Anda di halaman 1dari 10

Lampiran

Keputusan: DIREKTUR RSKH


Nomor : 097/SK/DIR/RSKH/03.2018
Tanggal : 12 Maret 2018
Tentang : Panduan Penundaan Pelayanan

BAB I
DEFINISI

A. Definisi menunda yaitu proses, cara, perbuatan menunda Dari definisi tersebut diatas maka dapat
disimpulkan bahwa penundaan pelayanan pasien yaitu proses cara pelayanan kesehatan yang
menyangkut diagnostic dan terapi yang harus dilakukan pada saat itu tetapi tidak dapat
dilakukan karena sesuatu dan lain hal.
Proses penundaan pelayanan kesehatan tidak berhubungan dengan batasan waktu. Penundaan
penegakan diagnosa dapat terjadi karena menunggu hasil pemeriksaan penunjang atau
menunggu jawaban rujukan pengetahuan. Sedangkan penundaan pengobatan dapat terjadi pada
pemberian obat dan tindakan medis, misalnya operasi.Penyebab dari pihak pasien dapat karena
kondisi tubuh pasien yang tidak memenuhi syarat dilakukan tindakan. Proses penundaan
pelayanan tidak termasuk apabila dokter datang terlambat

B. Tujuan

1. Sebagai acuan untuk petugas dalam melakukan pelayanan kesehatan sesuai waktu tunggu.
2. Meningkatkan pelayanan kesehatan pasien dengan menyediakan pelayanan yang cepat, tepat
dan berkualitas.

1
BAB II
RUANG LINGKUP

1. Ruang lingkup penundaan pelayanan pasien adalah setiap tindakan yang berhubungan
dengan penundaan pelayanan yang seharusnya diberikan pada saat yang telah ditentukan.

2. Penundaan pelayanan pada pasien dapat terjadi di bagian rumah sakit meliputi bagian IGD
dan rawat  jalan, rawat inap, radiologi, farmasi, kamar operasi dan kamar bersalin . 

2
BAB III
TATA LAKSANA

Pelayanan di rumah sakit mengutamakan keselamatan pasien, ketepatan waktu tindakan baik
dari anamnesis, penegakan diagnostic, pemeriksaan penunjang. Pada keadaan tertentu pelayanan
dapat tertunda dan hal ini diinformasikan oleh petugas agar tidak terjadi kesalah pahaman. Apabila
terjadi penundaan dan kelambatan pelayanan di rawat jalan maupun rawat inap harus disampaikan
kepada pasien. Pasien diberi tahu alasan penundaan dan kelambatan pelayanan dan diberi informasi
tentang alternatif yang tersedia sesuai kebutuhan klinis pasien dan dicatat di rekam medis.
Penundaan pelayanan di rumah sakit dapat terjadi di bagian pelayanan dan penunjang medis di
rumah sakit. Agar tidak terjadi penundaan pelayanan pasien yang dapat menyebabkan hal yang
merugikan kepada pasien, maka perlu dilakukan pengaturan penundaan pelayanan sebagai berikut .
 Apabila terjadi penundaan dan kelambatan pelayanan di rawat jalan maupun rawat inap
harus disampaikan kepada pasien;
 Pasien diberi tahu alasan penundaan dan kelambatan pelayanan dan diberi informasi tentang
alternatif yang tersedia sesuai kebutuhan klinis pasien dan dicatat di rekam medis.

A. Instalasi Gawat Darurat dan Rawat Jalan


Pasien memperoleh pelayanan medis oleh dokter jaga IGD secara lengkap dimulai dari
anamnesis, pemeriksaan fisik, terapi, pemeriksaan penunjang bila diperlukan. Penundaan
pelayanan dapat berasal dari:
1. Pihak rumah sakit
a. Keterbatasan SDM  Apabila ada pasien yang dalam kondisinya memerlukan tindakan di
luar wewenang tenaga medis Rumah Sakit Kasih Herlina, maka dilakukan rujukan ke
rumah sakit dengan fasilitas yang lebih lengkap. Namun bila tidak didapatkan tempat
rujukan (misalnya karena kamar penuh) maka petugas menginformasikan kepada pasien
dan keluarganya dan menawarkan alternatif untuk dirawat di RSKH dengan peralatan dan
SDM yang ada seoptimal mungkin dengan segala resiko yang mungkin terjadi.Petugas
mendokumentasikannya di rekam medis.
b. Keterbatasan alat Pada kasus pasien yang memerlukan kendaraan untuk rujukan ke rumah
sakit lain, tetapi pada saat yang sama digunakan untuk kepentingan lain, maka petugas
mencarikan kendaraan dari PMI (Palang Merah Indonesia).  Apabila ada pasien IGD yang
memerlukan injeksi obat tetapi persediaan dari rumah sakit habis maka disarankan untuk
mendapatkan terapi di rumah sakit dengan fasilitas yang lebih lengkap dengan
menyertakan surat rujukan dan pendokumentasian di rekam medis

2. Pihak pasien dan keluarganya  Apabila ada tindakan yang harus dilakukan tetapi muncul
hambatan berupa belum adanya persetujuan dari pasien atau keluarga sehingga perlu
musyawarah lebih lanjut maka petugas mendokumentasikan di rekam medis. Petugas

3
menyampaikan resiko dan akibat penundaan tindakan.Dokter jaga memberikan terapi
suportif sesuai diagnosis penyakit pasien.

