Anda di halaman 1dari 11

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/339078077

KEANEKARAGAMAN VEGETASI RIPARIAN DI SUNGAI KAMPAI KABUPATEN


SELUMA

Article · February 2020

CITATION READS

1 1,396

16 authors, including:

Pani Aswin Dewi Jumiarni


Universitas Bengkulu Universitas Bengkulu
6 PUBLICATIONS   2 CITATIONS    36 PUBLICATIONS   48 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Abdul Rahman Singkam


Universitas Bengkulu
33 PUBLICATIONS   29 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Professor of food process engineering View project

Identify of riparian vegitation View project

All content following this page was uploaded by Pani Aswin on 06 February 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


P. Aswin, L.S. Anggrini, M.A. Pathori, D. Jumiarni, A.R. Singkam
PROSIDING
SEMIRATA BKS PTN WILAYAH BARAT BIDANG MIPA
ISBN: 978-602-5830-09-9

KEANEKARAGAMAN VEGETASI RIPARIAN DI SUNGAI KAMPAI


KABUPATEN SELUMA

Pani Aswin ABSTRAK: Vegetasi riparian adalah vegetasi yang terletak di sepanjang tepian sungai.
Universitas Bengkulu Vegetasi ini berperan penting dalam mendukung komposisi biota dan kualitas air sungai.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kondisi vegetasi riparian di Sungai Kampai,
Lolita Sri Anggrini, Kabupaten Seluma – Bengkulu. Metode yang digunakan untuk menentukan lokasi adalah
systematic purposive sampling, yaitu lokasi sampling dibagi atas hulu, tengah dan hilir,
Universitas Bengkulu
lalu pada masing-masing lokasi dilakukan sampling secara acak. Pengambilan sampel
dilakukan pada Maret 2019 dengan dua plot berukuran 25 x 25 m di setiap stasiun. Data
Moh. Aziz Pathori yang diambil berupa keragaman jenis dan jumlah individu untuk masing-masing jenis.
Universitas Bengkulu Data dianalisis secara deskriptif berdasarkan indeks keragaman jenis Shannon - Wiener
(H’) dan nilai kelimpahan relatif. Hasil penelitian menunjukan indeks keragaman jenis (H’)
Dewi Jumiarni vegetasi perdu-pohon di stasiun hulu, tengah dan hilir berturut-turut adalah 2,51; 2,51 dan
Universitas Bengkulu 2,46; dengan kategori sedang. Vegetasi perdu-pohon dominan di hulu, tengah dan hilir
berturut-turut adalah Elaeis guineensis, Syzygium aqueum dan Leucaena sp. Indeks
keragaman vegetasi semak-herba di stasiun hulu, tengah dan hilir berturut-turut adalah
Abdul Rahman
2,99; 2,65 dan 2,56. Vegetasi semak-herba dominan di stasiun hulu, tengah dan hilir
Singkam* berturut-turut adalah Tibouchina urvilleana, Pennisetum purpureum dan Mimosa pudica.
Universitas Bengkulu
KEYWORDS: Keragaman, vegetasi riparian, Sungai Kampai

* Corresponding Author: Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universtas Bengkulu Jl. W.R Supratman
Kandang Limun Bengkulu, Indonesia, 38122, e-mail: arsingkam@unib.ac.id 873

PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara megabiodiversitas dengan keragaman hayati
tertinggi kedua didunia setelah Brazil. Sekitar 30% koleksi original Asia Tenggara
yang tercatat di Global Biodiversity Information Facility (GBIF) berasal dari
Indonesia (Webb et al., 2010). Angka tersebut menunjukkan bahwa Indonesia
merupakan negara dengan tingkat biodiversitas tertinggi di Asia Tenggara.
Biodiversitas di Indonesia terkumpul dalam beberapa ekosistem. Salah satu
jenis ekosistem yang diharapkan memiliki keragaman yang tinggi adalah kawasan
riparian. Kawasan riparian merupakan daerah di pinggiran perairan rawa, danau,
sumber air, atau sungai (Suhendang, 2002). Tuheteru dan Mahfudz (2012)
mengungkapkan bahwa kawasan ini merupakan vegetasi rawa musiman, bertanah
alluvial dan terletak di sepanjang sungai besar. Hutan jenis ini memliki peranan
sebagai filter laju erosi dan sedimentasi (Konsorsium Revisi HCV Toolkit Indonesia,
2008), mempertahankan kualitas air (Siahaan, 2014) dan tempat hidup hewan
teresterial (Mitsh dan Gosselink, 1993).
Meski memiliki peran penting dalam ekosistem dan keragaman biota, kawasan
riparian rentan untuk dieksploitasi karena letaknya yang strategis. Kawasan ini banyak
dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai lahan perkebunan (Mubarrak, 2018). Tingkat
kesuburan yang tinggi, ketersediaan air yang cukup dan ketersediaan material organik-
anorganik menjadi alasan masyarakat memanfaatkan daerah riparian. Apabila keadaan

