Isi :
Gunung tinggi menjulang menyapu awan, terlihat jelas dari kejauhan di bawah langit yang biru bersih. Kehadiran gunung Singgalang dan
Merapi di daratan tengah pulau Andalas seperti yang selalu diperumpamakan oleh penduduk memang benar yaitu seolah dua raksasa penjaga
negeri. Saat itu menjelang tengah hari. Dari arah danau Maninjau di jurusan kaki gunung Singgalang tampak seorang penunggang kuda memacu
tunggangannya menuju ke timur.
Orang ini berusia sekitar setengah abad, berkumis tipis rapi, mengenakan destar tinggi berwarna hitam yang pinggirannya dirajut dengan benang
emas. Pakaiannya terbuat dari kain bludru warna hijau yang juga ada renda benang emasnya. Di pinggangnya, di balik ikat pinggang besar
terselip sebilah keris. Baik gagang maupun sarung senjata ini terbuat dari emas sedang badannya terbuat dari sejenis besi putih yang dilapisi
emas. Setiap sinar matahari jatuh pada gagang dan sarung senjata itu, kelihatan cahaya kuning memantul menyilaukan.
Pada waktu yang hampir bersamaan dari arah kaki gunung Merapi meluncur cepat sebuah kereta terbuka ditarik dua ekor kuda besar. Di sebelah
kanan duduk sais kereta, seorang lelaki, bertampang seram.
Kelebihan buku ini, yaitu memiliki cerita tentang masa lalu yang membuat pembacanya flashback dan ikut merasakan suasana cerita dalam isi
buku tersebut, serta penggunaan bahasa yang dapat dimengerti.
Kekurangan buku ini, yaitu kurang lengkap dalam struktur isi buku yang berupa kesimpulan, ISBN, dan warna buku yang kurang menarik
sehingga kurang nyaman dalam membaca buku tersebut.
Kesimpulan :
Wirosableng adalah cerita yang menunjukkan sebuah perjuangan yang mengajak pembaca untuk mengetahui isi ceritanya lebih dalam
karena dalam buku tersebut berisi cerita sinopsis yang sangat menarik untuk dibaca. Wirosableng juga menyimpulkan kalau kita harus konsisten
dalam berjuang untuk meraih apa yang ingin kita miliki dan juga rasa terimakasih kepada orang yang sudah ikut turut berjuang dalam membantu
kita.