Anda di halaman 1dari 20

LITERANYING

JEJAK TULISAN
SE M A K B E LU KA R
Literanying
Jejak Tulisan
‘Semak Belukar’
Diterbitkan Oleh:
Cetakan Pertama, 1 Desember 2019 Aliansi di Bawah Pohon
Tata Bahas & Layouting : Ikhsan S. Hadi Aliansi di Bawah Pohon,
Fotografi : Ari A. Riadi, Acep S. N., Ridwansyah, Alaena S. Dimanapun di bawah Tuhan

2 3
6
Mukodimah
19
Kemah,
Daftar Isi
Semak Belukar Bebas & Bahagia

8 24
Berpikir
Sudut Pandang
Semak Belukar Belukar

11 28
Tumbuhan Liar - Mungkin - Kemungkinan
Tumbuh Liar adalah Dzikirku

16 32
Sampah Bercermin pada
di Jalanan Semak Belukar

4
Mukodimah
Semak Belukar
Oleh
Aliyanto
Imam Besar Majelis Malaikat

Pada 5 juni sesudah idul fitri seperti biasanya daun, gelombang hari kemenangan memaksanan langkah kakiku karena janji Satu demi satu teman-teman berdatangan
yang entah budaya dari mana, dan siapa yang meyelimuti semua mahhluk, termasuk yang sudah ku amini, lambat sekali perjalan sambil melontarkan kata ‘’Hapura-
memulai?, semua orang berbondong-bondong diriku yang merasakan dan merayakan menuju rumah kawanku Ikhsan Sopian hahampuraan’’, Batu Lempar [BL] Hutan
seperti bebek yang sedang digiiring oleh itu. Hampir semua orang merayakan Hadi sebab pertayaan demi pertanyaan Makam Keramat Godog tetap jadi tujuan
peternak, orang-orang hunting ketempat-tempat hari kemenangan dengan cara dan yang aneh terus berkecimpung di pikranku diskusi tempat dulu karuhun-karuhun kita
liburan dengan muka yang penuh dahaga akan gayanya masing-mansing tanpa batasan. yang disematkan untuk diriku sendiri tilem (Moksa), diikuti juga oleh anak cucu
liburan - berlibur - menghibur dirimereka yang Hampir semua orang seperti “belomba- [untuk keaaman si penulis, pertayaan tidak yaitu kita sembari bersilaturahim dengan
mungkin karena selama setahun bergelut-gulat lomba dalam kebenarannya” rasa malas disebutkan]. doa-doa sekaligus menguak kembali
dengan aktivitas dan problematika hiruk-pikuk meyelimuti sekujur tubuhku, mungkin silsilah sejarah karuhun kita, semakin kita
moderisasi dan peradaban yang kini bergeser karena kelelahan dan kebanyakan makan Pukul 11: 00 WIB aku tiba dirumah Ikhsan, mengenal sejarah silsilah kita, semakin kita
kepada kurang beradab. . sejam sudah keakurasian jam meleset, tapi gampang memetakan siapakah diri kita.
ya... namanya juga hari kemenangan!!! mungkin ketelambatan itu justru waktu
Pada 3 syawal 1440 H, di langit masih [Pikiran gatal]. Ya, namaya juga hari yang baik yang diberikan sang pemegang
bertebaran, berhamburan rasa bahagia akan kemenangan. yang mungkin hari dan pengatur waktu, manusia hanya bisa
maaf-memaafkan. Getaran-getaran takbir masih kemenangan untuk semua mahluk. merencanakan.
melekat di udara dan embun di dahan-dahan Dengan rasa berat lunglai-lesu aku sedikit

7
Sudut Pandang
Semak Belukar
Semak belukar adalah tumbuhan kayu-kayuan kecil dan rendah atau
lahan yang ditumbuhi kayu-kayuan kecil dan rendah [hutan kecil].
Tema kali ini memang tema yang kita ambil pasti tak asing di telinga,
orang-orang pasti beranggapan bahwa kita sedang bercanda karena
mungkin anggapan orang tema-tema ini mungkin dianggap sepele dan
apa yang mungkin akan dibahas ihwal semak belukar ?, semua orang,
bahkan yang ikut di acara semak belukar ini bertanya sepeti itu. Semak
Belukar adalah tempat belidung dan sembunyi bahkan tempat makan
hewan-hewan kecil seperti semut. Semak belukar adalah perlindungan
dari cuaca. Bagi si semut, dia akan berlindung ketika badannya akan
terhantam ratusan bahkan ribuan air hujan dan terjangan dari hempasan
angin. Tumbuhan liar ini penuh misteri bahkan ketika diskusi mulai di
paparkan oleh Iksan Sopian Hadi dengan menyikapi dan membekali
bahkan memantik teman-teman dengan memaparkan tumbuhan apa
itu semak dan belukar secara harfiyah melalui sentilan-sentilan kecil
yang penuh dengan bahasa simbol-simbol.

