Anda di halaman 1dari 57

Memahami proses yang dilakukan dalam

perawatan pasien
(khususnya rawat inap)
Tenaga Kesehatan di RSUP Dr. Kariadi
1. Memahami standar keseragaman perawatan (COP 1).
2. Memahami perawatan pasien terintegrasi (COP 2).
3. Memahami perawatan pasien beresiko tinggi (COP 3, 3.1,
3.2, 3.3).
4. Memahami pelayanan gizi sebagai bagian dari perawatan
pasien (COP 4, 5).
5. Memahami penatalaksanaan nyeri (COP 6) .
6. Memahami perawatan pasien akhir hayat/ terminal (COP 7).
7. Memahami perawatan pasien transplantasi (COP 8).
Apa yang harus dipahami .?
STANDAR COP 1
Semua pasien diberikan perawatan yang seragam sesuai
dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku

1. Ketepatan dan akses ke asuhan pelayanan dan pengobatan
tidak bergantung pada kemampuan finansial pasien dan
sumber pembiayaan pasien
2. Akses untuk mendapatkan asuhan pelayanan dan pengobatan
yang tepat oleh Tenaga Kesehatan yang kompeten diberikan
selama 24 jam termasuk hari libur dengan adanya jadwal
Dokter Jaga
3. Sumber daya yang dialokasikan oleh Rumah Sakit disesuaikan
dengan tingkat kondisi pasien
4. Tingkat asuhan pelayanan yang diberikan kepada pasien
adalah sama di seluruh rumah sakit.
5. Pasien dengan kebutuhan asuhan keperawatan yang sama
menerima tingkat keperawatan yang sama di seluruh unit
pelayanan.

Kebijakan Keseragaman Asuhan Pelayanan Di
RSUP Dr. Kariadi
STANDAR COP 2
Terdapat suatu proses untuk mengintegrasikan dan
mengkoordinasi perawatan yang diberikan pada tiap pasien.
SPO Pemberian Perintah (Order) Pelayanan
Terhadap Pasien
STANDAR COP 2.1
Dilakukan pengembangan
dan pencatatan dari semua
rencana perawatan untuk
masing-masing pasien secara
individual



STANDAR COP 2.2 &
STANDAR COP 2.3
Rumah sakit mengembangkan dan
menerapkan suatu proses yang seragam
untuk menulis permintaan perawatan
pasien
Prosedur klinis dan diagnostik serta
terapi yang dilakukan, serta hasil atau
outcome, akan dicatat pada catatan
medis pasien
RENCANA
ASUHAN
TERINETGRASI
PEMBERIAN
TINDAKAN /
TERAPI
INTEGRASI
KEBIJAKAN :
1.Yang berhak memberikan perintah
pelayanan terhadap pasien (perintah
untuk pemeriksaan laboratorium,
pemberian obat, perawatan khusus
keperawatan, terapi nutrisi, terapi
rehabilitasi dan sejenisnya) adalah Dokter
Penanggung Jawab Pasien (DPJP) dan
anggota Tim Dokter Penanggung Jawab
pasien.
2.Pemberian perintah pelayanan harus
diberikan secara tertulis kecuali pada
kondisi mendesak dimana pemberian
perintah tsb tidak bisa diberikan secara
tertulis (misal. di IGD, IBS, ICU).
3.Perintah pemeriksaan radiologi dan
laboratorium klinis harus mencantumkan
indikasi klinis / alasan dilakukannya
pemerik-saan tersebut.
4.Pemberian perintah pelayanan dicatat
dalam Lembar Harian Pasien.
SPO Pemberian Perintah (Order) Pelayanan Terhadap Pasien
RSCM
PROSEDUR
1. Setelah melakukan pemeriksaan terhadap pasien, maka DPJP
dapat memberikan perintah pelayanan terhadap pasien.
2. Tuliskan perintah tersebut pada Lembar Harian Pasien serta
pada Lembar Permintaan Pemeriksaan pada tempat yang sudah
ditentukan.
3. Tuliskan indikasi klinis / alasan dilakukan pemeriksaan, apabila
perintah dilakukan untuk pemeriksaan radiologi dan laboratorium
4. Apabila perintah pemberian pelayanan dilakukan oleh Asisten
DPJP, tuliskan pada Rekam Medis Nama DPJP dan mintakan
tanda tangan DPJP paling lambat 24 jam setelahnya
SPO Pemberian Perintah (Order) Pelayanan Terhadap
Pasien
PROSEDUR
5. Tuliskan pemeriksaan yang dilakukan dalam Lembar
Visite dan Tindakan Rawat Inap dan lengkapi dengan
tanggal dan jam dilakukannya tindakan tersebut
6. Apabila hasil pemeriksaan telah ada, catat hal-hal
penting dari hasil ekspertisi atas pemeriksaan yang
telah dilakukan dalam format SOAP di Lembar Harian
Pasien
7. Tempelkan Ekspertisi Hasil Pemeriksaan pada Lembar
RM Hasil Laboratorium / X Ray / EEG / dll.
SPO Pemberian Perintah (Order) Pelayanan Terhadap
Pasien

