Panduan PTPS
Panduan PTPS
Pengarah
Rahmat Bagja
Lolly Suhenty
Herwyn J.H. Malonda
Totok Hariyono
Puadi
Penanggung Jawab
Ichsan Fuady
Pengarah Teknis
La Bayoni
Tim Penyusun
Asmin Safari Lubis
Ahmad Thohir
Iji Jaelani
Masykurudin Hafidz
Cetakan
Pertama, Januari 2024
Penerbit
Badan Pengawas Pemilihan Umum Republik Indonesia
Jln. M.H Thamrin 14, Jakarta Pusat
DAFTAR ISI
SAMBUTAN KETUA
PETUNJUK PENGGUNAAN
SIAPA SAJA YANG ADA DI TEMPAT PEMUNGUTAN SUARA?
APA TUGAS, WEWENANG, KEWAJIBAN DAN LARANGAN PENGAWAS TPS?
UNDUH DAN REGISTRASI SIWASLU
BAGIAN I
SEBELUM PEMUNGUTAN SUARA
1. PENGAWASAN MASA TENANG
2. LANGKAH-LANGKAH PENGAWASAN
3. PENGAWASAN PERSIAPAN PEMUNGUTAN SUARA
4. PENGAWASAN PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN MEMILIH
a. KPPS menyiapkan pemungutan suara
b. Bagaimana Membangun TPS?
c. Prinsip TPS Akses
5. PENGAWASAN PERLENGKAPAN PEMUNGUTAN SUARA
6. LANGKAH-LANGKAH PENGAWASAN
BAGIAN II
PENGAWASAN PEMUNGUTAN SUARA
1. PENGAWASAN PERSIAPAN PEMUNGUTAN SUARA
2. SAKSI DI TPS
3. PENGAWASAN DIMULAINYA RAPAT PEMUNGUTAN SUARA
4. PENYELESAIAN KEBERATAN
5. PENGAWASAN PROSES RAPAT PEMUNGUTAN SUARA
6. PENGAWASAN PELAKSANAAN PEMBERIAN SUARA
7. LANGKAH-LANGKAH PENGAWASAN
BAGIAN III
PENGAWASAN JELANG & PENUTUPAN PEMUNGUTAN SUARA
1. PENGAWASAN JELANG PEMUNGUTAN SUARA SELESAI
2. MENYELESAIKAN PEMUNGUTAN SUARA
3. PENGAWASAN PERSIAPAN PENGHITUNGAN SUARA
4. PENGAWASAN PROSES PELAKSANAAN PENGHITUNGAN SUARA
a. Penentuan Suara Tidak Sah
b. Rumus Akurasi Penghitungan Suara
5. PENGAWASAN SETELAH PENGHITUNGAN SELESAI
6. PENGAWASAN PENGISIAN SALINAN HASIL
7. PENGAWASAN PENGUMUMAN PENGHITUNGAN SUARA
8. PENGAWASAN PENYERAHAN KOTAK SUARA
9. LANGKAH-LANGKAH PENGAWASAN
10. TATA CARA DOKUMENTASI PENGAWASAN
LAMPIRAN
SUMBER RUJUKAN
SAMBUTAN KETUA BAWASLU RI
Pemilihan Umum adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat untuk memilih wakil-wakilnya
yang akan duduk di pemerintahan yang dilaksanakan secara luber dan jurdil dalam negara
kesatuan republik Indonesia. Komitmen untuk melaksanakan terselenggaranya pemilu
demokratis harus menjadi tujuan utama bagi penyelenggara pemilu, baik KPU maupun Bawaslu
dan jajarannya hingga tingkat TPS.
Salah satu bagian penting dan krusial keberadaan pengawas pemilu adalah Pengawas Tempat
Pemungutan Suara (PTPS). Satuan yang berhadapan langsung dengan proses dinamis
pemungutan dan penghitungan suara. Tahapan pemungutan dan penghitungan suara
merupakan tahapan puncak dari serangkaian tahapan pemilu yang sudah berjalan sebelumnya.
Keberadaan PTPS menjadi instrumen penting yang akan ikut menentukan kualitas proses
pemungutan dan penghitungan suara. Tentu PTPS yang aktif dan progresif, mengerti tugas dan
wewenangnya sehingga memaksimalkan perannya dengan baik. Pengetahuan dan
keterampilan PTPS menjadi faktor utama dalam mewujudkan integritas proses dan hasil
pemungutan dan penghitungan suara.
Panduan ini merupakan instrumen yang menunjang pelaksanaan tugas dan fungsi PTPS.