Togri atau Koko atau Riqi, kemudian memaparkan tumbuhan perdu ini
sebagai tumbuh-tumbuhan yang bisa menjadi obat dari peyakit ringan
bahkan berat. Deden wahyudin atau biasa dipanggil Mang Deden ( Den
Cokis) meyikapi tumbuhan semak belukar jika di ladang petani adalah
tumbuhan yang mengganggu tumbuhan petani. Mendengar dua orang
ini yang sudah mempakan sudut pandangnya terhadap semak belukar
yang meski sesuai apa yang di alami, dan mempuyai pengalaman
lansung dengan tumbuhan ini, memantikku untuk bicara. Yah sesuatu
hal atau apapun itu pasti ada dua mata pedang tergantung kita meyikapi
dan melihat apapun itu sebagai dan untuk apa. Semak belukar adalah
tumbuhan kecil, bisa jadi obat juga, bisa jadi tempat berlindung beberapa
hewan juga, tapi tumbuhan semak belukar juga bisa jadi racun dan juga
bisa jadi ancaman. Tetap ada kebijakan dan kaeriafan, kewaspadaan dan
perhitungan tanpa dilandasi kebencian dan kedengkian. Kadang juga
kita menanggap sepele sesuatu yang kecil bahkan beranggapan tidak
berguna seperti semak belukar ini. Yah, kan kita melihatnya dari sudut
pandang mahluk yang lebih besar dan parameter yang berbeda pula,
tapi bagaimana dengan semut meyikapi tumbuhan kecil ini??

8
Tumbuhan Liar
- Tumbuh Liar
Perilaku manusia hakikatnya bisa berubah yusul ketika 2 sarat tersebut udah terpenuhi),
127°. Sebagai mana ombak yang berganti bahkan ranah pendidikan sudah di rambati
bentuk setiap detik dikarenakan kedahsyatan oleh akar-akar keserakahan yang ujung-
akal manusia yang terus berselancar di akhirnya menghamba pada materalisme.
lautan informasi. Manusia tidak bisa hidup Eksistensi Tuhan semakin ditiadakan, Pamor/
dengan satu bidikan fokusnya sendiri, harus Sima semakin terkalahkan oleh eksistensi dan
hidup dengan apa yang menjadi fokus yang pamor ‘Tuan’. Lalu bagaimana dengan orang-
lainnya juga untuk hidup bersama. Harus orang yang bergelar mendidik dan terdidik?.
giat melatih asosiasi, intelektual, emotif- Dan bagai mana dengan anak-anak ulama,
emosional. Itulah makom kewaspadaan dosen, guru, petani, pekerja serabutan, dan
pada suatu hal, apalagi terhadap Informasi- pengemis?. Semua orang berlomba-lomba
informasi dari luar diri. mengikuti arus dan mendaftarkan diri untuk
bergabung di tataran gelombang peradaban-
Informasi-Informasi tidak harus di yakini maju yang penuh dengan “kemudahan” baik
karena harus ada filter yang bernama itu alat, internet, kendaraan dan tempat
“kebijaksanaan” disana, apalagi terhadap tinggal yang serba cepat. Tapi dengan
informasi media-media dan stuktur kemajuan yang dipermudah manusia malah
sosial yang tidak pernah diam, atau begitu manja bahkan sekedar membeli
media sosial yang inti informasinya bagai makanan ringan saja, orang sekarang enggan
buih dilautan, terombang-ambing oleh melangkahkan kakinya keluar. Secara tidak
gelombang kebisuan. Membidik sekilas- sadar, ia melumpuhkan kakinya sendiri.
lintas permasalahan dengan sederhana. Manusia semakin sukar kenal dan mengenali
Demi kebenaran diri, demikianlah sedikit orang lain bahkan dirinya sendiri.
lempengan realitas- kualitas yang coba saya
sampaikan ini. Jadi, jangan terlalu dijadikan Kaum mandiri seperti Pedagang kecil dan
pegangan. petani yang mengolah tanahnya sendiri
juga menjadi konsumen utama dari
Berangkat dari perilaku masarakat, globalisasi ini. Kemewahan, kekusan, dan
penyakit, dan kebudaya yang saya tinggali- kemudahan mejadi semak yang menutupi
tempati - diami yang cukup bias-buas dan lahan penghidupan. Kemewahan harta
bermaksud berangkat dari kenyataan yang menjadi semak dikepala setiap orang dan
menggantungkan kehidupannya di “Yaksa” rasa keserakahan menjadi pupuk yang
pemegang industri, dan dinas-dinas yang menyuburkan semak belukar tersebut yang
haus akan harta dan jabatan ( wanita’nyah semakin membumbung tinggi.

