0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
7 tayangan4 halaman
1. Makna kerja dalam Islam adalah meliputi segala bidang ekonomi yang dibolehkan oleh syariat untuk memperoleh upah, baik kerja fisik maupun mental.
2. Islam menjadikan kerja sebagai kewajiban bagi semua umatnya untuk mencapai kebahagiaan individu dan masyarakat, bukan hanya untuk golongan tertentu.
3. Bank syariah adalah contoh lembaga yang menerapkan prinsip Islam dengan tidak mengen
1. Makna kerja dalam Islam adalah meliputi segala bidang ekonomi yang dibolehkan oleh syariat untuk memperoleh upah, baik kerja fisik maupun mental.
2. Islam menjadikan kerja sebagai kewajiban bagi semua umatnya untuk mencapai kebahagiaan individu dan masyarakat, bukan hanya untuk golongan tertentu.
3. Bank syariah adalah contoh lembaga yang menerapkan prinsip Islam dengan tidak mengen
1. Makna kerja dalam Islam adalah meliputi segala bidang ekonomi yang dibolehkan oleh syariat untuk memperoleh upah, baik kerja fisik maupun mental.
2. Islam menjadikan kerja sebagai kewajiban bagi semua umatnya untuk mencapai kebahagiaan individu dan masyarakat, bukan hanya untuk golongan tertentu.
3. Bank syariah adalah contoh lembaga yang menerapkan prinsip Islam dengan tidak mengen
NIM : 20190044 PRODI D-III ADMINISTRASI RUMAH SAKIT (A) TANGGAL: 10-07-2021 TUGAS AIK
Makna Kerja dalam Islam
Kerja atau amal menurut Islam dapat diertikan dengan makna yang umum dan makna yang khusus. Amal dengan makna umum ialah melakukan atau meninggalkan apa jua perbuatan yang disuruh atau dilarang oleh agama yang meliputi perbuatan baik atau jahat. Perbuatan baik dinamakan amal soleh dan perbuatan jahat dinamakan maksiat. Adapun kerja atau amal dengan maknanya yang khusus iaitu melakukan pekerjaan atau usaha yang menjadi salah satu unsur terpenting dan titik tolak bagi proses kegiatan ekonomi seluruhnya. Kerja dalam makna yang khusus menurut Islam terbahagi kepada: 1. Kerja yang bercorak jasmani (fizikal) 2. Kerja yang bercorak aqli/fikiran (mental) Dari keterangan hadis-hadis Rasulullah (s.a.w), terdapat kesimpulan bahawa konsep kerja menurut Islam adalah meliputi segala bidang ekonomi yang dibolehkan oleh syarak sebagai balasan kepada upah atau bayaran, sama ada kerja itu bercorak jasmani (flzikal) seperti kerja buruh, pertanian, pertukangan tangan dan sebagainya atau kerja bercorak aqli (mental) seperti jawatan pegawai, baik yang berupa perguruan, iktisas atau jawatan perkeranian dan teknikal dengan kerajaan atau swasta. Antara hadis-hadis tersebut ialah:"Tidaklah ada makanan seseorang itu yang lebih baik daripada apa yang dimakannya dari hasil usaha tangannya sendiri". (Riwayat al-Bukhari) Selain daripada itu para sahabat menggunakan perkataan pekerja (amil) untuk jawatan orang yang ditugaskan menjadi petugas pemerintahan umpamanva kadi, gabenor dan sebagainya. Oleh yang demikian segala kerja dan usaha yang dibolehkan oleh syarak baik yang bersifat kebendaan atau abstrak atau gabungan dan kedua-duanya adalah dianggap oleh Islam sebaga "kerja". Segala kerja yang bermanfaat Islam dan yang sekecil-kecilnya seperti menyapu longkang hingga kepada yang sebesar-besarnya seperti menjadi menteri atau kepala negara adalah merupakan kerja atau amal sekalipun ianya berlainan peringkat dan kelayakan yang diperlukan untuknya. Berdasarkan konsep ini maka menurut pandangan Islam, masyarakat seluruhnya dan semua peringkat adalah pekerja. Oleh yang demikian konsep kerja seperti ini membawa implikasi sosial yang penting, antaranya: 