Anda di halaman 1dari 12

Lensa Budaya, Vol. 12, No. 2, Oktober 2017.

72 - 83 Edisi of
Lensa Budaya: Journal Khusus Persembahan
Cultural Untuk
Sciences, 12(2), OktEdward
2017 L Poelinggomang
ISSN: 0126 - 351X

MENENGOK PRIMADONA DAGANG PELABUHAN KUPANG,


1850-1870

Fadliani Sahaka
Pusat Kajian Transformasi Masyarakat (Transform), Makassar

Abstrak
Perdagangan melalui pelabuhan Kupang semakin bertambah ramai dengan dibukanya pelabuhan
ini sebagai pelabuhan internasional pada awal abad ke-19 oleh pemerintah Hindia Belanda.
Pelabuhan ini menjadi collecting center untuk pelabuhan-pelabuhan kecil di sekitarnya dan juga
untuk daerah pedalaman (hinterland). Dari pelabuhan Kupang-lah semua komoditas ekspor dan
impor dapat diperdagangkan. Pada kurun waktu 1850-1870, keseluruhan ekspor dan impor
komoditas mengalami fluktuasi nilainya. Fluktuasi perdagangan terjadi pada beberapa komoditas
dengan nilai ekspor dan impor yang besar seperti kain, senjata, mesiu, minuman keras dan lainnya.
Tulisan ini juga melihat bahwa perdagangan di pelabuhan Kupang didominasi oleh kapal Belanda
karena setiap periodenya 90% dari keseluruhan nilai ekspor maupun impor diangkut
menggunakan kapal-kapal berbendera Belanda. Sisanya sebesar 10 % diangkut dengan kapal-kapal
yang berbendera Britania atau lainnya.

Kata kunci: pelabuhan, Kupang, abad 19, perdagangan, komoditas

Abstract
Trade through the port of Kupang grew significantly after the port opened by the colonial
government to be an international port at the beginning of the 19th century. The port served as a
collecting center for smaller surrounding ports as well as for its hinterland. From the port of
Kupang all export and import commodities could be traded. Between 1850-1870 the overall value
of export and import fluctuated. The fluctuation was due to the fluctuating values of some the main
commodities such as cloth, firearms, liquer and others. This paper also conclude that trade in the
port of Kupang was dominated by Dutch-flag ships. In each period 90% of export and import
values were carried by ships with Dutch flags while the remaining 10% with British and other
ships.

Keywords: port, Kupang, 19th century, trade, commodities

Author correspondence
Email: sahakafadliani95@gmail.com
Available online at http://journal.unhas.ac.id/index.php/jlb1
Lensa Budaya: Journal of Cultural Sciences, 12(2), Okt 2017

PENDAHULUAN: PELABUHAN menjadi tempat pendukung terbentuknya


TERTUTUP YANG RAMAI masyarakat yang beragam dan dari sinilah
Studi tentang sejarah Indonesia telah ban- sikap menghargai keragaman budaya
yak dikaji oleh para sejarawan, baik itu (Zuhdi, 2003: Iv).
sejarawan dalam negeri maupun sejara- Dalam kajian ini, peneliti akan fo-
wan mancanegara. Dari banyaknya hasil kus pada masalah perdagangan di pelabu-
studi tentang sejarah Indonesia, jarang han Kupang dengan melihat ekspor dan
yang membahas atau bertemakan tentang impor komoditas pada abad ke-19 (1850-
perdagangan, pelabuhan ataupun kemari- 1870). Berbeda dengan beberapa pelabu-
timan. Studi sejarah Indonesia biasanya han lain yang berada di Indonesia bagian
lebih memfokuskan objeknya pada timur yang telah terbuka menjadi pelabu-
peristiwa yang terjadi di darat (Lapian, han bebas pada abad ke-19- Makassar
2011: 1). Padahal Indonesia merupakan pada Januari 1847, lalu diikuti Manado
negara kepulauan (archipelagic state) dan dan Kema pada tahun 1848 selanjutnya
juga negara laut yang terbesar di dunia Kaili, Ternate, Ambon, dan Banda pada
dengan luas wilayah lautnya 3,1 juta km2 tahun 1853 (Poelinggomang, 2002: 79)-
dan panjang garis pantai 81.000 km serta Pelabuhan Kupang tidak pernah terbuka
memiliki 17.508 pulau-pulau baik yang menjadi pelabuhan bebas pada kurun
besar maupun kecil. Jadi sudah sewa- waktu tersebut. Peneliti mencoba mencari
jarnya apabila objek kajian yang berte- apa yang terjadi dengan pelabuhan Ku-
makan kelautan, ataupun pelayaran di pang pada paruh kedua abad ke-19, pada
Indonesia penting untuk menjadi per- saat beberapa pelabuhan di kawasannya
hatian. Dengan pentingnya studi tentang menjadi pelabuhan bebas dengan meng-
laut dan kepulauan maka, studi sejarah gunakan barometer nilai tinggi rendahnya
maritim juga menjadi suatu pokok ba- ekspor dan impornya. Peneliti akan meli-
hasan yang penting. Sejarah maritim hat perkembangan pelabuhan tersebut
sendiri mengandung arti studi tentang ak- dalam periode 1850-1870 dengan menjadi-
tifitas manusia di masa lalu yang ber- kan data nilai ekspor impornya sebagai
hubungan dengan aspek-aspek maritim barometer pengukuran. Dengan latar be-
terkhusus pelayaran, perdagangan, pela- lakang pemikiran tersebut, peneliti akan
buhan dan masih banyak lagi (Lapian, memberikan uraian dan analisa, untuk
2011: 11). Dalam penelitian ini penulis menjawab pertanyaan bagaimana perkem-
akan menitikberatkan objek kajian pada bangan nilai ekspor-impor komoditas
aktifitas perdagangan di Pelabuhan. Pela- perdagangan di pelabuhan Kupang pada
buhan merupakan suatu komponen yang periode tahun 1850-1870 ?
penting dalam hubungan dan interaksi Penelitian ini akan fokus di tahun
antara pulau bahkan Negara dalam jarin- 1850-1870. Penulis memilih kurun waktu
gan pelayaran dan perdagangan. Hal itu tersebut menjadi batasan temporal karena
karena pelabuhan dapat menunjukkan pada masa tersebut diterapkannya 2 (dua)
aktifitas keluar masuknya kapal baik itu kebijakan penting dalam perdagangan di
dari daerah Hindia Belanda maupun kapal kawasan timur Indonesia. Pertama, pela-
dari Eropa dan Asia. Pelabuhan juga da- buhan-pelabuhan di sekitar pelabuhan Ku-
pat menunjukan besar kecilnya komoditas pang, seperti Ambon, Ternate, Banda, dan
dan jasa lainnya yang menghubungkan Makassar dibuka menjadi pelabuhan be-
daerah satu dengan daerah lain. Selain itu, bas tahun 1850-an. Kedua, karena pada
pelabuhan di Hindia Belanda penting tahun 1870 pemerintah Hindia Belanda
karena dapat menjadi barometer pereko- menerapkan undang-undang bea cukai
nomian di suatu daerah. Pelabuhan juga (tarief wet) di seluruh pelabuhan. Penulis

