Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan ke Hadirat Allah SWT atas berkat rahmat, taufik
dan hidayah-Nya sehingga penyusunan Buku Saku Sistem Manajemen Anti
Penyuapan (SMAP) dapat diselesaikan dengan baik. Buku Saku SMAP ini
merupakan panduan umum kepada seluruh pegawai BBVetWates dan stake holder
terkait dalam upaya menghadapi praktik-praktik suap/pungli dan gratifikasi
(SPG)/korupsi sekaligus upaya untuk menghindari dan/atau mencegah praktik SPG
ataupun korupsi.
Penerapan sistem manajemen anti penyuapan merupakan salah satu bentuk
komitmen BBVet Wates dalam pelaksanaan reformasi birokrasi dengan mewujudkan
peningkatan kualitas pelayanan publik yang baik dan bersih yang anti terhadap
penyuapan, pungli dan gratifikasi bagi personel BBVetWates (BBVet Wates) serta
informasi bagi pemangku kepentingan lainnya (pengguna jasa BBVet Wates,
instansi terkait dan penyedia barang dan jasa pemerintah) untuk turut mendukung
terlaksananya SMAP. Penyusunan Buku Saku SMAP berpedoman pada Panduan
Mutu SMAP dan prosedur yang lain yang mengatur tentang SMAP.
Kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
seluruh proses penyusunan Buku Saku SMAP ini, diharapkan buku ini mampu
menjadi media sosialisasi tentang SMAP sehingga sistem manajemen bisa
terlaksana dengan sebaik-baiknya untuk mewujudkan reformasi birokrasi BBVet
Wates menuju Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih
Melayani (WBBM).

Wates, 1 Oktober 2019


Manajemen Puncak

drh. Bagoes Poermadjaja, M. Sc.


Manajer Puncak
I. PENDAHULUAN

1.1. Perlunya Kebijakan Anti Penyuapan

1. Balai Besar Veteriner Wates adalah instansi vertikal dari Kementerian


Pertanian dan merupakan UPT dari Direktorat Jenderal Peternakan dan
Kesehatan Hewan yang bertekad selalu mentaati seluruh ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pegawai BBVet Wates selalu bekerja secara profesional, dan bertekad
untuk mempertahankan standar etika dan etika kerja tertinggi diantara
rekan pegawai dengan menjunjung nilai-nilai luhur dan budaya, serta
makna kerja Kementerian Pertanian yaitu KKPID (Komitmen,
Keteladanan, Profesionalisme, Integritas dan Disiplin) serta bekerja penuh
semangat demi mewujudkan visi BBVet Wates Menjadi laboratorium
veteriner handal dengan reputasi internasional”serta janji layanan
“Profesional, Cepat, Akurat, Masyarakat Puas”

2. Kebijakan Anti Penyuapan diterapkan bagi seluruh pegawai BBVet


Wates, baik yang berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) maupun
Non Pegawai Negeri Sipil (THL).

1.2. Tanggung jawab Pelaksanaan Anti Suap


1. Kepala BBVet Wates adalah penanggung jawab tertinggi pelaksanaan
Kebijakan Anti Penyuapan ini.
2. Kepala Bidang Program dan Evaluasi sebagai Koordinator tim SMAP
sekaligus sebagai Ketua tim Kepatuhan bertanggungjawab
memelihara, memperbaiki dan mendistribusikan Kebijakan Anti
Penyuapan ini kepada seluruh Seksi/Sub Bagian yang ada pada BBVet
Wates dan juga sebagi tempat penerimaan laporan.
II. PENGERTIAN (DEFINISI)

2.1 Pengertian Korupsi


1. Menurut UU Nomor 31 tahun 1999 yang diubah dengan UU Nomor 20
tahun 2001 yang sering ditangani aparat penegak hukum adalah tindak
pidana korupsi yang terkait dengan pasal 2 dan pasal 3, yaitu sebagai
berikut:
1) Pasal 2, Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan
perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu
korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau
perekonomian Negara;
2) Pasal 3, Setiap orang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri
atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan
kewenangan, kesempatan, atau sarana yang ada padanya karena
jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara
atau perekonomian negara.
2. Jenis Korupsi berdasarkan definisi di dalam UU Nomor 31 Tahun 1999
jo UU Nomor 20 Tahun 2001 terkait dengan:
1) Merugikan Keuangan Negara
2) Suap-Menyuap
3) Penggelapan Dalam Jabatan
4) Pemerasan
5) Perbuatan Curang
6) Benturan Kepentingan Dalam Pengadaan
7) Gratifikasi

2.2. Gratifikasi adalah pemberian dalam arti luas yakni meliputi


pemberian uang, barang, rabat (diskon), komisi, pinjaman tanpa
bunga, tiket perjalanan, fasilitasi penginapan, perjalanan wisata,
pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya.
2.3. Gratifikasi dalam kedinasan adalah hadiah/fasilitas resmi dari
penyelenggara kegiatan yang diberikan kepada wakil-wakil resmi
suatu instansi dalam suatu kegiatan tertentu, sebagai
penghargaan atas keikutsertaan atau kontribusinya dalam
kegiatan tersebut, seperti honorarium pembicara dan penerimaan
biaya perjalanan dinas oleh pihak penyelenggara kegiatan.

