Anda di halaman 1dari 3

RESENSI BUKU CERITA “WIRO SABLENG PENDEKAR KAPAK

MAUT NAGA GENI 212”


IDENTITAS :
JUDUL : WIRO SABLENG PENDEKAR KAPAK MAUT NAGA GENI 212 DENDAM
DIPUNCAK SINGGALANG
PENULIS : BASTITAN TITO
PENERBIT : LOKA JAYA
TAHUN TERBIT : 14 JUNI 1991
TEBAL HALAMAN : 128 HALAMAN
UKURAN BUKU : 17,5 x 11,5 cm
ISBN : -
Pendahuluan :
Mari kita mengenal peenulis dari buku fiksi wirosableng seorang Bastian. Bastian Tito lahir tepat pada 23 Agustus 1945. Ia merupakan
seorang yang berasal dari suku Minang. Ia kemudian hijrah menuju kota Jakarta. Selain berprofesi sebagai penulis, sebenarnya Bastian Tito
bekerja di sebuah perusahaan swasta di bagian purchasing. Selain itu, sebenernya Bastian Tito memang sudah mendapatkan gelar Master of
Business Administration (MBA).
Meskipun memiliki latar belakang pendidikan di bidang bisnis, tidak membuat Bastian Tito ragu dalam menulis tulisan-tulisan fiksi yang kental
akan cerita sejarah dan kebudayaannya.
Di dalam perjalanan hidupnya Bastian Tito menikah dengan Herna Debby dan memiliki lima orang anak. Salah satu anaknya bernama Vino G.
Bastian yang turut mewarisi darah seninya dan berkiprah di dunia film Indonesia.
Vino G Bastian menuturkan bahwa ayahnya sangat serius ketika menggarap novel-novelnya. Bahkan tidak segan-segan untuk melakukan riset
mendalam mengenai sebuah tempat baik dari sisi kebudayaan maupun sejarahnya.

Isi :
Gunung tinggi menjulang menyapu awan, terlihat jelas dari kejauhan di bawah langit yang biru bersih. Kehadiran gunung Singgalang dan
Merapi di daratan tengah pulau Andalas seperti yang selalu diperumpamakan oleh penduduk memang benar yaitu seolah dua raksasa penjaga
negeri. Saat itu menjelang tengah hari. Dari arah danau Maninjau di jurusan kaki gunung Singgalang tampak seorang penunggang kuda memacu
tunggangannya menuju ke timur.
Orang ini berusia sekitar setengah abad, berkumis tipis rapi, mengenakan destar tinggi berwarna hitam yang pinggirannya dirajut dengan benang
emas. Pakaiannya terbuat dari kain bludru warna hijau yang juga ada renda benang emasnya. Di pinggangnya, di balik ikat pinggang besar
terselip sebilah keris. Baik gagang maupun sarung senjata ini terbuat dari emas sedang badannya terbuat dari sejenis besi putih yang dilapisi
emas. Setiap sinar matahari jatuh pada gagang dan sarung senjata itu, kelihatan cahaya kuning memantul menyilaukan.
Pada waktu yang hampir bersamaan dari arah kaki gunung Merapi meluncur cepat sebuah kereta terbuka ditarik dua ekor kuda besar. Di sebelah
kanan duduk sais kereta, seorang lelaki, bertampang seram.
Kelebihan buku ini, yaitu memiliki cerita tentang masa lalu yang membuat pembacanya flashback dan ikut merasakan suasana cerita dalam isi
buku tersebut, serta penggunaan bahasa yang dapat dimengerti.
Kekurangan buku ini, yaitu kurang lengkap dalam struktur isi buku yang berupa kesimpulan, ISBN, dan warna buku yang kurang menarik
sehingga kurang nyaman dalam membaca buku tersebut.

Kesimpulan :
Wirosableng adalah cerita yang menunjukkan sebuah perjuangan yang mengajak pembaca untuk mengetahui isi ceritanya lebih dalam
karena dalam buku tersebut berisi cerita sinopsis yang sangat menarik untuk dibaca. Wirosableng juga menyimpulkan kalau kita harus konsisten
dalam berjuang untuk meraih apa yang ingin kita miliki dan juga rasa terimakasih kepada orang yang sudah ikut turut berjuang dalam membantu
kita.

Anda mungkin juga menyukai