Anda di halaman 1dari 13

PANDUAN TRIASE

PUSKESMAS JOHAR BARU

PUSKESMAS JOHAR BARU


JL. MARDANI RAYA NO.36

TAHUN 2023
DAFTAR ISI

Daftar isi................................................................................................................i
Bab I Pendahuluan.................................................................................................1
A. Latar belakang......................................................................................1
B. Tujuan...................................................................................................1
C. Sasaran..................................................................................................1
D. Ruang Lingkup.....................................................................................2
E. Batasan Operasional..............................................................................2
Bab II Standar Ketenagaan....................................................................................4
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia.......................................................4
B. Distribusi Ketenagaan...........................................................................4
C. Jadwal Kegiatan....................................................................................4
Bab III Standar Fasilitas........................................................................................5
A. Denah Ruangan.....................................................................................5
B. Standar Fasilitas....................................................................................6
Bab IV Tata Laksana Pelayanan............................................................................7
A. Lingkup Kegiatan Triase......................................................................7
B. Metode Triase.....................................................................................11
C. Langkah Kegiatan...............................................................................12
Bab V Logistik....................................................................................................15
Bab VI Keselamatan Pasien...............................................................................16
Bab VII Keselamatan Kerja................................................................................17
Bab VIII Pengendalian Mutu..............................................................................18
Bab IX Penutup................................................................................................. 19
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan Gawat Darurat adalah pelayanan yang berfungsi untuk menerima dan
menstabilkan pasien yang menunjukkan gejala yang bervariasi baik gawat atau tidak
gawat. Triase adalah cara pemilahan penderita untuk menentukan prioritas penanganan
pasien berdasarkan tingkat kegawatanya dan masalah yangterjadi pada pasien. Triase
di IGD adalah Pemilahan penderita berdasarkan pada keadaan ABC (Airway,
Breathing, dan Circulation). Dua jenis keadaan triase dapat terjadi yaitu ;
1. Jumlah penderita dan beratnya luka tidak melampaui kemampuan petugas.
Dalam keadaan ini pasien dengan masalah gawat darurat dan multi trauma
akan dilayani terlebih dahulu, dan sesuai dengan prinsip ABC.