1. Bahawa asal manusia adalah sama sebagai manusia dan pekerja yang mempunyai kemuliaan dan kehormatan sekalipun perbezaan itu tidaklah merupakan keistimewaan satu pihak terhadap yang lain. 2. Para pekerja bukanlah hanya satu kelompok dari masyarakat, bahkan mereka adalah semua anggota masyarakat. Jadi mengikut konsep Islam bahawa masyarakat itu adalah tersusun atau terbentuk dari kerjasama antara sesama para pekerja di dalamnya, bukan terdiri dari kumpulan para pekerja dan para majikan seperti yang difahami menurut sistem ekonomi komunis atau kapitalis. Kerja Menurut Tuntutan Islam: Islam menjadikan kerja sebagai tuntutan fardu atas semua umatnya selaras dengan dasar persamaan yang diisytiharkan oleh Islam bagi menghapuskan sistem yang membeza-bezakan manusia mengikut darjat atau kasta dan warna kulit. Firman Allah yang bermaksud: "Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu daripada lelaki dan perempuan dan Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan berpuak-puak supava kamu berkenal-kenalan. Sesungguhnya orang yang termulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang taqwa." (al-Hujurat: 13) Dengan menggunakan segala unsur-unsur perbezaan darjat atau warna kulit itu maka jadilah kerja menurut Islam suatu tuntutan kewajipan yang menyeluruh atas setiap orang yang mampu bekerja untuk mencapai kebahagiaan individu dan juga masyarakat. Jadi tidaklah kerja itu hanya khusus untuk golongan hamba abdi seperti sebelumnya. Firman Allah bermaksud: "Dan katakanlah wahai Muhammad, beramallah kamu akan segala apa yang diperintahkan, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang yang beriman akan melihat apa yang kamu kerjakan." (al-Taubah: 105) Islam juga meningkatkan tuntutan kerja itu hingga ke tahap kewajipan agama. Oleh itu tahap iman sentiasa dikaitkan oleh al-Quran dengan amal soleh atau perbuatan baik. Ini bererti Islam itu adalah akidah yang mesti diamalkan dan amalan yang mesti berakidah secara tidak terpisah. Seperti firman Allah bermaksud: "Demi masa, sesungguhnya sekalian manusia dalam kerugian kecuali mereka yang beriman dan beramal soleh". (al-Asr: 1-3) Islam menempatkan bekerja sebagai ibadah untuk mencari rezeki dari Allah guna menutupi kebutuhan hidupnya. Bekerja untuk mendapatkan rezeki yang halalan thayiban termasuk kedalam jihad di jalan Allah yang nilainya sejajar dengan melaksanakan rukun Islam. ... Bekerja yang baik adalah wajib sifatnya dalam Islam. Definisi nya yaitu Kerja yaitu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menyelesaikan atau mengerjakan sesuatu yang menghasilkan alat pemenuhan kebutuhan yang ada seperti barang atau jasa dan memperoleh bayaran atau upah. Makna Kerja dalam Islam Dalam al-Qur‟ān digunakan beberapa istilah yang berarti kerja: „amal (kerja), kasb (pendapatan), sakhkhara (untuk mempekerjakan atau Mengguna), ajr (upah atau penghargaan), ibtighā‟a fadl Allah (mencari Keutamaan Allah) (Al-Fārūqī dkk., 1995: 93). Dalam hadiś banyak Menyebut kata amal dengan arti kerajinan tangan atau perbuatan Jasmaniah pada umumnya. Dan dalam ayat al-Qur‟ān banyak penggunaan Kata “iman” diikuti dengan kata “amal shaleh” yang berarti bahwa iman Yang tertanam dalam hati hanya akan berarti apabila membuahkan Perbuatan lahiriah yang nyata sesuai dengan tuntunan iman itu sendiri. Istilah „kerja‟ dalam Islam bukanlah semata-mata merujuk kepada Mencari rezeki untuk menghidupi diri dan keluarga dengan menghabiskan Waktu siang maupun malam, dari pagi hingga sore, terus menerus tidak