C. Instalasi Rawat Inap


Pasien pelayanan rawat inap adalah pelayanan terhadap pasien masuk rumah sakit yang
menempati tempat tidur perawatan untuk keperluan observasi, diagnose, terapi, rehabilitasi
medik dan atau pelayanan medik lainnya (Depkes RI (1997) yang di kutip dari Pahlevi, 2009.
Pasien yang direncanakan mendapat tindakan operatif (pre-op) sesuai diagnosis penyakit
mendapatkan pelayanan medis yang diperlukan sebagai persiapan tindakan. Tindakan operasi
dilakukan sesuai waktu persetujuan atau pengisian informed consent. Namun tindakan operasi
akan ditunda apabila ada pasien gawat yang memerlukan tindakan operasi segera (cito).

Hal itu dikomunikasikan dengan pasien dan keluarganya dengan pendokumentasian di rekam
medis pasien.  Apabila pasien membutuhkan tindakan pemberian transfuse darah maka petugas
melakukan konfirmasi dengan pihak PMI. Apabila tidak ada persediaan darah maka petugas
memberitahukan kepada keluarga untuk mencari donor secara mandiri sehingga terapi tidak
tertunda lebih lama.

D. Instalasi Laboratorium

Laboratorium klinik sebagai subsistem pelayanan kesehatan menempati posisi penting dalam
diagnosis invitro. Setidaknya terdapat 5 alasan penting mengapa pemeriksaan laboratorium
diperlukan, yaitu : skrining, diagnosis, pemantauan progresifitas penyakit, monitor pengobatan
dan prognosis penyakit. Oleh karena itu laboratorium harus dapat memberikan data hasil tes
yang teliti, cepat dan tepat.Pelayanan laboratorium rumah sakit meliputi pemeriksaan
hematologi rutin (hematologi rutin, hemoglobin, leukosit, diff/ LED, trombosit, hematokrit,
golongan darah, Rhesus factor), anemia (retikulosit, gambaran darah tepi), factor koagulasi
(waktu pendarahan, waktu pembekuan), kimia darah diabetes (Gula Darah Sewaktu (GDS),
Gula Darah Puasa (GDP), Gula Darah 2 jam Post Prandial (GD2PP)), faal ginjal (ureum,
kreatinin, asam urat), lemak (kolesterol total, trigliserida), faal hati (SGOT/SGPT), infeksi
tertentu (Widal, malaria), Narkoba (amphetamin), urinalisa (urine rutin, urine lengkap, tes
kehamilan, tes kehamilan), Faeces rutin, Sputum (dir prep BTA). Pemeriksaan laboratorium
yang tidak dapat dilakukan di rumah sakit dirujuk ke laboratorium yang telah menandatangani

Memorandum of Understanding  (MoU) atau nota kesepahaman dengan pihak rumah


sakit.Hasil pemeriksaan laboratorium di sampaikan kepada pihak rumah sakit sesuai waktu
tunggu yang tercantum dalam panduan pemeriksaan laboratorium terkait. Apabila hasil
laboratorium yang dikirim telah diterima pihak rumah sakit dalam bentuk telpon atau tertulis,
maka wajib disampaikan kepada DPJP pengirim secepatnya. Setiap pelayanan laboratorium
memiliki waktu tunggu yang berbeda beda tergantung pemeriksaan yang dilakukan. Petugas

4
wajib memberitahu keluarga mengenai hal tersebut. Pada pasien rawat inap, apabila hasil
laboratorium telah selesai dan diketahui nilainya tidak sesuai dengan standar normal dan
membahayakan jiwa pasien maka petugas memberitahu perawat atau dokter bangsal untuk
disampaikan ke DPJP agar proses diagnostic tidak tertunda.