2. Jumlah penderita dan beratnya luka melampaui kemampuan petugas. Dalam
keadaan ini yang akan di layani terlebih dahulu adalah pasien yang dengan
kemungkinan survival yang terbesar.
B. Tujuan
Tujuan utama triase adalah untuk mengidentifikasi kondisi mengancam nyawa, tujuan
selanjutnya adalah menetapkan derajat kegawatan yang memerlukan pertolongan
kedaruratan. Dengan triase tenaga Kesehatan akan mampu :
a. Menginisiasi atau melakukan intervensi yang cepat dan tepat kepada pasien
b. Menetapkan area yang paling tepat untuk dapat melaksanakan terapi lanjutan
c. Memfasilitasi alur pasien melalui unit gawat darurat dalam proses penanggulangan
/pengobatan pasien gawat darurat
C. Sasaran
Sasaran dari pedoman ini adalah semua Dokter, Perawat dan Bidan yang terlibat pada
pelayanan UKP.
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pedoman ini meliputi pelaksanaan pelayanan UKP di Puskesmas
Johar Baru.
E. Batasan Operasional
Triase adalah cara pemilahan penderita untuk menentukan prioritas penanganan pasien
berdasarkan tingkat kegawatanya dan masalah yang terjadi pada pasien. Triase
terutama dilakukan di ruang tindakan. Pelaksanaan triase di dalam keadaan sehari hari
dilakukan oleh dokter dan atau perawat yang kompeten di ruang tindakan. Sedangkan
dalam keadaan bencana dilakukan oleh perawat dan dilakukan di luar atau di depan
gedung puskesmas.
Triase dilakukan untuk mengidentifikasi secara cepat korban yang membutuhkan
stabilisasi segera dan mengidentifikasi korban yang hanya dapat diselamatkan dengan
pembedahan darurat (life-saving surgery). Dalam aktivitasnya, digunakan label pasien
merah, hijau dan hitam sebagai kode identifikasi korban, seperti berikut:
1. Merah, sebagai penanda korban yang membutuhkan stabilisasi segera dan
korban yang mengalami:
a. Syok oleh berbagai kausa
b. Gangguan pernapasan
c. Trauma kepala dengan pupil anisokor
d. Perdarahan eksternal massif.
Pemberian perawatan lapangan intensif ditujukan bagi korban yang
mempunyai kemungkinan hidup lebih besar, sehingga setelah perawatan di
lapangan ini penderita lebih dapat mentoleransi proses pemindahan ke Rumah
Sakit, dan lebih siap untuk menerima perawatan yang lebih invasif. Triase ini
korban dapat dikategorisasikan kembali dari status “merah” menjadi “kuning”
(misalnya korban dengan tension pneumothorax yang telah dipasang drain
thoraks (WSD).
2. Kuning, sebagai penanda korban yang memerlukan pengawasan ketat, tetapi
perawatan dapat ditunda sementara. Termasuk dalam kategori ini: ▪ Korban
dengan risiko syok (korban dengan gangguan jantung, trauma abdomen)
a. Fraktur multipel
b. Fraktur femur / pelvis
c. Luka bakar luas
d. Gangguan kesadaran / trauma kepala
e. Korban dengan status yang tidak jelas
Semua korban dalam kategori ini harus diberikan infus, pengawasan ketat
terhadap kemungkinan timbulnya komplikasi, dan diberikan perawatan
sesegera mungkin.
3. Hijau, sebagai penanda kelompok korban yang tidak memerlukan pengobatan
atau pemberian pengobatan dapat ditunda, mencakup korban yang
mengalami:
a. Fraktur minor
b. Luka minor, luka bakar minor
c. Korban dalam kategori ini, setelah pembalutan luka dan
atau pemasangan bidai dapat dipindahkan pada akhir
operasi lapangan.
d. Korban dengan prognosis infaust, jika masih hidup pada
akhir operasi lapangan, juga akan dipindahkan ke
fasilitas kesehatan.
4. Hitam, sebagai penanda korban yang telah meninggal dunia.

BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Dokter dan paramedis di Puskesmas wajib dapat melakukan triase. Penanggung jawab
UKP merupakan koordinator dari pelaksanaan triase di pelayanan kesehatan
perseorangan di Puskesmas Johar Baru.
B. Distribusi Ketenagaan
Pengaturan dan penjadwalan Penanggung jawab triase dikoordinir oleh Penanggung
jawab UKP sesuai dengan kesepakatan.
C. Jadwal Kegiatan
Kegiatan triase dilakukan pada waktu jam pelayanan puskesmas.

BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang
Pelaksanaan triase dilakukan oleh dokter, perawat, dan bidan. Pelaksanaan triase di
mulai sejak pasien masuk ke Puskesmas Johar Baru dan pasien dengan atau tanpa
gangguan kesadaran yang disertai penyulit akan di arahkan ke ruang tindakan untuk
dilaksanakan pemeriksaan lebih lanjut
Lemari
Dapur Ruang
Alkes
Istirahat
Toilet

Spool
Hock Ruang
Pengambilan
P2 Obat

Loket
P1

P4

Ginek Bed
Triage
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN

A. LINGKUP KEGIATAN TRIASE


Berdasarkan Oman (2008), pengambilan keputusan triase didasarkan pada
keluhan utama, riwayat medis, dan data objektif yang mencakup keadaan umum
pasien serta hasil pengkajian fisik yang terfokus. Menurut Comprehensive Speciality
Standard, ENA tahun 1999, penentuan triase didasarkan pada kebutuhan fisik, tumbuh
kembang dan psikososial selain pada faktor-faktor yang mempengaruhi akses
pelayanan kesehatan serta alur pasien lewat sistem pelayanan kedaruratan. Hal-hal
yang harus dipertimbangkan mencakup setiap gejala ringan yang cenderung berulang
atau meningkat keparahannya .
Prioritas adalah penentuan mana yang harus didahulukan mengenai
penanganan dan pemindahan yang mengacu pada tingkat ancaman jiwa yang timbul.
Beberapa hal yang mendasari klasifikasi pasien dalam sistem triase adalah kondisi
klien yang meliputi :
1. Gawat, adalah suatu keadaan yang mengancam nyawa dan kecacatan yang
memerlukan penanganan dengan cepat dan tepat
2. Darurat, adalah suatu keadaan yang tidak mengancam nyawa tapi memerlukan
penanganan cepat dan tepat seperti kegawatan
3. Gawat darurat, adalah suatu keadaan yang mengancam jiwa disebabkan oleh
gangguan ABC (Airway / jalan nafas, Breathing / pernafasan, Circulation /
sirkulasi), jika tidak ditolong segera maka dapat meninggal / cacat (Wijaya, 2010)

Berdasarkan prioritas perawatan dapat dibagi menjadi 4 klasifikasi :


Tabel 1. Klasifikasi Triase

KLASIFIKASI KETERANGAN

Gawat darurat (P1) Keadaan yang mengancam nyawa / adanya


gangguan ABC dan perlu tindakan segera,
misalnya cardiac arrest, penurunan
kesadaran,trauma mayor dengan perdarahan
hebat.
Gawat tidak darurat (P2) Keadaan mengancam nyawa tetapi
tidakmemerlukan tindakan darurat. Setelah
dilakukanresusitasi maka ditindaklanjuti oleh
dokter spesialis. Misalnya ; pasien kanker
tahap lanjut, fraktur, sickle cell dan lainnya

Darurat tidak gawat (P3) Keadaan yang tidak mengancam nyawa


tetapimemerlukan tindakan darurat. Pasien
sadar, tidakada gangguan ABC dan dapat
langsung diberikan terapi definitive. Untuk
tindak lanjut dapat ke poliklinik, misalnya
laserasi, fraktur minor /tertutup, sistitis, otitis
media dan lainnya

Tidak gawat tidak darurat Keadaan tidak mengancam nyawa dan tidak
(P4) memerlukan tindakan gawat. Gejala dan tanda
klinis ringan / asimptomatis. Misalnya
penyakit kulit, batuk, flu, dan sebagainya

Tabel 2. Klasifikasi berdasarkan Tingkat


Prioritas (Labeling)

KLASIFIKASI KETERANGAN

Prioritas I (merah) Mengancam jiwa atau fungsi vital, perlu resusitasi


dan tindakan bedah segera, mempunyai
kesempatanhidup yang besar. Penanganan dan
pemindahanbersifat segera yaitu gangguan pada
jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi. Contohnya
sumbatan jalan nafas, tension pneumothorak, syok
hemoragik, lukaterpotong pada tangan dan kaki,
combutio (luka bakar) tingkat II dan III > 25%

Prioritas II (kuning) Potensial mengancam nyawa atau fungsi vital


bilatidak segera ditangani dalam jangka waktu
singkat. Penanganan dan pemindahan bersifat
jangan terlambat.
Contoh: patah tulang besar, combutio (luka bakar)
tingkat II dan III < 25 %, trauma thorak /
abdomen, laserasi luas, trauma bola mata.

Prioritas III (hijau) Perlu penanganan seperti pelayanan biasa, tidak


perlu segera. Penanganan dan pemindahan
bersifatterakhir. Contoh luka superficial, luka-luka
ringan

Prioritas 0 (hitam) Kemungkinan untuk hidup sangat kecil, luka


sangatparah. Hanya perlu terapi suportif. Contoh
hentijantung kritis, trauma kepala kritis.

Tabel 3.Klasifikasi berdasarkan Tingkat Keakutan (Iyer, 2004).

