Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Teori

1. Hemoglobin

a. Pengertian

Hemoglobin (Hb) merupakan suatu oksigen yang

mengantarkan eritrosit berfungsi penting bagi tubuh. Hb terdiri dari

Fe (zat besi), protoporfirin dan globin (FKMUI, 2011). Hemoglobin

adalah protein tetramer yang kaya akan besi dalam bentuk ferro

(Fe2+) dalam sel darah merah untuk mengangkut oksigen (O2) dari

paru ke jaringan dan mengembalikan karbondioksida (CO2) dari

jaringan ke paru (Hoffbrand & P.A.H, 2013).

b. Kadar Hemoglobin

Kadar hemoglobin merupakan ukuran pigmen respiratorik

dalam butiran-butiran darah merah. Jumlah hemoglobin dalam

darah normal kira-kira sebanyak 15 gram per 100 ml darah dan

jumlah ini biasanya disebut “100 persen” (Patar, 2013). Kadar

hemoglobin menggunakan satuan g/dl, yang artinya banyaknya

gram hemoglobin dalam 100 mililiter darah. Kadar hemoglobin

merupakan parameter yang paling mudah digunakan dalam

menentukan status anemia pada skala luas. Sampel darah yang


15

digunakan biasanya sampel darah tepi, seperti pada jari tangan

(finger prick), dapat pula dari jari kaki serta telinga (Adriani &

Wirjatmadi, 2013).

Batas normal nilai hemoglobin untuk seseorang sukar

ditentukan karena kadar hemoglobin bervariasi diantara setiap suku

bangsa. Namun WHO telah menetapkan batas kadar hemoglobin

normal berdasarkan umur dan jenis kelamin seperti dijelaskan

dalam tabel berikut :

Tabel 2.1 Batas Kadar Hemoglobin

Kelompok Umur Batas Nilai Hemoglobin (gr/dl)


Anak 6 bulan- 6 tahun 11,0
Anak 6 tahun- 14 tahun 12,0
Pria dewasa 13,0
Ibu hamil 11,0
Wanita dewasa 12,0
Sumber : WHO dalam Adriani dan Wirjatmadi, 2013

c. Siklus besi dalam tubuh

Zat besi merupakan mikroelemen yang esensial bagi tubuh.

Zat ini terutama diperlukan dalam hemopoboesis (pembentukan

darah) yaitu sintesis hemoglobin (Hb). Zat besi merupakan mineral

mikro yang paling banyak terdapat dalam tubuh manusia, yaitu

sebanyak 3-5 gram dalam tubuh manusia dewasa (Almatsier,

2010). Besi terdapat sekitar 70 % dalam hemoglobin dan sisanya

disimpan sebagai feritin di hati, sumsum tulang, limpa, terdapat

dalam enzim fungsional seperti sitokrom juga mioglobin dalam

otot, dan dalam jumlah kecil yang terikat pada transferin di

peradaran darah (FKMUI, 2011).


16

Besi bebas terdapat dalam dua bentuk yaitu ferro (Fe2+)

dan ferri (Fe3+). Konversi kedua bentuk tersebut relatif mudah.

Pada konsentrasi oksigen tinggi, umumnya besi dalam bentuk ferri

karena terikat hemoglobin sedangkan pada proses transport

transmembran, deposisi dalam bentuk feritin dan sintesis heme,

besi dalam bentuk ferro (Susiloningtyas, 2012). Dalam tubuh, besi

diperlukan untuk pembentukkan kompleks besi sulfur dan heme.

Kompleks besi sulfur diperlukan dalam kompleks enzim yang

berperan dalam metabolisme energi. Heme tersusun atas cincin

porfirin dengan atom besi di sentral cincin yang berperan

mengangkut oksigen pada hemoglobin dalam eritrosit dan

mioglobin dalam otot (Susiloningtyas, 2012).

Besi dalam tubuh berasal dari tiga sumber, yaitu besi yang

diperoleh dari hemolisis, besi yang diambil dalam penyimpanan

tubuh, dan besi yang diserap dari saluran pencernaan. Besi yang

diperoleh dari penyerapan pada saluran pencernaan sebagian besar

terjadi dalam duodenum, dan dalam jumlah terbatas pada jejunum

dan ileum (FKMUI, 2011).