Prosiding Seminar dan Rapat Tahunan BKS PTN Wilayah Barat Bidang MIPA
Bengkulu, 6-7 Juli 2019
P. Aswin, L.S. Anggrini, M.A. Pathori, D. Jumiarni, A.R. Singkam

ini berlangsung secara masif maka akan menyebabkan terganggunya vegetasi riparian,
sehingga perlu dilakukan pencegahan terjadinya penurunan vegetasi riparian.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keragaman jenis vegetasi riparian di
Sungai Kampai, Kabupaten Seluma, Provinsi Bengkulu. Sungai Kampai memiliki
hulu di hutan lindung bukit barisan dengan ketinggian lebih dari 1000 m dpl dan
bermuara di pantai Desa Pasar Talo, Kabupaten Seluma. Aliran sungai melewati
kontur landai dengan akses yang dekat ke jalan utama Bengkulu-Lampung. Hal ini
mengakibatkan Sungai Kampai mengalami perubahan habitat yang signifikan dalam
beberapa dekade terakhir, terutama untuk perkebunan, persawahan dan pemukiman.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi data dasar untuk memetakan
hubungan vegetasi riparian dengan struktur komunitas biota dan kualitas perairan di
Sungai Kampai. Siahaan (2014) menyatakan bahwa vegetasi riparian berperan penting
dalam menjaga kualitas perairan. Vegetasi riparian juga berperan sebagai pakan bagi
kelompok invertebrata yang memiliki fase dewasa di darat, namun fase larva dan
nimfa di perairan. Kelompok invertebrata ini antara lain adalah Coenagriodae,
Gerridae, Gyrinidae dan Culcidae (Asyari, 2006). Kualitas yang baik pada vegetasi
riparian terbukti berhubungan positif dengan keragaman dan kelimpahan makro-
invertebrata perairan (Leatemia et al., 2016; Singkam et al., 2019). Makro-
invertebrata perairan juga merupakan pakan penting bagi biota predator tingkat atas
874 seperti ikan dan kelompok Crustacea.

BAHAN DAN METODE


Penelitian dilakukan di Daerah Aliran Sungai Kampai Kabupaten Seluma
Provinsi Bengkulu pada bulan Maret 2019. Pengambilan data dilakukan di tiga
stasiun yaitu Desa Lubuk Giok (4°12’39.88 LS;102°41’40.89 BT), Desa Pagar Agung
(4°7’2.9676 LS dan 102°42’11.736 BT) dan Desa Muara Simpuh (4°12’39.8844 LS
dan 102°42’40.8984 BT). Pemilihan ketiga stasiun ini terutama didasarkan pada
perbedaan ketinggian tempat dan kemudahan akses. Alat dan bahan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah kayu pancang, meteran rol, tali rafia, tally counter, papan
tulis, spidol, kamera, GPS, tabel tabulasi data, pensil, dan buku referensi.
Metode Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah jenis tumbuhan yang terdapat di tiga lokasi
sampling di kawasan Riparian Sungai Kampai, Kabupaten Seluma, Provinsi
Bengkulu. Sampling dilakukan di tiga stasiun yang mewakili hulu, tengah dan hilir
dengan parameter pembeda utama berupa ketinggian tempat. Stasiun hilir berada di
Desa Lubuk Giok dengan ketinggian 15 m dpl, stasiun tengah di Desa Pagar Agung
dengan ketinggian 77 m dpl, dan stasiun hulu di Desa Muara Simpugh dengan
ketinggian 93 m dpl. Pada bagian hulu hingga hilir tidak memiliki perbedaan
ketinggian yang signifikan antara air sungai dengan zona riparian. Sehingga lokasi
hilir, tengah dan hulu masuk ke dalam kriteria hutan riparian yaitu memiliki zona
yang terkena banjir sungai.