KLASIFIKASI KETERANGAN

Kelas I Pemeriksaan fisik rutin (misalnya memar


minor);dapat menunggu lama tanpa bahaya

Kelas II Nonurgen / tidak mendesak (misalnya ruam,


gejalaflu); dapat menunggu lama tanpa bahaya

Kelas III Semi-urgen / semi mendesak (misalnya


otitismedia); dapat menunggu sampai 2 jam
sebelum pengobatan

Kelas IV Urgen / mendesak (misalnya fraktur


panggul,laserasi berat, asma); dapat menunggu
selama 1 jam

Kelas V Gawat darurat (misalnya henti jantung, syok);


tidak boleh ada keterlambatan pengobatan ; situasi
yang mengancam hidup
B. METODE TRIASE
Proses triase dimulai ketika pasien masuk ke puskesmas Johar Baru.
Perawat triage harus mulai memperkenalkan diri, kemudian menanyakan riwayat
singkat dan melakukan pengkajian, misalnya; melihat sekilas kearah pasien sebelum
mengarahkan ke ruang perawatan yang tepat.
Pengumpulan data subjektif dan objektif harus dilakukan dengan cepat, tidak lebih
dari 5 menit karena pengkajian ini tidak termasuk pengkajian perawat utama.
Perawat triage bertanggung jawab untuk menempatkan pasien di area pengobatan
yang tepat; misalnya bagian trauma dengan peralatan khusus, bagian jantung dengan
monitor jantung dan tekanan darah, dll. Tanpa memikirkan dimana pasien pertama
kali ditempatkan setelah triage, setiap pasien tersebut harus dikaji ulang oleh perawat
utama sedikitnya sekali setiap 60 menit.
Untuk pasien yang dikategorikan sebagai pasien yang mendesak atau gawat
darurat, pengkajian dilakukan setiap 15 menit / lebih bila perlu.Setiap pengkajian
ulang harus didokumentasikan dalam rekam medis.Informasi baru dapat mengubah
kategorisasi keakuratan dan lokasi pasien di area pengobatan. Misalnya kebutuhan
untuk memindahkan pasien yang awalnya berada di area pengobatan minor ke
tempat tidur bermonitor ketika pasien tampak mual atau mengalami sesak nafas,
sinkop, atau diaphoresis (Iyer, 2004).
Bila kondisi pasien ketika datang sudah tampak tanda - tanda objektif bahwa
ia mengalami gangguan pada airway, breathing, dan circulation, maka pasien
ditangani terlebih dahulu. Pengkajian awal hanya didasarkan atas data objektif dan
data subjektif sekunder dari pihak keluarga. Setelah keadaan pasien membaik, data
pengkajian kemudian dilengkapi dengan data subjektif yang berasal langsung dari
pasien (data primer).

