Kelompok 2
Disusun oleh :
Ratna Wilisia
Rifatul Masruroh
Sabna Nur F
Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahnya,
makalah ini dapat kami selesaikan. Shalawat dan salam kepada nabi Muhammad SAW,
pembimbing umat menuju cahaya kebenaran illahi.
Adapun pembuatan makalah ini dimaksudkan untuk diajukan sebagai syarat dalam
diskusi kelompok pada mata kuliah Teknologi Pembelajaran tentang “Definisi Teknologi
Pembelajaran 1994 dan 2004” di UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung dan atas dasar
itulah maka kami mengharapkan semoga makalah ini bisa digunakan sebagai bahan
presentasi dan diskusi kelompok sebagaimana mestinya.
Mengingat isinya sangat penting sebagai bahan pembelajaran agar tercapainya tujuan
dalam menghadapi dan memecahkan masalah, baik masalah individu ataupun masalah
kelompok.
Mudah-mudahan makalah ini besar manfaatnya bagi para pembaca dan khususnya
bagi penulis menjadi amal yang sholeh yang bisa menghantarkan kesuksesan dalam belajar.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................................i
KATA PENGANTAR..........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii
1. BAB I
a.Pendahuluan........................................................................................................................
b. Latarbelakang.....................................................................................................................
c.Rumusan..............................................................................................................................
d.Tujuan..................................................................................................................................
2. BAB II
Pembahasan............................................................................................................................
3. BAB III
Penutup..................................................................................................................................
a. Kesimpulan........................................................................................................................
b. Saran..................................................................................................................................
c.Daftar Pustaka.....................................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
Belajar tidak hanya dilakukan olch dan untuk individu, melainkan oleh dan
untuk kelompok, bahkan oleh organisasi secara keseluruhan. Belajar itu ada di mana
saja, kapan saja dan pada siapa saja, mengenai apa saja, dengan cara dan sumber apa
saja yang sesuai dengan kondisi dan keperluan atau kebutuhan (Miarso, 2004: 193-
194). Oleh karena itu teknologi pembelajaran berupaya untuk memacu (merangsang)
dan memicu (menumbuhkan) belajar. Maksudnya menekankan pada hasil belajar dan
menjelaskan bahwa belajar adalah tujuannya dan pembelajaran adalah sarana untuk
mencapai tujuan tersebut.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
PEMBAHASAN
Teori belajar behavior merupakan teori belajar yang telah cukup lama dianut oleh para
pendidik. Teori ini dicetuskan oleh Gage dan Berliner yang berisi tentang perubahan tingkah
laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran
merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi tidaknya perubahan tingkah laku. Teori
behavioristik dengan model hubungan stimulus responnya, mendudukkan orang yang belajar
sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode
pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan
penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Behavior merupakan salah aliran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi
fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek mental. Dengan kata lain,
behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam
suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga
menjadi kebiasaan yang dikuasai individu. Dengan kata lain proses pembelajaran menurut
teori Behaviorisme adalah bahwa proses pembelajaran lebih menekankan pada proses
pemberian stimulus (rangsangan) dan rutinitas respon yang dilakukan oleh siswa. Inti
pembelajaran dalam pandangan behaviorisme terletak pada stimulus respon (S-R).
Evaluasi menekankan pada respon pasif, ketrampilan secara terpisah, dan biasanya
menggunakan paper and pencil test. Evaluasi hasil belajar menuntut jawaban yang benar.
Maksudnya bila siswa menjawab secara “benar” sesuai dengan keinginan guru, hal ini
menunjukkan bahwa siswa telah menyelesaikan tugas belajarnya. Evaluasi belajar dipandang
sebagi bagian yang terpisah dari kegiatan pembelajaran, dan biasanya dilakukan setelah
selesai kegiatan pembelajaran. Teori ini menekankan evaluasi pada kemampuan siswa secara
individual (Degeng, 2006).
Teori humanistik adalah sebuah teori belajar yang mengutamakan pada proses belajar
bukan pada hasil belajar. Teori ini mengemban konsep untuk memanusiakan manusia
sehingga manusia (siswa) mampu memahami diri dan lingkungannya.
Teori Humanistik ini bermula pada ilmu psikologi yang amat mirip dengan teori kepribadian.
Sehingga dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi maka teori ini diterapkan
dalam dunia pendidikan khususnya dalam pembelajaran formal maupun non formal dan
cenderung mampu mengatasi kesulitan-kesulitan dalam dunia pendidikan. Teori ini
memberikan suatu pencerahan khususnya dalam bidang pendidikan bahwa setiap pendidikan
haruslah berparadigma Humanistik yakni, praktik pendidikan yang memandang manusia
sebagai satu kesatuan yang integralistik, harus ditegakkan, dan pandangan dasar demikian
diharapkan dapat mewarnai segenap komponen sistematik kependidikan dimanapun serta
apapun jenisnya.