2.4. Penipuan dan Pemerasan (Fraud and Extortion)


Penipuan dan pemerasan adalah tindak pidana. BBVet Wates
melarang setiap pegawai melakukan permintaan langsung atau
tidak langsung untuk atau penerimaan keuntungan apapun,
melalui penipuan atau sebaliknya hal-hal yang terkait dengan
pelaksanaan tugas dan fungsi BBVet Wates.

2.5. Komisi, Rabat, Potongan Harga (diskon) dan Penerimaan Lain


Untuk Kepentingan Pribadi dan/atau Organisasi.
2.5.1. Komisi, rabat, potongan, dan penerimaan lain yang timbul
dari pelaksanaan APBN, dengan nama dan dalam bentuk
apapun, yang dapat dinilai dengan uang untuk
kepentingan pribadi adalah pidana.
2.5.2. Komisi, rabat, potongan, dan penerimaan lain dengan
nama dan dalam bentuk apapun yang dapat dinilai
dengan uang yang secara langsung atau tidak langsung
terkait dengan kegiatan penjualan dan/atau
pengadaan/penggunaan barang/jasa dalam rangka
pelaksanaan APBN, merupakan hak negara.
2.5.3. Komisi, rabat, potongan, dan penerimaan lain yang
diterima dalam bentuk uang harus disetor ke rekening kas
negara dan dibukukan sebagai pendapatan negara.
2.5.4. Komisi, rabat, potongan, dan penerimaan lain yang
diterima dalam bentuk barang harus diserahkan kepada
negara dan dicatat sebagai Barang Milik Negara (BMN).
2.5.5. BBVet Wates melarang setiap pegawai dengan dalih
apapun dan dengan cara apapun termasuk
menyembunyikan komisi, rabat, potongan, dan
penerimaan lain dengan nama dan dalam bentuk apapun
yang dapat dinilai dengan uang untuk kepentingan pribadi
pegawai dan/atau organaisasi.
2.6. Mark-up nilai/harga, pengadaan/pengeluaran fiktif, pembuatan
bukti pengeluaran yang tidak benar.
Mark-up nilai/harga, pengadaan/pengeluaran fiktif dan
pembuatan bukti pengeluaran/pembiayaan yang tidak benar
adalah tindakan pidana. BBVet Wates melarang setiap pegawai
dengan dalih apapun merancang, membuat dan melakukan
mark-up nilai/harga, pengadaan/pengeluaran fiktif dan
pembuatan bukti pengeluaran/pembiayaan yang tidak benar.

2.7. Penyuapan (Bribery)


BBVet Wates melarang semua bentuk penyuapan. Penyuapan
adalah penawaran langsung atau tidak langsung, menjanjikan,
memberi, menerima atau meminta keuntungan finansial (uang)
atau lainnya yang berpengaruh terhadap pelaksanaan kegiatan
tidak semestinya baik terkait kegiatan pengawasan maupun
kegiatan pengadaan barang/jasa dan/atau kegiatan lainnya.

2.8. Penggelapan (Embezzlement)


Penggelapan adalah tindakan pidana. BBVet Wates melarang
pegawai sesuai dengan jabatannya melakukan penyalahgunaan
atau pengalihan harta atau dana (uang) yang secara hukum
dipercayakan kepada seseorang berdasarkan posisinya. BBVet
Wates juga melarang pegawai sesuai dengan jabatan yang
percayakan kepadanya memberikan dan/atau meminjamkan
harta atau dana (uang) kepada seseorang untuk kepentingan
pribadi.

2.9. Benturan Kepentingan (Conflict of Interest)


Setiap pegawai BBVetWates harus menghindari konflik
kepentingan, menjalankan tugasnya dengan sungguh-sungguh,
profesional, menjunjung tinggi integritas dan sesuai dengan
Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Setiap pegawai
tidak boleh menyalahgunakan jabatannya dan/atau
kewenangannya, menyalahgunakan pengetahuan rahasia yang
dimilikinya untuk keuntungan pribadi atau pihak ketiga, atau
memiliki keterlibatan langsung dalam kepentingan bisnis yang
ada kaitannya dengan tugas dan fungsi BBVet Wates.