STANDAR COP 3
Perawatan pasien risiko tinggi dan pemberian pelayanan risiko tinggi
dipandu oleh pedoman praktek profesi, undang-undang, dan peraturan
yang berlaku.
STANDAR COP 3.1
Petugas klinis dilatih untuk mengenali dan merespon pada
perubahan kondisi pasien.
STANDAR COP 3.2
Pelayanan resusitasi tersedia di seluruh rumah sakit.
STANDAR COP 3.3
Dibuat dan diimplementasikan sejumlah pedoman klinis dan
prosedur untuk penanganan, penggunaan, serta pemberian
darah dan produk darah.
STANDAR COP 3
Perawatan pasien risiko tinggi dan pemberian pelayanan risiko tinggi
dipandu oleh pedoman praktek profesi, undang-undang, dan peraturan
yang berlaku
SPO Pelayanan Pasien Gawat Darurat
SPO Pelayanan Pasien Koma
SPO Pelayanan Pasien Yang Rentan Dan Lanjut Usia Dengan
Ketergantungan Bantuan
SPO Pelayanan Pasien Dengan Penyakit Menular
SPO Pelayanan Pasien Imunosupresif
SPO Tindakan Hemodialisis
SPO Pelayanan Restrain
SPO Pemberian Kemoterapi
SPO Perawatan Terhadap Pasien Rentan
SPO Perlindungan Pasien Terhadap Kekerasan Fisik
Informed consent hemodialisa
dilaksanakan setiap delapan kali
tindakan hemodialisa.

Informed consent kemoterapi
dilaksanakan setiap akan dilakukan
tindakan kemoterapi.
PROSEDUR RESTRAIN
B. Aplikasi Restrain
1.Singkirkan semua barang atau alat yang memungkinkan
pasien untuk mencelakai dirinya sendiri atau orang lain,
seperti : sepatu, perhiasan, selendang, ikatpinggang,
talisepatu, korekapi.
2.Posisikan pasien sesuai yang diindikasikan.
3.Lakukan pengikatan (restrain) pada keempat ektremitas
sedemikian rupa hingga integritas kulit masih tetap
terjaga.
4.Catat waktu pemasangan restrain pada Lembar Rekam
Medis.
5.Lakukan pengikatan, paling lama 4 jam untuk pasien
usia 18 tahun, 2 jam untuk usia 9 18 tahun dan 1
jam untuk usia < 9 tahun.


PROSEDUR RESTRAIN
B. Aplikasi Restrain
6. Kebutuhan pemakaian restrain, apabila waktu
pemasangan akan diperpanjang.
7. Penuhi dan fasilitasi kebutuhan pasien, seperti
makan, minum, mandi, dan toilet dan gantilah linen,
baju pasien bila tampak berminyak dan kotor.


PROSEDUR RESTRAIN
PROSEDUR RESTRAIN
C. Monitoring
1. Lakukan pemeriksaan
tanda-tanda vital setiap 2
jam atau lebih intens bila di
butuhkan. Tetapi bila hal itu
tidak memungkinkan karena
kondisi pasien yang bisa
mencelakakan petugas
maka dokumentas-ikan ke
dalam rekam me-dis.
2. Amati posisi tubuh pasien,
keutuhan kulitnya, sirkulasi
pasien, gerakan tubuh
pasien.


