Anda di halaman 1dari 5

Time line Call for Papers

Pendaftaran Abstrak : 20 Agustus – 9 Oktober 2023


Pengumuman Penerimaan Abstrak : 15 Oktober 2023
Pengumpulan Full Paper : 30 Oktober 2023

Tema: Aplikasi Psikologi atau psikologi forensic dalam hukum Pidana

Topik: Aplikasi Psikologi atau psikologi forensic dalam hukum Pidana Anak dalam Kasus Terorisme?

Draft:

1. Bagaimana kondisi pada anak yang terasosiasi dengan kelompok teroris?


Selama bergaul dengan kelompok-kelompok seperti itu, anak-anak terpapar pada
kekerasan, penelantaran dan lingkungan yang tidak aman yang tidak kondusif bagi
perkembangan harmonis mereka. Mereka dieksploitasi dalam berbagai peran, termasuk
sebagai informan, sebagai perisai manusia, untuk pengangkutan atau penjualan obat-
obatan, untuk melakukan pengawasan atau untuk membawa senjata. Anak-anak juga dapat
dijual, diperdagangkan, dieksploitasi secara seksual, digunakan untuk serangan bunuh diri atau
dilatih untuk membawa dan menggunakan senjata. Banyak anak meninggal selama
asosiasi semacam itu dan mereka yang bertahan hidup mungkin harus mengatasi dampak
jangka panjang dari kekerasan pada kesehatan fisik dan mental mereka.
Pada saat yang sama, stigma yang terkait dengan kegiatan kelompok-kelompok tersebut
berarti bahwa anak-anak yang terkait dengan mereka sering dianggap terutama sebagai
ancaman terhadap keamanan publik, dan sebagai anak-anak hanya sekunder. Hasilnya
adalah bahwa mereka sangat rentan terhadap pendekatan hukuman oleh pihak berwenang,
viktimisasi sekunder, retraumatisasi dan penolakan dari komunitas mereka, bahkan setelah
mereka meninggalkan komunitas mereka. kelompok, dan mereka dapat merasa sangat sulit
untuk mengakses layanan rehabilitasi dan reintegrasi yang mereka butuhkan untuk pulih.
Konsekuensi seperti itu bagi anak-anak tidak hanya mewakili pelanggaran hak-hak mereka
tetapi juga dapat memperburuk pengucilan sosial mereka, yang mengakibatkan konsekuensi
serius bagi masyarakat luas.9 Mendukung anak-anak tersebut melalui rehabilitasi dan
reintegrasi yang tepat merupakan prioritas penting untuk membangun masyarakat yang
inklusif dan damai.

a. Bagaimana propaganda kelompok teroris


2. Bagaimana respon penegak hukum dalam proses peradilan anak?
Diperlakukan terutama sebagai korban tidak berarti bahwa seorang anak tidak dapat
dimintai pertanggungjawaban atas kejahatan seperti yang didefinisikan oleh hukum nasional
(dengan asumsi bahwa mereka di atas usia minimum tanggung jawab pidana). Ini berarti
bahwa hak-hak mereka sebagai korban harus dilindungi dan bahwa penuntutan harus
menjadi langkah terakhir. Jika anak-anak dituntut, maka status mereka sebagai korban harus
diidentifikasi, diakui dan dipertanggungjawabkan pada berbagai tahap persidangan. Setiap
saat, mereka harus ditangani sesuai dengan standar internasional tentang keadilan anak
dan dengan cara yang mempromosikan rehabilitasi dan reintegrasi mereka sebagai tujuan
utama;15 (Ibid, pasal 40; dan Dana Anak-Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa, Prinsip dan Pedoman tentang Anak-anak yang Terkait
dengan Angkatan Bersenjata atau Kelompok Bersenjata, paras. 3.6–3.7 dan 8.7–8.8)

3. Apa saja tugas psikologi forensic dalam proses peradilan?

Journal Proceeding for Temu Ilmiah Nasional XII bertema “Transformasi Pendidikan Dan Praktik Psikologi Forensik
dalam Mendukung Reformasi Penegakan Hukum Di Indonesia”
Malang, Tanggal 3 – 5 November 2023.
4. Apa saja yang bisa psikologi forensic lakukan dalam proses peradilan anak pada kasus
terorisme yang sejalan dengan memastikan keamanan Masyarakat sekaligus perlindungan
anak?
5. Apa saja regulasi yang dapat dijadikan acuan, baik national maupun intertional?

Literatur:

Intensive supervision, surveillance and monitoring of young people | Iriss


Forensic Psychologists in the Juvenile Justice System | 2021How to Become a Forensic
Psychologist (forensicpsychologyedu.org)

1. 1-article.pdf

Adapun tabel di bawah ini sebagai contoh dari Area Psikologi Forensik dalam Hukum Pidana dan
Hukum Sipil Menurut Kaloeti, dkk, (2019

Hukum Pidana Hukum Sipil


Asesmen risiko pada saat penjatuhan hukuman Penentuan Hak Asuh AnakCivil Commitment
Perbuatan criminal dan gangguan kejiwaan Cedera Pribadi
Kompetensi untuk diadili Kompensasi Pekerja
Intervensi bagi pelaku kejahatan seksual Kompetensi dalam Keputusan Medis
Pelimpahan kasus di usia remaja ke pengadlan
dewasa

Adapun peran dari psikolog forensik sebagai ilmuan dan praktisi dalam penegakan hukum. Peran
tersebut dapat dikelompokkan menjadi empat aspek dalam penegakan hukum antara lain: 1. Aspek
pencegahan 2. Aspek penanganan yang meliputi pengungkapan dan penyidikan 3. Aspek
pemidanaan dan 4. Aspek pemenjaraan (Darma, 2019).

