Makalah Penaspid - Kelompok 3 - Kelas B-1
Makalah Penaspid - Kelompok 3 - Kelas B-1
Oleh : Kelompok 3
D. Pembahasan ........................................................................................................... 3
E. Penutup ................................................................................................................ 42
a . Kesimpulan....................................................................................................... 43
b . Saran ................................................................................................................ 43
i
A. Latar Belakang
sebagai berikut:
6. Nilai barang yang dicuri terdakwa relatif kecil yaitu berupa pupuk senilai
Rp12.000.000.
1
Mengacu dari fakta dan data di atas, maka kami merasa tertarik untuk
menuangkan dalam bentuk penulisan Tugas Akhir pada Mata Kuliah Penerapan
B. Pokok Permasalahan
C. Tujuan Penelitian
130/Pid.B/2023/PN Plk.
2
D. Pembahasan
peringan pidana Pasal 56 KUHP terhadap terdakwa Udin bin Basri dengan
perbuatannya.
c. Terdakwa belum pernah dihukum dan masih berusia relatif muda yaitu 19
tahun.
e. Nilai barang yang dicuri terdakwa relatif kecil yaitu berupa pupuk senilai
Rp12.000.000.
KUHP.
3
Penggunaan Pasal 56 KUHP dalam Putusan Pengadilan Negeri
kepada hakim untuk memberikan pidana di bawah minimum khusus dalam hal-hal
yang meringankan. Dalam putusan ini, Majelis Hakim telah menerapkan Pasal 56
Penerapan Pasal 56 KUHP tersebut telah tepat dan sesuai dengan fakta-
fakta hukum yang terungkap dalam persidangan, yaitu kondisi terdakwa yang
masih relatif muda dan belum pernah dihukum sebelumnya. Dengan demikian,
penggunaan Pasal 56 KUHP telah sejalan dengan asas keadilan dan tujuan
pemidanaan di Indonesia.
Uraian:
penggelapan terjadi pada hari Rabu tanggal 08 Februari 2023 sekitar jam
12.00 Wib. Jadi Tempus Delicti dari perkara ini adalah tanggal 08
MAPA Kel. Mungku Baru Kec Rakumpit Kota Palangka Raya, Prop.
1 Mahrus Ali, Dasar- Dasar Hukum Pidana (Jakarta: Sinar Grafika, 2012).
4
Kalimantan Tengah. Jadi Locus Delicti dari perkara ini adalah di Jalan
tersebut3.
a. Kesalahan (Kesengajaan/Kealpaan)
dalam Jabatan".4
a. Barang siapa
lain
5
3. Berdasarkan fakta persidangan dan keterangan saksi-saksi serta
sebagaimana didakwakan.
Jabatan".
b. Unsur "melawan hukum" termasuk dalam rumusan Pasal 374 KUHP, yaitu
6
2) Mengambil keuntungan dari penjualan barang tersebut untuk
kepentingan pribadi.
374 KUHP.
(wederrechtelijk) karena tanpa izin memiliki dan menjual barang milik orang lain
jabatan.
Hal ini dapat dilihat dari pertimbangan hukum Majelis Hakim yang
d. Dilakukan oleh orang yang memegang barang itu karena jabatannya atau
7
Dalam kasus ini, Terdakwa UDIN Bin BASRI terbukti memiliki dan
menjual pupuk milik PT MAPA tanpa seijin yang berhak. Terdakwa adalah
Terdakwa UDIN Bin BASRI, unsur-unsur tindak pidana yang didakwakan kepada
Terdakwa.
8
4. Unsur Dilakukan Karena Jabatan
Tujuan pemidanaan saat ini tidak dapat hanya dilihat sebagai aspek
9
a. Dilihat dari aspek Perlindungan terhadap kejahatan, maka tujuan pidana
keseimbangan masyarakat.
a. Umum
Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak maka usia anak
lagi. Selain itu dalam Pasal 47 KUHP alasan pengurangan pidana atas
5 Barda Nawawi Arif, Seberapa Aspek Kebijakan Penegakan Dan Pengembangan Hukum
Pidana (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, n.d.).
6 Warih Anjari, “Eksistensi Delik Dan Implementasi Asas Legalitas Hukum Pidana Materiil
10
dasar pelaku belum cukup umur yakni maksimum hukuman utama
tentang Sistem Peradilan Pidana Anak pada Pasal 81 ayat (2) menjadi
7 Sovia Hasanah, “Arti Asas -Asas Hukum Pidana Dalam Hukum Pidana,”
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5b07770d798f2/arti-asas-
personalitas-atau-asas-nasionalitas-aktif-dalam-hukum-pidana, 2023.