10 11
Kita semakin dipalsukan dengan diri sendiri, Cahaya yang terpancar dari layar-layar
bahkan kita sendiri yang memalsukannya, gadget, qoutes-qoutes yang renyah dan
pelombaan memalsukan orang dan diri menggoda untuk dikonsumsi bersama
sendiri menjadi yang bukan diri kita sendiri secangkir kopi dan dihari yang senja,
menjadi festival besar-besaran di seantero dari sayap paling kiri dan paling kanan
kota, menjadi tren yang digandrungi oleh dengan naifnya, modus acara budaya yang
manusia moden ini. Instagram, facebook, mau mengembalikan esensi budaya yang
tewiter, tv, youtube, games dll, adalah salah adiluhung di zaman sekarang, mungkin
satu hijab tebal manusia untuk mengenal karena dibaluti oleh kapitalisme, didasari
dirinya sendiri. Kiblat kita mengikuti oleh kepentingan dan kuntungan di
standarisasi glamor penuh bintang di langit desain seelgan dan seklusif mungkin demi
yang biru namun lebam oleh asap-asap kepentingan tersebut.
pabrik.

Gerakan literasi dan intelektualisme di


kota ku mengema di langit dari pengeras
suara berbentuk kotak, penuh dengan
semangat yang berkobar-kobaryang siap
membakar apapun yang mendekat. Ada
konflik yang berkecamuk dan amat serius
di kepalaku antara dulu, budaya leluhur dan
budaya sekarang. Yang belum kutemukan
titik temunya yang mungkin tidak akan
ditemukan titik temunya mungkin
karenaperbedaan yang sangat jauh entah
itu karena ruang dan waktu atau kualitas
manusianya yang berbeda.

12 13
14 15
Sampah
di Jalanan

Barangkali semua orang sudah


tahu betapa uniknya lalu-lintas
dan lalu-lalang sampah dan para
petugasnya dikota intan ini. Kalu
anda mengamati dan mengamalami
perihal masalah sampah ini sampai
ketingkat intentitas dalam jangka
Pemahaman dan rendahnya jalan; mereka petugas-petugas menangulangi bau sampah
waktu tertentu, anda akan melihat
kesadaran etika, dengan sampah yang mengatur sampah yang keras memukul hidung.
angle yang tempat untuk mengurai
pisikologi kekuasaan, dengan di jalanan, merokok dengan Inilah cerminan ketololan dan
secara jelas perihal gejala sampah
egoisme, atau intoleransi sosial, santai dan teratawa bahagia, kebodohan.
dan buruh sampah, seperti pekerja,
dengan keliaraan, atau terkadang tangan bersih dan baju rapih
mandor dan pemimpin dan dinas
kenakalan dan keputusasaan. yang dibaluti wangi dari parfum
sampah digarut, namun anda kelak
Mobil dan motor para mandor, bermerk, ditengah para buruh
akan sampai pada poros ketika anda
kasi, kabid dan kadis di dinas yang bekerja keras dengan otot-
tidak bisa melakukan dan berbuat
sampah yang terpakir di tepian otot tangan yang mengeras,
apa-apa.
16 17
Kemah,
Bebas & Bahagia
Oleh
Ravi Wibowo
Owner Narpati

