Anda di halaman 1dari 4

TUGAS MAKALAH:FIQIH

GURU:DRS.H.SALEH

 KELOMPOK 3:
 AZKIA NUR FA’IZAH
 AURA NOVIZA ANDINI
 RIZKY ADITIA DWI PUTRA
 RIZKY ROMADHON
 URAY FAHRI AL FAREZI
 SYARIF RIZKY RAMADHAN

MTSN 03 MEMPAWAH
TAHUN 2024
KURIKULUM 2013
C. HIWALAH (Perpindahan Hutang)

1.Pengertian Hiwalah

Hiwalah ‫ الحوالة‬ialah suatu perpindahan atau pengalihan utang dari orang pertama lalu diserahkan
kepada orang kedua disebabkan orang kedua ini mempunyai hutang kepada orang pertama.
Contohnya, Azkia mempunyai utang kepada Noviza sebesar Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah),
dan Uray mempunyai utang kepada Azkia sebesar Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah). Kemudian
Azkia memindahkan utangnya kepada Uray dengan persetujuan Noviza. Dengan demikian Azkia
sudah tidak mempunyai utang lagi kepada Noviza karena sudah dialihkan kepada Uray.

2.Dasar Hukum

Rasulullah saw. Bersabda:

)‫َم ْظ ُل اْلَغ ِني ُظْلُم َفِإَذ ا ُأِح ْيَل َأَح ُد ُك ْم َع َلى َم ِلي َفْلَيْح َتْل ( رواه أحمد‬

Artinya: Melalaikan pembayaran utangnya bagi orang yang mampu membayar utang adalah
perbuatan aniaya, maka apabila salah seorang dari kamu mengalihkan utangnya kepada orang lain
hendaklah diterima pengalihan itu”. (HR. Ahmad no. 9594).

3.Hukum

Hukum hiwalah ialah mubah/boleh selama tidak merugikan salah satu pihak dan tidak ada unsur
penipuan.

4.Rukun Hiwalah

1. Orang yang berhutang (muhil).


2. Orang yang berpiutang (muhal).
3. Orang yang mendapat tanggung jawab membayar utang (muhal ‘alaih).
4. Utang muhil kepada muhal.
5. Akad, yaitu ijab qabul.

5.Syarat

1) Kerelaan orang yang mengalihkan utang Persetujuan orang yang berpiutang.


2) Keadaan utang (yang dipindahkan itu sudah tetap menjadi tanggungan. Artinya bukan
piutang yang kemungkinan dapat gugur seperti piutang mas kawin dari perempuan yang
belum berkumpul dengan suaminya.
Adanya persamaan utang yang menjadi tanggungan muhal dan muhal ‘alaih, baik dalam jenisnya
maupun dalam waktu bayar dan waktu penangguhannya. (Zainal Muttaqin, Amir Abyan: 2009,
ha.54).

6. Tambahan

1.Ditinjau dari segi akad, hiwalah dibagi menjadi dua jenis:

A. Hiwalah al-Muqayyadah (pemindahan bersyarat) yaitu pengalihan sebagai ganti pembayaran


hutang muhil (pihak pertama) kepada muhal (pihak kedua). Contohnya A berpiutang kepada
B Rp. 5.000.00 sedangkan B berpiutang kepada C Rp. 5.000,00, В mengalihkan hanya untuk
menuntut piutangnya yang berada pada C kepada A sebagai ganti pembayaran hutang 8
kepada A. Dengan demikian hiwalah al-muqayyadah pada satu sisi merupakan hiwalah Al-
Haq karena mengalihkan hak menuntut piutangnya dari C ke A (pemindahan hak).
Sedangkan di sisi lain, hal ini merupakan hiwalah ad-dain karena B mengalihkan kepada A
menjadikan kewajiban C kepada A (pemindahan hutang).

B. Hiwalah Al-Muthlaqah (pemindahan mutlak) yaitu pengalihan hutang yang tidak ditegaskan
sebagai ganti rugi terhadap pembayaran hutang muhil (pihak pertama) kepada muhal (pihak
kedua). Contohnya Aberhutang kepada B sebesar 5 juta. Kemudian A mengalihkan
hutangnya kepada C sehingga si Cmempunyai kewajiban membayar hutang A kepada B
tanpa menyebutkan bahwa pemindahan itu sebagai ganti rugi dari pembayaran C kepada A.
Dengan demikian maka hiwalah al-muthlaqah hanya mengandung hiwalah ad- dain saja
karena yang dipindahkan hanya hutang A kepada B menjadi hutang C kepada B.

2.Masa Berakhirnya Hiwalah

1) Salah satu pihak membatalkan akad sebelum akad itu berlaku tetap.
2) Muhal melunasi hutang yang dialihkan kepada muhal ‘alaih.
3) Jika muhal meninggal dunia, maka muhal alaih wajib membayarkan hutangnya.
4) Muhal membebaskan muhal alaih dari kewajiban hutang yang dialihkan.

7.Hikmah Hiwalah

1) Jaminan atas harta orang yang memberi hutang kepada orang lain di mana orang yang
berhutang tidak mampu membayar hutangnya, bukan berarti harta orang yang berpiutang
hilang begitu saja, namun bisa kembali lagi melalui perantara orang ketiga (muhal alaih)
yang akan menanggung dan membayarkan hutang itu.
2) Membantu kebutuhan orang lain, dimana muhil (orang yang berhutang) akan terbantu oleh
pihak ketiga (muhal alaih). Kemudian muhal (orang yang berpiutang) terbantu oleh pihak
ketiga yang menanggung pelunasan hutang tersebut.

8. Soal dan jawaban

1.Pemindahan kewajiban pembayaran hutang dari muhil ke muhal alaih dikatakan sah apabila...

Jawaban: Tidak ada unsur paksaan dari salah satu pihak.


2. ‫َم ِلي َفْلَيْح َتْل‬Artinya potongan hadits ini adalah....
Jawaban: hendaklah diterima pengalihan Itu.

3.Apa boleh jika terjadi perbedaan waktu jatuh tempo pembayaran di antara kedua hutang hiwalah?

Jawaban: Tidak sah, karena Jika terjadi perbedaan waktu jatuh tempo pembayaran di antara kedua
utang itu, maka hiwalah sebagai berikut : 1. Jumhur ulama berpendapat bahwa kewajiban pihak
pertama untuk membayar utang kepada pihak kedua secara otomatis menjadi terlepas.

9.kesimpulan

Jadi kesimpulannya ialah hiwalah bisa terjadi karena adanya perpindahan utang dari pihak satu ke
pihak 3 karena pihak satu berhutang kepada pihak kedua dan pihak ketiga berhutang kepada pihak
ke-1 dengan jumlah hutang yang sama besarnya, atas persetujuan pihak ketiga, utang itu dapat
dialihkan ke pihak ketiga. Jadi, pihak ketiga wajib membayar hutang ke pihak kedua, dan pihak satu
tidak berhutang lagi ke pihak kedua.

Anda mungkin juga menyukai