PROSEDUR RESTRAIN
D. Perawatan Pasien Restrain
1. Hormati hak & martabat pasien pada setiap tawapan
perawatan pasien restrain.
2. Kunjungi pasien secara regular.
3. Dokumentasikan hal-hal dibawah ini :
a. Kondisi pasien dan perubahan perilaku pasien.
b. Semua tindakan keperawatan selama pasien
dilakukan restrain: cairan, makanan, kebersihan
dirinya, toileting, vital sign.
c. Yang tidak dapat dilakukan dan alasannya.

PROSEDUR RESTRAIN
E. Evaluasi
1. Lakukan evaluasi secara reguler, minimal 1 kali tiap
shift.

F. Penglepasan Restrain
1. Kaji ulang kondisi pasien sebelum melepas restrain.
2. Lepaskan atau kurangi restrain pasien apabila
kriteria lepas restrain sudah sesuai dengan yang
ditentukan DPJP atau apabila kondisi pasien tidak
lagi membahayakan pasien itu sendiri dan orang
lain.
PROSEDUR RESTRAIN
G. Post Restrain
1. Amati apakah ada efek samping dari kegiatan restrain
yang terjadi.
2. Berikan treatment atas efek samping yang terjadi.
3. Lakukan debriefing kepada pasien untuk mengatasi
trauma emosi; psikologis yang terjadi.
SPO Code Blue
SPO Resusitasi Jantung Paru Pada Dewasa
SPO Resusitasi Jantung Paru Pada Anak
SPO Penolakan Resusitasi Jantung Paru (Do Not
Resuscitation / DNR)




STANDAR COP 3.1
Petugas klinis dilatih untuk
mengenali dan merespon pada
perubahan kondisi pasien

STANDAR COP 3.2
Pelayanan resusitasi tersedia di
seluruh rumah sakit



ALUR AKTIVASI CODE BLUE
1. Perhatikan label pasien yang mengalami gangguan
henti nafas dan / atau henti jantung, bila diberi label
ungu (DNR) tidak perlu mengaktifkan Code Blue.
2. Mengaktifkan Code Blue, dengan menghubungi nomor
telepon 6000 (Posko Kegawatan) dan menyampaikan
lokasi kejadian (Ruang ...... Kamar ......).
3. Perawat Time Code Blue terdekat datang ke lokasi
kejadian dengan membawa Trolley Emergency.

ALUR AKTIVASI CODE BLUE
4. Mengambil alih penanganan dan memberikan pelayanan
Bantuan Hidup lanjut sesuai SPO Resusitasi Jantung
Paru Dewasa atau Anak.
5. Memutuskan penanganan selanjutnya ke ICU / HCU /
PICU / ICCU dan tetap bertanggung jawab sampai
dengan diperolehnya ruangan ICU / HCU / PICU / ICCU.
6. Petugas Farmasi Tim Code Blue mengganti obat dan alat
kesehatan yang dipakai dalam memberikan BHL.
STANDAR COP 3.3
Dibuat dan diimplementasikan sejumlah pedoman klinis dan prosedur
untuk penanganan, penggunaan, serta pemberian darah dan produk
darah.
SPO Tata Laksana Pemberian Darah Atau
Produk Darah
SPO Memberikan Transfusi Darah
SPO Permintaan Komponen Darah (Selain PRC)
SPO Permintaan Darah (WB dan PRC)
SPO Mengobservasi Reaksi Transfusi Darah
SPO Pengelolaan Darah Batal
PROSEDUR TRANSFUSI DARAH
1. Cuci tangan.
2. Siapkan alat.
3. Lakukan double cek kebenaran darah atau produk darah yang akan
diberikan ke pasien, meliputi label darah dengan formulir permintaan
darah, nama pasien, umur atau tanggal lahir, nomer RM, golongan
darah, jenis darah atau produk darah, nomer seri antara yang
tercetak di kantong darah dengan label, tanggal kadaluarsa.
4. Cuci tangan.
5. Lakukan verifikasi terhadap gelang identitas pasien, sesuai SPO
Identifikasi Pasien.
6. Jelaskan maksud dan tujuan pemberian transfusi darah atau produk
darah.
7. Jelaskan langkah tindakan pemberian tranfusi darah atau produk
darah.
8. Atur posisi pasien senyaman mungkin.
9. Pasang pengalas dan siapkan area yang akan ditusuk.
10. Pakai sarung tangan.