8 Galuh Faradhilah Yuni Astuti, “Relevansi Hukum Pidana Dalam Pembaharuan Hukum
Pidana Di Indonesia (Studi Pada Suku Tengger Kecamatan Sukapura Kabupaten Probolinggo
Jawa Timur),” Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang, 2015.
11
Menurut arti kata sehari-hari yang diartikan percobaan yaitu menuju ke
suatu hal, akan tetapi tidak sampai pada hal yang dituju itu, atau hendak berbuat
sesuatu, sudah dimulai akan tetapi tidak selesai, misalnya bermaksud membunuh
atau mengarahkan moncong senapan tetapi korbannya tidak sampai mati karena
ada kekuatan atau daya baik pisik maupun psikis yang menghalangi sehingga
tidak terjadi akibat yang dimaksud, kekuatan pisik misalnya pada waktu senapan
tersebut dan tidak jadilah aksi pembunuhan itu9. Atau malah kekuatan itu dapat
senapannya, tanah yang dipijak oleh pelaku tiba-tiba longsong dan pelaku
niatnya untuk mem- bunuh, misalnya pada waktu pelaku akan mengarahkan
sehingga ia ketakutan dan lari menyelamatkan diri hingga gagallah rencana pelaku
Pasal 53 KUHP dengan ancaman hukuman menurut Pasal 53 ayat (2) KUHP
9 Tongat, Dasar-Dasar Hukum Pidana Dalam Perspektif Pembaharuan (Malang: UMM Press,
2012).
10 Soepomo, Bab-Bab Tentang Hukum Peringan Pidana (Jakarta: Pradnya Paramita, 2007).
11 Sudarto, Hukum Pidana I, 1990.
12
3) Perbantuan tindak pidana Pasal 57 KUHP :
KUHP).
undang apabila terdapat alasan pembenar atau alasan pemaaf. pembantuan harus
ada orang yang melakukan kejahatan (harus ada orang yang dibantu), tetapi dilihat
tergantung pada dapat tidaknya si pelaku dituntut atau dipidana. Pada prinsipnya
KUHP menganut sistem bahwa pidana pokok untuk pembantu lebih ringan dari
pembuat. Prinsip ini terlihat di dalam Pasal 57 ayat (1) dan (2) bahwa
13
apabila kejahatan diancam pidana mati atau penjara seumur hidup maka
pidana yang merupakan alasan yuridis ini antara lain : Percobaan (Pasal 53
Tahun 199912. Pasal 56 KUHP mengatur tentang peringanan pidana. Dalam teori
dasar hukum peringanan pidana, terdapat beberapa hal yang perlu dipahami.
Berikut ini adalah penjelasan mengenai teori dasar hukum peringanan pidana
Pasal 56 KUHP13.
ditemukan diantaranya.
2) Faktor non yuridis pada aspek non yuridis alasana peringan pidana
pidana ialah keadaan melekat pada pelaku pada saat tindak pidana
12 Kesuma, Derry Angling, and Yuli Asmara Triputra, “Dekontruksi Terhadap Asas Legalitas,
Perimbangan Perlindungan Terhadap Kepentingan Pelaku Dan Korban Tindak Pidana,”
Jurnal Saburai 1, no. 1 (2018).
13 Muchamad Ikhsan, “Asas Legalitas Dalam Hukum Pidana : Studi Komparatif Asas Legalitas
Hukum Pidana Indonesia Dan Hukum Pidana Islam (Jinayah),” Jurnal Serambi Hukum 11, no.
1 (2017).
14
terjadi14, dasar melaksanakan dan mempertimbangkan aspek subjektif
mencermati perilaku jahat atau jahat bagi subjek tindak pidana guna
(Pasal 45 KUHP).
Titel ketiga KUHP hanya menyebut butir c, karena yang disebut pada butir
14 I Made Pasek Diantha, Metologi Penelitian Hukum Normatif Dalam Justifikasi Terori Hukum
(Jakarta: Prenada Media Grup, 2017).
