Anda di halaman 1dari 7

Lampiran I Langkah-Langkah Delineasi WP

Nomor: 1142/ND-200.13.PB.03/X/2022
Terdapat 5 (lima) faktor yang diperhitungkan dalam menentukan delineasi WP, dalam hal ini mengambil kasus kecamatan
Mojosongo, Kabupaten Boyolali:

1. Radius Titik Pusat Kegiatan RTRW


Berdasarkan Perda 8 Tahun 2019 tentang RTRW Kabupaten Boyolali, Menyusun RDTR Mojosongo, artinya mendetailkan
sebuah titik pusat kegiatan, berupa Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) Mojosongo. Umumnya titik PPK memiliki radius
pelayanan 3Km.
2. Delineasi awal berdasarkan batas administrasi dan fisik
Dalam RDTR tidak dikenal alamat subzona dalam satuan administrasi kecamatan/kelurahan, melainkan blok. Blok
adalah bidang yang dibatasi oleh batas fisik berupa badan jalan dan/atau badan air (eksisting maupun rencana).
Bilamana administrasi sudah berbasis fisik, maka batas administrasi dapat dipertimbangkan sebagai delineasi WP,
namun tetap tidak diperkenankan menjadi acuan alamat subzona.
3. Hamparan Kawasan Permukiman Perkotaan RTRW
Titik PPK dimaksud umumnya berada pada sebuah hamparan/poligon Kawasan Permukiman Perkotaan seluas ±900 Ha.
Jika luasnya ≤2.500 Ha dapat ditetapkan sebagai satu wilayah perencanaan (WP). Jika luas hamparan >2.500 Ha (lebih
besar dari ukuran PKL), maka dapat dibagi ke dalam beberapa WP dengan tujuan penataan ruang masing-masing.
4. Pola Kepadatan Spasial Kawasan dan Radius Sarana Pelayanan Umum (SPU)
Pola kepadatan spasial membantu kita memberi gambaran gradasi kawasan terbangun ke non terbangun yang berguna
dalam delineasi perkotaan.
5. Limitasi Lahan Sawah Dilindungi (LSD) dan Rawan Bencana
Keberadaan LSD membatasi perencanaan zona terbangun, begitu pula dengan kawasan rawan bencana yang
memerlukan teknik mitigasi tertentu.

1. Radius Titik Pusat Kegiatan RTRW

Gambar 1 Radius Pusat Kegiatan RTRW Kabupaten Boyolali

Mengasumsikan radius PKW 10Km; PKL 5Km; PPK 3Km; dan PPL 1Km, maka Gambar 1 Radius
Pusat Kegiatan RTRW Kabupaten Boyolali menunjukkan bahwa Kecamatan Mojosongo masuk
dalam jangkauan PKW Boyolali, PKL Ampel, PPK Mojosongo, dan PPK Teras.
2. Delineasi awal berdasarkan batas administrasi dan fisik

Gambar 2 Delineasi Awal berdasarkan Batas Administrasi dan Fisik Kecamatan Mojosongo

Gambar 2 memperlihatkan batas administrasi Kecamatan Mojosongo yang didominasi oleh batas
fisik berupa jalan dan sungai, sehingga delineasi berbasis administrasi kecamatan dapat diterima,
dan mengingat luas Kecamatan Mojosongo 4.506,48 Ha, sehingga sebenarnya dapat ditetapkan ke
dalam 1-2 WP RDTR.
Membagi Kecamatan Mojosongo berdasarkan batas jalan utama dan kesamaan fungsi ruang RTRW,
diperoleh 4 (empat) kandidat wilayah perencanaan (WP), berturut-turut:
• WP A: 913,44 Ha;
• WP B: 768,32 Ha;
• WP C: 1435,49 Ha; dan
• WP D: 1.389,30 Ha
3. Hamparan Kawasan Permukiman Perkotaan

Gambar 3 Rencana Pola Ruang RTRW Kabupaten Boyolali di Kecamatan Mojosongo


HEKTAR_CE %KAWASA
NO RTRW Boyolali di Mojosongo
A N
1 Sungai 48.89 1.08%
2 Kawasan Sempadan Mata Air 37.05 0.82%
3 Kawasan Sempadan Sungai 276.21 6.13%
4 Kawasan Perkebunan 48.50 1.08%
Kawasan Pertanian Lahan
5 Kering 1,242.32 27.57%
Kawasan Pertanian Lahan
6 Basah 761.26 16.89%
Kawasan Permukiman
7 Perdesaan 1,136.95 25.23%
Kawasan Permukiman
8 Perkotaan 777.58 17.25%
9 Komplek Pemerintahan 81.20 1.80%
10 Kawasan Peruntukan Industri 96.51 2.14%
4,506.48 100.00%