Mengenal lelah, tetapi kerja mencakup segala bentuk amalan atau Pekerjaan yang mempunyai unsur kebaikan dan keberkahan bagi diri,Keluarga dan masyarakat sekelilingnya serta negara. Dengan kata lain,Orang yang berkerja adalah mereka yang menyumbangkan jiwa dan Tenaganya untuk kebaikan diri, keluarga, masyarakat maupun negara tanpa Menyusahkan dan menjadi beban bagi orang lain. Ciri ciri kerja yang lillahi taala Dari rumusan di atas, Toto mendefinisikan etos kerja dalam Islam (bagi kaum Muslim) adalah: “Cara pandang yang diyakini seorang Muslim bahwa bekerja itu bukan saja untuk memuliakan dirinya, menampakkan kemanusiaannya, tetapi juga sebagai suatu manifestasi dari amal shaleh dan oleh karenanya mempunyai nilai ibadah yang sangat luhur.”[18] Sementara itu, Rahmawati Caco, berpendapat bahwa bagi orang yang beretos kerja Islami, etos kerjanya terpancar dari sistem keimanan atau aqidah Islami berkenaan dengan kerja yang bertolak dari ajaran wahyu bekerja sama dengan akal. Sistem keimanan itu, menurutnya, identik dengan sikap hidup mendasar (aqidah kerja). Ia menjadi sumber motivasi dan sumber nilai bagi terbentuknya etos kerja Islami. Etos kerja Islami di sini digali dan dirumuskan berdasarkan konsep iman dan amal shaleh, tanpa landasan iman dan amal shaleh, etos kerja apa pun tidak dapat menjadi Islami ُ ََوقُ ِل ا ْع َملُىْا فَ َسيَ َري ا ه ُٰللّ َع َمل ِ ك ْم َو َر ُس ْىلُهٗ َو ْال ُم ْؤ ِمنُى َْن َو َستُ َر ُّدوْ نَ ِا ٰل ٰعلِ ِم ْال َغ ْي َب َوال َّشهَب َد ِة فَيُنَبِّئُ ُك ْم بِ َمب ُك ْنتُ ْم تَ ْع َم لُ ْى ن 105. Dan katakanlah, “Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang mukmin, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.”. Lembaga yg sudah memakai prinsip Islam salah satu nya adalah bank Pengertian Bank Syariah Lembaga keuangan islam utama adalah bank islam atau bank syariah, yaitu lembaga keuangan yang berfungsi memperlancar mekanisme ekonomi di sektor riil melalui aktivitas kegiatan usaha (investasi, jual beli, atau lainnya) berdasarkan prinsip syariah, yaitu aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan/atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan nilai-nilai syariah yang bersifat makro maupun mikro. Menurut Muhammad (2015), bank syari‟ah adalah bank yang aktivitasnya meninggalkan masalah riba. Bank Islam atau disebut dengan bank syariah adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga, atau dengan kata lain bank syariah adalah lembaga keuangan atau perbankan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip- prinsip syari‟ah islam, yang dikembangkan berlandaskan Al-Qur‟an dan Hadist nabi SAW. Lembaga yang belum memakai prinsip Islam adalah LEASING Pengertian leasing secara umum adalah suatu bentuk kegiatan pembiayaan alat atau barang modal berupa hak opsi atau tanpa hak opsi yang dimanfaatkan untuk nasabah dalam kurun waktu tertentu, yang mana pembayarannya dilakukan secara dicicil atau angsuran. Beberapa ahli berpendapat bahwa pengertian leasing adalah suatu bentuk perjanjian yang dilakukan oleh para pemilik aktiva atau barang dengan nasabahnya. Dalam hal ini, pemilik aktiva akan disebut sebagai lessor dan pemilik nasabah akan disebut lesseee. Nantinya, pihak lessor akan menyediakan barang atau modal yang dibutuhkan oleh pihak lesseee untuk operasional produksi. Sebagai imbalannya, maka pihak lesseee haru melakukan pembayaran kepada lessor dalam secara dicicil. Karna lembaga leasing mengharapkan keuntungan berlipat alias bunga yg tentu saja itu dilarang dalam Islam