III. KEBIJAKAN SISTEM MANAJEMEN ANTI PENYUAPAN

BBVet Wates menerapkan Sistem Manajemen Anti Penyuapan (SMAP)


dengan:

1. Menyelenggarakan tata kelola pemerintahan yang baik, bersih, cepat, tepat,


aman, konsisten, transparan dan akuntabel dalam pelayanan diagnosa
pengujian veteriner dan produk hewan;

2. Meningkatkan kepatuhan terhadap Undang-undang, peraturan tentang korupsi


dan penyuapan, surat keputusan penetapan kebijakan BBVet Wates serta
persyaratan sistem manajemen anti penyuapan;

3. Menciptakan budaya anti penyuapan dan melarang tindak penyuapan dalam


pelaksanaan pelayanan diagnosa pengujian veteriner dan produk hewan;

4. Meningkatkan kepercayaan pengguna jasa pelayanan diagnosa pengujian


veteriner dan produk hewan, pemangku kebijakan lainnya, dan masyarakat
dengan meningkatkan kesadaran individual personel yang anti suap, pungli,
gratifikasi, korupsi, kolusi dan nepotisme;

5. Menerapkan tindakan yang diperlukan untuk mencegah, mendeteksi,


menangani, melaporkan tanpa rasa takut dan tindakan balasan serta
meminimalisir peningkatan biaya serta risiko akibat penyuapan;

6. Berkomitmen melaksanakan dan meningkatkan efektifitas sistem melalui


evaluasi dan kaji ulang manajemen secara berkala untuk perbaikan sistem
secara berkelanjutan;

7. Berkomitmen memenuhi seluruh persyaratan yang ditetapkan dalam SMAP,


melakukan perbaikan secara terus menerus dalam semua aktivitas;
8. Menetapkan wewenang dan kemandirian terhadap fungsi kepatuhan anti
penyuapan serta bersedia menerima konsekuensi jika implementasi sistem
tidak sesuai dengan kebijakan anti penyuapan yang telah ditetapkan;

9. Kebijakan mutu SMAP ini secara berkelanjutan dikomunikasikan dalam ruang


lingkup SMAP, dipastikan dipahami semua pegawai dan tersedia bagi pihak
eksternal yang relevan.

IV.PELAPORAN UNIT PELAKSANA GRATIFIKASI (UPG)

1. Pelaporan sewaktu-waktu
Pelaporan tidak berkala adalah pelaporan yang disampaikan UPG Kementan
ke Menteri Pertanian dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Sub-UPG
Eselon I ke UPG Kementan, dan Sub-UPG BBVet Wates ke UPG Eselon I
ketika menerima pelaporan penerimaan gratifikasi dari pegawai.
2. Pelaporan berkala
Pelaporan berkala adalah pelaporan yang dilakukan secara terjadwal oleh sub-
UPG BBVet Wates menyampaikan laporan rekapitulasi penerimaan laporan
gratifikasi secara berkala terdiri dari laporan bulanan, triwulanan, dan tahunan
kepada Sub-UPG Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan dengan tembusan
ke UPG Kementan, paling lambat pada tanggal lima bulan/periode berikutnya.