Prosiding Seminar dan Rapat Tahunan BKS PTN Wilayah Barat Bidang MIPA
Bengkulu, 6-7 Juli 2019
P. Aswin, L.S. Anggrini, M.A. Pathori, D. Jumiarni, A.R. Singkam

Analisis vegetasi dilakukan dengan metode minimal area untuk mewakili


karakteristik penyusun komunitas secara keseluruhan dengan dua plot pada setiap
stasiun. Setiap plot berukuran maksimal 25 x 25 m yang ditentukan mengikuti metode
garis berpetak Soerianegara dan Indrawan (2008). Identifikasi jenis tumbuhan
dilakukan secara langsung untuk jenis yang sudah umum dan diketahui. Jenis lain
diidentifikasi berdasarkan nama lokal dan dokumentasi foto pada semua karakter yang
memungkinkan. Identifikasi dokumentasi foto dilakukan dengan menggunakan buku
Flora (Van Steenis, 1987), Plant Classification (Benson, 1957), Taxonomy of
Vascular Plants (Lawrence, 1958), Taksonomi Tumbuhan Spematophyta
(Tjitrosoepomo, 2016) dan website (https://identify.plantnet.org;
https://singapore.biodiversity.online). Pada penelitian ini tidak dilakukan koleksi
herbarium. Spesies yang tidak dapat diidentifikasi ditulis sebagai sp. Setiap jenis
tumbuhan dilakukan pencatatan dan perhitungan jumlah individunya, lalu
dikelompokan menjadi pohon, perdu, semak dan herba.
Analisis Data
Indeks Keanekaragaman Jenis (H’)
Nilai Indek Keanekaragaman jenis berfungsi untuk mengetahui pengaruh
gangguan terhadap lingkungan atau mengetahui tahapan suksesi dan kestabilan dari
komunitas tumbuhan pada suatu lokasi. Kearagaman jenis dihitung dengan Indeks 875
Keanekaragaman (Krebs, 1989) dengan menggunakan persamaan berikut ini:

∑( )

Keterangan :

Pi = Proporsi Nilai Penting Ke – 1


Ln = Logaritma Natural
Indeks Kemerataan / Evenness Index
Indeks kemerataan dihitung berdasarkan Odum (1996) dengan rumus sebagai
berikut :
E = H’
Ln s
Keterangan :
E = Indeks kemerataan jenis
H’ = Indeks keanekaragaman jenis Shannon-Wiener
Ln = Logaritma
S = Jumlah spesies yang ditemukan
Nilai indeks kemerataan berkisar antara 0 hingga 1. Jika nilai indeks mendekati
0 maka kemerataan spesies rendah sebaliknya jika mendekati 1 maka kemerataan
tinggi.

Prosiding Seminar dan Rapat Tahunan BKS PTN Wilayah Barat Bidang MIPA
Bengkulu, 6-7 Juli 2019
P. Aswin, L.S. Anggrini, M.A. Pathori, D. Jumiarni, A.R. Singkam

Indeks Kesamaan (Similarity Index)


Indeks kesamaan dihitung berdasarkan indeks kesamaan Sorensen (Odum,
1996) dengan rumus sebagai berikut :
S = 2C x 100%
A+B
Keterangan :
S = Indeks kesamaan Sorensen
C = Jumlah spesies yang sama di kedua area A dan B
A = Jumlah spesies di area A
B = Jumlah spesies di area B

