Lapgub Semester 2 2023 - v0
Lapgub Semester 2 2023 - v0
KAWAL AKSELERASI
MENUJU
TRANSFORMASI
EKONOMI
SINERGI KOLABORASI
KAWAL AKSELERASI
MENUJU
TRANSFORMASI
EKONOMI
RINGKASAN EKSEKUTIF
Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Bangka Belitung telah optimalnya potensi energi terbarukan, tingginya biaya investasi tidak
melakukan pengawasan untuk mengidentifikasi akar permasalahan didukung dengan ketersediaan investasi, serta kendala lain seperti
dan memberi solusi konkret dalam rangka penyelesaian isu perizinan, pembebasan lahan, hingga harga jual yang masih rendah.
strategis yang menghambat pembangunan di daerah, dengan Ketahanan Pangan
pokok-pokok hasil pengawasan sebagai berikut. Pengantisipasian kerawanan pangan berpotensi tidak optimal
Akuntabilitas Keuangan Negara, Daerah, dan disebabkan potensi ketidakcukupan jumlah cadangan pangan serta
Desa potensi tidak tersedianya alternatif cadangan pangan selain beras.
Kebijakan tentang cadangan pangan belum menjelaskan kriteria
Capaian pengendalian inflasi daerah, per November 2023 angka
kualitas dan jumlah bahan pokok yang dijadikan cadangan pangan
year-on-year menunjukkan nilai sebesar 3,87% berbanding 2,86%
serta mekanisme pengelolaan cadangan pangan secara jelas.
secara nasional, masih dalam range target 3±1%. Belanja transfer ke
Permasalahan lain yang ditemui antara lain belum adanya Rencana
daerah masih belum efektif meningkatkan pelayanan kepada
Pangan Daerah, perencanaan kebutuhan jumlah cadangan pangan
masyarakat. Tingkat ketergantungan pemerintah daerah terhadap
belum disusun sesuai dengan standar, target jumlah Cadangan
transfer pemerintah pusat masih tinggi, yaitu di atas 60,00%. Porsi
Pangan Pemerintah Daerah (CPPD) yang ditetapkan belum
belanja pegawai yang cukup tinggi yaitu di atas 30,00%. Proses
terpenuhi, belum adanya mekanisme pemantauan CPPD, serta
perencanaan dan penganggaran Pemerintah Daerah sektor
belum dikelolanya risiko kecurangan pengelolaan cadangan pangan
peningkatan daya saing pariwisata, sektor peningkatan ketahanan
daerah secara memadai.
pangan, sektor peningkatan daya saing UMKM, sektor pengentasan
kemiskinan, dan sektor penurunan prevalensi stunting secara umum Pembangunan Ekonomi
belum memadai. Indikator dan target sasaran ultimate outcome Kebijakan kemudahan perizinan dan tata kelola Online Single
yang tertuang dalam dokumen perencanaan belum memperhatikan Submission (OSS) belum sepenuhnya optimal dalam menarik
keselarasan dengan target pemerintah pusat maupun realisasi investasi PMA. Program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam
capaian tahun sebelumnya, masih belum memadainya perencanaan Negeri (P3DN) masih menghadapi kendala seperti kebijakan yang
dan penganggaran lintas OPD (crosscutting), terdapat Rp888,73 perlu diperbaiki, roadmap yang belum memadai, dan implementasi
miliar (46,45% dari anggaran dievaluasi) dialokasikan untuk belanja yang belum optimal. Industri pertambangan timah masih
yang manfaatnya tidak langsung diterima masyarakat (indirect), menghadapi berbagai persoalan terkait kurangnya pusat data,
serta masih adanya potensi ketidakefektifan dan inefisiensi belanja ketidaktaatan terhadap aturan, dan kurangnya komitmen
sebesar Rp530,78 miliar (27,74% dari anggaran dievaluasi). Rasio pemerintah untuk membenahi tata kelola industri timah. Realisasi
kemandirian keuangan daerah secara agregat hanya sebesar investasi Kawasan Industri Sadai per 31 Agustus 2023 hanya
18,58%, masuk kategori Sangat Rendah. Masih ditemukan berbagai mencapai 4,94% dari target sebesar Rp2,4 triliun. Dukungan
permasalahan pada pengadaan barang dan jasa maupun tata kelola APBN/APBD telah diberikan, namun pembiayaan dari PT RBA selaku
aset desa. BUM Desa/BUM Desa Bersama masih menunjukkan Badan Pengelola Kawasan terbatas sehingga progres infrastruktur
kondisi yang belum optimal. Terlihat dari kebijakan Pemda yang di dalam kawasan tidak sesuai target. Pandemi Covid-19
kurang selaras, kepengurusan yang kurang kompeten dan kurang berdampak pada lambatnya investasi dan pembangunan fisik di
peduli, pembinaan dan pendampingan yang belum memadai, dan PSN Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Kelayang. PSN
kurang terkoordinasi dengan baik, serta tata kelola dan akuntabilitas Program Reforma Agraria masih menemui kendala teknis yang
yang lemah. Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah (PAD) tahun mengakibatkan metode dan tahapan pelaksanaan kegiatan
2019 s.d. 2022 bergerak positif, akan tetapi tingkat kemandirian memerlukan perbaikan. Pembentukan Satuan Tugas Peningkatan
daerah sebagian besar justru bergerak ke arah negatif. Tata Kelola Industri Kelapa Sawit perlu dilakukan untuk membenahi
Implementasi Aplikasi SISWASKEUDES masih terkendala pada permasalahan kompleks, termasuk rendahnya tingkat kepatuhan
belum siapnya server. Selain itu, dalam pemanfaatan aplikasi perizinan, penanaman, pengolahan, hingga produk akhir.
SISKEUDES, masih dijumpai penginputan data keuangan yang tidak Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM)
lengkap dan tidak konsisten. Penambahan aset desa yang tercatat
yang Berkualitas
belum selaras dengan realisasi belanja modalnya. Selain itu
Pelaksanaan Bauran Program Kesejahteraan Sosial belum efektif,
inventarisasi aset yang dilakukan oleh 297 (96,00%) desa, hanya
KPM PKH yang telah cukup sejahtera enggan untuk digraduasi,
berupa pencatatan, dan desa belum melakukan pemeriksaan fisik
serta ketidaktepatan sasaran penerima manfaat program ATENSI
aset secara memadai.
Anak YAPI Covid dan penerima bantuan Permakanan Bagi Lansia
Ketahanan Energi Tunggal dan Disabilitas. Penghapusan Kemiskinan Ekstrem belum
Pemerintah telah membangun beberapa infrastruktur optimal, terlihat dari rendahnya kinerja konvergensi dan
ketenagalistrikan seperti Pembangunan Gardu Induk, Pembangkit, ketidakoptimalan program dalam menurunkan beban pengeluaran,
Jaringan Transmisi dan Jaringan Distribusi, dan yang sedang meningkatkan pendapatan, dan menurunkan jumlah kantong
berlangsung saat ini adalah pembangunan kabel laut interkoneksi kemiskinan. Penyaluran Bansos Pemerintah Daerah belum memiliki
Sumatera Bangka yang diharapkan selesai di Tahun 2023. Namun regulasi yang jelas dan tidak ada evaluasi efektivitas penyaluran
ketahanan energi ini masih sangat tergantung pada energi primer bantuan sosial. Sementara itu, Bantuan Langsung Tunai (BLT)
seperti minyak bumi dan batu bara karena terkendala belum belum efektif mengurangi beban pengeluaran keluarga penerima
manfaat. Pendidikan masih menghadapi masalah seperti rendahnya Percepatan Penyelesaian Pembangunan
Angka Partisipasi Kasar (APK) Perguruan Tinggi, kurangnya
Infrastruktur dan Konektivitas
penggunaan dana Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri
Hasil pengawasan atas Penyediaan Akses Internet dan
(BOPTN), kurang optimalnya pelaksanaan tracer study, serta sarana
Pembangunan Digital Broadcasting System (DBS) menunjukkan
dan prasarana pendidikan masih kurang memadai. Tata kelola
bahwa lokasi dan penerima bantuan layanan akses internet belum
pemajuan kebudayaan belum memadai, ditandai oleh kurangnya
memenuhi kriteria, perangkat bermasalah atau rusak, layanan akses
infrastruktur budaya, pemajuan yang sporadis, dan kerusakan cagar
internet tidak dimanfaatkan, area blank spot yang belum
budaya. Kondisi sarana sanitasi di Lembaga Pendidikan Keagamaan
mendapatkan bantuan, progres capaian pembangunan infrastruktur
belum memadai. Masih banyak sarana yang tidak termanfaatkan
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) tidak sesuai target
dan tidak terpelihara. Terdapat kekurangan pembayaran tunjangan
kontrak, penggunaan koefisien pembentuk harga satuan belum
kinerja dosen yang disebabkan oleh belum tersedianya anggaran.
sesuai ketentuan, serta kesalahan aritmatika dalam menghitung
Masih diperlukan koreksi perhitungan tunjangan yang disebabkan
harga satuan pekerjaan. Tata Kelola pembangunan jalan dan
ketidaksesuaian kelas jabatan, status tugas belajar, usulan
jembatan masih belum memadai. Hal ini terlihat dari belum
tunjangan profesi, potongan absensi, dan cuti. Terkait stunting,
disusunnya Rencana Umum Jaringan Jalan (RUJJ), belum
Program Investing in Nutrition and Early Year (INEY) telah mencapai
selarasnya dokumen perencanaan dengan RPJMN, belum adanya
semua target Disbursement Linked Indicators (DLI), tetapi masih
jembatan timbang dan indikator yang mengukur waktu tempuh
terdapat catatan perbaikan terkait kebijakan dan efektivitas
dalam dokumen perencanaan pemerintah daerah. Pembangunan
pelaksanaan tugas Tim Pendamping Keluarga.
infrastruktur SPAL dan sanitasi belum sepenuhnya memadai akibat
Penguatan Penyelenggaraan Pemerintahan yang
rendahnya penganggaran dan akuntabilitas pelaporan, serta belum
Baik dan Bersih optimalnya pemanfaatan SPAL. Penyediaan Akses Air Minum
Masih terdapat 3 (37,5%) APIP Daerah yang masih berada pada level Perpipaan Perkotaan yang Layak dan Aman belum berjalan secara
2. Kelemahan Kapabilitas APIP antara lain belum adanya analisis optimal, terlihat dari target pada Rencana Pembangunan Daerah
gap kompetensi SDM APIP, perencanaan pengawasan belum (RPD) adalah 0,00%, serta belum ditetapkannya kebijakan SPAM
berbasis risiko, audit ketaatan belum pada program prioritas, dan Perkotaan yang tegas dan konsekuen serta selaras dengan
audit kinerja belum lintas sektoral. Sebanyak 4 APIP memperoleh kebijakan nasional. Pelaksanaan Program Perumahan Rakyat masih
skor pemetaan Jabatan Fungsional Auditor (JFA) dengan kategori menyisakan permasalahan teknis atas fisik pekerjaan, serta masih
Baik, 3 APIP dengan kategori Cukup Baik, dan 1 APIP dengan diperlukan kebijakan teknis untuk pengaturan tata kelola dan
kategori Kurang Baik. Implementasi Manajemen Risiko pada manajemen hunian agar lebih berdaya guna, tepat sasaran dan
segmen Badan Usaha Milik Daerah masih terkendala pada akuntabel. Upaya penyediaan tambahan pasokan kelistrikan melalui
minimnya kebijakan dan strategi pemerintah daerah yang dapat PSN menyisakan risiko kerawanan pelayanan kelistrikan, khususnya
dijadikan legal standing implementasi manajemen risiko. Hanya 4 terkait ekspektasi kebutuhan pada Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
(50%) pemda yang mencapai SPIP, MRI, dan IEPK pada level 3. Tanjung Kelayang dan daerah Kawasan Industri. Persentase rumah
Pengelolaan risiko sektor ketahanan pangan dan sektor ketahanan tangga dengan kepemilikan akses layanan sanitasi layak sebesar
energi belum memadai. Hal ini terlihat dari belum adanya 91,63%, berada di atas capaian rata-rata nasional yaitu sebesar
identifikasi risiko pemda, belum ditetapkannya Perda tentang Lahan 80,92%. Akan tetapi, hasil reviu atas Program Hibah Air Limbah
Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B), terdapat alih fungsi lahan Setempat APBN menunjukkan kelemahan terkait ketepatan sasaran
produksi pangan, belum disusunnya kebutuhan luas lahan, pupuk, dan implementasi sistem pengendalian intern. Sementara itu,
bibit dan benih, pakan ternak, infrastruktur pangan, alsintan dalam persentase rumah tangga yang memiliki akses air minum layak
rangka mencukupi kebutuhan pangan daerah. Belum dibentuk sebesar 80,96%, berada di bawah capaian rata-rata nasional yaitu
organisasi ad hoc yang mengkoordinasikan pengelolaan energi sebesar 91,05%. Pelaksanaan Program Hibah Air Minum Perdesaan
daerah. Tindak pidana korupsi yang ditemukan BPKP didominasi (AMD) masih ditemukan permasalahan terkait ketepatan sasaran,
kasus di Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dan Pengadaan ketepatan mutu, dan implementasi sistem pengendalian intern pada
Barang/Jasa di lingkup pemerintah daerah. BUMD perlu menyusun Program AMD.
kebijakan anti kecurangan yang menyeluruh. Penggunaan APBDes
belum mampu memberikan dampak yang signifikan bagi
masyarakat. Hal ini disebabkan rendahnya kualitas perencanaan
dan penganggaran desa dan adanya permasalahan
pertanggungjawaban penggunaan keuangan desa, yaitu
administrasi yang tidak tertib, kekurangan volume pekerjaan,
kualitas hasil pekerjaan tidak sesuai rencana, serta masalah
ketaatan perpajakan. Tantangan pembangunan desa terutama
adalah terbatasnya jumlah serta kualitas SDM perangkat desa,
73,70% kepala desa memiliki tingkat pendidikan SMA dan SMA ke
bawah.
Rp888,73 M
Belanja daerah dialokasikan untuk
belanja yang manfaatnya tidak KETERGANTUNGAN BELANJA
(46,45%) DAERAH PEGAWAI
langsung diterima masyarakat
Nasional
Provinsi
4%
3%
2% Pengendalian inflasi masih dalam Kebijakan Pemda yang Pengurus yang
range target 3±1% kurang selaras kurang kompeten
1%
0%
year-on-year
PEMBANGUNAN
INFRASTRUKTUR DAN KONEKTIVITAS
3) INFRASTRUKTUR SPAL
Belum sepenuhnya memadai akibat rendahnya penganggaran dan akuntabilitas
pelaporan, serta belum optimalnya pemanfaatan SPAL.