73
2
Lensa Budaya: Journal of Cultural Sciences, 12(2), Okt 2017

mengasumsikan bahwa hal tersebut bih lanjut pada abad ke-18 muncul ko-
sedikit banyaknya akan berpengaruh pada moditas perdagangan penting lainnya
perdagangan ekspor dan impor di Pelabu- yaitu cangkang kura-kura yang laku di
han Kupang. Selain hal tersebut Penulis pasaran internasional (Andaya, 2011:
juga memilih kurun waktu tersebut karena 111).
pada tahun 1846-1869 pencatatan data Pada awal abad ke-19 tepatnya
pelayaran dan perdagangan di pelabuhan pada tahun 1825, pemerintah Hindia
di luar Jawa dan Madura khususnya Ku- Belanda mengeluarkan peraturan yang
pang tercatat lengkap. menegaskan bahwa beberapa pelabuhan
Batasan spasial atau batasan di Nusantara diantaranya pelabuhan Ku-
wilayah pada penelitian ini adalah salah pang dibuka untuk perdagangan interna-
satu pelabuhan Kolonial yang cukup sional (ekspor-impor) (Sulistiyono, 2012:
penting di kawasan Indonesia timur yaitu 98). Dengan begitu, pelabuhan ini men-
pelabuhan Kupang dengan melihat ekspor jadi tempat pendistribusian produk impor
-impor komoditasnya. Penulis memilih dan ekspor. Pada periode paruh kedua
Pelabuhan Kupang karena pelabuhan ini abad ke-19 (1850-1870) di pelabuhan Ku-
merupakan salah satu pelabuhan penting pang menurut pencatatan pemerintah
dalam jaringan perdagangan Indonesia Hindia Belanda, terdapat berbagai macam
Timur dan perdagangan Laut Jawa. Se- komoditas penting dalam jaringan perda-
lain hal itu, Kupang juga merupakan pe- gangan yang diperjual-belikan di pelabu-
labuhan terbaik di daerah Nusa Tenggara han ini baik itu impor maupun ekspor.
Timur dengan komoditas andalannya Untuk ekspor, terdapat komoditas-
adalah lilin lebah dan kayu cendana yang komoditas yang berasal dari daerah pulau
menjadi komoditas ekspor penting. Timor dan sekitarnya seperti lilin lebah,
kayu cendana, kuda, kopi, tanduk, dan
KOMODITAS UTAMA PERDAGAN- lain-lain yang selanjutnya akan dibawa ke
GAN berbagai tempat seperti daerah-daerah di
Jauh sebelum abad ke-19, perdagangan kepulauan Nusantara serta beberapa
sudah merupakan suatu hal yang vital di daerah di Asia dan Eropa. Sedangkan un-
daerah Asia Tenggara. Hal tersebut tuk Impor terdapat komoditas-komoditas
karena letaknya yang selalu dipengaruhi seperti kain, arak, minuman keras, bahan
oleh perdagangan maritim internasional makanan, beras, senjata, besi, tembaga
antara Cina dan daerah-daerah seperti dan masih banyak yang lain. komoditas-
India, Timur Tengah, dan Eropa. Daerah komoditas yang dituliskan sebelumnya
yang Anthony Reid istilahkan sebagai berasal dari berbagai daerah seperti daerah
“wilayah di bawah angin” ini memiliki Nusantara, daerah-daerah di Asia serta
komoditas-komoditas penting di pasaran dari daerah Eropa (Beknopt,1850-1870).
sejak zaman Romawi dan Han. Komodi-
tas yang dimaksudkan adalah cengkeh, Komoditas-Komoditas Ekspor
pala, kayu cendana, kayu sapan, kamper, Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai
dan pernis (Reid, 2011: 3). Dari salah komoditas-komoditas ekspor utama di
satu komoditas-komoditas tersebut yaitu pelabuhan Kupang.
kayu cendana, hanya terdapat di wilayah
Nusa Tenggara khususnya Sumba dan Lilin Lebah
Kupang. Di sinilah Kupang telah terinte- Lilin lebah adalah salah satu komoditas
grasi dengan perdagangan yang luas ekspor utama di Nusa Tenggara bagian
karena merupakan daerah asal dari salah timur khususnya di pelabuhan Kupang.
satu komoditas utama perdagangan. Le- Komoditas ini merupakan salah satu dari