Apa yang bisa saya peroleh dari canggung dan terbaginya peserta kemah
perkemahan ceria kali ini, hanyalah saya menjadi kelompok-kelompok kecil,
kurang tidur dan dapat menyaksikan kelompok pembuat kolam rendam dan
aktivitas kera penghuni hutan pinus hanya dibuat karena hanya beberapa
Godog di pagi harinya, mereka berkegiatan orang saja yang ikut berendam, kelompok
di puncak pohon pinus yang tinggi itu. penonton pembuat kolam, kelompok
Paling tidak saya bisa merasakan keliaran pencari ikan entah memburu kemana,
yang jinak dari mereka yang menjaga kelompok memasak dan kelompok yang
jarak dengan segala kejahatan manusia, asyik dengan kegiatan mereka sendiri.
termasuk pada eksploitasi pada hutan
dan semua penghuninya. Beruntunglah Sedikit banyak saya merasakan
mereka masih bisa hidup di alam liar. keramaian yang aneh di malam waktu
kami bermalam. Setelah bertemu
Diskusi kali ini tidak sesengit diskusi beberapa teman paska acara perkemahan,
yang membuat saya pusing berpikir memang benar mereka pun merasakan
mungkin karena terlalu banyak orang, hal yang sama, ada beberapa aktivitas
dan beberapa orang seperti tidak berada astral di sepanjang malam tapi memang
di sana, mungkin memang belum kenal tidak kami hirau. Ada ular yang tidak bisa
atau tidak begitu akrab untuk bisa bicara dilihat orang biasa, suara perempuan yang
dan berdiskusi se-intim diskusi biasanya. menangis, sosok yang mondar mandir di
Sisa acara yang harusnya orang-orang depan perkemahan kami dan masih ada
menggunakan kostum yang mereka bekal beberapa yang saya lupa detailnya namun
ternyata tidak. Tidak banyak hal saya bisa membuat bulu merinding saya naik
perhatikan kali ini hanya kecanggungan, bila mendengar ceritanya lagi.
tidak pun orang-orang canggung, saya

18 19
Semak Belukar
Semak belukar sebagai batas di luar diri Semak belukar sebagai ketidak tahuan yang bisa saja
manusia yang serba terbatas, manusia sebagai menjadi hadiah sekaligus petaka bagi siapa saja yang
hewan yang menciptakan akan diuji dengan berani melalui ketidak tahuan itu, pengambilan
pilihan-pilihan yang akan mengantar manusia sikap atau pengertian setiap manusia tentang petaka
pada taraf pemikiran yang lebih tinggi, dan hadiah bisa akan sangat unik, kecenderungan-
manusia tidak akan cukup hanya dengan kecenderungan yang akan dihadirkan, keterbukaan
kepemilikan dia saat itu, manusia yang serba akan setiap definisi dari segala entitas, lapisan
dinamis akan terus mencari apa yang Ia sukai, masyarakat tentu akan berbeda. Skema pemikiran
hawa nafsu bisa menjadi semak belukar itu setiap individu akan berbeda. Hadiah yang akan
sendiri, semak belukar bisa menjadi rintangan diperoleh seseorang dalam ke-semak belukaran ini
dan bisa menjadi solusi itu sendiri, tergantung adalah ialah kontrol atas nafsu diri, dan petaka yang
dari pola pemikiran manusia yang tengah akan ditanggung adalah terkontrolnya diri oleh
berpikir itu. Semak belukar yang intergral ini hawa nafsunya sendiri.
bisa menjadi pola pengolahan tentang pikiran,
yang kelak menjadi pengelolaan hawa nafsu. Semak belukar bisa menjadi risk & benefit bila
memang dipandang sebagai sesuatu yang harus
Ketidak tahuan dan ketidak acuhan dari diketahui apa yang ada di balik itu. Para pengambil
manusia pada manusia, beriringan dengan ide resiko dengan dedikasi dan konsisten akan
modernisasi, semangat meningkatkan tarap mendapatkan reward yang sesuai dengan apa yang
hidup masyarakat pada umumnya namun ada dalam ekspektasi manusia itu, namun bisa saja
tidak mengidahkan interaksi manusia itu orang akan terjebak dengan ekspektasinya sendiri,
sendiri. Menjadikan manusia sebagai otomat, mendefinisikan goal atau tujuan dari setiap apa yang
robot atau hanya angka dalam ide modernitas diinginkannya.
yang amat kental.