2
01
Efektivitas Pengendalian
27
Peningkatan Kualitas
33
34
Infrastruktur Energi (produksi
Inflasi Daerah Pengelolaan Keuangan Desa dan distribusi)
5 (SISKEUDES)
Efektivitas Transfer ke Daerah
30
8 Peningkatan Kualitas Tata
Evaluasi Perencanaan dan
Kelola Aset Desa KETAHANAN
Penganggaran Daerah PANGAN
39
(Lanjutan)
11
Percepatan Penyerapan
Anggaran dan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah
Daerah
13
Akuntabillitas Keuangan Desa
40
Tata Kelola Cadangan Pangan
15
Pemerintah Daerah
Akuntabilitas dan Tata Kelola
Keuangan BUM Desa
18
Akuntabilitas Keuangan
Negara/Daerah
20
Analisis Fiskal dan Kinerja
Keuangan Pemerintah Daerah
23
Bimtek Implementasi FMIS
Pada Pemda
25
Peningkatan Kualitas
Pengawasan Pengelolaan
Keuangan Desa
(SISWASKEUDES)
PENGUATAN PERCEPATAN
PEMBANGUNAN PENYELENGGA- PENYELESAIAN
SUMBER DAYA RAAN PEMBANGUNAN
MANUSIA PEMERINTAHAN INFRASTRUKTUR
(SDM) YANG YANG BAIK DAN
PEMBANGUNAN
BERKUALITAS DAN BERSIH KONEKTIVITAS
45 67 95 119
EKONOMI
46 68 96 120
Kemudahan Perizinan Bauran Program Kapabilitas APIP - Pemerataan dan Penyediaan
Berusaha Kesejahteraan Sosial Pemerintah Daerah Infrastruktur, Akses Internet
49 71 99 dan Komunikasi)
Efektivitas Pengentasan
P3DN Manajemen Risiko Badan 123
Kemiskinan Ekstrem
Usaha Pembangunan Jalan dan
52 74 Jembatan
P3DN Implementasi Bansos APBD 101
55 76 Maturitas SPIP/MRI - 125
Implementasi Bansos Pemerintah Daerah Infrastruktur Sistem
Tata Kelola Industri Timah
Pengolahan Air Limbah
58
APBDesa 103
77 Pengelolaan risiko sektor
(SPAL) dan sanitasi
Pengawasan Proyek Strategis
Nasional (Triwulanan)
Kinerja Pendidikan Tinggi strategis nasional 128
80 Infrastruktur SPAM
60 Pemajuan Kebudayaan
106
Pengawasan Tata Kelola 82 Pengendalian Kecurangan 131
dan Hambatan Kelancaran Program Pembangunan
Industri Kelapa Sawit Peningkatan Sarana
Pembangunan Perumahan Rakyat
Prasarana (Sarpras)
63 (Perumahan Khusus dan
Penugasan Pengawasan atas
Pendidikan 109
Rumah Susun, Bantuan
Permintaan K/L dan/atau
85 Pengadaan ASN Tahun 2023
Simultan Perumahan Rakyat)
Audit Kinerja Pelaksanaan
Ketentuan Peraturan Menteri 112 133
Penyediaan Sarana dan
Keuangan Peningkatan Kualitas Pengawasan Proyek Strategis
Prasarana Sanitasi di
Pengelolaan JFA Nasional (PSN) Infrastruktur
Lembaga Pendidikan
Keagamaan (LPK) 115 Ketenagalistrikan
Rasio kemandirian keuangan daerah secara agregat adalah sebesar 18,58% yang
menunjukkan masih bergantung pada dana transfer Pemerintah Pusat. Dalam hal
akuntabilitas keuangan desa, masih ditemukan berbagai permasalahan dari sisi pengadaan
barang dan jasa maupun tata kelola aset desa. BUM Desa/BUM Desa Bersama sebagai
pengelola kekayaan desa masih menunjukkan kondisi yang belum optimal. Masih ditemukan
berbagai permasalahan mulai dari kebijakan Pemda yang kurang selaras, kepengurusan
yang kurang kompeten dan kurang peduli, pembinaan dan pendampingan yang belum
memadai dan kurang terkoordinasi dengan baik, serta tata kelola dan akuntabilitas yang
lemah. Kondisi pasca-pandemi dan adanya konflik geopolitik Rusia-Ukraina berakibat
pada disrupsi supply dan kenaikan harga pada komoditas tertentu seperti Bahan Bakar
Minyak (BBM) Industri dan Aspal Curah yang menimbulkan permasalahan dalam
pengadaan barang/jasa konstruksi pemerintah, berupa risiko pelambatan pekerjaan dan/
atau tidak terselesaikannya pekerjaan. Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari
tahun 2019 s.d. 2022 bergerak positif. Akan tetapi tingkat kemandirian daerah sebagian
besar justru bergerak ke arah negatif.
Upaya yang telah dilakukan oleh Provinsi Kepulauan Bangka Belitung termasuk pemerintah daerah dalam
pengendalian inflasi adalah:
1. Mengalokasikan dana untuk
pelaksanaan Roadmap
Pengendalian Inflasi Daerah,
Strategi Pengendalian Inflasi
Daerah, dan Operasi Pasar
dan Pasar Murah. Namun realisasi
anggaran masih relatif rendah
seperti terlihat pada grafik di
samping ini.
2. Seluruh Pemerintah Daerah
di wilayah Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung kecuali
Pemerintah Kabupaten
Bangka telah memformalkan
roadmap pengendalian inflasi
daerahnya.
3. Telah dilaksanakan perjanjian
Kerjasama Antar Daerah (KAD) antara Pemerintah Provinsi Bangka Belitung dengan Pemerintah daerah di luar
wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, namun perjanjian kerja sama dengan Pemerintah Provinsi Jawa
Timur, perjanjian dengan Pemerintah Provinsi Lampung, dan perjanjian dengan Pemerintah Daerah Kabupaten
Simalungun tidak berjalan maksimal yang disebabkan belum adanya perjanjian kerjasama antar OPD terkait
dari masing-masing pemerintah daerah untuk teknis pelaksanaan kerjasamanya, belum diintegrasikannya
perjanjian kerjasama dengan program/kegiatan OPD terkait serta belum siapnya sarana dan prasarana yang
Akuntabilitas Keuangan Negara, Daerah, dan Desa 3
mendukung kerjasama tersebut..
4. Telah dilaksanakan kerjasama dengan seluruh instansi di wilayah internal Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung melalui forum rapat pengendalian inflasi menjelang hari libur keagamaan dan hari besar lainnya yang
berpotensi meningkatkan angka inflasi.
5. Terhadap pengendalian harga komoditas pangan, hanya satu dari tujuh Pemerintah Daerah, yaitu Kota
Pangkalpinang yang telah menyusun dan menetapkan kebijakan terkait melalui SE Nomor: 06/SE/KOPDAG/
III/202 tentang Harga Acuan Penjualan di Konsumen dan Harga Eceran Tertinggi Beras. Sedangkan enam
Pemerintah Daerah lainnya mengacu langsung pada Peraturan Badan Pangan Republik Indonesia Nomor 11
Tahun 2022 dan Peraturan Badan Pangan Nomor 7 tahun 2023.
Saran :
Sehubungan dengan permasalahan yang ditemukan pada saat
pengawasan, Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
menyarankan kepada:
1 Pj. Gubernur Kepulauan Bangka Belitung untuk:
a. Mendorong penyusunan perjanjian kerjasama turunan antara
a. OPD terkait dengan OPD Pemda mitra sehingga diperoleh
kesepakatan petunjuk teknis pelaksanaan perjanjian kerjasama.
b.
b.
A.2.
Mendorong OPD yang terkait dengan perjanjian kerjasama antar
daerah agar mengintegrasikan kerjasama tersebut dengan
Saran :
Terhadap kondisi di atas telah disampaikan saran kepada kepala daerah
untuk:
a. Melakukan upaya percepatan penyelesaian Peraturan Kepala
a.
Daerah tentang pedoman pengelolaan risiko di lingkungan
pemerintah daerahnya, dan mengimplementasikannya sesuai
aturan yang berlaku.
b. Menginstruksikan Inspektorat Daerah untuk melakukan
b. pengawasan terhadap proses pelaksanaan paket pekerjaan jalan
di wilayahnya.
c. Menginstruksikan seluruh Kepala OPD di wilayahnya untuk
c. menyusun data capaian kinerja (outcome) secara mandiri
sebagai lampiran dalam laporan kinerja OPD.
d. Menginstruksikan Kepala Badan Keuangan Daerah untuk
d. memastikan sumber dana APBD diinput sesuai dengan jenis
dananya ke dalam SIPD dan melengkapi pelaporan dana transfer
sesuai ketentuan yang berlaku.
Proses perencanaan dan penganggaran delapan Pemerintah Daerah di wilayah Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung sektor peningkatan daya saing pariwisata, sektor peningkatan ketahanan pangan, sektor peningkatan
daya saing UMKM, sektor pengentasan kemiskinan, dan sektor penurunan prevalensi stunting secara umum
belum memadai. Indikator dan target sasaran ultimate outcome yang tertuang dalam dokumen perencanaan
belum memperhatikan keselarasan dengan target Pemerintah Pusat maupun realisasi capaian tahun
sebelumnya, masih belum memadainya perencanaan dan penganggaran lintas OPD (crosscutting), terdapat
Rp888,73 milyar atau 46,45% dari anggaran yang dievaluasi dialokasikan untuk belanja yang manfaatnya tidak
langsung diterima masyarakat (indirect), serta masih adanya potensi ketidakefektifan dan inefisiensi belanja
sebesar Rp530,78 milyar atau 27,74% dari anggaran yang dievaluasi, sehingga dapat mengakibatkan tidak
tercapainya sasaran ultimate tiap sektor.
Rasio kemandirian keuangan daerah secara agregat adalah sebesar 18,58% yang menunjukkan Pemerintah
Daerah di wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung masih bergantung pada dana transfer Pemerintah
Pusat. Selain itu, porsi terbesar belanja pemerintah adalah belanja pegawai dengan agregat 36,75%. Rasio
belanja modal terhadap total belanja Pemda secara agregat adalah sebesar 16,24%, jauh dari syarat
minimal 40%. APBD juga belum optimal digunakan untuk mendukung belanja pelayanan publik atau belanja
yang efektif mendorong roda perekonomian daerah. Sampai dengan tanggal 30 November 2023, realisasi
pendapatan daerah secara agregat baru sebesar 73,87%. Sementara realisasi belanja daerah secara agregat
baru mencapai 70,10%.
Saran :
Sehubungan dengan permasalahan yang dijumpai dalam pengawasan,
1
telah disarankan kepada masing-masing Kepala Daerah agar:
Pemerintah desa dituntut untuk menyelenggarakan pemerintahan desa secara profesional, efisien dan efektif,
terbuka, serta bertanggung jawab. Dari sisi pengelolaan pendapatan desa, uji petik pada Kabupaten Bangka
dan Kabupaten Bangka Tengah telah memadai, tidak ditemukan selisih antara data penyaluran dari OMSPAN
dengan pencatatan pendapatan dana desa di aplikasi Siskeudes. Namun demikian masih dijumpai berbagai
permasalahan dari sisi pengadaan barang dan jasa maupun tata kelola aset desa.
Pengelolaan keuangan desa sejatinya berawal dari komitmen pemerintah desa untuk dapat meningkatkan taraf hidup
dan kesejahteraan masyarakat desa. Selama semester II tahun 2023, BPKP turut mengawal pengelolaan keuangan
desa dalam rangka peningkatan akuntabilitas perencanaan, pengadaan barang dan jasa serta aset desa.
Saran :
Saran telah disampaikan kepada Kepala Daerah agar menginstruksikan
Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa bersama dengan
1 seluruh Camat di wilayahnya untuk:
a. Melaksanakan pembinaan dan pendampingan dalam rangka:
Pemetaan dan identifikasi terkait aset desa yang memiliki nilai
b.
ekonomis.
Pemetaan dan identifikasi terkait produk unggulan desa dan wisata
c. komersil desa yang memiliki nilai ekonomis dan menganggarkannya
dalam APBDes sebagai PADes.
d. Implementasi SIPADes.
Mendorong seluruh Kepala Desa agar mempertanggungjawabkan
e. kegiatannya secara tertib dan lengkap sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
Menginstruksikan kepada seluruh Kepala Desa untuk memerintahkan
f. Kaur Keuangan selaku Bendahara Desa agar melakukan pengelolaan
kas secara tertib sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Meningkatkan kapasitas perangkat desa dalam pengelolaan kas,
g. pelaksanaan pengadaan barang dan jasa melalui pendampingan yang
dilakukan oleh Pendamping Desa, Pendamping Lokal Desa, Camat,
maupun Tenaga Ahli.
BUM Desa belum mengimplementasikan akuntabilitas dan tata kelola BUM Desa secara memadai. Pada unsur
perencanaan program kerja BUM Desa, baru 1 unit dari 21 unit BUM Desa yang telah memiliki Rencana Program
Kerja (RPK) serta selaras dengan Rencana Bisnis (Renbis) dan AD ART.
Akuntabilitas BUM Desa yang salah satunya ditunjukan dengan penyajian Laporan Keuangan, sebagian besar BUM
Desa belum mampu menyusun laporan keuangan secara lengkap.
Terkait akuntabilitas tatakelola asset yang ditunjukkan dengan laporan/catatan asset, hanya 1 unit dari 21 unit BUM
Desa yang sudah mencatat aset tetap dan melakukan penyusutan terhadap aset tetap tersebut.
a. merevisi Perda yang mengatur BUM Desa agar selaras dengan produk
hukum di atasnya dan mencakup detil penyelenggaraan proses
bisnis BUM Desa agar dapat dipedomani secara menyeluruh dalam
meningkatkan akuntabilitas dan tata kelola BUM Desa.
menginstruksikan Kepala Dinas Pemdes terkait untuk berkoordinasi
b. secara periodik dengan TPP/PLD untuk melakukan intensifikasi
monitoring, sosialisasi, dan pelatihan teknis, serta sinergi pendampingan
akuntabilitas dan tata kelola BUM Desa/BUM Desa bersama khususnya
terkait pemahaman atas analisis laporan keuangan BUM Desa/BUM
Desa bersama.
Selanjutnya, kami sarankan kepada Gubernur Kepulauan Bangka Belitung
untuk mendorong para Bupati untuk menetapkan kebijakan teknis
sinergitas pembinaan BUM Desa secara terpadu dan terkoordinasi, baik
2 dengan kebijakan pemerintah pusat maupun antar daerah di wilayah
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Kebijakan dimaksud dapat berupa
kebijakan arah dan mekanisme pembinaan terpadu, disertai Roadmap
pembinaan pengembangan BUM Desa/BUM Desa Bersama untuk
periode tertentu.
Kondisi pasca-pandemi dan adanya konflik geopolitik Rusia-Ukraina berakibat pada disrupsi supply dan
kenaikan harga pada komoditas tertentu seperti Bahan Bakar Minyak (BBM) Industri dan Aspal Curah yang
menimbulkan permasalahan dalam pengadaan barang/jasa konstruksi pemerintah, berupa risiko pelambatan
pekerjaan dan/atau tidak terselesaikannya pekerjaan. Pemerintah menerbitkan solusi melalui kebijakan
penyesuaian harga kontrak akibat dampak kenaikan harga tersebut. Penyesuaian harga kontrak nantinya akan
dibebankan secara proporsional antara Pemerintah dengan Penyedia Barang dan Jasa, sehingga pelaksanaan
pengadaan barang/jasa konstruksi dapat terealisasi tanpa menimbulkan kerugian bagi pihak tertentu. Terdapat
Koreksi Audit (negatif) sebesar Rp131.415.609,00 (tidak termasuk PPN), yang telah disepakati para pihak.