Kerangka kerja dalam dokumen ini merupakan gabungan dari petunjuk pengawasan,
instrument pengawasan dan tata cara penggunaan Siwaslu. Merupakan satu kesatuan yang tak
terpisahkan antar PTPS dengan pengawas diatasnya.
Pada akhirnya, semoga panduan ini menjadi sarana dalam meningkatkan kualitas
penyelenggara Pemilu 2024. Dapat digunakan oleh seluruh pengawas TPS di seluruh Indonesia.
Rahmat Bagja
Ketua
PETUNJUK PENGGUNAAN
Dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas Pengawas TPS, disusunlah panduan yang menjadi
pegangan utama dalam pengawasan pemungutan dan penghitungan suara. Panduan ini
disusun seringkas mungkin sehingga memudahkan PTPS untuk memahami dan
menggunakannya saat melaksanakan tugas.
Buku ini disusun dengan pendekatan proses dengan penekanan pada siapa melakukan apa dan
apa fokus pengawasannya. Kegiatan pengawasan tahapan tersusun secara berantai dari satu
tahapan ke tahapan berikutnya secara berurutan. Proses-proses pelaksanaan tahapan
khususnya tahapan pemungutan dan penghitungan suara dengan sistem Siwaslu yang
digunakan untuk mendokumentasikan secara digital. Dengan mengetahui proses pelaksanaan
tahapan, tentu memudahkan dalam memahami pelaksanaan pengawasannya.
Panduan ini juga mencantumkan tanggung jawab para pihak sehingga memudahkan petugas
TPS dalam memposisikan dan menentukan fokus pengawasan. Setiap tugas yang dilaksanakan
oleh KPPS, Saksi dan Pemantau dalam tahapan yang sama disinkronisasikan antar satu sama
lainnya untuk memudahkan Pengawas TPS dalam melaksanakan tugas pengawasan.
1. KPPS yaitu kelompok yang dibentuk oleh PPS untuk melaksanakan pemungutan suara
di Tempat Pemungutan Suara (TPS).
2. Pengawas TPS yaitu petugas yang dibentuk oleh Panwascam untuk membantu
Panwaslu Kelurahan/Desa dalam melakukan pengawasan di TPS.
3. Saksi yaitu orang yang mendapat surat mandat tertulis dari tim kampanye atau
Pasangan Calon yang diusulkan oleh Partai Politik atau Gabungan Partai Politik untuk
Pemilu Presiden dan Wakil Presiden, Pengurus Partai Politik tingkat Kabupaten/Kota
atau tingkat di atasnya untuk Pemilu anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD
Kabupaten/Kota, dan calon perseorangan untuk Pemilu anggota DPD.
4. Pemilih yaitu warga negara Indonesia yang sudah genap berumur 17 (tujuh belas) tahun
atau lebih, sudah kawin, atau sudah pernah kawin yang memenuhi syarat sebagai
pemilih dalam Pemilu.
5. Petugas Ketertiban TPS yaitu petugas yang dibentuk PPS untuk menangani
ketenteraman, ketertiban, dan keamanan di setiap tempat pemungutan suara.
6. Pemantau Pemilu, orang perorang, kelompok atau organisasi yang melakukan
pemantauan proses pelaksanaan pemilu secara mandiri dan sukarela. Pemantau Pemilu
diakreditasi oleh Bawaslu baik dari dalam maupun luar negeri.
FORMULIR A
PTPS wajib menggunakan Formulir A untuk mencatat setiap peristiwa dan hasil dari
pengawasan serta dugaan pelanggaran dalam proses pemungutan dan penghitungan suara.
Formulir A juga sarana untuk menjelaskan tentang upaya pencegahan dan saran perbaikan
dari Pengawas TPS yang dikirimkan ke Pengawas Kecamatan melalui pengawas
kelurahan/desa.
UNDUH & REGISTRASI
APLIKASI SIWASLU
bit.ly/siwaslu2024
Kata kunci pencarian di PlayStore: siwaslu 2024
Dalam masa tenang dilarang melakukan politik uang yaitu menjanjikan atau memberikan uang
atau materi lainnya kepada pemilih untuk mempengaruhi pilihan pemilih.
Pengawas TPS melakukan pengawasan di masa tenang dengan fokus pada praktik kampanye
yang dilakukan di masa tenang dan praktik politik uang. Pengawasan terhadap adanya praktik
pemberian uang dan barang secara langsung atau tidak langsung yang dilakukan oleh pelaksana
kampanye, tim kampanye dan perorangan. Tindakan praktik pemberian uang dan barang untuk:
1. Tidak menggunakan hak pilihnya.
2. Menggunakan hak pilihnya dengan memilih peserta pemilu dengan cara tertentu
sehingga surat suaranya tidak sah.
