Anda di halaman 1dari 12

MIMBAR AGRIBISNIS

Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis. Januari 2021. 7(1): 961-972

PENERAPAN PENGENDALIAN KUALITAS (QUALITY CONTROL)


PADA PROSES PRODUKSI KOPI ROBUSTA
(Studi Kasus: Kopi Partungkoan Tarutung, Tapanuli Utara, Sumatera Utara)

IMPLEMENTATION OF QUALITY CONTROL


IN THE PRODUCTION PROCESS OF ROBUSTA COFFEE
(Case Study: Partungkoan Tarutung Coffee, North Tapanuli, North Sumatera)

Yohana Esfrensa Millenia Indah Simatupang*, Sulistyodewi Nur Wiyono,


Elly Raskimayati, Pandi Pardian

Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran


Jl. Raya Bandung-Sumedang Km.21, Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat
*
E-mail: yohanatupang00@gmail.com
(Diterima 23-1-2021; Disetujui 29-1-2021)

ABSTRAK
Jumlah konsumsi dan industri pengolahan kopi semakin meningkat sehingga daya saing juga
semakin tinggi. Kualitas produk menjadi faktor yang mempengaruhi daya saing usaha, namun
UMKM Kopi Partungkoan sebagai industri pengolahan kopi bubuk masih menemukan kecacatan
produk dalam proses produksinya. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengendalian mutu produk
yang dilakukan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan teknik
penelitian studi kasus. Alat analisis yang digunakan adalah Statistical Quality Control (SQC) dan
statistik deskriptif. Penarikan sampel menggunakan teknik purposive judgement sampling dengan
penentuan responden yaitu pemilik usaha dan pekerja harian produksi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pengendalian kualitas dilakukan pada pendekatan proses produksi dan produk
akhir dan berada dalam batas kendali karena berada dalam batas kendali atas (Upper Contro Limit)
dan batas kendali bawah (Lower Control Limit).

Kata kunci : pengendalian kualitas, produk kopi, Statistical Quality Product (SQC)

ABSTRACT
The level of consumption and the number of coffee processing industries is increasing so that
competitiveness is also getting higher. Product quality is a factor that affects business
competitiveness, but Partungkoan Tarutung Coffee as a ground coffee processing industry still find
product defects in the production process. This study aims to determine product quality control.
This research method used descriptive qualitative with case study research techniques. The
analytical tools used were descriptive statistics and Statistical Process Control (SPC). Sampling
using purposive judgment sampling technique to determine respondents that consists of business
owners and daily production workers and thirty consumers of UMKM Coffee Partungkoan
Tarutung. The results showed that the product quality control was under control because it was
within the upper control limit (UCL) and the lower control limit (LCL).

Keywords: quality ground coffee, quality control, Products

PENDAHULUAN perekonomian. Pertumbuhan produksi


Usaha Mikro, Kecil dan Menengah tahunan UMKM di Sumatera Utara
(UMKM) merupakan usaha perdagangan cenderung mengalami peningkatan.
yang membantu pergerakan roda Menurut BPS (2020), pertumbuhan

961
PENERAPAN PENGENDALIAN KUALITAS (QUALITY CONTROL)
PADA PROSES PRODUKSI KOPI ROBUSTA
Yohana Esfrensa Millenia Indah Simatupang, Sulistyodewi Nur Wiyono, Elly Raskimayati, Pandi Pardian

UMKM Sumatera Utara dari tahun 2013 peningkatan yang ditunjukkan melalui
hingga 2019 hampir selalu menunjukkan Tabel 1.
nilai di atas nilai rata-rata pertumbuhan Tabel 1. Konsumsi Kopi Nasional Indonesia
Tahun 2016-2020
produksi Indonesia. Peningkatan industri Tahun 2016 2017 2018 2019 2020
Konsumsi 249.824 276.167 314.365 335.540 353.885
sejenis meningkatkan daya saing Pertumbuhan - 10,54 13,83 6,74 5,47
sehingga setiap pelaku usaha dituntut Sumber : Kementerian Pertanian, 2018