C. LANGKAH KEGIATAN
1. Pasien datang ke puskesmas Johar Baru
2. Untuk pasien dengan kesadaran penuh dan tanpa penyulit dikategorikan hijau dan
mengikuti alur pelayanan
3. Untuk pasien dengan atau tanpa gangguan kesadaran disertai penyulit akan
diarahkan ke ruang tindakan untuk dilakukan anamnesa dan pemeriksaan singkat
dan cepat (selintas) untuk menentukan tingkat kegawatanannya dan penanganan
lebih lanjut
4. Bila jumlah penderita/korban yang ada lebih dari 50 orang, maka triase dapat
dilakukan di luar ruang triase (di depan gedung IGD).
5. Penderita dibedakan menurut kegawatnnya dengan memberi kode warna:
a. Segera-Immediate (merah). Pasien mengalami cedera mengancam jiwa yang
kemungkinan besar dapat hidup bila ditolong segera. Misalnya: Tension
pneumothorax, distress pernafasan (RR< 30x/mnt), perdarahan internal, dsb.
b. Tunda-Delayed (kuning) Pasien memerlukan tindakan defintif tetapi tidak ada
ancaman jiwa segera. Misalnya : Perdarahan laserasi terkontrol, fraktur tertutup
pada ekstrimitas dengan perdarahan terkontrol, luka bakar <25% luas
permukaan tubuh, dsb.
c. Minimal (hijau). Pasien mendapat cedera minimal, dapat berjalan dan
menolong diri sendiri atau mencari pertolongan. Misalnya: Laserasi minor,
memar dan lecet, luka bakar superfisial.
d. Expextant (hitam) Pasien mengalami cedera mematikan dan akan meninggal
meski mendapat pertolongan. Misalnya : Luka bakar derajat 3 hampir diseluruh
tubuh, kerusakan organ vital, dsb.
e. Pasien mendapatkan prioritas pelayanan dengan urutan warna : merah, kuning,
hijau, hitam.
f. Pasien kategori triase merah dapat langsung diberikan pengobatan diruang
tindakan . Tetapi bila memerlukan tindakan medis lebih lanjut,
penderita/korban dapat dirujuk ke rumah sakit setelah kondisinya stabil dan
transportable.
g. Penderita dengan kategori triase kuning yang memerlukan tindakan medis lebih
lanjut dapat dipindahkan ke ruang observasi dan menunggu giliran setelah
pasien dengan kategori triase merah selesai ditangani.
h. Penderita dengan kategori triase hijau dapat dipindahkan ke rawat jalan, atau
bila sudah memungkinkan untuk dipulangkan, maka pasien dapat
diperbolehkan untuk pulang.
i. Penderita kategori triase hitam dapat langsung dibawa pulang oleh keluarga.
6. Dokumentasi dalam rekam medis.
Dalam kegiatan triase diperlukan data dokumentasi yaitu :
a. Waktu dan datangnya alat transportasi
b. Keluhan utama (misal. “Apa yang membuat anda datang kemari?”)
c. Pengkodean prioritas atau keakutan perawatan
d. Penentuan pemberi perawatan kesehatan yang tepat
e. Penempatan di area pengobatan yang tepat (misal. kardiak versus trauma,
perawatan minor versus perawatan kritis)
f. Permulaan intervensi (misal. balutan steril, pemakaian bidai, prosedur
diagnostik).

BAB V
LOGISTIK

Kebutuhan dana dan logistik untuk pelaksanaan kegiatan triase direncanakan dan
diajukan sesuai kebutuhan kegiatan triase melalui perencanaan puskesmas.

BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan triase diperhatikan


keselamatan pasien dengan melakukan identifikasi risiko terhadap segala kemungkinan yang
dapat terjadi pada saat pelaksanaan triase. Upaya pencegahan risiko terhadap sasaran harus
dilakukan padasetiap pelaksanaan kegiatan dengan cara penggunaan bahan habis pakai dan
alat-alat yang steril bila diperlukan, melakukan penanganan pasien sesuai dengan SOP.

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan triase diperhatikan


keselamatan petugas dengan melakukan identifikasi risiko terhadap segala kemungkinan yang
dapat terjadi pada saat pelaksanaan triase. Upaya pencegahan risiko terhadap sasaran harus
dilakukan pada setiap pelaksanaan kegiatan dengan cara penggunaan alat pelindung diri dan
mendokumentasikan kegiatan dalam rekam medis.

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Kinerja pelaksanaan Triase dimonitor dan dievaluasi dengan menggunakan indikator


daftar tilik SOP pelayanan klinis dan audit internal secara periodik.
BAB IX
PENUTUP

Panduan ini sebagai acuan dalam melakukan triase di Puskesmas Johar Baru.
Pelaksanaan Triase diharapkan sesuai dengan pedoman sehingga dapat mengutamakan
keselamatan pasien dan petugas. Keberhasilan triase tergantung pada komitmen yang kuat
dari semua pihak yang terkait termasuk pemenuhan sumber daya dan sarana prasarana.

Anda mungkin juga menyukai