3. Memilih pasangan calon tertentu.
4. Memilih partai politik peserta pemilu tertentu; dan/atau memilih calon anggota DPD
tertentu.
PTPS wajib menggunakan Formulir A untuk mencatat setiap peristiwa atau menemukan dugaan
pelanggaran dan melaporkannya ke Panwaslu Kecamatan melalui pengawas kelurahan/desa.
LANGKAH-LANGKAH PENGAWASAN
1. Pengawas TPS berkeliling di wilayah TPS memeriksa apakah terdapat kegiatan
kampanye yang dilakukan oleh peserta pemilu dan/atau masih ada alat peraga
kampanye yang terpasang di sekitar TPS.
2. Pengawas TPS melakukan pengawasan terhadap adanya praktik pemberian uang atau
barang secara langsung maupun tidak langsung yang dilakukan oleh pelaksana
kampanye, tim kampanye dan perorangan.
3. Pengawas TPS mengidentifikasi situasi lingkungan TPS yang dapat mengganggu
persiapan pemungutan suara.
4. Apabila terdapat dugaan pelanggaran dalam masa tenang maka Pengawas TPS
menuangkannya dalam Formulir A
5. Pengawas mengirimkan informasi hasil pengawasan melalui Siwaslu dengan mengisi
FORM A.1 tentang Pengawasan Masa Tenang
6. Pelaporan melalui Siwaslu dilaksanakan pada tanggal 11 Februari pukul 12.00 s/d 13
Februari pukul 21.00)
KPPS mengumumkan hari, waktu dan tempat pemungutan suara seluas-luasnya dan
menggunakan berbagai cara, sarana dan prasarana. Pengumuman dilaksanakan hingga 13
Februari 2024.
Pengetahuan Pengawas TPS tentang wilayah kerja KPPS dan pemilih yang terdaftar dalam
DPT dan DPTb menjadi syarat dalam mempersiapkan pengawasan pemungutan dan
penghitungan suara serta menjamin proses hari pemungutan yang luber dan jurdil
Kepastian ruang dan tempat duduk yang cukup untuk Saksi dan Pengawas TPS yang berada
di dalam TPS.
No PERNYATAAN YA TIDAK
(Jawablah pernyataan YA atau TIDAK sesuai dengan hasil
pengawasan)
1. Terdapat pemilih yang belum menerima formulir model
C.Pemberitahuan-KPU (pemberitahuan memilih)
2. TPS belum disiapkan pada pukul 21.00 tanggal 13 Februari 2024
3. TPS berada di tempat yang sulit dijangkau/diakses oleh
penyandang disabilitas pengguna kursi roda dan lanjut usia (lokasi
TPS berbatu/berundang tanahnya/berumput
tebal/berpasir/bertangga/melompati parit)
4. KPPS belum menerima perlengkapan pemungutan dan
penghitungan suara, serta dukungan perlengkapan lainnya pada
13 Februari 2024
5. Terdapat kekurangan perlengkapan pemungutan dan
penghitungan suara, serta dukungan perlengkapan lainnya pada
13 Februari 2024
6. Kota suara TPS yang diterima KPPS dalam kondisi tidak tersegel
7. Alat bukti (upload foto/file)
BAGIAN DUA
PENGAWASAN PEMUNGUTAN SUARA
Puncak pemilihan umum adalah pemungutan dan penghitungan suara yang dilaksanakan pada
14 Februari 2024. Dalam memastikan proses pemungutan suara berlangsung sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan, terdapat tahapan yang sangat krusial yaitu kelengkapan
logistik, kepastian surat suara dengan daerah pemilihan di TPS, ketepatan waktu pembukaan
suara, kesiapan saksi peserta pemilu, publikasi data pemilih, informasi tata cara memilih,
ketersediaan alat bantu disabilitas Netra, adanya pelanggaran mobilisasi pemilih,
ketidaknetralan petugas, intimidasi pemilih, memilih lebih dari satu kali, kekurangan logistik
dan waktu penutupan suara.
Pengawas TPS wajib hadir di TPS pada hari pemungutan suara selambat-lambatnya pada pukul
06.30 waktu setempat untuk memastikan persiapan pemungutan suara.
SAKSI DI TPS
1. Saksi hanya dapat menjadi saksi untuk 1 peserta Pemilu.
2. Wajib membawa surat mandat dan menyerahkannya paling lambat sebelum rapat
pemungutan suara.
3. Pembuatan surat mandat oleh pasangan calon atau kampanye untuk pemilihan
presiden dan wakil presiden serta pimpinan partai politik untuk pemilih DPR dan
DPRD Tingkat kabupaten/kota atau di atasnya serta calon anggota DPD untuk Pemilu
anggota DPD.
