Anda di halaman 1dari 15

i

DAFTAR ISI

BAB 1. PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar belakang................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah...........................................................................................1
1.3 Tujuan.............................................................................................................2
BAB 2. PEMBAHASAN.........................................................................................3
2.1 Type pembelajaran.........................................................................................4
2.2 Efektifitas pembelajaran.................................................................................4
2.3 Tujuan belajar.................................................................................................9
2.4 Prinsip-prinsip belajar....................................................................................9
2.5 Tahapan pembelajaran..................................................................................11
BAB 3. PENUTUP................................................................................................13
3.1 Kesimpulan...................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14
ii

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Penyuluhan adalah suatu sistem pendidikan yang bersifat non formal.
Pendidikan itu sendiri adalah suatu proses atau usaha/kegiatan yang ditujukan
untuk mengubah perilaku (pengetahuan, sikap, dan keterampilan) manusia.
Sebagai suatu sistem pendidikan maka proses yang terjadi dalam kegiatan
penyuluhan adalah proses pembelajaran.
Istilah penyuluhan berasal dari kata ”Extension” yang pertama kali
digunakan di Inggris pada tahun 1840 pada ungkapan “University Extension”
atau “Extension of  University ”. Kata Extension sendiri secara harfiah berarti
perluasan/penyebarluasan. Dalam konteks ini, penyuluhan berarti
penyebarluasan ilmu kepada masyarakat. Sedangkan dalam Bahasa Indonesia
istilah penyuluhan berasal dari kata dasar ”Suluh” atau “Obor” yang berarti
pemberi terang di tengah kegelapan. Dari asal kata tersebut, penyuluhan dapat
diartikan sebagai pemberi penjelasan atau penerangan kepada masyarakat
agar dapat mencari solusi dalam masalah atau kegelapan yang mereka hadapi.
Menurut (Mardikanto, 1993) penyuluhan dapat diartikan sebagai proses
penyebarluasan informasi yang berkaitan dengan upaya perbaikan cara-cara
berusahatani demi tercapainya peningkatan pendapatan dan perbaikan
kesejahteraan keluarganya. Dari pengertian diatas penyuluhan dapat diartikan
secara sederhana sebagai proses penyebaran informasi untuk mengubah
dalam upaya meningkatkan keadaan pembelajar menjadi lebih baik. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa penyuluhan merupakan sebuah proses
pembelajaran.

1.2 Rumusan masalah


1. Bagaimana type pembelajaran dalam penyuluhan?
2. Apa efektifitas pembelajaran dalam penyuluhan?
3. Apa tujuan belajar dalam penyuluhan?
iii

4. Bagaimana prinsip-prinsip belajar dalam penyuluhan?


5. Bagaimana tahapan pembelajaran dalam penyuluhan?

1.3 Tujuan
2. Untuk mengetahui type pembelajaran dalam penyuluhan.
3. Untuk mengetahui efektifitas pembelajaran dalam penyuluhan.
4. Untuk mengetahui tujuan belajar dalam penyuluhan.
5. Untuk mengetahui prinsip-prinsip belajar dalam penyuluhan.
6. Untuk mengetahui tahapan pembelajaran dalam penyuluhan.
iv