22. Kontrak Nomor HK 0201-PPK 2.1 Babel/432 tanggal 17 Februari 2022 atas Paket Penggantian Jembatan
Air Terong I Cs dengan periode pekerjaan 17 Februari 2022 s.d. 31 Desember 2022 pada Satuan Kerja
Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah II. Pengajuan usulan penyesuaian harga sesuai surat PT. Karya Mulia
Nugraha kepada Kepala BPJN Bangka Belitung Nomor 35/KMN.Bel/XI/2022 tanggal 30 November 2022
sebesar Rp977.270.224,82. Nilai kontrak pekerjaan setelah addendum terakhir (add 05) adalah sebesar
Rp24.645.203.000,00 (sudah termasuk PPN 11%).
Permintaan audit penyesuaian harga tersebut telah memenuhi kriteria untuk dapat dilaksanakan audit penyesuaian
harga. Hasil atas pelaksanaan Audit Penyesuaian Harga berkesimpulan nilai penyesuaian harga berdasarkan hasil
audit adalah sebesar Rp971.587.713,61 (tidak termasuk PPN), sehingga terdapat Koreksi Audit (negatif) sebesar
Rp126.263.825,79 (tidak termasuk PPN) atas Paket Preservasi Jalan dan Jembatan Tj. Kelian - Ibul - Kelapa - Bts.
Kab (Bangka/Bangka Barat) - Pd. Gebak - Pd. Besar - Bts Kota Pangkalpinang. Sedangkan atas Paket Penggantian
Jembatan Air Terong I Cs nilai penyesuaian harga berdasarkan hasil audit adalah sebesar Rp164.450.030,49 (tidak
termasuk PPN) sehingga terdapat Koreksi Audit (negatif) sebesar Rp5.151.783,32 (tidak termasuk PPN), yang telah
disepakati para pihak.
Saran :
Rekomendasi telah kami sampaikan kepada Satuan Kerja Pelaksanaan
Jalan Nasional Wilayah I dan II Provinsi Bangka Belitung untuk
menginstruksikan PPK 1.2 dan PPK 2.1 agar menggunakan hasil audit
tersebut sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam pengambilan
keputusan penyelesaian lebih lanjut atas penyesuaian harga yang
diajukan oleh Penyedia Barang/Jasa.
Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari tahun 2019 s.d. 2022 pada delapan Pemerintah Daerah di
Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung bergerak positif. Namun demikian, hal ini tidak diimbangi oleh
rasio tingkat kemandirian daerah yang sebagian besar justru bergerak ke arah negatif, yang mengakibatkan
seluruh Pemda di wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung masih sangat bergantung pada dana transfer
dari Pemerintah Pusat untuk melaksanakan program dan kegiatannya. Dari 8 pemda, terdapat 5 pemda yang
melebihi batas maksimal anggaran belanja pegawai dan 7 pemda tidak mencapai batas minimal anggaran
belanja infrastruktur, serta 6 (100%) pemda belum memenuhi batas minimal alokasi dana desa.
Sedangkan analisis atas kewajaran APBD Tahun 2023, diketahui hal sebagai berikut:
1. Terdapat 5 Pemda yang melebihi batas maksimal persentase anggaran belanja pegawai yaitu Kabupaten
Belitung, Kabupaten Bangka Tengah, Kabupaten Bangka Barat, Kabupaten Belitung Timur, dan Kota
Pangkalpinang.
2. Terdapat 7 Pemda yang tidak mencapai batas minimal persentase Anggaran Belanja Infrastruktur yaitu
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Kabupaten Bangka, Kabupaten Belitung, Kabupaten Bangka Tengah,
Kabupaten Bangka Barat, Kabupaten Belitung Timur, dan Kota Pangkalpinang.
3. Terdapat 6 Pemda yang ada di wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung belum memenuhi batas minimal
dari persentase alokasi dana desa yang diamanahkan UU No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa.
Saran :
Terhadap permasalahan yang dijumpai dalam pengawasan, telah
disarankan kepada seluruh Kepala Daerah agar:
Mengambil langkah strategis terkait optimalisasi Pendapatan Asli
a.
Daerah di Wilayahnya.
Melakukan kajian terkait efektivitas perencanaan dan penganggaran
b. sebagai upaya Pemda dalam melakukan efektivitas dan efisiensi
anggaran belanja daerah di seluruh wilayah Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung.
Melakukan kajian terkait moratorium pegawai pada 5 Pemda yang
c. melebihi batas maksimal persentase anggaran belanja pegawai sebagai
upaya dalam menekan belanja pegawai.
Dari 6 (enam) APIP Kabupaten yang memiliki desa di wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, sebanyak
5 (lima) APIP telah mengimplementasikan Aplikasi SISWASKEUDES. Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung turut mengawal implementasi SISWASKEUDES dan telah memberikan saran terkait kendala
yang dijumpai dalam rangka pengimplementasian Aplikasi SISWASKEUDES, antara lain agar Inspektorat Daerah
secara aktif berkoordinasi dengan OPD teknis terkait penyediaan server dan penggunaan database SISKEUDES.
Implementasi Aplikasi SISWASKEUDES akan memberikan dampak pada perbaikan hasil pengawasan keuangan
desa yang lebih komprehensif dalam menggambarkan kinerja pengelolaan keuangan dan aset desa.
Permendagri Nomor 73 Tahun 2020 tentang Pengawasan Pengelolaan Keuangan Desa dalam pasal 4 menyatakan
bahwa pengawasan atas pengelolaan keuangan desa di wilayah daerah kabupaten dilaksanakan oleh APIP daerah
kabupaten dan camat. Namun harus diakui di beberapa daerah masih terdapat tantangan berupa keterbatasan SDM
APIP daerah dan kewajiban pengawasan keuangan desa oleh APIP daerah tersebut belum terkelola dengan baik.
Untuk mewujudkan pengawasan keuangan desa yang efisien dan efektif, maka dibutuhkan sistem informasi maupun
tools yang dapat membantu APIP daerah menjalankan perannya secara optimal yaitu dengan menggunakan Aplikasi
Sistem Informasi Pengawasan Keuangan Desa (SISWASKEUDES).
Pada tahun 2023, Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Bangka Belitung telah melakukan kegiatan pengawasan
kepada 4 (empat) APIP Daerah terkait implementasi Aplikasi SISWASKEUDES, yaitu pada Inspektorat Kabupaten
Bangka, Inspektorat Kabupaten Bangka Barat, Inspektorat Kabupaten Bangka Tengah dan Inspektorat Kabupaten
Bangka Selatan. Hasil pemantauan atas implementasi penggunaan Aplikasi SISWASKEUDES di wilayah Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung menunjukkan bahwa dari 6 (enam) APIP pada kabupaten yang memiliki desa, sebanyak
5 (lima) APIP telah mengimplementasikan aplikasi SISWASKEUDES. Secara ringkas, kondisi implementasi Aplikasi
Saran :
Kami sarankan kepada Inspektorat Daerah agar secara aktif berkoordinasi
dengan Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Bangka Belitung untuk
dapat mengimplementasikan Aplikasi SISWASKEUDES dengan segera
maupun secara berkelanjutan sehingga diharapkan dapat memberikan
dampak pada perbaikan hasil pengawasan keuangan desa yang lebih
komprehensif dalam menggambarkan kinerja pengelolaan keuangan
dan aset desa.
Sampai dengan Triwulan IV Tahun 2023, seluruh desa pada Provinsi Kepulauan Bangka Belitung telah
mengimplementasikan Aplikasi Siskeudes secara Online mulai tahap penganggaran hingga tahap
penatausahaan, namun masih dijumpai penginputan data keuangan yang tidak lengkap serta tidak konsisten,
disebabkan belum maksimalnya kompetensi dan kapabilitas perangkat desa dalam memahami teknis Aplikasi
Siskeudes dan proses tata kelola keuangan desa. Dinas yang membidangi desa disarankan untuk terus
melakukan pembinaan bersama para camat.
Peningkatan kualitas pengelolaan keuangan desa dilakukan melalui implementasi Aplikasi Siskeudes termasuk
peningkatan kualitas perangkat desa dalam mengelola keuangan desa. Perwakilan BPKP telah melakukan sosialisasi
dan bimbingan teknis atas implementasi pengelolaan keuangan desa khususnya terkait penggunaan Aplikasi
Siskeudes dengan tujuan untuk meningkatkan kompetensi dan kapabilitas perangkat desa dalam memahami teknis
Aplikasi Siskeudes dan proses tata kelola keuangan desa mulai dari perencanaan, penganggaran, penatausahaan
serta pelaporan sehingga diharapkan dapat mempercepat peningkatan kualitas pengelolaan keuangan desa.
Dalam rangka mengatasi permasalahan terkait dengan upaya peningkatan kapasitas SDM desa, Perwakilan BPKP
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengoptimalkan upaya peningkatan kapasitas SDM tersebut pada saat
penugasan pengawasan dana desa kepada pengelola keuangan desa di desa sampel dan ketika pengelola keuangan
desa melakukan konsultasi ke Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Best practice pengelolaan keuangan desa dengan Aplikasi Siskeudes pada Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
yaitu seluruh desa pada Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tepat waktu dalam penetapan Peraturan Desa tentang
APBDes.
28 Laporan Hasil Pengawasan Semester II Tahun 2023
Akuntabilitas Keuangan Negara, Daerah, dan Desa 29
A.12.
Pembinaan dan Pengawasan Pengelolaan
Aset Desa Berjalan di Tempat
Saran :
Berdasarkan permasalahan yang dijumpai pada saat pengawasan,
telah disarankan kepada Kepala Daerah agar:
Menetapkan aturan teknis terkait tata cara inventarisasi aset desa
a. sebagai acuan perangkat desa dalam melaksanakan inventarisasi
aset desa dan pelaksanaan pembinaan/pengawasan oleh Pemerintah
Daerah.
Menginstruksikan OPD terkait untuk melaksanakan kegiatan pembinaan
b.
dan pengawasan pengelolaan aset desa kepada seluruh desa dan
kecamatan di wilayahnya secara memadai mulai dari perencanaan
sampai dengan pelaporan.
Ketahanan Energi 33
B.1.
Infrastruktur Energi
(Produksi dan Distribusi)
Pemenuhan kebutuhan energi tentunya harus diimbangi dengan
pertumbuhan penyediaan sumber energi melalui pembangunan
Dalam memenuhi kebutuhan energi di infrastruktur yang memadai demi tercapainya ketahanan energi
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, yang andal dan berkelanjutan. Terhadap hal tersebut, Hasil
Pemerintah telah membangun Evaluasi Hambatan Kelancaran Pembangunan Lintas Sektoral atas
beberapa infrastruktur ketenagalistrikan Infrastruktur Energi di Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
seperti Pembangunan Gardu Induk, Tahun 2023 diperoleh simpulan :
Pembangkit, Jaringan Transmisi dan 1. Perencanaan Pemenuhan Kebutuhan Infrastruktur Energi
Jaringan Distribusi dan yang sedang Pemerintah telah menetapkan kebijakan ketahanan energi
berlangsung saat ini pembangunan kabel yang dapat digunakan pemerintah daerah/BUMN/BUMD/
laut interkoneksi Sumatera Bangka Swasta untuk menyusun roadmap pembangunan infrastruktur,
yang diharapkan selesai di Tahun 2023. namun diketahui bahwa:
Namun dalam pelaksanaannya masih
sangat tergantung pada energi primer a. Pemerintah Povinsi Kepulauan Bangka Belitung belum
seperti minyak bumi dan batu bara menyusun dokumen Rencana Umum Ketenagalistrikan
karena terkendala belum optimalnya Daerah (RUKD) sebagai acuan rencana pengembangan
potensi energi terbarukan, tingginya sistem penyediaan tenaga listrik akibat keterbatasan
biaya investasi tidak didukung dengan anggaran karena adanya rasionalisasi atas anggaran
ketersediaan investasi, serta kendala penyusunan RUKD yang semula telah dialokasikan
lain seperti perizinan, pembebasan dalam APBD-P.
lahan, hingga harga jual yang masih b. Terdapat perubahan rentang waktu dalam dokumen
rendah. RUPTL yang semula 2019-2028 menjadi 2021-2030,
namun sampai dengan saat pelaksanaan evaluasi
berakhir, PT PLN belum menyusun secara rinci tindak
lanjut penyelesaian terhadap infrastruktur yang telah
a. Pembangunan Transmisi Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kV Pangkalpinang 2- Air Anyir.
b. Pembangunan Transmisi Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 70 kV Dukong-Belitung Utara.
c. Kapasitas Pembangunan Kabel Laut interkoneksi Sumatera-Bangka baru mencapai 83,6 MW dari yang
direncanakan 100 MW di tahun 2023 dan ditargetkan 200 MW di tahun 2024.
d. Peningkatan penggunaan Energi Baru dan Terbarukan direncanakan melalui pembangunan PLTBm,
PLTBio, PLTS dengan rencana kapasitas 73 MW. Sampai dengan saat ini, pembangunan pembangkit
yang sedang berjalan meliputi:
1) pembangunan PLTBm Sadai oleh PT. Sentosa Jaya Purnama dengan kapasitas 10 MW, dengan
progres konstruksi proyek telah mencapai 63% dan diperkirakan akan COD tahun 2024;
2) pembangunan PLTS Bangka Tengah oleh KSO PT. Jasa Tirta Energi dan PT. Surya Indotama
dengan kapasitas 10 MW, dengan progres sampai pada tahap pembahasan klausul kontrak; dan
3) pembangunan PLTS Belinyu yang merupakan hibah Kementerian ESDM kepada Pemerintah
Kabupaten Bangka dengan kapasitas 1 MW, saat ini dalam tahap penyusunan Perjanjian Jual Beli
Tenaga Listrik (PJBTL) dan berdasarkan rencana akan COD di tahun 2023.
e. Konversi PLTD ke pembangkit listrik berbasis Energi Baru Terbarukan, yaitu PLTS (dedieselisasi)
sebanyak 14 PLTD masih dalam tahap perencanaan dan beberapa telah tahap suvei dan akan dibangun
secara bertahap.
f. Rasio elektrifikasi Juni 2023 mencapai 99,99% dan rasio desa berlistrik adalah 100%. PT. PLN
memprogramkan kegiatan listrik masuk desa dengan rencana pembangunan di tahun 2023 berlokasi di
14 lokasi (5 kabupaten) dengan target calon pelanggan sebanyak 614 calon pelanggan, namun belum
terdapat progres pembangunan, salah satunya karena akses yang kurang memadai.
a. Masih terdapat gardu dengan beban terpakai melebihi daya terpakai (>100%).
b. Indeks SAIFI dan SAIDI belum tercapai tergambar dari masih dibutuhkan waktu sebanyak 114,45 menit
untuk pemulihan setiap pemadaman dengan rata-rata pemadaman tiga kali dalam setahun.
c. Output kontrak pembangunan SUTT 70 kV Dukong-Belitung Utara berupa pembebasan lahan seluas
3.844 m2 (38 lahan tapak tower) senilai Rp78.282.348,00 dan material tower sebanyak 130 unit senilai
Rp19.675.437.170,00 belum dimanfaatkan dan aset disimpan di Gudang Gantung, Kabupaten Belitung
Timur.