untuk menghasilkan produk berkualitas Menurut Direktorat Jenderal


sesuai kebutuhan konsumen. Penawaran Perkebunan (2020), Sumatera Utara
produk dengan kualitas yang baik akan berada pada urutan ketiga sentra produksi
mengalahkan produk pesaing dengan kopi produksi kopi (72.922 ton) dimana
kualitas yang lebih rendah dan untuk Kabupaten Tapanuli Utara menjadi
menghasilkan persaingan yang tinggi daerah produsen kopi arabika terbesar
maka perusahaan dituntut untuk yaitu 13.923,52 dengan luas lahan
meningkatkan kualitasnya (Azhar, 2010). 14.485,06 ha dan menjadi daerah
Salah satu strategi yang bisa diterapkan produsen kopi robusta terbesar di
yaitu melalui kegiatan pengendalian Sumatera Utara yaitu 567,82 ton dengan
kualitas (Andriani, 2018). Pengendalian luas lahan 1.319,49 ha. Seiring
kualitas akan menghasilkan produk berjalannya waktu, kopi semakin diminati
sesuai standar mutu yang telah dan sudah menjadi kebutuhan bagi
ditetapkan, meningkatkan dan menjaga konsumen karena manfaatnya sehingga
konsistensi kualitas produk sesuai dengan hal ini dijadikan peluang untuk
keinginan dan kebutuhan konsumen. dimanfaatkan pelaku industri pengolahan
Salah satu bidang usaha yang saat kopi sekunder atau pabrik produksi kopi,
ini semakin berkembang adalah industri termasuk Tarutung. Salah satu jenis
pengolahan kopi. Kopi memiliki peluang usaha komoditas kopi yakni pengolahan
usaha yang besar karena jumlah produksi biji kopi menjadi kopi bubuk. Pengolahan
kopi dan minat konsumsi kopi nasional biji kopi menjadi kopi bubuk banyak
yang semakin meningkat. Menurut Pusat diusahakan oleh masyarakat di industri
Data dan Sistem Informasi Kementerian kecil dan besar baik melalui pengolahan
Pertanian, pada tahun 2016-2020 jumlah secara manual ataupun mekanis (Hendri,
konsumsi kopi di Indonesia mengalami 2013). Berdasarkan hasil pengamatan dan
informasi yang diperoleh dari masyarakat

962
MIMBAR AGRIBISNIS
Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis. Januari 2021. 7(1): 961-972

di Tarutung, ditemukan setidaknya Kopi Partungkoan Tarutung selalu


sembilan pelaku usaha pengolahan bubuk mengenalkan nilai produk lokal dari kopi
kopi. Tujuh diantaranya adalah pelaku asli dan murni asal Tapanuli Utara. Kopi
usaha bubuk kopi yang ditemukan di Partungkoan Tarutung memiliki produk
pasar tradisional tanpa mempunyai merk kopi premium dan regular. Kopi premium
dagang, satu diantaranya memiliki merk memiliki harga lebih mahal dan kualitas
produk namun belum memiliki legalitas bahan lebih baik. Untuk menghasilkan
minimal PIRT, dan terakhir yaitu merk produk kopi premium, diupayakan selalu
dagang Kopi Partungkoan Tarutung yang kualitas produk yang dihasilkan. Pelaku
sudah memiliki legalitas Perizinan usaha memiliki standar mutu produk
Produk Industri Rumah Tangga (P-IRT), yang ditentukan dan melakukan upaya
Hak Kekayaan Intelektual (HAKI). pengendalian kualitas selama proses
UMKM Kopi Partungkoan pengubahan biji kopi menjadi produk
Tarutung merupakan usaha dagang jenis akhir sehingga diharapkan dapat
produk industri olahan makanan lainnya meminimalisir kecacatan dan
yaitu industri pengolahan kopi dari biji penyimpangan agar tidak menyebabkan
kopi beras (green bean) menjadi bubuk kerugian. Namun, masih ditemukan
kopi. Adanya legalitas menunjukkan produk yang tidak sesuai atau di luar dari
bahwa pelaku ingin produk Kopi standar yang diharapkan sebesar 61
Partungkoan Tarutung mendapatkan persen. Produk ini dikategorikan sebagai
kepercayaan dan keamanan konsumsi produk cacat yang menunjukkan bahwa
bagi konsumen di antara produk-produk beberapa permasalahan belum dapat
yang dihasilkan pelaku industri sejenis. diatasi. Produk robusta premium yang
Kopi Partungkoan Tarutung saat ini mengalami cacat/rusak menunjukkan
memiliki target pasar nasional dan ini bahwa pengendalian kualitas secara
ditunjukkan dengan agen atau yang optimal dan tidak sesuai dengan standar
disebut mitra kerja yang sudah tersebar di kualitas yang diharapkan. Pengendalian
beberapa kota di Indonesia seperti kualitas dilakukan untuk meminimalisir
Medan, Malang, Jakarta, Bogor, Depok, kerusakan produk pada perusahaan,
Bekasi, Malang, Pekanbaru, Surabaya, namun Kopi Partungkoan Tarutung
dll. belum melakukan pengendalian kualitas
secara optimal karena masih ditemukan