4. Tidak mengenakan atau membawa atribut yang memuat nomor, nama, foto
calon/pasangan calon, simbol/gambar partai politik, atau mengenakan seragam
dan/atau atribut lain yang memberikan kesan mendukung atau menolak peserta
pemilu tertentu.
5. Berjumlah paling banyak 2 orang untuk masing-masing pasangan calon, partai politik
atau calon anggota DPD dengan ketentuan yang dapat memasuki TPS berjumlah 1
orang dalam 1 waktu.
PENYELESAIAN KEBERATAN
1. Saksi, Panwaslu Kelurahan/Desa/Pengawas TPS dapat mengajukan keberatan
terhadap prosedur dan/atau selisih penghitungan perolehan suara kepada KPPS
apabila terdapat hal yang tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
2. Apabila terdapat keberatan Saksi, Panwaslu Kelurahan/Desa/Pengawas TPS, KPPS
wajib menjelaskan prosedur dan/atau mencocokkan selisih perolehan suara dalam
formulir hasil salinan pemungutan dan penghitungan suara.
3. Apabila keberatan yang diajukan Saksi, Panwaslu Kelurahan/Desa/Pengawas TPS dapat
diterima, KPPS seketika melakukan pembetulan. Pembetulan dilakukan dengan cara
mencoret angka yang salah dan menuliskan angka yang benar.
4. Ketua KPPS dan Saksi yang hadir membubuhkan paraf pada angka hasil pembetulan.
Apabila Saksi masih keberatan terhadap hasil pembetulan, KPPS meminta pendapat
dan/atau saran perbaikan dari Pengawas TPS yang hadir.
5. KPPS wajib menindaklanjuti saran perbaikan dari Pengawas TPS dan KPPS wajib
mencatat keberatan Saksi yang diterima sebagai kejadian khusus dan mencatat
seluruh kejadian khusus selama pelaksanaan pemungutan dan penghitungan suara di
TPS pada formulir kejadian khusus dan/atau keberatan.
6. Keberatan Saksi yang belum atau tidak dapat diterima, dicatat pada formulir kejadian
khusus dan/atau keberatan Saksi dan ditandatangani oleh Saksi serta ketua KPPS.
Apabila tidak terdapat kejadian khusus dan/atau keberatan Saksi dalam pelaksanaan
pemungutan dan penghitungan suara di TPS, KPPS wajib menulis kata NIHIL pada
formulir kejadian khusus dan/atau keberatan dan ditandatangani oleh ketua KPPS.
7. Keberatan yang diajukan oleh Saksi dan dan Panwaslu Kelurahan/Desa/Pengawas TPS
terhadap pelaksanaan penghitungan suara di TPS tidak menghalangi pelaksanaan
rapat penghitungan suara di TPS.
JUMLAH SURAT
No JENIS PEMILIH
SUARA
1 Pindah Ke Provinsi Lain PPWP
a) PPWP
Pindah Memilih Ke Kab/Kota lain di provinsi
2 b) DPR RI
yang sama tetapi beda DAPIL DPRD Provinsi
c) DPD RI
a) PPWP
Pindah memilih ke Kab/Kota lain di Provinsi yang b) DPR RI
3
sama tetapi dalam satu DAPIL c) DPD RI
d) DPRD Provinsi
a) PPWP
Pindah memilih ke Kecamatan lain dalam satu
b) DPR RI
4 Kabupaten/Kota dan di luar DAPIL DPRD
c) DPD RI
Kabupaten/Kota
d) DPRD Provinsi
a) PPWP
Pindah memilih ke Kecamatan Lain dalam satu b) DPR RI
5 Kabupaten/Kota dan masih dalam DPRD c) DPD RI
Kab/Kota d) DPRD Provinsi
e) DPRD Kab/Kota
e. 1 (satu) jam sebelum pemungutan suara selesai, Ketua KPPS mengumumkan bahwa
pemilih yang tidak terdaftar dalam DPT dan DPTb diberi kesempatan untuk memberikan
suara di TPS dan didaftarkan ke dalam DPK, dengan memberi kesempatan terlebih
dahulu kepada pemilih yang terdaftar dalam DPT dan DPTb.
f. KPPS dibantu petugas ketertiban TPS mengatur keseimbangan jumlah pemilih terhadap
surat suara yang masih tersedia dalam memberikan suara di TPS.
