Bab 2
Bab 2
Golongan Eropa
Mendapat perlakukan istimewa dalam bidang sosial, hukum, ekonomi dan politik.
Benteng Stelsel atau sistem benteng merupakan strategi perang yang diterapkan oleh Belanda
untuk mengalahkan musuh-musuhnya, yaitu dengan membangun benteng/ kubu pertahanan di
setiap Kawasan yang berhasil dikuasai dengan infrastruktur penghubung seperti jalan atau
jembatan.
Menyadari perlawanan yang semakin hebat dan tak pantang menyerah dari kaum Padri-kaum Adat,
pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan pengumuman yang disebut Plakat Panjang tahun 1833.
Isinya sbb:
Kedatangan Belanda ke Minagkabau tidak bermaksud untuk menguasai negeri tersebut.
Kedatangan mereka hanya untuk berdagang dan menjaga keamanan.
Penduduk Minangkabau akan tetap dipimpin oleh para penghulu mereka dan tidak
diharuskan membayar pajak.
Dalam rangka menjaga keamanan, membuat jalan, dan membangun sekolah, diperlukan
biaya. Maka penduduk diwajibkan menanam kopi dan harus menjualnya kepada Belanda.
Perlawanan pada abad XVII dalam rangka menentang Belanda (VOC) dilakukan oleh:
Sultan Agung dari Mataram (1613-1645)
Sultan Iskandar Muda dari Aceh (1635)
Sultan Hasanuddin dari kerajaan Gowa atau Makasar (1667)
Untung Suropati dan Trunojoyo dari Jawa (1670)
Sultan Ageng Tirtayasa dari Banten (1684)
Perlawanan terhadap kolonial Belanda pada abad XIX – awal abad XX atau pasca VOC dilakukan oleh:
Pattimura dari Maluku (1817)
Sultan Badaruddin dari Palembang (1817)
Tuanku Iman Bonjol dari Tanah Minang (1822-1837)
Pangeran Diponegoro dari Jawa (1825-1830)
I Gusti Ketut Jelantik dari Bali (1850)
Pangeran Antasari dari Kalimantan (1860)
Teuku Umar, Teuku Cik Di Tiro, Cut Nyak Dien dari Aceh (1873-1904)
Anak Agung Made dari Lombok (1895)
Raja Sisingamangaraja XII dari Tapanuli (1900)