963
PENERAPAN PENGENDALIAN KUALITAS (QUALITY CONTROL)
PADA PROSES PRODUKSI KOPI ROBUSTA
Yohana Esfrensa Millenia Indah Simatupang, Sulistyodewi Nur Wiyono, Elly Raskimayati, Pandi Pardian

produk yang mengalami kerusakan/cacat. berdasarkan fakta fakta (Moleong, 2008).


Masalah kecacatan yang ditemukan pada Menurut Miles dan Huberman (1992),
produk tentu memiliki penyebab. Faktor metode kualitatif memiliki tiga jalur
penyebab penyimpangan terdiri atas analisis data kualitatif, yaitu:
berbagai factor, diantaranya faktor tenaga a. Reduksi data ialah bentuk analisis
kerja, bahan baku, metode, mesin dan yang menajamkan, menggolongkan,
lingkungan. Masalah dan penyebab yang mengarahkan, membuang yang tidak
ada sebaiknya segera diatasi agar tidak perlu, dan mengorganisasi data
terjadi kerugian yang semakin dengan cara sedemikian rupa hingga
berkelanjutan. kesimpulan akhir dapat diambil.
b. Penyajian data ialah kegiatan yang
METODE PENELITIAN dilakukan ketika sekumpulan
Objek penelitian adalah informasi disusun sehingga memberi
pengendalian kualitas (quality control) kemungkinan akan adanya penarikan
pada proses produksi produk kopi bubuk kesimpulan dan pengambilan
robusta premium. Metode penelitian yang tindakan
digunakan yaitu kualitatif dengan teknik c. Penarikan kesimpulan ialah upaya
penelitian berupa studi kasus. Moleong penarikan kesimpulan melalui proses
(2012), penelitian kualitatif dilakukan pemikiran ulang selama penulisan,
untuk memahami fenomena tentang apa tinjuan ulang catatan lapangan,
yang dialami oleh subjek penelitian tinjuan kembali dan brainstorming
dengan cara deskripsi dalam bentuk kata- dengan rekan untuk mengembangkan
kata. Informan yang menjadi target dalam kesepakatan intersubjektif, dan
penelitian ini yaitu penanggungjawab/ melakukan berbagai upaya untuk
pemilik usaha Kopi Partungkoan menempatkan salinan suatu temuan
Tarutung. Data hasil penelitian dianalisis dalam perangkat data lain.
menggunakan Statistic Quality Control 2. Statistic Quality Control (SQC)
dan statistik deskriptif. SQC merupakan alat yang
1. Analisis Deskriptif membantu usaha dalam menemukan
Analisis deskriptif bertujuan untuk kesalahan produksi baik dari hulu hingga
menggambarkan keadaan objek hilir sehingga keputusan yang diambil
penelitian saat ini sebagaimana adanya dapat dilihat berdasarkan analisa dan