LANGKAH-LANGKAH PENGAWASAN
No PERNYATAAN YA TIDAK
(Jawablah pernyataan YA atau TIDAK sesuai dengan hasil
pengawasan)
1. Logistik pemungutan suara tidak lengkap
2. Surat Suara tertukar
3. Pembukaan pemungutan suara dimulai lebih dari pukul 07.00
4. Saksi mengenakan atribut yang memuat unsur atau nomor urut
pasangan calon/partai politik/calon DPD
5. Papan pengumuman DPT tidak terpasang di sekitar TPS dan tidak
memuat pemilih pemilih yang ditandai bagi pemilih yang sudah
tidak memenuhi syarat
6. KPPS tidak menjelaskan tentang tata cara pelaksanaan pemungutan
dan penghitungan suara
7. Alat bantu disabilitas netra tidak tersedia di TPS
8. Ada pendamping pemilih penyandang disabilitas yang tidak
menandatangani surat pernyataan pendamping (C.Pendamping-
KPU)
9. Terjadi mobilisasi dan/atau mengarahkan pilihan pemilih (oleh tim
sukses, peserta pemilu dan/atau penyelenggara pemilu) untuk
menggunakan hak pilihnya di TPS
10. Terjadi intimidasi kepada pemilih dan/atau penyelenggara pemilu
di TPS
11. Terdapat pemilih khusus yang menggunakan hak pilihnya tidak
sesuai dengan domisili kelurahan dalam KTP-El
12. Pemilih menggunakan hak pilihnya lebih dari satu kali
13. Terdapat saksi yang tidak dapat menunjukkan surat mandat tertulis
dari tim kampanye atau peserta pemilu
BAGIAN TIGA
PENGAWASAN JELANG & PENUTUPAN PEMUNGUTAN SUARA
Tepat pukul 12.00 waktu setempat, Ketua KPPS mengumumkan bahwa pemilih DPK diberi
kesempatan untuk memberikan suara di TPS sepanjang surat suara masih ada dengan terlebih
dahulu memberikan kesempatan kepada pemilih DPT dan DPTb yang telah hadir. Apabila surat
suara telah habis KPPS mengarahkan pemilih DPK ke TPS terdekat yang masih dalam 1 (satu)
wilayah desa/kelurahan.
Apabila ditemukan surat suara yang masuk dalam kotak suara lain, KPPS menunjukkan surat
suara tersebut kepada Saksi, Pengawas TPS, Pemantau, Pemilih/Masyarakat yang hadir
dengan ketentuan:
1. Apabila surat suara yang ditemukan belum dihitung, maka KPPS memasukkan surat
suara tersebut ke dalam kotak suara sesuai dengan jenis pemilunya.
2. Apabila surat suara sudah dihitung, maka KPPS memeriksa pemberian tanda coblos
dan mencatat ke dalam formulir C.Hasil dalam ukuran Plano sesuai jenis pemilunya
serta melakukan pembetulan sesuai dengan ketentuan.
Untuk menjamin keterbukaan dan kecepatan informasi publik hasil TPS, KPU menggunakan
sistem Sirekap sebagai alat bantu. Untuk menjaga kemurnian hasil TPS, Bawaslu
menggunakan Siwaslu.
Apabila proses penghitungan suara tidak dapat diselesaikan pada hari yang sama, KPPS
melanjutkan tanpa jeda paling lama 12 jam sejak berakhirnya hari pemungutan suara
LANGKAH-LANGKAH PENGAWASAN
1. Pengawas TPS mengawasi adanya potensi kekurangan surat suara pada pemungutan
suara menjelang akhir waktu pemungutan suara.
2. Pengawas TPS mengawasi dugaan pelanggaran dengan mencoblos surat suara sisa.
3. Pengawas TPS mengawasi penutupan pemungutan suara dilakukan dengan memastikan
tidak ditutup sebelum pukul 13.00 waktu setempat.
4. Pengawas TPS mengawasi saksi yang tidak bersedia menandatangani formulir C.Hasil-
KPU.
5. Pengawas TPS mengawasi penyampaian salinan C.Hasil-KPU yang diberikan kepada
Pengawas TPS dan Saksi.
6. Pengawas TPS memberikan saran perbaikan terhadap prosedur pemungutan suara
yang melanggar ketentuan perundang-undangan atau menerima laporan dari pihak lain
terkait dugaan pelanggaran dan melakukan tindak lanjut.
7. Apabila terdapat dugaan pelanggaran dalam persiapan pemungutan suara maka
Pengawas TPS menuangkannya dalam Formulir A.
8. Pengawas TPS mengirimkan informasi hasil pengawasan melalui Siwaslu dengan
mengisi FORM A.4 tentang Pengawasan Penghitungan Suara dan Ketidaksesuaian.
9. Pelaporan melalui Siwaslu dilaksanakan pada tanggal 14 Februari pukul 10.00 s/d
selesai proses penghitungan.
