
lahan rawa gambut yang tidak tergenang.
35
40
35 y = 1,25x3 - 13,036x2 + 35,714x - 2,2
R² = 0,5632
30
Jumlah tanaman
25
20
15
10
5
0
0 1 2 3 4 5 6
Kelompok diameter tanaman
25
20
Diameter (cm)
15
y = -0,184x2 + 4,5516x - 5,5753
R² = 0,9648
10
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16
Umur tanaman (th)
dan tidak ada perlakuan pemupukan pada tanaman. Sebab lain adalah tanaman
tersebut memang sudah mencapai batas maksimum pertumbuhan optimumnya.
Apabila mengamati lokasi pertumbuhan tanaman Balangeran yang selalu
dibersihkan permukaan tanahnya, maka diperkirakan penyebab perlambatan
pertumbuhan tanaman ini adalah menurunkan kesuburan tanah akibat pembersihan
bahan organik (serasah) pada lantai hutan, pencucian hara, kejadian erosi dan tidak
ada penambahan unsur hara tanah.
Menurut Wahyudi (2013), ketiga grafik pertumbuhan tanaman mulai
menurun, maka grafik pertumbuhan tahunan rata-rata (Mean annual increment) dan
grafik pertumbuhan tahunan berjalan (Periodically annual increment) juga
mengalami penurunan. Jeda waktu antara titik potong grafik MAI dan CAI sampai
titik CAI menyentuh angka nol adalah waktu terbaik secara ekonomis untuk
melakukan pemanenan tanaman. Oleh karena itu penelitian analisis ekonomi sangat
diperlukan untuk melihat fenomena ini.
30
25
20
Diameter (cm)
15
10
y = 6,4483e0,0889x
R² = 0,8115
5
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16
Umur tanaman (th)
tanaman sudah memasuki fase masak tebang. Dengan demikian penelitian lanjutan
yang menyertakan umur tanaman balangeran di atas 15 tahun perlu dilakukan.
Uji validitas menggunakan metode Uji Chi Square atau Uji Kuadrat seperti
disajikan pada Tabel 5.3.
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian pertumbuhan tegakan Balangeran (Shorea
balangeran (Korth.) di lahan rawa gambut pada areal Hutan Kota dan Hutan
Tanaman Rakyat di Desa Tumbang Nusa Kabupaten Pulang Pisau, diperoleh
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Rata-rata pertumbuhan diameter, tinggi bebas cabang dan tinggi pucuk
tanaman Balangeran pada umur 3 tahun masing-masing sebesar 7,68 cm; 0,99
m; 5,65 m, pada umur 4 tahun masing-masing sebesar 7,83 cm; 2,83 m; 7,11
m, pada umur 8 tahun masing-masing sebesar 19,97 cm; 6,33cm; 20,17 m, pada
umur 14 tahun masing-masing sebesar 21,03 cm; 9,00 m; 21,98 m, dan pada
umur 15 tahun masing-masing sebesar 22,02 cm; 9,68 m; 24,39 m.
2. Model persamaan pertumbuhan diameter dengan pola polinomial adalah y = -
0,1848x2 + 4,5516x – 5,5753 dengan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar
96,48 % dan telah dinyatakan valid dengan tingkat akurasi sebesar 99,39% atau
sangat akurat. Model polinomial lebih baik dibandingkan dengan Model
persamaan pertumbuhan diameter dengan pola eksponensial adalah y =
6,4483e0,0889x dengan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 81,15 % dan telah
dinyatakan valid dengan tingkat akurasi sebesar 76,17 % atau cukup akurat
terhadap pertumbuhan diameter tanaman Balangeran yang ditanaman pada
lahan rawa gambut.
6.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian pertumbuhan tegakan Balangeran (Shorea
balangeran (Korth.) di lahan rawa gambut pada areal Hutan Kota dan Hutan
Tanaman Rakyat di Desa Tumbang Nusa Kabupaten Pulang Pisau diperoleh saran:
Bahwa model persamaan pertumbuhan diameter tanaman Balangeran yang baik
adalah pola polinomial. Oleh karena itu, untuk memprediksi capaian diameter
tanaman Balangeran pada umur tertentu, yang ditanam pada lahan rawa gambut
kering sebaiknya menggunakan model persamaan polinomial. Serta perlu
dilakukan penelitian lanjutan untuk membuat persamaan pertumbuhan tanaman
47
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, F., Arifin, H. S., Dahlan, E. N., Effendy, S., and Kurniawan, R. 2016.
Analisis Hubungan Luas Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan Perubahan Suhu
di Kota Palu. Jurnal Hutan Tropis 13(2): 173–180. DOI:
10.20527/JHT.V13I2.1533.
Atmoko, T. 2011. Potensi Regenerasi dan Penyebaran Shorea Balangeran (Korth.)
Burck di Sumber Benih Saka Kajang Kalimantan Tengah. Balai Penelitian
Teknologi Konservasi Sumber Daya Alam. Kalimantan Timur. Jurnal
Penelitian Dipterokarpa. Vol 5 No. 2 : 21 – 36.
Badan Pusat Statistik. 2021. Kabupaten Pulang Pisau.
Balitan. 2012. Lahan Gambut Indonesia: Pengertian, Istilah, Definisi dan Sifat
Tanah Gambut. Jakarta. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian,
Kementerian Pertanian RI, Jakarta.