964
MIMBAR AGRIBISNIS
Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis. Januari 2021. 7(1): 961-972

pengolahan data (Andrew Setawan Keterangan:


Rusdianto). SQC dapat dibagi menjadi 𝑝̅ = rata-rata ketidaksesuaian
statistik deskriptif yang digunakan untuk produk
menggambarkan kualitas dan hubungan 𝑛 = jumlah produksi
(Arifianto, 2013). Statistical Quality e. Menghitung Batas Kendali Bawah
Control yang digunakan terdiri atas (BKB) atau Lower Control Limit
beberapa alat statistik yaitu sebagai (LCL)
berikut: 𝑝̅ (1 − 𝑝̅)
𝐿𝐶𝐿 = 𝑝̅ − 3
1) Membuat diagram alir proses 𝑛

produksi kopi robusta.


Keterangan:
2) Membuat data jumlah produksi dan
𝑝̅ = rata-rata ketidaksesuaian
kecacatan produk pada bulan Oktober
produk
2020 melalui lembar periksa (Check
𝑛 = jumlah produksi
Sheet).
3) Membuat peta kendali produk dengan
HASIL DAN PEMBAHASAN
menggunakan langkah-langkah
Pengendalian Kualitas pada UMKM
sebagai berikut:
Kopi Partungkoan Tarutung
a. Menghitung persentase kerusakan
Pengendalian kualitas pada proses
b. Menghitung proporsi/persentase
produksi yang dilakukan UMKM Kopi
cacat dari tiap observasi
Partungkoan Tarutung ditinjau dari
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑐𝑎𝑐𝑎𝑡 (𝑛𝑝)
𝑝= pendekatan bahan baku, proses produksi
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 (𝑛)
c. Menghitung nilai garis tengah atau dan produk akhir yang dapat dilihat pada

center line (CL) Gambar 1.


𝐶𝐿 = 𝑝̅
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑐𝑎𝑐𝑎𝑡 (∑ 𝑛𝑝)
=
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 (∑ 𝑛)
d. Menghitung Batas Kendali Atas
(BKA) atau Upper Control Limit
(UCL)

𝑝̅ (1 − 𝑝̅)
𝑈𝐶𝐿 = 𝑝̅ + 3
𝑛

965
PENERAPAN PENGENDALIAN KUALITAS (QUALITY CONTROL)
PADA PROSES PRODUKSI KOPI ROBUSTA
Yohana Esfrensa Millenia Indah Simatupang, Sulistyodewi Nur Wiyono, Elly Raskimayati, Pandi Pardian

Biji hitam mengakibatkan cacat cita


rasa harsh dan ashy.
- Biji pecah. Biji pecah menyebabkan
ukuran saat proses penyangraian tidak
rata. Biji yang pecah dan kecil akan
mudah hangus dan rasa yang
dihasilkan alan lebih pahit.
- Biji berlubang. Biji kopi memiliki
lubang lebih dari satu dan tidak berisi
penuh (padat).
- Biji berkulit tanduk. Biji yang
memiliki kulit tanduk disebabkan oleh
fungsi mesin pengupas yang kurang
sempurna sehingga rasanya hidey dan
Gambar 1. Diagram Alir (Flow Chart) woody
Produksi Pengolahan Robusta Premium
Bahan baku biji kopi beras juga

Kegiatan pengendalian kualitas dapat diamati berdasarkan sifat

ditinjau dari tiga pendekatan dijelaskan organoleptiknya berdasarkan ukuran,

sebagai berikut: warna dan bau. Hasil pengamatan

1. Pendekatan Bahan baku menunjukkan:

a. Pemesanan Bahan Baku dari - Ukuran. Ukuran biji kopi masih

Pemasok cukup beragam karena ditemukan

Bahan baku dipesan dalam bentuk ukuran biji kopi yang kecil yaitu kopi

biji kopi (green bean) robusta yang lanang (peaberry), ukuran normal.

berasal dari petani-petani kopi lokal di - Warna. Warna yang dihasiilkan abu

Tapanuli Utara daerah Siarang-arang, kebiru-biruan dan ini dikategorikan

Silantom, Parmonangan dan Pangaribuan. baik. Jika berwarna kuning cokelat

Pada saat pengamatan, terdapat beberapa atau hitam maka menunjukkan

jenis kecacatan yang terlihat, yaitu: penyimpanan yang terlalu lama.