No PERNYATAAN
(Jawablah pernyataan YA atau TIDAK sesuai dengan hasil pengawasan) YA TIDAK
1. Penghitungan suara dimulai sebelum waktu pemungutan suara selesai
(sebelum pukul 13.00 waktu setempat)
2. Saksi, Pengawas TPS dan warga masyarakat tidak dapat menyaksikan
proses penghitungan suara secara jelas
3. Pengawas TPS tidak diberikan salinan model C.Hasil-KPU sesuai masing-
masing jenis pemilu
4. Terjadi intimidasi terhadap penyelenggara pemilu
5. Terdapat ketidaksesuaian jumlah hasil penghitungan surat suara yang
sah dan surat suara yang tidak sah dengan jumlah pemilih yang
menggunakan hak pilih
6. Hasil Sirekap tidak dapat diakses oleh pengawas pemilu, saksi dan/atau
masyarakat
A.5 Rekap Hasil Penghitungan Suara Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden
(Pelaporan dimulai tanggal 14 Februari pukul 13.00 s/d 16 Februari pukul 10.00)
No Pernyataan
7 Foto seluruh C.Hasil DPR RI Plano dan upload foto/file)
No Pernyataan
7 Foto seluruh C.Hasil DPD RI Plano dan upload foto/file)
No Pernyataan
7 Foto seluruh C.Hasil DPRD Kabupaten/Koya Plano dan upload foto/file)
FORMULIR MODEL.A
LAPORAN HASIL PENGAWASAN PEMILU
Nomor:……/LHP/PM.01.00/…./202..
…….,……….., 202…
………………………….
3. PEMBAGIAN DAN ALUR TUGAS KELOMPOK PEMUNGUTAN DAN PENGHITUNGAN SUARA
(KPPS)
2. KPPS Keempat
a) Meminta pemilih menunjukkan jari dan menerima formulir pemberitahuan
memilih atau formulir pindah memilih dan KTP-El atau Surat Keterangan dari Capil
serta info nomor urut pada DPT/DPTb.
b) Memeriksa kesesuaian data dari formulir pemberitahuan memilih atau formulir
pindah memilih dan KTP-el atau surat keterangan perekaman dari Capil dengan
salinan DPT/DPTb.
c) Apabila cocok dengan salinan DPT/DPTb maka langsung diberi lingkaran pada
nomor urut yang bersangkutan pada salinan DPT/DPTb.
d) Apabila tidak cocok dengan salinan DPT/DPTb maka langsung dibuat
perubahan/koreksi pada salinan DPT/DPTb untuk data yang bersangkutan.
e) Selesai point c dan/atau point d diatas pemilih langsung diarahkan ke KPPS kelima
f) Jika pemilih membawa KTP-el atau surat keterangan dari Capil dan ternyata belum
terdaftar di DPT dan/atau DPTb maka langsung dilakukan pengecekan pada laman
“cekdptonline.kpu.go.id”. Jika tidak terdaftar pada TPS dan KTP-elnya daerah
setempat maka akan atau langsung dilayani mulai pukul 12 sampai pukul 1 siang.
Jika terdaftar di TPS yang lain maka langsung diarahkan untuk pergi ke TPS terdaftar.
g) Dalam keadaan tertentu tidak bisa dilakukan pengecekan di laman
“cekdptonline.kpu.go.id” maka segera koordinasi dengan operator KPU
Kabupaten/Kota (dapat dilakukan secara langsung atau melalui PPS dan/atau PPK)
h) Jika tidak terdaftar pada TPS dan KTP-elnya daerah setempat maka pemilih
langsung diarahkan ke KPPS Kelima.
3. KPPS Kelima
a) Menerima formulir pemberitahuan memilih atau formulir pindah memilih dan KTP-
el atau surat keterangan dari Capil serta info nomor urut pada DPT/DPTb dengan
mencocokkan pada formulir daftar hadir pemilih dalam DPT atau DPTb.
b) Meminta pemilih untuk menandatangani formulir daftar hadir pemilih atau daftar
hadir pemilih tambahan pada kolom tanda tangan sesuai namanya.
c) Mengembalikan formulir pemberitahuan memilih atau formulir surat pindah
memilih (setelah dituliskan nomor urut sesuai daftar hadir DPT/DPTb) dan KTP-el
atau surat keterangan dari Capil dan mempersilakan pemilih untuk duduk di tempat
antrian yang sudah disediakan.
d) Jika pemilih membawa KTP-el atau surat keterangan perekaman dari Capil dan
ternyata belum terdaftar pada DPT/DPTb (setelah pengecekan di laman KPU dan
koordinasi dengan operator di KPU Kab/Kota) maka pada formulir daftar hadir
pemilih khusus dituliskan secara lengkap dan jelas semua data sesuai KTP-el atau
surat keterangan perekaman dari Capil. Dan seizin pemilih KTP-el difoto serta
langsung mengirim ke PPS dengan keterangan yang jelas.
e) Meminta pemilih untuk menandatangani pada formulir daftar hadir pemilih khusus
dan menginfokan kepada pemilih nomor urut dalam daftar hadir tersebut
kemudian mempersilakan pemilih duduk di tempat yang disediakan.