20 21
Kebebasan Bahagia
Dalam buku strategi kebudayaan karya Soerjanto Poespawardojo, saya menutip; kebebasan Di keadaan sosial yang serba kapitalistik menyebabkan setiap orang akan punya semak belukarnya
adalah ciri khas manusia untuk menjadi mandiri dan bebas, bebas manusia bertujuan untuk sendiri, ketidak yakinan pada diri sendiri akan menyebabkan banyak hal yang sangat membuat
mengolah dunia dan menguasainya dengan memberikan nilai manusiawi, jadi kebebasan dalam ketidak bahagian, misalkan; membuat perbandingan dengan orang lain, akan muncul segala
buku tersebut masih terkendala batasan harus bermanfaat untuk lingkungan sekitar, sebebas- dengan batasan matrealis-kapitalis, “dengan kaya saya akan bahagia” atau “bila saya punya uang
bebasnya manusia ialah manusia yang tidak merepotkan manusia lainnya. Namun dalam keadaan saya akan bahagia”. Sesuatu seperti ini akan menyebabkan semak belukar menjadi mental manusia
sadar manusia berhak bebas untuk bisa memilih apa yang ia yakin benar dengan segala latar itu sendiri yang akan menghambat serta menggeser hakikat kebahagiaan. Definisi bahagia, dengan
belakangnya. kecenderungan manusia yang berdeda-beda tentu akan berbeda, tentu pula hakikat bahagia yang
umum akan sangat licin. Setiap orang dan setiap lingkungan hidup yang berbeda akan punya
Manusia dengan semangat bebas akan terikat dengan definisi kebebasan itu sendiri, kebebasan definisi atau cara pandang yang berbeda tentang kebahagiaan itu sendiri, perjalanan setiap orang
manusia hanya hadir dalam pikiran meski masih terbatas dengan tidak berwujud dan abstrak akan kehidupan akan memunculkan hasil yang berbeda.
yang serba tidak bisa didefinisikan karena hanya ada di dalam pikiran setiap orang yang belum
tentu bisa dibahasakan. Semak belukar dalam konteks kebebasan manusia. Hemat saya bahagia adalah bisa menikmati hal kecil, seperti memasak untuk diri sendiri, berkumpul
dengan teman-teman dekat, menulis, menggambar, membaca dan hal kecil lainnya. Namun bisa saja
Hemat saya; ktidak percayaan dirinya, rasa takut yang terus membelenggu dirinya untuk tidak tahun depan skala kebahagiaan saya berubah atau parameter saya akan berubah, tergantung kita
merasa yakin akan kemampuannya. Manusia dengan bakat masing-masing dan jalurnya, bila bisa dalam menentukan bahagia itu sendiri. Agar tidak berlarut, definiskan bahagia sebagai perjalanan
mawas diri dan bisa tau siapa dirinya, tentu akan bisa menembus semak belukar dan terus bisa bukan tujuan, tentang proses yang akan terus berjalan selama kita masih hidup, bila menjadikan
berkembang. bahagia sebagai tujuan yang materialis maka betapa kita akan lelah dan tertekan akan kebahagiaan
itu sendiri. Pahami apa yang membuat anda bahagia meski hal itu sangat kecil.

