Topik: Aplikasi Psikologi atau psikologi forensic dalam hukum Pidana Anak dalam Kasus Terorisme?
Draft:
Journal Proceeding for Temu Ilmiah Nasional XII bertema “Transformasi Pendidikan Dan Praktik Psikologi Forensik
dalam Mendukung Reformasi Penegakan Hukum Di Indonesia”
Malang, Tanggal 3 – 5 November 2023.
4. Apa saja yang bisa psikologi forensic lakukan dalam proses peradilan anak pada kasus
terorisme yang sejalan dengan memastikan keamanan Masyarakat sekaligus perlindungan
anak?
5. Apa saja regulasi yang dapat dijadikan acuan, baik national maupun intertional?
Literatur:
1. 1-article.pdf
Adapun tabel di bawah ini sebagai contoh dari Area Psikologi Forensik dalam Hukum Pidana dan
Hukum Sipil Menurut Kaloeti, dkk, (2019
Adapun peran dari psikolog forensik sebagai ilmuan dan praktisi dalam penegakan hukum. Peran
tersebut dapat dikelompokkan menjadi empat aspek dalam penegakan hukum antara lain: 1. Aspek
pencegahan 2. Aspek penanganan yang meliputi pengungkapan dan penyidikan 3. Aspek
pemidanaan dan 4. Aspek pemenjaraan (Darma, 2019).
A child first, offender second approach is a model that prioritises the best interests of children,
recognising their particular needs, capacities, rights and potential . This approach embraces both
1
children who are identified as offenders and the prevention of offending by children . The Children
2
First, Offenders Second (CFOS) model promotes a positive, principled, progressive and practical
approach to the treatment of children in the Youth Justice System . 3
Journal Proceeding for Temu Ilmiah Nasional XII bertema “Transformasi Pendidikan Dan Praktik Psikologi Forensik
dalam Mendukung Reformasi Penegakan Hukum Di Indonesia”
Malang, Tanggal 3 – 5 November 2023.
An APA abstract is a comprehensive summary of your paper in which you briefly address
the research problem, hypotheses, methods, results, and implications of your research. It’s
placed on a separate page right after the title page and is usually no longer than 250 words.
The questions below may help structure your abstract. Try answering them in one to
three sentences each.
What is the problem? Outline the objective, research questions, and/or hypotheses.
- Hukuman non penjara bagi anak terlibat pelanggaran tindak pidana terorisme
There are two ways in which forensic psychologists can work with delinquent youths:
Forensic psychologists can assist judges and attorneys who make important decisions
about minors involved in the juvenile justice system. Their forensic evaluations
provide caseworkers with important information about the youth’s emotional,
behavioral, and cognitive functioning.
Forensic psychologists can provide treatment and other interventions to juveniles and
their families. The major purpose of such interventions is to bring about an overall
improvement in emotional and behavioral adjustment and functioning while
decreasing the likelihood that youth will re-offend.
-
What did you discover? Summarize the key findings and conclusions.
- Community Sentence Treatment Requirements (CSTRs) in the context of Mental
Health Treatment Requirement (MHTR), Drug Rehabilitation Requirement (DRR) and
Alcohol Treatment Requirement (ATR).
-
Journal Proceeding for Temu Ilmiah Nasional XII bertema “Transformasi Pendidikan Dan Praktik Psikologi Forensik
dalam Mendukung Reformasi Penegakan Hukum Di Indonesia”
Malang, Tanggal 3 – 5 November 2023.
Sebuah Esai tentang Anak: Peran Psikologi Forensik dalam Perlindungan
Anak pada Tindak Pidana Terorisme Anak
ABSTRAK
Berdasarkan laporan penelitian YPP (2019), sebanyak 11 orang anak usia 14 sampai dengan
18 tahun harus menjalani masa pidana di dalam lembaga pemasyarakatan atas pelanggaran
tindak pidana terorisme, dan jumlah ini secara alami terus bertambah meski belum ada data
pasti yang terpublikasi. Kelompok bersenjatan non-negara, termasuk kelompok yang
ditetapkan sebagai teroris telah merekrut anak-anak dan membuat propaganda bahwa anak-
anak yang diasosiasikan dengan kelompok mereka telah menjadi tentara dan siap menjadi
terror bagi masyarakat. Meski berdasarkan UU SPPA No. 11/2012, anak yang berkonflik
dengan hukum selalu diupayakan untuk diversi, namun pada kasus terorisme, anak yang
diduga melanggar tindak pidana terorisme dan menjalani proses peradilan akan berakhir di
Lembaga Pemasyarakatan Khusus Anak (LPKA). Anak yang melakukan pelanggaran tindak
pidana terorisme lebih baik menjalani diversi atau proses peradilan di luar Lembaga
pemasyarakatan atau Community Sentence Treatment Requirements (CSTRs), dan laporan
psikologi forensik yang berisi rekomendasi untuk hakim, pengacara, dan pekerja sosial
pendamping anak yang memberi informasi tentang fungsi emosional, perilaku, dan
perkembangan kognitif anak. Selain itu, psikolog forensic bekerjasama dengan Pekerja
Kemasyarakatan Balai Pemasyarakatan (PK Bapas) dan Pekerja Sosial juga dapat
memberikan layanan rehabilitasi dan intervensi untuk anak dan keluarga sehingga membantu
anak pulih menjadi individu yang berfungsi dan positif, baik bagi dirinya maupun
masyarakat. Penelitian ini dilakukan melalui studi literatur untuk mengeksplorasi bagaimana
peran psikolog forensik dalam pendampingan dan rehabilitasi anak yang berkonflik dengan
hukum pada kasus tindak pidana terorisme.
Anak yang pernah bergabung dengan kelompok teroris mengalami kekerasan, menyaksikan
kekerasan, mendapat ancaman. Jangan sampai anak dalam kasus terorisme juga mengalami
Journal Proceeding for Temu Ilmiah Nasional XII bertema “Transformasi Pendidikan Dan Praktik Psikologi Forensik
dalam Mendukung Reformasi Penegakan Hukum Di Indonesia”
Malang, Tanggal 3 – 5 November 2023.
viktimisasi selama proses peradilan. Mendambah daftar Panjang adhere childhood
experiences.
Keywords: Psikologi Forensik, Perlindungan Anak, Diversi, Sistem Peradilan Pidana Anak,
Tindak Pidana Terorisme.
Journal Proceeding for Temu Ilmiah Nasional XII bertema “Transformasi Pendidikan Dan Praktik Psikologi Forensik
dalam Mendukung Reformasi Penegakan Hukum Di Indonesia”
Malang, Tanggal 3 – 5 November 2023.