PROSEDUR TRANSFUSI DARAH
11. Hubungkan salah satu slang tranfusi dengan cairan NaCl 0,9%.
Klem slang yang lain.
12. Pasang slang tranfusi SOP pemasangan infus.
13. Pasang slang tranfusi pada kantong darah. Klem slang yang
mengalirkan cairan NaCl.
14. Pasang label.
15. Hitung jumlah tetesan sesuai dengan advis dokter.
16. Observasi respon pasien sesuai SPO Mengobservasi Reaksi
Tranfusi Darah.
17. Lakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan.
18. Ucapkan salam, terimakasih, dan semoga lekas sembuh.
19. Bereskan alat-alat.
20. Cuci tangan.
21. Catat kegiatan di lembar dokumentasi keperawatan.

OBSERVASI REAKSI TRANSFUSI DARAH
Selama pemberian tranfusi 15 menit pertama, setiap 5
menit dilakukan observasi.
Pelaksanaan :
1. Cuci tangan.
2. Beri salam.
3. Perkenalkan diri.
4. Lakukan verifikasi pasien.
5. Jelaskan tujuan tindakan.
6. Lakukan observasi pada pasien :
a. Bila terjadi reaksi tranfusi: gatal-gatal, bentol-bentol,
menggigil, panas, sesak nafas, sianosis.
b. Hentikan pemberian tranfusi dan ganti tranfusi set.
c. Segera laporkan ke DPJP dengan menggunakan SBAR.
OBSERVASI REAKSI TRANSFUSI DARAH
7. Untuk reaksi transfusi yang berat lakukan sesuai SOP
Pelaporan reaksi transfusi.
8. Observasi 15 menit pertama, 2 jam dan segera
setelah selesai transfusi.
9. Ucapkan salam, terimakasih, dan semoga lekas
sembuh.
10. Bereskan alat-alat.
11. Cuci tangan.
12. Catat kegiatan di lembar dokumentasi keperawatan.
STANDAR COP 4
Tersedia berbagai macam variasi makanan, sesuai dengan status
nutrisi dari pasien dan konsisten dengan kondisi klinisnya, selalu
tersedia.
SPO Pelayanan Gizi RSUP Dr. Kariadi
SPO Pelayanan Gizi Klinik Rawat Inap RSUP Dr. Kariadi
SPO Pelayanan Gizi Klinik Rawat Jalan RSUP Dr. Kariadi
SPO Kegiatan Penyajian Makanan Di Ruang Rawat Inap
SPO Pengkajian Dan Perencanaan Edukasi Bagi Pasien
Dan Keluarga
SPO Pemberian Edukasi Bagi Pasien Dan Keluarga Pasien
FORM INSTRUKSI DAN EDUKASI DOKTER
UNTUK DIIT
FORM ASESMEN GIZI
STANDAR COP 5
Pasien dengan resiko nutrisi menerima terapi nutrisi.
SPO Tim Terapi Gizi (TTG)
STANDAR COP 6
Pasien didukung dalam mengelola nyeri secara efektif.
PANDUAN NYERI
SPO Alur Penatalaksanaan Pasien Nyeri

KEBIJAKAN
Setiap pasien yang datang ke RSUP Dr. Kariadi harus dilakukan
pengkajian / asesmen nyeri dan setiap pasien yang mengalami nyeri,
dilakukan penanganan segera untuk mengatasi rasa nyeri tersebut
PANDUAN NYERI
Alur Penata laksanaan Pasien Nyeri
Penanganan Nyeri Neuropatik
Penanganan Nyeri Reumatologik
Penanganan Nyeri Onkologik
Penanganan Nyeri Akut
Penanganan Nyeri Kronik
Penanganan Nyeri Akut Perioperatif
Tata Laksana Nyeri dengan PCA
Penanganan Nyeri pada Neonatus
Pengangan Nyeri pada Bayi
Penanganan Nyeri pada Anak
Penanganan Nyeri pada Ibu Hamil
Penanganan Nyeri pada Pasien Persalinan
Penanganan Nyeri Kronik pada Pasien Plalitif