Bettinger P, Boston K, Siry JP, Grebner DL. 2009. Forest Management and
Planning. Academic Press - Elsevier.
Burkhart, H.E. 2003. Suggestion for choosing an appropriate level for modelling
forest stands. In Amaro A, Reed D, Soares P, editors. Modelling Forest
System. CABI Publishing.
Data Demografi Profil Kelurahan Bereng Bulan Januari Tahun 2021.
Dephut & Danida. 2001. Zona Benih Tanaman Hutan Kalimantan Indonesia.
Indonesia Forest Seed Project. Kerjasama Departemen Kehutanan RI dengan
Danish International Development Assistance (Danida) Denmark, Jakarta.
Direktorat Jenderal Kehutanan. 1976 Vademecum Kehutanan Indonesia.
Departemen Pertanian, Jakarta. P.142-143.
Djoko, 1999. Pengertian Hutan Kota. Jurnal Universitas Diponegoro. Semarang.
DNPI. 2012. Ringkasan Eksekutif: Definisi Gambut di Indonesia - Menjembatani
Ilmu untuk Kebijakan. Draft usulan edisi 3 Agustus 2012. Dewan Nasional
Perubahan Iklim, Jakarta.
Ekoheriyanto, 2016. Analisis Pertumbuhan Balangeran (Shorea balangeran
(Korth.) Burck) Pada Lahan Rawa Gambut di Kabupaten Pulang Pisau. Tesis
Magister Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan,
Program Pascasarjana Universitas Palangka Raya.
Farisi, S. Al, Ramdlani, S., & Hari pradianto, T. 2017. Pengoptimalan Fungsi Ruang
Terbuka Hijau Pada Komplek Hutan Kota Velodrom Sawojajar. Jurnal
Mahasiswa Jurusan Arsitektur 5(2).
Giesen, W. 2004. Causes of peat swamp forest degradation in Berbak National Park
and recommendations for reforestation. Water for Food & Ecosystems
49
Page SE, and J.O. Rieley. 1998. Tropical Peatlands : a Review of Their Natural
Resources Functions with Particular Reference to Southeast Asia.
International Peat Jurnal 8: 95-106.
Page, S.E., Rieley, J.O., Shotyk, W., & Weiss, D. (1999). Interdependence of peat
and vegetation in tropical peat swamp forest. Phil. Trans. R. Soc Lond. B.
354:1885-1897.
Peraturan Menteri Dalam Negeri.2007. Lampiran Peraturan Menteri Dalam Negeri
nomor 1 Tahun 2007. Departemen Menteri Dalam Negeri Jakarta.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Tentang Pedoman dan Pemanfaatan Ruang
Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan. Diakses dari http://www.bkpn.org/
peraturan/thefile/permen 05-2008.pdf
Peraturan Perundang-Undang. 2007. Lampiran Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia nomor 26 tahun 2007 Biro Peraturan Perundang-Undangan.
Jakarta, diakses tanggal 31 Juli 2020 http://www.bpkp.go.id//
Prentice, C. 1990. Environmental Action Plan For The North Selangor Peat Swamp
Forest. Asian Wetland Bureau/WWF Malaysia, Kuala Lumpur. Malaysia.
Prijanto P. 2016. Kajian Aspek Vegetasi dan Kualitas Tanah Sistem Silvikultur
Tebang Pilih Tanam Jalur. Studi Kasus di Areal PT Sari Bumi Kusuma,
Kalimantan Tengah (Disertasi). Bogor: Program Pascasarjana IPB.
Profil Desa Peduli Gambut. 2018. Profil Desa Gohong Kecamatan Kahayan Hilir
Kabupaten Pulang Pisau. Pulang Pisau.
Rachmanadi, D. 2012. Teknik Penanaman Balangeran. Hal 41-54. Dalam S. Tjuk,
S. Hadi dan E. Savitri (ed). Budidaya Shorea balangeran di Lahan Gambut.
Cetakan Pertama. Balai Penelitian Kehutanan, Kalimantan Selatan.
Rahmanto, B. 2012. Potensi jenis-jenis hama dan penyakit pada tanaman
Balangeran. Budidaya Shorea balangeran di Lahan Gambut. Kementerian
Kehutanan. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Banjarbaru. 76-
89.
Rawung, F. C. 2015. Efektivitas Ruang Terbuka Hijau (RTH) dalam Mereduksi
Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) di Kawasan Perkotaan Boroko. Media
Matrasain 12(2): 17–32.
Sadono R, Soepridjadi D, Herningtyas W, Rachmadwiati R. 2016. Growing space
requirement, diameter and height growth of two generative teak clones in
Perhutani-the Indonesia state forest enterprise. Advances in Environmental
Biology 10(4):239-259.
Sampang, 2015. Analisis Ketahanan Beberapa Jenis Tanaman terhadap
Penggenangan di Lahan Rawa Gambut Kabupaten Pulang Pisau, Provinsi
Kalimantan Tengah. Tesis. Program Pascasarjana PSDAL Universitas
Palangka Raya. Tidak Dipublikasi.
51
LAMPIRAN
54
1. Penyusunan
proposal
2. Pelaksanaan
penelitian
3. Pengumpulan
data dan Analisis
data
4. Penyusunan
Skripsi
5. Pelaporan
57
59