Mula-mula besi dalam bentuk pangan, baik dalam bentuk

ferri (Fe3+) atau ferro (Fe2+) mengalami proses pencernaan, jika

dalam bentuk ferro maka akan dioksidasi kemudian berikatan

dengan apoferritin lalu ditransformasikan menjadi ferritin dan

dibebaskan ke dalam plasma darah kemudian terjadi proses


17

pengikatan transferin dan diangkut ke sumsum tulang belakang

untuk bergabung membentuk hemoglobin. Pada besi dalam bentuk

ferri (Fe3+) diperlukan proses reduksi untuk menjadi ferro (Fe2+)

dengan bantuan asam lambung, barulah diproses seperti pada besi

dalam bentuk ferro (Fe2+) (Adriani & Wirjatmadi, 2013)

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin

Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi kadar

hemoglobin adalah :

1) Kecukupan Besi dalam tubuh

Menurut Parakkasi, Besi dibutuhkan untuk produksi

hemoglobin, sehingga anemia gizi besi akan menyebabkan

terbentuknya sel darah merah yang lebih kecil dan kandungan

hemoglobin yang rendah. Besi juga merupakan mikronutrien

essensil dalam memproduksi hemoglobin yang berfungsi

mengantar oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, untuk

dieksresikan ke dalam udara pernafasan, sitokrom, dan

komponen lain pada sistem enzim pernafasan seperti sitokrom

oksidase, katalase, dan peroksidase. Besi berperan dalam

sintesis hemoglobin dalam sel darah merah dan mioglobin

dalam sel otot (Zarianis, 2006 ).

Kurang lebih 4% besi di dalam tubuh berada sebagai

mioglobin dan senyawa-senyawa besi sebagai enzim oksidatif

seperti sitokrom dan flavoprotein. Walaupun jumlahnya sangat


18

kecil namun mempunyai peranan yang sangat penting.

Sehingga apabila tubuh mengalami anemia gizi besi maka

terjadi penurunan kemampuan bekerja (Zarianis, 2006 ).

2) Metabolisme Besi dalam Tubuh

Menurut Wirakusumah, Besi yang terdapat di dalam

tubuh orang dewasa sehat berjumlah lebih dari 4 gram. Besi

tersebut berada di dalam sel-sel darah merah atau hemoglobin

(lebih dari 2,5 g), myoglobin (150 mg), phorphyrin cytochrome,

hati, limpa sumsum tulang (> 200-1500 mg). Ada dua bagian

besi dalam tubuh, yaitu bagian fungsional yang dipakai untuk

keperluan metabolik dan bagian yang merupakan cadangan.

Hemoglobin, mioglobin, sitokrom, serta enzim heme dan non

hem adalah bentuk besi fungsional dan berjumlah antara 25-55

mg/kg berat badan. Sedangkan besi cadangan apabila

dibutuhkan untuk fungsi-fungsi fisiologis dan jumlahnya 5-25

mg/kg berat badan. Ferritin dan hemosiderin adalah bentuk besi

cadangan yang biasanya terdapat dalam hati, limpa dan

sumsum tulang. Metabolisme besi dalam tubuh terdiri dari

proses absorpsi, pengangkutan, pemanfaatan, penyimpanan dan

pengeluaran. Terdapat tiga faktor utama yang mempengaruhi

penyerapan zat besi dalam tubuh, yaitu ketersediaan zat besi

dalam tubuh, bioavailabilitas zat besi, dan adanya faktor

penghambat penyerapan zat besi (Zarianis, 2006 )


19

e. Pemeriksaan Kadar Hemoglobin

Diantara metode yang paling sering digunakan di

laboratorium dan yang paling sederhana adalah metode sahli, dan

yang lebih canggih adalah metode cyanmethemoglobin.

Pada metode Sahli, hemoglobin dihidrolisi dengan HCl

menjadi globin ferroheme. Ferroheme oleh oksigen yang ada di

udara dioksidasi menjadi ferriheme yang akan segera bereaksi

dengan ion Cl membentuk ferrihemechlorid yang juga disebut

hematin atau hemin yang berwarna cokelat. Warna yang terbentuk

ini dibandingkan dengan warna standar (hanya dengan kasat mata).