74
3
Lensa Budaya: Journal of Cultural Sciences, 12(2), Okt 2017

hasil hutan wilayah Nusa Tenggara jumlah nilai ekspor untuk komoditas ini
bagian timur. Lilin lebah ini adalah ola- dilihat setiap lima tahunnya mengalami
han dari sarang lebah-lebah hutan yang peningkatan. Dari data tersebut, menun-
madunya dikeluarkan lalu sarangnya tadi jukkan bahwa nilai ekspor untuk komodi-
dilelehkan kemudian dipadatkan lalu di- tas ini terus mengalami peningkatan jum-
potong menjadi kotak-kotak kecil beru- lah pada tahun 1850-1865, tetapi pada
kuran 30-38 sentimeter (Bligh, 2012: 82). tahun 1870 mengalami penurunan jumlah
Komoditas ini, pada dasarnya dimonopoli nilai ekspor. Pada tahun tersebut, selain
oleh para Raja pemegang kekuasaan mengalami penurunan jumlah nilai
politik yang dalam perdagangan akan di- ekspor, komoditas lilin lebah juga
tukar dengan senjata, mesiu dan bahan- memiliki nilai impor (Beknopt, 1850-1870).
bahan lain yang berasal dari Jawa dan Parimartha beranggapan bahwa
diperlukan oleh para Raja (Parimartha, penurunan ekspor komoditas ini dikarena-
2002: 277). Dari para Raja atau penguasa kan beberapa faktor antara lain menurun-
tadi, lilin lebah dibeli oleh para pedagang nya produksi lilin akibat hujan lebat yang
Cina untuk dibawa ke Jawa ataupun para luar biasa di daerah Timor dan merusak
pedagang Jawa sendiri yang datang mem- sarang-sarang lebah di daerah itu, ban-
beli komoditas ini di Timor (Parimartha, yaknya lilin lebah yang dipanen terlalu
2002: 143). Di Jawa lilin-lilin tersebut muda dan menyebabkan rusaknya ling-
diperuntukkan pada pabrik-pabrik kain kungan serta menurunnya mutu lilin, dan
batik, sebagai bahan pelicin, atau perekat, karena rusaknya lingkungan atau rumah-
juga untuk penerangan (Parimartha, 2002: rumah lebah menyebabkan menurunnya
281). Selain diperdagangkan lilin lebah populasi lebah di daerah ini. Selain faktor-
juga untuk para Raja, dijadikan sebagai faktor tersebut salah satu faktor lain yang
alat pembayaran upeti terutama di daerah menyebabkan turunnya ekspor komoditas
Rote. Di pulau Rote, seperti dijelaskan ini adalah adanya pelabuhan atau tempat
oleh Fox, hasil penjualan lilin lebah di lain yang mengekspor bahan ini, misalnya
daerah ini diserahkan kepada Lembaga pelabuhan Atapupu yang juga merupakan
Penginjil Belanda untuk membiayai pen- tempat mengekspor hasil-hasil dari Timor.
didikan di Pulau tersebut (Fox, 1996: Di pelabuhan ini harga lilin lebah lebih
174). tinggi bila dibandingkan harga di pelabu-
Pada awal abad ke-19 sekitar tahun han Kupang yaitu senilai f 160 perpikul.
1820-an, harga lilin lebah dari penduduk Parimartha berasumsi bahwa tingginya
adalah senilai f 30 per pikul, kemudian harga lilin lebah di pelabuhan Atapupu
para pedagang Cina dapat menjualnya bisa diakibatkan karena kualitas komodi-
kembali dengan harga yang berkalilipat tas tersebut di daerah ini lebih baik di-
yaitu senilai f 70-75 per pikul. Kemudian bandingkan di Kupang (I Gde Parimartha,
pada tahun 1850-an lilin lebah dengan 2002: 282-283).
kualitas istimewa mengalami peningkatan
harga menjadi f 120 tetapi kembali menu- Kayu Cendana.
run pada tahun 1860 dan tahun-tahun Perdagangan kayu cendana khususnya
berikutnya hingga akhir abad ke-19 perda- kayu cendana putih dari Timor, memberi-
gangan komoditas ini semakin lesu. Pada kan sebuah pandangan sekilas dalam per-
periode pertengahan abad ke-19 rata-rata potongan jaringan perdagangan regional
harga lilin lebah per pikul adalah senilai f Nusa Tenggara dan internasional di Indo-
100. Meskipun memiliki harga yang se- nesia Timur. India dan Cina merupakan
makin menurun tetapi dari data pelayaran pasar utama dalam perdagangan komodi-
dan perdagangan di pelabuhan Kupang, tas ini (Andaya, 2011: 124). Produk ini