22 23
Berpikir 3 Syawal 1440 H

Matahari merangkak pagi ini lebih cepat dari

Belukar
ranjang menuju singgasananya yang berkilatan.
Selama itu terjadi, kira-kira pukul sebelas tepat,
hanya Ada Ali yang lebih cekat merapat menuju
rumah saya yang baru di cat dari karatnya
Oleh meskipun ia terlambat sekitar satu jam dari hasil
Ikhsan Sopian Hadi mufakat, tapi Tuhan maha belas kasihan karena
Presiden Direktur terlambat ada pada takaran manusia dan bukan
Saung Yafara Creative Space ukuran absolut bagi manusia lainya. Keterlambatan
menjadi aroma lain dari pucuk kembang
kehidupan yang baru saja menyeruak. Tidak
ada kata terlambat bagi-Nya karena waktu selalu
berjalan pada porosnya begitu pun ‘kebenaran’
di dunia, termasuk bagi sebagian manusia lainya.
Setelah semua berkumpul dan saling memaafkan
segala kesalahan yang lampau, kami berangkat ke
hutan keramat yang biasa menjadi persemadian
orang-orang yang kehilangan identitas sesaat. Pertumbuhanya yang fluktuatif dan variatif seliarnya agar dapat mengetahui seberapakah
Hutan Makam keramat Godog lagi-lagi menjadi menjadi semacam status dan representasi batas kemampuan tumbuh kita, atau justru
tempat favorit untuk bersemayam dan bertukar suasana pertumbuhan kawula muda seperti kita tidak akan tumbuh melampaui batas
pikir. Seperti Rumi, kepala kami mesti diinjak- pencarian atas identitas dan pergelokalan normatifnya.
injak kembali untuk menekur bumi sebelum batin untuk mencapai parameter cita-citanya.
mengapai Tuhan. Bumi yang menyembunyikan Ada yang cepat ada yang santai bahkan lambat, Semak dalam Pikir menjadi semacam
akar dari getir berbagai getaran kehidupan. Kami ada yang telah berbunga ada yang mengering kerumitan dari jalan pikiran. Kesesatan yang
mencoba mengubur segalanya demi mencari akar bahkan ada yang masih tunas. dihasilkannya menjadi kegelisahan. Banyak
dari diri kami sendiri. yang musti dipikirkan jika kembali kepada
Semua proses itu adalah proses tumbuh. pernyataan filsuf Perancis, Descartes dengan
Semak Belukar’ sejenis Tema yang diangkat Perjalanan menuju akhir jawabah dari ‘Cogito ergo sum’ (aku berpikir maka aku
dalam perbincangan liar kali ini. Semak semacam rangkaian pertanyaan dan ribuan runut ada). Semak dalam pikir tumbuh liar begitu
tanaman perdu yang tumbuh rendah dan batang kemungkinan. Jawaban dari pertanyaan- saja dalam kepala kita. Semacam rambut dan
utamanya yang berkayu, yang saya ambil darinya pertanyaan itu mungkin tidak bisa ditemukan kuku yang hidup atau seolah ingin terpisah
adalah bagaimana ia tumbuh secara arbiter, atau bahakan mungkin tidak ada, dan bisa dari tubuh kita, Pikiran melekat dalam setiap
tumbuh dari berbagai celah bahkan tidak terbaca. saja atau yang paling memungkinkan justru aktifitas keseharian, karena ia menjadi tolak
Secara fisik, semak memang tidak se-kokoh pohon ‘pencarian jawaban’ itulah jawabannya. ukur dari segala hal termasuk menimbang hati
juga tak se-lentur rumput, ia berada ditengah. Mungkin pula kita akan ditebang karena dan kendali rasa.
menjadi penghalang, atau dibiarkan tumbuh
24
25
titik berangkat mempelajari melukis apa yang tumbuh diatasnya. Apakah akar
tanaman, pohon dan semacamnya, itu mati atau abadi, tergantung dari mana
terkadang saya berfikir bahwa keindahan mata kita membidik. Bahwasannya akar dan
Mooi yang dielu-elukan Basuki Abdulah permukaan semacam daulat kemana dan apa
ini terletak bukan pada eksotisme kelapa yang akan dilakukan, daulat tersebut tidak
atau pegunungan atau sawah yang ada terpisah dari keseharian, ia meleburkan
membuatnya indah adalah hijau dari diri dalam kehidupan, bahkan kematian
belukar yang kecil dan bergerombol adalah bagian dari hidup itu sendiri. Berpikir
itu. Bahkan pepohonan yang dari belukar padaakhirnya adalah berpikir akar,
jauh itu nampak seperti belukar saja berpikir dasar tentang kesadaran kecil dan
dari perspektif yang berbeda. Bahwa kerendah-hatian.
tidak mengabaikan kekerdilan adalah
menikmati kebesaran juga. Bahwa hal
kecil adalah hal terbesar dari sudut
pandang yang lainya. Dalam kehidupan
keseharian, meromantisasi hal-hal yang
kecil adalah sebuah daya cipta rasa
syukur dan puncak dari syukur adalah
ketidak mampuan (mengalienasikan
eksistensi dan daya dari diri).