PROSEDUR :
A.ASESMEN AWAL oleh DPJP/ Asisten DPJP atau
Perawat
Lakukan asesmen nyeri pada semua pasien dengan
tanyakan intensitas nyeri :
1.Gunakan Skala Nyeri Visual Analoge Scale (VAS)
pada pasien dewasa dan anak berusia > 9 tahun dan
kelompokkan dalam 3 kategori :
1 3 : Nyeri Ringan
4 6 : Nyeri Sedang
7 10 : Nyeri Berat
2.Gunakan Skala Nyeri Wong Baker Faces Pain Scale
untuk anak < 9 tahun atau orang tua yang kurang
komunikatif.
3. Gunakan Critical Care Pain Observation Tools
(COPT) Untuk pasien tidak sadar, pasien di IRIN
dengan ventilator maupun ekstubasi dan pasien
neonatus serta bayi.
0 : tidak nyeri
1 : nyeri ringan
2 : nyeri sedang
3 : nyeri berat
4 : tak tertahankan


Catat Hasil asesmen nyeri dalam Lembar
Monitoring Harian
PROSEDUR
B. ASESMEN ULANG oleh Perawat DPJP/ Asisten
DPJP atau Perawat
1. Kaji ulang skala nyeri pada pasien :
nyeri ringan : setiap 8 jam
nyeri sedang : setiap 4 jam
nyeri berat : setiap 1 jam
2. Dalam pengkajian ulang tersebut, perhatikan :
Keadaan umum, kesadaran
Tanda-tanda vital
Keluhan gejala penyerta, hal yang memperberat /
memperingan nyeri

Catat dan dokumentasikan semua kegiatan yang
dilakukan dalam Lembar Asesmen Lanjut dan
Monitoring
PROSEDUR
C. Penatalaksanaan
Pada pasien Rawat Inap :
1. Skala nyeri 1-3 Nyeri ringan dilakukan oleh perawat,
bila tidak teratasi lapor DPJP.
2. Skala nyeri 4-10 Nyeri sedang sampai berat
dilakukan oleh DPJP, jika tidak teratasi dalam kurun
waktu 3x24 jam DPJP wajib konsul pada Tim Nyeri
(Hotline : 6043)
3. Nyeri paska operasi dengan keterlibatan dokter
Spesialis Anestesi, selama 1 X 24 jam dikelola oleh
Dr Spesialis Anestesi.
PROSEDUR
C. Penatalaksanaan
Pada pasien Rawat Jalan :
1. Dokter DPJP langsung mengelola pasien dengan
derajat nyeri ringan sampai nyeri berat sesuai buku
panduan nyeri.
2. Bila dalam maksimal 3 kali kontrol dengan DPJP, tak
ada penurunan skala nyeri, DPJP melakukan
konsultasi dengan tim nyeri dengan cara pasien
dikonsulkan ke klinik nyeri terpadu.
PROSEDUR
C. Penatalaksanaan
Pengelolaan oleh TIM NYERI :
1. Pasien yang dikonsulkan akan di periksa dan diassesmen
oleh dokter jaga Tim Nyeri sesuai jadwal (baik untuk rawat
inap maupun rawat jalan).
2. Dokter jaga Tim Nyeri akan melakukan evaluasi pengelolaan
yang sudah diberikan, dan akan memberikan pengelolaan
sesuai kajian nyeri yang dijumpai saat itu.
3. Semua pasien akan didiskusikan pada pertemuan tim nyeri
yang diselenggarakan paling tidak seminggu sekali dan atau
diskusi melalui kontak on line, untuk melakukan evaluasi dan
menentukan pengelolaan lanjutan sesuai dengan kasus yang
ditemukan.
PROSEDUR
D. Pendidikan
1. Fasilitasi keluarga untuk mendapatkan informasi dan
pemahaman tentang kondisi pasien saat ini,
2. Berikan motivasi pada keluarga dalam memahami dan
pengambilan keputusan terhadap program pengobatan,
pemeriksaan penunjang yang diperlukan.
3. Jelaskan prognosis kemungkinan sembuh, kerusakan
fungsional ataupun meninggal.
STANDAR COP 7
Rumah Sakit melaksanakan pelayanan Akhir Hayat
SPO Pelayanan Pasien Di Akhir Hayat
SPO Pelayanan Kerohanian Agama Budha
SPO Pelayanan Kerohanian Agama Hindu
SPO Pelayanan Kerohanian Agama Islam
SPO Pelayanan Kerohanian Agama Katholik
SPO Pelayanan Kerohanian Agama Kristen