75
4
Lensa Budaya: Journal of Cultural Sciences, 12(2), Okt 2017

sangat penting artinya bagi orang Hindu dikuasai oleh Kompeni Belanda di be-
dan Budha khususnya Cina, karena kayu berapa daerah Kupang dan sekitarnya.
cendana mereka pergunakan sebagai dupa Kedudukan Belanda pada masa ini,
dalam upacara keagamaan dan kematian. terhadap perdagangan kayu cendana men-
Selain itu, untuk orang Hindu, tepung gakibatkan diterapkannya pajak 1/3 dari
cendana digunakan sebagai bedak pelabur hasil tebangan para penebang kayu cen-
cangkang untuk membedakan kasta Brah- dana. Pada abad ke-19 perdagangan kayu
mana dengan kasta lainnya. Kayu cen- cendana di daerah ini banyak dilakukan
dana juga dimanfaatkan dalam pembua- oleh pedagang Cina yang tinggal di Ku-
tan patung, bahan kerajinan, dan perkakas pang. Pada tahun 1820-an harga kayu cen-
rumah tangga. Selain itu minyak cendana dana perpikul adalah senilai f 10-11, lalu
yang berbau wangi digunakan sebagai ba- pedagang Cina dapat menjualnya kembali
han pengobatan dan campuran minyak dengan harga senilai f 14-18/pikul
wangi (Sanjaya, 2014: 34). (Parimartha, 2002: 141-143).
Lebih lanjut Andaya menjelaskan Pada tahun-tahun berikutnya
bahwa awal penggunaan kayu cendana di perdagangan kayu cendana di daerah
Cina adalah tahun ±500 M. Dijelaskan Timor fluktuatif. Seperti pada awal tahun
juga bahwa kayu cendana digunakan se- 1830 selama 3 tahun berturut-turut ekspor
bagai obat untuk demam, muntah, koma, komoditas ini menurun dari sebelumnya.
serta sakit dada pada perempuan. Para Kemudian keadaan kembali membaik
pendeta Budha di Cina membuat dupa pada tahun 1834, hingga tahun 1842-1844
dari kayu cendana dengan nama “Tan permintaan akan kayu cendana kembali
Xiang” yang berarti “ketulusan aroma”. menurun. Hal tersebut diperkirakan
Lalu di kalangan orang Jawa di Nusan- karena terjadi kekacauan di Cina pada
tara, kayu cendana digunakan dalam re- masa perang candu yang mengakibatkan
busan jamu dan obat herbal (Andaya, kemacetan dalam perdagangan komoditas
2011: 124-125). ini. Tetapi setahun kemudian keadaan
Sebelum abad ke-16 para pedagang kembali membaik dengan kosongnya tem-
Cina sudah ada yang datang ke pulau- pat-tempat penyimpanan kayu cendana
pulau bagian timur salah satunya di Timor yang awalnya penuh.
untuk membeli kayu cendana. Parimartha Selain pengaruh yang datang dari
menjelaskan bahwa pada akhir abad ke-16 luar tadi, berkurangnya ekspor kayu cen-
perdagangan kayu cendana nampak ramai dana juga dipengaruhi oleh ketentuan pa-
terutama oleh para pedagang Malaka, jak yang dikeluarkan pemerintah kolonial
Portugis, dan Asia tetapi pedagang- Belanda. Pada abad ke-19 di Pelabuhan
pedagang Cina dari Malaka tetap me- Kupang, pajak ekspor kayu cendana per-
megang peranan utama dalam perdagan- pikul adalah senilai f 3 untuk kapal-kapal
gan ini. Keuntungan dari perdagangan yang berbendera Belanda, sedangkan un-
kayu cendana di Timor semakin mening- tuk kapal-kapal asing dikenakan pajak se-
kat pada abad ke-17, diperkirakan keun- nilai f 6/pikul. Karena pajak yang diang-
tungan dapat mencapai 150-200%. Ke- gap berat oleh para pedagang itulah, ban-
mudian setelah munculnya pengaruh yak dari mereka yang membeli kayu cen-
VOC pada pertengahan abad ke-17, maka dana di tempat atau pelabuhan lain seperti
kayu cendana juga mulai dikirim ke Bata- Naikliu dan Amfuang yang pajak
via yang dari sana akan diekspor lagi ke ekspornya tidak berat. Oleh karena itu,
pasar-pasar yang lebih besar seperti Cina kembali pada rentang tahun 1860-an
dan India. Kemudian pada abad ke-18, hingga 1870, ekspor kayu cendana kem-
perdagangan komoditas ini sudah mulai bali mengalami penurunan setelah sebe-

76
5
Lensa Budaya: Journal of Cultural Sciences, 12(2), Okt 2017

lumnya dalam keadaan stabil. Ekspor ko- Arab yang berasal dari Jawa (Parimartha,
moditas ini pada tahun-tahun berikutnya 2002: 297-299).
semakin menurun dan perdagangannya
juga semakin melemah (Parimartha, 2002: Cangkang Kura-Kura
278-283). Komoditas ini juga merupakan salah satu
penyumbang nilai terbesar ekspor di Pela-
Kuda buhan Kupang dalam beberapa tahun,
Kuda merupakan salah satu komoditas diantaranya tahun 1850 dan tahun 1860.
ekspor untuk daerah Nusa Tenggara ter- Meskipun tidak selalu memiliki nilai yang
masuk di bagian timur. Di bagian timur tinggi, akan tetapi hampir setiap tahun
Nusa Tenggara, kuda utamanya berasal komoditas ini memiliki nilai ekspor di pe-
dari beberapa daerah yaitu Pulau Timor, labuhan Kupang (Beknopt, 1850-1870).
Rote, Sawu, dan Sumba. Di sini kudu- Bagian yang diekspor dari kura-kura
kuda diternak seperti kerbau dan babi. adalah sisik dari cangkangnya dan pasar
Untuk daerah timur Nusa Tenggara kuda utama untuk komoditas ini adalah daerah
yang berkualitas baik adalah kuda yang Jawa dan Cina. Selain daerah Nusa
berasal dari Sumba dan Sawu. Di Pelabu- Tenggara, masih terdapat daerah lain di
han Kupang harga seekor kuda Sawu da- timur Nusantara yang merupakan daerah
pat mencapai nilai f 80-f 85, kuda Rote f penghasil komoditas ini salah satunya
40, sedangkan yang paling murah adalah yaitu kerajaan kembar Gorontalo-
kuda Timor yaitu senilai f 15-f 20. Pada Limboto.
umumnya perdagangan kuda di daaerah Selain itu ada juga daerah seperti
ini masih dilakukan secara barter, seekor Filipina Selatan dan Kalimantan Timur
kuda biasanya dapat ditukarkan dengan yang menjadi pengekspor komoditas ini.
sebuah senapan (Parimartha, 2002: 296). Pencarian atau penangkapan kura-kura,
Seperti komoditas lain, nilai ekspor kuda terutama kura-kura sisik memerlukan pen-
dalam abad ke-19 juga mengalami fluk- getahuan yang baik tentang lingkungan
tuasi. Pada awal abad ke-19, masa dimana dan kebiasaan hewan ini. Pencari kura-
gunung Tambora meletus, daerah Timor kura yang utama adalah Bajau yang
merupakan pengekspor utama kuda dari menangkap kura-kura dari lautan Filipina
Nusa Tenggara. Selatan hingga Kalimantan. Di beberapa
Pada masa ini perdagangan kuda tempat di Nusa Tenggara khususnya
merupakan perdagangan yang paling bagian timur seperti di pulau Wetar, kura-
menghasilkan untung yang banyak. Hal kura dihormati karena dianggap sebagai
tersebut karena, para pedagang membeli penjelmaan roh para leluhur mereka. An-
kuda dari penduduk dengan harga f 85/ daya menjelaskan bahwa sisik kura-kura
ekor lalu menjualnya kembali di Jawa se- ini bagi orang Cina pada abad ke-10 sam-
harga f 225/ekor, dengan kata lain peda- pai abad ke-14 digunakan sebagai mata
gang memperoleh keuntungan kotor se- uang. Sedangkan untuk masyarakat di
nilai f 140/ekor. Kuda dari daerah timur daerah Nusantara bagian barat seperti Ba-
Nusa Tenggara utamanya dikirim ke Jawa tavia, Banten, Malaka, dan Aceh menjadi-
dan Mauritus atau Australia. Pada tahun kan sisik cangkang kura-kura sebagai sisir
1854 Gubernur Jenderal mengeluarkan rambut untuk kaum wanita (Andaya,
instruksi bahwa setiap pengiriman kuda 2011: 129).
keluar dari Timor terlebih dahulu menda-
patkan izin dari posthouder (wakil pemerin- Kopi
tah setempat). Pada umumnya perdagan- Komoditas kopi adalah bahan ekspor baru
gan kuda dipegang oleh para pedagang yang digalakkan oleh pemerintah Kolo-

