Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tiga faktor utama indeks kualitas hidup yaitu pendidikan, kesehatan dan
ekonomi. Faktor-faktor tersebut erat kaitannya dengan status gizi masyarakat yang
dapat digambarkan terutama pada status gizi anak balita dan wanita hamil (Harahap,
2007). Empat masalah gizi utama di Indonesia yaitu Kekurangan Energi Protein
(KEP), Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), Kekurangan Vitamin A
(KVA), dan Anemia Gizi Besi (AGB). Di Indonesia banyak terjadi kasus KEK
(Kekurangan Energi Kronis) terutama yang kemungkinan disebabkan karena adanya
ketidakseimbangan asupan gizi (energi dan protein), sehingga zat gizi yang
dibutuhkan tubuh tidak tercukupi. Hal tersebut mengakibatkan pertumbuhan tubuh
baik fisik ataupun mental tidak sempurna seperti yang seharusnya. Banyak anak yang
bertubuh sangat kurus akibat kekurangan gizi atau sering disebut gizi buruk. Jika
sudah terlalu lama maka akan terjadi Kurang Energi Kronik (KEK) ini.
Ibu hamil dan remaja putri adalah golongan yang rawan terkena Kurang
Energi Kronik (KEK). Hal ini diakibatkan karena pada remaja sering terjadi masalah
anemia, defisiensi besi dan kelebihan atau kekurangan berat badan. Kajian Survei
Sosial dan Ekonomi Nasional (SUSENAS) menunjukkan proporsi WUS dengan
risiko KEK masih tinggi yaitu 24,2% pada wanita hamil dan 20,8% pada wanita tidak
hamil. Proporsi tertinggi di Provinsi Nusa Tenggara Timur yaitu sebesar 45,5% pada
wanita hamil dan 46,5% pada wanita tidak hamil. Proporsi terendah di Provinsi Bali
yaitu sebesar 10,1% pada wanita hamil dan 14% pada wanita tidak hamil (Depkes,
2013). Untuk mengatasi hal ini pemerintah mempunyai program makanan tambahan
sehingga perempuan dan anak-anak yang terdeteksi memiliki berat badan kurang akan
diberi makanan tambahan dan saran ketika mereka datang ke puskesmas untuk
memantau pertumbuhan.
Ibu hamil yang menderita KEK mempunyai risiko kematian ibu mendadak
pada masa perinatal atau risiko melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR).
Pada keadaan ini banyak ibu yang meninggal karena perdarahan, sehingga akan
meningkatkan angka kematian ibu dan anak (Chinue, 2009).
Terdapat 4 Kelurahan di Kecamatan Kedungkandang, yaitu Kelurahan
Kotalama, Kedungkandang, Buring, dan Wonokoyo. Berdasarkan hasil rekapitulasi

1
data kohort ibu hamil kekurangan energi kronis dan berat bayi lahir rendah tahun
2016 Puskesmas Kedungkandang didapatkan hasil bahwa angka kejadian KEK di
wilayah tersebut sebesar 19 orang dengan didapatkan jumlah Ibu hamil KEK
terbanyak dikelurahan Kotalama dan posisi kedua di tempati oleh kelurahan Buring
sebanyak 5 Orang.
Penting untuk mengetahui masalah KEK ini agar kita dapat mencegah dan
membantu program pemerintah. Berangkat dari tingginya prevalensi kekurangan
energi kronik pada ibu hamil dan kaitan antara asupan protein dengan KEK, maka
pada mini project ini akan membahas masalah KEK.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana tingkat pengetahuan kader kesehatan di Kelurahan Kotalama
Kecamatan Kedungkandang mengenai Kekurangan Energi Kronis (KEK)?
1.2.2 Bagaimana sikap kader kesehatan di Kelurahan Kotalama di Kecamatan
Kedungkandang mengenai Kekurangan Energi Kronis (KEK)?

1.3 Tujuan Kegiatan


1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dalam kegiatan ini adalah untuk menurunkan angka
penduduk yang mengalami KEK di Kecamatan Kedungkandang
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui tingkat pengetahuan kader kesehatan di Kelurahan
Kotalama Kecamatan Kedungkandang mengenai Kekurangan Energi
Kronis (KEK)
2. Mengetahui sikap kader kesehatan di Kelurahan Kotalama Kecamatan
Kedungkandang mengenai Kekurangan Energi Kronis (KEK)

1.4 Manfaat Kegiatan


Manfaat yang diharapkan dari program ini adalah sebagai berikut:
1. Sebagai bahan informasi dan masukan bagi Dinas Kesehatan Kota Malang
untuk mengkaji sekaligus mencari solusi terbaik dalam mengatasi tingginya
angka KEK

2
2. Sebagai bahan masukan bagi puskesmas dalam upaya mengatasi masalah
tingginya KEK di Kecamatan Kedungkandang
3. Dapat memberikan informasi yang benar sekaligus menambah wawasan dan
referensi atau kajian kepada masyarakat tentang upaya-upaya untuk
menekan tingginya KEK di wilayah Kedungkandang Malang.
4. Dapat dijadikan data untuk mendukung program tentang KEK oleh petugas
kesehatan lainnya dan sekaligus dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan
bagi program selanjutnya

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kekurangan Energi Kronis (KEK)


Depkes RI (2002) menyatakan bahwa kurang energi kronis merupakan
keadaan ibu menderita kekurangan gizi yang berlangsung pada wanita usia subur
(WUS) dan pada ibu hamil. Gizi kurang kronik disebabkan karena tidak
mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang cukup atau makanan yang baik dalam
periode/kurun waktu yang lama untuk mendapatkan kalori dan protein dalam jumlah
yang cukup, atau disebabkan menderita muntaber atau penyakit kronis lainnya.
KEK merupakan salah satu keadaan malnutrisi. Malnutrisi adalah keadaan
patologis akibat kekurangan atau kelebihan secara relatife atau absolut satu atau lebih
zat gizi (Supariasa, 2002).
Ibu KEK adalah ibu yang ukuran LILAnya < 23,5 cm dan dengan salah satu
atau beberapa kriteria sebagai berikut : (a) Berat badan ibu sebelum hamil < 42 kg. (b)
Tinggi badan ibu < 145 cm. (c) Berat badan ibu pada kehamilan trimester III < 45 kg.
(d) Indeks masa tubuh (IMT) sebelum hamil < 17,00 (e) Ibu menderita anemia (Hb <
11 gr %) (Weni, 2010)

2.2 Etiologi
Proses terjadinya KEK merupakan akibat dari faktor lingkungan dan faktor
manusia. Faktor-faktor ini didukung oleh kekurangan asupan zat-zat gizi. Beberapa
hal yang dapat menyebabkan tubuh kekurangan zat gizi antara lain: jumlah zat gizi
yang dikonsumsi kurang, mutunya rendah atau keduanya. Zat gizi yang dikonsumsi
juga mungkin gagal untuk diserap dan digunakan untuk tubuh. Apabila keadaan ini
berlangsung lama maka simpan zat gizi akan habis dan akhirnya terjadi kemerosotan
jaringan. (Helena, 2013)

2.3 Faktor yang Mempengaruhi Kekurangan Energi Protein


Faktor-faktor yang mempengaruhi Kekurangan Energi Kronik (KEK) menurut
Surasih (2005) antara lain :
a. Jumlah asupan makanan