15 Hasanah, “Arti Asas -Asas Hukum Pidana Dalam Hukum Pidana.”
16 Arif, Seberapa Aspek Kebijakan Penegakan Dan Pengembangan Hukum Pidana.
15
Farid, 2007;493), yang mengemukakan percobaan dan pembantuan adalah bukan
suatu bentuk keadaan yang memberikan ciri keringanan kepada suatu delik
berdiri sendiri dan tersendiri dalam delik. Jonkers (1946:169) menyatakan bahwa
ketentuan Pasal 53 (2) dan (3) serta Pasal 57 (2) dan (3) KUHP bukan dasar
pidana umum pembuat percobaan dan pembantu yang merupakan pranata hukum
terdapat suatu dasar peringanan pidana umum seperti tersebut dalam Pasal 45
KUHP, maka di Belanda Pasal 39 oud WvS yang mengatur hal yang sama, telah
dihapuskan pada tanggal 9 Novermber 1961, staatsblad No. 402 dan 403 dan
kepada hakim untuk memilih tindakan dan pemidanaan terhadap anak yang belum
mencapai usia 16 tahun18, yaitu mengembalikan anak itu kepada orang tuanya
atau walinya tanpa dijatuhi pidana atau memerintahkan supaya anak-anak itu
oleh hakim, maka pidananya harus dikurangi sepertiganya, misalnya seorang anak
17 Hwian Christianto, “Pembaharuan Makna Asas Legalitas,” Jurnal Hukum Dan Pembangunan
3 (2007).
18 Anjari, “Eksistensi Delik Dan Implementasi Asas Legalitas Hukum Pidana Materiil
Indonesia.”
19 Ikhsan, “Asas Legalitas Dalam Hukum Pidana : Studi Komparatif Asas Legalitas Hukum
16
SMP menghilangkan nyawa anak SMA yang berusia 13 tahun20. Kalau hakim
dikurangi 5 tahun sama dengan 10 tahun penjara21. Perlu juga dijelaskan bahwa
pidana yang dijatuhkan oleh hakim tidaklah perlu tertinggi, tetapi hakim dapat
memilih pidana yang paling ringan yaitu 1 hari menurut Pasal 12 (2) KUHP
sampai pidana maksimium yang ditentukan didalam Pasal 338 KUHP yang
dikurangi sepertiganya, dengan kata lain pidana terendah adalah 1 hari dan yang
tertinggi adalah 10 tahun penjara. Hanya hakim perlu memperhatikan bunyi Pasal
sambil mendidik.
tertentu, yang hanya berlaku khusus terhadap tindak pidana yang di sebutkan itu
saja, dan tidak berlaku umum untuk segala macam tindak pidana22. Dasar
Untuk dapatnya dinyatakan suatu tindak pidana sebagai lebih ringan tentu
ada pembandingnya24. Dalam tindak pidana lebih ringan inilah ada unsur yang
20 Lilik Mulyadi, Kapita Selekta Hukum Piddana Dan Asas Hukum Pidana Viktimologi (Jakarta:
PT. Jambatan, 2003).
21 Pujiyono, Hukum Pidana Sub-Culture Kehidupan Hukum Di Indonesia (UNDIP, n.d.).
22 Satochid Kartanegara, Hukum Pidana (Jakarta: Balai Lektur, 2001).
23 Anjari, “Eksistensi Delik Dan Implementasi Asas Legalitas Hukum Pidana Materiil
Indonesia.”
24 Mudzakkir at Al, Perencanaan Pembangunan Hukum Nasional Politik, Hukum Pidana Dan
17
menyebabkan diperinganya pidana terhadap si pembuatnya. Tindak pidana
a. Pertama, biasanya pada tindak pidana dalam bentuk pokok, di sebut juga
b. Kedua, pada tindak pidana lainya (serta bukan termasuk bentuk pokok),
bertobat
18
3. Tujuan Peringanan Pidana :
kepada korban27.
25 Soerjono Soekanto, Kedudukan Dan Peranan Hukum Pidana Di Indonesia (Jakarta: Kurnia
Esa, 1982).
26 Sudarto, Hukum Pidana I.
27 Soepomo, Bab-Bab Tentang Hukum Peringan Pidana.
19
tindak pidana agar tidak mengulangi perbuatan yang sama di masa
depan.