Ketahanan Energi 35
Saran :
Berdasarkan permasalahan yang ditemukan dalam pelaksanaan
evaluasi, disarankan kepada Pj. Gubernur Kepulauan Bangka Belitung
selaku Wakil Pemerintah Pusat di Daerah agar mengambil langkah-
langkah strategis guna mendorong:
Terlaksananya koordinasi lintas sektoral antar pemangku kepentingan
1 untuk memetakan kebutuhan energi serta pemenuhan energi di Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung.
OPD yang membidangi energi untuk berkoordinasi lintas sektoral dan
2
segera menyusun dokumen RUKD sesuai dengan Juknis Penyusunan
RUKD yang diterbitkan oleh Kementerian ESDM.
Implementasi program bauran energi melalui peningkatan penggunaan
energi baru terbarukan.
3 PT. PLN Unit Induk Wilayah Bangka Belitung agar:
a. Berkoordinasi dan berkolaborasi dengan berbagai pihak terkait
a. untuk keselarasan perencanaan pembangunan, serta target
elektrifikasi 100% atau pemerataan pembangunan listrik.
b. Menyusun secara rinci tindak lanjut penyelesaian terhadap
b.
infrastruktur yang telah direncanakan/telah berkontrak/telah
terealisasi sebagian serta melakukan peninjauan kembali jangka
waktu penyelesaian pembangunan transmisi.
c. Melakukan langkah-langkah untuk pengamanan aset berupa
c.
lahan yang telah dibebaskan dan material tower yang telah ada
dimaanfaatkan.
d. Melakukan evaluasi dan kajian terkait apakah diperlukannya
d. pembangunan lanjutan atas pekerjaan yang telah di-terminasi.
e. Mempercepat upaya dedieselisasi dengan tetap memperhatikan
e. ketersediaan anggaran dan prioritas kegiatan.
f. Memantau percepatan penyelesaian progress kontrak yang
f. masih terkendala.
g. Meningkatkan pengawasan terhadap pemeliharaan jaringan.
g.
Permasalahan lain yang ditemui antara lain belum adanya Rencana Pangan Daerah;
perencanaan kebutuhan jumlah cadangan pangan belum disusun sesuai dengan standar;
target jumlah Cadangan Pangan Pemerintah Daerah (CPPD) yang ditetapkan belum dapat
terpenuhi; belum adanya mekanisme pemantauan jumlah dan atau kualitas CPPD dan
mekanisme pelepasan CPPD; serta belum dikelolanya risiko kecurangan pengelolaan
cadangan pangan daerah secara memadai. Saldo CPPD Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung hanya sebesar 49,016 Ton, sedangkan saldo CPPD Kabupaten Bangka hanya
sebesar 29,150 Ton.
Ketahanan Pangan 39
C.1.
Tata Kelola Cadangan Pangan
Pemerintah Daerah
Harga jual beras di beberapa toko di Pangkalpinang, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terus mengalami
kenaikan beberapa hari terakhir. Namun, pengantisipasian kerawanan pangan di Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung berpotensi tidak optimal yang disebabkan potensi ketidakcukupan jumlah cadangan pangan serta
potensi tidak tersedianya alternatif cadangan pangan selain beras, sebagai dampak dari pengelolaan cadangan
pangan yang belum sepenuhnya memadai. Kebijakan tentang cadangan pangan juga belum menjelaskan
kriteria kualitas dan jumlah bahan pokok yang dijadikan cadangan pangan, serta belum mengatur tentang
mekanisme pengelolaan cadangan pangan secara jelas.
Permasalahan lain yang ditemui antara lain belum adanya Rencana Pangan Daerah; perencanaan kebutuhan
jumlah cadangan pangan belum disusun sesuai dengan standar; target jumlah CPPD yang ditetapkan belum
dapat terpenuhi; belum adanya mekanisme pemantauan jumlah dan atau kualitas CPPD dan mekanisme
pelepasan CPPD; serta belum dikelolanya risiko kecurangan pengelolaan cadangan pangan daerah secara
memadai. Sementara itu, Pemerintah Daerah hanya dapat bertahan kurang dari 1 (satu) hari jika seluruh
penduduk mengalami risiko kejadian darurat yang membutuhkan bantuan pangan . Saldo CPPD Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung hanya sebesar 49,016 Ton, sedangkan saldo CPPD Kabupaten Bangka hanya
sebesar 29,150 Ton.
Ketahanan Pangan 41
Saran :
Berdasarkan uraian di atas, kepada Kepala Daerah terkait telah kami
sarankan agar:
a. mengalokasikan anggaran untuk pengadaan cadangan pangan
a. seoptimal mungkin sesuai kebutuhan cadangan pangan yang
seharusnya.
b. menyusun rencana pangan daerah, menghitung dan menetapkan
b. rencana kebutuhan jumlah cadangan pangan sesuai dengan
Peraturan Badan Pangan Nasional Nomor 15 Tahun 2023.
c. menyusun perencanaan kebutuhan cadangan pangan lokal
c. selain beras; serta.
d. senantiasa melaksanakan dan menatausahakan proses
d. pengelolaan risiko terkait penyelenggaraan cadangan pangan
setiap tahun mulai dari identifikasi risiko, analisis risiko,
penanganan risiko, sampai dengan pemantauannya, termasuk
diantaranya risiko kecurangan.
Selain itu, meskipun Indonesia memiliki cadangan timah terbesar kedua di dunia (17%
dari total dunia), terutama di Pulau Bangka Belitung dan Kepulauan Riau, industri
pertambangan timah masih menghadapi berbagai persoalan, termasuk kurangnya pusat
data, ketidaktaatan terhadap aturan, dan perlu komitmen pemerintah untuk membenahi
tata kelola industri timah.
Potret permasalahan pengembangan kawasan industri dapat dilihat dari target investasi
Kawasan Industri Sadai sebesar Rp2,4 triliun, namun realisasi per 31 Agustus 2023
hanya mencapai 4,94%. Dukungan pemerintah melalui APBN/APBD untuk infrastruktur di
luar kawasan telah diberikan. Namun, Pembiayaan dari PT RBA selaku Badan Pengelola
Kawasan terbatas, sehingga progres infrastruktur di dalam kawasan tidak sesuai target.
Saat ini tata kelola industri kelapa sawit menjadi fokus perhatian pemerintah. Pembentukan
Satuan Tugas Peningkatan Tata Kelola Industri Kelapa Sawit dilakukan untuk membenahi
permasalahan kompleks, termasuk rendahnya tingkat kepatuhan perizinan, penanaman,
pengolahan, hingga produk akhir.
Pembangunan Ekonomi 45
D.1.
Kemudahan Perizinan
Berusaha
Analisis Kecukupan dan Ketepatan Bauran Kebijakan
Kemudahan Perizinan Berusaha
Dalam rangka mengoptimalkan Kemudahan Kebijakan kemudahan perizinan berusaha belum
Perizinan Berusaha, Dinas PMPTSP Provinsi sepenuhnya memadai. Hal ini terlihat dari Pemerintah
Kepulauan Bangka Belitung telah melakukan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung belum menetapkan
fungsi koordinasi secara baik dan tidak terdapat Peraturan Daerah tentang Penyelenggaraan Perizinan
hambatan dalam implementasi penyelenggaraan Berusaha, meskipun telah menetapkan Peraturan Daerah
perizinan berusaha berbasis risiko. Namun mengenai Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi
demikian masih ditemukan kelemahan dalam Kepulauan Bangka Belitung Nomor 2 Tahun 2014 tentang
aspek kebijakan kemudahan perizinan, Tata Kelola Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka
Online Single Submission (OSS). Hasil analisis Belitung Tahun 2014-2034. Namun, baru 11 (sebelas)
menunjukkan bahwa perizinan berusaha belum Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) wilayah kabupaten/
sepenuhnya optimal memberikan dampak bagi kota baik yang telah diterbitkan baik yang sifatnya manual
arus masuk investasi PMA, namun sudah optimal maupun yang sudah terintegrasi dalam OSS. Sedangkan
memberikan dampak arus masuk investasi PMDN 2 (dua) RDTR yang masih dalam proses penyusunan.
pada sektor industri pengolahan. Kondisi tersebut dapat menghambat pelayanan perizinan
berusaha, khususnya persyaratan dasar terkait Rencana
Tata Ruang Wilayah dan memperlambat proses verifikasi.
Analisis Efektivitas Koordinasi Kelembagaan Lintas
Sektoral Terkait Kemudahan Perizinan Berusaha
Fungsi koordinasi telah dilakukan cukup optimal, yang
telihat dari ketaatan penyampaian laporan pelaksanaan
perizinan berusaha (dari kabupaten/kota), kemudian
direkapitulasi oleh Dinas PMPTSP Provinsi Kepulauan
Pelayanan penerbitan perizinan belum sepenuhnya optimal. Dari grafik di atas, sebanyak 585 permohonan (8,77%)
berstatus “Menunggu Verifikasi Persyaratan” yang memberikan dampak pada risiko terlambatnya realisasi proyek
(rencana investasi) Tahun 2023 senilai Rp3,91 Triliun.
Analisis dampak kemudahan perizinan berusaha terhadap perbaikan Indeks Kemudahan Berusaha serta peningkatan
investasi (PMDN dan PMA)
Hasil data realisasi investasi yang diperoleh dari National Single Window for Investment (NSWI) untuk triwulan II
tahun 2023, total realisasi investasi PMA mencapai US$8.918.200 dan PMDN mencapai Rp3.154.999.600.000.
Capaian ini menunjukkan pertumbuhan realisasi investasi PMA terkontraksi 42,20% (q-on-q) dan realisasi investasi
PMDN meningkat 120,11% (q-on-q).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemudahan perizinan berusaha belum sepenuhnya optimal memberikan
dampak bagi arus masuk investasi PMA pada sektor industri pengolahan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
dilihat dari arus masuk investasi pada TW I dan TW 2 Tahun 2023.
Pembangunan Ekonomi 47
Saran :
Untuk lebih meningkatkan kinerja DPMPTSP Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung dalam penyelenggaraan perizinan berusaha berbasis
risiko, direkomendasikan kepada Kepala DPMPTSP Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung agar:
Melakukan koordinasi dengan Sekretaris DPRD Provinsi Kepulauan
a.
Bangka Belitung untuk penyelesaian Peraturan Daerah tentang
Penyelenggaraan Perizinan Berusaha;
Mengkaji kebutuhan Investment Project Ready to Offer (I-PRO) untuk
b.
mendukung investasi bagi potensi dan peluang pada sektor industri
dan dikaitkan dengan keberadaan berbagai Kawasan Industri dan
Perdagangan di wilayah Provinsi Kepulauan Riau termasuk Kawasan
Industri Sadai (KIS);
Melakukan koordinasi kepada OPD terkait dalam rangka penyelesaian
c.
RDTR Kabupaten/Kota yang belum terbit;
Menyusun rencana fasilitasi kepada pelaku usaha yang mengalami
d. kelambatan pengurusan perizinan berusaha.
Pemerintah mencanangkan Program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN). PBJ pemerintah,
mau tidak mau, harus memenuhi kriteria ini, walaupun barang dan jasa yang dibutuhkan ternyata lebih
mahal dan membutuhkan waktu lebih lama. Hasil pengawasan menunjukkan terdapat beberapa kondisi yang
memerlukan perbaikan oleh pemerintah daerah, antara lain: kebijakan untuk mendorong belanja (demand) PDN,
roadmap yang memuat berbagai jenis rencana kegiatan/rencana kerja, kebijakan untuk mendorong supply PDN,
penetapan P3DN sebagai Indikator Kinerja Utama, dan alokasi anggaran belanja barang/jasa paling sedikit 40%
untuk produk dalam negeri Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Koperasi.
Selain itu, implementasi kebijakan P3DN pada badan usaha di wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
masih belum optimal. Hal ini terkendala dengan minimnya kebijakan yang secara teknis tegas mengatur
mekanisme pelaksanaan yang dapat dijadikan petunjuk teknis pelaksanaan program P3DN. Dengan demikian
masih memerlukan dorongan kebijakan pemerintah daerah berupa roadmap penyelenggaraan P3DN yang
mengatur rinci teknis implementasi dengan indikator target tertentu yang dapat segera dicapai.
Pembangunan Ekonomi 49
Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Bangka Belitung telah melaksanakan Evaluasi
atas Governance, Risk, Control, Compliance, Anticorruption, dan Debottlenecking
(GRCCAcD) Program P3DN pada Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung,
Pemerintah Kabupaten/Kota, BUMN, BUMD dan BLUD di Wilayah Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung tahun 2023. Evaluasi ini bertujuan untuk memberikan penilaian
secara sistematis dan objektif atas desain, implementasi dan hasil dari Program
P3DN dengan membandingkan antara regulasi dan rencana yang telah ditetapkan,
serta menentukan faktor-faktor yang memengaruhi keberhasilan atau kegagalan
dalam mencapai sasaran dan tujuan Program P3DN.
Evaluasi dilakukan pada 8 pemerintah daerah, 1 BUMN, 4 BUMD dan 10 BLUD di
wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan uji petik pada 10 (sepuluh) kontrak dengan nilai terbesar. Hasil
validasi atas isian pada 8 pemerintah daerah, 1 BUMN, 4 BUMD dan 10 BLUD dapat dilihat pada grafis berikut.
Berdasarkan grafis tersebut, Kepatuhan pada 8 pemerintah
daerah, 1 BUMN, 4 BUMD dan 10 BLUD di wilayah Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung atas Program P3DN masih
rendah dan kinerja kelembagaan pelaksana Program P3DN
belum sepenuhnya memadai. Permasalahan yang dihadapi
oleh Badan Usaha, khususnya Badan Usaha Milik Daerah
di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung berupa kebijakan
terkait P3DN yang belum secara teknis tegas mengatur
mekanisme pelaksanaan yang dapat dijadikan petunjuk
teknis pelaksanaan program P3DN. Kebijakan tersebut
belum secara rinci mengatur mekanisme pada pelaksanaan
pengadaan hingga pada penulisan kontrak.
Dari gambaran penyelenggaraan P3DN di wilayah Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung dapat disimpulkan bahwa
implementasi P3DN belum didukung Grand Design yang
komprehensif dan infrastruktur penyelenggaraannya masih
belum secara paralel mendukung program. Infrastruktur
dimaksud meliputi komitmen dan kebijakan; kelembagaan;
penganggaran; serta evaluasi dan pengawasan. Rendahnya tindak lanjut atas AoI terkait P3DN menunjukkan bahwa
program P3DN belum menjadi salah satu Indikator Kinerja Utama/IKU/KPI Organisasi.
Area of Improvement tidak dapat dilaksanakan oleh salah satu pihak saja, diperlukan kolaborasi yang efektif baik
secara internal melalui Tim P3DN maupun secara eksternal dengan pelaku usaha atau penyedia barang/jasa.
Pembangunan Ekonomi 51
D.3.