77
6
Lensa Budaya: Journal of Cultural Sciences, 12(2), Okt 2017

nial Belanda untuk daerah Nusa teng- dan perdagangan tahun 1850-1870, ter-
gara. Sesungguhnya komoditas ini sudah catat ada dua jenis komoditas dari kerbau
diperkenalkan di Timor oleh Belanda yang diekspor dari pelabuhan Kupang
pada pertengahan abad ke-18 di daerah yaitu kulit dan juga tanduk kerbau.
Maubara. Tetapi baru pada akhir-akhir Bahkan untuk komoditas tanduk kerbau,
abad ke-19 perdagangan kopi mulai dili- beberapa kali termasuk dalam lima ko-
hat menguntungkan dan mulai diusa- moditas dengan nilai ekspor tertinggi
hakan. Hal tersebut menurut Parimartha yaitu pada tahun 1865 dan 1870. Setiap
adalah karena pada masa ini, seluruh lima tahun sekali selama tahun 1850-1870
pembudidayaan kopi di Jawa terjangkit menunjukkan bahwa komoditas ini selalu
hama yang merusak pohon kopi dan mengalami peningkatan jumlah nilai
karenanya hasil kopi di Jawa merosot. ekspor.
Sementara berkurangnya hasil kopi di Pada tahun 1870, komoditas tanduk
Jawa, pasar di Eropa tetap memerlukan mengalami peningkatan yaitu senilai f
bahan tersebut, maka dari itulah Pemerin- 5.160 dari nilai ekspor tahun 1865 yaitu
tah Kolonial mengusahakan kopi di Nusa senilai f 563. Sedangkan untuk komoditas
Tenggara serta beberapa daerah lain di cangkang kerbau, tidak terlalu memiliki
Nusantara (Parimartha, 2002: 377). nilai ekspor yang berarti. Meskipun be-
Dalam bukunya Parimartha menje- gitu, komoditas ini secara teratur selalu
laskan bahwa kopi mulai ditanam di Molo memiliki nilai ekspor setiap tahunnya.
pada tahun 1880-an. Di daerah ini di- Perdagangan cangkang kerbau ini, pada
tanam sekitar 300.000 biji kopi yang di periode tahun 1850-1870 di pelabuhan
datangkan dari Manado. Pada mulanya Kupang mengalami fluktuasi. Dalam data
perkebunan kopi dilakukan oleh orang statistik pelayaran dan perdagangan mem-
Eropa yang tinggal di Kupang serta orang perlihatkan bahwa nilai ekspor kulit ker-
Cina yang tinggal di Molo. Selain itu tana- bau ini terus mengalami peningkatan ta-
man ini juga mulai ditanam di daerah hun 1860, lalu menurun pada tahun 1865,
Belu oleh orang Cina bersama dengan kemudian meningkat lagi di tahun 1870.
pribumi. Harga kopi di tempat pemetikan Komoditas tanduk dan kulit kerbau dari
mencapai nilai f 23- f 30 per pikul pelabuhan Kupang diekspor ke daerah-
(Parimartha, 2002: 375). Dalam pencata- daerah timur Kepulauan (Oosterschen Ar-
tan perdagangan dan pelayaran di Pelabu- chipel).
han Kupang tahun 1850-1870, menunjuk-
kan bahwa kopi sudah mulai diekspor Komoditas Impor
meskipun dalam nilai yang tidak terlalu Bagian ini akan membahas mengenai be-
besar. Seperti komoditas lainnya, perda- berapa komoditas impor utama yang
gangan kopi di Pelabuhan Kupang juga diperdagangkan di Pelabuhan Kupang.
bersifat fluktuatif. Data ini menyebutkan
bahwa dalam kurun waktu, 1850, 1855, Kain
1860, 1865, 1870, nilai ekspor kopi terbe- Kain muncul sebagai suatu komoditas
sar adalah tahun 1860 yaitu senilai f 1.101 dalam perdagangan, berawal ketika terjadi
(Beknopt, 1850-1870). Revolusi Industri di Britania dan dengan
disempurnakannya alat tenun oleh Ed-
Hasil-Hasil dari Kerbau (Kulit dan Tan- mund Cagwright pada akhir abad ke-18.
duk). Alat yang dikembangkan oleh Edmund
Selain kuda, hasil ternak yang juga men- Cagwright tersebut, mempermudah proses
jadi salah satu produk ekspor adalah ker- pengerjaan dalam hal pemintalan dan
bau. Dalam pencatatan statistik pelayaran penenunan (Perry, 2013: 47-51). Tidak