Table 1. Contoh pemeriksaan laboratorium yang dirujuk dan waktu tunggunya


Jenis pemeriksaan waktu tunggu di panduan laboratorium terkait
High Density Lipoprotein ( HDL ) 1 (satu ) jam
Low Density Lipoprotein ( LDL ) 1 ( satu ) jam
Papsmear 1 ( Satu Minggu )
Aspirasi Jarum Halus 1 ( satu ) Minggu
Patologi Anatomi 1 ( satu Minggu )

Pelayanan laboratorium kepada pasien rawat inap dilakukan sesuai antri jam permintaan dari
bangsal terkait, kecuali pada kasus kegawatan. Pemeriksaan specimen secara serial dilakukan
tepat waktu sesuai permintaan Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP).Apabila ada
penundaan pengambilan specimen laboratorium maka analis wajib memberitahu petugas
bangsal dan didokumentasikan di rekam medis dengan mencantumkan causa. Waktu tunggu
ini dapat menunda diagnose maka harus disampaikan kepada pasien bersedia menunggu atau
tidak pada saat awal. Apabila tidak mau menunggu diberikan alternative, misalnya langsung
berangkat ke laboratorium terkait.Namun apabila pasien hendak memeriksakan di rumah sakit,
maka sesuai waktu tunggu yang disampaikan.

E. Instalasi Radiologi

Pelayanan yang diberikan meliputi pemeriksaan radiologi


1. Tanpa kontras ( cranium, sinus paranasal, mandibula, thorax, ekstremitas superior, scapula,
clavicula, ekstremitas inferior, abdomen, pelvis, columna vertebralis) dan
2. Dengan kontras. (BNO-IVP, appendicogram),
3. USG abdomen.
Sedangkan tindakan BNO-IVP dan USG abdomen dilakukan sesuai dengan perjanjian dengan
dokter spesialis radiologi terkait. Hal itu akan menunda penegakan diagnosis pasien. Petugas
wajib memberikan informasi mengenai hal tersebut dan memberikan alternative lainnya.
Penundaan tindakan dan penyebabnya kepada pasien dan mendokumentasikannya di dalam
rekam medis

5
F. Instalasi Farmasi
Penundaan pemberian obat-obatan yaitu bila obat harus diberikan tetapi obat tidak tersedia di
farmasi karena stock out atau tidak memilikinya.
1. Obat gawat darurat Yaitu obat yang ketersediaannya terjamin di rumah sakit untuk tindakan
penyelamatan nyawa pasien sehingga tidak ada pasien yang tertunda tindakan
pengobatannya karena menunggu datangnya persediaan obat. Untuk mengantisipasi stok
obat gawat darurat tidak tersedia di bagian farmasi, maka obat-obatan gawat darurat
disediakan dalam jumlah cukup dalam jenis lebih dari satu merek misalnya generik dan
branded , obat disediakan dalam emergensi kit yang dapat diakses dengan cepat apabila stok
obat di farmasi habis

Table 2. Contoh obat emergency yang harus disediakan di rumah sakit

Nama Obat Fungsi


Lidocain Inj Obat pilihan untuk aritmia ventrikuler
Epinephrine injeksi pada syok anafilaktik untuk mengatasi
gangguan sirkulasi dan menghilangkan
bronchospasme
Dexamethasone inj obat golongan glukokortikoid yang memiliki
efek anti inflamasi dan anti edema yang sangat
kuat Digunakan untuk mengurangi edema otak
pasca trauma dan pasca RJP (pada fase dini)
dan untuk mengatasi edema laring paska
intubasi.
Natrium Bicarbonate untuk koreksi asidosis metabolic, potensi
anestetik local, terapi tambahan hiponatremia
simptomatik akut dan alkalinisasi urine
Epherinde injeksi efeknya sama dengan adrenalin potensinya
lebih lemah tapi masa kerjanya 7 - 10 kali lebih
panjang
Atropine ineksi obat parasimpatolitik Bekerja menghambat
pengaruh Nervus vagus paa SA Node
(Vagolitik) Dapat meningkatkan denyut nadi
pada pasien sinus bradicardi atau blok AV
derajat 1 atau derajat 2

6
forusemid injeksi Untuk gagal jantung kongestif dan edema paru
akut Pada edema serebri paska trauma untuk
menurunkan tekanan intra cranial dan
menyebabkan berkurangnya produksi CSF

2. Obat non gawat darurat Yaitu obat-obatan yang digunakan untuk terapi penyakit tidak dalam
keadaan gawat darurat. Untuk mengantisipasi penundaan pelayanan pasien karena obat-
obatan tersebut, maka bagian farmasi menyediakan lebih satu jenis obat pada kelas terapi
yang sama sehingga saat obat yang diresepkan tidak ada, petugas dapat menghubungi dokter
penulis resep untuk memberikan saran substitusi penggati obat tersebut. DPJP mengisi resep
obat, apabila instalasi farmasi tidak menyediakan obat tersebut, maka akan dilakukan
konfirmasi dengan DPJP. Apabila ada obat pengganti yang tersedia di Sub Bagian Farmasi,
maka DPJP dapat mengganti terapi dengan obat tersebut.Apabila tidak ada obat sejenis,
maka apoteker melakukan pemesanan obat yang dibutuhkan ke distributor/ apotik/
perusahaan obat terkait. Apabila tidak tersedia obat maka konfirmasi dengan DPJP untuk
tindakan selanjutnya sehingga penundaan pelayanan obat dapat dihidari