Tata Kelola Industri Tambang
Timah
Indonesia merupakan salah satu negara penghasil timah
terbesar di dunia. Kandungan timah dalam wilayah
Cadangan timah Indonesia merupakan terbesar Indonesia membentang sepanjang jalur mineralisasi sabuk
kedua di dunia, yakni 17% dari total cadangan timah Asia Tenggara yang sebagian besar berpusat pada
timah dunia. Cadangan timah tersebut mayoritas wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Sebagian
tersebar di Pulau Bangka Belitung dan Kepulauan besar kandungan timah merupakan endapan alluvial/placer
Riau, dimana PT Timah Tbk memiliki wilayah yang tersebar baik di darat maupun di dalam laut, sehingga
penambangan sebesar 45,25% dari total wilayah pengusahaannya dapat dilaksanakan dengan modal dan
izin usaha pertambangan. Namun persoalan teknologi yang relatif sederhana. Hal ini memungkinkan
demi persoalan terus mendatangi industri kegiatan penambangan timah dapat dilakukan baik dalam
pertambangan timah, mulai dari belum terpusatnya skala besar yang padat modal maupun dalam skala kecil
sistem data hingga ketidaktaatan terhadap aturan yang melibatkan masyarakat di sekitar tambang.
yang berlaku. Diperlukan komitmen yang kuat Namun, masifnya kegiatan penambangan timah tidak
dari pemerintah untuk membenahi tata kelola diikuti dengan tata kelola yang memadai sehingga
industri timah agar dapat memberikan manfaat menimbulkan berbagai persoalan. Pemerintah harus
yang sebesar-besarnya bagi negara. menemukan formulasi yang tepat untuk memperbaiki tata
kelola industri timah. Oleh sebab itu, Perwakilan BPKP
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung telah melaksanakan
Audit Tujuan Tertentu atas Tata Kelola Industri Tambang
Timah. Beberapa permasalahan yang ditemukan dalam
audit tersebut yaitu:
1. Belum adanya rincian data industri timah untuk
tahun 2018 sampai dengan 2022 disebabkan
belum terdapat sistem terpadu yang memadai
4. Adanya perbedaan data jumlah dan luasan IUP disebabkan Aplikasi MODI dan MOMI dikelola oleh 2 (dua)
Direktorat yang berbeda pada Kementerian ESDM, sehingga diperlukan waktu untuk proses sinkronisasi data
terlebih dahulu sampai pada akhirnya bisa ditayangkan di kedua aplikasi tersebut. Untuk menyelesaikan
permasalahan tersebut, Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM saat ini sedang
mengembangkan modul/tools integrasi proses bisnis yang bertujuan untuk meminimalisir perbedaan data
jumlah dan luasan IUP.
5. Berdasarkan data jaminan reklamasi dan pasca tambang diketahui terdapat jaminan reklamasi sebesar
Rp106.356.966.668,60 atas 227 IUP dan jaminan pasca tambang sebesar Rp26.519.788.849,02 atas 167 IUP
yang belum dilakukan pencairan dana (pelaksanaan kegiatan reklamasi). Hal ini disebabkan ketidaktaatan
perusahaan dan lemahnya pengawasan Pemerintah Daerah terhadap pelaksanaan reklamasi di Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung. Akibatnya terdapat potensi timbulnya penambahan luas lahan kritis di wilayah
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung karena tidak dilaksanakannya kegiatan reklamasi dan pasca tambang.
6. Pada tahun 2019, Dinas ESDM Provinsi Kepulauan Bangka Belitung telah menyusun Cetak Biru Pengembangan
dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM) pada Kegiatan Usaha Pertambangan Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung 2019 s.d. 2024. Namun atas rencana tersebut, Dinas ESDM Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tidak
mengetahui mengenai realisasi kegiatan PPM, disebabkan berlakunya Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara,
dimana Pemerintah Pusat mengalihkan seluruh kewenangan pengelolaan termasuk perizinan tambang
mineral dan batubara yang semula di Pemerintah Daerah menjadi ke Pemerintah Pusat.
Salah satu kendala dalam pelaksanaan Audit Tujuan Tertentu atas Tata Kelola Industri Timah adalah tidak diperolehnya
gambaran utuh atas beberapa aspek yang diaudit, sehingga penyimpulan dan saran perbaikan terhadap beberapa
aspek tata kelola tidak dapat dilakukan karena ketiadaan data/informasi tersebut, antara lain terkait ada/tidaknya:
• Perusahaan timah yang beroperasi tidak sesuai RKAB
• Perusahaan yang tidak memiliki izin AMDAL
• Perusahaan yang beroperasi tanpa izin
• Badan usaha yang tidak terdaftar dalam aplikasi MODI namun tetap beroperasi dan tetap melakukan aktivitas
pertambangan
• Perusahaan yang tidak melakukan pengolahan produk sampingan timah
• Pemerintah Daerah yang belum menetapkan jaminan reklamasi
• Pemerintah yang tidak menetapkan standar biaya PPM perusahaan
Pembangunan Ekonomi 53
Saran :
Terhadap masalah-masalah yang dijumpai, disarankan kepada Pj.
Gubernur Kepulauan Bangka Belitung selaku Wakil Pemerintah Pusat
di Daerah agar:
1 Meningkatkan koordinasi lintas sektor antara pihak-pihak terkait.
Menginstruksikan Kepala Dinas ESDM Provinsi Kepulauan Bangka
2 Belitung agar:
Target Investasi Kawasan Industri Sadai sebesar Rp2.4 triliun dengan realisasi investasi per 31 Agustus
2023 terbilang sangat minim yaitu senilai Rp199.40 miliar atau 4,94%. Di sisi lain Pemerintah melalui APBN/
APBD telah memberikan dukungan yang cukup signifikan dalam hal penyediaan infrastruktur di luar kawasan
seperti penyediaan air baku, akses jalan nasional menuju Kawasan industri Sadai (KIS). Sementara penyediaan
infrastruktur dasar di dalam Kawasan Industri yang seharusnya menjadi tanggungjawab Pengelola Kawasan
Industri/PT RBA belum menunjukkan progress yang menggembirakan sesuai dengan yang ditargetkan.
Permasalahan utamanya adalah kurangnya pembiayaan dari PT RBA sendiri dan/atau menggandeng investor
dalam mengelola kawasan serta kurangnya kemampuan PT RBA selaku Badan Pengelola Kawasan untuk
mendatangkan Investor Tenant yang berminat di Kawasan Industri Sadai.
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki satu kawasan industri yang berlokasi di Sadai, Kecamatan Tukak
Sadai, Kabupaten Bangka Selatan, sampai dengan Triwulan III tahun 2023 terdapat dua pelaku usaha/tenant yang
menempati kawasan industri Sadai dengan rincian sebagai berikut:
Pembangunan Ekonomi 55
Aspek Kebijakan dan Kelembagaan Pembangunan Kawasan Industri, termasuk Keberlanjutan Pembiayaan
Pembangunan Kawasan Industri
Dalam aspek kebijakan ditemukan permasalahan sebagai berikut:
1. Komite Kawasan Industri Sadai dan kelembagaan lainnya dalam rangka pembangunan kawasan industri
Sadai belum dibentuk.
2. Pengelola Kawasan Belum Memiliki Skema Pembiayaan yang jelas.
Pembangunan Ekonomi 57
D.5.
Tata Kelola
Proyek Strategis Nasional
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Kelayang
Realisasi investasi sampai dengan Triwulan IV tahun
Pengawasan Program Strategis Nasional (PSN) 2023 baru mencapai Rp1,714 triliun yang terdiri dari
di Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pembangunan kawasan sebesar Rp1,18 triliun dan
Semester II tahun 2023 dilakukan terhadap KEK investasi pelaku usaha sebesar Rp534,0 Miliar atau baru
Tanjung Kelayang dan PSN Reforma Agraria. 16,64% dari target, sedangkan progres pembangunan fisik
dalam kawasan baru mencapai 7,937% dari target 39,982%,
Terhentinya kegiatan pembangunan fisik pada serta tingkat penyerapan tenaga kerja yang masih rendah,
KEK Tanjung Kelayang pada tahun 2021 dan yaitu sebanyak 935 orang atau 18,70% dari target sebanyak
2022 merupakan imbas dari pandemi Covid-19 5.000 Orang pada Tahun 2045.
yang mengakibatkan lambatnya pertumbuhan
investasi yang masuk ke wilayah KEK Tanjung Meskipun progres investasi masih relatif minim, tingkat
Kelayang, berimbas pula pada rendahnya progres pendapatan sektor pariwisata terhadap PDRB cenderung
pembangunan fisik dalam kawasan, serta tingkat mengalami peningkatan, begitu juga dengan tingkat
penyerapan tenaga kerja tidak sesuai terget. kunjungan wisatawan yang mengalami peningkatan
walaupun masih didominasi oleh wisatawan domestik.
Rendahnya capaian keuangan dan fisik Program Hal ini merupakan tantangan sekaligus potensi untuk
Reforma Agraria pada Kegiatan PTSL utamanya mengakselerasi pembangunan KEK Tanjung Kelayang
disebabkan adanya sistem, metode dan tambahan demi mendongkrak jumlah kunjungan wisatawan, baik
tahapan dalam pelaksanaan pengukuran PTSL mancanegara maupun domestik.
berupa pengambilan foto lewat udara,tambahan
kegiatan pemetaan, tahapan pengumuman Dalam rangka peningkatan nilai investasi dan percepatan
klarifikasi serta lambatnya pengumpulan data progres pembangunan di wilayah KEK Tanjung Kelayang,
yuridis. telah disarankan kepada Bupati Belitung agar:
1. Menyelenggarakan pertemuan yang bersifat lintas
sektoral secara rutin dengan pihak-pihak terkait
a. Melakukan koordinasi kepada seluruh investor terkait perencanaan investasi dan detail pembangunan
yang akan dilakukan di sekitar Kawasan KEK Tanjung Kelayang Kabupaten Belitung.
b. Menyampaikan laporan progres investasi dan progres detail pembangunan di Kawasan KEK Tanjung
Kelayang secara rutin minimal 3 (tiga) bulan sekali kepada Kepala Administrator KEK Tanjung Kelayang
dan Ketua Dewan Kawasan KEK Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
c. Melanjutkan penyelesaian pembangunan Kantor Badan Usaha Pembangun dan Pengelola serta Fasilitas
Sosial dan Fasilitas Umum yang merupakan kewajiban dalam pemenuhan fasilitas kawasan.
Saran :
Atas hasil pengawasan yang dilakukan, kepada Kepala Kantor Wilayah
Badan Pertanahan Nasional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung telah
disarankan agar:
1. Memantau dan mengevaluasi pencapaian target Program Reforma
a.
Agraria pada Kegiatan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap
(PTSL) dan Kegiatan Redistribusi Tanah pada masing-masing
Kantor Wilayah Pertanahan.
2.b. Melakukan langkah-langkah strategis untuk memastikan target
Program Reforma Agraria pada Kegiatan Pendaftaran Tanah
Sistematis Lengkap (PTSL) dan Kegiatan Redistribusi Tanah tahun
2023 dapat tercapai.
Pembangunan Ekonomi 59
D.6.
Pengawasan Tata Kelola Industri
Kelapa Sawit
Kolaborasi Lintas Sektoral Peningkatan Tata Kelola Industri Kelapa Sawit
Tata kelola industri kelapa sawit menjadi salah satu sektor yang turut menjadi perhatian pemerintah yang
perlu dibenahi. Pembentukan Satuan Tugas Peningkatan Tata Kelola Industri Kelapa Sawit melalui Keputusan
Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2023 merupakan salah satu bentuk dari upaya pembenahan dan
BPKP termasuk di dalamnya. Permasalahan yang kompleks dan beragam mulai dari perizinan, penanaman,
pengolahan, sampai dengan produk akhir, tergambar nyata berdasarkan hasil Audit Tujuan Tertentu Tata Kelola
Industri Kelapa Sawit Tahun 2023.
Diperlukan komitmen bersama dan kolaborasi yang efektif antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan
Pelaku Usaha agar tujuan perbaikan tata kelola industri kelapa sawit dapat tercapai, khususnya pembenahan
atas rendahnya tingkat kepatuhan perizinan perusahaan kelapa sawit, ketidakpatuhan perusahaan untuk
menyediakan kebun masyarakat, pendirian pabrik kelapa sawit tanpa perizinan yang lengkap, belum adanya
database untuk mengintegrasikan monitoring pada industri kelapa sawit, lahan perkebunan kelapa sawit yang
berada dalam kawasan hutan, dan permasalahan lainnya.
Pembangunan Ekonomi 61
Saran :
Berdasarkan permasalahan tersebut, disarankan kepada Pj. Gubernur
Kepulauan Bangka Belitung selaku Wakil Pemerintah Pusat di
Daerah agar mengambil langkah-langkah strategis guna mendorong
Pemerintah Daerah untuk:
a. Menyusun kebijakan/mekanisme/pola koordinasi yang intensif
a. antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah, Pemerintah
Provinsi dengan Pemerintah Kabupaten terkait pemberian izin
usaha, monitoring data Perkebunan Sawit Rakyat (PSR), data
tangki timbun, dan Fasilitasi Pembangunan Kebun Masyarakat
serta kebijakan terkait dengan pembagian peran, tugas, dan
tanggung jawab serta wewenang Pemerintah Pusat dan Daerah.
b. Melakukan sosialisasi dan/atau pelatihan operasionalisasi
b.
aplikasi SIPERIBUN kepada admin SIPERIBUN di Dinas Pertanian
Provinsi/Kabupaten dan Operator SIPERIBUN di perusahaan dan
meningkatkan tingkat keamanan data dan informasi digital milik
perusahaan yang telah diinput ke dalam aplikasi SIPERIBUN serta
memberikan sanksi kepada pelaku usaha yang tidak taat dalam
menggunakan aplikasi SIPERIBUN sesuai ketentuan berlaku.
c. Menyusun kebijakan atas penggunaan peraturan terkait dasar
c.
perhitungan fasilitasi pembangunan kebun masyarakat dan
melakukan sosialisasi terkait kebijakan Dasar Perhitungan Luas
Kewajiban Fasilitasi Pembangunan Kebun Masyarakat dan Jenis
Fasilitasi Pembangunan Kebun Masyarakat kepada pelaku usaha
perkebunan kelapa sawit serta menyikapi secara tegas melalui
pemberian sanksi atas ketidakpatuhan pelaku usaha.
d. Menyusun kebijakan/petunjuk teknis Pengajuan Pelepasan
d.
Kawasan Hutan oleh Perusahaan Perkebunan kepada
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sampai dengan
penerbitan izin pelepasan kawasan hutan.
e. Melakukan evaluasi atau analisa kebijakan yang dapat
e. meningkatkan potensi penerimaan daerah dari industri kelapa
sawit seperti analisa kebijakan mengenai potensi pengenaan PBB
dari perkebunan sawit rakyat atau plasma menjadi penerimaan
daerah.
f. Melaksanakan evaluasi komprehensif, pengawasan dan
f.
penegakan aturan (law enforcement) dan jika diperlukan
membentuk tim lintas sektoral untuk percepatan penanganan
permasalahan sesuai ketentuan berlaku
Pembangunan Ekonomi 63
Realisasi keuangan dan fisik pekerjaan Rehabilitasi dan Renovasi Prasarana Sekolah Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung 1 Tahun 2022 dan Tahun 2023 per Juni 2023 berdasarkan kondisi lapangan adalah sebesar
Rp24.123.828.550,00, bobot fisik pekerjaan 100%.
