Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENINGKATAN KEPATUHAN KEWASPADAAN STANDAR

Nama Petugas : Mukhdin, S.Kep, Ners


Topik : Penggunaan APD
Tempat : Ruang Jaga Perawat RGD
Sasaran : Petugas Jaga Pagi RGD
Hari, tanggal : Sabtu, 2 Januari 2021
Laporan Kegiatan :

Pada hari Selasa, 21 Januari 2021 terlihat ada 1 orang petugas RGD yang tidak memakai sarung
tangan katika melakukan tindakan pemasangan infus. Melihat kejadian tersebut saya
merencanakan untuk melakukan refreshing tentang penggunaan Alat Pelindung Diri.
Kegiatan tersebut dilakukan selama 10 menit di ruang jaga Perawat RGD.

Materi :

Penggunaan APD
a. Pengertian Alat Perlindung Diri (APD) adalah Peralatan/pakaian khusus yang digunakan
oleh petugas untuk perlindungan diri dari agen infeksi. (OSHA,CDC)
b. Area Penggunaan Alat Perlindung diri
1. Area perawatan pasien isolasi APD terdiri dari
- Masker bedah dan N95
- Sarung Tangan
- Apron
- Gaun
- Kaca mata pelindung
- Penutup kepala
- Sandal tertutup
2. Area Rawat Inap
- Masker
- Sarung Tangan
- Apron
3. Area Laboratorium
- Masker
- Sarung Tangan
- Gaun
4. Area Bersalin
- Masker
- Sarung Tangan bersih dan Steril
- Apron kedap air
- Gaun
- Kaca mata pelindung
- Penutup kepala
- Sandal tertutup
- Sepatu pelindung/boot
5. Area RGD
- Masker
- Sarung Tangan bersih dan Steril
- Apron kedap air
- Gaun
- Kaca mata pelindung jika perlu
- Penutup kepala
- Sandal tertutup
- Sepatu pelindung/boot
6. Poliklinik
- Masker
- Sarung tangan
- Apron Jika perlu
- Google jika perlu
- Sepatu
7. Area Gizi
- Masker
- Topi
- Sarung tangan plastic bersih
- Sepatu
- Apron kedap air
8. Area Laundry
- Maskere
- Topi
- Apron Kedap air
- Sarung Tangan Rumah Tangga
- Sepatu pelindung/Boot
- Google jika perlu
9. Farmasi/Ruangan Pengoplosan Obat
- Masker
- Sarung tangan
- Apron kedap air
- Sepatu
- Topi
10. Petugas Sanitasi Pengolahan Limbah
- Masker
- Sarung Tangan Rumah Tangga
- Google
- Sepatu boot

Mengetahui

Kepala UPTD Puskesmas Rembang Yang Membuat,

Dr. Dika Satya Negara Mukhdin, S.Kep.Ns

NIP. 19860816 201412 1 002 NIP.19790824 200604 1 009


LAPORAN PENINGKATAN KEPATUHAN KEWASPADAAN STANDAR

Nama Petugas : Mukhdin, S.Kep, Ners


Topik : Pengelolaan limbah infeksius dan benda tajam
Tempat : Ruang penyimpanan sementara limbah infeksius dan benda tajam
Sasaran : Petugas Kebersihan dan Sanitarian
Hari, tanggal : Selasa, 2 Februari 2021
Laporan Kegiatan :

Pada hari Selasa,2 Februari 2021 petugas kebersihan sedang mengumpulkan limbah infeksius
dan benda tajam ke dalam ruang penyimpanan semantara.
Setelah petugas tersebut selesai, saya melakukan refreshing tentang pengelolaan limbah selama
10 menit.