28 Samsuddin at al., Hukum Adat Dan Modernisasi Hukum (Jakarta: Gunung Agung, 1988).
29 Otje S Salman, Rekonseptualisasi Hukum Adat Kontemporer (Bandung, 2002).
30 Sapardjaja, Ajaran Sifat Melawan Hukum Materiel Dalam Hukum Pidana Indonesia Studi
20
Menurut Loebby Loqman, terdapat 3 (tiga) teori yang mendasari
yang dapat mengurangi kesalahan pelaku. Dasar pijakan dari teori ini
terlanggar. Akibat yang timbul, tiada lain berupa suatu penderitaan baik
fisik maupun psikis, ialah berupa perasaan tidak senang, sakit hati,
seperti ini bukan saja bagi korban langsung, tetapi juga pada masyarakat
21
pada umumnya34. Untuk memuaskan dan atau menghilangkan penderitaan
pembalasan yang setimpal (sudut objektif), yakni berupa pidana yang tidak
lain suatu penderitaan pula. Oleh sebab itulah, dapat dikatakan bahwa teori
berpokok pangkal pada dasar bahwa pidana adalah alat untuk menegakkan
34Anwar, Yesmil, and Adang, Pembaruan Hukum Pidana “ Reformasi Hukum Pidana” (Jakarta:
PT Grasindo, 2008).
22
tetapi mempunyai tujuan-tujuan tertentu yang bermanfaat, sehingga dasar
sebagai berikut:
kesejahteraan masyarakat;
23
d) Pidana harus diterapkan berdasar tujuannya sebagai alat untuk
tindak pidana lagi. Ini berarti pidana bertujuan agar si terpidana itu
masyarakat35.
35 Chairul Huda, Dari Tiada Pidana Tanpa Kesalahan Menuju Kepada Tiada
Pertanggungjawaban Pidana Tanpa Kesalahan Tinjauan Kritis Terhadap Teori Pemisahan
Tindak Pidana Dan Pertanggungjawaban Pidana (Jakarta: Kencana Prenada Media., 2006).
24
Teori gabungan ini mendasarkan pidana pada asas pembalasan dan
asas pertahanan tata tertib masyarakat, dengan kata lain dua alasan
itu menjadi dasar dari penjatuhan pidana. Teori gabungan ini dapat
Bentuk-Bentuk Pidana.
pidana atau jenis pemidanaan hanya terdapat 2 macam hukuman pidana, yaitu
pidana pokok dan pidana tambahan. Pasal 10 Kitab Undang-Undang Hukum Pida-
1. Pidana Mati
2. Pidana penjara
3. Pidana kurungan
4. Pidana denda
25
b. Hukuman tambahan (bijkomende straffen) :
yang hanya dapat dijatuhkan bersama-sama dengan hukuman pokok. Jenis pidana
1. Pidana Pokok
a. Pidana Peringatan ;
c) Pengawasan
d) Pelatihan kerja;
f) Penjara
2. Pidana Tambahan :
36 Leden Marpaung, Asas Teori Praktik Hukum Pidana (Jakarta: Sinar Grafika, 2008).
26
Tindak Pidana Umum (Pasal 340 KUHP) “
nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan dengan rencana, dengan pidana
mati atau pidana seumur hidup atau pidana penjara selama waktu tertentu, paling
C. Tujuan Pemindanaan
mengetahui sifat dan dasar hukum dari pidana38.Franz Von List mengajukan
actionis" yaitu penderitaan jahat menimpa dikarenakan oleh perbuatan jahat 39.
mereka yang menyatakan bahwa pidana mempunyai tujuan yang positif atau teori
37Mulyadi, Kapita Selekta Hukum Piddana Dan Asas Hukum Pidana Viktimologi.
38 Satjipto Rahardjo, Sisi - Sisi Lain Dari Hukum Di Indonesi, 2nd ed. (Jakarta: PT. Kompas
Media Nusantara, 2006).
39 Kesuma, Angling, and Triputra, “Dekontruksi Terhadap Asas Legalitas, Perimbangan
27
(theological retributivism) yang beranggapan bahwa pemidanaan mempunyai
tersebut tidak boleh melebihi ganjaran yang selayaknya diperoleh pelaku tindak
dipilih dari keputusan tertentu terhadap hal-hal tertentu pada suatu saat. Muladi
filosofis dengan dilandasi oleh asumsi dasar, bahwa tindak pidana merupakan
individual dan sosial (individual and social damages) yang diakibatkan oleh
tindak pidana.
b. perlindungan masyarakat;
28
c. memelihara solidaritas masyarakat;
d. Pengimbalan/pengimbangan.
dengan tegas dalam rumusannya mengenai tujuan dari dijatuhkannya suatu sanksi
pidana.
Sedangkan pada Konsep Rancangan KUHP Baru Tahun 2013 yang dibuat
oleh Tim RUU KUHP Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM)
masyarakat.