Untuk memudahkan perbandingan, warna standar dibuat konstan,

yang diubah adalah warna hemin yang terbentuk. Perubahan warna

hemin dibuat dengan cara pengenceran sedemikian rupa sehingga

warnanya sama dengan warna standar. Karena yang

membandingkan adalah dengan kasat mata, maka subjektivitas

sangat berpengaruh. Di samping faktor mata, faktor lain, misalnya

ketajaman, penyinaran dan sebagainya dapat mempengaruhi hasil

pembacaan. Meskipun demikian untuk pemeriksaan di daerah yang

belum mempunyai peralatan canggih atau pemeriksaan di

lapangan, metode sahli ini masih memadai dan bila

pemeriksaannya telah terlatih hasilnya dapat diandalkan

(Susiloningtyas, 2012).
20

Metode yang lebih canggih adalah metode

cyanmethemoglobin. Pada metode ini hemoglobin dioksidasi oleh

kalium ferrosianida menjadi methemoglobin yang kemudian

bereaksi dengan ion sianida membentuk sian-methemoglobin yang

berwarna merah. Intensitas warna dibaca dengan spektrofotometer

dan dibandingkan dengan standar. Karena yang membandingkan

alat elektronik, maka hasilnya lebih objektif. Namun,

spektrofotometer saat ini masih cukup mahal, sehingga belum

semua laboratorium memilikinya. Selain metoda pemeriksaan sahli

dan cyanmethemoglobin, saat ini sudah banyak diproduksi alat

pemeriksaan kadar hemoglobin digital yang mudah dan praktis

untuk digunakan namun hasil yang diperoleh terstandar dan tidak

terdapat perbedaan antara metoda digital dengan metoda

cyanmethemoglobin (Susiloningtyas, 2012).

Menurut Hamid dalam Nurmalina (2012) menyatakan

bahwa hemoglobin digital merupakan metode kuantitatif yaang

terpercaya dalam mengukur konsentrasi hemoglobin di lapangan

penelitian dengan menggunakan prinsip tindak balas darah dengan

bahan kimia strip yang digunakan. Bahan kimia yang terdapat pada

strip adalah ferrosianida. Reaksi tindak balas akan menghasilkan

arus elektrik dan jumlah elektrik yang dihasilkan adalah bertindak

balas langsung dengan konsentrasi hemoglobin.

Hemoglobinometer digital merupakan alat yang mudah dibawa dan


21

sesuai untuk penelitian di lapangan karena teknik untuk

pengambilan sampel darah yang mudah dan pengukuran kadar

hemoglobin tidak memerlukan penambahan reagen. Alat ini juga

memiliki akurasi dan presisi yang tinggi dibanding dengan metode

laboratorium yang standar. Alat ini juga stabil meski digunakan

dalam jangka masa yang lama.

f. Kebutuhan zat besi pada kehamilan

Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata

mendekati 800 mg. Kebutuhan ini terdiri dari sekitar 300 mg

diperlukan untuk janin dan plasenta serta 500 mg lagi digunakan

untuk meningkatkan massa haemoglobin maternal, kurang lebih

200 mg lebih akan diekskresikan lewat usus, urin, dan kulit.

Makanan ibu hamil setiap 100 kalori akan menghasilkan sekitar 8-

10 mg zat besi. Perhitungan makan 3 kali dengan 2500 kalori akan

menghasilkan 20-25 mg zat besi per hari. Selama kehamilan

dengan perhitungan 288 hari, ibu hamil akan menghasilkan zat besi

sebanyak 100 mg sehingga kebutuhan zat besi masih kekurangan

untuk wanita hamil (Manuaba I. , 2010).

Masukan zat besi setiap hari diperlukan untuk mengganti

zat besi yang hilang melalui tinja, air kencing dan kulit.

Kehilangan basal ini kira-kira 14 ug per Kg berat badan per hari

atau hampir sarna dengan 0,9 mg zat besi pada laki-laki dewasa

dan 0,8 mg bagi wanita dewasa. Kebutuhan zat besi pada ibu hamil
22

berbeda pada setiap umur kehamilannya, pada trimester I naik dari

0,8 mg/hari, menjadi 6,3 mg/hari pada trimester III. Kebutuhan

akan zat besi sangat menyolok kenaikannya. Dengan demikian

kebutuhan zat besi pada trimester II dan III tidak dapat dipenuhi

dari makanan saja, walaupun makanan yang dimakan cukup baik

kualitasnya dan bioavailabilitas zat besi tinggi, namun zat besi juga

harus disuplai dari sumber lain agar supaya cukup. Penambahan zat

besi selama kehamilan kira-kira 1000 mg, karena mutlak

dibutuhkan untuk janin, plasenta dan penambahan volume darah

ibu. Sebagian dari peningkatan ini dapat dipenuhi oleh simpanan

zat besi dan peningkatan adaptif persentase zat besi yang diserap.