A child first, offender second approach is a model that prioritises the best interests of children,
recognising their particular needs, capacities, rights and potential . This approach embraces both
1

children who are identified as offenders and the prevention of offending by children . The Children
2

First, Offenders Second (CFOS) model promotes a positive, principled, progressive and practical
approach to the treatment of children in the Youth Justice System . 3

Journal Proceeding for Temu Ilmiah Nasional XII bertema “Transformasi Pendidikan Dan Praktik Psikologi Forensik
dalam Mendukung Reformasi Penegakan Hukum Di Indonesia”
Malang, Tanggal 3 – 5 November 2023.
An APA abstract is a comprehensive summary of your paper in which you briefly address
the research problem, hypotheses, methods, results, and implications of your research. It’s
placed on a separate page right after the title page and is usually no longer than 250 words.

How to write an APA abstract


The abstract is a self-contained piece of text that informs the reader what your
research is about. It’s best to write the abstract after you’re finished with the rest of
your paper.

The questions below may help structure your abstract. Try answering them in one to
three sentences each.

 What is the problem? Outline the objective, research questions, and/or hypotheses.
- Hukuman non penjara bagi anak terlibat pelanggaran tindak pidana terorisme

There are two ways in which forensic psychologists can work with delinquent youths:

 Forensic psychologists can assist judges and attorneys who make important decisions
about minors involved in the juvenile justice system. Their forensic evaluations
provide caseworkers with important information about the youth’s emotional,
behavioral, and cognitive functioning.
 Forensic psychologists can provide treatment and other interventions to juveniles and
their families. The major purpose of such interventions is to bring about an overall
improvement in emotional and behavioral adjustment and functioning while
decreasing the likelihood that youth will re-offend.
-

 What has been done? Explain your research methods.

 What did you discover? Summarize the key findings and conclusions.
- Community Sentence Treatment Requirements (CSTRs) in the context of Mental
Health Treatment Requirement (MHTR), Drug Rehabilitation Requirement (DRR) and
Alcohol Treatment Requirement (ATR).
-

 What do the findings mean? Summarize the discussion and recommendations.

Journal Proceeding for Temu Ilmiah Nasional XII bertema “Transformasi Pendidikan Dan Praktik Psikologi Forensik
dalam Mendukung Reformasi Penegakan Hukum Di Indonesia”
Malang, Tanggal 3 – 5 November 2023.
Sebuah Esai tentang Anak: Peran Psikologi Forensik dalam Perlindungan
Anak pada Tindak Pidana Terorisme Anak

Oleh Chairunnisya Harahap

ABSTRAK

Berdasarkan laporan penelitian YPP (2019), sebanyak 11 orang anak usia 14 sampai dengan
18 tahun harus menjalani masa pidana di dalam lembaga pemasyarakatan atas pelanggaran
tindak pidana terorisme, dan jumlah ini secara alami terus bertambah meski belum ada data
pasti yang terpublikasi. Kelompok bersenjatan non-negara, termasuk kelompok yang
ditetapkan sebagai teroris telah merekrut anak-anak dan membuat propaganda bahwa anak-
anak yang diasosiasikan dengan kelompok mereka telah menjadi tentara dan siap menjadi
terror bagi masyarakat. Meski berdasarkan UU SPPA No. 11/2012, anak yang berkonflik
dengan hukum selalu diupayakan untuk diversi, namun pada kasus terorisme, anak yang
diduga melanggar tindak pidana terorisme dan menjalani proses peradilan akan berakhir di
Lembaga Pemasyarakatan Khusus Anak (LPKA). Anak yang melakukan pelanggaran tindak
pidana terorisme lebih baik menjalani diversi atau proses peradilan di luar Lembaga
pemasyarakatan atau Community Sentence Treatment Requirements (CSTRs), dan laporan
psikologi forensik yang berisi rekomendasi untuk hakim, pengacara, dan pekerja sosial
pendamping anak yang memberi informasi tentang fungsi emosional, perilaku, dan
perkembangan kognitif anak. Selain itu, psikolog forensic bekerjasama dengan Pekerja
Kemasyarakatan Balai Pemasyarakatan (PK Bapas) dan Pekerja Sosial juga dapat
memberikan layanan rehabilitasi dan intervensi untuk anak dan keluarga sehingga membantu
anak pulih menjadi individu yang berfungsi dan positif, baik bagi dirinya maupun
masyarakat. Penelitian ini dilakukan melalui studi literatur untuk mengeksplorasi bagaimana
peran psikolog forensik dalam pendampingan dan rehabilitasi anak yang berkonflik dengan
hukum pada kasus tindak pidana terorisme.

Anak yang pernah bergabung dengan kelompok teroris mengalami kekerasan, menyaksikan
kekerasan, mendapat ancaman. Jangan sampai anak dalam kasus terorisme juga mengalami

Journal Proceeding for Temu Ilmiah Nasional XII bertema “Transformasi Pendidikan Dan Praktik Psikologi Forensik
dalam Mendukung Reformasi Penegakan Hukum Di Indonesia”
Malang, Tanggal 3 – 5 November 2023.
viktimisasi selama proses peradilan. Mendambah daftar Panjang adhere childhood
experiences.

Keywords: Psikologi Forensik, Perlindungan Anak, Diversi, Sistem Peradilan Pidana Anak,
Tindak Pidana Terorisme.

Journal Proceeding for Temu Ilmiah Nasional XII bertema “Transformasi Pendidikan Dan Praktik Psikologi Forensik
dalam Mendukung Reformasi Penegakan Hukum Di Indonesia”
Malang, Tanggal 3 – 5 November 2023.

Anda mungkin juga menyukai