4
Kebutuhan makanan atau nutrisi bagi ibu hamil lebih banyak dari pada
kebutuhan wanita yang tidak hamil. Kebutuhan nutrisi meningkat selama
kehamilan untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan janin,
bersama-sama dengan perubahan-perubahan yang berhubungan pada
struktur dan metabolisme yang terjadi pada ibu. Metabolisme maternal
diatur melalui aktivitas dari hormon sebagai mediator, mengalihkan nutrisi
khusus kejaringan reproduksi (plasenta dan kelenjar payudara), kemudian
mentransfer nutrisi ke janin yang sedang berkembang (As’Ad, 2002).
Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian
terbesar tubuh sesudah air. Beberapa enzim, hormon, pengangkut zat-zat
gizi dan darah, matriks intraseluler adalah protein. Protein mempunyai
fungsi khas yang tidak dapat digantikan oleh zat lain yaitu membangun
serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh. (Almatsier, 2003). Sebagian
besar protein dianjurkan berasal dari sumber hewani, misalnya daging
susu, telur, keju, produk ayam dan ikan, karena makanan-makanan ini
mengandung kombinasi asam amino yang optimal. Susu dan produk susu
telah lama dianggap sebagai sumber nutrisi, terutama protein dan kalsium
yang ideal bagi wanita hamil (Cunningham, 2005).
b. Usia ibu hamil
Semakin muda dan semakin tua umur seseorang ibu yang sedang hamil
akan berpengaruh terhadap kebutuhan gizi yang diperlukan. Umur muda
perlu tambahan gizi yang banyak karena selain digunakan pertumbuhan
dan perkembangan dirinya sendiri, juga harus berbagi dengan janin yang
sedang dikandung. Sedangkan untuk umur tua perlu energi yang besar juga
karena fungsi organ yang melemah dan diharuskan untuk bekerja
maksimal, maka memerlukan tambahan energi yang cukup guna
mendukung kehamilan yang sedang berlangsung. Sehingga usia yang
paling baik adalah lebih dari 20 tahun dan kurang dari 35 tahun, dengan
diharapkan gizi ibu hamil akan lebih baik.
c. Beban kerja atau aktivitas
Aktifitas dan gerakan seseorang berbeda-beda, seorang dengan gerak yang
otomatis memerlukan energi yang lebih besar dari pada mereka yang
hanya duduk diam saja. Setiap aktifitas memerlukan energi, maka apabila
semakin banyak aktifitas yang dilakukan, energi yang dibutuhkan juga

5
semakin banyak. Namun pada seorang ibu hamil kebutuhan zat gizi
berbeda karena zat-zat gizi yang dikonsumsi selain untuk aktifitas/ kerja
zat-zat gizi juga digunakan untuk perkembangan janin yang ada
dikandungan ibu hamil tersebut. Kebutuhan energi rata-rata pada saat
hamil dapat ditentukan sebesar 203 sampai 263 kkal/hari, yang
mengasumsikan pertambahan berat badan 10-12 kg dan tidak ada
perubahan tingkat kegiatan.
d. Penyakit infeksi
Malnutrisi dapat mempermudah tubuh terkena penyakit infeksi dan juga
infeksi akan mempermudah status gizi dan mempercepat malnutrisi,
mekanismenya yaitu :
a) Penurunan asupan gizi akibat kurang nafsu makan, menurunnya
absorbsi dan kebiasaan mengurangi makanan pada waktu sakit.
b) Peningkatan kehilangan cairan atau zat gizi akibat diare, mual, muntah
dan perdarahan yang terus menerus.
c) Meningkatnya kebutuhan, baik dari peningkatan kebutuhan akibat sakit
atau parasit yang terdapat pada tubuh.
e. Pengetahuan ibu tentang gizi
Pemilihan makanan dan kebiasaan diet dipengaruhi oleh pengetahuan,
sikap terhadap makanan dan praktek/ perilaku pengetahuan tentang nutrisi
melandasi pemilihan makanan. Pendidikan formal dari ibu rumah tangga
sering kali mempunyai asosiasi yang positif dengan pengembangan pola-
pola konsumsi makanan dalam keluarga. Beberapa studi menunjukkan
bahwa jika tingkat pendidikan dari ibu meningkat maka pengetahuan
nutrisi dan praktek nutrisi bartambah baik. Usaha-usaha untuk memilih
makanan yang bernilai nutrisi semakin meningkat, ibu-ibu rumah tangga
yang mempunyai pengetahuan nutrisi akan memilih makanan yang lebih
bergizi dari pada yang kurang bergizi.
f. Pendapatan keluarga
Pendapatan merupakan faktor yang menentukan kualitas dan kuantitas
makanan. Pada rumah tangga berpendapatan rendah, sebanyak 60 persen
hingga 80 persen dari pendapatan riilnya dibelanjakan untuk membeli
makanan. Artinya pendapatan tersebut 70-80 persen energi dipenuhi oleh

6
karbohidrat (beras dan penggantinya) dan hanya 20 persen dipenuhi oleh
sumber energy lainnya seperti lemak dan protein.
g. Pemeriksaan kehamilan
Dalam memantau status gizi ibu hamil, seorang ibu harus melakukan
kunjungan ketenaga kesehatan. Ibu hamil harus melakukan pemeriksaan
kehamilan kepada tenaga kesehatan. Hal ini dilakukan untuk memantau
status gizi ibu hamil tersebut, Karena pemeriksaan kenaikan berat badan
perlu dilakukan dengan teliti. Ibu hamil yang terlalu gemuk akan
mengalami kesulitan saat melahirkan, begitu juga dengan ibu hamil yang
terlalu kurus dapat membahayakan keselamatan dirinya dan janin yang
dikandungannya. (Sjahmien Moehji, 2003)

2.4 Gizi pada Ibu Hamil


2.4.1 Pengertian gizi
Gizi adalah suatu proses penggunaan makanan yang dikonsumsi
secara normal oleh suatu organisme melalui proses digesti, absorbsi,
transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang
tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan
fungsi normal dari organ-organ serta menghasilkan energi (Kristianasari,
2010)
Gizi ibu hamil adalah makanan atau zat-zat gizi (baik makro
maupun mikro) yang dibutuhkan oleh seorang ibu hamil baik pada
trimester I, trimester II dan trimester III. Gizi ibu hamil harus cukup
jumlah, mutu yang dapat dipenuhi dari kebutuhan makan sehari-hari.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan selama kehamilan yaitu
diantaranya kebutuhan selama hamil yang berbeda-beda untuk setiap
individu dan juga dipengaruhi oleh riwayat kesehatan dan status gizi
sebelumnya. Kekurangan asupan pada salah satu zat akan mengakibatkan
kebutuhan terhadap sesuatu nutrisi terganggu dan kebutuhan nutrisi tidak
konstan selama kehamilan.
a. Energi
Kebutuhan energi untuk kehamilan yang normal perlu tambahan
kira-kira 27.000 - 80.000 Kkal selama masa kurang lebih 280 hari, hal

7
ini berarti perlu tambahan ekstra sebanyak kurang lebih 300 kalori
setiap hari selama hamil. Sumber energi yang lain antara lain bias
didapat melalui : nasi, roti, ubi, mie, jagung, kentang, tepung
(Kristianasari, 2010).
b. Protein
Protein digunakan untuk proses pertumbuhan dan
perkembangan janin, protein memiliki peranan penting selama
kehamilan. Total protein fetal yang diperlukan selama masa gestasi
berkisar antara 350-450 g, dari 6 gram tiap hari sampai trimester kedua.
Pada saat memasuki trimester akhir, pertumbuhan janin sangat cepat
sehingga membutuhkan protein dalam jumlah yang besar 10 gram
perhari atau diperkirakan 2g/kg/hari.
Menurut kristiyanasari, (2010) menyatakan bahwa tambahan
protein untuk ibu hamil adalah 0,75 gram/kg berat badan, secara
keseluruhan jumlah protein yang dibutuhkan oleh ibu hamil yaitu
kurang lebih 60-76 gram setiap hari atau sekitar 925 gram dari total
protein yang dibutuhkan selama kehamilan. Sumber protein yang lain
dapat diperoleh dari : daging, ikan, telur, ayam, kacang-kacangan, tahu
dan tempe.
c. Zat besi
Kebutuhan Fe atau Zat Besi, jumlah Fe pada bayi baru lahir kira-
kira 300 mg dan jumlah yang diperlukan ibu untuk mencegah anemia
akibat meningkatnya volume darah adalah 500 mg (Manuaba, 2001).
Selama kehamilan seorang ibu hamil menyimpan zat besi kurang lebih
1.000 mg termasuk untuk keperluan janin, plasenta dan hemoglobin ibu
sendiri. Seorang ibu hamil perlu tambahan zat gizi rata-rata 20 mg perhari.
Sedangkan kebutuhan sebelum hamil atau pada kondisi normal rata-rata 26
mg per hari (umur 20 – 45 tahun). Zat besi dapat diperoleh dari : daging,
hati, sayuran hijau, bayam, kangkung, daun pepaya dan daun katuk. Tablet
zat besi sebaiknya tidak diminum bersama teh atau kopi karena
mengandung tannin atau pitat yang menghambat penyerapan zat besi.
b. Asam Folat.
Minimal pemberian suplemen asam folat dimulai dari 2 bulan
sebelum konsepsi dan berlanjut hingga 3 bulan pertama kehamilan. Dosis