Tetapi bila simpanan zat besi rendah atau tidak ada sama sekali dan

zat besi yang diserap dari makanan sangat sedikit maka, diperlukan

suplemen preparat besi (Susiloningtyas, 2012).

Untuk itu pemberian suplemen Fe disesuaikan dengan usia

kehamilan atau kebutuhan zat besi tiap semester, yaitu sebagai

berikut :

1) Trimester I : kebutuhan zat besi ±1 mg/hari, (kehilangan basal

0,8 mg/hari) ditambah 30-40 mg untuk kebutuhan janin dan sel

darah merah.

2) Trimester II : kebutuhan zat besi ±5 mg/hari, (kehilangan basal

0,8 mg/hari) ditambah kebutuhan sel darah merah 300 mg dan

conceptus 115 mg.


23

3) Trimester III : kebutuhan zat besi 5 mg/hari,) ditambah

kebutuhan sel darah merah 150 mg dan conceptus 223 mg.

g. Faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Zat Besi

Banyak faktor berpengaruh terhadap absorbsi besi. Bentuk

besi di dalam makanan berpengaruh terhadap penyerapannya. Besi-

hem, yang merupakan bagian dari hemoglobin dan mioglobin yang

terdapat didalam daging hewan dapat diserap dua kali lipat

daripada besinonhem. Kurang lebih 40% dari besi didalam daging ,

ayam dan ikan terdapat besi-hem dan selebihnya sebagai non-hem.

Besi-nonnhem juga terdapat di dalam telur, serealia, kacang-

kacangan, sayuran hijau dan beberapa jenis buah-buahan. Makan

besi-hem dan non-hem secara bersama dapat meningkatkan

penyerapan besi-nonhem. Daging, ayam dan ikan mengandung

suatu faktor yang membantu penyerapan besi. Faktor ini terdiri atas

asam amino yang mengikat besi dan membantu penyerapannya.

Susu sapi, keju, telur tidak mengandung faktor ini hingga tidak

dapat membantu penyerapan besi. Asam organik, seperti vitamin C

sangat membantu penyerapan besi nonhem dengan merubah

bentuk feri menjadi bentuk fero (Susiloningtyas, 2012).

Konsumsi vitamin C dapat membantu meningkatkan

penyerapan zat besi. Asupan vitamin C yang rendah dapat

memberikan implikasi terhadap kadar hemoglobin ibu hamil.

Vitamin C mempunyai peran dalam pembentukan hemoglobin


24

dalam darah, dimana vitamin C membantu penyerapan zat besi dari

makanan sehingga dapat diproses menjadi sel darah merah

kembali. Kadar hemoglobin dalam makanan dan oksigen dalam

darah dapat diedarkan ke seluruh jaringan tubuh yang akhirnya

dapat mendukung kelangsungan hidup dan pertumbuhan janin

(Caesaria, 2015). Dalam kondisi hamil kebutuhan yang dianjurkan

akan asam askorbat sebanyak 85 mg untuk memenuhi kebutuhan

normal. Jika intake asam Askorbat 100 mg/hari akan diabsorpsi

dengan efisiensi sebanyak 80–90 persennya (Susilo Wirawan,

2015).

Vitamin C dalam jumlah cukup dapat melawan sebagian

pengaruh faktor-faktor yang menghambat penyerapan besi ini.

Tanin yang merupakan polifenol dan terdapat di dalam teh, kopi

dan beberapa jenis sayuran dan buah juga menghambat absorbsi

besi dengan cara mengikatnya. Bila besi tubuh tidak terlalu tinggi,

sebaiknya tidak minum teh atau kopi waktu makan. Kalsium dosis

tinggi berupa suplemen menghambat absorbsi besi, namun

mekanismenya belum diketahui dengan pasti (Susiloningtyas,

2012).

