PENYULUHAN KEHUTANAN
WAKTU :
NOMOR
4 MINGGU
MENERAPKAN KONSEP C2.7.1
PUSDIKLAT EFEKTIP
DASAR PENYULUHAN
KEHUTANAN
Dalam rangka mengetahui kemampuan awal peserta didik terhadap materi pembelajaran,
berikut ini tersedia daftar pertanyaan yang harus dijawab
Nilai yang diperoleh peserta didik kemudian dikategorikan sesuai dengan tabel status
penguasaan standar kompetensi di bawah ini :
Istilah “penyuluhan” dikenal dengan baik oleh mereka yang bekerja di dalam organisasi
penyuluhan, tetapi tidak halnya dengan masyarakat luas. Istilah “university extension” atau
“extension of the university” digunakan di Inggris pada tahun 1840-an. Sekitar tahun 1867-
68, James Stuart dari Trinity College (Cambridge) untuk pertama kali memberikan
ceramah kepada perkumpulan wanita dan perkumpulan pekerja pria di Inggris Utara. Stuart
kemudian dianggap sebagai bapak penyuluhan.
Dalam Bahasa Indonesia istilah penyuluhan berasal dari kata dasar ”Suluh” yang berarti
pemberi terang di tengah kegelapan. Menurut Mardikanto (1993) penyuluhan dapat
diartikan sebagai proses penyebarluasan informasi yang berkaitan dengan upaya perbaikan
cara-cara berusahatani demi tercapainya peningkatan pendapatan dan perbaikan
kesejahteraan keluarganya.
Pengertian penyuluhan dalam arti umum adalah ilmu sosial yang mempelajari sistem dan
proses perubahan pada individu serta masyarakat agar dapat terwujud perubahan yang
lebih baik sesuai dengan yang diharapkan (Setiana. L. 2005). Penyuluhan dapat dipandang
sebagai suatu bentuk pendidikan untuk orang dewasa. Dalam bukunya A.W. van den Ban
dkk. (1999) dituliskan bahwa penyuluhan merupakan keterlibatan seseorang untuk
C. Falsafah Penyuluhan
Falsafah merupakan pandangan hidup atau landasan pemikiran yang didasarkan pada
kebijakan moral tentang apa yang akan dan harus diterapkan dalam perilaku ( Dhahama
dan Bhatnagar (1980 dalam Buku Penyuluhan Pembangunan Kehutanan (1996). Oleh
karena itu falsafah dalam penyuluhan kehutanan adalah bekerja bersama masyarakat untuk
membantunya agar mereka dapat meningkatkan harkat dan martabatnya sebagai manusia.
Falsafah penyuluhan yang dikembangkan dikenal dengan istilah “3 T”, yaitu :
a. Truth (Kebenaran) bahwa bahan/materi penyuluhan Harus merupakan kebenaran
yakni berasal dari penelitian yg telah diuji bukan sekedar suatu asumsi atau dugaan
(diuji secara lokal dan oleh waktu).
b. Trust(Keyakinan) bahwa bahan/materi penyuluhan Harus telah diyakini oleh
penyuluhnya sendiri, akan dapat memberikan perbaikan-perbaikan atau keuntungan
ekonomis
c. Teach (Pendidikan) bahwa penyuluhan Sebagai pendidikan non formal bagi petani dan
keluarganya harus berorientasi pada perubahan perilaku demi pemeliharaan dan
perbaikan kehidupan.
Falsafah penyuluhan ditinjau dari konsepsi pendidikan adalah :
a. Belajar Sambil Berbuat (Learning by doing)
b. Percaya Terhadap Apa Yang Dilihat (Seeing is believing)
c. Berorientasi Pada Pemecahan Masalah (Problem solving oriented)
Dalam buku Penyuluhan Pembangunan Kehutanan (1996) dirumuskan bahwa penyuluhan
harus selalu berorientasi pada :
a. Kebutuhan sasaran penyuluhan
b. Kemandirian sasaran penyuluhan
c. Kesejahteraan sasaran penyuluhan
D. Prinsip Penyuluhan
Berbicara tentang prinsip, Mathews yang dikutip dalam buku Penyuluhan Pembangunan
Kehutanan (1996) dinyatakan bahwa prinsip merupakan kebijakan yang dijadikan
pedoman dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan kegiatan secara konsisten.