Seyogianya akan dilakukan Audit Tujuan Tertentu atas pekerjaan Rehabilitasi dan Renovasi Prasarana Sekolah ini.
Namun, pada saat akan dilaksanakan audit, Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Kepolisian Daerah
Bangka Belitung sedang melakukan penyelidikan atas Kegiatan Rehabilitasi dan Renovasi Prasarana Sekolah Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung 1 Tahun 2022 karena adanya pengaduan masyarakat. Sehubungan dengan hal itu,
Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengambil sikap mengutamakan pelaksanaan Penyelidikan
yang dilakukan Ditreskrimsus Polda Bangka Belitung dan audit dibatalkan.
Penyaluran Bansos Pemerintah Daerah belum memiliki regulasi yang jelas, berpotensi
tidak tepat sasaran, dan tidak ada evaluasi efektivitas penyaluran bantuan sosial.
Bantuan Langsung Tunai (BLT) Desa telah dilaksanakan dengan baik, tetapi belum efektif
mengurangi beban pengeluaran keluarga penerima manfaat.
Program Investing in Nutrition and Early Year (INEY) mencapai semua Disbursement Linked
Indicators (DLI), tetapi masih ada catatan perbaikan terkait kebijakan dan efektivitas
pelaksanaan tugas Tim Pendamping Keluarga.
Saran :
Berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2022 tentang Percepatan Penghapusan Kemiskinan ekstrem,
Presiden Republik Indonesia telah menargetkan kemiskinan ekstrem (extreme poverty) dapat mencapai 0%
pada Tahun 2024. Untuk mencapai target tersebut strategi pengentasan kemiskinan harus terkonsolidasi,
terintegrasi dan tepat sasaran melalui adanya konvergensi dan kolaborasi di tingkat Pusat, Daerah dan Desa.
Hasil pengawasan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Kota Pangkalpinang dan Kabupaten Belitung Timur
menunjukkan bahwa Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2022 belum sepenuhnya dilaksanakan secara optimal,
Kinerja Konvergensi Program/Kegiatan/Intervensi dalam rangka PPKE di Daerah belum optimal, Program/
Kegiatan/Intervensi Daerah dalam rangka PPKE di Daerah belum sepenuhnya efektif untuk menurunkan beban
pengeluaran, meningkatkan pendapatan, menurunkan jumlah kantong-kantong kemiskinan dan berkontribusi
terhadap penurunan/penghapusan angka kemiskinan ekstrem. P adahal hasil analisis menunjukkan bahwa
Gini Rasio, Tingkat kemiskinan dan pengangguran yang semakin menurun, akan berpengaruh signifikan
terhadap gangguan sosial di masyarakat khususnya tingkat kriminalitas.
Saran :
Terhadap permasalahan di atas, kepada Pj. Gubernur Kepulauan Bangka
Belitung kami sarankan, sebagai berikut:
a. Berkoordinasi dengan Kementerian Dalam Negeri untuk
a. mengintegrasi dokumen Rencana Penanggulangan Kemiskinan
Daerah (RPKD) ke dalam dokumen Rencana Pembangunan
Jangka Menengah (RPJMD) terkait percepatan penghapusan
kemiskinan ekstrem.
b.b. Berkoordinasi dengan Kementerian Koordinator Bidang
Pembangunan Manusia dan Kebudayaan untuk penentuan
kriteria masyarakat miskin ekstrem serta petunjuk teknis tatacara
verifikasi dan validasi data kemiskinan ekstrem oleh pemerintah
Desa.
c. Memprioritaskan pengalokasian anggaran dan SDM untuk
c.
melakukan monitoring dan evalusi secara berkala terhadap
pelaksanaan program dan kegiatan percepatan penghapusan
kemiskinan ektrem.
d. Menyusun dokumen Rencana Aksi Tahunan (RAT) Tingkat
d.
Provinsi/Kabupaten/Kota dan memastikan kemiskinan ekstrem
masuk ke dalam dokumen tersebut.
e. Mengoptimalkan peran Tim Koordinasi Penanggulangan
e. Kemiskinan khususnya terkait program bantuan sosial
dan jaminan sosial masyarakat dalam rangka percepatan
penghapusan kemiskinan Ekstrem.
Mengukur ketepatan jumlah, ketepatan Penyaluran bantuan sosial diharapkan dapat meningkatkan
sasaran penerima, ketepatan waktu, tingkat pendapatan dan mengurangi beban belanja kebutuhan pokok
keberhasilan program bantuan sosial yang masyarakat. Delapan Pemerintah Daerah di Provinsi Kepulauan
telah diberikan kepada masyarakat, dan Bangka Belitung berkontribusi dalam penyediaan bantuan sosial
dampak sebelum dan sesudah adanya melalui APBD dengan nilai anggaran Bantuan Sosial sebesar
bantuan sosial merupakan salah satu Rp37.242.650.752,00.
aspek penting untuk menilai keberhasilan Hasil evaluasi terhadap Implementasi Bantuan Sosial yang
program bantuan sosial disamping bersumber dari APBD pada Kabupaten Bangka dan Bangka Tengah
pertimbangkan kemungkinan duplikasi menunjukkan pemerintah daerah telah memiliki peraturan kepala
bantuan, antara APBN, APBD, dan APBDes. daerah tentang bantuan sosial, namun petunjuk teknis sebagai
turunan Perkada untuk bantuan bidang UMKM dan bidang sosial
belum memadai karena belum mengatur mekanisme penyaluran,
kriteria penerima, dan besaran bantuan.
Penyaluran bantuan bidang pangan pada Pemerintah Kabupaten
Bangka Tengah telah tepat jumlah, tepat kualitas dan tepat
Saran :
Atas permasalahan tersebut telah disarankan kepada masing-
masing Kepala Daerah agar membuat kebijakan turunan berupa
petunjuk teknis sesuai jenis bantuan sosial yang diselenggarakan oleh
Pemerintah Daerah yang memuat informasi kriteria penerima bantuan
dan mekanisme terkait perencanaan, penganggaran, pelaksanaan,
penyaluran, pelaporan, serta monitoring dan evaluasi untuk setiap jenis
bantuan sosial yang dilaksanakan oleh Organisasi Perangkat Daerah
(OPD), dan menginstruksikan Kepala Dinas Sosial agar membentuk tim
untuk melakukan monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan pemberian
bantuan sosial dan melaporkan hasilnya ke Bupati.
Saran :
Terhadap permsalahan-permasalahan yang dijumpai dari hasil
evaluasi, telah disampaikan saran kepada Bupati Bangka dan Bupati
Bangka Tengah agar menginstruksikan Kepala Dinas Pemberdayaan
Masyarakat dan Desa untuk memastikan seluruh desa melakukan
verifikasi dan validasi data P3KE dan menuangkannya ke dalam berita
acara hasil verifikasi dan validasi serta mempertimbangkan data
tersebut untuk penetapan KPM BLT Desa, serta berkoordinasi dengan
pihak perbankan agar penyaluran BLT non tunai dapat berjalan dengan
optimal.
Saran :
Untuk itu, perlu dilakukan pembenahan/langkah-langkah perbaikan
antara lain:
a. Mengoptimalkan penggunaan dana Bantuan Operasional
a. Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN) untuk meningkatkan kualitas
pendidikan tinggi;
b.b. Meningkatkan sosialisasi program studi ke sekolah-sekolah
untuk menjaring calon mahasiswa yang memilki potensi
akademik tetapi kurang mampu secara ekonomi;
c. Meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasana sesuai
c. dengan Standar Pelayanan Minimum dan Sistem Penjaminan
Mutu Internal (SPMI) IAIN SAS Bangka Belitung yang telah diatur
dan ditetapkan;
d. Meningkatkan sosialisasi kepada mahasiswa untuk pelaksanaan
d.
tracer study agar dapat mendata secara maksimal keterserapan
lulusan dalam dunia kerja dan dunia industri guna menilai kualitas
pendidikan tinggi IAIN SAS Bangka Belitung.
Tata kelola pemajuan kebudayaan pada Provinsi Kepulauan Bangka Belitung masih belum cukup memadai.
Hal ini ditunjukkan antara lain pemajuan kebudayaan masih berada pada tahap pencatatan dan dokumentasi
untuk semua objek pemajuan kebudayaan kecuali cagar budaya yang sudah penetapan terdiri dari 24 objek
cagar budaya, rencana aksi yang dimuat dalam Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah (PPKD) belum dijadikan
sebagai acuan dalam perencanaan dan penganggaran, intervensi pemerintah daerah pada objek pemajuan
kebudayaan yang dimanfaatkan sebagai objek pariwisata masih belum optimal, belum memiliki infrastruktur
budaya seperti gedung pertunjukan seni, museum sejarah atau seni dan ruang komunitas budaya, kegiatan
pemajuan kebudayaan masih bersifat sporadis dan belum terarah, dukungan pemerintah daerah belum optimal
terutama terkait kegiatan yang diinisiasi komunitas budaya, masih terdapat cagar budaya dalam kondisi rusak
dan belum dilakukan renovasi, tim ahli cagar budaya yang telah berakhir sertifikasinya dan tim ahli warisan
budaya tak benda yang belum dibentuk yang dapat berakibat pada kelambatan proses penilaian atas objek
pemajuan kebudayaan. Disisi lain dari aspek pendidikan, belum menetapkan kurikulum muatan lokal dengan
kearifan lokal untuk setiap jenjang satuan pendidikan
Dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan, Pemerintah mengesahkan
acuan legal-formal pertama untuk mengelola kekayaan budaya di Indonesia. Upaya sistematis pemerintah dalam
memajukan budaya dilakukan melalui 4 tahapan, yaitu tahapan Pelindungan, Pengembangan, Pemanfaatan dan
Pembinaan. Keempat tahapan tersebut saling terhubung dan tak dapat dipisahkan. Pencapaian setiap tahapan
mendukung langkah-langkah strategis lainnya. Oleh karena itu, penerapan keempat tahapan bukan untuk dilakukan
secara berjenjang atau setahap demi setahap, melainkan secara simultan. Hanya melalui penerapan serentak, tujuan
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan atas “masyarakat Indonesia yang berdaulat
Saran :
Kami menyarankan kepada Pj. Gubernur Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung agar:
a. Menetapkan skala prioritas pemajuan kebudayaan di Provinsi
a.
Kepulauan Bangka Belitung dan fokus terhadap prioritas yang
telah ditetapkan dengan melibatkan semua insan kebudayaan
daerah baik pelaku budaya, pelaku seni dan seluruh masyarakat.
b. Melakukan percepatan dalam proses inventarisasi (pencatatan
b.
dan dokumentasi, penetapan) agar dapat segera melakukan
intervensi terhadap ODCB yang tidak terawat maupu warisan
budaya benda maupun tak benda yang terancam hilang/punah.
c.c. Menjadikan Rencana Induk Pemajuan Kebudayaan yang akan
ditetapkan sebagai bagian dari dasar dalam penyusunan
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) dan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
sebagai bentuk turunan dari Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional (RPJPN) dan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN).
d.d. Melakukan Intervensi Pemerintah yang memadai pada objek
pemajuan kebudayaan khususnya pada Pesanggarahan
Menumbing yang dimanfaatkan sebagai objek pariwisata
yang meliputi Aksestabiltas Pariwisata, Destinasi Pariwisata,
Kelembangaan Pariwisata, Promosi Pariwisata dan Industri
Pariwisata.
e. Mengupayakan pembangunan infrastruktur budaya seperti
e.
gedung pertunjukan seni, museum sejarah atau seni dan ruang
komunitas budaya untuk menciptakan lingkungan yang kondusif
bagi perkembangan kegiatan-kegiatan budaya dan seni di
masyarakat.
Saran :
Atas permasalahan hasil pengawasan yang telah dilaksanakan
tersebut, Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Bangka Belitung telah
menyampaikan rekomendasi kepada Kepala Dinas Pendidikan Provinsi
dan Kabupaten/Kota, yaitu:
a. Melibatkan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Provinsi/
a.
Kabupaten/Kota dalam melakukan verifikasi penilaian kondisi
bangunan sarana dan prasarana satuan pendidikan untuk
penetetapan DAK Fisik tahun 2024.
b.b. Menginstruksikan kepada seluruh satuan pendidikan untuk
memastikan bahwa data sarana dan prasana yang diinput pada
Aplikasi DAPODIK merupakan kondisi yang sebenarnya dan tidak
melakukan perubahan kondisi sarana dan prasarana yang telah
diinput tanpa alasan yang jelas.
c. Membuat pedoman prosedur baku dalam menilai skala prioritas
c.
program pembangunan dan rehabilitasi sarana dan prasarana
pendidikan yang menerima bantuan DAK Fisik.
d. Memastikan satuan pendidikan menerima peserta didik baru
d.
sesuai dengan daya tampung.
Saran :
Rekomendasi yang telah disampaikan kepada Kepala BPPW Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung adalah:
a. Menginstruksikan Kepala Satker Pelaksanaan Prasarana
a. Permukiman Provinsi Kepulauan Bangka Belitung melalui PPK
Sanitasi untuk mempertanggungjawabkan kelebihan pembayaran
kepada masing-masing penyedia dengan menyetorkan ke Kas
Negara senilai Rp20.824.738,53;
b. Menginstruksikan Kepala Satker Pelaksanaan Prasarana
b. Permukiman Provinsi Kepulauan Bangka Belitung melalui PPK
Sanitasi untuk mempertanggungjawabkan kelebihan pembayaran
kepada masing-masing penyedia dengan menyetorkan ke Kas
Negara senilai Rp3.791.006,39;
c. Berkoordinasi dengan Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama
c.
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung untuk menginstruksikan
masing-masing LPK melakukan perbaikan terhadap MCK yang
mengalami kerusakan dan meningkatkan komitmen dalam
memelihara dan merawat MCK yang telah terbangun;
d. Berkoordinasi dengan Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama
d.
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung untuk menginstruksikan
masing-masing LPK agar meningkatkan komitmen dalam
memelihara, memanfaatkan dan merawat MCK yang telah
terbangun.
Berdasarkan laporan ketercapaian DLI yang disampaikan oleh Sekretariat Wakil Presiden sebagai Executing
Agency, terdapat 10 DLI untuk Program For result Investing in Nutrition and Early Year (INEY), 6 diataranya ada
di Kota Pangkalpinang dan 7 diantaranya ada di Kabupaten Bangka Tengah. Hasil verifikasi capaian DLI pada
Kota Pangkalpinang dan Kabupaten Bangka Tengah menunjukkan bahwa semua DLI telah tercapai. Namun
demikian, terdapat beberapa catatan dalam rangka perbaikan pencapian DLI, yaitu belum terdapat kebijakan
terkait strategi komunikasi perubahan perilaku dalam pencegahan stunting, guru bersertifikat Pelatihan Calon
Pelatih (PCP) belum pernah ditugaskan secara formal menjadi pelatih dalam pelatihan sesuai dengan keahlian
yang telah mereka dapatkan, belum semua Bina Keluarga Balita (BKB) memperoleh BKB kit stunting, pelaksanaan
tugas Tim Pendamping Keluarga belum sepenuhnya efektf, serta masih terdapat desa yang kurang tepat dalam
proses perhitungan tingkat konvergensi intervensi penurunan stunting di desa.