8
pemberian asam folat untuk preventif adalah 500 mikrogram atau 0,5-0,8
mg, sedangkan untuk kelompok dengan faktor resiko adalah 4 mg/hr.
Sumber asam folat ada di dalam serealia, kacang-kacangan, sayuran hijau,
jamur, kuning telur, jeruk, pisang, dll.
c. Kalsium
Kalsium diperlukan untuk pertumbuhan tulang dan gigi janin, serta
melindungi ibu hamil dari osteoporosis. Jika kebutuhan kalsium ibu hamil
tidak tercukupi, maka kekurangan kalsium akan diambil dari tulang ibu.
Sumber kalsium yang lain adalah sayuran hijau dan kacang-kacangan,
janin mengumpulkan kalsium dari ibunya sekitar 25-30 mg/hari atau
kebutuhan kalsium ibu hamil 500-1000mg/hari.
2.4.2 Manfaat Gizi
Manfaat gizi dalam kehidupan antara lain :
Fungsi pokok makanan bagi kehidupan manusia (Waryono, 2009) adalah
untuk:
a. Sumber energi atau tenaga
b. Sumber zat pembangun
c. Sumber zat pengatur
2.4.3 Manfaat bagi ibu hamil dan janin
Apa yang dimakan atau tidak dimakan ibu hamil akan berpengaruh
pada pertumbuhan dan perkembangan alat-alat tubuh bayi. Makanan yang
terlalu sedikit atau makanan yang salah dapat menghambat pertumbuhan dan
perkembangan janin dalam rahim.
Kebiasaan makanan pada ibu hamil dapat mempengaruhi jalannya
kehamilan (berupa komplikasi seperti anemia), ketidaknyamanan (rasa letih,
mual dipagi hari), masa persiapan kelahiran dan persalinan (pada umumnya
ibu yang dietnya baik, jarang mengalami kesulitan/persalinan yang terlalu
dini), emosinya (diet yang baik dapat memperlunak perubahan suasana hati)
dan pemulihan pasca lahir (tubuh yang bergizi baik akan lebih cepat pulih).
Asupan makanan yang dikonsumsi oleh ibu hamil berguna untuk :
 Pertumbuhan dan perkembangan janin.
 Mengganti sel-sel tubuh yang rusak atau mati.
 Sumber tenaga.

9
 Mengatur suhu tubuh.
 Cadangan makanan
Untuk memperoleh kesehatan yang optimal diperlukan makan bukan
sekedar makanan, tetapi makanan yang mengandung gizi atau zat-zat gizi.
Zat-zat makanan yang diperlukan untuk menjaga dan meningkatkan
kesehatan ini dikelompokkan menjadi 5 macam, yakni protein, lemak,
karbohidrat, vitamin dan mineral (Waryono, 2010).
2.4.4 Pengaruh kurangnya gizi
Bila ibu mengalami kekurangan gizi selama hamil akan menimbulkan
masalah, baik pada ibu maupun janin seperti diuraikan sebagai berikut ini :
 Terhadap Ibu
Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan resiko
dan komplikasi pada ibu antara lain : anemia, KEK,
perdarahan, berat badan ibu tidak bertambah secara normal dan
terkena penyakit infeksi
 Terhadap Persalinan
Pengaruh gizi kurang terhadap proses persalinan dapat
mengakibatkan persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum
waktunya (premature), perdarahan setelah persalinan, serta
persalinan dengan operasi semakin meningkat.
 Terhadap Janin
Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi
proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran,
abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan,
anemia pada bayi, asfiksia intra partum (mati dalam
kandungan), lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR)
(Waryono, 2010).

2.5 Penilaian Status Gizi Ibu Hamil


a. Pengertian dan Pengukuran LILA
1) Pengertian
LILA adalah suatu cara untuk mengetahui resiko KEK paada wanita
usia subur termasuk remaja putri. Pengukuran LILA tidak dapat digunakan

10
untuk memantau perubahan status gizi dalam jangka pendek (Supriasa,
2002).
Kategori KEK adalah apabila LILA kurang dari 23,5 cm atau di bagian
merah pita LILA (Supariasa, 2002). Menurut Depkes RI (1994) didalam
buku Supariasa (2002, p.48) pengukuran LILA pada kelompok wanita usia
subur (WUS) adalah salah satu deteksi dini yang mudah dan dapat
dilaksanakan masyarakat awam, untuk mengetahui kelompok beresiko
KEK. Wanita usia subur adalah wanita usia 15-45 tahun.
b) Tujuan
Tujuan pengukuran LILA dilakuka pada ibu hamil maupun calon ibu
dan masyarakat umum. Tujuan pengukuran LILA adalah :
(1) Mengetahui resiko KEK WUS, baik ibu hamil maupun calon ibu,
untuk menapis wanita yang mempunyai resiko melahirkan bayi berat
lahir rendah.
(2) Meningkatkan perhatian dan kesadaran masyarakat agar lebih berperan
dalam pencegahan dan penanggulangan KEK
(3) Mengembangkan gagasan baru dikalangan masyarakat dengan tujuan
meningkatakan kesejahteraan ibu dan anak.
(4) Mengarahkan pelayanan kesehatan pada kelompok sasaran WUS yang
menderita KEK.
(5) Meningkatkan peran dalam upaya perbaikan gizi WUS yang menderita
KEK.
c) Ambang Batas
Ambang batas LILA pada WUS dengan resiko KEK di Indonesia
adalah 23,5cm. Apabila ukuran LILA kurang dari 23,5cm atau dibagian
merah pita LILA, artinya wanita tersebut mempunyai resiko KEK, dan
diperkirakan akan melahirkan berat bayi lahir rendah (BBLR). BBLR
mempunyai resiko kematian, kurang gizi, gangguan pertumbuhan dan
gangguan perkembangan anak (Supariasa, 2002).
d) Cara Mengukur LILA
Pengukuran LILA dilakukan melalui urutan–urutan yang telah
ditetapkan. Ada 7 urutan pengukuran LILA menurut Supariasa (2002)
yaitu:
1) Tetapkan posisi bahu dan siku.