- Biji hitam. Sebagian besar luaran biji - Bau. Bau yang dihasilkan tidak

kopi berwarna hitam dan mengilap. menyengat dan agak berbau tanaman.

966
MIMBAR AGRIBISNIS
Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis. Januari 2021. 7(1): 961-972

- Rasa. Penilaian rasa yakni tingkat b. Pengaturan Mesin Penyangrai


kemurnian dari rasa otentik biji Biji kopi mentah (green bean) yang
kopi yang telah di sangrai. sudah disiapkan akan disangrai
b. Pembukuan menggunakan mesin penyangraian yang
Biji kopi yang diterima dari disebut roaster. Mesin roaster dipanaskan
pemasok ditimbang dan dicatat dahulu dengan cara mengatur suhu
jumlahnya. Pembukuan ditujukan untuk hingga mencapai suhu 171º C.
mengetahui ketersediaan bahan yang c. Proses Penyangraian (roasting)
sudah diterima dan sisa setelah digunakan Penyangraian merupakan proses
dalam proses produksi. penggorengan biji kopi tanpa
c. Penyimpanan menggunakan minyak. Pada proses ini,
Biji kopi yang sudah diterima lalu terjadi perubahan warna biji kopi
disimpan di ruang produksi hingga waktu menjadi kekuningan hingga kecoklatan.
produksi berikutnya. Biji kopi disimpan Ukuran biji kopi mulai membesar yang
di dalam karung goni dan diletakkan pada ditandai dengan munculnya suara letupan
lantai kering di ruang produksi yang Waktu yang dibutuhkan dalam proses
terhindar dari sinar matahari. penyangraian adalah dua hingga tiga jam.
Pada beberapa pengamatan, waktu dua
2. Alur Proses Produksi
hingga tiga jam belum cukup untuk
Pendekatan proses produksi
menghasilkan produk yang dihasilkan
merupakan kegiatan pengendalian dengan
akan tetapi lebih dari tiga jam. Hal ini
mengoperasikan mesin hingga
dapat disebabkan oleh biji kopi dengan
menghasilkan produk akhir.
kadar air yang tinggi (>14%) sehingga
a. Penimbangan
sumber masukan panas harus
Biji kopi ditimbang terlebih dahulu
ditingkatkan. Gas LPG juga harus
agar kapasitas terpakai sesuai dengan
dipastikan mencukupi karena ketika gas
kapasitas terpasang mesin. Dalam satu
habis, maka proses penyangraian akan
kali proses produksi Kopi Partungkoan
terhenti dan suhu mesin akan menurun
yaitu sebesar 50 kg sehingga kapasitas
drastis sehingga membutuhkan waktu
terpakai sesuai dengan kapasitas
lebih lama lagi. Pada saat suhu maksimal,
terpasang mesin yaitu 50 kg.
dilakukan pengecekan tingkat
kematangan biji dan pengujian cita rasa

967
PENERAPAN PENGENDALIAN KUALITAS (QUALITY CONTROL)
PADA PROSES PRODUKSI KOPI ROBUSTA
Yohana Esfrensa Millenia Indah Simatupang, Sulistyodewi Nur Wiyono, Elly Raskimayati, Pandi Pardian

