Anda di halaman 1dari 9

PANDANGAN HUKUM ISLAM

TERHADAP PERBURUHAN

Dosen Pengampu:
Ahmad Sukron, S.H., M.H.

Disusun Oleh:
Merdian Engge Doku Bani
NPM : 2274201001675

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MERDEKA PASURUAN
Sekertariat: Jl. Ir. H. Juanda No.68. Kota Pasuruan-67172
A. LATAR BELAKANG
Perburuhan adalah salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, yang telah ada
sejak zaman dahulu hingga saat ini. Kegiatan ini mencakup berbagai bentuk pekerjaan
dan aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh individu maupun kelompok untuk
memenuhi kebutuhan hidup mereka. Perburuhan memainkan peran utama dalam
perkembangan ekonomi, sosial, dan kesejahteraan masyarakat.

Dalam konteks hukum Islam, perburuhan memiliki relevansi yang besar, mengingat
Islam adalah agama yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, termasuk
aktivitas ekonomi dan pekerjaan. Pandangan hukum Islam terhadap perburuhan
memiliki implikasi signifikan terhadap tata cara bekerja, hak dan kewajiban pekerja,
serta hubungan antara pengusaha dan pekerja. Oleh karena itu, pemahaman yang
mendalam tentang pandangan hukum Islam terhadap perburuhan adalah penting
dalam memastikan bahwa praktik perburuhan sesuai dengan prinsip-prinsip Islam dan
memberikan kesejahteraan bagi semua pihak yang terlibat.

Selain itu, dalam era globalisasi dan perubahan ekonomi yang pesat, isu-isu terkait
perburuhan, seperti hak-hak pekerja, perlindungan sosial, dan perdagangan
internasional, juga menjadi perhatian utama bagi umat Islam. Dalam konteks ini,
pandangan hukum Islam terhadap perburuhan dapat memberikan panduan etis dan
normatif untuk mengevaluasi dan mengatasi berbagai tantangan yang dihadapi oleh
umat Islam di seluruh dunia.

Dalam makalah ini, kita akan mengeksplorasi pandangan hukum Islam terhadap
perburuhan dengan fokus pada aspek-aspek seperti hak-hak pekerja, etika bisnis,
konsep keadilan ekonomi, dan aspek-aspek lain yang relevan. Dengan pemahaman
yang lebih mendalam tentang pandangan ini, kita dapat mempertimbangkan
bagaimana prinsip-prinsip Islam dapat diimplementasikan dalam dunia kerja saat ini
dan bagaimana mereka dapat memberikan kontribusi positif terhadap kesejahteraan
sosial dan ekonomi umat Islam.
B. RUMUSAN MASALAH
 Definisi buruh dalam hukum Islam
 Bagaimana hak-hak buruh dalam pandangan hukum islam
 Bagaimana hukum Islam mengatur mengenai kesejahteraan buruh

C. DEFINISI BURUH DALAM ISLAM


Definisi buruh dalam hukum Islam adalah pemahaman tentang pekerjaan atau
perburuhan yang dilihat dari perspektif agama Islam. Pada dasarnya, buruh dalam
Islam adalah pekerjaan atau aktivitas yang melibatkan usaha manusia dalam berbagai
bidang kehidupan, termasuk ekonomi, sosial, dan kemanusiaan. Definisi buruh dalam
hukum Islam mencakup beberapa aspek penting:

 Ibadah: Salah satu aspek utama definisi buruh dalam hukum Islam adalah
konsep bahwa pekerjaan adalah bentuk ibadah. Ketika pekerja menjalani
tugasnya dengan niat yang baik dan menjalankannya sesuai dengan prinsip-
prinsip etika Islam, pekerjaan mereka dapat menjadi ibadah yang diterima oleh
Allah. Dengan demikian, pekerjaan dilihat sebagai cara untuk mendekatkan
diri kepada Allah dan mendapatkan pahala.
 Kewajiban dan Hak: Definisi buruh dalam hukum Islam mencakup hak dan
kewajiban pekerja. Pekerja memiliki hak untuk menerima upah yang adil,
bekerja dalam lingkungan yang aman dan sehat, serta diperlakukan dengan
adil. Di sisi lain, mereka juga memiliki kewajiban untuk menjalankan tugas
mereka dengan itikad baik, jujur, dan taat pada aturan yang berlaku.
 Keadilan Ekonomi: Hukum Islam menekankan pentingnya keadilan ekonomi
dalam perburuhan. Pekerja harus diberi upah yang sesuai dengan pekerjaan
dan usahanya, tanpa diskriminasi atau eksploitasi. Ini mencerminkan prinsip
distribusi kekayaan yang adil dalam masyarakat Islam.
 Perlindungan dan Keamanan: Hukum Islam memandang perlindungan dan
keamanan pekerja di tempat kerja sebagai hak yang harus dihormati. Pekerja
memiliki hak untuk bekerja dalam kondisi yang aman dan sehat, serta harus
dilindungi dari penindasan atau eksploitasi oleh majikan.
 Etika dan Moralitas: Islam sangat menekankan etika dan moralitas dalam
perburuhan. Pekerja harus menjalani pekerjaan mereka dengan jujur,
kejujuran, dan integritas. Praktik-praktik yang tidak etis, seperti penipuan atau
penyalahgunaan kekuasaan, dilarang dalam Islam.

