Anda di halaman 1dari 14

Lampiran

Keputusan : DIREKTUR RSKH


Nomor : 096/SK/DIR/RSKH/03.2018
Tentang : Panduan Triase

BAB I
DEFINISI

A. Defenisi
Triase adalah cara pemilihan penderita untuk menentukan prioritas penaganan pasien
berdasarkan tingkat kegawatannya dan masalah yang terjadi pada pasien .Triase di IGD
adalah pemilihan penderita berdasarkan pada keadaan ( A,B,C,D ) Airway, Breathing dan
Circulation,Disability dengan menggunakan kategori ATS
Dua jenis keadaan triase dapat terjadi :
1. Jumlah penderita dan beratnya luka tidak melampaui kemampuan petugas, dalam
keadaan ini pasien dengan masalah gawat darurat dan multi trauma akan dilayani
terlebih dahulu, dan sesuai prinsip A, B, C ,D.
2. Jumlah penderita dan beratnya luka melampaui kemampuan petugas.dalam keadaan ini
yang akan dilayani terlebih dahulu adalah pasien yang dengan kemungkinan survival
yang terbesar dan membutuhkan waktu, perlengkapan, dan tenaga yang terbatas.

Definisi dan catatan penjelasan


1. Waktu tiba
Waktu tiba adalah waktu kontak pertama antara pasien dan petugas IGD yang tercatat.
2. Waktu asesmen medis dan penatalaksanaan
Walaupun asesmen penting dan penatalaksanaan dapat terjadi pada saat dilakukan
proses triase, waktu ini mencerminkan dimulainya perawatan
3. Waktu tunggu
Adalah waktu antara kedatangan pasien dan dimulainya pengkajian dan
penatalaksanaan awal. Diperlukan ketepatan / akurasi pencatatan dalam satuan menit.

4. Standar dokumentasi
Dokumentasi pengkajian triase harus mencakup paling sedikit detail esensial berikut:
 Tanggal dan jam pengkajian.
 Nama petugas yang melakukan triase.
 Masalah / keluhan utama pasien.
 Riwayat penyakit yang berhubungan secara terbatas.
 Temuan-temuan pengkajian yang relevan / berhubungan.
 Kategori triase awal yang ditetapkan.
 Kategori triase ulang dengan jam dan alasannya.
 Bidang pengkajian dan penatalaksanaan yang ditetapkan.
 Setiap pengukuran diagnostik, pertolongan atau penatalaksanaan pertama
yang dikerjakan.

1
Deskriptor Klinis
1. Sumber
Daftar deskriptor klinis untuk tiap kategori bila memungkinkan didasarkan pada data
penelitian yang tersedia, seperti konsensus para ahli. Namun demikian daftar tersebut
tidak ditujukan untuk digunakan secara mendalam ataupun mutlak dan harus dianggap
hanya bersifat indikatif. Pengukuran fisiologis absolut harus diakukan sebagai kriteria
utama untuk kategori Skala Triase. Klinisi senior harus menguji keputusannya dan
apakah ada hal meragukan atau kekeliruan yang harus diperhatikan.

2. Gambaran paling mendesak menentukan kategori


Gambaran klinis paling mendesak (urgent) yang diidentifikasi menentukan kategori
Skala Triase. Begitu gambaran risiko tinggi diidentifikasi, harus segera diambil
tindakan yang sesuai dengan kegawatan tersebut.

B. Fungsi Triase
Triase memiliki fungsi esensial pada pelayanan Instalasi Gawat Darurat yang
memberikan pelayanan pada banyak pasien pada saat bersamaan. Tujuan dilakukan triase
adalah untuk memastikan bahwa pasien mendapatkan tata laksana sesuai dengan urgensi
klinisnya dengan merujuk pada kebutuhan intervensi yang genting/kritis waktu (trime-
critical). Kebutuhan intervensi yang genting/kritis waktu ini tidak sama dengan derajat
beratnya penyakit. Triase juga memungkinkan untuk mengalokasikan pasien kepada
asesmen dan area tata laksana yang paling sesuai, dan menyumbangkan informasi yang
akan menolong menunjukkan departemen yang terlibat pada multi kasus/kasus campuran
(casemix).