Vitamin C sangat berperan dalam pembentukan

hemoglobin. Selain itu vitamin C dapat membantu absorpsi kalium

dengan menjaga agar kalium tetap dalam bentuk larutan.

Kebutuhan pada ibu hamil meningkat 10 mg/hari, sehingga


25

kebutuhan perharinya menjadi 70-85 mg/hari. Konsumsi vitamin C

dikatakan baik bila konsumsi ≥ 100% Angka Kecukupan Gizi

(AKG), sedang bila 80–90%, kurang bila konsumsi 70-80%, dan

defisit bila < 70% (Caesaria, 2015).

Vitamin C juga terkandung didalam bahan makanan

lainnya selain jambu biji seperti pada kiwi, kelengkeng, papaya,

paprika merah, brokoli, kubis, stroberry, kembang kol, tomat cabe

apel, dan jeruk. Namun kandungan vitamin C nya jauh lebih tinggi

didalam jambu biji, bahan makanan lainnya sulit diperoleh dan

memiliki harga yang mahal serta harus melalui proses pengolahan

seperti brokoli dan kembang kol yang harus dimasak terlebih

dahulu sebelum dikonsumsi (Caesaria, 2015)

h. Penyebab kekurangan zat besi

Beberapa hal yang menyebabkan defisiensi zat besi adalah

kehilangan darah, misalnya dari uterus atau gastrointestinal seperti

ulkus peptikum, karsinoma lambung, dll. Dapat juga disebabkan

karena kebutuhan meningkat seperti pada ibu hamil, malabsorbsi

dan diet yang buruk. Kekurangan zat besi menyebabkan anemia

defisiensi besi. Terjadinya anemia defisiensi besi juga dapat

disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya kurangnya

kandungan zat besi dalam makanan sehari-hari, penyerapan zat

besi dari makanan yang sangat rendah, adanya zat-zat yang

menghambat penyerapan zat besi, dan adanya parasit di dalam


26

tubuh seperti cacing tambang atau cacing pita, diare, atau

kehilangan banyak darah akibat kecelakan atau operasi.

(Susiloningtyas,2012).

2. Anemia

a. Pengertian

Anemia adalah suatu keadaan di mana kadar hemoglobin

dalam darah di bawah normal. Hal ini bisa disebabkan oleh

kurangnya zat gizi untuk pembentukan darah, seperti kekurangan

zat besi, asam folat ataupun vitamin B12. Anemia yang paling

sering terjadi terutama pada ibu hamil adalah anemia karena

kekurangan zat besi (Fe), sehingga lebih dikenal dengan istilah

Anemia Gizi Besi (AGB). Anemia defisiensi besi merupakan salah

satu gangguan yang paling sering terjadi selama kehamilan

(Sulistyoningsih, 2012).

Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar

hemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar

<10,5 gr% pada trimester II (Saifuddin, 2008).

Darah akan bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim

disebut hidremia atau hipervolemia. Akan tetapi, bertambahnya sel

darah kurang dibandingkan dengan bertambahnya plasma sehingga

terjadi pengenceran darah. Perbandingan tersebut yaitu plasma

30%, sel darah 18% dan Hb 19%. Bertambahnya darah dalam

kehamilan sudah dimulai sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai


27

puncaknya dalam kehamilan antara 32 dan 36 minggu (Saifuddin,

2010).

b. Gejala dan Tanda

Secara klinik dapat dilihat ibu lemah, pucat, mudah

pingsan, mata kunang-kunang, sementara pada tekanan darah

masih dalam batas normal, pelu dicurigai anemia defisiensi. Untuk

menegakkan diagnosa dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan

melakukan pemeriksaan kadar Hb (Saifuddin, 2008).

c. Anemia Defisiensi Besi

Adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi

dalam darah. Pengobatannya yaitu keperluan zat besi dalam untuk

wanita hamil, tidak hamil dan dalam laktasi yang dianjurkan adalah

pemberian tablet besi.

Untuk menegakkan diagnosa anemia defisiensi besi dapat

dilakukan dengan anamnesa. Hasil anamnesa didapatkan keluhan

cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang dan keluhan

mual-muntah pada hamil muda. Pada pemeriksaan dan pengawasan

Hb dapat dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu pada

trimester I dan III. Hasil pemeriksaan Hb, dapat digolongkan

sebagai berikut:

1) Hb ≥ 11gr% : tidak anemia

2) Hb 9-10 gr % : anemia ringan

3) Hb 7-8 gr% : anemia sedang


28

4) Hb < 7 gr% : anemia berat

Terapi anemia defisiensi besi adalah dengan preparat

besioral atau parenteral. Terapi oral ialah dengan pemberian

preparat besi fero sulfat, fero gluconat atau Na-fero bisitrat.