BAB 2. PEMBAHASAN

Penyuluhan sebagai proses pendidikan atau proses belajar diartikan


bahwa, kegiatan penyebarluasan informasi dan penjelasan yang diberikan dapat
merangsang terjadinya proses perubahan perilaku yang dilakukan melalui proses
pendidikan atau kegiatan belajar, artinya, perubahan perilaku yang terjadi atau
dilakukan oleh sasaran tersebut berlangsung melalui proses belajar. Kegiatan ini
penting untuk dipahami, karena perubahan perilaku dapat dilakukan melalui
beragam cara, seperti: pembujukan, pemberian insentif atau hadiah, atau bahkan
melalui kegiatan-kegiatan pemaksaan (pemaksaan melalui aturan dan ancaman-
ancaman). Berbeda dengan  perubahan perilaku yang dilakukan bukan melalui
pendidikan, perubahan perilaku melalui proses belajar biasanya berlangsung lebih
lambat, tetapi perubahannya relatif lebih kekal. Perubahan seperti itu, baru akan
meluntur kembali, manakala ada pengganti atau sesuatu yang dapat
menggantikannya, yang memiliki keunggulan-keunggulan yang baru yang
diyakininya memiliki manfaat lebih, baik secara ekonomi maupun non-ekonomi
(Farozin, 2014).
Perubahan perilaku yang terjadi karena bujukan atau hadiah dan
pemaksaan, perubahan tersebut biasanya dapat terjadi dalam waktu yang relatif
singkat, tetapi lebih cepat pula meluntur, yaitu jika bujukan atau hadiah dan
pemaksaan tersebut dihentikan, berhenti atau tidak mampu lagi melanggengkan
kegiatannya. Penyuluhan sebagai proses pendidikan dapat mudah dimaklumi,
tetapi dalam prektek kegiatan, perlu dijelaskan lebih lanjut. Pendidikan yang
dimaksud di sini ukan bermaksud lebih pintar, tetapi merupakan pendidikan orang
dewasa yang berlangsung secara sepontan yang lebih bersifat kebersamaan.
Teknik penyuluhan pertanian dapat didefinisikan sebagai keputusan keputusan
yang dibuat oleh sumber atau penyuluh dalam memilih serta menata simbul dan
isi pesan menentukan pilihan cara dan frekuensi penyampaian pesan serta
menentukan bentuk penyajian pesan. Keberhasilan penyuluhan tidak diukur dari
seberapa banyak ajaran yang disampaikan, tetapi seberapa jauh terjadi proses
v

belajar bersama yang mampu menumbuhkan kesadaran (sikap), pengetahuan, dan


keterampilan yang mampu mengubah perilaku kelompok sasarannya ke arah
kegiatan dan kehidupan yang lebih mensejahterakan setiap individu, keluarga, dan
masyarakatnya. Pendidikan dalam penyuluhan dapat diartikan sebagai proses
belajar bersama (Pradiana, 2014).

2.1 Type pembelajaran


1. Multiple Discrimination, yaitu kemampuan untuk memberikan respon yang
benar terhadap beragam stimulus yang berbeda.
2. Belajar Konsep (Concept Learning), yaitu mengabstraksikan ide atau realita
dalam pikirannya, dan berdasarkan konsep yang disusunnya tersebut yang
bersangkutan akan memberi respon yang tepat menurut konsep yang
dikuasainya.
3. Belajar Prinsip (Principle Learning), yaitu mempelajari hubungan konsep-
konsep yang memiliki arti tertentu menurut aturan tertentu.
4. Belajar Memecahkan Masalah (Problem Solving Learning), yaitu mempejari
cara-cara memecahkan masalah yang sedang dihadapi.

2.2 Efektifitas pembelajaran


Faktor psikologis yang mempengaruhi belajar, antara lain:
1. Tujuan belajar
2. Tingkat aspirasi atau cita-cita
3. Pengertian tentang hal yang dipelajari
4. Pengetahuan tentang keberhasilan dan kegagalan
5. Umur
6. Kapasitas Belajar
7. Bakat
Interaksi dalam proses belajar mengajar dilakukan dengan tujuan menerima,
menyimpan, informasi sehingga peserta didik atau petani sasaran mampu
mengidentifikasi, merumuskan masalah, mencari dan menemukan fakta,
menganalisis, menafsirkan, menarik kesimpulan dan mengolah materi
pembelajaran atau  pengalaman yang lain demi memperoleh pengetahuan untuk
vi

dirinya. Dalam belajar mengajar ada 3 faktor yang mempengaruhi yaitu faktor


intern, ekstern dan faktor pendekatan belajar.