2
BAB II
RUANG LINGKUP

Panduan triase ini hanya berlaku pada pasien yang datang ke IGD RSKH
1. Di dalam RSKH .
Semua pasien yang datang akan di lakukan triase oleh dokter jaga IGD atau perawat yang
kompeten untuk mendapatkan prioritas pelayanan yang sesuai dengan kegawat
daruratannya
2. Dalam keadaan Bencana
Pasien yang datang dapat dari keadaan bencana baik dari dalam maupun dari luar rumah
sakit.

Jenis Triase
Adapun jenis triase yang ada di dalam RSKH adalah:
1. Triase rutin / sehari hari
Memprioritaskan kasus kasus yang benar benar gawat darurat ( True Emergency )
Dengan tepat dan cepat (Life Saving )
2. Triase disaster / Dalam Keadaan Bencana
Bila terjadi bencana baik dari dalam maupun dari luar Rumah Sakit , dimana pasien yang
datang lebih dari 10 orang dalam waktu yang bersamaan ,maka kriteria triase berdasarkan
kemungkinan hidup pasien yang lebih lebar

Pelaksanan Triase
1. Pelaksana Triase di dalam keadaan sehari-hari dilakukan oleh dokter jaga IGD / Perawat yang
kompeten di ruang IGD.
2. Pelaksana dalam keadaan bencana di lakukan oleh perawat IGD dan dilakukan di luar atau di
depan IGD.

3
BAB III
TATA LAKSANA

Proses Triase dilakukan untuk memprioritaskan pasien yang sesuai dengan kegawatannya.

1. KEADAAN SEHARI-HARI

Proses triase merupakan suatu proses identifikasi yang dilakukan terhadap pasien pada
kontak pertama berdasarkan tingkat prioritas kegawatan pasien. Agar pasien IGD dapat
segera diidentifikasi dan diberikan pelayanan segera sesuai tingkat kegawatdaruratannya.
Memprioritaskan kasus-kasus yang benar-benar gawat darurat (true Emegency) dengan tepat
dan cepat (Life Saving) dengan:

A. Primary survey
1. Airway dengan control servical
a. Penilaian mengenal potensi airway, dan penilaian secara cepat dan tepat akan
adanya obstruksi
b. Pengelolaan airway
Lakukan chin leaft atau jaw trust dengan control servical in-line imobilisasi,
bersihkan airway dari benda asing bila perlu suction, pasang pipa
nasoparingeal atau opoparingeal
c. Fiksasi leher
d. Anggaplah bahwa terdapat kemungkinan fraktur servical pada setiap penderita
multitrauma, terlebih bila ada gangguan penurunan kesadaran atau perlukaan
atas clavicula
e. Evaluasi

2. Breating dan ventilasi-oksigenasi


a. Penilaian
Buka leher dan dada penderita dengan tetap memperhatikan control servical
in-line imobilisasi, tentukan laju dan dalam nya pernafasan, infeksi dan
palpasi leher dan torax, perfusi thorax dan auskultasi thorax
b. Pengelolaan
Pemberian oksigen konsentrasi tinggi, ventilasi dengan bag valve mask,
menghilangkan tension pnemuthorax menutup open pnemothorax memasang
pulse oximeter.
c. Evaluasi

4
3. Circulation
1. Penilaian
Mengetahui sumber perdarahan eksternal yang fatal, sumber perdarahan
internal, periksa nadi, periksa warna kulit, kenali tanda-tanda sianosis dan
periksa tekanan darah.
2. Pengelolaan
Penekanan langsung pada sumber perdarahan eksternal kenali perdarahan
internal, pemasangan IV line dan pemeriksaan laboratorium, pemeberian
cairan sesuai kebutuhan pasang bidai untuk control perdarahan pada pasien
fraktur pelvis yang mengancam nyawa, dan cegah hipotermia.
3. Evaluasi

4. Disability
Tentukan tingkat kesadarannilai pupil mata, evaluasi dan re-evaluasi,
oksigenasi,ventilasi, dan sirkulasi

5. Exposure/environment
Buka pakaian penderita cegah hipotermia

B. Resusitasi
a. Re-evaluasi ABCD
b. Pemberian cairan cristaloit sesuai kebutuhan pasien
c. Evaluasi resusitasi cairan

C. Tambahan pada primery survey dan resusitasi


a. Pasang EKG
b. Pasang cateter
c. Pasang cateter lambung
d. Monitoring hasil resusitasi dan laboratorium
e. Pemeriksaan foto rotgen dan atau FAST

D. Secondary survey
a. Anamnesis ( khusus pasien trauma) : sindroma, alergi, mekanisme, dan sebab
trauma, medikasi/obat yang diminum saat ini, past illness, last meal/makan
minum terakir, environment yang berhubungan dengan kejadian perlukaan.
b. Pemeriksaan fisik