78
7
Lensa Budaya: Journal of Cultural Sciences, 12(2), Okt 2017

hanya kain Eropa, daerah seperti India kain-kain yang diimpor ke pelabuhan ini
juga memainkan peranan penting dalam didatangkan dari daerah Eropa-Amerika,
perdagangan kain. Dibandingkan dengan China-Manila-Siam, dan daerah Kepu-
kain dari daerah lain, kain India sangatlah lauan Timur (Beknopt, 1850-1870).
berbeda karena memiliki ciri khas yaitu
warna yang cerah, tingkat kehalusan yang Senjata dan Mesiu
tinggi dan juga motif yang beragam. Kain Penduduk daerah Timor sudah lama men-
India menjadi komoditas perdagangan genal senjata yaitu jenis senjata api
yang membuka zona baru bagi Asia Teng- (vuurwapenen) yang diperkenalkan oleh
gara untuk perdagangan jarak jauh. Hal Kompeni Belanda pada abad ke-16, ketika
tersebut dikarenakan komoditas ini di- mereka mulai menanamkan pengaruhnya
datangkan langsung dari India yang di- di daerah ini. Senapan-senapan tersebut
bawa oleh para pedagang Eropa. Para diberikan kepada tokoh-tokoh masyarakat
pedagang tersebut menggunakannya seba- ataupun raja-raja yang bersedia mem-
gai alat barter untuk komoditas-komoditas bantu pihak Kompeni menghadapi perla-
dari Asia Tenggara seperti Cendana dan wanan penduduk dan orang-orang Por-
lain-lain (Reid, 2009: 31). tugis Hitam. Kemudian senjata dan mesiu
Meskipun penduduk daerah Nusa juga biasa ditukarkan dengan kayu cen-
Tenggara telah lama mengenal cara mem- dana oleh para Raja. Pemilikan senjata
buat kain dari kapas, tetapi daerah ini semakin diminati, bahkan di daerah
pada abad ke-19 tetap mengimpor kain Timor. Setiap orang yang cukup kaya seti-
dalam nilai yang besar. Kain merupakan daknya memiliki satu senjata api
komoditas impor utama di Pelabuhan Ku- (Parimartha, 2002: 318). Pada abad ke-19
pang, karena pada periode 1850-1870 se- yaitu tahun 1850 tercatat di pelabuhan
lalu memilki nilai impor tertinggi diband- Kupang mengimpor mesiu senilai f 7.301
ingkan dengan komoditas lainnya atau sama dengan 8% dari jumlah nilai
(Beknopt, 1850-1870). Makin ramainya keseluruhan impor tahun itu. Lalu pada
perdagangan kain di daerah Nusa Teng- tahun 1860 tercatat bahwa pelabuhan ini
gara, disebabkan karena semakin ramai mengimpor senjata senilai f 10.409 atau
juga kontak dagang dengan para pedagang sebesar 9% dari nilai keseluruhan impor
asing. Selain itu kain impor atau kain lena tahun itu. Bahkan kedua komoditas ini
banyak diminati oleh para penduduk menjadi salah satu komoditas yang selalu
karena kualitasnya yang lebih baik dan muncul di setiap tahunnya
lebih halus. Memiliki kain impor diduga (1850,1855,1865,1870) (Persentase angka
dapat menjadi simbol kekayaan dan mem- adalah hasil olahan dari sumber primer
banggakan (Parimartha, 2010: 146). Dari Beknopt, 1850-1870). Senjata dan mesiu
data pelayaran dan perdagangan tahun yang diimpor di Pelabuhan Kupang bersal
1850-1870 di pelabuhan Kupang, setiap dari daerah Eropa dan Amerika.
lima tahunnya menunjukkan bahwa im-
por kain khususnya kain lena adalah jum- Minuman Keras
lah nilai yang terbesar. Meskipun impor Minuman keras adalah salah satu komodi-
kain di pelabuhan ini bernilai besar, tetapi tas impor utama di pelabuhan Kupang
komoditas kain di pelabuhan Kupang ma- khususnya untuk penduduk Timor. Minu-
sih memiliki nilai ekspor. Semua kain- man keras yang dimaksud di sini adalah
kain yang tidak lagi diperdagangkan akan arak, minuman anggur (wine) dan minu-
diekspor kembali. Kain-kain tersebut akan man sejenisnya. Dalam data statistik pe-
diekspor ke daerah Oosterschen Archipel layaran dan perdagangan di Pelabuhan
(Kepulauan Timur). Sedangkan untuk Kupang tahun 1850-1870 komoditas-

79
8
Lensa Budaya: Journal of Cultural Sciences, 12(2), Okt 2017

komoditas tersebut dibedakan. Bila di- penurunan, melainkan selalu mengalami


bandingkan, nilai kedua komoditas ini peningkatan setiap lima tahunnya.
sangat berbeda. Minuman anggur pada Bahkan pada tahun 1870, 13,6% dari nilai
masa ini (1850-1870) memiliki nilai perda- keseluruhan impor komoditas adalah jum-
gangan yang fluktuatif, Sedangkan arak lah nilai impor dari beras. Beras yang
memiliki nilai perdagangan yang mening- diimpor ke pelabuhan Kupang didatang-
kat setiap periodenya (Beknopt, 1850-1870). kan dari daerah Kepulauan Timur
Diketahui bahwa penduduk Nusa (Oosterschen Archipel) (Beknopt, 1850-1870).
Tenggara khususnya Timor sangat gemar
mengkonsumsi minuman keras. Bahkan Besi dan Barang-Barang Dari Besi
Bligh menyebutkan bahwa penduduk (Kerajinan Besi)
Timor mampu meminum banyak arak Komoditas ini dalam perdagangan abad
tanpa diencerkan dalam jumlah yang ban- ke-19 di Pelabuhan Kupang, juga meru-
yak tanpa mabuk. Arak juga biasa dijadi- pakan suatu komoditas impor utama
kan hadiah oleh orang Belanda untuk para karena seringkali memiliki nilai impor
Raja setempat. Selain itu, konsumsi arak yang lumayan besar. Meskipun memiliki
tinggi di wilayah timor dan sekitarnya di- jumlah nilai ekspor yang lumayan besar,
karenakan produk ini juga menjadi suatu akan tetapi dari data pelayaran dan perda-
komponen yang penting dalam pelak- gangan tahun 1850-1870 jumlah nilai
sanaan acara adat (Bligh, 2012: 84). Arak ekspor komoditas ini sangat fluktuatif.
yang diimpor ke pelabuhan Kupang Seperti pada tahun 1855, jumlah nilai
berasal dari Kepulauan Timur (Oosterschen ekspor untuk komoditas ini meningkat
archipel). Sedangkan untuk minuman keras sebesar f 10.268 dari nilai tahun 1850 yang
seperti wine dan sejenisnya didatangkan hanya sebesar f 5.365. Tetapi lima tahun
dari Eropa dan Amerika (Beknopt, 1850- berikutnya pada tahun 1860 mengalami
1870). penurunan jumlah nilai ekspor sebesar f
6.315, dan kembali menurun pada tahun
Beras 1865. Lalu pada tahun 1870, jumlah
Seperti halnya arak dan minuman keras, nilainya kembali meningkat menjadi f
beras juga merupakan salah satu komodi- 9.810. Komoditas ini diimpor ke pelabu-
tas penting di daerah Timor. Hal tersebut han Kupang dari beberapa daerah yaitu
karena iklim maupun tanah di Timor ti- Eropa-Amerika, China-Manila-Siam, dan
dak begitu baik untuk ditanami padi. daerah Oosterchen Archipel (Beknopt, 1850-
Maka untuk memenuhi kebutuhan pen- 1870).
duduknya daerah ini perlu mengimpor
beras. Meskipun beras bukan satu-satunya Opium
makanan pokok penduduk daerah ini, Meskipun memiliki nilai impor yang ren-
tetapi melihat data ekspor impor di pela- dah dibandingkan komoditas lain, tetapi
buhan Kupang, beras selalu menjadi salah komoditas ini merupakan salah satu ko-
satu diantara komoditas dengan nilai im- moditas utama perdagangan di Hindia
por terbesar. Belanda. Opium atau lebih dikenal seba-
Data pelayaran dan perdagangan gai candu adalah komoditas yang dihasil-
tahun 1850-1870 di pelabuhan Kupang kan dari tanaman papaver somniferum, dan
menunjukkan bahwa setiap lima tahunnya berasal dari darah Turki dan Persia atau
beras selalu masuk dalam tiga besar ko- British Bengal (Rush, 2012: 69). Opium
moditas dengan nilai impor terbesar. masuk dan mulai diperdagangkan di
Perdagangan impor komoditas ini di pela- Nusantara pada awal abad ke-17 yaitu
buhan Kupang tidak pernah mengalami tahun 1605-1609. Pada masa itu, VOC