Karena itu prinsip berlaku umum, dapat diterima secara umum, dan telah diyakini
kebenarannya dari berbagai hasil pengamatan dalam kondisi yang beragam.
Meskipun ”prinsip” biasanya diterapkan dalam dunia akademis, tetapi setiap penyuluh
dalam melaksanakan kegiatannya harus berpegang teguh pada prinsip-prinsip yang sudah
disepakati. Seorang penyuluh (apalagi administrator penyuluhan) tidak mungkin dapat
melaksanakan pekerjaannya dengan baik tanpa memahaminya secara mendalam.
Pendapat Dahama dan Bhatnagar dalam buku Penyuluhan Pembangunan Kehutanan
(1996) ada 12 prinsip dalam penyuluhan, yaitu :
a. Sesuai minat dan kebutuhan
b. Melibatkan organisasi masyarakat bawah
c. Menyesuaikan dengan keragaman budaya
d. Menuju pada perubahan budaya
e. Selalu membangun kerjasama dan partisipasi
f. Demokrasi dalam penerapan ilmu
g. Belajar sambil bekerja
h. Penggunaan metode yang sesuai
i. Menumbuhkan kepemimpinan
j. Spesialis yang terlatih
k. Perhatian kepada segenap keluarga
l. Mewujudkan kepuasan sasaran penyuluhan
Makna yang terkandung dari prinsip penyuluhan ditinjau dari pihak sasaran adalah :
a. Petani/pelaku utama belajar secara sukarela;
b. Materi penyuluhan didasarkan atas kebutuhan petani dan keluarganya;
c. Secara potensi, keinginan, kemampuan, kesanggupan untuk maju sudah ada pada
petani, sehingga kebijaksanaan, suasana, fasilitas yang menguntungkan akan
menimbulkan kegairahan petani untuk berikhtiar;
d. Petani tidak bodoh, tidak konservatif, petani mampu belajar dan sanggup berkreasi;
e. Belajar dengan mengerjakan sendiri adalah efektif, apa yang dikerjakan/dialami
sendiri akan berkesan dan melekat pada diri petani dan menjadi kebiasaan baru;
f. Belajar dengan melalui pemecahan masalah yang dihadapi adalah praktis dan
kebiasaan mencari kemungkinan-kemungkinan yang lebih baik akan menjadikan
petani seseorang yang berinisiatif dan berswadaya;
Prinsip penyuluhan sesungguhnya adalah suatu upaya yang harus dilakukan untuk
mewujudkan paling tidak 13 azas yang telah dirumuskan dalam Undang- Undang No. 16
Tahun 2006, sebagai berikut :
a. Penyuluhan berazaskan demokrasi adalah penyuluhan yang diselenggarakan dengan
saling menghormati pendapat antara pemerintah, pemerintah daerah, dan pelaku utama
serta pelaku usaha lainnya.
b. Penyuluhan berazasakan manfaat adalah penyuluhan yang harus memberikan nilai
manfaat bagi peningkatan pengetahuan, keterampilan dan perubahan perilaku untuk
meningkatkan produktivitas, pendapatan dan kesejahteraan pelaku utama dan pelaku
usaha.
c. Penyuluhan berazaskan kesetaraan adalah hubungan antara penyuluh, pelaku utama,
dan pelaku usaha yang harus merupakan mitra sejajar.
d. Penyuluhan berazaskan keterpaduan adalah penyelenggaraan penyuluhan yang
dilaksanakan secara terpadu antar kepentingan pemerintah, dunia usaha, dan
masyarakat.
e. Penyuluhan berazaskan keseimbangan adalah setiap penyelenggaraan penyuluhan
harus memperhatikan keseimbangan antara kebijakan, inovasi teknologi dengan
kearifan masyarakat setempat, pengarusutamaan gender, keseimbangan pemanfaatan
sumber daya dan kelestarian lingkungan, dan keseimbangan antar kawasan yang maju
dengan kawasan yang relatif masih tertinggal.