D. Pertanggungjawaban Pidana
29
pertanggungjawaban pidana berkaitan dengan kekurangmampuan bertanggung
pembuat telah melakukan tindak pidana menurut hukum yang berlaku (asas
legalitas) dan secara subjektif si pembuat patut dicela atau dipersalahkan atau
patut dipidana.
Maksud dari pendapat Van Bammelen tersebut adalah orang yang dapat
30
Ada banyak hal, baik yang bersifat subjektif maupun objektif, yang
a. Menurut KUHP :
tanggal 3 Januari 1998), ketiga pasal itu tidak berlaku. Namun, baik
kiranya untuk mengetahui ketiga pasal tersebut. Menurut Pasal 45, hal
anak yang umurnya belum mencapai 16 (enam belas) tahun. Inilah satu-
dalam Bab III Buku I. Terhadap seorang yang belum dewasa yang dituntut
yaitu:
31
b) Memerintahkan agar anak itu diserahkan kepada pemerintah, tanpa
kejahatan atau salah satu pelanggaran Pasal 489, 490, 492, 496,
497, 503, 505, 514, 517-519, 526, 531, 532, 536, dan 540 dan
anak itu pada pemerintah dapat dipilih oleh hakim, dalam dua hal,
yaitu: Dalam hal anak itu melakukan kejahatan dan dalam hal anak
lain; atau
32
menyelenggarakan pendidikannya atas tanggungan
Anak yang umurnya Telah mencapai 8 Tahun Tetapi Belum 18 Tahun dan
33
hal peringanan pidana menurut KUHP dengan UU No. 3 tahun 1977,
antara lain:
jenis, yaitu selain tiga (3) jenis pidana pokok tersebut ditambah
pidana pengawasan.
lama satu (1) tahun; pidana kurungan atau pidana denda pasal I4
pidana penjara saja yang paling lama dua (2) tahun, dan tidak
34
e. Menurut KUHP, dalam hal hakim menjatuhkan pidana denda dan
denda yang lamanya minimum satu (1) hari dan maksimum enam
dengan wajib latihan kerja paling lama 90 hari yang tiap hari
tidak lebih dari 4 jam latihan kerja (pasal 28), dan tidak dapat
No. 3 tahun 1977 terhadap anak nakal telah berumur dua belas
35
tahun. Di sebagian tindak pidana tertentu, ada pula dicantumkan
tindak pidana yang disebutkan itu saja, dan tidak berlaku umum
dilakukan.
Hakim dalam peringanan pidana yaitu, keadaan pribadi pelaku. Dalam Putusan
diajukan oleh Majelis Hakim, Penuntut Umum serta Penasihat Hukum, terdakwa
dapat menjawab secara baik dan dapat berbuat layaknya manusia normal (bukan
yang dimaksud oleh Pasal 44 ayat (1) KUHP karena kurang sempurnanya akal
atau karena sakit berubah akal) sehingga dapatlah disimpulkan bahwa terdakwa
muka hukum. Serta, dalam persidangan Majelis Hakim juga tidak menemukan
36
adanya alasan pemaaaf atau alasan pembenar, sebagaimana diatur dalam pasal 49
KUHP s/d Pasal 51 KUHP, yaitu sewaktu terdakwa melakukan tindak pidana
ataupun menjalankan perintah jabatan” yang semuanya itu dapat menghapus sifat
Pandangan masyarakat.
menjatuhkan pidana yang lebih ringan dari ancaman pidana yang ditentukan
dalam undang-undang.
Beberapa doktrin peringanan pidana dalam hukum pidana Indonesia antara lain:
Menurut teori ini, pemberian pidana harus disesuaikan dengan sifat tindak
pidana dan keadaan si pembuat. Jika ada alasan yang meringankan, hakim
bernama Pompe.