Nilai Indeks Kesamaan terbagi ke dalam dua kriteria yaitu jika nilai indeks >
50% maka kesamaan spesies tinggi pada habitat yang dibandingkan. Sebaliknya jika
nilai Indeks Kesamaan <50% maka kesamaan spesies rendah.
876
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Keranekaragaman Jenis Vegetasi Riparian Kelompok Perdu-pohon di
Sungai Kampai
Vegetasi riparian Sungai Kampai yang berhasil diidentifikasi dalam penelitian
ini adalah kelompok perdu-pohon dan herba-semak. Tumbuhan perdu-pohon di ketiga
stasiun Sungai Kampai teridentifikasi sebanyak 26 jenis yang berasal dari 11 famili.
Famili dengan keragaman jenis tertinggi yaitu Malvaceae (19,23%) dan
Phyllanthaceae (19,23%).
Vegetasi di stasiun hulu didominasi oleh pinang (Areca catechu) sebanyak 30%,
tengah oleh kenidai (Bridelia tomentosa) sebanyak 12%, dan hilir oleh sawit (Elaeis
guineensis) sebanyak 16%. Beberapa tumbuhan konsisten ditemukan di tiga stasiun
pengamatan yaitu Elaeis guineensis, Syzygium aqueum, dan Leucaena sp. Vegetasi
perdu-pohon yang ditemukan di riparian Sungai Kampai sebagian besar merupakan
kelompok tumbuhan buah, pekarangan dan perkebunan. Tidak ada perbedaan
keragaman jenis yang signifikan pada komunitas perdu-pohon di stasiun hulu, tengah
dan hilir. Stasiun hulu dan tengah memiliki nilai indeks keanekaragaman jenis (H’)
yang sama yaitu 2,51, sedangkan H’ di stasiun hilir adalah sebesar 2,46 (Tabel 1).
Tabel 1. Keragaman dan Kelimpahan Perdu-Pohon di Riparian Sungai Kampai
No Spesies Famili Habitus* Hilir Tengah Hulu Total
1. Elaeis guineensis Arecaceae A 1 3 7 11
2. Areca catechu Arecaceae A 6 1 7
3. Arenga pinnata Arecaceae A 1 2 3

Prosiding Seminar dan Rapat Tahunan BKS PTN Wilayah Barat Bidang MIPA
Bengkulu, 6-7 Juli 2019
P. Aswin, L.S. Anggrini, M.A. Pathori, D. Jumiarni, A.R. Singkam

4. Terminalia catappa Combretaceae A 6 6


5. Syzygium aqueum Convolvulaceae A 1 2 2 5
6. Achidendron Fabaceae A 1 1
7. Hibiscus tiliaceus Malvaceae A 4 4
8. Durio zibetinus Malvaceae A 1 1
9. Ceiba pentandra Malvaceae A 1 1 2
10. Ficus sp 1 Moraceae A 3
11. Ficus racemosa Moraceae A 1 1
12. Ficus sp 2 Moraceae A 1 1
13. Artocarpus communis Moraceae A 1 7 8
14. Psidium guajava Myrtaceae A 2 2
15. Leucaena sp Fabaceae B 1 1 1 3
16. Senna alata Fabaceae B 1 1
17. Leucaena leucocephala eaeaaeae B 3 6 9
18. Theobroma cacao Piperaceae B 3 3
19. sp 2 Malvaaeae B 1 1
20. Theobroma cacao Malvaaeae B 3 3
21. Toxicodendron radicans Anacardiaceae B 6 6
22. Sauropus androgynus Phyllanthaceae B 1 1 2
23. Securinega suffruticosa Phyllanthaceae B 1 2 3
24. Antidesma velutinosum Phyllanthaceae B 2 2
25. Bridelia tomentosa Phyllanthaceae B 1 4 5 877
26. sp 3 Phyllanthaceae B 1 1 2
Indeks Shannon-Wienner (H’) 2,46 2,51 2,51 3,15
Keterangan *A=pohon, B=perdu

2. Keragaman Vegetasi Riparian Kelompok Semak-Herba di Sungai Kampai


Vegetasi riparian kelompok semak-herba yang ditemukan sebanyak 40 jenis
yang berasal dari 21 famili. Vegetasi semak-herba dengan kelimpahan tertinggi yaitu
Melastoma malabatricum. Vegetasi semak-herba yang dominan di masing-masing
stasiun yaitu Tibouchina urvilleana (29%) di hilir, Pennisetum purpureum (52%) di
tengah, dan Mimosa pudica (50%) di hulu. Mimosa pudica dan Tibouchina urvilleana
ditemukan di ketiga stasiun, sedangkan Pennisetum purpureum hanya ditemukan di
stasiun hilir dan tengah. Indeks keragaman jenis (H’) vegetasi semak-herba masing-
masing stasiun yaitu 2,99 (hilir); 2,65 (tengah) dan 2,56 (hulu).
Tabel 2. Keragaman dan Kelimpahan Semak-Herba di Riparian Sungai Kampai
No Spesies Famili Habitus* Hilir Tengah Hulu Total
1. Mimosa pudica Fabaceae C 148 5 210 363
2. Aracis sp Fabaceae C 1 3 4
Stachytarpheta
3. Verbanaceae C 1 1
jamaicensis
4. Clitoria ternatea Fabaceae C 50 50
5. Urena lobata L Malvaceae C 32 32
6. Melastoma Melastomataceae C 6 1 7
7. Tibouchina urvilleana Melastomataceae C 350 17 50 417