E. Tambahan pada secondary survey


a. Sebelum dilakukan pemeriksaan tambahan, periksa keadaan penderita dengan
teliti pastikan hemodinamik stabil
b. Selalu siapkan perlengkapan resusitasi di dekat penderitakarena pemeriksaan
tambahan biasanya dilakukan di ruangan lain
c. Pemeriksaan tambahan yang biasanya diperlukan :
1. CT scan kepala, abdomen
2. USG abdomen, transoesofagus
3. Foto ekstremitas
4. Foto vertebra tambahan
5. Urografi dengan kontras

5
F. Re-evaluasi penderita
a. Penilaian ulang terhadap penderita, dengan mencatat dan melaporkan perubahan
pada kondisi penderita dan respon terhadap resusitasi
b. Monitoring tanda-tanda vital dan jumlah urin
c. Pemakaian analgesic yang tepat diperbolehkan

G. Transfer ke pusat rujukan yang lebih baik

a. Pasien dirujuk apabila rumah sakit tidak mampu menangani pasien karena
keterbatasan SDM maupun fasilitas serta keadaan pasien yang masih
memungkinkan untuk dirujuk
b. Tentukan indikasi rujukan, prosedur rujukan dan kebutuhan penderita selama
perjalanan serta komunikasi dengan dokter pada pusat rujukan yang dituju.

Waktu penatalaksanaan
Waktu untuk melakukan penatalaksanaan yang digambarkan untuk tiap kategori
ATS merujuk pada waktu tunggu maksimum bagi pasien pada kategori tersebut
untuk mendapatkan asesmen dan penatalaksanaan. Pada kategori yang lebih urgen,
asesmen dan penatalaksanaan harus dilakukan secara bersamaan / simultan.
Idealnya pasien harus terlihat baik dalam waktu maksimum yang direkomendasikan.
Dalam deskriptor kategori 1 sampai 4 tersirat asumsi bahwa hasil klini (clinical
outcome) dapat dipengaruhi oleh keterlambatan melakukan asesmen dan pemberian
tata laksana yang melebihi waktu yang direkomendasikan.
Waktu tunggu maksimum untuk kategori 5 menunjukkan standar kesediaan
pelayanan (service provision).
Jika pasien menunggu dalam jangka waktu kurang dari atau sama dengan waktu
tunggu maksimum yang ditentukan oleh kategori ATS-nya, IGD dianggap telah
mencapai indikator performans untuk kasus tersebut. Pencapaian indikator harus
dicatat dan dibandingkan di antara sejumlah besar kasus yang dilayani.

2.TRIASE ULANG/RE-TRIAGE
Jika kondisi pasien berubah saat ia menunggu penatalaksanaan atau jika didapatkan informasi
tambahan yang relevan yang mempengaruhi urgensi pasien, pasien tersebut harus ditriase
ulang. Baik triase awal dan setiap kategorisasi sebelumnya harus dicatat, dan alasan untuk
melakukan triase ulang didokumentasikan.

1. Ketentuan Khusus
3.1 Pediatrik
Standar kategorisasi triase yang sama harus diterapkan pada semua keadaan Instalasi
Gawat Darurat yang menangani pasien anak; apakah murni KSM Anak atau
gabungan beberapa KSM. Seluruh kelima kategori triase harus digunakan pada
seluruh kondisi. Anak-anak harus ditriase menurut urgensi klinis yang obyektif.
Kebijakan departemen individual seperti ‘telusur cepat’ (fast-tracking) populasi
pasien khusus harus dipisahkan dari penetapan obyektif kategori triase.

6
3.2 Trauma
Setiap departemen dapat mempunyai kebijakan yang menyediakan tim tanggap yang
merespon kebutuhan pasien yang memenuhi kriteria tertentu. Namun demikian
kategori triase harus ditetapkan menurut urgensi klinis obyektif pasien.