melalui indikator warna, rasa, aroma dan secara manual biji sangrai (roasted bean)
tekstur biji oleh operator melalui lubang dengan memisahkan biji kopi yang
sampling. Pada produk kopi robusta, memiliki bentuk yang utuh dan tidak
warna yang ditentukan adalah medium to utuh. Biji kopi dengan bentuk yang utuh
dark. Jika ketentuan yang ditentukan kemudian akan digiling sebagai produk
belum terpenuhi, maka proses premium.
penyangraian (roasting) akan tetap g. Proses Penggilingan (Grinding)
dilanjutkan dan mengurangi masukan Biji kopi kemudian digiling dan
panas, kemudian dilakukan pengecekan disimpan di dalam ember bersih.
kembali. Proses penyangraian selesai Kapasitas terpakai mesin yaitu 15 kg/jam.
dengan mencocokkan visual yang Penggilingan diberikan jeda waktu
diperoleh dengan warna kopi selama satu jam sebelum melanjutkan
sebelumnya. proses penggilingan berikutnya. Produk
d. Pendinginan usaha ini menghasilkan bubuk kopi
Tahap pendinginan menggunakan medium to coarse. Pada proses
kipas angin dilakukan selama satu jam penggilingan kandungan CO2 akan lepas,
pada wadah berukuran sedang sehingga tetapi pada bubuk kopi kasar sebagian
dengan jumlah biji sangrai yang besar masih akan tertahan.
dihasilkan cukup banyak akan
3. Pendekatan produk Akhir
membutuhkan waktu yang lebih lama.
a. Menimbang kopi Bubuk
e. Pengayakan
Kemasan yang digunakan untuk
Setelah pendinginan, biji kopi akan
produk adalah kemasan flat Bottom atau
diayak untuk membuang biji kopi yang
gusset berbahan aluminium foil
berukuran kecil dan pecah serta kulit-
dilengkapi dengan segel atau
kulit biji yang tertinggal. Kegiatan
zipper/ziplock yaitu perekat buka tutup
pengayakan dilakukan pada wadah
kemasan dan sesuai untuk menyimpan
berbahan aluminium di tempat yang sama
kopi bubuk. Kemasan jenis ini
dengan wadah pendinginan dengan
dikategorikan baik karena memiliki daya
lubang penyaringan
transmisi rendah terhadap uap air, daya
f. Sortasi
tahan tinggi terhadap air, minyak,
Untuk menghasilkan produk
goresan dan sobekan sehingga akan
robusta premium, maka dilakukan sortasi

968
MIMBAR AGRIBISNIS
Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis. Januari 2021. 7(1): 961-972

menjaga kualitas produk dan daya Pengukuran Pegendalian Kualitas


simpan. Secara Statistik
b. Merekatkan dengan hand sealer Analisis nilai pengendalian kualitas
Kemasan direkatkan menggunakan secara statistik untuk mengawasi proses
hand sealer indikator panas sebesar 7. yang sudah dilakukan mengunakan
Namun pada beberapa pengamatan, Statistical Quality Controls.
pekerja menggunakan indikator panas 5. 1) Lembar Pemeriksaan (check sheet)
Ukuran suhu disesuaikan dengan jenis Lembar periksa digunakan untuk
kemasan guna memastikan udara tidak mengidentifikasi masalah. Berdasarkan
dapat masuk ke dalam kemasan. Tabel 3, diketahui bahwa pada periode
c. Menempelkan label Oktober 2020 terdapat 458.3 kg kopi
Kemasan diberikan label berupa yang mengalami kecacatan dari total
stiker yang terbuat dari film sampel 750 kg dalam 15 kali observasi.
plastic/kertas. Label berfungsi untuk
Tabel 3. Lembar Periksa (Check Sheet)
menyampaikan identifikasi produk yaitu Laporan Produksi dan Produk
Cacat Kopi Partungkoan Tarutung
nama produk, isi/netto, komposisi, nama Periode Bulan Oktober 2020

dan alamat pabrik, nomor PIRT.


d. Pengepakan
Produk yang telah dikemas plastik
laminasi dan pengepakan ke dalam
kardus. Produk disimpan dalam etalase
kaca dan di meja. Etalase kaca akan
menjaga produk dari kotoran debu dan
hewan penganggu seperti tikus, kucing,
dll. kemasan sebelum diberikan kepada
konsumen meski tidak selalu. Dalam
pengendalian kualitas yang sudah
dilakukan, ditemukan beberapa jenis
kecacatan produk.