Dengan demikian, definisi buruh dalam hukum Islam mencakup konsep yang lebih
luas daripada sekadar pekerjaan atau aktivitas ekonomi. Hal ini mencerminkan
pandangan Islam tentang bagaimana perburuhan harus diselenggarakan dengan
prinsip-prinsip etika, moralitas, keadilan, dan keimanan yang mendalam. Definisi ini
memberikan landasan yang kuat untuk memahami peran perburuhan dalam konteks
Islam dan bagaimana nilai-nilai agama ini dapat diimplementasikan dalam aktivitas
ekonomi sehari-hari.

Dalam Alquran terdapat beberapa konsep yang berkaitan dengan kerja antara lain
“kasaba” dan “amala” dan lain-lain. Hal itu semua mengindikasikan bahwa Islam
adalah agama yang mengutamakan kerja. Bahkan kesempurnaan iman seseorang
antara lain adalah karena kerja.Dengan kata lain bahwa setiap muslim wajib
bekerja/beramal. (QS AtTaubah (9):105; QS An-Nisa (4):32 dan QS Fatir (35):8).
Mengingat bahwa tujuan penciptaan manusia ke atas bumi adalah untuk beribadah
kepada Allah SWT, maka bekerja mencari nafkah adalah termasuk ibadah dalam arti
yang luas, sepanjang pekerjaan itu adalah “alkasb al-halal”. (QS Az Zariyat (51):56)

D. HAK-HAK BURUH DALAM HUKUM ISLAM


Hak-hak buruh dalam hukum Islam mencakup serangkaian hak yang diberikan kepada
pekerja atau buruh, sesuai dengan prinsip-prinsip syariah (hukum Islam). Ini
mencerminkan pandangan Islam tentang keadilan, perlindungan, dan kesejahteraan
bagi individu yang terlibat dalam dunia kerja. Berikut adalah definisi dan deskripsi
hak-hak buruh dalam hukum Islam:

Definisi Hak-hak Buruh dalam Hukum Islam:


Hak-hak buruh dalam hukum Islam adalah hak-hak yang diberikan oleh Allah kepada
individu yang bekerja atau berkontribusi dalam dunia pekerjaan, sesuai dengan
prinsip-prinsip agama Islam. Hak-hak ini mencakup hak-hak ekonomi, sosial, dan
moral yang harus dihormati dan dijamin oleh majikan dan masyarakat. Hak-hak buruh
dalam Islam mencerminkan pandangan yang adil dan etis terhadap perburuhan,
dengan tujuan memberikan perlindungan dan kesejahteraan bagi pekerja.
Deskripsi Hak-hak Buruh dalam Hukum Islam:

 Hak atas Upah yang Adil: Pekerja memiliki hak untuk menerima upah yang
adil dan setara dengan nilai pekerjaan yang mereka lakukan. Hukum Islam
mendorong pengusaha untuk membayar upah yang sesuai dengan usaha dan
kontribusi pekerja.

 Hak atas Keadilan Kontrak: Pekerja memiliki hak untuk bekerja dalam
lingkungan yang adil, tanpa penindasan atau eksploitasi. Kontrak kerja harus
mematuhi prinsip-prinsip keadilan dan kesepakatan bebas. Tidak boleh ada
perjanjian yang merugikan pekerja.

 Hak atas Lingkungan Kerja yang Aman dan Sehat: Pekerja memiliki hak
untuk bekerja dalam kondisi yang aman dan sehat. Pengusaha harus
menyediakan lingkungan kerja yang bebas dari bahaya fisik, kimia, dan
biologis, serta memberikan akses ke perawatan medis jika diperlukan.