Strategi Nasional percepatan pencegahan stunting menjadi salah satu program prioritas nasional sejak tahun 2018
dengan tujuan untuk menurunkan prevalensi stunting sebesar 14 persen pada tahun 2024. Dalam mendukung Strategi
Percepatan Pencegahan Stunting, Pemerintah Indonesia memanfaatkan instrumen Program for Result (PforR) Bank
Dunia agar berbagai program yang termasuk dalam intervensi gizi spesifik dan sensitif dapat dilaksanakan secara
konvergen dan efektif. Program for Result (PforR) INEY memiliki sepuluh Disbursement Linked Indicators (DLI)
sebagai indikator yang harus dicapai oleh Pemerintah Indonesia untuk pencairan pinjaman Bank Dunia.
Hasil pengawasan yang kami laksanakan menunjukkan bahwa target DLI pada Kota Pangkalpinang dan Kabupaten
Bangka Tengah telah tercapai. Namun demikian, terdapat beberapa catatan atas hambatan pencapaian target
DLI, seperti minimnya kebijakan, guru yang belum pernah ditugaskan sesuai dengan keahliannya, BKB yang belum
Simpulan Capaian
No DLI
Kota Pangkalpinang Kabupaten Bangka Tengah
Terdapat dokumen komitmen
Terdapat dokumen komitmen
DLI 1: Komitmen Pimpinan pelaksanaan konvergensi
pelaksanaan konvergensi
Kabupaten/Kota Prioritas pencegahan stunting di
1 untuk Mempercepat
pencegahan stunting di Kota
Kabupaten Bangka Tengah;
Pangkalpinang; SK TPPS di Kota
Pencegahan Stunting SK TPPS di Kabupaten Bangka
Pangkalpinang telah ditetapkan.
Tengah telah ditetapkan.
Terdapat 20 orang pelatih
DLI 4: Kab/Kota Prioritas tersertifikasi di Kota
Melaksanakan Program Pangkalpinang; Terdapat 17% Terdapat 20 orang pelatih
2 Peningkatan Kompetensi kelurahan yang telah memiliki tersertifikasi di Kabupaten Bangka
Pendidik PAUD yang minimal 2 orang guru PAUD Tengah.
Berorientasi Sensitif Gizi per desa yang telah dilatih oleh
trainer tersertifikasi.
DLI 5 (2021): Program Terdapat 100% e-warong di Kota Terdapat 100% e-warong di
Bantuan Pangan Non Tunai Pangkalpinang yang menjual Kabupaten Bangka Tengah yang
3 (BPNT) yang Lebih Sensitif semua jenis makanan yang menjual semua jenis makanan
terhadap Kebutuhan Gizi dipersyaratkan. yang dipersyaratkan
DLI 6: Kegiatan Kampanye Terdapat 100% kelurahan yang Terdapat 93,65% desa/kelurahan
Perubahan Perilaku telah mengimplementasikan yang telah mengimplementasikan
Dilaksanakan di Kabupaten/ KAP; Tenaga kesehatan dan KAP; Tenaga kesehatan dan kader
4 Kota Prioritas dengan kader pada Kota Pangkalpinang pada Kabupaten Bangka Tengah
Mempertimbangkan Kearifan telah mendapatkan orientasi telah mendapatkan orientasi
Lokal pemantauan tumbuh kembang. pemantauan tumbuh kembang.
33. Terdapat satu orang dosen atas nama Dr. Andi Arif Rifa’i M.Pd yang telah dipindahtugaskan dari IAIN Syaikh
Abdurrahman Siddik Bangka Belitung ke IAIN Surakarta terhitung mulai tanggal 1 Juni 2020. Kekurangan
pembayaran tunjangan kinerja dosen yang bersangkutan untuk tahun anggaran 2019 masih menjadi
beban anggaran IAIN Syaikh Abdurrahman Siddik Bangka Belitung, namun data dosen yang bersangkutan
saat ini telah terhapus pada sistem KPPN Kota Pangkalpinang sehingga tidak dimungkinkan lagi dilakukan
pembayaran. Sedangkan IAIN Surakarta tidak dapat melakukan pembayaran karena pada tahun 2019 dosen
yang bersangkutan masih berstatus sebagai dosen IAIN Syaikh Abdurrahman Siddik Bangka Belitung.
4. Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 atas Pembayaran Tunjangan Profesi Dosen pada IAIN Syaikh Abdurrahman
4
Siddik Bangka Belitung dipotong langsung sesuai dengan besarnya Tunjangan Profesi Dosen. Seharusnya
pengenaan PPh Pasal 21 dilakukan sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 262/PMK.03/2010
tanggal 31 Desember 2010 tentang Tata Cara Pemotongan PPh Pasal 21 bagi Pejabat Negara, PNS, Anggota
TNI, Anggota POLRI, dan Pensiunannya atas Penghasilan yang Menjadi Beban APBN atau APBD, mengingat
Pasal 2 ayat (1) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 262/PMK.03/2010 menyebutkan bahwa PPh Pasal 21
yang terutang atas penghasilan tetap dan teratur setiap bulan yang menjadi beban APBN dan APBD ditanggung
oleh Pemerintah atas beban APBN.
Implementasi Manajemen Risiko pada segmen Badan Usaha masih terkendala pada
minimnya kebijakan dan strategi pemerintah daerah yang dapat dijadikan legal standing
implementasi manajemen risiko. Hanya 4 pemda yang mencapai SPIP, MRI, dan IEPK pada
level 3. OPD-OPD di lingkungan pemerintah daerah masih belum memiliki kesadaran
tanggung jawab dalam penyelenggaraan SPIP, SPIP masih dianggap sebagai suatu beban
pencapaian target, dan bukan merupakan kebutuhan.
Pengelolaan risiko sektor ketahanan pangan dan sektor ketahanan energi belum memadai
karena belum adanya identifikasi risiko dari Pemerintah Daerah. Selain itu, masih dijumpai
permasalahan dalam pencapaian sasaran seperti belum ditetapkannya Perda tentang
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B); terdapat alih fungsi lahan produksi
pangan; belum disusunnya kebutuhan luas lahan, pupuk, bibit dan benih, pakan ternak,
infrastruktur pangan, alsintan dalam rangka mencukupi kebutuhan pangan daerah, serta
belum adanya organisasi adhoc yang mengoordinasikan pengelolaan energi daerah.
Tindak pidana korupsi yang ditemukan BPKP didominasi kasus di Badan Usaha Milik
Daerah (BUMD) dan Pengadaan Barang/Jasa di lingkup pemerintah daerah. Hasil
pengukuran Efektivitas Pengendalian Korupsi (EPK) pada 3 BUMD menunjukkan perlunya
BUMD menyusun kebijakan anti kecurangan yang menyeluruh.
Meskipun masih terdapat permasalahan dalam upaya peningkatan kapabilitas APIP, namun ada praktik baik yang
telah diimplementasikan oleh Inspektorat Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota di wilayah Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung antara lain adanya Aplikasi Sistem Informasi Monitoring Manajemen Risiko Terintegrasi (SIMENTARI) yang
dikembangkan oleh Inspektorat Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Aplikasi SIMENTARI tersebut telah
diimplementasikan oleh beberapa pemerintah daerah di wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Kondisi implementasi sebagaimana diuraikan tersebut, menggambarkan bahwa Manajemen Risiko belum
sepenuhnya menjadi perhatian khusus pada segmen BLUD dan
BUMD. Akar permasalahan penerapannya antara lain:
1. Political will dari stakeholder utama dan manajemen
puncak yang belum mendukung secara penuh. Hal ini
tercermin dari minimnya kebijakan yang mendorong
implementasi manajemen risiko pada Badan Usaha
dan belum adanya unit khusus pengelolaan manajemen
risiko pada masing-masing Badan Usaha.
2. Fungsi Satuan Pengawas Intern (SPI) pada badan usaha
belum berjalan efektif. SPI belum sepenuhnya berperan
sebagai third line dalam menjaga upaya pencapaian
tujuan organisasi yang antara lain berperan sebagai
evaluator atas implementasi MR.
3. Kebijakan/SOP penyelenggaraan manajemen risiko
belum ditetapkan.
4. Struktur manajemen risiko belum ada atau belum
berjalan secara optimal.
5. Minimnya dukungan sumber daya untuk penerapan
manajemen risiko, baik anggaran maupun SDM dalam
jumlah dan kompetensi yang memadai.
Rekomendasi teknis kepada masing-masing manejemen Badan Usaha telah kami sampaikan melalui Laporan Hasil
Pengawasan.
Saran :
Dalam kesempatan ini Kepada Gubernur Kepulauan Bangka Belitung
kami sampaikan alternatif langkah tindak yang diperlukan sebagai
pertimbangan, antara lain :
Melakukan koordinasi dengan Walikota dan Bupati terkait untuk
a.
bersama-sama memberikan perhatian khusus terkait manajemen
risiko dengan menetapkan kebijakan implementasi manajemen risiko
Badan Usaha
Menetapkan pedoman roadmap implementasi manajemen risiko pada
b. Badan Usaha yang dapat dijadikan acuan bagi badan usaha dalam
mengimplementasikan manajemen risikonya.
Risiko sektor ketahanan pangan belum dikelola dengan memadai. Pemerintah Daerah belum menyusun dokumen
pengelolaan risiko sektor ketahanan pangan. Selain itu, masih terdapat permasalahan dalam pencapaian sasaran
sektor ketahanan pangan. Perda tentang Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) belum ditetapkan;
terdapat alih fungsi lahan produksi komoditas pangan prioritas; serta belum disusunnya kebutuhan luas lahan,
pupuk, bibit dan benih, pakan ternak, infrastruktur pangan, alsintan dalam rangka peningkatan produksi pangan
untuk mencukupi kebutuhan pangan daerah. Penetapan dan pelaksanaan kebijakan stabilisasi harga komoditas
pangan masih terkendala belum ada komoditas pangan yang dipasarkan melalui e-commerce, belum ada
pelatihan pemasaran berbasis digital kepada petani/nelayan, serta belum ada petani yang menjalin kerja sama
dengan konsumen langsung/pengusaha retail/korporasi. Jumlah cadangan beras yang tersisa belum mampu
memenuhi kebutuhan pangan untuk menanggung risiko kejadian darurat selama minimal 3 bulan.
Sementara itu, pada sektor ketahanan energi, proyeksi energi yang terus meningkat dan belum diimbangi dengan
kapasitas produksi energi mengindikasikan masih adanya risiko kerentanan energi nasional. Dinas Energi dan
Sumber Daya Mineral Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebagai leading sector ketahanan energi, pada
tahun 2023 belum melaksanakan identifikasi dan pengelolaan risiko sektor ketahanan energi. Selain itu, belum
adanya organisasi adhoc yang mengoordinasikan pengelolaan energi daerah juga turut menjadi tantangan lain
yang dihadapi oleh Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dalam mencapai target dan meminimalisir
risiko terkait kerentanan energi di daerah.
risiko sektor ketahanan pangan. Berkaitan dengan hal tersebut, Pemerintah Kabupaten Bangka bersama dengan tim
evaluasi Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Bangka Belitung telah menyelenggarakan Focus Group Discussion
(FGD) dan menghasilkan matriks dan profil risiko sektor ketahanan pangan. Namun, masih terdapat kegiatan
pengendalian yang belum efektif mencegah terjadinya risiko.
Saran :
Sehubungan dengan hasil pengawasan sebagaimana tersebut di atas, rencana
tindak yang harus dicanangkan Kepala Daerah yaitu:
Mengupayakan pencapaian target-target indikator terkait sektor ketahanan
1 pangan yang telah ditetapkan antara lain melalui peningkatan produktivitas
pangan daerah/penetapan dan pelaksanaan kebijakan stabilisasi harga
komoditas pangan/resiliensi cadangan pangan daerah, seperti dengan:
a. menetapkan Perda tentang Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B);
b.
menyusun kebutuhan luas lahan pangan daerah dalam rangka mencukupi
kebutuhan pangan daerah;
c. menyusun kebutuhan pupuk daerah termasuk kebutuhan pupuk non subsidi;
d. menyusun data kebutuhan, produksi, serta standar produksi pakan ternak;
e. menyusun rencana kebutuhan infrastruktur pangan dan kebutuhan alsintan
dalam mencukupi kebutuhan produksi daerah;
f. menyusun rencana pangan daerah,
g.
menghitung dan menetapkan rencana kebutuhan jumlah cadangan pangan
sesuai ketentuan;
Membentuk desain pengendalian yang memadai terkait peta risiko sektor
2
ketahanan pangan yang disusun.
Membentuk organisasi adhoc yang berfungsi dalam pengkoordinasian antara
3
pemerintah daerah dengan pemangku kepentingan terkait ketahanan energi di
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Selain itu, perlu segera memformalkan
Daftar Risiko Sektor Ketahanan Energi menjadi dokumen yang dapat digunakan
dalam pengelolaan risiko dan melaksanakan aktivitas pengendalian dan
pemantauannya.
Penguatan Penyelenggaraan Pemerintahan yang Baik dan Bersih 105
F.5.
Pengendalian Kecurangan dan
Hambatan Kelancaran Pembangunan
a. Penetapan Peraturan/Kebijakan Anti Kecurangan yang meliputi pilar Cegah dan Tangkal, Deteksi, dan
Respon kemudian mengimplementasikannya secara memadai melalui pembentukan struktur anti
kecurangan dan whistleblowing system serta penerapan Pakta Integritas bagi pimpinan dan seluruh
pegawai;
b. Mendorong penyelenggaraan Fraud Risk Assessment (FRA) dan menjalankan Rencana Tindak
Pengendalian yang dihasilkan;
c. Penguatan dan pemanfaatan Whistleblowing System di setiap organisasi, kanal pengaduan yang ada
(seperti Saber Pungli dan kanal Pengaduan Masyarakat), maupun Unit Pengendalian Gratifikasi;
d. Penguatan pelibatan APIP Daerah dalam pengendalian kecurangan baik preventif, edukatif, maupun
represif.
4. Kegiatan Pengukuran Efektivitas Pengendalian Korupsi (EPK) dilaksanakan pada tiga BUMD di Wilayah
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, yaitu PT Jamkrida Babel, Perumda Air Minum Tirta Bangka, dan Perumda
Air Minum Sejiran Setason Bangka Barat, dengan skor perolehan hasil pengukuran masih dibawah 60%.
Berdasarkan hasil pengukuran EPK, secara umum telah teridentifikasi beberapa area of improvement, antara
lain perlunya BUMD menyusun kebijakan anti kecurangan/antifraud yang didalamnya memuat aspek Cegah,
Deteksi, Respon; peningkatan kompetensi dalam hal pencegahan kecurangan, dengan mengalokasikan
anggaran pelaksanaan diklat/seminar/workshop/pembelajaran lainnya terkait fraud bagi Direksi, Dewan
Komisaris/Pengawas, maupun Pegawai; serta penetapan unit penanggung jawab pengendalian risiko korupsi
dalam organisasi.