80
9
Lensa Budaya: Journal of Cultural Sciences, 12(2), Okt 2017

berusaha memonopoli seluruh perdagan- terjadi penurunan sebesar f 1.073 atau se-
gan opium di Nusantara. Hal tersebut ter- besar 42% dari nilai impor tahun 1860
lihat dari semakin luasnya aktivitas perda- (Beknopt, 1850-1870). Hal ini dipengaruhi
gangan opium yang dilakukan VOC. Ter- oleh menurunnya perdagangan di pelabu-
dapat dua jenis opium yang diimpor ke han Kupang secara keseluruhan.
kepulauan Nusantara yaitu opium yang
berasal dari daerah Bengalen dan Melwa Kesimpulan
serta opium yang bersal dari daerah Le- Pelayaran dan perdagangan di kawasan
vant (Turki). Pada umumnya opium di- laut Sawu khususnya di pelabuhan Ku-
datangkan dari Bengala yang menyusuri pang, sudah berlangsung sejak abad ke-14.
pantai Sumatera, Selat Malaka, Selebes, Pada abad ke-14 dan abad ke-15 pelabu-
Bali dan masuk ke Jawa. Pada umunya han sudah mulai terintegrasi dengan jarin-
perdagangan opium di luar Jawa dilaku- gan perdagangan internasional. Hal terse-
kan secara “selundupan” tanpa diketahui but dikarenakan pelabuhan Kupang
VOC. Perdagangan “selundupan” ini adalah pelabuhan yang memiliki komodi-
umumnya dilakukan oleh para pedagang tas ekspor utama perdagangan yaitu kayu
Cina (Parimartha, 2002: 147). cendana. Kemudian pada akhir abad ke-
Pada awal abad ke-19, perdagangan 18 sampai abad ke-19 muncul komoditas
opium di Hindia Belanda terus diatur oleh lain yang penting di Pelabuhan Kupang
Belanda dengan diterapkannya sistem yaitu cangkang kura-kura dan lilin lebah.
sewa (pacht) yang diterapkan terutama di Perdagangan di Kupang semakin
daerah-daerah kekuasaan Pemerintah bertambah ramai dengan dibukanya pela-
Belanda di Nusantara. Pada umumnya buhan ini sebagai pelabuhan internasional
perdagangan opium di Nusantara di mo- pada awal abad ke-19 oleh pemerintah
nopoli oleh Nederlandsche Handel Hindia Belanda. Dan karena itulah pela-
Maatschappij (NHM). Tetapi, perdagan- buhan Kupang menjadi pelabuhan collect-
gan opium di luar Jawa seperti di Timor ing center untuk pelabuhan-pelabuhan kecil
disewakan pada para penyewa (pachters) di sekitarnya dan juga untuk daerah
yang umumnya adalah pedagang Cina. Di pedalaman (hinterland). Dari pelabuhan
Kupang, pajak opium mulai dipungut Kupang-lah semua komoditas ekspor dan
pada tahun 1832 dan seterusnya impor dapat diperdagangkan. Pada kurun
(Parimartha, 2002: 148). Seperti halnya waktu 1850-1870 nilai ekspor maupun
dengan tempat-tempat lain, terdapat per- impor beberapa komoditas-komoditas san-
bedaan pajak impor opium dari Bengala gat fluktuatif.
dan opium Levant di pelabuhan Kupang. Pada kurun waktu 1850-1870, kese-
Di pelabuhan ini, pajak impor untuk luruhan ekspor dan impor komoditas
opium dari Bengala adalah senilai f 350 mengalami fluktuasi dalam jumlah nilai.
dan opium dari daerah Levant adalah se- Terlebih pada kurun waktu tersebut, be-
nilai f 200 setiap petinya (Parimartha, berapa pelabuhan di sekitar Kupang telah
2002:. 314). dibuka untuk perdagangan bebas. Hal
Data pelayaran dan perdagangan tersebut, sedikit banyaknya telah berpen-
tahun 1850-1870 menunjukkan impor garuh pada perdagangan khususnya impor
opium di pelabuhan Kupang bersifat fluk- di pelabuhan Kupang. Terbukti pada pe-
tuatif. Data ini pula memperlihatkan riode 1855-1860 dan 1860-1865 keseluru-
adanya peningkatan nilai impor setiap han nilai impor komoditas mengalami
tahunnya dari 1850-1860. Tetapi pada ta- penurunan yang signifikan. Selain nilai
hun 1865, terjadi penurunan yang signifi- impor, nilai ekspor pada tahun 1865 juga
kan untuk nilai impor. Pada tahun 1865, mengalami penurunan.