Materi :
Apa Itu Limbah Medis Limbah medis sendiri adalah segala jenis sampah yang mengandung
bahan infeksius (atau bahan yang berpotensi infeksius). Biasanya berasal dari fasilitas kesehatan
seperti tempat praktik dokter, rumah sakit, praktik gigi, laboratorium, fasilitas penelitian medis,
dan klinik hewan. Limbah medis dapat mengandung cairan tubuh seperti darah atau kontaminan
lainnya.
Undang-undang Medical Waste Tracking Act tahun 1988 mendefinisikan limbah medis sebagai
limbah yang dihasilkan selama penelitian medis, pengujian, diagnosis, imunisasi, atau perawatan
manusia atau hewan.
Beberapa contohnya piring kultur, gelas, perban, sarung tangan, benda tajam yang dibuang
seperti jarum atau pisau bedah, penyeka, dan tisu.
Menurut Menteri Kesehatan Nila Moeloek, pengelolaan limbah medis di Indonesia hingga kini
dinilai masih belum optimal, padahal limbah medis termasuk sebagai limbah B3 (Bahan
Berbahaya dan Beracun) yang sangat berbahaya bagi lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan
hidup manusia dan mahluk hidup lainnya. "Menteri lingkungan pada waktu itu, sebelum Ibu Siti
[Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar], mengatakan limbah
medis harus dikelola oleh orang [perusahaan] ketiga. Saya kira sangat galau, kalau limbah medis
tidak diperbaiki cara mengatasinya," kata Menkes beberapa waktu lalu.
Berdasarkan data yang dikeluarkan Kemenkes, total terdapat 2820 rumah sakit, 9825 Puskesmas,
dan 7641 klinik di Indonesia, karenanya Menkes meminta masyarakat untuk memikirkan
bagaimana penanganan limbah medisnya. Dari data yang ada, timbunan sampah medis bisa
mencapai 296,86 ton per hari yang dihasilkan dari Fasyankes yang tersebar di Indonesia.
Sementara kapasitas pengolahan yang ada hanya 115,68 ton per hari.

Pengolahan Limbah
1. Limbah tajam
Limbah tajam di masukan ke dalam safety box (ampulan, spuit, mess, abocat, jarum syringe)
2. Limbah Infeksius
Limbah infeksius di masukan ke kantung plastic berwarna kuning. Macam-macam limbah
infeksius Dressing (pembalut/pakaian), sponge (spone/penggosok), masker disposable,
handscoon, cateter, popok, dan underpad, bottle infus, drainase set, kantong kolostomy.
3. Limbah non infeksius
Limbah non infeksius di masukan ke kantung plastic hitam. Macam-macam sampah non
infeksius : kertas, bungkus plastic,kertas obat, sisa makanan, bungkus makanan, tissue yang
tidak tercemar cairan tubuh.
4. Limbah kering dari dapur
Menggunakan kantung plastic hitam, serta tempat sampah organic dan non organic.

Cara Menangani Limbah Medis?

Orang-orang yang memiliki risiko tinggi tercemar limbah medis tentu saja petugas kesehatan,
pasien, petugas pengumpulan dan pembuangan limbah, serta lingkungan sekitar.
Limbah medis dapat menimbulkan bahaya jika dikelola secara tidak benar. Lalu mengapa
limbah medis perlu dikelola dengan cara yang benar? Berikut ini beberapa cara yang bisa
dilakukan untuk mengelola limbah medis dengan cara yang tepat seperti dirilis dari Medical
Waste. Sampah umum seperti tisu, kapas dan bahan yang tidak terkena limbah infeksius
digabung dengan sampah biasa untuk dibuang. Benda tajam harus digabung, terlepas apakah
terkontaminasi atau tidak, dan harus dimasukkan ke wadah anti bocor (biasanya terbuat dari
logam atau plastik berkepadatan tinggi dan tidak tembus) Kantung dan wadah untuk limbah
infeksius harus ditandai dengan lambang atau tulisan zat infeksius. Limbah yang sangat menular
jika memungkinkan, segera disterilkan dengan autoklaf. Autoklaf adalah alat pemanas tertutup
yang digunakan untuk mensterilisasi suatu benda menggunakan uap bersuhu dan bertekanan
tinggi (1210C, 15 lbs) selama kurang lebih 15 menit. Limbah sitotoksik, sebagian besar
diproduksi di rumah sakit besar atau fasilitas penelitian, harus dikumpulkan dalam wadah yang
kuat dan anti bocor dengan jelas diberi label "Limbah sitotoksik". Sejumlah kecil limbah kimia
atau farmasi dapat dikumpulkan bersama dengan limbah infeksius. Sejumlah besar obat-obatan
kedaluwarsa atau kedaluwarsa yang disimpan di bangsal atau departemen rumah sakit harus
dikembalikan ke apotek pembuangan. Limbah kimia dalam jumlah besar harus dikemas dalam
wadah tahan bahan kimia dan dikirim ke fasilitas pengolahan khusus (jika tersedia). Limbah
dengan kandungan logam berat yang tinggi (misalnya kadmium atau merkuri) harus
dikumpulkan secara terpisah. Wadah aerosol dapat dikumpulkan dengan limbah layanan
kesehatan umum. Limbah infeksius radioaktif tingkat rendah Apusan, jarum suntik untuk
penggunaan diagnostik atau terapeutik) dapat dikumpulkan dalam kantong atau wadah kuning
untuk limbah infeksius jika ini ditujukan untuk pembakaran.