11
2) Letakkan pita antara bahu dan siku.
3) Tentukan titik tengah lengan.
4) Lingkarkan pita LILA pada tengah lengan.
5) Pita jangan terlalu dekat
6) Pita jangan terlalu longgar
e) Cara pembacaan skala yang benar
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengukuran LILA adalah
pengukuran dilakukan dibagian tengah antara bahu dan siku lengan kiri
(kecuali orang kidal kita ukur lengan kanan). Lengan harus posisi bebas,
lengan baju dan otot lengan dalam keadaan tidak tegang atau kencang dan
alat ukur dalam keadaan baik.
b. Index massa tubuh (IMT)
Masalah kekurangan dan kelebihan gizi pada orang dewasa (usia 18
tahun keatas) merupakan masalah penting, karena selain mempunyai resiko
penyakit-penyakit tertentu, juga dapat mempengarui produktif kerja. Laporan
FAO /WHO/UNU tahun 1985 menyatakan bahwa batasan berat badan normal
orang dewasa ditentukan oleh Body Mass Index (BMI).
Body Mass Index di Indonesia lebih dikenal sebagai Indekx Masa
Tubuh (IMT). IMT merupakan alat yang sederhana untu memantau status gizi
orang dewasa khusunya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan
berat badan, maka mempertahankan berat badan normal memungkinkan
seseorang dapat mencapai usia harapan hidup lebih panjang. Berat badan
dilihat dari Quatelet atau body mass Index (IMT). Indeks massa tubuh (IMT)
merupakan rumus matematis yang berkaitan dengan lemak tubuh orang
dewasa
Ibu hamil dengan berat badan dibawah normal sering dihubungkan
dengan abnormalitas kehamilan yang mengakibatkan bayi berat badan lahir
rendah. Sedangkan berat badan overweight meningkatkan resiko atau terjadi
kesulitan dalam persalinan. (Arisman, 2009).
Penilaian Indeks Masa Tumbuh diperoleh dengan memperhitungkan
berat badan sebelum hamil dalam kilogram dibagi tinggi badan dalam meter
kuadrat (Yuni, 2009).

12
Rumus ini hanya cocok diterapkan pada mereka yang berusia antara
19-70 tahun, berstruktur tulang belakang normal, bukan atlet atau
binaragawan.

Tabel 2.1 Klasifikasi Indeks Masa Tubuh

c. Pengaruh KEK
Kurang energi kronik (KEK) pada saat kehamilan dapat berakibat pada
ibu maupun pada janin yang dikandungnya (Waryono, 2010). Akibat dari
KEK adalah sebagai berikut:
 Terhadap ibu : dapat menyebabkan resiko dan komplikasi antara lain : anemia,
perdarahan, berat badan tidak bertambah secara normal dan terkena penyakit
infeksi.
 Terhadap persalinan : pengaruhnya pada persalinan dapat mengakibatkan
persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum waktunya (premature),
perdarahan.
 Terhadap janin : menimbulkan keguguran/abortus, bayi lahir mati, kematian
neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, bayi dengan berat badan lahir
rendah (BBLR).

13
2.6 Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian KEK
a. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera manusia yaitu : penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai
enam tingkatan yaitu:
1). Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai kemampuan untuk mengingat suatu materi yang
telah dipelajari sebelumnya. Salah satu diantaranya adalah mengingat kembali
(recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima.
2). Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan
materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau
materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
3). Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya Aplikasi dapat
diartikan juga sebagai penggunaan atau aplikasi hukum-hukum, rumus
metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks dan situasi yang lain.
4). Analisis (analysis)
Analisis diartikan sebagai kemampuan untuk menyebarkan materi
suatu objek ke dalam komponen-komponen yang masih dalam suatu struktur
organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan
analisis dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti menggambarkan
(membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan
sebagainya.
5). Sintesis (synthesis)
Sintesis adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru

14
dengan kata lain suatu kemampuan untuk menyusu suatu formulasi baru dari
formula-formula yang ada.
6). Evaluasi (evaluation)
Evaluasi yaitu kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penelitian
terhadap suatu materi atau objek. Notoatmodjo (2010) mengatakan
pengetahuan adalah hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap objek tertentu, penginderaan terjadi melalui panca
indera manusia yaitu indra diperoleh melalui mata dan telinga.
Pemilihan makanan dan kebiasaan diet dipengaruhi oleh pengetahuan,
sikap terhadap makanan dan praktek/ perilaku pengetahuan tentang nutrisi
melandasi pemilihan makanan. Pendidikan formal dari ibu rumah tangga
sering kali mempunyai asosiasi yang positif dengan pengembangan pola-pola
konsumsi makanan dalam keluarga.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, akhlaq mulia, serta ketrampilan yang
diperlukan dirinya dan masyarakat (UU No.20/2003).
b. Pemeriksaan kehamilan ANC
Pelayanan kesehatan antenatal care (ANC) adalah pemeriksaan
kehamilan untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil. Ibu
hamil diharapkan mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan
pemberiaan ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar
(Manuaba, 1998). Kunjungan Antenatal Care (ANC) adalah kunjungan ibu
hamil ke bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil
untuk mendapatkan pelayanan/asuhan antenatal. Pelayanan antenatal ialah
untuk mencegah adanya komplikasi obstetri bila mungkin dan memastikan
bahwa komplikasi dideteksi sedini mungkin serta ditangani secara memadai
(Saifuddin, dkk., 2010). Pemeriksaan kehamilan atau ANC merupakan
pemeriksaan ibu hamil baik fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan
anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan mereka
post partum sehat dan normal, tidak hanya fisik tetapi juga mental
(Wiknjosastro, 2005). Pelayanan antenatal terintegrasi merupakan integrasi
pelayanan antenatal rutin dengan beberapa program lain yang sasarannya pada

15
ibu hamil, sesuai prioritas Departemen Kesehatan, yang diperlukan untuk
meningkatkan kualitas pelayanan antenatal.
Tujuan Antenatal Care adalah untukpengawasan wanita hamil secara
teratur dan tertentu. Usaha ini ternyata dapat menurunkan angka mortalitas
serta morbiditas ibu dan bayi jelas menurun. Tujuan pengawasan wanita hamil
ialah menyiapkan fisik dan mental ibu hamil, serta menyelamatkan ibu dan
anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas. Usaha yang dilakukan
dalam antenatal care antara lain :
 Wanita hamil sampai akhir kehamilan sekurang kurangnya harus sama
sehatnya atau lebih sehat
 Adanya kelainan fisik atau psikologik harus ditemukan dini dan diobati,
 Wanita melahirkan tanpa kesulitan dan bayi yang dilahirkan sehat pula
fisik dan metal (Wiknjosastro, 2005)
Tujuan Asuhan Antenatal yaitu :
 Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan Ibu dan
tumbuh kembang bayi
 Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan
sosial ibu dan bayi
 Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang
mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara
umum, kebidanan dan pembedahan
 Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat,
Ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin
 Mempersiapkan peran Ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran
bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal (Saifuddin, dkk.,
2002).
Keuntungan Antenatal Care dapat mengetahui berbagai resiko dan
komplikasi hamil sehingga ibu hamil dapat diarahkan untuk melakukan
rujukan kerumah sakit. (Manuaba,1998)
Fungsi Antenatal Care adalah :
 Promosi kesehatan selama kehamilan melalui sarana dan aktifitas
pendidikan
 Melakukan screening, identifikasi dengan wanita dengan kehamilan

16
resiko tinggi dan merujuk bila perlu.
 Memantau kesehatan selama hamil dengan usaha mendeteksi dan
menangani masalah yang terjadi.
Cara Pelayanan Antenatal Care, disesuaikan dengan standar pelayanan
antenatal menurut Depkes RI yang terdiri dari :
a) Kunjungan Pertama
1) Catat identitas ibu hamil
2) Catat kehamilan sekarang
3) Catat riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu
4) Catat penggunaan cara kontrasepsi sebelum kehamilan
5) Pemeriksaan fisik diagnostic dan laboratorium
6) Pemeriksaan obstetric
7) Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT)
8) Pemberian obat rutin seperti tablet Fe, calsium, multivitamin, dan
mineral lainnya serta obat-obatan khusus atas indikasi.
9) Penyuluhan/konseling.
b) Setiap wanita hamil menghadapi resiko komplikasi yang bisa
mengancam jiwanya, oleh karena itu, wanita hamil memerlukan
sedikitnya empat kali kunjungan selama periode antenatal yaitu :
 Satu kali kunjungan selama trimester satu (< 14 minggu).
 Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14
–28).
 Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28
–36 11 dan sesudah minggu ke 36) (Saifudin, dkk.,2002).

17
BAB III
ANALISIS DIAGNOSIS KOMUNITAS

3.1 Analisis Data


Hasil rekapitulasi data kohort ibu hamil kekurangan energi kronis dan berat
bayi lahir rendah tahun 2016 Puskesmas Kedung Kandang dari lima kelurahan
disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 3.1 Rekapitulasi Data Ibu Hamil KEK Tahun 2016

No Kelurahan Ibu hamil KEK

1 Kota Lama 9

2 Kedung Kandang 1

3 Buring 5

4 Wonokoyo 4

Berdasarkan hasil tersebut didapatkan jumlah Ibu hamil KEK terbanyak


dikelurahan Kota lama dengan jumlah ibu KEK sebanyak 9 orang dan posisi kedua di
tempati oleh kelurahan Buring sebanyak 5 Orang. Hal ini disebabkan oleh berbagai
macam factor, yang salah satunya adalah karena jumlah penduduk Kota Lama
merupakan jumlah terbanyak di bandingkan dengan kelurahan lain di daerah
kedungkandang. Hasil rekapitulasi sementara selama tahun 2017 didapatkan sejak
bulan januari-maret disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 3.2 Rekapitulasi Data Ibu Hamil KEK dan BBLR Tahun 2017 Bulan
Februari – Maret 2017

18
Februari Maret
No Kelurahan
Ibu hamil KEK Ibu hamil KEK

1 Kota Lama 9 1

2 Kedung Kandang 1 3

3 Buring 1 -

4 Wonokoyo 4 -

Berdasarkan tabel 3.2 didapatkan jumlah ibu hamil KEK posisi pertama masih
ditempati oleh kelurahan Kota Lama. Dari tabel 3.1 dan 3.2 dapat disimpulkan bahwa
sasaran prioritas untuk pencegahan dan penanggulangan ibu hamil KEK adalah
kelurahan Kota Lama. Dari hasil tersebut sasaran utama dari program
penanggulangann KEK adalah kelurahan Kota Lama.
Berikut merupakan analisi factor resiko kami dengan menggunakan Diagram
Ishikawa :

19
3.2 Diagram Ishikawa (Fishbone)

MANUSIA Money Material


Kurangnya pemahaman yang
benar tentang asupan yang
baik selama kehamilan Belum optimalnya formula
Kurangnya pemahaman
khusus untuk penanganan
Ibu tentang KEK Kondisi ekonomi
Kehamilan yang tidak di KEK pada ibu hamil
yang rendah
persiapkan
Penyakit yang
memperberat KEK
Faktor genetik dari
(Diare) Belum optimalnya media
keturunan kurus
informasi tentang KEK
Kurangnya dana untuk
pada ibu hamil
program khusus
Tingginya angka
penanganan KEK
pernikahan diusia muda
Tingginya
angka
kejadian KEK
Kurangnya pada ibu
pengetahuan kader hamil
kesehatan tentang KEK Kurangnya penyuluhan
Kurangnya sosialisasi Kurangnya tentang asupan gizi yang
KEK kepada ibu hamil penyuluhan mengenai baik pada ibu hamil
Kurangnya sosialisasi
oleh Kader Kesehatan KEK
KEK kepada ibu hamil
oleh Nakes
Kurangnya Konseling dan skreening
status gizi pra nikah yang di lakukan
oleh nakes

MACHINE METODE

20

Gambar 5.1 Diagram Ishikawa (Fishbone) dari Prioritas


Masalah
3.3 Analisis Faktor Risiko

Diagram Ishikawa atau diagram tulang ikan (Fishbone) dibuat untuk


menganalisis faktor risiko dan akar permasalahan kesehatan komunitas yang
merupakan prioritas utama. Diagram Ishikawa adalah diagram yang menjelaskan
bagaimana suatu permasalahan terjadi. Diagram Ishikawa terdiri daripada bagian
kepala ikan dan bagian tulang ikan. Di bagian kepala ikan berupa masalah utama atau
topik yang akan dicari tahu penyebabnya dan untuk bagian tulang ikan dibagi
menjadi beberapa kategori yang bisa berpengaruh terhadap masalah utama. Kategori-
kategori yang dimasukkan ke dalam bagian tulang ikan adalah Man, Money,
Material, Method, Machine.Dari masing-masing kategori, terus dikembangkan ke
tahap yang lebih detail. Hasil dari diagram ini dapat digunakan untuk menemukan
solusi dan tindakan yang diperlukan untuk mengatasi permasalahan kesehatan
tersebut.

3.4 Identifikasi Akar Permasalahan Utama


Dari diagram Ishikawa didapatkan beberapa penyebab permasalahan yaitu
kurangnya pemahaman yang baik dan benar tentang asupan gizi yang baik selama
kehamilan, tingginya angka pernikahan usia muda, kurangnya pemahaman atau
pengetahuan ibu tentang apa yang dimaksud dengan kurang energi kronis, kurangnya
sosialisasi tentang kurang energy kronis kepada ibu hamil yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan, tidak adanya formula khusus untuk penanganan kurang energy
kronis pada ibu hamil, dan serta kurangnya sosialisasi atau penyuluhan tentang
contoh asupan gizi yang baik pada ibu hamil agar dapat mencegah terjadinya kurang
energy kronis. Sehingga dari masalah yang ditemukan akan diberi skor dengan
menggunakan metode NGT (Nominal Group Technique) dan analisis PEARL
(Priopriety, Economic feasibility, Acceptability, Resources, Legality) untuk
menentukan prioritasnya, sebagaimana dijabarkan dalam tabel 5.3 berikut.

Tabel 3.3: Skoring Akar Permasalahan KEK pada Ibu Hamil di Puskesmas
Kedungkandang

No. Akar Permasalahan dr 1 dr 2 dr 3 Ibu Total

21
Mut

Man

Kurangnya pemahaman
yang benar tentang
1. 8 7 7 4 26
asupan yang baik
selama kehamilan

Kurangnya pemahaman
2. 8 8 7 5 28
ibu tentang KEK

Kehamilan yang tidak


3. dipersiapkan 2 2 1 2 12

Tingginya angka
4. pernikahan di usia 3 3 3 3 12
muda

Factor genetic yaitu


5. berasla dari keturunan 3 2 1 5 11
bertubuh kurus

Penyakit yang
memperberat KEK
6. 2 1 2 4 9
(diare)

Material

22
Belum optimalnya
formula khusus untuk
1. penanganan KEK pada 5 5 5 3 18
ibu hamil

Belum optimalnya
media informasi
2. 5 4 6 6 21
tentang KEK pada ibu
hamil

Method

Kurangnya penyuluhan
tentang asupan gizi
1. yang baik pada ibu 6 4 4 6 20
hamil

Kurangnya penyuluhan
2. mengenal KEK 7 6 6 6 25

Kurangnya konseling
dan skrining status gizi
pra nikah yang
3. 3 4 5 4 16
dilakukan oleh tenaga
kesehatan

Money

Kondisi ekonomi yang


1. 5 7 7 5 24
rendah

Machine

23
Kurangnya
1. pengetahuan kader 9 8 9 8 34
kesehatan tentang KEK

Kurangnya sosialsasi
2. KEK kepada ibu hamil 9 8 8 8 33
oleh kader kesehatan

Kurangnya sosialisasi
3. KEK kepada ibu hamil 5 7 5 7 24
oleh tenaga kesehatan

Dari skoring tersebut, didapatkan prioritas masalah yaitu:


1. Kurangnya pengetahuan kader kesehatan tentang KEK
2. Kurangnya sosialsasi KEK kepada ibu hamil oleh kader kesehatan
3. Kurangnya pemahaman ibu tentang KEK
4. Kurangnya pemahaman yang benar tentang asupan yang baik selama kehamilan
5. Kurangnya penyuluhan mengenal KEK
6. Kondisi ekonomi yang rendah

24
BAB IV
METODE KEGIATAN

4.1 Sasaran Kegiatan


Kegiatan ini sasaran primernya adalah ibu hamil yang sudah KEK dan yang
beresiko untuk KEK di Kelurahan Kota Lama Kecamatan Kedungkandang. Sasaran
sekunder adalah para kader kesehatan yang berperan penting dalam pelayanan
kesehatan dan fasilitator dari pada ibu hamil, dengan harapan ada perubahan
pengetahuan dan pemahaman kader yang nantinya akan memberikan informasi
kepada ibu hamil tentang KEK dan melakukan pendampingan kepada ibu hamil
dengan KEK. Tujuan utama mengajarkan bagaimana kader dapat menyampaikan
dengan baik mengenai KEK, Resiko nya, Bahaya dan cara untuk pencegahan serta
pola makan yang baik pada Ibu hamil dengan KEK dan yang beresiko untuk terjadi
KEK.

4.2 Tempat dan Waktu Kegiatan


Kegiatan mini project dibagi menjadi 3 sesi kegiatan yaitu refreshing materi bagi
para kader, pemaparan/penyuluhan kepada ibu hamil di Kelurahan Kota Lama
yangmana dibagi menjadi 2 kegiatan dikarenakan letak geografis. Kegiatan refreshing
materi bagi para kader ini dilaksanakan di Ruang Pertemuan Lantai 2 Puskesmas
Kedungkandang dengan memberi kesempatan bagi para kader untuk mengulang
materi lembar balik yang sudah pernah dijelaskan. Sedangkan kegiatan
pemaparan/penyuluhan pada ibu hamil dilaksanakan di 2 tempat dikarenakan letak
geografis yang berjauhan untuk lebih mencakup seluruh sasaran primer. Kegiatan ini
di laksanakan di Pustu Kelurahan Kota Lama (untuk RW 06-10) dan di Balai RW 03
(untuk RW 01-05). Seluruh rangkaian kegiatan dilaksanakan pada bulan Oktober
2017.

4.3 Strategi Kegiatan

25
Kegiatan mini project “Menekan Angka KEK pada BUMIL” ini dilakukan
dengan beberapa strategi. Strategi intervensi pertama yang dilakukan berupa
penyuluhan kepada kader kesehatan di kelurahan kota lama serta penggunaan lembar
balik sebagai metode untuk penyampaian kader kepada ibu hamil. Strategi intervensi
kepada kader sudah terlaksana dan sekarang dilakukan intervensi dengan sasaran ibu
hamil itu sendiri.

Dalam rangka mencapai sasaran ibu hamil itu sendiri dilaksanakan serangkaian
kegiatan yang akan dilakukan. Pertama berupa refreshing materi kepada kader
kesehatan kelurahan Kota Lama sebagai persiapan penyampaian kepada ibu hamil
agar dalam penyampaian materi lebih komunikatif dan informatif. Refreshing
dilaksanakan dengan memberi kesempatan kepada kader untuk menunjukkan
pemahaman dan memori kader mengenai isi lembar balik. Disertakan pula pada saat
refreshing, buku pedoman kader KEK yang berisi tabel pantauan (follow up) ibu
hamil oleh masing-masing kader. Intervensi selanjutnya yang dilakukan adalah
pemaparan/penyuluhan langsung oleh kader kepada ibu hamil di kelurahan Kota
Lama Kecamatan Kedungkandang, yang didampingi langsung oleh dokter internship.
Acara dibagi di 2 lokasi dikarenakan letak geografis, dimana RW 01-05 letaknya
lebih bawah dibandingkan RW 06-10, jadi diputuskan acara dilaksanakan 2x (RW
01-05 dilaksanakan di Balai RW 03 Kelurahan Kota Lama dan RW 06-10
dilaksanakan di Pustu Kelurahan Kota Lama). Dalam pemaparan langsung kepada ibu
hamil diberikan juga penjelasan mengenai buku harian ibu hamil KEK, buku harian
tersebut berisikan catatan makanan yang sudah dikonsumsi ibu hamil setiap harinya,
dimana buku harian tersebut akan dipantau langsung oleh para kader setiap
pertemuan kader dengan ibu hamil.

Untuk pengukuran tingkat pengetahuan ibu hamil sebelum dan sesudah


penyuluhan akan diberikan pre-test dan post-test. Hal ini bertujuan untuk mengetahui
tingkat pemahaman masyarakat/ibu hamil sebelum dan sesudah di lakukannya
penyuluhan tentang KEK (Kurang Energi Kronik) pada ibu hamil.

4.4 Metode Kegiatan

Mini project ini diawali dengan survey melalui wawancara dengan Kepala
Puskesmas Kedungkandang serta petugas kesehatan penanggung jawab program

26
Puskesmas untuk mengetahui permasalahan kesehatan yang dihadapi Puskesmas
Kedungkandang selama setahun sebelumnya. Kemudian data sekunder diperoleh dari
data jumlah ibu hamil dengan KEK yang dimiliki Puskesmas dari tahun 2016 – tahun
2017 berjalan. Berikutnya adalah tahap pelaksanaan kegiatan. Pelaksanaan kegiatan
ini di awali, dengan pembimbingan kader di kelurahan Kota Lama Kecamatan
Kedungkandang mengenai KEK sekitar bulan Juni 2017. Hal ini bertujuan untuk
mengenalkan tentang KEK sehingga para kader memilki perhatian khusus pada
kondisi ini.

Untuk kegiatan lanjutan dilaksanakan refreshing materi para kader Kelurahan


Kota Lama Kecamatan Kedungkandang sebagai persiapan utama dalam
pemaparan/penyuluhan ke ibu hamil secara langsung agar dalam penyampaian materi
lebih komunikatif dan informatif. Acara dilaksankan di Ruang Pertemuan lantai 2
Puskesmas Kedungkandang. Refreshing dilaksanakan dengan sistem diskusi, diberi
kesempatan kepada salah satu kader untuk menyampaikan pemahaman dan
memorinya mengenai isi lembar balik, apabila ada kekurangan atau saran dapat
ditambahkan oleh kader lainnya, dan diakhiri oleh evaluasi dan penyimpulan oleh
dokter internship. Dilanjutkan dengan penjelasan oleh dokter internship mengenai
buku pedoman KEK (yang akan dipegang oleh masing-masing kader) dan buku
harian ibu hamil KEK (yang akan dipegang oleh masing-masing ibu hamil). Diakhiri
dengan roleplay atau latihan, satu kader berperan sebagai ibu hamil dan satu kader
berperan sebagai kader dalam mengevaluasi dan memantau ibu hamil.

Intervensi selanjutnya yang dilakukan adalah pemaparan/penyuluhan langsung


oleh kader kepada ibu hamil di kelurahan Kota Lama Kecamatan Kedungkandang,
yang didampingi langsung oleh dokter internship. Acara dibagi di 2 lokasi
dikarenakan letak geografis, dimana RW 01-05 letaknya lebih bawah dibandingkan
RW 06-10, jadi diputuskan acara dilaksanakan 2x (RW 01-05 dilaksanakan di Balai
RW 03 Kelurahan Kota Lama dan RW 06-10 dilaksanakan di Pustu Kelurahan Kota
Lama). Sistem kegiatannya adalah pemaparan/penyuluhan oleh kader dengan
menggunakan lembar balik, dilanjutkan dengan penjelasan mengenai buku harian ibu
hamil KEK, serta tanya jawab.

4.5 Media Kegiatan

27
Media yang digunakan dalam intervensi ini berupa buku pedoman KEK untuk
kader, buku harian ibu hamil KEK, serta lembar balik berukuran A3 berisi materi
yang singkat namun padat, serta menggunakan bahasa yang mudah dipahami tentang
KEK (Kurang Energi Kronik) pada ibu hamil. Lembar balik yang menjadi media
kami ini akan kami berikan kepada kader, dengan harapan kader dapat dengan
mandiri memberikan pengetahuan kepada ibu hamil tentang KEK, yang akan
berkelanjutan pada kelas Ibu hamil. Selanjutnya, lembar balik yang digunakan
sebagai media untuk penyampaian materi diberikan kepada seluruh RW yang ada di
kota lama. Buku pedoman kader KEK digunakan sebagai pegangan kader berisi
ringkasan materi dan tabel pemantauan masing-masing ibu hamil, yang akan
digunakan kader ungtuk pencatatan perkembangan setiap pertemuan dengan ibu
hamil. Sedangkan, buku harian ibu hamil KEK diberikan kepada seluruh ibu hamil di
kelurahan Kota Lama Kecamatan Kedungkandang yang berisi catatan mengenai
makanan yang sudah dimakan, yang nantinya akan dilaporkan kepada masing-masing
kader untuk evaluasi pada setiap pertemuan.

4.6 Aspek Pengukuran


4.6.1 Pengetahuan

Lembar post-test untuk mengukur sejauh mana pengetahuan dan pemahaman


ibu hamil tentang KEK dengan jumlah soal 5 pertanyaan. Pemberian skor dilakukan
berdasarkan ketentuan, jawaban benar diberi skor 1, dan jawaban salah diberi skor 0,
yang kemudian di masukkan kedalam formula penghitungan nilai ((Jumlah soal
Benar / 5) x 100%).
Dengan memakai skala pengukuran menurut Nursalam (2003), yaitu:

a. Baik, bila jawaban responden benar >75% dari total nilai skor pengetahuan.
b. Sedang, bila jawaban responden benar 56% - 75% dari total nilai skor
pengetahuan.
c. Kurang, bila jawaban responden benar <56% dari total nilai skor pengetahuan.

28
BAB V
EVALUASI PELAKSANAAN

5.1 Evaluasi Kegiatan Upaya Menurunkan Angka Kejadian KEK pada Ibu
Hamil di Puskesmas Kedungkandang
Tabel 5.1 Evaluasi Kegiatan 1 (Kegiatan Refreshing Kader)

Indikator Keberhasilan Pelaksanaan

PROSES

1. Kehadiran peserta lebih dari 80% 1. Peserta yang hadir dan mengisi
2. Seluruh acara terlaksana dengan absensi sebanyak 14 dari 15
baik undangan (tercapai 93 %
3. Materi penyuluhan tersampaikan kehadiran)
dengan jelas dan lengkap 2. 100% acara yang direncakan
4. Seluruh kader antusias dan aktif berjalan sesuai rundown acara
saat berjalannya acara 3. Semua materi tentang lembar
balik, buku log untuk kader, dan
cara pengisian buku harian ibu
hamil dengan KEK telah
dijelaskan secara rinci oleh dokter
Internship
4. Para kader sangat antusias dan
aktif selama acara berlangsung,
dan setelah diadakan role play
antar sesama kader, dapat
dikatakan kader telah mampu
memberi penjelasan tentang KEK
kepada ibu hamil secara mandiri.

29
IMPACT

1. Kader dapat menjelaskan 1. Para kader menjelaskan lembar


lembar balik, dan buku harian balik dan buku harian ibu hamil
ibu hamil KEK kepada kader KEK kepada kader yang lain
lainnya didampingi oleh dokter dengan baik dan dapat
internship sebagai bahan latihan dikatakan mampu untuk
para kader dalam memberi memberi penjelasan tentang
penyuluhan tentang KEK KEK kepada ibu hamil secara
kepada ibu hamil secara mandiri mandiri

OUTCOME

- seluruh kader yang diberikan materi Setelah diadakan role play antar sesama
tentang KEK mampu menjelaskan ke kader, para kader dapat dikatakan telah
keluarga terdekat , mengenai tanda dan menguasai materi tentang KEK dan
gejala KEK serta bila menemukan ibu mampu memberi penyuluhan tentang
hamil yang dicurigai KEK bisa KEK kepada warga khususnya ibu
membantu lapor ke petugas kesehatan hamil di wilayah Kotalama.
yang bertanggung jawab terhadap
permasalahan KEK.

Dalam kegiatan ini, tidak ada masalah selama acara berlangsung. Berikut adalah
pertanyaan yang diajukan pada saat sesi diskusi:

1. Bagaimana bila karena masalah ekonomi ibu hamil khususnya dengan KEK
tidak bisa mengonsumsi daging atau ikan setiap hari? Bagaimana dengan
kebutuhan proteinnya?
2. Bagaimana bila ibu hamil dengan KEK malas mengisi buku harian yang
diberikan?

Tabel 5.2 Evaluasi Kegiatan 2 (Kegiatan Penyuluhan ke Warga)

Indikator Keberhasilan Pelaksanaan

30
PROSES

1. Kehadiran peserta lebih dari 80 % 1. Peserta yang hadir dan mengisi


2. Penjelasan lembar balik, dan absensi sebanyak 50 dari 60
pengisian buku harian ibu hamil undangan (tercapai 83 %
KEK dari kader kepada ibu hamil kehadiran)
yang hadir 2. Kader mampu menjelaskan materi
3. Peserta antusias dan aktif dalam lembar balik, memberikan
acara ini penjelasan dan pencegahan tentang
KEK, serta cara pengisian buku
harian ibu hamil KEK kepada para
ibu hamil secara mandiri
didampingi oleh dokter-dokter
internsip
3. Peserta sangat antusias dan aktif
selama acara berlangsung serta
mengerti isi materi yang
disampaikan
IMPACT

1. Peningkatan hasil post-test 1. Rata-rata nilai pre test peserta


dibandingkan pretest sebesar adalah 3,0 dan nilai post test 4,35
minimal 20% Terdapat peningkatan nilai rata-
rata sebesar 45%

OUTCOME

Kader dapat mempraktekkan cara Kader telah memberi penyuluhan


menjelaskan tentang KEK dengan tentang KEK dengan menggunakan
lembar balik dan cara pengisian buku lembar balik yang telah diberikan dan
harian ibu hamil KEK kepada warga juga cara pengisian buku harian ibu
khususnya ibu hamil di wilayah hamil KEK kepada warga yang datang
Kotalama dengan baik

31
Dalam kegiatan ini, tidak ada masalah selama acara berlangsung. Berikut adalah
pertanyaan yang diajukan pada saat sesi diskusi:

1. Apakah KEK hanya dapat diukur dengan LILA?


2. Normalnya berapa kg peningkatan BB saat hamil?
3. Apabila ibu hamil gizinya sudah tercukupi, apakah masih harus mengonsumsi
vitamin dari bidan?

BAB VI
PEMBAHASAN

Kekurang energi kronis merupakan keadaan ibu menderita kekurangan gizi


yang berlangsung pada wanita usia subur (WUS) dan pada ibu hamil. Gizi kurang
kronik disebabkan karena tidak mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang cukup
atau makanan yang baik dalam periode/kurun waktu yang lama untuk mendapatkan
kalori dan protein dalam jumlah yang cukup, atau disebabkan menderita muntaber
atau penyakit kronis lainnya. (Depkes, 2002).
Di Indonesia pada tahun 2013, prevalensi risiko KEK wanita hamil umur 15–
49 tahun, secara nasional sebanyak 24,2 persen. Prevalensi risiko KEK terendah di
Bali (10,1%) dan tertinggi di Nusa Tenggara Timur (45,5%). Sebanyak 13 provinsi
dengan prevalensi risiko KEK diatas nasional, yaitu Maluku Utara, Papua Barat,
Kepulauan Riau, Banten, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat,
Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Maluku, Papua dan Nusa Tenggara
Timur. (Depkes, 2013).
Berdasarkan data tahunan laporan KEK yang dibuat oleh pihak Puskesmas
Kedungkandang tahun 2016, dari 4 Kelurahan di wilayah PKM Kedungkandang,
yaitu Kelurahan Kotalama, Kedungkandang, Buring, dan Wonokoyo. Berdasarkan
hasil rekapitulasi data kohort ibu hamil kekurangan energi kronis dan berat bayi lahir
rendah tahun 2016 Puskesmas Kedung Kandang didapatkan hasil bahwa angka
kejadian KEK di wilayah tersebut sebesar 19 orang dengan didapatkan jumlah Ibu

32
hamil KEK terbanyak dikelurahan Kota lama dan posisi kedua di tempati oleh
kelurahan Buring sebanyak 5 Orang.
Tingginya KEK serta permasalahan yang menghambat penurunan KEK
tentunya menjadi dasar keputusan penulis dalam menentukan KEK sebagai kegiatan
mini project di wilayah kerja Puskesmas Kedungkandang.
Dari diagram Fish bone didapatkan beberapa penyebab permasalahan yaitu
kurangnya pemahaman kader terhadap KEK, kurangnya sosiaalisasi KEK kepada ibu
hamil oleh kader dan tenaga kesehatan, kurangnya penyuluhan, kurangnya
penyuluhan tentang asupan gizi, kurangnya pemahaman yang benar tentang asupan
yang baik selama kehamilan, kurangnya pemahaman ibu hamil tentang KEK,
kehamilan yang tidak dipersiapkan dan tingginya angka pernikahan muda. Beberapa
hal diatas dapat meningkatkan angka kejadian KEK di Puskesmas.
Intervensi yang kami lakukan pada di kelurahan Kota lama adalah dalam
serangkaian kegiatan yaitu dalam program “Upaya Menurunkan angka kejadian KEK
pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Kedungkandang”. Program terdiri dari 3
kegiatan utama, yaitu:
1. Refreshing materi para kader serta pengenalan dan penjelasan mengenai buku
pedoman kader KEK dan buku harian ibu hamil KEK yang dilaksanakan pada
hari Kamis, 05 Agustus 2017.
2. Memberikan penyuluhan kepada ibu hamil di RW06-10 Kelurahan Kota
Lama Kecamatan Kedungkandang oleh para kader sendiri pada hari Senin, 09
Oktober 2017.
3. Memberikan penyuluhan kepada ibu hamil di RW01-05 Kelurahan Kota
Lama Kecamatan Kedungkandang oleh para kader sendiri pada hari Selasa, 10
Oktober 2017.
Pada kegiatan yang pertama, bertempat di ruang pertemuan Puskesmas
Kedung Kandang kami mengevaluasi sejauh mana pengetahuan kader tentang KEK
dan memberikan penyuluhan kepada semua kader yang datang mengenai isi buku log
kader dan cara pengisian buku harian ibu hamil KEK. Kader diminta menjelaskan
tentang isi lembar balik yang sudah diberikan oleh dokter internsip yang sebelumnya.
Karena mayoritas kader sudah dianggap menguasai materi tentang KEK, acara
dilanjutkan dengan menyampaian materi pada buku log kader dan cara pengisian
buku harian ibu hamil KEK oleh dokter internsip. Acara ini dihadiri oleh 14 orang
kader kelurahan kota lama. Setelah semua materi disampaikan, dibuka diskusi dengan

33
memberikan kesempatan bagi kader yang ingin mengajukan pertanyaan. Pada akhir
acara para kader diminta untuk melakukan role play dengan kader lain sebagai latihan
sebelum kader memberi penyuluhan kepada warga secara mandiri. Hal ini dilakukan
untuk mengetahui sejauh mana pemahaman kader mengenai KEK, buku log dan buku
harian ibu hamil yang akan mereka jelaskan pada pertemuan yang akan datang.
Setelah diadakan role play antar sesama kader, para kader dapat dikatakan telah
menguasai materi tentang KEK dan mampu memberi penyuluhan tentang KEK
kepada warga khususnya ibu hamil di wilayah Kotalama.
Pada program kegiatan kedua, kader dan ibu hamil dikumpulkan di dua
tempat. Hari Senin di Pustu Kotalama dan pada hari Selasa bertempat di Balai RW
Kotalama. Agenda pertemuan di dua tempat tersebut sama, yakni para kader diminta
untuk menjelaskan tentang KEK dengan menggunakan lembar balik dan buku log
yang sudah diberikan sebelumnya dan juga cara pengisian buku harian ibu hamil
KEK yang akan dibagikan kepada ibu hamil.
Setelah acara dibuka oleh dokter internsip, acara dilanjutkan dengan pre test
yang dikerjakan oleh peserta yang hadir hari itu. Setelah semua peserta selesai
mengerjakan, acara dilanjutkan dengan penyuluhan tentang KEK yang dilakukan oleh
kader kepada warga yang hadir didampingi dokter-dokter internsip. Para warga
sangat antusias dan kerap memberi beberapa pertanyaan saat diskusi berlangsung.
Terakhir peserta yang hadir diminta mengerjakan post test untuk mengevaluasi
tingkat pemahaman warga tentang KEK yang sudah dijelaskan. Baik hari Senin
maupun hari Selasa acara berjalan sangat baik dan lancar.

34
DAFTAR PUSTAKA

Arisman. 2009. Gizi Dalam Daur Keidupan. Jogyakarta : Muha Medika


Depkes RI, 2002. Asuhan Persalinan Normal. JHPIEGO. Jakarta.
Kristiyanasari,W. 2010. Gizi Ibu Hamil. Yogyakarta: Nuha Medika
Manuaba, 1998. Sinopsis Obstetry Jilid I. EGC. Jakarta
Notoadmodjo, 2010, Kesehatan Masyarrakat Ilmu Dan Seni, Pt. Rineka Cipta:
Jakarta
Saifuddin, dkk, 2010. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Supariasa, 2002. Penilaian Status Gizi. Penerbit Rhineka Cipta: Jakarta
Supariasa, 2002. Penilaian Status Gizi. Penerbit Rhineka Cipta: Jakarta
Surasih, H. 2005. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Keadaan Kekurangan
Energi Kronik (KEK) Pada Ibu Hamil di Kabupaten Banjar Negara.
Semarang : IKM Universitas Negeri Semarang
UU No.20, 2003. Sistem Pendidikan nasional
Waryono. 2010. Gizi Reproduksi. Yogyakarta : Pustaka Rihama
Weni. 2010. Gizi Ibu Hamil. Jogyakarta : Muha Medika
Winkjosastro, 2010. Ilmu Kebidanan, Yogyakarta: Yayasan Bina Pustaka
Yuni. 2009. Perawatan Ibu Hamil. Jogyakarta : Fitramaya
Helena, 2013. Gambaran Pengetahuan Gizi Ibu Hamil Trimester Pertama dan Pola
Makan dalam pemenuhan Gizi. www. repository.usu.ac.id. Diakses Tanggal
20 April 2015 Jam 15.00.wib.
As’ad, S. 2002. Gizi Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta : Proyek Peningkatan
Penelitian Pendidikan Tinggi
Almatsier, S. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT Gramedia.
Chuningham, F Gary.2005.Obstetry Williams. Jakarta : EGC.
Moehji, Sjahmien. 2003. Ilmu Gizi II. Penanggulangan Gizi Buruk. Jakarta: Papas
Sinar Sinanti Bhratara
Manuaba, I. B. G. 2001. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana. Jakarta. EGC

35

Anda mungkin juga menyukai