A. Faktor intern belajar


1.  Sikap terhadap belajar
Sikap terhadap belajar merupakan kemampuan memberikan tentang sesuatu yang
mengakibatkan terjadinya sikap menerima, menolak, atau mengabaikan, sasaran
penyuluhan memperoleh kesempatan belajar sehingga dapat menerima,  menolak
dan mengabaikan kesempatan belajar tersebut yang berpengaruh pada
perkembangan perilaku
2.  Motivasi belajar
Motivasi belajar merupakan kekuatan untuk mendorong seseorang melakukan
sesuatu atau proses belajar. Lemahnya motivasi, melamahkan kegiatan belajar
sehingga hasil belajar rendah.
3.  Konsentrasi belajar
Konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada
pelajaran, isi bahan pelajaran maupun proses memperolehnya. Biasanya para
pelajar mempunyai startegi bermacam- macam agar sasaran penyuluhan/petani
lebih konsentrasi.
4.  Mengolah bahan pelajaran
Mengolah bahan pelajaran merupakan kemampuan untuk menerima isi dan cara
memperoleh pelajaran sehingga bermakna. Isi pelajaran bahan pelajaran berupa
pengetahuaan, nilai kesusilaan, nilai agama, serta nilai keterampilan.
5.  Menyimpan perolehan hasil belajar
Menyimpan perolehan hasil belajar merupakan kemampuan menyimpan isi pesan
dan cara perolehan pesan. Dapat berlangsung dalam waktu lama dan waktu
pendek. Dalam waktu lama berarti hasil belajar tetap dimiliki sasaran penyuluhan
bertahun-tahun bahkan sepanjang hayat, dalam waktu pendek artinya hasil belajar
cepat dilupakan
6.  Menggali hasil belajar yang tersimpan
vii

Menggali hasil belajar yang tersimpan merupakan proses mengaktifkan pesan


yang telah diterima. Dalam hal pesan baru, maka siswa akan memperkuat pesan
dengan cara mempelajari kembali atau mengkaitkannya dengan bahan lain. Dalam
hal pesan lama, maka sasaran penyuluhan akan membangkitkan pesan atau
pengalaman lama untuk suatu hasil belajar. Proses menggali pesan lama dapat
berwujud transfer, atau prestasi belajar.
7.  Kemampuan berprestasi atau untuk hasil belajar
Kemampuan berprestasi atau untuk hasil belajar merupakan suatu puncak proses
belajar. Sasaran penyuluhan menunjukan bahwa ia telah mampu memecahkan
tugas-tugas belajar atau mentransfer hasil belajar. Dalam belajar kognitif ada
gejala lupa. Lupa merupakan peristiwa biasa, meskipun demikian dapat
dakurangi. Pesan yang dilupakan belum tentu berarti hilang dari ingatan. Kadang
kala siswa memerlukan waktu untuk membangkitkan kembali pesan yang
terlupakan.
8.  Rasa percaya diri sasaran penyuluhan
Rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan berhasil.
Dari segi perkembangannya rasa percaya diri dapat timbul berkat adanya
pengakuan dari lingkungan. Semakin sering berhasil menyelesaikan tugas maka
semakin memperoleh pengakuan umum dan selanjutnya rasa percaya diri semakin
kuat.
9.  Intelegensi dan keberhasilan belajar
Inteligasi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk
mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang
tepat (Reber, 1988). Jadi inteligensi sebenarnya bukan persoalan kualitas otak
saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya. Akan tetapi memang
harus diakui harus dilakukan bahwa peran otak dalam hubungannya dengan
intelegensi manusia lebih menonjol daripada peran organ-organ tubuh lainnya,
lantaran otak merupakan menara pengontrol hampir seluruh aktivitas manusia.
10. Kebiasaan belajar
Dalam kegiatan sehari-hari ada kebiasaan yang kurang baik yang berupa belajar
belajar tidak teratur, menyianyiakan kesempatan belajar.  Pemberian penguat
viii