f. Penyuluhan yang berazaskan keterbukaan adalah penyelenggaraan penyuluhan
dilakukan secara terbuka antara penyuluh dan pelaku utama dan usaha.
g. Penyuluhan berazaskan kerjasama adalah penyelenggaraan penyuluhan harus
diselenggarakan secara sinergis dalam kegiatan pembangunan kehutanan serta sektor
lain yang merupakan tujuan bersama antara pemerintah dan masyarakat.
h. Penyuluhan berazaskan partisipatif adalah penyelenggaraan penyuluhan yang
melibatkan secara aktif pelaku utama dan pelaku usaha dan penyuluh sejak
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi
TP 5. Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta didik dapat menjelaskan adopsi dan
difusi inovasi penyuluhan
Adopsi suatu inovasi adalah suatu proses dimana seorang petani memperhatikan,
mempertimbangkan dan akhirnya menerima atau menolak suatu inovasi (Mosher, 1978).
Adopsi dalam kaitannya dengan penyuluhan kehutanan adalah suatu proses yang terjadi
pada pihak sasaran (petani dan keluarganya) sejak sesuatu hal baru diperkenalkan sampai
orang tersebut menerapkan (mengadopsi) hal baru tersebut (Rogers, 1962).
Tahapan seseorang untuk bisa mengadopsi inovasi adalah sebagai berikut :
1. Tahap kesadaran ( Awareness)
Sasaran mulai sadar tentang adanya inovasi yang ditawarkan oleh penyuluh.
2. Minat (Interest)
Seringkali ditandai oleh keinginannya untuk bertanya atau mengetahui lebih banyak
tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan inovasi yang ditawarkan oleh penyuluh.
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kehutanan, 2014
PENYULUHAN KEHUTANAN 17
3. Penilaian (Evaluation)
Pada tahap ini sasaran mulai mengadakan penilaian terhadap baik/buruk atau manfaat
inovasi yang telah diketahui informasinya secara lebih lengkap. Pada penilaian ini,
sasaran tidak hanya melakukan penilaian terhadap aspek teknisnya, tetapi juga aspek
ekonomi, maupun sosial budaya.
4. Mencoba (Trial)
Sasaran mulai mencoba inovasi tersebut dalam skala kecil untuk lebih meyakinkan
penilaiannya, sebelum menerapkam untuk skala yang lebih luas.
5. Menerapkan (Adoption)
Dengan hasil penilaian dan uji coba yang telah dilakukan/diamati sendiri, maka
sasaran akan menerima (mengadopsi).
menerima
Tidak
Melanjutkan konfirmasi
melanjutkan adopsi
Pendekatan terhadap setiap golongan adopter harus diperhatikan agar tujuan penyuluhan tercapai.
Pendekatan yang dilakukan adalah:
1. Golongan pertama yaitu perintis sebaiknya tidak terlalu diperhatikan karena sifatnya
yang memiliki hubungan yang luas dengan dunia luar (kosmopolit) mereka akan
mencari inovasi sendiri
2. Yang harus didekati oleh penyuluh adalah golongan kedua dan ketiga karena dapat
membantu penyuluh untuk mempengaruhi golongan keempat dan kelima
3. Yang paling diutamakan didekati oleh penyuluh adalah golomgam ketiga, mereka
aktif dalam berbagai kegiatan desa dan memahami sifat petani lainnya
Cara pendekatan terhadap masing-masing golongan berbeda, hal ini sangat berpengaruh
terhadap kemampuan penyuluh
Faktor-faktor yang mempengaruhi cepat dan mudahnya suatu inovasi di adopsi oleh
sasaran penyuluhan (Mardikanto, 1988) adalah :
1. Sifat inovasinya sendiri, baik sifat instristik (yang melekat pada inovasi) :
a) Informasi ilmiah yang melekat pada inovasi
b) Nilai-nilai keunggulan (teknis, ekonomis, sosial budaya yang melekat pada
inovasinya
c) Tingkat kerumitan (kompleksitas)
d) Mudah tidaknya dikomunikasikan
e) Mudah tidaknya inovasi tsb dicobakan (trial ability)
f) Mudah tidaknya inovasi tsb diamati (obsevability)
2. Sifat Ekstrinsik inovasi(dipengaruhi oleh keadaan lingkungannnya) :
a) Kesesuaian (compatibility) baik lingkungan fisik, sosial budaya maupun
ekonomis masyarakatnya.