37
b. Menurut Pompe, penjatuhan pidana oleh hakim harus memperhatikan
38
b. Inti dari asas ini adalah bahwa tujuan utama dari pemberian pidana
masyarakat.
yang lebih ringan, maka tidak perlu lagi menjatuhkan pidana yang
lebih berat.
diperlukan lagi.
peringanan pidana jika pidana ringan dinilai sudah cukup efektif untuk
39
3. Teori limitatif-retributif dari Muladi dan Barda Nawawi Arief
dibenarkan.
a. Teori ini dikemukakan oleh dua pakar hukum pidana Indonesia, yaitu
b. Inti dari teori ini adalah bahwa pemberian pidana harus dibatasi dan
oleh terdakwa.
f. Oleh karena itu, menurut teori ini, penjatuhan pidana yang kurang
40
4. Asas keserasian dalam KUHP
b. Maksud asas ini adalah agar pidana yang dijatuhkan sesuai dan serasi
e. Tujuannya adalah agar pidana sesuai dengan rasa keadilan dan tujuan
41
PENUTUP
a. Kesimpulan
Peringan pidana adalah salah satu bentuk hukuman yang diberikan kepada
pelaku tindak pidana. Tujuan dari peringan pidana adalah untuk memberikan efek
jera kepada pelaku tindak pidana agar tidak mengulangi perbuatannya di masa
mendatang. Selain itu, peringan pidana juga dapat digunakan sebagai alternatif
hukuman yang lebih ringan daripada hukuman pidana lainnya, seperti pidana
seijin. Hal ini menunjukkan adanya unsur kesengajaan dalam tindakan terdakwa.
Oleh karena itu, Majelis Hakim menyatakan terdakwa terbukti secara sah dan
didakwakan.
42
b. Saran
benar.
43
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
2010.
Ali, Mahrus. Dasar- Dasar Hukum Pidana. Jakarta: Sinar Grafika, 2012.
Pembangunan 3 (2007).
Gofar, Fajrimei A. Position Paper Advokasi RUU KUHP Seri#1: Asas Legalitas
Hiariej, Eddy O.S. Asas Legalitas Dan Penemuan Hukum Dalam Hukum Pidana.
Huda, Chairul. Dari Tiada Pidana Tanpa Kesalahan Menuju Kepada Tiada
44
Marpaung, Leden. Asas Teori Praktik Hukum Pidana. Jakarta: Sinar Grafika,
2008.
Mulyadi, Lilik. Kapita Selekta Hukum Piddana Dan Asas Hukum Pidana
n.d.
Rahardjo, Satjipto. Sisi - Sisi Lain Dari Hukum Di Indonesi. 2nd ed. Jakarta: PT.
Samsuddin at al. Hukum Adat Dan Modernisasi Hukum. Jakarta: Gunung Agung,
1988.
2007.
45
Usfa, Tongat, and Fuad. Pengantar Hukum Pidana. Malang: UMM Press, 2004.
Anjari, Warih. “Eksistensi Delik Dan Implementasi Asas Legalitas Hukum Pidana
Semarang, 2015.
Pembangunan 3 (2007).
Kesuma, Derry Angling, and Yuli Asmara Triputra. “Dekontruksi Terhadap Asas
46
ARTIKEL DALAM INTERNET
Hasanah, Sovia. 2018. Arti Asas -asas hukum pidana dalam Hukum Pidana.
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5b07770d798f2/arti-
asas-personalitas-atau-asas-nasionalitas-aktif-dalam-hukum-pidana.
KAMUS/ENSIKLOPEDIA
47
ELEMEN DATA : TINDAK PIDANA KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA
48
Kepolisian
Republik
001.06 Aniaya Berat 30,00 36,00 n/a 0,00 - Kasus Tahunan
Indonesia
Daerah
Kepolisian
Republik
001.07 Penganiayaan 74,00 322,00 450,00 394,00 - Kasus Tahunan
Indonesia
Daerah
Kepolisian
Republik
001.08 Pembunuhan 13,00 26,00 11,00 12,00 - Kasus Tahunan
Indonesia
Daerah
Kepolisian
Republik
001.09 Perkosaan 22,00 16,00 14,00 6,00 - Kasus Tahunan
Indonesia
Daerah
Kepolisian
Republik
001.10 Perzinahan 28,00 37,00 34,00 44,00 - Kasus Tahunan
Indonesia
Daerah
Kepolisian
Kesusilaan / Republik
001.11 59,00 56,00 48,00 38,00 - Kasus Tahunan
Cabul Indonesia
Daerah
Kepolisian
Penggelapan / Republik
001.12 397,00 421,00 360,00 572,00 - Kasus Tahunan
Fidusa Indonesia
Daerah
49
Kepolisian
Penipuan /
Republik
001.13 Perbuatan 561,00 617,00 1.046,00 1.068,00 - Kasus Tahunan
Indonesia
Curang
Daerah
Kepolisian
Republik
001.14 KDRT 81,00 80,00 75,00 123,00 - Kasus Tahunan
Indonesia
Daerah
50