Sumber: Data Observasi (2020)

969
PENERAPAN PENGENDALIAN KUALITAS (QUALITY CONTROL)
PADA PROSES PRODUKSI KOPI ROBUSTA
Yohana Esfrensa Millenia Indah Simatupang, Sulistyodewi Nur Wiyono, Elly Raskimayati, Pandi Pardian

Terdapat dua jenis kecacatan pada (BKA) atau Upper Control Limit
produk, yaitu biji kopi tidak utuh (UCL) yaitu 0.817.
sebanyak 457,73 kg dan biji berukuran 𝑝̅ (1 − 𝑝̅)
𝑈𝐶𝐿 = 𝑝̅ + 3
𝑛
kecil sebanyak 8,5 kg. Jadi perbaikan
0.6111 (1 − 0.6111)
dapat difokuskan kepada jenis kerusakan = 0.611 + 3
50
terbesar yaitu biji kopi yang tidak utuh = 0.81789

karena menjadi kerusakan yang sangat Adapun Batas Kendali Bawah


mendominasi yaitu 61 persen. (BKB) atau Lower Control Limit
2) Peta Kendali (LCL) yaitu sebesar 0.4150.
a. Menghitung persentase kerusakan,
̅( ̅)
digunakan untuk melihat 𝐿𝐶𝐿 = 𝑝̅ − 3

persentase kerusakan produk per . ( . )


=0.6111 − 3 = 0.4042
sub-grup (observasi satu kali
proses produksi).
Peta Kendali pada Tabel 3
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑐𝑎𝑐𝑎𝑡 (𝑛𝑝)
𝑝=
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 (𝑛) menunjukkan bahwa hasil perhitungan
peta kendali-p pada Bulan Oktober 2020.
b. Menghitung nilai garis tengah atau
Peta kendali diperoleh dengan melakukan
center line (CL), yaitu garis yang
perhitungan p, UCL dan LCL yang
mewakili tingkat kerusakan rata-
ditunjukkan sbb:
rata dalam proses produksi.
Tabel 4. Tabel Perhitungan Statistik P-Chart
Berdasarkan rumus, maka
diperoleh hasil CL yaitu 0.62093.
(∑ )
𝐶𝐿 = 𝑝̅ = =
(∑ )
.
= 0.6111

c. Menghitung Batas Kendali Atas


(BKA) atau Upper Control Limit
(UCL) dan Batas Kendali Bawah
(BKB) atau Lower Control Limit
(LCL), yaitu garis yang
menunjukkan apakah proses
menyimpang atau tidak. Hasil
Sumber: Data diolah, 2020
perhitungan Batas Kendali Atas

970
MIMBAR AGRIBISNIS
Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis. Januari 2021. 7(1): 961-972

Nilai UCL, LCL dan CL yang KESIMPULAN DAN SARAN


dibuat ke dalam bentuk peta kendali (p- Kesimpulan
chart) untuk melihat sub-grup yang Kegiatan pengendalian kualitas di
menyimpang. UMKM Kopi Partungkoan Tarutung
1 dilakukan pada tahap pendekatan bahan
0.8 baku, proses produksi dan produk akhir.
0.6
Ditemukan jenis kecacatan pada produk
0.4
0.2 robusta premium yaitu biji sangrai ukuran
0 kecil dan tidak utuh (pecah). Namun,
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
berdasarkan hasil peta kendali p (p-
ucl chart), diketahui bahwa kualitas produk
lcl
CL= p ̅ berada dalam batas kendali Upper
Control Limit (UCL) dan Lower Comtrol

Sumber : (Data diolah, 2020)