3.3 Gangguan Perilaku


Pasien dengan masalah kesehatan mental atau perilaku harus ditriase menurut urgensi
klinis dan situasi mereka. Bilamana masalah fisik dan perilaku ada bersamaan,
kategori triase tertinggi yang sesuai harus diterapkan berdasarkan gabungan masalah
yang ditunjukkan.
Sementara beberapa pasien dengan gangguan akut dapat membutuhkan respon klinis
segera (mungkin juga dengan gabungan respon keamanan) untuk memastikan
keselamatannya, juga diakui bahwa beberapa orang yang masuk IGD dan
menunjukkan sikap yang mengancam petugas (misalnya mengacungkan senjata)
sebaiknya tidak menerima respon klinis hingga keamanan petugas dapat dijamin.
Dalam situasi seperti ini petugas harus bertindak untuk melindungi diri sendiri dan
pasien IGD lainnya dan mendapatkanintervensi segera dari petugas kemananan dan
atau petugas kepolisian. Setelah situasi dapat dikendalikan, respon klinis dapat
diberikan bila dibutuhkan, dan triase yang dilakukan kemudian harus menunjukkan
urgensi klinis dan situasional. Tiap departemen dapat memiliki peralatan prosedur
dan pengkajian yang digunakan untuk membantu mengidentifikasi risiko kesehatan
mental pasien. Hal-hal ini dipertimbangkan sebagai pendukung bagi triase awal dan
dapat dilaksanakan setelah pengkajian triase formal.

Kriteria pasien sesuai jenis triase ( kegawat daruratan )


Resusitasi .
Prioritas 1: pasien yang mengancam jiwa/fungsi vital dilakukan tindakan segera pelayanan
terhadap pasien dengan kategori “gawat darurat mengacam nyawa“ yang membutuhkan
resusitasi akan “diprioritaskan lebih dahulu“ dalam waktu 0 menit
ATS terdiri dari 5 kategori, yaitu :
1. ATS kategori 1 (immediately life threatening)
Yaitu kondisi yang menganacam kehidupan dan penanganan harus diberikan segera.
(Resusitasi)
2. ATS kategori 2 ( immediatetly life threatening )
Yaitu pemeriksaan dan penanganan harus sudah dimulai dalam waktu 10 menit
(emergency)
3. ATS kategori 3 (potentially life threatening) (Urgent)
Yaitu pemeriksan dan penanganan harus sudah dimulai dalam waktu 30 menit
4. ATS kategori 4 ( potentially serious ) (Non Urgent )
Yaitu pemeriksan dan penanganan harus sudah dimulai dalam waktu 60 menit
5. ATS kategori 5 ( less urgent )
Yaitu pemeriksan dan penanganan harus sudah dimulai dalam waktu 120 menit

7
Pemeriksaan ATS kategori 1 ATS kategori 2 ATS kategori 3 ATS kategori 4 ATS kategori 5

Jalan nafas sumbatan bebas bebas bebas bebas

Pernafasan henti nafas frek. Nafas frek. Nafas frek. Nafas frek. Nafas
frek. Nafas < >32x/mnt >32x/mnt 20-24x/mnt 16-20 x/mnt
10x/mnt suara nafas suara nafas
sianosis mengi mengi

Sirkulasi henti jantung nadi teraba frek.nadi frek.nadi 100- frek.nadi 80-
nadi tidak lemah 120-150x/mnt 120x/mnt 100x/mnt
teraba - frek.nadi TD sistole > TD sistole TD sistole
TD < 50x/mnt atau 160mmHg ≥120- 120mmHg
sistolik<80mmH > 150x/mnt diastole 140mmHg diastole
g pucat >100x/mnt diastole 80- 80x/mnt
Pucat Akral dingin 100x/mnt
Akral dingin Crt 2 detik

Kesadaran GCS < 9 GCS 9-12 GCS >12 GCS 15 GCS 15

Asesment Perilaku : Perilaku : Perilaku : Perilaku : Perilaku :


lanjutan Pasien drngan Pasien dengan Pasien Pasien Pasien
gangguan perilaku agresif dengan stress dengan dengan
perilaku berat berat yang gangguan masalah
yang mengancam, mental sedang kesehatan
mengancam pasien diba karena kronis
masalah pasien yang
kesehatannya mengalami
krisis sosial

Dengan Kategori tersebut diatas ,maka di Rumah Sakit Kasih Herlina di sepakati bahwa
kebutuhan. Mendesak diberikan prioritas serta kondisi pasien selalu di stabilkan dulu sebelum di
transfer ke unit pelayanan ataupun di rujuk ke rumah sakit lain, di jelaskan (edukasi) kepada
pasien/keluarga serta didokumentasikan di format edukasi di rekam madis pasien.