Dari Gambar 3 Kawasan Permukiman


Perkotaan (kuning terang) yang merupakan
PPK Mojosongo terkonsentrasi di bagian
tengah Kecamatan Mojosongo, yakni
dimulai dari Jalan Tol di utara ke arah
Gambar 4 Komposisi Rencana Pola Ruang RTRW Kabupaten Boyolali selatan yang berbatasan dengan sungai
di Kecamatan Mojosongo besar dan hamparan permukiman yang
berada diantara dua sungai besar.
Kawasan permukiman perkotaan tersebut
menempati porsi 17,25% dari rencana pola
ruang RTRW Kabupaten Boyolali di
Kecamatan Mojosongo.
Menggunakan luas kawasan permukiman
perkotaan dan perdesaan pada rencana pola
ruang RTRW (Gambar 3 dan 4) dan
pembagian calon WP (Gambar 5) dapat
dibandingkan komposisi kawasan
permukiman perkotaan dan kawasan
permukiman perdesaan pada kandidat WP.
WP B memiliki kawasan permukiman
perkotaan terbanyak, diikuti oleh WP C.
Hal ini dikuatkan oleh radius pelayanan
PPK Mojosongo yang menjangkau hampir
seluruh WP B, Sebagian WP C dan Sebagian
WP A. Sedangkan WP D tidak terjangkau oleh
radius pelayanan PPK Mojosongo.
Gambar 6 Komposisi Kawasan Permukiman Perkotaan dan Kawasan
Permukiman Perdesaan pada WP A, B, C, dan D

Gambar 7 Rencana Pola Ruang RTRW Boyolali di WP A Mojosongo Gambar 8 Rencana Pola Ruang RTRW Boyolali di WP B
Mojosongo

Gambar 9 Rencana Pola Ruang RTRW Boyolali di WP C Mojosongo Gambar 10 Rencana Pola Ruang RTRW Boyolali di WP D
Mojosongo

Berdasarkan Rencana Pola Ruang Perda RTRW, maka WP A didominasi oleh Permukiman
Perdesaan dan Pertanian Lahan Basah (sawah); WP B didominasi oleh Kawasan Permukiman
Perkotaan yang merupakan kawasan exit tol, dan pertanian lahan basah (sawah); WP C merupakan
variasi permukiman perkotaan, Kantor Pemerintahan; Kawasan Peruntukan Industri; Pertanian
Lahan Basah; dan Pertanian Lahan Kering; WP D didominasi Pertanian Lahan Kering, Permukiman
Perdesaan dan satu-satunya calon WP yang tidak terdapat Pertanian Lahan Basah (tidak ada
sawah).
4. Pola Kepadatan Spasial Kawasan dan Radius Sarana Pelayanan Umum (SPU)

Gambar 11 Pola Kepadatan Spasial Bangunan Kecamatan Mojosongo Gambar 12 Pola Kepadatan Spasial Jalan Kecamatan Mojosongo

Memanfaatkan layer bangunan pada peta


dasar 1:5.000 Mojosongo, mengubahnya
menjadi fitur titik, dan menentukan gradasi
kepadatannya menggunakan tools point
density pada spatial analyst di perangkat
lunak ArcMap, dengan ukuran piksel 100
meter dan radius 300 meter, dihasilkan pola
kepadatan tertinggi pada WP C (gambar 11).

Memanfaatkan layer jalan pada peta dasar


1:5.000 Mojosongo dan menentukan gradasi
kepadatannya menggunakan tools line density
Gambar 13 Pola Kepadatan Radius SPU Kecamatan Mojosongo pada spatial analyst di perangkat lunak
ArcMap, dengan ukuran piksel 40 meter dan
radius 100 meter dihasilkan pola kepadatan
tertinggi pada WP B (gambar 12).

Memanfaatkan layer bangunan sarana


pelayanan umum (SPU) pada peta dasar
1:5.000 Mojosongo, mengubahnya menjadi
fitur titik, dan menentukan gradasi
kepadatannya menggunakan tools point
density pada spatial analyst di perangkat
lunak ArcMap, dengan ukuran piksel 100
meter dan radius 300 meter, dihasilkan tiga
pola kepadatan tertinggi pada WP B dan WP C
(gambar 13).
5. Limitasi Lahan Sawah Dilindungi (LSD) dan Rawan Bencana
Menggunakan peta lahan sawah dilindungi
(LSD), berturut-turut dari yang terkecil sampai
terluas, meliputi:
• WP D seluas 36,61 Ha;
• WP B seluas 163,17 Ha;
• WP A seluas 292,14 Ha; dan
• WP C seluas 444,25 Ha

Gambar 14 Lahan Sawah Dilindungi (LSD) di Kecamatan Mojosongo

Menggunakan peta kerawanan bencana dari


inarisk.bnpb.go.id, terdapat kawasan rawan
banjir berturut-turut dari yang terkecil sampai
terluas, meliputi:
• WP D
• WP B
• WP A
• WP C

No Faktor Delineasi A B C D
1 Radius Titik Pusat Kegiatan RTRW 50 80 60 0
2 Hamparan Kawasan Permukiman Perkotaan RTRW 5 80 50 10
3 Pola Kepadatan Spasial Bangunan 0 30 80 50
4 Pola Kepadatan Spasial Jalan 10 80 50 10
5 Pola Kepadatan Spasial SPU 15 50 90 20
6 Limitasi Lahan Sawah Dilindungi (LSD) 20 50 20 90
7 Limitasi Rawan Bencana 60 70 50 90
Nilai Total 160 440 400 270
Prioritas IV I II III
Berdasarkan Penilaian Akhir diperoleh WP B dan C sebagai
delineasi final Mojosongo dengan luas = 768,32 + 1.435,49 Ha =
2.203,81 Ha
(luas ini berada di bawah luas optimal delineasi WP, yakni ≤2.500 Ha).

Anda mungkin juga menyukai