Prinsip Teori Belajar Humanistik:
1. Setiap manusia memiliki nalar untuk belajar secara alamiah.
2. Belajar terasa sangat bermanfaat jika memiliki relevansi dengan maksud tertentu.
3. Proses belajar bisa mengubah persepsi seseorang akan dirinya.
4. Makna belajar akan terasa jika dilakukan oleh diri sendiri.
5. Setiap pembelajar harus mampu menumbuhkan kepercayaan dirinya.
6. Belajar sosial tentang proses belajar itu sendiri.
Konsep dasar yang harus dijadikan acuan pada teori belajar ini adalah manusia
memegang peranan penting pada kesuksesan dirinya sendiri.
Untuk mencapai kesuksesannya, seorang individu harus memiliki motivasi yang kuat
sehingga tidak pernah menyerah untuk terus belajar dengan tetap memperhatikan pada
beberapa aspek penting, yaitu kognitif dan afektif. Adapun motivasi bisa berasal dari dalam
maupun luar individu.
Selain motivasi, seseorang juga harus memahami bagaimana cara belajar teori humanistik.
Perpaduan antara keduanya diharapkan bisa menghasilkan kesuksesan.
Teori belajar kognitif berasal dari pandangan Kurt Lewin (1890-1947), seorang Jerman yang
kemudian beremigrasi ke Amerika Serikat.Teori kognitivisme ini memiliki perspektif bahwa
para peserta didik memproses informasi dan pelajaran melalui upayanya
mengorganisir,menyimpan,dan kemudian menemukan hubungan antara pengetahuan yang
baru dengan pengetahuan yang telah ada. Teori ini menekankan pada bagaimana informasi
diproses.
Kognitif adalah salah satu ranah dalam taksonomi pendidikan. Secara umum diartikan
sebagai potensi intelektual yang terdiri dari tahapan: pengetahuan (knowledge), pemahaman
(comprehention), analisa (analysis), sintesa (synthesis), evaluasi (evaluation). Persoalan yang
menyangkut kemampuan untuk mengembangkan kemampuan rasional (masuk akal). Teori
kognitif lebih menekankan bagaimana proses atau upaya untuk mengoptimalkan kemampuan
aspek rasional yang dimiliki orang lain. Oleh sebab itu, kognitif berbeda dengan teori
behavioristik yang lebih menekankan pada aspek kemampuan perilaku yang didahulukan
dengan cara kemampuan merespon terhadap stimulus yang dating pada dirinya. Secara
sederhana, kemampuan koginitif adalah kemampuan anak untuk berpikir lebih kompleks
serta kemampuan melakukan penalaran dan pemecahan masalah, dengan demikian dapat di
pahami perkembangan kognitif adalah semua proses psikologi yang berkaitan dengan acara
individu mempelajari dan memikirkan lingkungan sekitarnya.
Karakteristik :
1. Belajar adalah proses mental bukan behavioral
2. Siswa aktif sebagai penyadur
3. Siswa belajar secara individu dengan pola deduktif dan induktif
4. Instrinsik motivation, sehingga tidak perlu stimulus
5. Siswa sebagai pelaku untuk menuntun penemuan
6. Guru memfasilitasi terjadinya proses insight.
Menurut cara pandang teori konstruksivisme belajar adalah proses untuk membanguin
pengetahuan melalui pengalaman nyata dari lapangan. Artinya siswa akan cepat memiliki
pengetahuan jika pengetahuan itu dibangu atas dasar realitas yang ada di dalam masyarakat.
Evaluasi pembelajaran. Dalam treori kontruktivisme, evaluasi tidak hanya dimaksudkan
untuk mengetahui kualitas siswa dalam memahami materi dari guru. Evaluasi menjadi saran
untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan proses pembelajaran.
Konstruktivisme sebagai deskripsi kognitif manusia seringkali diasosiasikan dengan
pendekatan paedagogi yang mempromosikan learning by doing. Teori ini memberikan
keaktifan terhadap manusia untuk belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan atau
teknologi, dan hal lain yang diperlakukan guna mengembangkan dirinya sendiri.
Menurut asalnya, teori konstruktivime bukanlah teori pendidikan. Teori ini berasal
dari disiplin filsafat, khususnya filsafat ilmu. Pada tataran filsafat, teori ini membahas
mengenai bagaimana proses terbentuknya pengetahuan manusia. Menurut teori ini
pembentukan pengetahuan terjadi sebagai hasil konstruksi manusia atas realitas yang
dihadapinya. Dalam perkembangan kemudian, teori ini mendapat pengaruh dari disiplin
psikologi terutama psikologi kognitif Piaget yang berhubungan dengan mekanisme psikologis
yang mendorong terbentuknya pengetahuan. Menurut kaum konstruktivis, belajar merupakan
proses aktif siswa mengkostruksi pengetahuan. Proses tersebut dicirikan oleh beberapa hal
sebagai berikut:
1. Belajar berarti membentuk makna. Makna diciptakan siswa dari apa yang mereka
lihat, dengar, rasakan, dan alami. Konstruksi makna ini dipengaruhi oleh
pengertian yang telah ia punyai.
2. Konstruksi makna merupakan suatu proses yang berlangsung terus-menerus
seumur hidup.