Pengecualian wajib lapor atas gratifikasi yang diterima dijelaskan dalam Surat
KPK Nomor B.1341/01-13/03/2017 tanggal 15 Januari 2017 berupa himbauan
terkait gratifikasi. Pengecualian tersebut yaitu:
1) Pemberian karena hubungan keluarga, yaitu kakek/nenek,
bapak/ibu/mertua, suami/istri, anak/menantu, cucu, besan, paman/bibi,
kakak/adik/ipar, sepupu dan keponakan, sepanjang tidak memiliki konflik
kepentingan;
2) Hadiah (tanda kasih) dalam bentuk uang atau barang yang memiliki nilai jual
dalam penyelenggaraan pesta pernikahan, kelahiran, aqiqah, baptis,
khitanan, potong gigi, atau upacara adat/agama lainnya dengan batasan
nilai pemberian dalam setiap acara paling banyak Rp.1.000.000,00 (satu juta
rupiah);
3) Pemberian terkait dengan musibah atau bencana yang dialami oleh
penerima, bapak/ibu/mertua, suami/istri, atau anak penerima gratifikasi
paling banyak Rp.1.000.000,00 (satu juta rupiah) per pemberian per orang.
Penjelasan: Butir 3 ini merupakan ketentuan kewajiban pelaporan. Untuk
pemberian terkait dengan musibah/bencana yang jumlahnya melebihi
Rp.1.000.000,00 dan tidak memiliki konflik kepentingan dapat ditetapkan
menjadi milik penerima;
4) Pemberian sesama pegawai dalam rangka pisah sambut pensiun, promosi
jabatan, dan ulang tahun yang tidak dalam bentuk uang atau tidak berbentuk
setara uang yang paling banyak Rp.300.000,00 (tiga ratus ribu rupiah) per
pemberian per orang dengan total pemberian Rp.1.000.000,00 (satu juta
rupiah) dalam 1 (satu) tahun dari pemberi yang sama;
5) Pemberian sesama rekan kerja tidak dalam bentuk uang atau tidak
berbentuk setara uang (cek, bilyet, giro, saham, deposito, voucher, pulsa,
dan lain-lain) paling banyak Rp.200.000,00 (dua ratus ribu rupiah) per
pemberian per orang dengan total pemberian maksimal Rp.1.000.000,00
(satu juta rupiah) 1 (satu) tahun dari pemberian yang sama;
6) Hidangan atau sajian yang berlaku umum;
7) Prestasi akademis atau non akademis yang diikuti dengan menggunakan
biaya sendiri atau kejuaraan, perlombaan atau kompetisi tidak terkait
kedinasan;
8) Keuntungan atau bunga dari penempatan dana, investasi atau kepemilikan
saham pribadi yang berlaku umum;
9) Manfaat bagi seluruh peserta koperasi pegawai berdasarkan keanggotaan
koperasi pegawai negeri yang masih berlaku.
10). Seminar kit yang berbentuk seperangkat modul dan alat tulis serta
sertifikat yang diperoleh dari kegiatan resmi kedinasan seperti rapat,
seminar, workshop, konferensi, pelatihan, atau kegiatan lain sejenis yang
berlaku umum. Penjelasan: Butir 10 ini termasuk bentuk-bentuk perangkat
promosi lembaga berlogo instansi yang berbiaya rendah dan berlaku umum
antara lain pin, kalender, mug, payung, kaos dan topi;
11). Penerimaan hadiah baik berupa uang atau barang yang ada kaitannya
dengan peningkatan prestasi kerja yang diberikan oleh pemerintah sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, atau;
12). Diperoleh dari kompensasi atau profesi di luar kedinasan, yang tidak terkat
dengan tupoksi dari pejabat/pegawai, tidak memiliki konflik kepentingan dan
tidak melanggar aturan internal instansi penerima gratifikasi.

V. PROSEDUR PELAPORAN

5.1. Pelaporan setiap penerimaan gratifikasi yang berhubungan dengan


jabatan dan yang berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya
selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak tanggal
gratifikasi tersebut diterima.
5.2. Mekanisme pelaporan penerimaan suap dan/atau gratifikasi
untuk gratifikasi dengan nilai diatas Rp.5.000.000,00 (lima juta
rupiah), suap dan/atau gratifikasi bukan dalam kedinasan, dan
bukan dalam bentuk barang yang mudah rusak atau busuk,
dilaksanakan sesuai prosedur yang ditetapkan KPK.