Tabel penjelasan deskripsi Skala Triase (Diadaptasi dari Australian Triage Scale)

8
Skala Deskriptor Klinis
Respon / Tindakan Deskripsi Kategori
Traiase (hanya bersifat indikatif)

Kategori Segera lakukan Mengancam Nyawa Henti jantung.


1 pengkajian dan Kondisi-kondisi yang Henti napas.
penatalaksanaan mengancam kehidupan Risiko jalan napas yang
secara simultan. (atau risiko yang dapat mengancam – ancaman
segera memburuk) dan henti napas.
memerlukan intervensi Frekuensi pernapasan <
agresif secepatnya. 10x/mnt.
Stres pernapasan berat
(extreme respiratory
distress)
Tekanan Darah (dewasa)
< 80 atau anak / bayi
dengan syok berat.
Tidak memberikan respon
atau hanya merespon
rangsang nyeri (GCS <9).
Sedang mengalami kejang
/ kejang berkepanjangan.
Overdosis IV dan tidak
responsif atau
hipoventilasi.
Gangguan perilaku berat
dengan ancaman
kekerasan yang
membahayakan.

Kategori Pengkajian dan Mengancam nyawa Risiko jalan napas –


2 penatalaksanaan sewaktu-waktu stridor berat atau
dalam 10 menit (imminently). mengeluarkan air liur
(pengkajian dan Kondisi pasien cukup dengan distres.
penatalaksanaan serius atau mengalami Distres pernapasan berat.
seringkali perburukan dengan Sirkulasi yang
dilakukan sangat cepat sehingga mencurigakan:
bersamaan / terdapat potensi - Kulit lembab atau
simultan) ancaman kehidupan bercoreng-coreng,
atau kegagalan organ perfusi buruk.
jika tidak ditatalaksana - TD < 50 atau > 150
dalam waktu 10 menit (dewasa)
sejak tiba di IGD - Hipotensi dengan
Atau efek-efek
Penatalaksanan yang hemodinamik.
tergantung waktu. - Kehilangan darah yg
Potensi berat.
penatalaksanaan yang Nyeri dada yg menyerupai
tergantung waktu (mis. gangguan jantung.
trombolisis, antidot)
dalam memberikan Nyeri sangat hebat –
efek bermakna pada dengan penyebab apapun.
hasil klinis bergantung
9
pada dimulainya BSL < 3 mmol/L
penatalaksanaan pasien Mengantuk, turunnya
dalam beberapa menit respon terhadap penyebab
sejak pasien tiba di apa pun (GCS < 13)
IGD
Atau Hemiparesis / disfasia
Nyeri yang sangat akut.
hebat. Demam dengan tanda-
Praktek yang tanda letargi (pada semua
manusiawi usia).
mengamanatkan untuk
mengurangi nyeri Dugaan
hebat dalam waktu 10 meningococcaemia.
menit. Cipratan bahan asam atau
basa pada mata –
memerlukan irigasi.
Multi trauma mayor
(membutuhkan respon tim
yang terorganisir dengan
cepat).
Trauma berat terlokalisir –
fraktur mayor, amputasi.
Riwayat risiko tinggi:
- Menelan obat sedatif
atau racun lainnya
secara signifikan.
- Significant / dangerous
envenomation.
- Nyeri hebat yang
mengindikasikan PE,
AAA atau Kehamilan
Ektopik.
Perilaku / Psikiatrik:
- Kekerasan atau
agresivitas.
- Ancaman segera pada
diri sendiri atau orang
lain.
- Membutuhkan atau
pernah membutuhkan
mekanisme restrain.
- Agitasi atau agresi
hebat.

Kategori Pengkajian dan Berpotensi mengancam Hipertensi berat.