Mengetahui

Kepala UPTD Puskesmas Rembang Yang Membuat,

Dr. Dika Satya Negara Mukhdin, S.Kep.Ns

NIP. 19860816 201412 1 002 NIP.19790824 200604 1 009


LAPORAN PENINGKATAN KEPATUHAN KEWASPADAAN STANDAR

Nama Petugas : Mukhdin, S.Kep, Ners


Topik : Proses Penanganan Linen dan Laundry
Tempat : Ruang Linen/ Dapur
Sasaran : Petugas Kebersihan
Hari, tanggal : Selasa, 2 Maret 2021
Laporan Kegiatan :
Pada hari Selasa, 2 Maret 2021 petugas kebersihan sedang mencuci linen kotor (sprei pasien) di
ruang tempat cuci linen.
Setelah petugas tersebut selesai, saya melakukan refreshing tentang proses penanganan linen dan
laundry selama 10 menit.

Materi :
Penanganan Linen

Linen non Buang kotoran


infeksius sbg sampah

Linen
infeksius

Laundry
Mengetahui

Kepala UPTD Puskesmas Rembang Yang Membuat,

Dr. Dika Satya Negara Mukhdin, S.Kep.Ns

NIP. 19860816 201412 1 002 NIP.19790824 200604 1 009


LAPORAN PENINGKATAN KEPATUHAN KEWASPADAAN STANDAR

Nama Petugas : Mukhdin, S.Kep, Ners


Topik : Etika Batuk
Tempat : Ruang Tunggu Rawat Inap
Sasaran : Pengunjung
Hari, tanggal : Jumat, 2 April 2021
Laporan Kegiatan :
Pada hari Jumat, 2 April 2021 terlihat ada pengunjung yang batuk diruang tunggu
pasien. Melihat kejadian tersebut saya melakukan kegiatan peningkatan kepatuhan
kewaspadaan standar berupa penyuluhan/pemberian informasi tentang etika batuk
yang benar. Kegiatan tersebut dilakukan selama 10 menit.

Materi :
Etika Batuk
Pengertian batuk adalah mekanisme pertahanan tubuh di saluran pernafasan dan
merupakan gejala suatu penyakit atau raksi tubuh terhadap iritasi di tenggorokan
karena adanya lender, makanan, debu, asap dan sebagainya
Etika batuk adalah tata cara batuk yang baik dan benar dengan cara menutup hidung
dan mulut dengan tissue atau lengan baju shingga bakteri tidak menyebar ke udara dan
tidak menular ke orang lain.
Menyikapi penyebaran virus COVID19 yang sangat masif menular dengan cepat dan
telah menyebar ke wilayah lain di Cina dan ke beberapa negara termasuk Indonesia,
maka pentingnya memutus rantai penularan mulai dari diri sendiri merupakan sesuatu
yang wajib saat ini.
Coronavirus adalah kumpulan virus yang bisa menginfeksi sistem pernapasan. Pada
banyak kasus, virus ini hanya menyebabkan infeksi pernapasan ringan, seperti flu dan
batuk.
Penularannya sangat mudah, hingga saat ini penelitian menyebutkan bahwa virus
penyebab COVID-19 ditularkan melalui kontak dengan tetesan kecil (droplet) dari
saluran pernapasan.
Cara penularan utama penyakit ini adalah melalui tetesan kecil (droplet) yang
dikeluarkan pada saat seseorang batuk atau bersin.