Limit (LC). Ini mengartikan bahwa
Gambar 2. Peta Kendali Proporsi Kerusakan proses berada dalam keadaan terkendali
Produk Kopi Partungkoan Tarutung Bulan
Oktober 2020 atau tidak mengalami penyimpangan dan
memiliki kapabilitas proses yang baik.
Gambar 2 menunjukkan bahwa
seluruh titik proporsi berada dalam batas
Saran
kendali karena berada di antara batas
UMKM Kopi Partungkoan perlu
bawah dan batas atas. Hal ini
menggunakan mengamati jenis kerusakan
menunjukan bahwa pengendalian kualitas
dan faktor yang menyebabkan kerusakan
proses produksi berada dalam
itu terjadi sehingga dapat diperoleh
pengendalian statistikal atau memiliki
pertimbangan dalam memilih pemasok.
kapabilitas yang baik. Grafik
Selain itu, tuntutan konsumen senantiasa
menunjukkan analisis lebih lanjut bahwa
berubah sehingga menuntut usaha
proporsi produk cacat bersifat fluktuatif
fleksibel dalam memenuhi tuntutan untuk
sehingga perlu dianalisis penyebab secara
diterima konsumen. Oleh karena itu,
umum dan khusus untuk mengahasilkan
Kopi Partungkoan perlu melakukan
grafik yang lebih stabil.
penilaian kepuasan dan kebutuhan
konsumen agar dapat melakukan evaluasi
terhadap produk dan sesuai dengan

971
PENERAPAN PENGENDALIAN KUALITAS (QUALITY CONTROL)
PADA PROSES PRODUKSI KOPI ROBUSTA
Yohana Esfrensa Millenia Indah Simatupang, Sulistyodewi Nur Wiyono, Elly Raskimayati, Pandi Pardian

harapan dan kebutuhan konsumen Kurniasih, R. A. (2020). Penerapan GMP


dan SSOP di UMKM Ranafra
sehingga perlu dilakukan adanya
Tegal Untuk Memperoleh Sertifikat
perbaikan secara terus-menerus pada Kelayakan Pengolahan. Seminar
Nasional Pengabdian Kepada …,
kegiatan produksi.
2–6.
http://www.proceedings.undip.ac.id
/index.php/semnasppm2019/article/
DAFTAR PUSTAKA
download/387/245
Andriani, D. P., Novianti, V. D., Utami, Novianti, N., Subagyo, H. S. H., &
W. R., & Adi, Y. (2018). Aprilia, A. (2019).
Pengendalian Kualitas Pie Susu PENGENDALIAN KUALITAS
sebagai Upaya Sustainabilitas IKM PRODUK SELADA ROMAINE
Mamin Berbasis Kearifan Lokal PADA SISTEM TANAM
dengan SQC Method. 167, 1–11. HIDROPONIK (Studi Kasus di
Ariani, S. C. (2015). Analisis UMKM Kebun Sayur, Kota
implementasi pengendalian mutu Surabaya, Jawa Timur).
pada proses produksi keripik Agrisocionomics: Jurnal Sosial
kentang UMKM albaeta di Ekonomi Pertanian, 3(2), 131–149.
Kabupaten Banjarnegara (Skripsi). https://doi.org/10.14710/agrisocion
Fakultas Ekonomi Dan omics.v3i2.5287
Manajemen, Institut Penilaian, S., Pada, P., Belajar, H., &
Arifianto, M. Y., & Dwiyanto, B. M. Salatiga, N. (2013). Economic
(2013). Analisis on Time Education Analysis Journal. 2(1),
Performance Sebagai Upaya 18–23.
Mengawasi Kualitas Menggunakan Rejo, S. (2014). Prosiding Konferensi
Diagram Kontrol Dan Meingkatkan dan Seminar Nasional Teknologi
Kualitas Jasa Menggunakan Tepat Guna Tahun 2014. 456–599.
Metode Pareto Chart Dan Diagram
Sebab Akibat. Journal of
Management, 1–7.
Azhar, A., Pengajar, S., Ekonomi, F.,
Riau, U., Bina, K., Simpang, W., &
Pekanbaru, B. (2010). Peranan
Total Quality Manajemen (Tqm)
Dalam Meningkatkan Daya Saing.
Pekbis Jurnal, 2(1), 254–260.
https://pekbis.ejournal.unri.ac.id/in
dex.php/JPEB/article/view/388

972

Anda mungkin juga menyukai