3 penatalaksanaan nyawa. Kehilangan darah dalam
dimulai dalam Kondisi pasien dapat jumlah besar – apa pun
waktu 30 menit. berkembang menjadi penyebabnya.
mengancam nyawa Pernapasan pendek derajat
10
atau tungkai, atau sedang.
dapat menjadi Sat O2 90-95%
kesakitan bermakna, BSL > 16 mmol/L
jika pengkajian dan Kejang (dalam keadaan
penatalaksanaan tidak sadar).
diambil dalam waktu Setiap demam dengan
30 menit sejak pasien imuno supresi (mis. pasien
tiba, onkologi, dalam terapi
Atau steroid).
Urgensi Situasional. Muntah yg menetap.
Ada potensial hasil Dehidrasi.
yang tidak diharapkan Nyeri hebat derajat sedang
jika penatalaksanaan – oleh sebab apapun –
waktu-kritis tidak membutuhkan analgesia.
dilakukan dalam waktu Nyeri dada yg tidak
30 menit. menyerupai nyeri kardiak
Atau dan mod severity.
Praktek manusiawi Nyeri abdominal tanpa
mengamanatkan gambaran risiko tinggi –
pengurangan rasa tidak mod severe atau usia
nyaman yg hebat atau pasien > 65 thn.
distres dalam waktu 30 Cedera tungkai moderat –
mnt. deformitas, laserasi berat,
hancur.
Tungkai – perubahan
sensasi, hilangnya pulsasi
akut.
Trauma – riwayat risiko
tinggi tanpa gambaran
risiko tinggi lainnya.
Neonatus dalam keadaan
stabil.
Anak yg berrisiko
dilecehkan / dugaan
cedera bukan akibat
kecelakaan.
Perilaku / Psikiatrik:
- Sangat tertekan, risiko
mencederai diri
sendiri.
- Psikosis akut atau
gangguan berpikir.
- Krisis situasional,
membahayakan diri
sendiri dengan
sengaja.
- Agitasi / menarik diri.
- Potensial agresif.

Kategori Pengkajian dan Berpotensi serius. Perdarahan ringan.


4 penatalaksanaan Kondisi pasien dapat Aspirasi benda asing,

11
dimulai dalam memburuk, atau tanpa distres pernapasan.
waktu 60 mnt. memberikan hasil yang Kesulitan menelan, tanpa
tidak diharapkan bila distres.
pengkajian dan Cedera kepala ringan,
penatalaksanaan tidak tanpa penurunan
dimulai dalam waktu 1 kesadaran.
jam sejak pasien tiba di Nyeri moderat, dengan
IGD. Gejala-gejala beberapa gambaran risiko.
moderat atau Muntah dan diare tanpa
memanjang dehidrasi.
Atau Peradangan bola mata atau
Urgensi situasional benda asing – tanp
Terdapat potensi hasil gangguan visus.
yang tidak diharapkan Cedera tungkai minor –
jika penatalaksanaan pergelangan kaki terkilir,
yg kritis terhadap kemungkinan fraktur,
waktu tidak dimulai laserasi sederhana yang
dalam waktu 1 jam membutuhkan
Atau penyelidikan dan
Kompleksitas atau intervensi – dengan tanda
derajat beratnya vital normal, nyeri ringan /
bermakna sedang.
Kemungkinan Gips terlalu sempit (tight
membutuhkan ‘work- cast), tanpa perburukan
up’ kompleks dan neurovaskular.
konsultasi dan / atau Pembengkakan sendi.
penatalaksanaan rawat Nyeri perut nonspesifik.
inap. Perilaku / Psikiatrik:
Atau - Masalah kesehatan
Praktik yg manusiawi mental semi-urgen.
mengamanatkan - Di bawah pengawasan
pengurangan rasa tidak dan / atau tanpa risiko
nyaman atau distres mendesak terhadap diri
dalam waktu 1 jam. sendiri atau orang lain.

Kategori Pengkajian dan Kurang mendesak Nyeri minimal tanpa


5 penatalaksanaan (less urgent) gambaran risiko tinggi.
dimulai dalam Kondisi pasien adalah Riwayat risiko rendah dan
waktu 120 menit. kronik atau cukup sekarang asimtomatik.
ringan dimana gejala Gejala minor penyakit saat
atau akibat klinis tidak ini yang stabil.
akan terpengaruh Luka minor – abrasi kecil,
secara signifikan jika laserasi kecil (tidak
pengkajian dan membutuhkan jahitan).
penatalaksanaan Kunjungan ulang
tertunda hingga 2 jam terjadwal, mis. menilai
sejak pasien tiba luka, pengantian verban.
Atau Hanya imunisasi.
Masalah Perilaku / Psikiatrik:
administratif-klinik - Pasien yang diketahui
Hanya hasil tinjauan dengan gejala kronis.

12
(results review), - Krisis sosial, pasien
sertifiat medis, atau secara klinis baik.
peresepan.

BAB IV
DOKUMENTASI

Dokumentasi triase dalam keadaan sehari hari di IGD RSKH :


 SPO Triase
 formulir asesmen medis dan keperawatan pasien IGD.

Ditetapkan di Jakarta
Pada tangga 12 Maret 2018

dr. Tumpal Simatupang, Sp. THT-KL


Direktur

13
14

Anda mungkin juga menyukai