Etika batuk/bersin yang benar

1. Tutup hidung dan mulut saat batuk/bersin dengan tisu atau lengan baju dalam.
Hal ini agar virus tidak menyebar ke udara dan menular ke orang lain.
2. Segera buang tisu yang telah dipakai ke tempat sampah.
3. Cuci tangan dengan menggunakan air bersih dan sabun atau pencuci tangan
berbasis alkohol.
4. Gunakan masker.
Kebiasaan batuk/bersin yang salah

1. Tidak menutup mulut saat batuk atau bersin di tempat umum.


2. Tidak mencuci tangan setelah digunakan untuk menutup mulut atau hidung saat
batuk/bersin.
3. Membuang ludah batuk di sembarang tempat.
4. Membuang atau meletakkan tisu yang sudah dipakai di sembarang tempat.
5. Tidak menggunakan masker saat flu atau batuk

Fokus penanganan COVID-19 bukan hanya menyembuhkan pasien yang sudah


terjangkit, tetapi juga mencegah orang sehat agat tidak ikut terinfeksi. Hal ini disebut
sebagai kunci dalam memutus rantai penularan, karena virus sudah pasti berasal dari
pasien lain yang tertular sebelumnya. “Peningkatan daya tahan tubuh dan tetap
menjaga kebiasaan hidup bersih dan sehat dalam keseharian, etika batuk yang benar
dan rajin cuci tangan pakai sabun (CTPS) selama 20 detik adalah pagar utama yang
dapat membentengi diri kita dari penularan virus ini”, simpul Kadis menutup press
releasenya.

Mengetahui

Kepala UPTD Puskesmas Rembang Yang Membuat,

Dr. Dika Satya Negara Mukhdin, S.Kep.Ns

NIP. 19860816 201412 1 002 NIP.19790824 200604 1 009


LAPORAN PENINGKATAN KEPATUHAN KEWASPADAAN STANDAR

Nama Petugas : Mukhdin, S.Kep, Ners


Topik : Hand Hygiene
Tempat : Ruang Tunggu Pasien Rawat Jalan
Sasaran : Pasien
Hari, tanggal : Senin, 3 Mei 2021
Laporan Kegiatan :
Pada hari Senin, 3 Mei 2021 terlihat ada pengunjung yang masuk ke puskesmas tapi belum
melakukan cuci tangan. Melihat kejadian tersebut saya melakukan kegiatan peningkatan
kepatuhan kewaspadaan standar berupa penyuluhan/pemberian informasi tentang cara cuci
tangan yang benar. Kegiatan tersebut dilakukan selama 10 menit.

Materi :
Cuci Tangan
1. Pengertian Cuci Tangan (hand hygiene) adalah tindakan membersihkan tangan dengan tepat
dan benar yang dapat dilakukan dengan:
a. Melakukan cuci tangna dengan Handrub dengan cairan cairan berbasis
alcohol,dilakukan bila tangan tidak tampak kotor. Cuci tangan menggunakan handrub
dilakukan selama 20-30 detik.
b. Mencuci tangan dengan sabun dan air, bila tangan tampak atau terasa kotor,
terkontaminasi dengan darah maupun cairan tubuh, dan bila berpotensi membentuk
spora kuman. Cuci tangan menggunakan sabun dan air dilakukan selama 40-60 detik.
2. Indikasi Kebersihan Tangan
a. Five Moment untuk cuci tangan
- Sebelum Kontak dengan Pasien
- Sebelum melakukan tindakan aseptic
- Setelah tekena/kontak dengan cairan tubuh pasien
- Setelah kontak dengan pasien
- Setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien
b. Indikasi kebersihan tangan lainnya
- Segera setelah tiba di rumah sakit
- Sebelum masuk dan meninggalkan ruang pasien
- Diantara kontak pasien 1 dengan pasien yang lainnya
- Setelah ke kamar mandi/ membersihkan sekresi hidung
- Bila tangan kotor
- Sebelum meninggalkan rumah sakit
- Segera setelah melepaskan sarung tangan
- Sebelum dan setelah menyiapkan, mengkonsumsi makanan.

Mengetahui

Kepala UPTD Puskesmas Rembang Yang Membuat,

Dr. Dika Satya Negara Mukhdin, S.Kep.Ns

NIP. 19860816 201412 1 002 NIP.19790824 200604 1 009

Anda mungkin juga menyukai