3. Belajar bukan kegiatan mengumpulkan fakta melainkan lebih berorientasi pada
pengembangan berpikir dan pemikiran dengan cara membentuk pengertian yang
baru. Belajar bukanlah hasil dari perkembangan melainkan perkembangan itu
sendiri. Suatu perkembangan yang menuntun penemuan dan pengaturan kembali
pemikiran seseorang.
4. Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skemata seseorang dalam
keraguan yang merangsang pemikiran lebih lanjut. Situasi disekuilibrium
merupakan situasi yang baik untuk belajar.
5. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman belajar dengan dunia fisik dan
lingkungan siswa.
6. Hasil belajar siswa tergantung pada apa yang sudah diketahuinya.
Bagi kaum konstruktivis, belajar adalah suatu proses organik untuk menemukan
sesuatu, bukan suatu proses mekanis untuk mengumpulkan fakta. Dalam konteks yang
demikian, belajar yang bermakna terjadi melalui refleksi, pemecahan konflik pengertian dan
selalu terjadi pembaharuan terhadap pengertian yang tidak lengkap.
Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut dapat ditarik sebuah inferensi bahwa menurut
teori konstruktivisme belajar adalah proses mengkonstruksi pengetahuan dengan cara
mengabstraksi pengalaman sebagai hasil interaksi antara siswa dengan realitas baik realitas
pribadi, alam, maupun realitas sosial. Proses konstruksi pengetahuan berlangsung secara
pribadi maupun sosial. Proses ini adalah proses yang aktif dan dinamis. Beberapa faktor
seperti pengalaman, pengetahuan awal, kemampuan kognitif dan lingkungan sangat
berpengaruh dalam proses konstruksi makna.
Argumentasi para konstruktivis memperlihatkan bahwa sebenarnya teori belajar
konstrukvisme telah banyak mendapat pengaruh dari psikologi kognitif, sehingga dalam batas
tertentu aliran ini dapat disebut juga neokognitif.
Walaupun mendapat pengaruh psikologi kognitif, namun harus diakui bahwa stressing
point teori ini bukan terletak pada berberapa konsep psikologi kognitif yang diadopsinya
(pengalaman, asimilasi, dan internalisasi).melainkan pada konstuksi pengetahuan. Konstruksi
pengetahuan yang dimaksudkan dalam pandangan konstruktivisme yaitu pemaknaan realitas
yang dilakukan setiap orang ketika berinteraksi dengan lingkungan. Dalam konteks demikian,
konstruksi atau pemaknaan terhadap realitas adalah berlajar itu sendiri. Dengan asumsi
seperti ini, sebetulnya substansi konstrukvisme terletak pada pengakuan akan hekekat
manusia sebagai homo creator yang dapat mengkonstruksi realitasnya sendiri. Adapun
prinsip-prinsip teori belajar konstruktivistik adalah sebagai berikut :
PENUTUP
A. Kesimpulan
Teori belajar adalah suatu teori yang di dalamnya terdapat tata cara pengaplikasian
kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa, perancangan metode pembelajaran
yang akan dilaksanakan di kelas maupun di luar kelas. Namun teori belajar ini tidak-lah
semudah yang dikira, dalam prosesnya teori belajar ini membutuhkan berbagai sumber sarana
yang dapat menunjang, seperti : lingkungan siswa, kondisi psikologi siswa, perbedaan tingkat
kecerdasan siswa. Semua unsure ini dapat dijadikan bahan acuan untuk menciptakan suatu
model teori belajar yang dianggap cocok, tidak perlu terpaku dengan kurikulum yang ada
asalkan tujuan dari teori belajar ini sama dengan tujuan Pendidikan. Makalah ini sudah cukup
banyak membahas tetang teori-teori pembelajaran. Teori-teori pembelajaran tersebut
menjelaskan apa itu belajar dan bagaimana mana belajar itu terjadi. Teori Behavioristik,
Kognitif, Piaget, Konstruktivisme, NeoBehavioristik,dan Humaristik yang memiliki masing-
masing ciri,prinsip,dan konsepnya.
B. Saran
Perkembengan dunia pendidikan terus berlangsung sejalan dengan tuntutan hidup
manusia untuk menjawab perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
semakin hari semakin maju dan kompleks. Dunia pendidikan juga dituntut untuk peka
terhadap perubahan dan perkembangan sekecil apa pun dalam dunia ilmu
pengetahuan dan teknologi. Dalam konteks ini peran guru tidaklah kecil. Guru sebagai ujung
tombak pelaksana pendidikan terdepan dituntut untuk terus mengembangkan pengetahuan,
kemampuan serta keterampilannya. Oleh karena itu disaran kepada semua yang berhubungan
membaca dan memahami Teori-teori pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.kompasiana.com/vivifariska/5f9f7720725d2422b57b1fb3/teori-belajar-
humanisme-dan-contoh-penerapanya?page=2
http://repo.iain-tulungagung.ac.id/12354/5/BAB%20II.pdf
https://www.google.co.id/amp/s/www.quipper.com/id/blog/info-guru/teori-belajar-
humanistik/amp/
PRESENTASI
RATNA WILISIA RIF’ATUL MASRUROH SABNA NUR FADILAH