dalam keberhasilan belajar dapat mengurai kebiasaan kurang baik dan


membangkitkan harga diri sasaran penyuluhan/petani.
11. Cita-cita sasaran penyuluhan
Setiap orang pada umumnya mempunyai cita-cita yang mulia. Cita-cita
merupakan motivasi intrinsik, cita sudah mulai ditanamkan sejak dini. Cita-cita
merupakan wujud ekslorasi dan emansipasi sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki
B. Faktor ekstern belajar
Proses belajar dapat terjadi atau bertambah kuat bila didorong oleh lingkungan
sasaran penyuluhan. Dengan kata lain, aktivitas belajar dapat meningkat apabila
program pembelajaran disusun dengan baik. Program pembelajaran sebagai
rekayasa pendidikan penyuluh di luar sekolah merupakan faktor ekstern belajar.
Faktor ekstern meliputi:
1)  penyuluh sebagai Pembina sasaran penyuluhan/petani
Penyuluh adalah pelajar yang mendidik. Ia tidak hanya mengajar bidang studi
yang sesuai dengan keahliannya tetapi juga menjadi pendidik bagi peningkatan
produktivitas sasaran penyuluhan. Sebagai pendidik ia memusatkan perhatian
pada kepribadian sasaran penyuluhan khususnya berkenaan dengan kebangkitan
belajar. Hal – hal yang dipelajari oleh setiap penyuluh adalah memiliki integritas
moral kepribadian, memiliki integritas intelektual berorientasi pada kebenaran,
memiliki integritas religius, serta mengakui dan menghormati peternak sebagai
klien penyuluh. Adapun tugas pengelolaan pembelajaran sasaran penyuluhan
meliputi pembangunan hubungan baik dengan sasaran penyuluhan,
menggairahkan minat, perhatian dan motivasi sasaran penyuluhan, dan
mengevaluasi hasil belajar sasaran penyuluhan sacara jujur dan obyektif serta
menyampaikan hasil belajar sasaran penyuluhan.
2)  Sarana dan prasarana pembelajaran
Sarana dan prasarana merupakan kondisi pembelajaran yang baik. Sarana dan
prasarana merupakan barang mahal maka penyuluh berperan sebagai pemelihara,
mengatur untuk menciptakan suasana belajar yang menggembirakan, memelihara
dan mengatur sarana pembelajaran yang berorientasi pada keberhasilan
ix

pembelajaran sasaran penyuluhan. Dan sasaran penyuluhan juga berperan dalam


mengatur sarana dan prasarana secara baik.
3)  Kebijakan penilaian
Proses belajar mencapai puncak pada hasil belajar sasaran penyuluhan, dengan
penilaian dimaksudkan supaya penentuan sampai sesuatu dipandang berharga,
maka penentu keberhasilan belajar tersebut adalah penyuluh. Dengan kata lain
peran penyuluh menilai hasil belajar berorientasi pada kemampuan sasaran
penyuluhannya. Secara kejiwaan, sasaran penyuluh terpengaruh atau tercekam
tentang hasil belajarnya. Oleh karena itu, penyuluh diminta berlaku arif dan bijak
dalam menyampaikan keputusan hasil belajar.
4)  Lingkungan sosial sasaran penyuluhan
Lingkungan sosial yang ada seperti para penyuluh, para staf adminitrasi, dan
teman- teman peternak yang mempengaruhi semangat belajar seorang peternak.
Para penyuluh yang selalu menunjukan sikap dan perilaku yang simpatik dan
memperlihatkan suri teladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal belajar
misalnya rajin membaca dan berdiskusi, dapat menjadi daya dorong yang positif
bagi kegiatan belajar peternak.
C. Faktor Pendekatan Belajar
Pendekatan belajar dapat dipahami sebagai segala cara atau stategi yang
digunakan petani dalam menunjang keefektifan dan efisiensi proses mempelajari
materi tertentu. Startegi dalam hal ini berarti seperangkat langkah operasional
yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai
tujuan belajar tertentu.
Faktor pendekatan belajar juga berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses
belajar petani. Seorang petani  yang terbiasa mengaplikasikan pendekatan belajar
deep misalnya, mungkin sekali berpeluang untuk meraih prestasi belajar yang
bermutu daripada petani yang menggunakan pendekatan belajar surface atau
reproduktif.
x