 Hak atas Hak Asasi Manusia: Hukum Islam mengakui hak asasi manusia
pekerja, termasuk hak-hak seperti kebebasan berpendapat, hak untuk tidak
mengalami diskriminasi, dan hak untuk tidak disiksa. Pekerja juga memiliki
hak untuk dihormati dan diperlakukan dengan adil, tanpa memandang status
sosial, ras, atau agama.

 Hak atas Perlindungan Sosial: Pekerja memiliki hak atas perlindungan sosial,
seperti asuransi kesehatan, asuransi kerja, dan perlindungan dari
ketidakpastian ekonomi. Prinsip ini mencerminkan konsep kepedulian dan
solidaritas dalam Islam.

 Hak atas Libur dan Istirahat: Pekerja memiliki hak atas waktu istirahat dan
liburan yang cukup untuk menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan
kehidupan pribadi serta keluarga.
Hak-hak buruh dalam hukum Islam menempatkan penekanan kuat pada prinsip-
prinsip keadilan, etika, dan kemanusiaan. Hal ini mencerminkan pandangan Islam
tentang pentingnya menghormati martabat manusia dan menciptakan lingkungan kerja
yang adil dan berkelanjutan. Dengan menjalankan hak-hak ini, diharapkan pekerja
dapat merasakan perlindungan dan kesejahteraan dalam menjalani aktivitas ekonomi
mereka sesuai dengan prinsip-prinsip agama Islam.

E. KESEJAHTERAAN BURUH DALAM HUKUM ISLAM


Dalam hukum Islam, kesejahteraan buruh merupakan prinsip fundamental yang
mendapat perhatian serius. Hukum Islam menekankan pentingnya perlindungan hak-
hak buruh, termasuk upah yang adil, kondisi kerja yang aman, dan perlindungan
terhadap eksploitasi. Dalam pelaksanaannya kesejahteraan buruh sering kali di
tinggalkan, manusia lupa bahwa manusia harus perhatikan hak dan kewajibannya.
Pemenuhan hak terhadap buruh dapat berupa peningkatan kesejahteraan buruh, upaya
meningkatkan kesejahteraan buruh dapat berupa dengan memperhatikan kebutuhan-
kebutuhan buruh. Seperti menaikkan upah, meningkatkan layanan kesehatan bagi
buruh, meningkatkan tingkat keselamatan bagi buruh, dan masih banyak lagi.

Selanjutnya Nabi SAW bersabda dalam hadisnya, dari Abu Sa'id Al khudri: Artinya:
“Barang siapa mengupah seorang buruh, maka hendaklah diterangkan kepadanya
upahnya.” (HR abdurrazaq dan Baihaqi). Upah yang jelas, bukan hanya jumlah, tetapi
sistem penggajian mencakup alokasi waktunya (harian, mingguan, borongan, dan
sebagainya). Mengenai jumlah gaji, ditentukan sesuai dengan gaji yang pantas (ajrul
mitsi). Oleh karena pemilik pekerjaan adalah pimpinan dari buruh/pekerja, maka
pemilik merupakan penanggungjawab mereka. (Kullukum Rain wa kullukum Ulun
ra'iyyatihi). Jumlah gaji yang diterima adalah yang pantas dan disesuaikan dengan
kebutuhan pekerja. Gaji/upah dapat ditetapkan menurut keadaan yang
mencakupkehidupan dalam batas-batas yang wajar (‘urf) atau dengan terlebih dahulu
dilakukan pembicaraan antara pekerja dan pengusaha sebelum memulai pekerjaan.
Sistem upahan terdiri dari: pertama, harus jelas baik besarnya upah maupun alokasi
waktunya (harian, mingguan, bulanan, borongan dan sebagainya); Kedua, layak, baik
menurut jenisnya pekerjaannya maupun kondisi pekerjaannya. Pekerja adalah
manusia biasa yang oleh Allah SWT dinilai sebagai makhluk terhormat, karenanya
dia harus dihormati. (QS AlBaqarah (2):233)
Majikan/pengusaha berkewajiban memenuhi hak pekerja sesuai perjanjian yang telah
disepakati bersama. Allah berfirman Dalam Hadis Qudsi: “Allah berfirman: ada tiga
macam manusia yang menjadi musuhKu di hari kiamat nanti, yaitu orang-orang yang
aku beri rizki atas namaKu kemudian ia menipu, orang yang menjual orang merdeka
lalu ia makan harganya, dan orang yang mengupah seorang buruh maka ia
memperolehhasil kerjanya tetapi tidak mau pembayaran upah.” (HR Bukhari dari
Abu Hurairah).