b) Tingkat keunggulan relatif
3. Sifat sasarannya (kecepatan dalam mengadopsi inovasi)
a) Golongan Perintis (innovator) 2,5%
b) Golongan Pengetrap dini (early adopter) 13,5%
c) Golongan pengetrap awal (early mayority) 34,0%
d) Golongan pengetrap akhir (late mayority) 34.0%
e) Golongan penolak atau kaum kolot (laggards) 16%
4. Cara pengambilan keputusan
Pengambilan keputusan secara individu relatif lebih cepat dibandingkan dengan
pengambilan keputusan secara kelompok.
F. Komunikasi Efektif
Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris (communication), berasal dari kata latin
(communicatio), dan bersumber dari kata (communis) yang berarti sama. Sama di sini
maksudnya adalah sama makna. Dalam arti kata bahwa komunikasi itu minimal harus
mengandung kesamaan makna antara dua pihak yang terlibat. Dikatakan minimal karena
kegiatan komunikasi tidak hanya informatif, yakni agar orang lain mengerti dan tahu,
tetapi juga persuasif, yaitu agar orang lain bersedia menerima suatu paham atau keyakinan,
melakukan suatu perbuatan atau kegiatan (Effendi, Onong Uchjana, 1995: 9).
Paradigma yang dikemukakan oleh Harold Lasswell dalam karyanya The Structure and
Function of Communication in Society menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima
unsur yakni: Komunikator, Pesan, Media, Komunikan, dan Efek. Jadi, menurut Lasswell
dalam Effendy, Onong Uchjana(1995: 10) bahwa komunikasi adalah proses penyampaian
pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek
tertentu.
Agar komunikasi menjadi efektif, ada kaedah atau hukum yang terangkum dalam satu kata
yang mencerminkan esensi dari komunikasi itu sendiri yaitu REACH, yang berarti
merengkuh atau meraih. Karena sesungguhnya komunikasi itu pada dasarnya adalah upaya
bagaimana kita meraih perhatian, cinta kasih, minat, kepedulian, simpati, tanggapan,
maupun respon positif dari orang lain.
5. Humble
Hukum kelima dalam membangun komunikasi yang efektif adalah sikap rendah hati.
Sikap ini merupakan unsur yang terkait dengan hukum pertama untuk membangun rasa
menghargai orang lain, biasanya didasari oleh sikap rendah, antara lain meliputi: sikap
yang penuh melayani (dalam bahasa manajemen mutu terpadu: Customer First Attitude),
sikap menghargai, mau mendengar dan menerima kritik, tidak sombong dan memandang
rendah orang lain, berani mengakui kesalahan, rela memaafkan, lemah lembut dan penuh
pengendalian diri, serta mengutamakan kepentingan yang lebih besar.
Hambatan yang biasanya terjadi dalam proses komunikasi yang mengakibatkan
komunikasi menjadi tidak efektif adalah sebagai berikut:
1. Mendengar.
Banyak hal atau informasi yang ada di sekeliling kita, namun tidak semua yang kita dengar
dan tanggapi. Informasi yang menarik bagi kita, itulah yang ingin kita dengar.
2. Mengabaikan informasi yang bertentangan dengan apa yang kita ketahui.
3. Menilai sumber.
Kita cenderung menilai siapa yang memberikan informasi. Jika ada anak kecil yang
memberikan informasi tentang suatu hal, kita cenderung mengabaikannya.
4. Persepsi yang berbeda.
Komunikasi tidak akan berjalan efektif, jika persepsi si pengirim pesan tidak sama dengan
si penerima pesan. Perbedaan ini bahkan bisa menimbulkan pertengkaran.
5. Kata yang berarti lain bagi orang yang berbeda.
Kita sering mendengar kata yang artinya tidak sesuai dengan pemahaman kita. Seseorang
menyebut akan datang sebentar lagi, mempunyai arti yang berbeda bagi orang yang
menanggapinya. Sebentar lagi bisa berarti lima menit atau satu jam kemudian.