2.3 Tujuan belajar


Di dalam penyuluhan, pendidikan orang dewasa bersifat seperti sukarelawan,
artinya tidak ada paksaan dalam melakukan penyuluhan. Tujuan seseorang untuk
belajar ternyata sangat beragam, yaitu:
1. Sebagai jawaban terhadap panggilan hidupnya, untuk melakukan kegiatan
belajar seumur hidup,  guna mempertahankan dan memperbaiki
kehidupannya.
2. Untuk menambah pengetahuan, baik sebagai petualangan (sekedar tahu)
maupun untuk dimanfaatkan bagi kehidupan, baik dalam jangka pendek
maupun jangka panjang. 
3. Sebagai kesadaran untuk berafiliasi atau bergabung dengan sesamanya, dan
tujuan-tujuan sosial lain. 
4. Sebagai rasa tanggung jawabnya sebagai warga masyarakat, yang harus
berpartisipasi dalam upaya perbaikan kehidupan masyarakatnya.
5. Untuk mencapai prestasi tertentu bagi pengembangan keahlian, karir, dan
penghasilannya.
6. Untuk memperoleh penghargaan dari lingkungannya, atau setidak tidaknya
diakui sebagai anggota sistem sosialnya.
7. Sebagai aktualisasi dari keberadaanya.

2.4 Prinsip-prinsip belajar


1. Prinsip Latihan, yaitu proses belajar yang dibarengi dengan aktivitas fisik
untuk lebih merangsang kegiatan anggota badan, melalui proses belajar atau
belajar sambil melakukan kegiatan yang dialami oleh warga belajar.
2. Prinsip Menghubung-hubungkan, yaitu proses belajar dengan cara
menghubung-hubungkan perilaku lama dengan stimulus-stimulus baru.
3. Prinsip Akibat, yaitu belajar dengan melihat/mempertimbangkan manfaat
yang diperoleh dari suatu kegiatan penyuluhan.
4. Prinsip Kesiapan, yaitu proses belajar dengan memperhatikan kesiapan fisik
dan mental, baik bagi penyuluh maupun sasaran penyuluhan.
xi

Dalam proses pembelajaran pada kegiatan penyuluhan, yang menjadi peserta


didik adalah orang dewasa. Sehingga agar kegiatan penyuluhan dapat berjalan
dengan efisien dan efektif, diperlukan pemahaman tentang orang dewasa.
Penyuluh harus mampu memahami teori pendidikan orang dewasa. Terdapat
beberapa prinsip yang perlu dikedepankan dalam sebuah proses belajar pada
kegiatan penyuluhan yang terkait dengan pendidikan orang dewasa:

1. Penyuluh harus dapat berperan sebagai fasilitator, bukan sebagai guru.


Sebagai mana makna fasilitator yang berasal dari kata bahasa inggris to
facilitate yang artinya membuat mudah (memudahkan), maka seorang
fasilitator memiliki peranan membantu sasaran suluh agar mudah belajar.
Penyuluh berperan sebagai pembimbing atau pihak yang mempermudah
jalannya proses belajar. Disini penyuluh dapat menjadi motivator, katalisator,
dan konsultan
2. Materi penyuluhan harus berdasarkan pada kebutuhan belajar yang dirasakan
oleh sasaran suluh. Sasaran suluh yang notabene adalah orang dewasa pada
umumnya melihat pendidikan sebagai proses peningkatan ketrampilan yang
akan segera bermanfaat dalam kehidupan sesuai fungsinya dalam masyarakat.
Sehingga pendidikan orang dewasa lebih difokuskan pada kebutuhan-
kebutuhan masyarakat akan materi yang dapat digunakan untuk memecahkan
masalah.yang mereka hadapi. Beberapa hal yang juga perlu diperhatikan
dalam pemilihan materi yang dibutuhkan oleh sasaran suluh adalah secara
teknis dapat dilakukan, secara ekonomis dapat memberikan keuntungan, dan
tidak bertentangan dengan nilai sosial dan budaya sasaran suluh.
3. Efektivitas proses belajar, bukan diukur dari banyaknya “knowledge
transfered”, namun lebih pada tumbuh dan berlangsungnya proses
dialog/diskusi dan sharing informasi/pengalaman antar peserta kegiatan
penyuluhan, lebih pada terjadinya upaya pembelajaran bersama di antara
sasaran penyuluhan, dengan kata lain proses belajar harus bersifat partisipatif.
Suasana belajar diupayakan bersifat informal dan mendorong masing-masing
pesertanya untuk saling menghargai kerjasama
xii