Prosiding Seminar dan Rapat Tahunan BKS PTN Wilayah Barat Bidang MIPA
Bengkulu, 6-7 Juli 2019
P. Aswin, L.S. Anggrini, M.A. Pathori, D. Jumiarni, A.R. Singkam

8. Polygala paniculata Polygalaceae C 32 32


9. Selaginela Selaginellaceae C 50 50
10. Asystasia gangetica L. Acanthaceae D 12 15 27
11. Caladium 1 Araceae D 32 32
12. Colocasia sp 1 Araceae D 7 7
13. Sphagneticola trilobata Asteracae D 5 32 37
14. Sonchus arvensis esteraaeae D 10 10
15. Elephantopus scaber Asteraceae D 200 200
16. Mikania micrantha Asteraceae D 13 13
17. Athyrium filix-femina Athyriaceae D 64 64
18. Stenochlaena palustris Blechnaceae D 21 21
19. Costus spicatus Costaceae D 1 1
20. Costus sp Costaceae D 1 1
21. Cyperus rotundus Cyperaceae D 1 3 4
22. Davallia solida Davalliaceae D 5 5
23. Dryopteris filixmas Dryopteridaceae D 64 1 12 77
24. Glechenia lineralis Gleicheniaceae D 4 4 8
25. Donax canniformis Marantaceae D 50 2 52
26. Calathea lutea Marantaceae D 16 7 23
27. Marsilea sp Marsileaaeae D 32 20 52
28. Pandanus sp Pandanaceae D 2 1 3
878
29. Phyllanthus urinaria eaellantaaaeae D 21 21
30. Piper aduntum Piperaceae D 32 32
31. Lopathorium gracile B Poaceae D 7 7
32. Cyperus odoratus Poaceae D 10 10
33. Bambusa sp Poaceae D 32 1 33
34. Pennisetum purpureum Poaceae D 3 132 135
35. Musa sp Poaceae D 3 3
36. Imperata cylindrica Poaceae D 1 1 2
37. Bambusa sp 1 Poaceae D 3 1 1 5
38. Bambusa sp 2 Poaceae D 6 6
39. Alpinia galanga Zingiberaceae D 6 2 23 31
40. Cromonlaena Asteraceae D 3 1 3 7
Indeks Shannon-Wienner (H’) 2,99 2,65 2,56 3,30
Keterangan : *C=Semak, D=Herba
3. Indeks Kemerataan Jenis (E) Vegetasi Riparian di Sungai Kampai
Nilai indeks kemerataan spesies di ketiga stasiun mendekati angka 1, yang
menunjukkan bahwa kemerataan spesies tergolong tinggi, baik pada kelompok
vegetasi perdu-pohon maupun semak-herba (Tabel 3).
Tabel 3. Indeks Kemerataan Jenis Vegetasi Riparian di Sungai Kampai
Indeks kemerataan (E)
Kelompok vegetasi
Hulu Tengah Hilir
Semak - herba 0,88 0,87 0,92
Perdu-pohon 0,95 0,98 0,96

Prosiding Seminar dan Rapat Tahunan BKS PTN Wilayah Barat Bidang MIPA
Bengkulu, 6-7 Juli 2019
P. Aswin, L.S. Anggrini, M.A. Pathori, D. Jumiarni, A.R. Singkam

3. Indeks Kesamaan Jenis (S) Vegetasi Riparian di Sungai Kampai


Indeks kesamaan jenis antara stasiun hulu dengan stasiun tengah menunjukkan
tingkat kemiripan jenis yang tinggi pada kelompok vegetasi semak-herba (56%),
tetapi rendah pada kelompok perdu-pohon (29%). Sebaliknya indeks kesamaan jenis
antara stasiun tengah dengan stasiun hilir menunjukkan tingkat kemiripan jenis yang
tinggi pada kelompok vegetasi perdu-pohon (61%), tetapi rendah pada kelompok
semak-herba (47%). Sementara itu antara stasiun hulu dan hilir menunjukkan indeks
kesamaan jenis yang rendah, baik pada kelompok vegetasi semak-herba (41%),
maupun pada kelompok perdu-pohon (44%) (Tabel 4).
Tabel 4. Indeks Kesamaan Jenis Vegetasi Riparian di Sungai Kampai
Indeks kesamaan jenis(%)
Kelompok vegetasi Hulu dan Tengah Hulu dan
tengah dan hilir hilir
Semak - herba 56 47 41
Perdu-pohon 29 61 44