Bagaimana Semak belukar tumbuh


Melihat semak bagi penulis semacam cerminan
secara sporadis menjadi semacam
diri. Bagi sebagian orang semak mesti dibasmi
penggalian ulang, dari mana sumber
karena menghalangi atau bagi sebagian lainya
ia tumbuh. Saya berfikir ulang bahwa
dibiarkan tumbuh berdaulat, merasakan getirnya
terkadang belukar tidak tumbuh
iklim dan kejamnya musim.
dari Benih. Ia bisa tumbuh dari akar.
Mencari akar dalam diri manusia
Berpikir Belukar adalah semacam menyatukan
khususnya diri sendiri adalah mengkaji
semangat kolektifitas yang tumbuh bersama.
diri itu sendiri. Akar adalah bentuk
Tumbuh berkembang dimana saja dan adaptif
yang menjalar dan tidak memiliki
terhadap berbagai situasi dan kendala. Di tembok
sumber baku, terus bergerak dinamis
sekolah, di hutan, di halaman rumah, di pinggir
dan bercabang ke segala penjuru
jalan, di selokan, di kuil dan di halaman mesjid,
tapi tetap saling mengukuhkan. Pada
dia bisa tumbuh meski harus mati berkali-kali.
dasarnya, kondisi akar akan sesuai
Semangat kolektif tanaman kecil ini terus tumbuh
dengan kondisi permukaan artinya,
seperti lingkungan kecil saya yang hanya memiliki
sumber permasalahan bukan dicari dari
kegiatan kecil namun konsisten dan kontinyu,
pucuknya. Segala sesuatu tetap dicari dari
dibunuh namun mampu untuk terus tumbuh
akarnya. Akar menjadi semacam proses
baru.
tumbuh yang kasat mata, yang ghaib
dan paradoks. Ia seperti kadar atau nilai
Dalam studi saya di Universeter Guru Gambar
yang tidak terjangkau oleh pencerapan
Ganesha, saya belajar sesuatu hal, bahwa tanaman
panca indra. Bahwa akar menentukan
perdu yang kecil itu menjadi tahapan awal,
26 27
Mungkin -
Kemungkinan
adalah Dzikirku
Oleh
Deden Rizki Wahyudin ‘Den Su’
Mantan Supir & Mantan Pengrajin

Telah kulalui jalan tol yang membetang panjang Bahasa jalanan mempunyai karateristiknya
membelah gunung, sungai bahkan pulau, sendiri mempuyai ruhnya sendiri. Jalanan
meyusuri dari kampung-ke kampung, kota ke itu adalah hewan liar yang buas, yang perlu
kota bahkan negara asing, budaya asing dan ras dijinakan dengan pawang yang bernama
asing juga telah ku lihat, telah kujamahi dan reflektifitas saraf-saraf yang berada di badan
kualami yang sebagian orang mungkin tidak baik itu siasat, taktik, doa yang terus dibaca
berkesempatan mencicipi pahit, manis asam, dan niat yang membaja.
kecut jalanan.
Mobil truk daya angkut kapasitas beban berat,
Setiap hari badan ku harus dihadapkan dengan sudah menyatu dengan badanku, seolah-olah
ancaman yang bisa membuatkuu mati kapan sudah menjadi indraku yang ditambahi oleh
saja dari bencana alam; longsor, banjir, bajing tuhan, ketika ada masalah kecil-kerusakan,
luncat, begal, ditabrak dan menabrak. Berakat saraf-sarafku langsung bisa merasakannya.
dari pengalaman ku sebagai sopir, aku bisa Contoh dari ban mobil yang kurang angin, atau
sedikit tahu bahasa jalanan, kultur jalanan hanya sekedar baut yang hilang, atau lampu
yang aneh, unik tidak bisa diduga, dibaca sein yang mati.
hanya sekedar ilmu yang ada di buku saja.

28 29
Seperti yang disebutkan di atas saya ungkapkan hidup jalanan tak bisa di perdiksi meskipun
orang itu sudah begelut dan mempuyai reflektifitas. Ada beberapa kejadian yang mengerikan
yang membuat ku harus berhenti seketika dari kehidupan jalanan ini. Rasa bedosa menghatuiku,
bahkan sampai sekarang, ketika ban mobilku memecahkan kepala bajing luncat. Ketika itu
langsung kubantingkan setir kehidupan ku berhenti dan turun dari perofesi itu. Manusia pelu
bertahan hidup dan salah satunya cari makan, tubuhku menjalar dari keterpurukan dan rasa
bedosa tadi dengan menjadi pemulung hanya sekedar menggajal perut anak-anakku dan istriku.

Semak belukar diprofesi pemulung itu amat sangat sangat membuatku bisa gila, karena malu,
gengsi hina dan nampak tak terhormat, tapi kakiku melakah, kutebas semak belukar di depan
meskipun banyak duri dan daun daun semak melukai tubuhku.