Majikan wajib mencukupkan makan minum pekerja, menyediakan tempat tinggalnya,


memberikan pendidikan, dan tidak memberatkan pekerjaan buruh. Di samping itu,
majikan juga diperintahkan agar memperlakukan buruh seperti memperlakukan
dirinya sendiri. Sabda Nabi SAW yang artinya: “Saudara-saudaramu itu dijadikan
oleh Allah sebagai pembantu di bawah kekuasaanmu. Barangsiapa yang saudaranya
di bawah kekuasaannya, maka hendaklah ia memberi makan seperti makanannya
sendiri, berilah dia pakaiannya sendiri dan jangan memberikan beban yang tidak
terpikul olehnya, maka bantulah dia.” (HR Tirmidzi dari Abu Dzar). Selanjutnya
majikan wajib berlaku adil terhadap semua pekerja dan tidak merugikan mereka.
Di samping itu, majikan harus pula memberi santunan dan memberi peluang kepada
pekerja untuk memiliki saham dalam perusahaan. Nabi SAW mengatakan dalam
sabdanya, yang artinya: “Dan Allah melebihkan sebahagian kamu dari sebahagian
yang lain dalam hal rezeki, tetapi orangorang yang dilebihkan rezekinya itu tidak mau
memberikan rezeki mereka kepada budak-budak yang mereka miliki, agar mereka
sama merasakan rezeki itu. Maka Mengapa mereka mengingkari nikmat Allah?”
Artinya: “Dari Abu Hurairah r.a, Nabi SAW (dilaporkan) bahwa beliau bersabda:
apabila seseorang kamu didatangi pembantunya yang membawakan makanannya,
maka apabila iya tidak mengajaknya, hendaknya memberikan makanan itu sedikit
atau beberapa suap kepadanya, karena pembantu itu adalah orang-orang bertanggung
jawab merawatnya.” (HR Bukhari).
Artinya: “Dari Abu Musa Al Ashari, Nabi SAW (dilaporkan bahwa) beliau bersabda:
hamba yang melakukan ibadah yang baik kepada Tuhannya dan menunaikan hak,
kejujuran dan kepatuhan yang menjadi kewajibannya kepada tuannya mendapat dua
pahala.” (HR Bukhari)
F. KESIMPULAN
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam hukum Islam, kesejahteraan
buruh adalah prinsip utama yang menekankan pentingnya memberikan perlindungan
dan kesejahteraan kepada pekerja dalam dunia kerja. Ini mencakup hak-hak seperti
upah yang adil, perlindungan keselamatan dan kesehatan, perlindungan hak asasi
manusia, keadilan kontrak, perlindungan sosial, serta waktu istirahat dan libur yang
memadai. Prinsip-prinsip ini mencerminkan komitmen Islam terhadap keadilan, etika,
dan kemanusiaan dalam semua aspek kehidupan, termasuk dalam perburuhan.

Dengan memahami dan menghormati hak-hak buruh dalam hukum Islam, diharapkan
bahwa pekerja akan merasakan perlindungan, kesejahteraan, dan martabat yang dijaga
sesuai dengan prinsip-prinsip agama Islam. Ini membantu menciptakan lingkungan
kerja yang adil, aman, dan berkelanjutan, serta memastikan bahwa aktivitas ekonomi
dijalankan dengan prinsip-prinsip etika dan moralitas yang mendalam.

DAFTAR PUSTAKA
Agama, D. (2001). Kompilasi Hukum Islam di Indonsia. Jakarta : Direktorat Pembinaan
Badan Peradilan Agama Islam Departemen Agama.
Ali, H. M. (2012). Hukum Islam: Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di
Indonesia . Jakarta : Rajawali Press.
Asikin, Z. H. (2014). Dasar-Dasar Hukum Perburuhan, Cet Ke-6,. Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada.
Djazuli, A. (2003). . Fiqh Siyasah. Bandung: Praneda Media .
Hakim, L. (2012). Prinsip-Prinsip Peruruhan dalam islam . Jakarta : PT. Grafinfo Persada.
Huda, N. A. (2015). Prinsip-Prinsip Perburuhan dalam islam . Jakarta: Sinar Pustaka.
Tariqi, H. a. (2008). Pandangan islam terhadap perburuhan . Bandung : Grafinfo Persada.

Anda mungkin juga menyukai