Hasil analisis indeks keanekaragaman (H’) vegetasi riparian di Sungai Kampai


kelompok perdu-pohon menunjukkan bahwa keragaman masing-masing stasiun 879
tegolong ke dalam kategori sedang dan komunitas dalam kondisi stabil. Kriteria ini
mengaau pada Odum (1993), eaitu H’<1 (rendaa), 1<H’<3 (sedang) dan H’>3
(tinggi). Hal ini menunjukkan bahwa kondisi habitat pada seluruh stasiun pengamatan
relatif homogen, apabila ditinjau dari aspek gangguan terhadap ekosistem. Sesuai
pernyataan Barbour et al. (1987) bahwa nilai indeks keanekaragaman yang relatif
rendah umum dijumpai pada komunitas yang telah mencapai klimaks. Untuk
mempertahankan keanekaragaman yang tinggi, komunitas memerlukan gangguan
secara teratur dan acak. Komunitas yang sangat stabil, meluas secara regional, dan
homogen, mempunyai indeks keanekaragaman lebih rendah dibandingkan bentuk
hutan mosaik atau secara regional diganggu secara periodik oleh api, angin, banjir,
hama, dan intervensi manusia.
Vegetasi perdu-pohon yang mendominasi dari ketiga stasiun yaitu Elaeis
guineensis, Syzygium aqueum, dan Leucaena sp. Tiga jenis tumbuhan ini termasuk ke
dalam kelompok tumbuhan buah dan perkebunan. Dominansi Elaeis guineensis
sebagai tumbuhan perkebunan menunjukan adanya aktivitas alih fungsi lahan di
daerah riparian Sungai Kampai. Hal ini disebabkan daerah riparian memiliki tingkat
kesuburan yang cukup tinggi sehingga dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai lahan
perkebunan (Karno dan Mubarrak 2018).
Nilai indeks keanekaragaman vegetasi semak-herba menunjukan masing-masing
stasiun memiliki keragaman dalam katagori sedang dan komunitas dalam kondisi
stabil (Odum, 1993). Kelimpahan jenis di daerah stasiun hilir lebih tinggi
dibandingkan dengan stasiun tengah dan hulu. Vegetasi kelompok semak-herba yang
dominan di masing-masing stasiun yaitu Tibouchina urvilleana (hilir), Pennisetum

Prosiding Seminar dan Rapat Tahunan BKS PTN Wilayah Barat Bidang MIPA
Bengkulu, 6-7 Juli 2019
P. Aswin, L.S. Anggrini, M.A. Pathori, D. Jumiarni, A.R. Singkam