4. KPPS Kedua
a) Memanggil pemilih dari tempat duduk sesuai antrian dan menerima formulir
pemberitahuan memilih atau formulir pindah memilih dan KTP-el atau surat
keterangan perekaman dari Capil serta info nomor urut pada DPT/DPTb/DPK untuk
dijadikan dasar pemberian surat suara sesuai dengan jenis Pemilu.
b) Memberikan surat suara kepada pemilih setelah ditandatangani oleh Ketua KPPS.
c) Meminta pemilih untuk memeriksa kelayakan surat suara untuk dicoblos. Jika surat
suara tidak layak langsung diganti.
d) Menghimbau pemilih agar dalam melakukan pencoblosan jangan sampai salah
coblos atau jangan sampai rusak surat suaranya, mengingat ketersediaan surat
suara sangat terbatas.
e) Mempersilakan pemilih menuju bilik suara dengan membawa surat suara beserta
KTP-el dan/atau surat keterangan perekaman dari Capil.
f) Formulir pemberitahuan memilih dan formulir surat pindah memilih dari pemilih
diberikan kepada KPPS Ketiga.
7. KPPS Keenam
a) Mempersilakan pemilih dari tempat duduk antrian menuju ke KPPS Kedua.
b) Mempersilakan pemilih menuju ke bilik suara setelah mendapatkan surat suara.
c) Mempersilakan pemilih memasukkan surat suara yang sudah dicoblos ke dalam
kotak suara sesuai jenis Pemilu.
d) Mempersilakan pemilih menuju KPPS ketujuh.
e) Mendampingi pemilih jika diminta oleh pemilih dengan mengisi formulir
pendamping pemilih.
8. KPPS Ketujuh
a) Meminta kepada pemilih agar salah satu jari harus diberikan tanda tinta bila sudah
selesai lakukan pencoblosan.
b) Mempersilakan pemilih keluar dari TPS lewat pintu keluar.
PENENTUAN SUARA SAH PEMILU DPR, DPRD PROVINSI DAN DPRD KABUPATEN/KOTA
1. Suara dinyatakan sah apabila ditandatangani oleh KPPS dan tanda coblos pada nomor
urut atau tanda gambar partai politik dan/atau nama calon anggota DPR, DPRD Provinsi
dan DPRD Kabupaten/Kota berada pada kolom yang disediakan.
2. Tanda coblos yang dinyatakan sah adalah:
a. tanda coblos pada kolom yang memuat nomor urut Partai Politik, tanda gambar
Partai Politik, atau nama Partai Politik, dinyatakan sah untuk Partai Politik;
b. tanda coblos pada kolom yang memuat nomor urut calon, atau nama calon,
dinyatakan sah untuk nama calon yang bersangkutan dari Partai Politik yang
mencalonkan;
c. tanda coblos pada kolom yang memuat nomor urut Partai Politik, tanda gambar
Partai Politik, atau nama Partai Politik, serta tanda coblos pada kolom yang
memuat nomor urut calon, atau nama calon dari Partai Politik yang
bersangkutan, dinyatakan sah untuk nama calon yang bersangkutan dari Partai
Politik yang mencalonkan;
d. tanda coblos pada kolom yang memuat nomor urut Partai Politik, tanda gambar
Partai Politik, atau nama Partai Politik, serta tanda coblos lebih dari 1 (satu) kali
pada kolom yang memuat nomor urut calon, atau nama calon dari Partai Politik
yang sama, dinyatakan sah untuk Partai Politik;
e. tanda coblos lebih dari 1 (satu) kali pada kolom yang memuat nomor urut calon,
atau nama calon dari Partai Politik yang sama, dinyatakan sah untuk Partai
Politik;
f. tanda coblos lebih dari 1 (satu) kali pada kolom yang memuat nomor urut Partai
Politik, tanda gambar Partai Politik, atau nama Partai Politik, tanpa mencoblos
salah satu calon pada kolom yang memuat nomor urut calon, atau nama calon
dari Partai Politik yang sama, dinyatakan sah untuk Partai Politik;
g. tanda coblos pada kolom di bawah nomor urut calon, atau nama calon terakhir
yang masih di dalam satu kotak partai politik, dinyatakan sah untuk Partai Politik;
h. tanda coblos tepat pada garis kolom yang memuat nomor urut Partai Politik,
tanda gambar Partai Politik, atau nama Partai Politik tanpa mencoblos salah satu
calon pada kolom yang memuat nomor urut calon, atau nama calon dari Partai
Politik yang sama, dinyatakan sah untuk Partai Politik;
i. tanda coblos tepat pada garis kolom yang memuat 1 (satu) nomor urut calon,
atau nama calon, dinyatakan sah untuk nama calon yangbersangkutan;
j. tanda coblos tepat pada garis yang memisahkan antara nomor urut calon, atau
nama calon dengan nomor urut calon, atau nama calon lain dari Partai Politik
yang sama, sehingga tidak dapat dipastikan tanda coblos tersebut mengarah
pada 1 (satu) nomor urut dan nama calon, dinyatakan sah untuk Partai Politik;
k. tanda coblos pada 1 (satu) kolom yang memuat nomor urut calon, nama calon
atau tanpa nama calon disebabkan calon tersebut meninggal dunia atau tidak
lagi memenuhi syarat sebagai calon, dinyatakan sah untuk Partai Politik;
l. tanda coblos pada 1 (satu) kolom yang memuat nomor urut Partai Politik, tanda
gambar Partai Politik, atau nama Partai Politik, serta tanda coblos pada 1 (satu)
kolom yang memuat nomor urut calon, nama calon atau tanpa nama calon
disebabkan calon tersebut meninggal dunia atau tidak lagi memenuhi syarat
sebagai calon, dinyatakan sah untuk Partai Politik;
m. tanda coblos pada 1 (satu) kolom yang memuat nomor urut calon, atau nama
calon, atau tanpa nama calon yang disebabkan calon tersebut meninggal dunia
atau tidak lagi memenuhi syarat serta tanda coblos pada 1 (satu) kolom yang
memuat nomor urut calon, atau nama calon dari Partai Politik yang sama,
dinyatakan sah untuk calon yang masih memenuhi syarat;
n. tanda coblos lebih dari 1 (satu) kali pada kolom yang memuat nomor urut calon,
atau nama calon, dinyatakan sah untuk calon yang bersangkutan;
o. tanda coblos pada 1 (satu) kolom yang memuat nomor urut calon, atau nama
calon serta tanda coblos pada kolom di bawah nomor urut calon, atau nama
calon terakhir yang masih di dalam satu kotak partai politik, dinyatakan sah
untuk 1 (satu) calon yang memenuhi syarat; atau
p. tanda coblos pada kolom yang memuat nomor urut Partai Politik, nama Partai
Politik, atau gambar Partai Politik yang tidak mempunyai daftar calon,
dinyatakan sah untuk Partai Politik.
3. Tanda coblos untuk yang dibatalkan sebagai peserta Pemilu karena tidak menyampaikan
laporan awal dana kampanye sampai dengan tenggat waktu yang ditentukan, tanda
coblos pada surat suara dinyatakan tidak sah.
4. Tanda coblos bagi partai politik yang tidak mengajukan calon di seluruh Dapil DPR, DPRD
Provinsi atau DPRD Kabupaten/Kota, tetapi dibatalkan sebagai peserta Pemilu karena
tidak menyampaikan Laporan Awal Dana Kampanye sampai dengan tenggat waktu yang
ditentukan, tanda coblos pada surat suara dinyatakan tidak sah.
5. Tanda coblos bagi Partai Politik yang tidak memiliki pengurus dan tidak mengajukan
calon, tetapi dibatalkan sebagai peserta Pemilu karena tidak menyampaikan Laporan
Awal Dana Kampanye sampai dengan tenggat waktu yang ditentukan, tanda coblos
pada surat suara dinyatakan tidak sah.
6. Dalam hal ketua KPPS menemukan Surat Suara DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD
Kabupaten/Kota yang dicoblos pada nomor urut calon anggota DPR, DPRD Provinsi, dan
DPRD Kabupaten/Kota, tetapi nama calon tersebut tidak dicantumkan dalam surat
suara, suara pada surat suara tersebut dinyatakan sah untuk Partai Politik.
7. Dalam hal ketua KPPS menemukan Surat Suara DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD
Kabupaten/Kota yang dicoblos pada nomor urut dan/atau nama calon anggota DPR,
DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota, tetapi nama calon tersebut telah meninggal
dunia atau tidak lagi memenuhi syarat sebagai calon dan telah diumumkan oleh KPPS,
suara pada surat suara tersebut, dinyatakan sah untuk Partai Politik.
8. Dalam hal ketua KPPS menemukan Surat Suara DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD
Kabupaten/Kota yang dicoblos pada Partai Politik yang tidak mempunyai calon anggota
DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota, suara pada surat suara tersebut
dinyatakan sah untuk Partai Politik.