G. Instalasi Kamar Operasi

Tindakan operasi merupakan salah satu terapi yang dilakukan untuk keselamatan pasien.
Penjadwalan operasi tergantung dari tingkat kegawatan penyakit, jadwal dokter spesialis, dan
kondisi fisik pasien tersebut
Penundaan tindakan operasi terbagi menjadi :
 
1. Kasus cito/ gawat darurat Pada tindakan operasi emergency yang seharusnya dilakukan
selama 30 menit dari penegakan diagnosis sampai tindakan. Tetapi bila rumah sakit tidak dapat
melakukan tindakan sesuai waktu tunggu, maka perlu disampaikan kepada keluarga pasien
mengenai waktu penundaan dan alternative rumah sakit lain yang lebih cepat menyiapkan
operasi. Apabila pasien dan keluarganya tidak bersedia menunggu dan hendak mencari rumah
sakit lain, maka petugas wajib menanyakan tentang berapa lama waktu yang dibutuhkan kepada
rumah sakit terkait untuk mempersiapkan operasi tersebut. Jika waktu persiapan operasi lebih
singkat maka dapat dilakukan rujukan.Petugas mendokumentasikan keputusan keluarga pasien
di rekam medis.
2.Kasus elektif. Pada kondisi yang memerlukan tindakan operasi tetapi tidak bersifat kegawatan
maka dilakukan penjadwalan dengan urutan sesuai penandatanganan
inform consent dan sesuai jadwal kerja tim operasi. Apabila ada pasien yang memerlukan
operasi cito maka didahulukan penjadwalannya. Petugas mengkomunikasikannya dengan pasien
beserta keluarganya serta mendokumentasikannya di rekam medis
3. Kondisi pasien Pasien pre operasi akan menjalan tes penapisan sebagai persiapan operasi
setelah menandatangani informed consent  Petugas penerima pasien pre operasi menghubungi
tim medis terkait untuk penjadwalan tindakan. Pasien akan mendapatkan nomor tunggu tindakan
7
operasi sesuai urutan penandatanganan PTM. Apabila setelah mempelajari hasil pemeriksaan
penunjang berupa hasil laboratorium dan atau radiologi, DPJP menyatakan kondisi pasien tidak
memenuhi persyaratan operasi, maka dilakukan perbaikan kondisi fisik hingga layak dilakukan
operasi.Petugas menyampaikan penyebab penundaan tindakan kepada keluarga pasien dan
mendokumentasikannya di rekam medis.

H. Kamar Bersalin

Penundaan pelayanan di kamar bersalin berkaitan dengan keterbatasan fasilitas di rumah sakit
yaitu fasilitas USG yang kadang bersamaan waktunya dengan tindakan USG yang dilakukan oleh
dokter spesialis. Untuk mengantisipasi kejadian ini pelayanan dilakukan sesuai urut antrian jadi
pelayanan dapat dilakukan dengan lancar

8
BAB IV
DOKUMENTASI

Monitoring dan evaluasi dilakukan melalui dokumentasi dengan baik setiap penundaan pelayanan
yang dilakukan di rumah sakit.Evaluasi juga dilakukan pada kejadian apa saja yang sering
menyebabkan penundaan pelayanan pasien di rumah sakit, dari data yang dihasilkan dapat
dirumuskan hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi penundaan pelayanan pasien.Setiap
tindakan penundaan pelayanan pasien diinformasikan kepada pasein dan keluarganya, diberikan
alternatif tindakan lain dan didokumentsikan dalam rekam medis pasien yaitu di dalam format
Edukasi dan CPPT.

Ditetapkan di Jakarta,
Pada tanggal: 12 Maret 2018

dr. Tumpal Simatupang, Sp. THT-KL


Direktur

9
LAMPIRAN

formulir penundaan tindakan .


Saya selaku Pasien ( Saya sendiri ) / ayah / ibu / kakak / adek ...............dari pasien dengan identitas
Nama Pasien :..................
No Rekam Madis :...................
Tanggal Lahir : ...................
Alamat : ...................
Telah memahami penjelasan petugas mengenai
Keterangan Penjelasan oleh
petugas ( √ )
Nama Tindakan

Rencana Jadwal pelaksanaan


tindakan

Perkiraan waktu penundaan

Alasan penundaan pelayanan

Petugas Jakarta .................................

Pihak Pasien

...................... ......................................

Saksi 1 Saksi 2

.................... ............................

10

Anda mungkin juga menyukai