purpureum (tengah), dan Mimosa pudica (hulu). Kelimpahan jenis tumbuhan ini dapat
disebabkan oleh kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan (Indriyanto, 2009).
Analisis indeks kesamaan jenis antar stasiun menunjukkan tingkat kemiripan
yang berbeda. Menurut Odum (1996), semakin tinggi nilai indeks kesamaan jenis
maka semakin tinggi pula tingkat kemiripan antara komunitas yang dibandingkan.
Antara stasiun hulu dengan stasiun tengah menunjukkan tingkat kemiripan jenis yang
tinggi pada kelompok vegetasi semak-herba (56%). Vegetasi semak-herba jenis yang
sama yang ditemukan di kedua stasiun ini berjumlah 11 jenis yang berasal dari 11
famili. Vegetasi semak-herba yang ditemukan antara lain Mimosa pudica, Tibouchina
urvilleana, Imperata cylindrica, Bambusa sp dan lain-lain. Jenis terbanyak terutama
berasal dari famili Poaceae dan Asteraceae (Tabel 2). Famili ini merupakan kelompok
vegetasi bawah yang umum ditemukan di tepi sungai, selain di tempat terbuka, tepi
jalan, lantai hutan, lantai pertanian dan perkebunan (Aththorick 2005). Hasil yang
sama dilaporkan Drastistiyana (2017), bahwa vegetasi riparian di hulu dan tengah
Sungai Gajah didominasi oleh famili Asteraceae (16%), Poaceae (13%) dan Araceae
(9%).
Kemiripan komunitas semak-perdu di stasiun hulu dan tengah ini menunjukkan
bahwa kedua stasiun ini memiliki karakteristik fisika-kimia yang serupa, terutama
intensitas cahaya matahari. Menurut Andika et al. (2017), intesitas cahaya
880 mempengaruhi kelimpahan tumbuhan di lantai hutan. Pada stasiun hulu dan tengah
cahaya matahari dapat menembus hingga permukaan tanah, sehingga vegetasi semak-
herba dapat tumbuh dengan baik. Selain itu waktu penelitian yang dilakukan di musim
kemarau menyebabkan permukaan tanah daerah riparian dalam keadaan kering (tidak
tergenang), menyebabkan vegetasi semak herba yang tumbuh lebih bervariasi.
Sementara itu stasiun hilir merupakan daerah perkebunan yang didominasi sawit
(16%), sehingga pertumbuhan semak-herba terbatas karena ada intervensi manusia.
Antara stasiun tengah dengan stasiun hilir menunjukkan tingkat kemiripan jenis
yang tinggi pada kelompok vegetasi perdu-pohon (61%). Vegetasi perdu-pohon yang
sama-sama ditemukan di kedua stasiun ini antara lain Elaeis guineensis, Areca
catechu, Arenga pinata, dan lain-lain. Jenis terbanyak terutama berasal dari famili
Arecaceae (37%) dan Phyllantaceae (25%) (Tabel 1). Kemiripan vegetasi perdu-
pohon ini disebabkan kedua stasiun ini masih merupakan daerah perkebunan,
sehingga banyak diitemukan jenis tumbuhan perkebunan.
Komunitas vegetasi yang berbeda ditunjukkan antara stasiun hulu dan stasiun
hilir, baik pada komunitas semak-herba maupun perdu-pohon. Hal ini disebabkan
faktor lingkungan yang berbeda disebabkan perbedaan ketinggian, yaitu stasiun hulu
berada di ketinggian 93 m dpl, sedangkan stasiun hilir berada di ketinggian 15 m dpl.
Menurut Damanik et al. (1984), vegetasi bawah akan berbeda seiring dengan
bertambahnya ketinggian. Hal ini dipengaruhi perubahan struktur pohon pembentuk
tajuk. Selain itu dengan bertambahnya ketinggian terjadi perubahan suhu yang drastis.

Prosiding Seminar dan Rapat Tahunan BKS PTN Wilayah Barat Bidang MIPA
Bengkulu, 6-7 Juli 2019
P. Aswin, L.S. Anggrini, M.A. Pathori, D. Jumiarni, A.R. Singkam

SIMPULAN
1. Vegetasi riparian kelompok perdu-pohon di stasiun hulu, tengah dan hilir
memiliki nilai Indeks Keanekaragaman (H’) eertururt-turut 2,46; 2,51 dan
2,51, yang termasuk kategori sedang. Jenis perdu-pohon yang dominan di
masing-masing stasiun hulu, tengah dan hilir berturut-turut yaitu Leucaena sp,
Elaeis guineensis dan Syzygium aqueum.
2. Vegetasi riparian kelompok semak-herba di stasiun hulu, tengah dan hilir
memiliki nilai Indeks Keanekaragaman (H’) eerturut-turut 2,56; 2,99 dan 2,65,
yang termasuk kategori sedang. Jenis semak-herba yang dominan di masing-
masing stasiun berturut-turut yaitu Mimosa pudica, Tibouchina urvilleana dan
Pennisetum purpureum.
3. Indeks Kesamaan jenis antara stasiun hulu dengan stasiun tengah
menunjukkan tingkat kemiripan jenis yang tinggi pada kelompok vegetasi
semak-herba (56%), tetapi rendah pada kelompok perdu-pohon (29%).
Sebaliknya Indeks Kesamaan jenis antara stasiun tengah dengan stasiun hilir
menunjukkan tingkat kemiripan jenis yang tinggi pada kelompok vegetasi
perdu-pohon (61%), tetapi rendah pada kelompok semak-herba (47%).
Sementara itu antara stasiun hulu dan hilir menunjukkan Indeks Kesamaan
jenis yang rendah, baik pada kelompok vegetasi semak-herba (41%), maupun 881
pada kelompok perdu-pohon (44%)

UCAPAN TERIMA KASIH


Kegiatan penelitian ini didanai oleh hibah penelitian dasar Kementerian Riset
dan Pendidikan Tinggi tahun 2019 kepada Abdul Rahman dengan nomor kontrak
Ketua LPPM Universitas Bengkulu No. 772/UN30.15/LT/2017.

