Anda di halaman 1dari 5

Meninjau Keberpihakan Rendra melalui Citraan dalam Puisi Sajak Pertemuan Mahasiswa

SAJAK PERTEMUAN MAHASISWA

Oleh :
W.S. Rendra

Matahari terbit pagi ini


mencium bau kencing orok di kaki langit,
melihat kali coklat menjalar ke lautan,
dan mendengar dengung lebah di dalam hutan.

Lalu kini ia dua penggalah tingginya.


Dan ia menjadi saksi kita berkumpul di sini
memeriksa keadaan.

Kita bertanya :
Kenapa maksud baik tidak selalu berguna.
Kenapa maksud baik dan maksud baik bisa berlaga.
Orang berkata “ Kami ada maksud baik “
Dan kita bertanya : “ Maksud baik untuk siapa ?”

Ya ! Ada yang jaya, ada yang terhina


Ada yang bersenjata, ada yang terluka.
Ada yang duduk, ada yang diduduki.
Ada yang berlimpah, ada yang terkuras.
Dan kita di sini bertanya :
“Maksud baik saudara untuk siapa ?
Saudara berdiri di pihak yang mana ?”

Kenapa maksud baik dilakukan


tetapi makin banyak petani yang kehilangan tanahnya.
Tanah-tanah di gunung telah dimiliki orang-orang kota.
Perkebunan yang luas
hanya menguntungkan segolongan kecil saja.
Alat-alat kemajuan yang diimpor
tidak cocok untuk petani yang sempit tanahnya.

Tentu kita bertanya :


“Lantas maksud baik saudara untuk siapa ?”

Sekarang matahari, semakin tinggi.


Lalu akan bertahta juga di atas puncak kepala.
Dan di dalam udara yang panas kita juga bertanya :
Kita ini dididik untuk memihak yang mana ?
Ilmu-ilmu yang diajarkan di sini
akan menjadi alat pembebasan,
ataukah alat penindasan ?

Sebentar lagi matahari akan tenggelam.


Malam akan tiba.
Cicak-cicak berbunyi di tembok.
Dan rembulan akan berlayar.
Tetapi pertanyaan kita tidak akan mereda.
Akan hidup di dalam bermimpi.
Akan tumbuh di kebon belakang.

Dan esok hari


matahari akan terbit kembali.
Sementara hari baru menjelma.
Pertanyaan-pertanyaan kita menjadi hutan.
Atau masuk ke sungai
menjadi ombak di samodra.
Di bawah matahari ini kita bertanya :
Ada yang menangis, ada yang mendera.
Ada yang habis, ada yang mengikis.
Dan maksud baik kita
berdiri di pihak yang mana !