81
10
Lensa Budaya: Journal of Cultural Sciences, 12(2), Okt 2017

Fluktuasi perdagangan juga terjadi Scheepvaart te Timor-Koepang


pada beberapa komoditas dengan nilai gedurende het jaar 1855.
ekspor dan impor yang besar seperti kain, Beknopt Overzight Van den Handel en de
senjata, mesiu, minuman keras, kayu cen- Scheepvaart te Timor-Koepang
dana,tanduk, cangkang penyu. Tetapi ko- gedurende het jaar 1860.
moditas seperti beras dan lilin lebah, tidak
Beknopt Overzight Van den Handel en de
mengalami penurunan pada periode terse-
Scheepvaart te Timor-Koepang
but. Naik turunnya nilai ekspor dan impor
gedurende het jaar 1865.
komoditas-komoditas tersebut disebabkan
oleh faktor yang datang dari dalam mau- Beknopt Overzight Van den Handel en de
pun dari luar. Scheepvaart te Timor-Koepang
Dari sinilah terlihat bahwa pelabu- gedurende het jaar 1870
han Kupang sangat terpengaruh dengan Bligh, William. 2012. ”Beristirahat di Ku-
keadaan daerah sekitarnya. Hal itu di- pang”, dalam George miller (ed.).
karenakan telah terintegrasinya pelabuhan Indonesia Timur Tempo Doloe 1544-
ini dengan jaringan perdagangan lokal 1992. Jakarta: Komunitas Bambu.
maupun internasional. Dalam penelitian Djoko Surjo dan Nina Herlina Lubis (ed.).
ini juga sangat terlihat bahwa perdagan-
2012. Indonesia dalam Arus Sejarah
gan di pelabuhan Kupang didominasi oleh
Jilid 4: Kolonisasi dan Perlawanan.
pemerintah Belanda. Hal tersebut karena
Jakarta: PT. Ikhtiar Baru van Ho-
setiap periodenya 90% dari keseluruhan
nilai ekspor maupun impor diangkut eve.
menggunakan kapal-kapal berbendera Edward L. Poelinggomang. 2002. Makas-
Belanda dan sisanya diangkut dengan ka- sar Abad XIX: Studi Tentang Kebija-
pal-kapal yang berbendera Britania, kan Perdagangan Maritim. Jakarta:
daerah-daerah di Asia, Amerika dan Kepustakaan Populer Gramedia.
daerah-daerah lainnya. Fox, James. J. 1996. Panen Lontar peruba-
han Ekologi dalam Kehidupan
DAFTAR PUSTAKA Masyarakat Pulau Rote dan Sawu.
Adrian B. Lapian. 2011. Orang Laut Bajak
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Laut Raja Laut Sejarah kawasan laut
Halikowski, Stefan C. A. 2011. Reinterpret-
sulawesi abad XIX. Depok: Ko-
ing Indian ocean worlds: Essays in hon-
munitas Bambu.
our of kirti N Chaudhuri. New-
Andaya, Leonard. 2011. “Eastern Indone-
castle: Cambridge Scholars Publish-
sia: A study of the intersection of
ing.
global, regional and local net-
I Gde Parimartha. 2002. Perdagangan dan
worksin the ‘extended’ Indian
Politik Di Nusa Tenggara 1815-1915.
ocean”, dalam Stefan C. A.
Jakarta: Djambatan.
Halikowski. Reinterpreting In-
I Putu Kamasan Sanjaya. 2014. Pelabuhan
dian ocean worlds: Essays in honour of
Kupang Dalam Perdagangan Abad Ke
kirti N Chaudhuri. Newcastle: Cam-
19. Yogyakarta: Penerbit Ombak.
bridge Scholars Publishing.
Rush, James R. 2012. Candu Tempo Doloe:
Beknopt Overzight Van den Handel en de
Pemerintah, Pengedar, dan Pecandu.
Scheepvaart te Timor-Koepang
Jakarta: Komunitas Bambu.
gedurende het jaar 1850.
Miller, George (ed.). 2012. Indonesia
Beknopt Overzight Van den Handel en de
Timur Tempo Doloe 1544-1992. Ja-

82
11
Lensa Budaya: Journal of Cultural Sciences, 12(2), Okt 2017

karta:Komunitas Bambu.
Perry, Marvin. 2013. Peradaban Barat: Dari
Revolusi Prancis Hingga Zaman
Global. Yogyakarta: Kreasi
Wacana.
Reid, Anthony. 2011. Asia Tenggara dalam
Kurun Niaga 1450-1680, jilid 2 : jarin-
gan Perdagangan Global. Ja-
karta:Yayasan Obor Indonesia.
Reid, Anthony. 2009.“Southeast Asian
Consumption of Indian and British
Cotton Cloth, 1600- 1 8 5 0 ” ,
dalam Giorgio Riello and
Tirthankar Roy(.ed). How India
Clothed the World: The World of
South Asian Textiles 1500-1850. Lei-
den: Brill.
Riello, Giorgio and Tirthankar Roy(.ed).
2009. How India Clothed the World:
The World of South Asian Tex-
tiles 1500-1850. Leiden: Brill.
Singgih Tri Sulistiyono. 2012. ” Dinamika
Kemaritiman dan Integrasi Negara
Kolonial”, dalam D j o k o
Surjo dan Nina Herlina Lubis (ed.).
Indonesia dalam Arus Sejarah Jilid 4:
Kolonisasi dan Perlawanan. Jakarta:
PT. Ikhtiar Baru van Hoeve.
Susanto Zuhdi. (ed.). 2003. Simpul-simpul
Sejarah Maritim: Dari Pelabuhan ke
Pelabuhan Merajut Indonesia. Ja-
karta: Kementerian Kebudayaan
dan Pariwisata.

83
12

Anda mungkin juga menyukai