REFERENSI
Andika, E.D., Nugroho, E.K, Enni, S.R. 2017. Struktur dan Komposisi Tumbuhan
Lantai Hujan Jati di Kawasan Bogorejo BKPH Tanggel Blora. Jurnal Life
Science 6 (1) hal. 25-30
Asmaruf, M. A., 2013. Struktur dan Komposisi Vegetasi Manggrove pada Kawasan
TahitiPark Kota Bintuni. Skripsi Fakultas Kehutanan, Universitas Negeri Papua,
Manokwari
Drastistiyana, R. 2017. Keanekaragaman dan Kelimpahan Vegetasi Riparian di Hulu
dan Tengah Sungai Gajah Wong Yogyakarta. Skripsi (Tidak dipublikasikan).
UIN Sunan Kalijaga. Yogyakarta
Fachrul, M. F., 2007. Metode Sampling Bioekologi. Bumi Aksara. Jakarta
Indriyanto, S. P. Harianto. 2009. Komposisi Jenis dan Pola Penyebaran Tumbuhan
Bawah pada Komunitas Hutan yang Dikelola Petani di Register 19 Provinsi
Lampung. Lampung: Seminar Hasil Penelitian & Pengabdian Kepada
Masyarakat. Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian. Universitas Lampung

Prosiding Seminar dan Rapat Tahunan BKS PTN Wilayah Barat Bidang MIPA
Bengkulu, 6-7 Juli 2019
P. Aswin, L.S. Anggrini, M.A. Pathori, D. Jumiarni, A.R. Singkam

Irwanto. 2007. Analisis Vegetasi untuk Pengelolaan Kawasan Hutan Lindung Pulau
Marsegu, Kabupaten Seram Bagian Barat, Provinsi Maluku. Tesis Sekolah
Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Karno, R., Mubarrak, J. 2018. Analsis Spasial (Ekologi) Pemanfaatan Daerah Aliran
Sungai di Sungai Batang Lubuh Kecamatan Rambah Kabupaten Rokan Hulu.
Jurnal Ilmiah Edu Research: 1 (7) 59-62
Krebs, C.J. 1978. Ecology The Experimental Analysis of Distribution andAbundance.
Harper & Row Publisher. New York
Konsorsium Revisi HCV Toolkit Indonesia. 2008. Panduan Identifikasi Kawasan
Bernilai Konservasi Tinggi Di Indonesia. Jakarta
Kusmana, C. 1977. Metode Survey Vegatasi. Bandung : Penerbit ITB
Gosselink, J.G., Bayley, S.E., Conner, W.H., and Turner, R.E. 1980. Ecological
Factors in the Determination of Riparian Wetland Boundaries. Di dalam:Clark,
J.R., Benforado J. editor. Wetlands of Bottomland Hardwood Forets. New
York: Elsevier. Hal. 197 – 219
Saihaan, R., Ai, S.N. 2014. Jenis-jenis Vegetasi Riparian Sungai Ranoyapo, Minahasa
Selatan. Jurnal LPPM Bidang Sains dan Teknologi (1) : 7-14
Soerianegara, I., Indrawan A. 2008. Ekologi Hutan Indonesia. Laboratorium Ekologi
Hutan, Fakultas Kehutanan
882 Suhendang, E. 2002. Pengantar Ilmu Kehutanan. Fakultas Kehutanan, IPB. Bogor
Sulistyowati. 2011. Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Epifit di Kawasan Wisata
Gonoharjo Kabupaten Kendal Provinsi Jawa Tengah. Skripsi Jurusan
Pendidikan Biologi, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam. IKIP PGRI Semarang
Tuheteru, F.D., Mahfudz, 2012. Ekologi, Manfaat & Rehabilitasi, Hutan Pantai
Indonesia. Balai Penelitian KehutananManado. Manado
Webb, C.O., Ferry Slik, J.W., Triono, T. 2010. Biodiversity inventory and
informatics in Southeast Asia. Biodivers Conserv. DOI10.1007/s10531-010-
9817-x

Prosiding Seminar dan Rapat Tahunan BKS PTN Wilayah Barat Bidang MIPA
Bengkulu, 6-7 Juli 2019

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai