Anda di halaman 1dari 2

01.24 13.

58
Orientasi :
Pada Zaman dahulu ada sebuah desa kecil di Provinsi Maluku yang di mana kehidupan
rakyatnya sangatlah miskin juga kekurangan air. Meski rakyat sana hidup dalam
kekurangan tapi mereka hidup dengan damai dan rukun. Di desa itulah terdapat
sepasang kekasih bernama Majojaru dan Magohiduuru. Mereka merupakan pasangan yang
sangat cocok dan sangat setia dengan cinta mereka.

Komplikasi :
Hingga pada suatu hari Magohiduuru merasa bahwa ia harus pergi merantau ke sebrang
agar dapat menikahi Majojaru serta merubah nasib yang serba kekurangan itu.
Magohiduuru telah membulatkan tekadnya untuk meninggalkan desa demi merubah
nasibnya, awalnya tidak disetujui oleh ayahnya akan tetapi ia berhasil membujuk
ayahnya yang akhirnya ia disetujui oleh ayahnya. Akan tetapi masih ada Majojaru
yang merupakan kekasih dari Magohiduuru yang tidak ingin ditinggalkan oleh
Magohiduuru yang membuat ia menjadi berat untuk pergi meninggalkan desanya. Akan
tetapi ia harus tetap pergi agar dapat merubah nasib dan juga menikahi kekasihnya
itu.
Dengan bahasa yang sangat lembut Magohiduuru meyakinkan Majojaru bahwa dia akan
kembali dan menikahi Majojaru. Serta ucapan Magohiduuru "kita akan menjadi pasangan
sehidup semati" membuat Majojaru semakin percaya dan merelakan kekasihnya merantau
meski air matanya terus menetes.
Setelah semua mengizinkan Magohiduuru untuk merantau, mereka mengantarkannya ke
sebuah pelabuhan. Di sana rasa haru begitu kental dan Majojaru tidak kuasa menahan
air matanya yang selalu menetes melepas kepergian kekasihnya.

Satu Tahun telah berlalu setelah kepergian Magohiduuru, Majojaru merasa khawatir
sang kekasih tak kunjung pulang. Setiap hari ia menuju pelabuhan berharap
kekasihnya pulang. Hingga suatu hari ada sebuah kapal besar datang ke pelabuhan
tersebut ia merasa sangat senang sekali jika itu adalah kapal yang ditumpangi oleh
Magohiduuru. Setelah semua penumpang kapal turun, ia sama sekali tidak menemukan
kekasihnya.
la jadi merasa gelisah kembali, akhirnya ia memberanikan diri untuk bertanya kepada
awak kapal dan setelah bertanya ternyata jawaban yang Majojaru dapatkan adalah
berita yang sangat menyedihkan. Magohiduuru ternyata sudah meninggal satu bulan
lalu di tempat bekerjanya.

Majojaru yang mendengar berita itu menangis tiada henti-hentinya sambil berjalan
menuju jalan pulang. Akan tetapi langkahnya sangatlah berat untuk menuju ke rumah
karena selalu teringat akan kata-kata Magohiduuru yang akan selalu setia sehidup
semati. Hingga akhirnya ia menuju ke tempat yang sepi dan terus menangis. Air mata
yang keluar tidak pernah berhenti hingga membuat sebuah genangan air, yang semakin
lama air mata itu menjadi sebuah genangan air yang sangat tinggi yang
menenggelamkan Majojaru hingga meninggal dunia. Dari genangan air mata itulah
terbentuk sebuah telaga yang airnya berwarna biru.

Hingga pada suatu hari ada seorang pencari kayu bakar menemukan telaga itu dan ia
merasa aneh karena dia sebelumnya tidak pernah melihat ada sebuah telaga di tempat
biasa ia mencari kayu bakar. Karena ini merupakan sebuah kejadian yang sangat aneh
lalu ia melaporkan itu kepada tetua desa. Tetua desa yang melihat kejadian aneh itu
langsung menyuruh seluruh warganya untuk berkumpul dan mengadakan sebuah ritual
untuk meminta petunjuk dari kejadian aneh tersebut. Setelah ritual itu terlaksana,
terdapatlah sebuah bisikan yang mengatakan: Timbul dari Sininga irogi de itepi
Sidago kongo dalulu de i uhi imadadi ake majobubu
Yang artinya: Timbul dari akibat patah hati yang remuk-redam, meneteskan air mata,
mengalir dan mengalir menjadi sumber mata air.

Dari situ tetua desa juga bertanya kepada seluruh warga desa siapa yang tidak
lengkap keluarganya di sini. Ayah Magohiduuru maju dan bercerita bahwa anaknya yang
pergi merantau semenjak setahun lalu tidak kunjung pulang. Lalu ayah Majojaru juga
maju dan bercerita setelah beberapa hari yang lalu anaknya pergi ke pelabuhan tapi
sampai saat ini belum juga pulang. Dari situ seluruh warga menyimpulkan bahwa
kejadian aneh terbentuknya telaga air berwarna biru tersebut merupakan sebuah
bentuk kesetiaan cinta Magohiduuru dan Majojaru yang cintanya benar- benar sehidup
semati. Dan hingga saat ini Telaga Air Biru yang berada di Halmahera Provinsi
Maluku masih ada.

Dari cerita rakyat singkat asal usul telaga biru kita dapat mengambil pelajaran
tentang kesetiaan cinta, kita sebagai manusia memang sudah seharusnya menjalani
kasih dan sayang yang setia terhadap pasangan kita seperti Magohiduuru dan Majojaru
yang cintanya setia selamanya.

Anda mungkin juga menyukai