4. Perlu memperhatikan perbedaan individu atau karakteristik sasarn suluh.


Sasaran suluh adalah orang dewasa di mana masing-masing memiliki
karakteristik yang berbeda antara lain berpengalaman atau belum
berpengalaman, usia muda atau tua, emosional atau kalem, bugar atau kurang
bugar, berpendidikan atau kurang berpendidikan, dan lain sebagainya.
5. Penggunaan media menekankan pada keterlibatan panca indera sasaran suluh
secara optimal pada proses pembelajaran. Pembelajaran akan lebih efektif
apabila didukung dengan peragaan-peragaan (media pembelajaran) yang
konkret. Dengan peragaan maka pemahaman sasaran suluh akan lebih dalam.
Peragaan yang dilakukan harus dilakukan sedemikian rupa sehingga sasaran
suluh tidak hanya memahami sesuatu hanya terbatas pada luarnya saja, tetapi
juga harus sampai pada macam seginya, dianalisis, disusun, dikomparasi
sehingga dapat memperoleh gambaran yang lengkap.
6. Tempat atau lingkungan belajar merupakan segala sesuatu yang dapat
mendukung proses pembelajaran. Lingkungan pembelajaran dapat berfungsi
sebagai sumber pembelajaran atau sumber belajar. Oleh karena itu, dalam
kegiatan penyuluhan, seorang penyuluh harus dapat membawa, mengatur atau
menciptakan lingkungan sebaik-baiknya sehingga tercipta lingkungan sebagai
komponen pembelajaran yang penting kedudukannya secara baik dan
memenuhi syarat.

2.5 Tahapan pembelajaran


1. Belajar Dengan Peniruan (Trimition Learning)
Belajar dengan peniruan merupakan proses belajar yang dilakukan melalui
peniruan atas ide atau contoh-contoh (baik berupa obyek maupun kegiatan
yang dapat diamati)
2. Belajar Dengan Kondisi/Kebiasaan (Condicionaring)
Pada proses belajar seperti ini, warga belajar dihadapakan pada kondisi-
kondisi tertentu yang mendukung dan merangsang proses belajar
3. Belajar Dengan Mengartikan (Meaningfull Learning)
Pada proses belajar seperti ini, warga belajar diberikan sebanyak mungkin
rangsangan untuk menggunakan pikirannya guna mengartikan segala sesuatu
xiii

yang diajarkan
4. Belajar Dengan Kesadaran

Tujuan
Kebutuhan
Keinginan
kemauan

Motivasi belajar

Kesadaran atau usaha untuk


belajar

frustasi
berhasil

gagal
xiv

BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penyuluhan sebagai proses pendidikan atau proses belajar diartikan bahwa,
kegiatan penyebarluasan informasi dan penjelasan yang diberikan dapat
merangsang terjadinya proses perubahan perilaku yang dilakukan melalui
proses pendidikan atau kegiatan belajar, artinya, perubahan perilaku yang
terjadi atau dilakukan oleh sasaran tersebut berlangsung melalui proses
belajar. Kegiatan ini penting untuk dipahami, karena perubahan perilaku
dapat dilakukan melalui beragam cara, seperti: pembujukan, pemberian
insentif atau hadiah, atau bahkan melalui kegiatan-kegiatan pemaksaan
(pemaksaan melalui aturan dan ancaman-ancaman).
xv

DAFTAR PUSTAKA

Farozin, M. (2014). Peranan dan Konseling dalam Proses Belajar Mengajar.


Mardikanto. (1993). Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Surakarta : UNS
Press.
Pradiana, M. H. (2014). Analisis Ketersediaan Pangan dan Kinerja
PenyuluhPertanian dalam Penyediaan Pangan di Kota Bogor.
Reber, A. (1988). the penguin dictionary of psychology. ringwood victoria.
penguin books Australia Ltd.

Anda mungkin juga menyukai