Koordinasi dengan Tim Paliatif (Hotline
6186)


STANDAR COP 8
Kepemimpinan rumah sakit menyediakan sumber daya untuk mendukung
program transplantasi organ / jaringan .
STANDAR COP 8.1
Seorang pemimpin program transplantasi berkualitas
bertanggung jawab untuk program transplantasi .
STANDAR COP 8.2
Program transplantasi termasuk tim multidisiplin yang terdiri dari
orang-orang dengan keahlian dalam relevan program transplantasi
organ-spesifik. .
STANDAR COP 8.3
Ada mekanisme koordinasi yang ditujukan untuk semua
kegiatan transplantasi yang melibatkan dokter , perawat , dan
praktisi kesehatan lainnya.
Rumah Sakit Penyedia Layanan Transplantasi
Organ dan / atau Jaringan
STANDAR COP 8.4
Program transplantasi menggunakan organ-spesifik dinilai
kelayakan klinis, psikologis , dan kesesuaian sosial dengan
kriteria untuk calon transplantasi.
STANDAR COP 8.5
Program transplantasi memperoleh informed consent khusus
untuk transplantasi organ dari transplantasi kandidat.
STANDAR COP 8.6
Program transplantasi telah didokumentasikan protokol (atau
prosedur) untuk pemulihan organ dan penerimaan organ
menjamin kompatibilitas, keamanan, kemanjuran, dan kualitas
sel manusia, jaringan, dan organ untuk transplantasi.
STANDAR COP 8.7
Perencanaan perawatan pasien secara individual memandu
perawatan pasien transplantasi.

STANDAR COP 9
Program transplantasi yang melakukan transplantasi donor hidup
melindungi hak-hak calon atau aktual donor.
STANDAR COP 9.1
Program transplantasi melakukan transplantasi donor hidup
memperoleh informed consent khusus untuk donor organ dari
donor hidup prospektif .
STANDAR COP 9.2
Program transplantasi yang melakukan transplantasi donor hidup
menggunakan kriteria seleksi klinis dan psikologis untuk
menentukan kesesuaian calon donor hidup.
STANDAR COP 9.3
Perawatan pasien individual berencana memandu perawatan
donor hidup.
Program Transplantasi Organ Menggunakan
Donor Hidup
PELAYANAN
TRANSPLANTASI
KEBIJAKAN RSUP Dr KARIADI :
1. Pelayanan transplantasi organ dan/atau jaringan
adalah tim multidisiplin yang terdiri dari tenaga
kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan serta memiliki relevansi terhadap organ
dan/atau jaringan secara spesifik.
2. Transplantasi organ/jaringan hanya dilakukan untuk
tujuan kemanusiaan dan dilarang untuk
dikomersialkan.

PROSEDUR :
1. Asesmen awal
2. Skrining (resipien dan donor)
3. Informed consent
4. Perawatan pra-transplantasi
5. Pelayanan transplantasi
6. Perawatan pasca-transplantasi
7. Monitoring dan evaluasi pelayanan

PELAYANAN
TRANSPLANTASI
PELAYANAN
TRANSPLANTASI
INFORMED CONSENT
TRANSPLANTASI
Struktur Kelembagaan Organisasi Transplantasi
DIREKTUR UTAMA
DIREKTUR MEDIK DAN
KEPERAWATAN
KOMITE ETIK DAN
HUKUM
TIM
TRANSPLANTASI
GINJAL
TIM
TRANSPLANTASI
HATI
TIM
TRANSPLANTASI
SUMSUM TULANG
TIM
TRANSPLANTASI
KORNEA
Ketentuan Khusus Mengenai Transplantasi

1. Sumber sel punca yang dipergunakan untuk
kepentingan pelayanan kesehatan adalah sel punca
embrionik yang berasal dari donor manusia (PMK no
833 th 2009 pasal 2).
2. Sel punca dilarang digunakan untuk tujuan reproduksi
(UU no 36 th 2009).

Anda mungkin juga menyukai