Pemberian preparat 60 mg/ hari dapat memberikan kadar

Hb sebanyak 1 gr %/ bulan. Efek samping pada

traktusgastrointestinal relatif kecil pada pemberian preparat Na-

fero bisitrat dibandingkan dengan ferosulfat. Kini program

nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50 µg asam

folat untuk profilaksis anemia (Saifuddin, 2008). Efek pertama

suplemen besi oral pada sejumlah sel darah merah dan konsentrasi

hemoglobin terjadi selama 2 minggu. Terapi besi membangun

simpanan tubuh akan besi yang mungkin dibutuhkan selama 6

bulan sampai 1 tahun. Cara pemberian zat besi oral ini berbeda-

beda pendapat. Maurer menganjurkan pemberian selama 2-3 bulan

setelah hemoglobin menjadi normal. Boutler mengemukakan

bahwa yang penting dalan pengobatan dengan zat besi adalah agar

pemberiaanya terus dilakukan sampai morfologi darah tepi normal

dan cadangan besi dalam tubuh terpenuhi. Pendapat yang lain

mengatakan biasanya dimulai minggu kedua (Hutabarat, 2012).

d. Diagnosis

Penegakkan diagnosa dapat dilakukan dengan anamnesa,

pada anamnesa akan didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing,


29

mata berkunang-kunang, dan muntah lebih sering dan hebat pada

kehamilan muda (Manuaba I. , 2010).

Pada pemeriksaan umum didapatkan tekanan darah ibu

rendah, jumlah plasma darahlebih banyak dari eritrosit sehingga

darah ibu lebih encer. Nadi ibu cepat karena kerja jantung lebih

meningkat untuk membawa makanan dan oksigen ke seluruh tubuh

serta transportasi ke dalam rahim (Manuaba, IBG, 2008).

Pada pemeriksaan inspeksi, diperoleh data konjungtiva

pucat, telapak tangan pucat, bagian pinggir bibir pucat, karena

darah ibu tidak mencukupi sampai kebagian-bagian ujung tubuh

ibu. Ibu juga terlihat lemah, letih, lesu karena kurangnya nutrisi

untuk beraktivitas (Manuaba, 2008).

e. Dampak Anemia Pada Kehamilan

Menurut Manuaba (2010) pengaruh anemia pada kehamilan

dan janin adalah sebagai berikut :

1) Bahaya selama kehamilan

a) Dapat terjadi abortus,

b) Persalinan premature,

c) Hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim,

d) Ancaman decompensasi cordis (Hb <6 gr%)

e) Mola hidatidosa,

f) Hiperemesis gravidaraum dan ketuban pecah dini.

2) Bahaya pada saat persalinan


30

a) Gangguan his yang dapat mempengaruhi kekuatan

mengejan,

b) Kala I dan Kala II berlangsung lama, dan terjadi partus

terlantar

c) Dapat terjadi perdarahan post partum sekunder dan atonia

uteri.

3) Bahaya pada saat nifas

a) Terjadi subinvousi uteri menimbulkan perdarahan PP

b) Memudahkan infeksi puerperium,

c) Terjadi decompensasi cordis mendadak,

d) Mudah terjadi infeksi mammae.

4) Bahaya terhadap Janin

a) Abortus, dan terjadi Intra Uteri Fetal Death (IUFD),

b) Persalinan premature tinggi,

c) Berat badan lahir rendah dan kelahiran anemia,

d) Dapat terjadi cacat bawaan dan intelegensia rendah,

e) Bayi mudah terkena infeksi,

f) Ancaman decompensasi cordis (Hb<6gr%).

3. Jambu Biji

Jambu batu (Psidium guajava) atau sering juga disebut jambu

biji, jambu siki dan jambu klutuk adalah tanaman tropis yang berasal

dari Brasil, disebarkan ke Indonesia melalui Thailand. Jambu batu

memiliki buah yang berwarna hijau dengan daging buah berwarna


31

putih atau merah dan berasa asam-manis. Buah jambu batu dikenal

mengandung banyak vitamin C dan beberapa jenis mineral yang

mampu menangkis berbagai jenis penyakit dan menjaga kebugaran

tubuh. Daun dan kulit batangnya mengandung zat antibakteri yang

dapat menyembuhkan beberapa jenis penyakit. Selain vitamin C, buah

jambu biji juga mengandung potassium dan besi. Selain antioksidan,

vitamin C di sini memiliki fungsi menjaga dan meningkatkan

kesehatan pembuluh kapiler, mencegah anemia, sariawan dan gusi

berdarah (Arifin, Agustina, & Rizal, 2013). Hal ini sejalan dengan

pendapat Fathimah dalam Ningtyastuti (2015) bahwa konsumsi buah

jambu biji sebagai sumber vitamin C dapat membantu meningkatkan

penyerapan zat besi, akan tetapi jika asupan vitamin C rendah dapat

memberikan implikasi terhadap kadar hemoglobin ibu hamil. Menurut

penelitian Indah dalam Ningtyastuti (2015) jambu biji juga dapat

mengatasi penderita anemia (kekurangan darah merah) karena didalam

buah jambu biji merah mengandung juga zat mineral yang dapat

memperlancar proses pembentukan hemoglobin sel darah merah.

Tabel 2.2. Kandungan Gizi Jambu Biji dalam 100 gram Bagian Yang

Dapat Dimakan (BDD)

Kandungan Jumlah Kandungan Jumlah


Energi 49,00 kal Vitamin B1 0,05 mg
Protein 0,90 g Vitamin B2 0,04 mg
Lemak 0,30 g Vitamin C 87,00 mg
Karbohidrat 12,20 g Niacin 1,10 mg
Kalsium 14,00 mg Serat 5,60 g
Fosfor 28,00 mg Air 86 g
Besi 1,10 mg Bagian yang dapat dimakan 82%
Vitamin A 25 SI
32

Sumber : Parimin (2006)

Jambu biji mengandung vitamin C yang cukup tinggi.

Kandungan vitamin C jambu biji dua kali lebih banyak dari jeruk

manis yang hanya 49 mg per 100 gr. Vitamin C sangat baik sebagai

antioksidan. Namun sebagian besar vitamin C jambu biji

terkonsentrasi di kulit dan daging bagian luarnya yang lunak dan

tebal. Kandungan vitamin C jambu biji mencapai puncaknya saat

menjelang matang. Jadi, bila mengonsumsi jambu biji saat matang

akan lebih baik dibandingkan dengan setelah matang optimal dan

lewat matang. Hal ini dapat dimengerti karena terdapat perbedaan

kadar C maupun bahan kimia lainnya. Buah jambu biji biasanya

dimakan segar. Pemrosesan daging buah jambu biji yang sudah

matang dilakukan dengan menghilangkan biji-bijinya terlebih dulu.

Daging buah tersebut selanjutnya bisa diproses menjadi produk olahan

seperti jeli, selai, atau minuman segar. (Parimin, 2006).


33

B. Kerangka Teori

Berdasarkan tinjauan pustaka bahwa vitamin C dalam buah jambu

biji membantu penyerapan zat besi dan dapat meningkatkan kadar

hemoglobin sehingga anemia pada ibu hamil dapat teratasi, maka dapat

diuraikan kerangka teori penelitian seperti yang dijelaskan melalui gambar

berikut :

Gambar 2.1. Kerangka teori

Kecukupan besi
Suplementasi Tablet
Fe Kenaikan
Proses metabolisme besi Kadar HB
(Absorbsi, pengangkutan, Ibu hamil
pemanfaatan, penyimpanan,
pengeluaran )

Faktor penyerapan :
Jambu Biji mengandung -Ketersediaan zat besi dalam tubuh
vitamin C. Vitamin C sangat -Bioavailabilitas zat besi
berperan dalam pembentukan - faktor penghambat penyerapan
hemoglobin, dapat membantu
penyerapan zat besi

Faktor penghambat penyerapan yaitu


- Tanin yang merupakan polifenol dan
terdapat di dalam teh, kopi
- adanya parasit dalam tubuh

Sumber : Susiloningtyas (2012), Zarianis (2006).


34

Anda mungkin juga menyukai