Demi hidup, cahanya didepan, dan lahan pertanian di depan sana kutemukan raut kening anak-
anakku ketika dia tidur atau tertawa, kutebas semak belukar dengan pisau yang dinamakan
“mungkin-kemungkinan” mungkin kelak

32
Bercermin
Berawal dari hobi dan basic yang sama, yakni dipandang sebelah mata, tidak mempunyai bekerja, seperti membuat pola ataupun
naik gunung, pengalaman yang berbeda dan kemampuan dan menghasilkan apapun, menggunting, dari pengalaman pelajaran
tempat yang berbeda, dijumpai pula tidak tapi slalu mencoba agar bisa tumbuh dan orang lain. Dari camp dan diskusi yang ku ikuti
sama, mungkin tempat dan waktunya sama. menyebar, karena hakikatnya orang kecil dan dengan sistem dan orang-orang aneh baik itu

pada Semak
Maksud saya lebih kepada “penyikapan dipandang sebelah mata seperti tumbuhan kelakuan dan kata-kata yang memusingkanku
yang berbeda dikepala setiap orang”. Sebuah semak. “Dimana ada lahan dan tanah kosong sedikit merangsang pikiran, sehingga kepalaku
rencanapun di buat agar hobi kita terjalin tanpa ditanampun kami tumbuh” karena di berpikir mesti belajar mengolah kata dan pola-
lancar. Hobi camp yang kami lakukan tidak sebuah lahan tersebut, tertutup oleh tanah, pola pendalaman kata yang tak bisa kudapati

Belukar
hanya melepas lelah dan melepas kejenuhan dan akar-akar tumbuhan kecil itu samahalnya diranah pendidikan formal.
saja, di sini kami membuat rencana bagaimana dengan mengumpulkan hal yang kecil, yang
hobi kita coba untuk tidak seperti hobi yang tak di anggap menjadi sesuatu yang ternilai, Berbicara perihal pola atau kelakuan tadi
biasanya (anomali). Kami membuat acara mencari pembeli dan berkelompok untuk orang-orang yang aneh tak membuat ku schok
camp kecil-kecilan yang tujuanya untuk mencari relasi. mungkin karena keberangkatan tepat dan basic
berdiskusi langsung dengan orang-orang yang ku ketahui mengenai pola-pola kata yang
Oleh dengan keahlian, pengalaman, pemikiran,dan Berawal dari hal kecil yang di anggap orang rumit sama dengan ketika meyelesaikan dan
Haris Hidayat tujuan yang berbeda, bahkan dengan alam dan lain tak ternilai dan tak mampu, ketika orang membuat pola-pola tas,dompet dll yang sama
Owner Main Leather Crafts alam yang tak kasat mata (ghaib) langsung . lain memandangi diriku sebagai orang yang rumitnya ku pecahkan. Bahan-bahan dan tema
bukan ‘berada’ (tak punya), dengan beban kecil-kecil yang mengatasnamakan “Aliansi
Dengan tema “Semak Belukar”, menurut tanggungan yang banyak. Serta kemampuanku dibawah pohon” sama dengan bahan sisa-sisa
saya tema kali ini seperti melihat cerminan yang selalu dihina, dilecehkan dan terinjak yang ku gunting, pola atau dari bahan mentah
diri, berawal dari orang yang dianggap dan karena dianggap tangan kiri itu tidak bisa sehigga menghasilkan sebuah nilai tertentu.

33
Pencarian teman, kelompok pengrajin, sampai
pembeli, itu peyikapanku seprti sebuah
semak belukar dan “pengrajin kecil” adalah
semak yang menyebar walaupun dikubur
dengan tanah, ditimpah oleh batu dan cor-cor
tumbuhan kecil itu akan tetap tumbuh seperti
ku lihat di tembok-tembok dan di jalan tol
tumbuhan kecil itu membuat retak tembok dan
membor jalan tol yang penuh dengan material
keras dengan tunas yang lembut, perlahan tapi
pasti, orang kecil bisa hidup dimana pun.

Ini bukan kebohongan yang ku bicarakan


tapi itu seni mengolah kata dalam usaha agar
mampu menempel menyebar dan tumbuh
dimana saja, Mengolah bahan memikirkam
ide dan model, mencari tempat dan mencari
pembeli serta relasi itulah diriku. Jalanan
hidup kelompok kecil yang tangguh dan hidup
disegala medan dan cuaca yang ekstrim.

35
Terimakasih kepada para Pengembara:

Acep Setiawan Nugraha


Aliyanto
Alaena Sururoh
Deden Nurwahyudin ‘Den Coxis’
Deden Rizki Wahyudin ‘Den Su’
Haris Hidayat
Ikhsan Sopian Hadi
Lita Arofu
Mohammad Kahfi
Nana Supriatna
Salma Kavia ‘Neng’
Ismail ‘Eok’
Rian Fitriani
Rizqi ‘Togri’
Ravi Wibowo
Ridwansyah
Yanto ‘Ato’

36 37

Anda mungkin juga menyukai