Makalah Pelaksanaan Hukum Indonesia
Makalah Pelaksanaan Hukum Indonesia
A. Latar Belakang
Proses pembuatan suatu produk hukum tidak pernah nirkepentingan. Sebab, produk
hukum tertentu pasti mengatur aktor-aktor yang memiliki kepentingan. Mahfud MD (2020)
menerangkan bahwa salah satu jenis hukum yang sudah pasti dipengaruhi kepentingan, terutama
kepentingan politik, adalah hukum yang mengatur mengenai hubungan kekuasaan atau
gezagverhouding.
Meskipun demikian, dengan meluasnya paradigma good governance, hubungan
kekuasaan tidak hanya terbatas di ranah negara saja. Paradigma good governance mensyaratkan
peran aktif masyarakat, baik masyarakat ekonomi maupun masyarakat sipil, dalam tata kelola
kekuasaan, bukan hanya negara saja (Pratikno, 2005). Implikasinya, pengaruh kepentingan
politik dalam proses pembuatan hukum tidak hanya terbatas pada Hukum Tata Negara dan
Hukum Administrasi Negara saja.
Salah satu hukum di luar tata kelola pemerintahan yang tidak nirkepentingan adalah
hukum pertambangan. Rancangan Undang-Undang Mineral dan Batubara (RUU Minerba) telah
disahkan pada 12 Mei 2020. RUU yang menuai kontroversi ini dicurigai telah disusupi oleh
kepentingan-kepentingan politik di baliknya. Oleh karena itu, melalui makalah ini, permasalahan
terkait RUU Minerba akan dibahas dengan menggunakan kacamata politik hukum.
B. Rumusan Masalah
a. Apakah latar belakang dari dibentuknya Undang-Undang No. 3 Tahun 2020?
b. Pasal-pasal apa saja yang bermasalah dalam undang-undang tersebut?
c. Bagaimana seharusnya pengaturan atau isi dari pasal yang bermasalah tersebut jika
dikaitkan dengan tujuan negara dan/atau konstitusi?
C. Tujuan
a. Mengetahui latar belakang dibentuknya Undang-Undang No.3 Tahun 2020
b. Mengetahui pasal-pasal yang bermasalah dalam undang-undang tersebut
c. Mengetahui pengaturan atau isi seharusnya dari pasal yang bermasalah jika dikaitkan
dengan tujuan negara dan/atau konstitusi
BAB II
PEMBAHASAN
Pasal 47
Pada pasal 47 UU Nomor 3 Tahun 2020, terdapat perubahan kecil yang berimplikasi
besar terhadap kegiatan pertambangan di Indonesia. Adanya perubahan dari kata “dapat”
menjadi “dijamin” mencerminkan keberpihakan Pemerintah terhadap perusahaan tambang. Kata
“dapat” berarti ada dua kemungkinan, yakni disetujui atau ditolak. Namun, ketika kata “dijamin”
digunakan terkesan ada kepastian yang diberikan kepada perusahaan tambang dalam melakukan
perpanjangan jangka waktu kegiatan Operasi Produksi, misalnya bagi pertambangan mineral
logam dijamin memperoleh perpanjangan selama 2 x 10 tahun.
Pasal 169A
Pasal 169 A UU Nomor 3 Tahun 2020 mengatur tentang perpanjangan kontrak karya
(KK) dan Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) tanpa melalui lelang.
KK dan PKP2B diberi jaminan perpanjangan otomatis 2x10 tahun tanpa harus mengurangi
perluasan wilayahnya. Padahal, UU yang lama mengatur kawasan harus dikembalikan kepada
negara setiap habis kontrak dan dilelang ulang. Pasal dalam UU anyar ini dinilai membuka celah
perpanjangan sejumlah perusahaan raksasa minerba yang akan selesai masa kontraknya. Selain
itu, penciutan lahan seperti pada UU yang lama, justru dihapus. Banyak lahan konsesi
KK/PKP2B yang dibiarkan terlantar tanpa ada aktivitas penambangan, Pemasukan untuk negara
tidak optimal (Djafar, 2020).
Pasal 169B ayat (5)
Dalam pasal 169B ayat (5), pemegang KK dan PKP2B dalam mengajukan permohonan
IUPK sebagai kelanjutan Operasi Produksi Kontrak/Perjanjian dapat mengajukan permohonan
wilayah di luar WIUPK untuk tahap kegiatan operasi produksi kepada menteri untuk menunjang
kegiatan usaha pertambangan. Pasal ini dianggap memberikan keistimewaan bagi pemegang
IUPK untuk mendapatkan konsesi tambahan.
BAB III
KESIMPULAN