5.3. Mekanisme Pelaporan

Sesuai surat himbauan KPK Nomor B.1341/01-13/03/2017 tanggal 15


Maret 2017, KPK mengatur kewajiban menyampaikan laporan ke instansi
masing-masing atas penerimaan gratifikasi dalam kedinasan dan/atau
penerimaan gratifikasi yang diterima berbentuk barang yang mudah busuk atau
rusak, seperti bingkisan makanan atau buah. Himbauan tersebut menyiratkan
bahwa untuk gratifikasi dalam kedinasan dan/atau penerimaan gratifikasi yang
diterima berbentuk barang yang mudah busuk atau rusak tidak harus dilaporkan
langsung ke KPK.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor
97/Permentan/OT.140/7/2014 ini, selain yang ditetapkan dalam surat himbauan
tersebut, laporan gratifikasi dapat disampaikan ke UPG Kementan/Sub-UPG
Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan/Sub-UPG BBVet Wates untuk
gratifikasi dengan nilai sampai dengan Rp.5.000.000,00 (lima juta rupiah) atau
gratifikasi dalam bentuk barang/jasa lainnya yang equivalen dengan nilai
tersebut.
Mekanisme pelaporan suap dan/atau gratifikasi untuk nilai sampai dengan
Rp.5.000.000,00 (lima juta rupiah), suap dan/atau gratifikasi dalam kedinasan,
dalam bentuk barang yang mudah rusak atau busuk pada tingkat Sub UPG
BBVet Wates, ditetapkan sebagai berikut:
1. Personel melaporkan suap dan/atau gratifikasi ke Tim kepatuhan dilanjutkan
ke Sub-UPG BBVet Wates dengan tembusan ke Sub UPG Direktorat
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dengan mengisi biodata pelapor
(Format 1) dan rekapitulasi penerimaan gratifikasi (Format 2), paling lambat
lima hari kerja terhitung sejak tanggal penerimaan suap dan/atau gratifikasi;
2. Sub UPG BBVet Wates melakukan pemeriksaan dan verifikasi penerimaan
suap dan/atau gratifikasi;
3. Apabila pelapor menyertakan subjek penerimaan suap dan/atau gratifikasi,
Sub-UPG BBVet Wates menyimpan, menginventaris, dan
mendokumentasikan subjek penerimaan suap dan/atau gratifikasi tersebut;
4. Sub-UPG BBVet Wates meneruskan laporan penerimaan suap dan/atau
gratifikasi yang diterima ke UPG Eselon I, paling lambat 5 (lima) hari kerja,
terhitung sejak tanggal penerimaan laporan penerimaan suap dan/atau
gratifikasi;
5. Sub-UPG BBVet Wates mengadministrasikan pelaporan penerimaan suap
dan/atau gratifikasi.
Pelaporan penerimaan gratifikasi yang dilakukan oleh pegawai lingkup
Kementerian Pertanian akan menjadi bahan pertimbangan untuk pemberian
penghargaan kepada yang bersangkutan. Penerimaan gratifikasi oleh pegawai
lingkup Kementerian Pertanian yang tidak dilaporkan akan menjadi bahan
pertimbangan untuk pemberian sanksi kepada yang bersangkutan. Pemberian
penghargaan dan sanksi tersebut dilakukan berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
VI. PENILAIAN RISIKO

BBVet WATES berkomitmen untuk memastikan bahwa:


1. Penilaian risiko korupsi dilakukan secara berkala;
2. Hasil penilaian risiko disosialisasikan kepada seluruh pegawai;
3. Seluruh pegawai BBVet Wates termasuk unsur pimpinan akan selalu
melakukan kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh pemahaman
terkait risiko korupsi/penyuapan, baik melalui Program Pelatihan Mandiri
(Inhouse Training) maupun bentuk-bentuk pelatihan lainnya mengenai
kebijakan ini dan prosedur yang terkait

VII. PELAPORAN DAN PENGADUAN (WHISTLE BLOWING)

7.1. BBVet Wates menjamin Kerahasiaan dan Keamanan pelaporan dari


setiap pegawai dan seluruh pemangku kepentingan (stakeholders).
BBVet Wates dan pihak-pihak terkait lainnya terkait perilaku setiap
pegawai yang mungkin bertentangan dengan nilai dan prinsip BBVet
Wates, termasuk tindakan yang melanggar kebijakan ini (atau prosedur
yang terkait).

7.2. Pelaporan pengaduan melalui saluran resmi BBVet Wates baik melalui
website http:www.bbvetwates.ditjennak.pertanian.go.id, email resmi
wbs.bbvetwates@gmail.com ataupun pengaduan tertulis yang diterima
oleh pejabat penerima pengaduan pada Kantor BBVet Wates.

7.3. BBVet Wates tidak mentoleransi segala bentuk pembalasan, ancaman


atau intimidasi dari setiap pegawai dan/atau pihak yang terkait sebagai
akibat dugaan atas pelanggaran kebijakan ini.

7.4. Setiap informasi dugaan terkait pelanggaran kebijakan ini akan


dilakukan audit oleh Tim Investigasi untuk dilakukan tindakan yang
tepat dan dilaporkan ke Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan
Hewan, Kementerian Pertanian.

VIII. TINDAKAN ATAS PELANGGARAN

Pelanggaran terhadap kebijakan ini dapat dikenakan hukuman disiplin berupa


pemutusan hubungan kerja bagi pegawai Tenaga Harian Lepas (THL), dan
penjatuhan hukuman disiplin pegawai bagi PNS sebagaimana diatur dalam
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2010 tentang
Disiplin Pegawai Negeri Sipil, UU Nomer 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara dan Peraturan Pemerintah Nomer 11 tahun 2017 tentang Manajemen
Pegawai Negeri Sipil. Selain itu, pelanggaran dapat diproses dan dituntut secara
perdata maupun pidana sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku
dalam Pasal 12B UU Nomer 20 tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi.

Anda mungkin juga menyukai