Anda di halaman 1dari 2

Pada masa kolonial, penduduk Indonesia digolongkan atas:

 Golongan Eropa
Mendapat perlakukan istimewa dalam bidang sosial, hukum, ekonomi dan politik.

 Golongan Indo (campuran pribumi dan Eropa)

 Golongan keturunan Timur Asing (Tiongkok, India dan Arab)


Mendapat keleluasan bergerak di bidang perdagangan.

 Golongan pribumi (Indonesia) atau inlander.

Awal/ fondasi lahirnya kesadaran nasional


Saat bangsa Eropa hendak menguasai Nusantara, kebijakan bangsa penjajah ini melukai rasa
keadilan, mengoyak harga diri dan melahirkan penderitaan rakyat, lahirlah semangat perlawanan
yang merupakan bentuk nasionalisme yang mana kemudian hari menjadi fondasi lahirnya kesadaran
nasional.

Karaktristik perlawanan terhadap penjajahan asing sebelum lahirnya kesadaran nasional:


 Bersifat lokal
Perlawanan dilakukan masing-masing kerajaan dan dipandang sebagai masalah internal.

 Bergantung kepada seorang pemimpin kharismatik


Hanya mengandalkan pemimpin seperti seorang raja, bangsawan, pemuka agama.

 Perlawanan mengandalkan kekuatan bersenjata


 Mudah dipecah-belah.

Perjanjian Bongaya pada tahun 1667 sbb:


1. Gowa mengakui monopoli perdagangan oleh VOC.
2. Pedagang-pedagang barat, kecuali VOC harus meninggalkan daerah kekuasaan Gowa.
3. Gowa diwajibkan membayar kerugian perang (sebesar 250.000 ringgit).
4. VOC membangun benteng-benteng di Makasar.
5. Gowa harus mengakui kedaulatan Kesultanan Bone.

Benteng Stelsel atau sistem benteng merupakan strategi perang yang diterapkan oleh Belanda
untuk mengalahkan musuh-musuhnya, yaitu dengan membangun benteng/ kubu pertahanan di
setiap Kawasan yang berhasil dikuasai dengan infrastruktur penghubung seperti jalan atau
jembatan.

Kekurangan dari penggunaan strategi bentengstelsel adalah:


 Memerlukan biaya yang besar
 Memberi dampak pada pengerahan tenaga kerja paksa

Keuntungan dari penggunaan strategi bentengstelsel adalah:


 Mempercepat penyelesaian perang
 Menjepit kedudukan musuh
 Mengendalikan wilayah yang dikuasai
Siasat perang Stelsel dicetuskan oleh Belanda, yaitu Jendral de Kock.

Menyadari perlawanan yang semakin hebat dan tak pantang menyerah dari kaum Padri-kaum Adat,
pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan pengumuman yang disebut Plakat Panjang tahun 1833.
Isinya sbb:
 Kedatangan Belanda ke Minagkabau tidak bermaksud untuk menguasai negeri tersebut.
 Kedatangan mereka hanya untuk berdagang dan menjaga keamanan.
 Penduduk Minangkabau akan tetap dipimpin oleh para penghulu mereka dan tidak
diharuskan membayar pajak.
 Dalam rangka menjaga keamanan, membuat jalan, dan membangun sekolah, diperlukan
biaya. Maka penduduk diwajibkan menanam kopi dan harus menjualnya kepada Belanda.

Perlawanan pada abad XVII dalam rangka menentang Belanda (VOC) dilakukan oleh:
 Sultan Agung dari Mataram (1613-1645)
 Sultan Iskandar Muda dari Aceh (1635)
 Sultan Hasanuddin dari kerajaan Gowa atau Makasar (1667)
 Untung Suropati dan Trunojoyo dari Jawa (1670)
 Sultan Ageng Tirtayasa dari Banten (1684)

Perlawanan terhadap kolonial Belanda pada abad XIX – awal abad XX atau pasca VOC dilakukan oleh:
 Pattimura dari Maluku (1817)
 Sultan Badaruddin dari Palembang (1817)
 Tuanku Iman Bonjol dari Tanah Minang (1822-1837)
 Pangeran Diponegoro dari Jawa (1825-1830)
 I Gusti Ketut Jelantik dari Bali (1850)
 Pangeran Antasari dari Kalimantan (1860)
 Teuku Umar, Teuku Cik Di Tiro, Cut Nyak Dien dari Aceh (1873-1904)
 Anak Agung Made dari Lombok (1895)
 Raja Sisingamangaraja XII dari Tapanuli (1900)

Anda mungkin juga menyukai