5. Identifikasi dan Pengembangan Informasi Awal atas Risiko dan Permasalahan Hambatan Kelancaran
Pembangunan (HKP) sebanyak 1 kegiatan yaitu permasalahan Pembangunan Kolam Retensi Pedindang-
Terak, Kabupaten Bangka Tengah. Kondisi yang dijumpai dalam permasalahan pembangunan tersebut antara
lain:
a. Berbagai risiko baik di lingkup entitas pemangku kepentingan maupun lintas entitas pemangku
kepentingan, yang membutuhkan perhatian dan langkah mitigasi sehingga peran yang diembankan ke
masing-masing entitas maupun peran bersama dalam mewujudkan ultimate outcome bisa dilaksanakan
sesuai ketentuan.
b. Perlunya penguatan atas pola koordinasi lintas sektoral untuk menjamin terdelivery-nya informasi dan
komunikasi, untuk segera diambil langkah antisipatif atas dinamika baru yang potensial menghambat
perwujudan peran masing-masing entitas maupun peran bersama para pemangku kepentingan. Hal ini
membutuhkan optimalisasi peran entitas yang in charge dan disepakati sebagai “Pemimpin Orkestrasi
dari kolaborasi, sinergitas lintas sektoral” yang akan dilaksanakan.
c. Perlunya penguatan komitmen bersama untuk memastikan program/kegiatan yang ada dapat
direalisasikan dengan tepat waktu dengan tetap mempedomani ketentuan berlaku.
Dari 8 APIP yang telah dilakukan pemetaan pengelolaan Jabatan Fungsional Auditor (JFA), sebanyak 4 APIP
memperoleh skor pemetaan dengan kategori Baik, 3 APIP dengan kategori Cukup Baik, dan 1 APIP dengan kategori
Kurang Baik. Terdapat keterkaitan antara penerapan JFA dengan kapabilitas APIP; jumlah auditor yang terbatas
pada Inspektorat dapat menimbulkan dampak terhadap kualitas hasil pengawasan; APIP yang menerapkan
pengembangan kompetensi baik maka manajemen kinerja dan manajemen karir cenderung baik; konsistensi
APIP dalam menerapkan kode etik dan standar audit menumbuhkan persepsi positif bagi stakeholders; pola
karir yang transparan, kelas jabatan yang sesuai dan penghargaan yang pantas, akan menumbuhkan kepuasan
bagi organisasi; dan penerapan JFA membutuhkan pengelolaan administrasi kepegawaian yang tertib. Atas
beberapa permasalahan yang terjadi, diharapkan APIP berkoordinasi dengan Pusbin JFA dan Perwakilan BPKP
terkait penerapan JFA, APIP mengimplementasikan seluruh aspek penerapan JFA sesuai dengan ketentuan
yang berlaku dan APIP dapat menerapkan best practice penerapan JFA yang telah diimplementasikan oleh
APIP lain.
Berdasarkan kegiatan pembinaan dan pengelolaan JFA yang telah dilakukan oleh Perwakilan BPKP Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung, masih ditemui kendala dan permasalahan dalam melaksanakan kegiatan pembinaan
JFA. Oleh karena itu, mitigasi dan strategi dilakukan dengan harapan agar APIP Daerah meningkat dalam kapabilitas
APIP-nya sehingga memiliki peran penting dalam lingkup pengawasan intern pemerintah yaitu sebagai upaya
pengendalian manajemen atas pelaksanaan tugas pemerintahan umum dan pembangunan.
Saran :
Atas beberapa permasalahan yang telah diuraikan di atas, kami telah
memberikan rekomendasi/saran perbaikan kepada APIP di wilayah
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung agar:
Berkoordinasi dengan Pusbin JFA dan Perwakilan BPKP Provinsi
a.
Kepulauan Bangka Belitung terkait penerapan JFA.
Mengimplementasikan seluruh aspek penerapan JFA (pengadaan,
b. pengembangan kompetensi, manajemen kinerja dan manajemen karir)
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Dapat menerapkan best practice penerapan JFA yang telah
c.
diimplementasikan oleh APIP lain.
Saran :
Atas beberapa permasalahan yang telah diuraikan di atas, kami telah
memberikan rekomendasi/saran perbaikan sebagai berikut:
Melaksanakan sinergi dan kolaborasi pembinaan, pemberdayaan, dan
a. pengawasan di daerah melalui efisiensi sumber daya, media komunikasi
dan tukar menukar isu, serta penyelesaian permasalahan pengelolaan
keuangan dan pembangunan desa.
Mendorong penyusunan kebijakan desa berbasis data melalui
b.
tersedianya populasi data dan informasi untuk pengambilan keputusan.
Meningkatkan akuntabilitas pengelolaan keuangan dan pembangunan
c. desa yang diindikasikan dari berkurangnya permasalhan perencanaan,
penganggaran, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan
pertanggungjawaban, serta permasalahan hukum
Meningkatkan daya dukung desa dalam pertumbuhan ekonomi dan
d. kesejahteraan nasional melalui bauran kebijakan dan bauran dana yang
berpengaruh signifikan terhadap meningkatnya pertumbuhan ekonomi
dan kesejahteraan.
Pembangunan Infrastruktur SPAL dan sanitasi belum sepenuhnya memadai akibat rendahnya
penganggaran dan akuntabilitas pelaporan serta belum optimalnya pemanfaatan SPAL. Penyediaan
Akses Air Minum Perpipaan Perkotaan yang Layak dan Aman belum berjalan secara optimal
disebabkan kurangnya komitmen dan keberpihakan Pemerintah Daerah. Hal ini tercermin dari target
penyediaan akses air minum layak pada Rencana Pembangunan Daerah (RPD) adalah 0%, belum
ditetapkan kebijakan SPAM Perkotaan yang tegas dan konsekuen serta selaras dengan kebijakan
nasional. Hambatan tersebut sebenarnya dapat disiasati dengan menyelaraskan Jakstrada dan
kebijakan daerah dengan kebijakan nasional, serta mengimplementasikan kebijakan tersebut
dalam sebuah roadmap implementasi yang lebih jelas dan terukur.
Pelaksanaan Program Perumahan Rakyat masih menyisakan permasalahan teknis atas fisik
pekerjaan, serta masih diperlukan kebijakan teknis Pemda untuk pengaturan tata kelola dan
manajemen hunian agar lebih berdaya guna, tepat sasaran dan akuntabel. Upaya penyediaan
tambahan pasokan kelistrikan melalui PSN, yang kemudian di-terminasi, menyisakan risiko
kerawanan pelayanan kelistrikan, khususnya terkait dengan ekspektasi kebutuhan pada Kawasan
Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Kelayang dan daerah Kawasan Industri yang saat ini masih
sedang dalam proses pembangunan. Sampai dengan Tahun 2022, data BPS menunjukkan bahwa
persentase rumah tangga dengan kepemilikan akses terhadap layanan sanitasi layak di Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung sebesar 91,63%, berada di atas capaian rata-rata nasional yaitu
sebesar 80,92%. Kendatipun demikian, dari hasil reviu atas Program Hibah Air Limbah Setempat
(HALS) APBN, masih ditemukan kelemahan terkait ketepatan sasaran dan implementasi sistem
pengendalian intern. Pada tahun 2022, data BPS menunjukkan persentase rumah tangga yang
memiliki akses air minum layak di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebesar 80,96%, berada di
bawah capaian rata-rata nasional yaitu sebesar 91,05%. Pelaksanaan Program Hibah Air Minum
Perdesaan (AMD) masih ditemukan permasalahan terkait ketepatan sasaran, ketepatan mutu, dan
implementasi sistem pengendalian intern pada Program AMD.
Saran :
1 Berdasarkan permasalahan tersebut, secara teknis memlalui Laporan Hsil Pengawasan
telah disarankan kepada pihak-pihak terkait sebagai berikut.
Kepada Kepala Dinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang dan Perumahan Rakyat
a. Kabupaten agar berkoordinasi dengan Kepala Dinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang
dan Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman Provinsi Kepulauan Bangka Belitung perihal
penyusunan Rencana Umum Jaringan Jalan (RUJJ) di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung,
serta menambahkan indikator ‘waktu tempuh’ dalam dokumen perencanaan OPD maupun
Pemerintah Daerah.
Kepada Kepala Dinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang dan Perumahan Rakyat Provinsi
b. Kepulauan Bangka Belitung agar melakukan sinkronisasi dokumen perencanaan Daerah
dengan OPD.
Kepada Kepala Dinas Perhubungan berkoordinasi dengan Unit Pelaksana Penimbangan
c. Kendaraan Bermotor (UPPKB) Kepulauan Bangka Belitung selaku unit kerja Kementerian
Perhubungan dalam upaya pembangunan jembatan timbang dan pelaksanaan pemantauan
atas kepatuhan pemenuhan ketentuan daya angkut, serta melakukan pengukuran waktu
tempuh pada seluruh jalan provinsi dan kabupaten dan menyajikannya ke dalam dokumen
perencanaan.
Berkaitan dengan itu, dalam kesempatan ini kami sarankan kepada Pj. Gubernur Kepulauan
2
Bangka Belitung agar berkoordinasi dengan Walikota dan Bupati terkait untuk menetapkan
kebijakan strategis atas tata kelola jalan dan jembatan termasuk penetapan kendali beban
jalan dan zonasi arus lalu lintas kendaraan.
Pembangunan Infrastruktur SPAL dan sanitasi pada Kabupaten Bangka belum sepenuhnya memadai akibat
rendahnya penganggaran dan akuntabilitas pelaporan serta belum optimalnya pemanfaatan SPAL. Pembangunan
infrastruktur SPAL tidak berpengaruh terhadap program pariwisata, namun berpengaruh terhadap program
stunting. Bupati Bangka diharapkan meningkatkan anggaran sanitasi dan akuntablitas kinerjanya.
Salah satu sasaran program Millenium Development Goals (MDGs) adalah memastikan kelestarian lingkungan
dan akses air minum, serta termasuk aspek Buang Air Besar Sembarangan (BABS). Salah satu indikatornya berupa
penurunan hingga setengah dari jumlah penduduk yang tidak mempunyai akses terhadap air minum. Sanitasi
aman serta berkelanjutan untuk semua ditetapkan dengan target 90% akses sanitasi layak dan Buang Air Besar
Sembarangan (BABS) di tempat terbuka dengan target 0%. Persentase rumah tangga yang memiliki akses terhadap
sanitasi layak di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dari Tahun 2019 sampai dengan Tahun 2022 berfluktuasi
dengan kecenderungan meningkat dengan ilustrasi grafik berikut:
Berdasarkan sebaran tersebut terlihat bahwa untuk capaian akses sanitasi layak, Kabupaten Bangka Selatan
merupakan daerah yang paling rendah capaiannya, diikuti Kabupaten Belitung dan Kabupaten Bangka Barat.
Pemerintah Kabupaten Bangka menargetkan peningkatan Persentase Rumah Tangga yang memiliki Akses Sanitasi
dengan target di Tahun 2023 dapat tercapai 100%. Selain itu, Capaian akses air limbah domestik dan BABS di
Kabupaten Bangka, sebagai berikut:
Sehubungan dengan hasil evaluasi tersebut, secara teknis melalui Laporan Hasil Pengawasan telah kami
rekomendasikan kepada Kepala Satker Penyediaan Perumahan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung untuk:
1. Segera menyelesaikan pekerjaan berupa pengurusan penerbitan Sertifikat Laik Fungsi (SLF);
2. Melakukan perbaikan atas pekerjaan yang belum memenuhi spek teknis; dan
3. Berkoordinasi dengan Manajemen RSUD Dr. (H.C) Ir. Soekarno selaku penerima bantuan terkait pemanfaatan,
pengelolaan, dan penghunian rusun yang telah dibangun.
Dalam hal ini kepada Pj. Gubernur Kepulauan Bangka Belitung kami sarankan untuk menetapkan kebijakan teknis
tata kelola dan manajemen hunian PKRS BSPS agar lebih berdaya guna, tepat sasaran dan akuntabel.
Saran :
Selain itu kami juga merekomendasikan kepada Gubernur Provinis
Kepulaun Bangka Belitung untuk berkonsultasi dan berkoordinasi
kepada Pemerintah pusat dan PT PLN berkaitan dengan ketersediaan
aspek kelistrikan untuk mengatasi permasalahan kekurangan
cadangan sumber listrik di Pulau Bangka yang menyebabkan seringnya
pemadaman listrik.
a. Dari hasil reviu, terdapat satu pemasangan SR yang tidak tepat jumlah terkait mutu teknis yang tidak
memenuhi ketentuan syarat minimum pemasangan sambungan rumah. Hasil pengecekan fisik, pada
sambungan rumah (SR) yang terpasang tidak terdapat plug keran atau lockable magnetic dan juga
posisi pemasangan katup searah tidak sesuai dengan gambar spesifikasi yang dipersyaratkan.
b. Seluruh pemasangan sambungan rumah yang dibangun sudah sesuai dengan jumlah SR dan nilai
pekerjaan yang dinyatakan dalam kontrak. Total SR yang telah terpasang sebanyak 244 SR sesuai
dengan yang tertera pada dokumen Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara Dinas Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang Kabupaten Bangka Barat dengan KPSPAM masing-masing desa penerima Program
Hibah Air Minum Perdesaan Tahun 2023.
c. Seluruh pemasangan sambungan rumah yang dibangun tepat waktu sesuai ketentuan yang diatur dalam
pedoman yaitu dibangun setelah penetapan SPPH dan diselesaikan maksimal tanggal 30 Oktober 2023.
4. Identifikasi Hambatan Pelaksanaan Program
Terdapat sejumlah hambatan yang dihadapi oleh Pemerintah Kabupaten Bangka Barat dalam melaksanakan
Program Hibah Air Minum Perdesaan. Hambatan tersebut antara lain Pemerintah Kabupaten Bangka Barat
tidak memiliki mekanisme calon penerima bantuan cadangan apabila terdapat calon penerima bantuan
yang tidak lolos verifikasi dan tidak memilliki mekanisme penggantian lokasi apabila lokasi yang telah
ditetapkan dalam survey/verifikasi ternyata tidak dapat dilaksanakan. Dampak dari kedua permasalahan ini
akan mengakibatkan tidak adanya penggantian penerima bantuan atau lokasi pelaksanaan apabila terdapat
penerima bantuan atau lokasi yang tidak lolos verifikasi Tim Pengawas Verifikasi.
Selain itu, Pemerintah Kabupaten Bangka Barat juga tidak memilliki mekanisme untuk mencegah konflik antar
masyarakat di lokasi calon penerima bantuan. Sosialisasi dilakukan hanya terkait tujuan program dan syarat
yang harus dipenuhi untuk mendapatkan bantuan. Sedangkan terhadap hasil pekerjaan fisik di lapangan
masih ditemukan komponen sambungan rumah yang mengalami kerusakan pada pondasi beton dudukan
meteran air dikarenakan kualitas hasil pekerjaan belum optimal sehingga perlu dilakukan perbaikan.