6. Sinyal nonverbal yang tidak konsisten.
Gerak-gerik kita ketika berkomunikasi – tidak melihat kepada lawan bicara, tetap dengan
aktivitas kita pada saat ada yang berkomunikasi dengan kita-, mampengaruhi porses
komunikasi yang berlangsung.
7. Pengaruh emosi.
Pada keadaan marah, seseorang akan kesulitan untuk menerima informasi. apapun berita
atau informasi yang diberikan, tidak akan diterima dan ditanggapinya.
8. Gangguan.
Gangguan ini bisa berupa suara yang bising pada saat kita berkomunikasi, jarak yang jauh,
dan lain sebagainya.
IV. RANGKUMAN
1. Penyuluhan kehutanan adalah suatu proses pembelajaran bagi pelaku utama (pelaku
kegiatan kehutanan) serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan
mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan,
dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi
usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam
pelestarian fungsi lingkungan hidup.
2. Fungsi sistem penyuluhan meliputi :
a) Memfasilitasi proses pembelajaran pelaku utama dan pelaku usaha
b) Mengupayakan kemudahan akses pelaku utama dan pelaku usaha ke sumber
informasi
c) Meningkatkan kemampuan kepemimpinan, manajerial, dan kewirausahaan pelaku
utama dan pelaku usaha
d) Membantu pelaku utama dan pelaku usaha dalam menumbuhkembangkan
organisasinya menjadi organisasi
e) Membantu menganalisis dan memecahkan masalah serta merespon peluang dan
tantangan yang dihadapi pelaku utama dan pelaku usaha dalam mengelola usaha
f) Menumbuhkan kesadaran pelaku utama dan pelaku usaha terhadap kelestarian
fungsi lingkungan
3. Konsep dasar penyuluhan adalah :
a) Proses campur tangan universitas (lembaga pendidikan)
b) Proses penerangan
c) Proses pemberian saran
d) Proses pendidikan
e) Proses kemajuan ekonomi dan kesejahteraan
4. Falsafah penyuluhan yang dikembangkan dikenal dengan istilah “3 T”, yaitu :
a. Truth (Kebenaran),
b. Trust (Keyakinan),
c. Teach (Pendidikan)
5. 12 prinsip dalam penyuluhan, yaitu :
a. Sesuai minat dan kebutuhan
b. Melibatkan organisasi masyarakat bawah
V. TUGAS
Peserta didik dibagi dalam kelompok-kelompok, setiap kelompok terdiri dari 5 orang.
Setiap kelompok berbicara di depan kelas mengenai kehutanan dan menerangkan kepada
kelompok yang lainnya. Laksanakan proses pembelajaran dengan tahapan sebagai
berikut :
1. Mengamati
- Mengamati segala sesuatu tentang kehutanan dan menghubungkan dengan
konsep dasar penyuluhan.
2. Menanya
- Melakukan tanya jawab untuk menggali pertanyaan yang muncul pada saat
pengamatan tentang kehutanan dan hubungannya dengan konsep dasar
penyuluhan.
3. Mengumpulkan Informasi/Mencoba
- Mendiskusikan tentang kehutanan dan hubungannya dengan konsep dasar
penyuluhan.
4. Mengasosiasi
- Menyimpulkan data hasil diskusi tentang kehutanan dan hubungannya dengan
konsep dasar penyuluhan.
5. Mengkomunikasikan
- Mempresentasikan hasil kesimpulan tentang kehutanan dan hubungannya
dengan konsep dasar penyuluhan.
Nilai yang diperoleh peserta didik kemudian dikategorikan sesuai dengan tabel status
penguasaan standar kompetensi di bawah ini :
Samsudi., Yumi Angelia. 2012. Komunikasi Dalam Penyuluhan. Bogor: Pusat Pendidikan
dan Pelatihan Kehutanan.
Van Den Ban, A.W. dan H.S. Hawkins, 1999. Penyuluhan Pertanian. Yogyakarta:
Penerbit Kanisius.