Jakarta 1 Desember 1977

Rendra adalah salah satu penyair Indonesia yang mulai menulis sejak dekade 50-an. Sastrawan
pada periode ini banyak dipengaruhi oleh gejolak politik yang terjadi pada masa peralihan.
Rendra adalah salah satu penyair yang seringkali mengangkat isu-isu politik dalam syairnya.
Pradopo (2011:30) mengungkapkan gaya slogan dan retorik makin berkembang pada masa ini.
Rendra adalah salah satu penyair yang mahir memainkan slogan dan retorika dalam syair-
syairnya.
Gaya kepenyairan Rendra yang memainkan slogan dan retorika itu tetap dipertahankannya,
termasuk pada puisinya di tahun 1977 berjudul “Sajak Pertemuan mahasiswa”. Puisi ini
menggambarkan betapa rakyat kecil terpinggirkan di tanahnya sendiri. Gagasan ini digambarkan
Rendra melalui berbagai citraan-citraan dalam puisinya. Citraan-citraan yang dituliskan tersebut
memancing daya khayal pembaca untuk turut merasakan hidup rakyat kecil baik di kota, desa
maupun di pesisir.
Berikut beberapa macam citraan yang digunakan Rendra dalam puisi Sajak Pertemuan
Mahasiswa:
1. Citraan Penciuman
 Bait pertama larik kedua: “Mencium bau kencing orok langit”.
2. Citraan Pendengaran
 Bait pertama larik keempat: “dan mendengar dengung lebah di dalam hutan”.
 Bait ketiga larik ketiga: “Orang berkata: Kami ada maksud baik.
 Bait keenam larik kedua: Cicak berbunyi di tembok
3. Citraan Penglihatan
 Bait pertama larik pertama : “Matahari terbit pagi ini.”
 Bait pertama larik ketiga: “Melihat kali coklat menjalar ke lautan.”
 Bait kedua larik pertama: “Lalu kini ia kedua penggalah tingginya.”
 Bait kedua larik kedua : Dan ia menjadi saksi kita berkumpul di sini memeriksa
keadaan.”
 Bait kelima larik kedua: “Petani kehilangan lahannya.”
 Bait kelima larik ketiga: Tanah-tanah di gunung telah dimiliki orang kota.
 Bait kelima larik keempat : “Perkebunan yang luas.”
 Bait kelima larik ke: “Alat kemajuan impor.”
 Bait kelima larik pertama ke saya: “Matahari semakin tinggi.”
 Bait keenam larik keenam: “Sebentar lagi matahari akan tenggelam.
 Bait ketuju ketiga: “ dan rembulan akan berlayar”
 Bait ketuju larik keempat : “tumbuh di kebon belakang.”
 Bait kesembilan larik ketiga : Pertanyaan-pertanyaan kita menjadi hutan atau masuk
sungai menjadi ombak samudra.
 Bait keenam larik kedua: dan rembulan akan berlayar.
4. Peraba
 Bait ketujuh di larik ketiga, : “Dan dalam udara panas kita juga bertanya:”
5. Pengecap
6. Citraan Perasa:
 Bait ketiga larik pertama : Kenapa maksud baik dan tidak terlalu berguna.
 Bait kelima larik pertama: Kenapa maksud dilakukan tetapi makin banyak petani yang
kehilangan lahannya.
 Bait kelima larik kedua: Tanah-tanah di gunung telah dimiliki orang-orang kota”.
 Bait kelima larik ketiga: Hanya menguntungkan segolongan yang kecil saja.
 Bait ketujuh larik keempata: “Ilmu yang dikerjakan di sini akan menjadi alat pembebasan
ataukah alat penindasan?”
Dari beragam pencitraan yang digunakan dalam puisi tersebut, Rendra mencoba untuk
melakukan dua hal sekaligus. Pertama Rendra sekali lagi menegaskan bahwa ia berada di piham
rakyat yang terpinggirkan di manapun ia berada. Entah berada pada perkotaan, perdesaan
ataupun pesisir. Rakyat lemah di perkotaan digambarkan Rendra melalui citraan pendengaran
dan penglihatan pada bait pertama. Kalimat “mencium bau kencing orok di kaki langit?” serta
“Melihat kali coklat menjalar ke lautan.”. Hal ini menjawab pertanyaan satire Rendra pada bait
keempat, “ Maksud baik saudara untuk siapa? Saudara berdiri di pihak yang mana?.” S
Sebagai mahasiswa perjuangan mereka tak bisa ditunda-tunda oleh kepentingan individu. Rendra
juga menyuarakan petani pedesaan dengan menyatakan, “kenapa maksud baik diakukan tetapi
makin banyak yang kehilangan tanahnya?”, “Tanah di gunung telah dimiliki orang-orang kota.”,
“Alat-alat pertanian yang diimpor tidak cocok untuk petani yang sempit lahannya.”
Rendra juga menyuarakan suara rakyat pesisir dengan menyatakan, “Pertanyaan kita menjadi
hutan atau masuk ke sungai ombak samudera.” Selain itu Rendra juga menggambarkan
masyarakat pesisisr dengan menyatakan “Cicak-cicak berbunyi di tembok. Serta “Dan rembulan
akan berlayar.
Puisi Rendra berjudul Sajak Pertemuan Mahasiswa ini mengandung dua gagasan utama
sekaligus yakni keberpihakannya pada isu yang terjadi serta sekaligus menggunakan puisi ini
untuk mengkritik oknum-oknum pelakunya. Sebagaimana dilakukannya dalam puisi Sajak
Pertemuan Mahasiswa ini. Rendra seringkali menuliskan pertanyaan-pertanyaan reotoris seperti,
“Latas maksud baik saudara untuk siapa.” Sebagai wujud satire terhadap sekelompok orang yang
lebih mementingkan pembangunan daripada kehidupan suatu kelompok masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai