Anda di halaman 1dari 13

Menggali Mister Tukang Cukur

dalam Karya Budhi Darma


Judul cerpen : Tukang Cukur
Penerbit : Kompas
Penulis : Budhi Darma
Tahun Penerbit : 2017
Jumlah Halaman : 6
Jenis Cepen : Fiksi
Nomor Edisi Penerbit : -

Budhi Darma
Budhi Darma, seorang pria yang berakar di tanah Jawa Timur, mencatat
namanya sebagai seorang maestro dan penulis terkenal. Dilahirkan pada 25 April 1937
di Rembang, Jawa Timur, ia merupakan anak keempat dari enam bersaudara. Masa
kecil dan remajanya di Jawa Tengah setelah menyelesaikan SMA memberinya
landasan untuk perjalanan hidupnya. Budhi Darma kemudian melanjutkan studi di
jurusan Sastra Inggris, Fakultas Sastra, Universitas Gadjah Mada, dan berhasil
menyelesaikannya pada tahun 1963.
Pendidikan tak berhenti di situ, karena pada tahun 1975, ia meraih gelar Master
of Arts in English Creative Writing dari Universitas Indiana, Bloomington, Amerika
Serikat, dan menyelesaikan gelar tersebut pada tahun 1980. Keberhasilannya
menyelesaikan studi ini membuka jalan seriusnya dalam dunia tulis-menulis.
Budhi Darma memulai kariernya sebagai penulis pada tahun 1969. Karya-
karyanya tidak hanya dalam bahasa Indonesia tetapi juga dalam bahasa Inggris. Cerita
pendeknya dalam bahasa Inggris diterbitkan di berbagai media massa di Indiana,
Bloomington, Amerika Serikat. Di dalam negeri, tulisannya tersebar di berbagai media
massa nasional.
Beberapa karya terkenalnya meliputi novel seperti "Olenka" (1983), "Ny. Talis"
(1996), dan "Rafilus" (1988). Kumpulan cerita pendeknya, "Orang-Orang Bloomington"
(1980), juga mencuri perhatian. Selain itu, ia telah menerbitkan sejumlah karya esai,
seperti "Solilokui" (1983), "Harmonium" (1996), dan "Fofo dan Senggiring" (2005).
Prestasi gemilangnya terlihat dari novel "Olenka" yang meraih hadiah pertama
dalam sayembara mengarang naskah Roman Dewan Kesenian Jakarta tahun 1980.
Novel tersebut juga mendapatkan penghargaan sebagai novel terbaik pada 1983 dari
Dewan Kesenian Jakarta.
Sumber inspirasi Budhi Darma dalam kesenangan membaca diduga berasal dari
ibunya. Orangtuanya, terutama ibunya, memiliki tradisi membaca yang kuat, terutama
dalam cerita wayang dan mitologi Jawa. Ini memberikan dasar kuat bagi minat Budhi
Darma dalam membaca dan menulis. Saat berkuliah di Universitas Gadjah Mada,
tinggal di rumah pamannya, Prof. Mr. Notosusanto, membuka cakrawala keilmuannya
melalui diskusi ilmiah yang sering dilakukan.
Budi Darma juga memberikan kontribusi besar pada kemajuan sastra melalui
partisipasinya dalam Majelis Sastra Asia Tenggara (Mastera). Selain menjadi
pembimbing bagi cerpenis, esais, dan novelis muda dari Brunei Darussalam,
Indonesia, dan Malaysia, ia juga terlibat dalam program penulisan Mastera pada
berbagai tahun. Pengabdiannya tidak hanya terbatas pada itu, karena ia juga ditunjuk
sebagai pakar kesusastraan bandingan dalam keanggotaan pakar Mastera Indonesia.
Terlibat dalam pembimbingan lokakarya dan penataran sastra bagi pegawai
Pusat Bahasa dan dosen muda dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia, yang
diselenggarakan oleh Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional, menunjukkan
dedikasi Budhi Darma dalam berbagi pengetahuan dan pengalaman sastranya.

Sinopsis:
Gito, seorang anak dari Jawa Timur, lahir dan tumbuh dalam kehidupan sederhana
bersama guru dan teman-temannya. Kehidupan mereka minim, dengan hanya satu kali
makan setelah pulang sekolah, pakaian yang luntur, compang-camping, dan tanpa alas
kaki. Meski ada guru yang memakai alas kaki, namun kondisinya juga rusak. Suatu
hari, saat melewati kedai gulai kambing, Gito bertemu dengan Keke Leman yang
memberinya makan dan menceritakan tentang tukang cukur aneh yang muncul di
bawah pohon cemara.
Keesokan harinya, kejutan datang dengan kehadiran guru baru, Daisuk, yang entah
dari mana asalnya. Daisuk bukan hanya menggantikan guru yang absen, tetapi juga
mengajarkan pandangan unik bahwa Rusia adalah negara hebat, bersih, dan warganya
lebih bahagia daripada di Kota Kudus. Namun, Daisuk tiba-tiba menghilang setelah
beberapa minggu.
Beberapa hari kemudian, Kota Kudus diserbu pasukan berbaret merah, yang kembali
membuat Gito terkejut karena melihat tukang cukur di antara mereka. Pasukan ini
berhasil diatasi oleh bantuan dari Jawa Barat. Namun, kemudian Kota Kudus
diguncang oleh kedatangan pasukan Belanda, menciptakan atmosfer mencekam dan
mati. Gito dan keluarganya harus berlindung di ruang bawah tanah tanpa makan
selama dua hari.
Setelah keadaan tenang, Gito dan keluarganya pindah, dan dari saat itu, Ruslan,
teman ayah Gito, menghilang. Gito mulai memulai kehidupannya lagi seperti biasa.
Namun, ketika Gito masuk kelas dua SMP, situasinya berubah kembali. Di daerah
pelacuran, ia menemui sekelompok orang berseragam baret hijau, yang ternyata
adalah tentara NII yang ingin menjadikan Indonesia negara Islam.
Tengah malam, Gito terbangun oleh suara tembakan di bekas gudang rokok dekat
rumahnya. Pagi hari, keadaan sekitar menjadi tenang dan sunyi. Gito mendapat kabar
bahwa pertempuran di gudang rokok telah berakhir, menyisakan tentara NII yang kabur
dan terjebak di dalamnya. Para jenazah dikeluarkan dan dikerumuni orang penasaran,
termasuk Gito yang melihat langsung kejadian tragis tersebut.

Ulasan singkat:
Cerita pendek tentang tukang cukur merupakan karya yang sangat menarik untuk
dinikmati, karena di dalamnya terdapat pelajaran berharga yang dapat diambil. Cerita
ini tidak hanya memaparkan kehidupan seorang anak bernama Gito dan teman-
temannya di Kota Kudus, Indonesia pada masa lalu, tetapi juga menggambarkan
suasana pada waktu itu. Gito, sebagai tokoh utama, menghadapi kehidupan yang
sederhana bersama teman-temannya.
Suatu hari, kejadian tak terduga terjadi yang membuat Gito bingung, yaitu munculnya
seorang tukang cukur dalam berbagai peristiwa. Seiring berjalannya waktu,
kebingungan Gito semakin bertambah karena tukang cukur tersebut terlibat dalam
peristiwa-peristiwa yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Misalnya, tukang
cukur yang awalnya mengenakan baju merah berubah menjadi perampok, dan
kemudian bersama Ruslan, serta menjadi korban dalam pertempuran antara tentara
Indonesia dan NII di gudang rokok.
Cerpen ini sangat menarik, terutama bagi para penggemar genre misteri, karena
menyajikan pengalaman unik Gito dan keterlibatan tukang cukur dalam peristiwa-
peristiwa misterius tersebut.

Keunggulan Cerpen:
Cerpen tukang cukur ini sangat seru bagi orang yang sangat suka akan misteri karena
membutuhkan daya pikir yang kuat agar mengerti cerpen tersebut, selain itu cerpen ini
dapat membawa experience pada para pembaca dengan pengemasan yang bagus.

Kekurangan Cerpen:
Cerpen berjudul tukang cukur ini cukup sulit untuk pahami bagi beberapa orang, karena
alur yang cukup membingungkan dan juga permasalahan dalam cerpen ini kurang
ditunjukan secara tegas dan lugas.

Struktur Pembangan Cerpen:


Tema : Kemiskinan, konflik pada masa awal kemerdekaan
Amanat : Cerminan kehidupan sederhana Gito dan teman-temannya yang
harus beradaptasi dengan keterbatasan ekonomi dan dampak dari perang.
Pengalaman hidup Gito yang penuhi dengan kejutan, kehilangan, dan
konsekuensi perang memberikan pesan tentang ketidakpastian hidup,
pentingnya adaptasi dalam menghadapi perubahan, serta dampak
kemanusiaan dan ideologi dalam konteks sejarah perang. Pada akhirnya, cerita
ini menyampaikan pesan tentang keberanian dan ketangguhan dalam
menghadapi tantangan yang tak terduga dalam kehidupan.
Latar :
1. Latar Tempat : Kota Kudus, Sekolah Gito, Alun-alun Kota Kudus, dan Bekas
Gudang Rokok
2. Latar Waktu : Pagim Sore, Malam, dan Tengah Malam
3. Latar Suasana : Menegangkan dan Membingungkan
Penokohan :
1. Gito, sebagai tokoh utama, digambarkan sebagai individu yang baik dan
berusaha keras. Cerita menunjukkan bahwa Gito membantu kakek leman
bekerja, menunjukkan kerja kerasnya untuk mengatasi kelaparan. Gito
juga diilustrasikan sebagai korban dalam cerita ini, tidak terlibat dalam
tindakan jahat.
2. Tukang cukur, sebagai tokoh antagonis, melakukan perbuatan jahat
seperti melukai pelanggan kakek leman dan berganti peran sebagai
tentara PKI yang membuat kota kudus menjadi sengsara. Meski
perannya berubah-ubah, tukang cukur tetap bertindak dengan
kekejaman, terlibat dalam pembunuhan dan konflik antara tentara
Indonesia dan NII yang akhirnya berujung pada kematiannya.
3. Daisuki, sebagai tokoh antagonis, terlibat dalam membesar-besarkan
negara Russia dan merendahkan Indonesia dalam ceritanya. Daisuki
memainkan peran yang menantang, menciptakan perbandingan antara
kedua negara dengan cara yang merendahkan.
4. Kakek leman, sebagai tokoh baik, memberikan bantuan kepada Gito
yang kelaparan dan memberikan informasi tentang tukang cukur
misterius.
Teknik alur : Orientasi - Konflik - Klimaks - Anti Klimaks - Resolusi
Sudut pandang : Penulis
Gaya bahasa : Gaya bahasa yang digunakan dalam cerpen tukang
tersebut menggunakan bahasa yang sulit dimengerti dengan penggunaan
majas-majas yang jarang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Nilai nilai kehidupan : Dalam narasi "Tukang Cukur", terdapat nuansa nilai-
nilai sosial yang muncul ketika tokoh utama, Gito, berinteraksi dengan Kakek
Leman. Hubungan ini menjadi pemicu dari alur cerita yang menggelinding. Gito
juga mengalami nasib serupa dengan guru dan rekan-rekannya di sekolah,
menghadapi kehidupan yang serba sederhana. Gito senantiasa menyaksikan
tukang cukur dalam berbagai konteks yang berubah-ubah, dan pandangannya
terhadap tukang cukur selalu berubah seiring waktu.
Format 1
Inventaris Satuan Peristiwa
No. Rumusan Satuan Peristiwa Narator Halaman

1. Gito mempunyai rumah di pinggiran kota Kudus, oleh Penulis 67 (P1:1)


karena itu ia harus berjalan empat belas kilo ke sekolah
hampir setiap hari

2. Jalan untuk pergi ke kesekolah terdapat banyak pilihan, Penulis 67 (P1:2-3)


bahkan Gito dapat memilih jalan yang jauh untuk
membuatnya bahagia

3. Gito hanya makan sehari selepas pulang sekolah Penulis 67 (P2:1)

4. Seperti anak lainnya, Gito tidak mempunyai sandal dan Penulis 67 (P2:2)
sepatu

5. Guru-guru Gito pun tidak mempunyai sepatu dan Penulis 67 (P2:3-4)


sandal, jika punya pasti kondisinya sudah tidak layak

6. Pakaian Gito, teman-temannya, dan gurunya sudah Penulis 67 (P3:1)


compang-camping

7. Warna pakaian mereka sudah luntur dan ketika Penulis 67 (P3:2)


diperbaiki pun luntur kembali

Gito tahu cara menagkala kelaparan Penulis 67 (P4:1)

8. Gito dapat menangkap ikan untuk mengatasi kelaparan Penulis 67 (P4:2)

9. Sepulang sekolah Gito kadang melewati pasar Johar Penulis 67 (P4:2)

10. Di pasar Johar Gito dapat memunguti remah-remah Penulis 67 (P4:2)


gula jawa

11. Terdapat pabrik bungkil kacang tanah di dekat rumah Penulis 67 (P5:1)
gitu

12. Terkadang Gito memunguti remah-remah di pabrik Penulis 67 (P5:1-2)


bungkil kacang tanah

13. Walaupun begitu dia tahu itu akan menyebabkan Penulis 67 (P5:2)
gondongan, leher bisa membengkak sampai besar

14. Saat beras padi habis, keluarga Gito mencari alternatif Penulis 67 (P6:1)
lain yaitu ketela pohon untuk bahan makanan

15. Suatu hari Gito melewati kedai gulai kambing kakek Penulis 67 (P7:1)
Leman

16. Gito dipanggil kakek Leman, seorang laki laki tua Penulis 67 (P7:1)
yang selalu memakai udeng Jawa di kepalanya

17. Gito diberi makan kakek Leman Penulis 67 (P7:2)

18. Gito disuruh membersihkan rumput Penulis 67 (P7:2)


19. Kakek Leman bertanya kepada Gito terkait tukang Penulis 67 (P8:1)
cukur

20. Kakek Leman membuka tutup kepalanya (udeng) Penulis 67 (P9:1)

21. Kakek Leman menunjukan bekas luka di kepala Penulis 68 (P10:1)

22. Diceritakan asal-usul luka tersebut Penulis 68 (P11:1)

23. Tiba-tiba ada tukang cukur di bawah pohon cemara Penulis 68 (P11:1)

24. Kakek Leman dan langganannya heran tiba-tiba ada Penulis 68 (P11:2)
tukang cukur

25. Tiga dari lima pelanggan tukang cukur itu, kepalanya Penulis 68 (P12:1)
luka

26. Tukang cukur meminta maaf atas kejadian tersebut Penulis 68 (P12:2)

27. Tapi semua korban yakin bahwa tukang cukur


melakukannya dengan sengaja

28. Tukang berkata mengenai tukang cukur pekejaan mulia Penulis 68 (P13:1-3)
karena memegang kepala orang lain

29. Keesokan harinya datang guru baru bernama Dasuki ke Penulis 68 (P14:1)
sekolah Gito

30. Di sekolah Gito terdapat 6 kelas yaitu kelas 1 hingga


kelas 6

31. Jumlah guru di sekolah Gito ada delapan dan saling Penulis 68 (P14:2-3)
bergantian ketika ada yg berhalangan

32. Semua guru datang kesekolah Penulis 68 (P14:4)

33, Dasuki masuk ke semua kelas Penulis 68 (P14:4)

34. Guru yang kelasnya dimasuki Dasuki harus ikut Penulis 68 (P14:4)
pelajaran Dasuki

35. Dasuki berbicara secara tegas bahwa negara paling Penulis 68 (P14:1)
hebat adalah Russia dengan berbagai kelebihannya

36. Semua kota dan desa di Rusia bersih Penullis 68 (P14:1)

37. Semua penduduk di Rusia bahagia Penulis 68 (P14:1)

38. Makanan di Rusia enak-enak Penulis 68 (P14:1)

39. Dasuki menunjuk ke jalan Deandles dan berbicara “lihat Penulis 68 (P15:1)
dokar itu”

40. Kuda itu buang air sambil lari Penulis 68 (P15:2)

41. Di Rusia sedah diatur dengan baik sehingga tidak akan Penulis 68 (P16:1-2)
terjadi seperti itu

42. Dasuki melanjutkan pembicaraannya tentang Penulis 68 (P17-18:1)


kehebatan Rusia

43. Para murid terkagum-kagum Penulis 68 (P19:1)

44. Banyak reaksi dari tanggapan guru-guru terhadap cerita Penulis 68 (P19:2)
Dasuki
45. Ada guru yang kagum Penulis 68 (P18:2)

46. Ada guru yang tersenyum tidak enak Penulis 68 (P18:2)

47. Ada pula guru yang pura pura mendengarkan, tapi Penulis 68 (P18:2)
pikirannya membayangkan makanan

48. Dasuki hanya mengajar beberapa minggu dan pergi Penulis 68 (P20:1)
tidak pernah kembali ke sekolah

49. Suatu hari Gito sengaja melewati jalan yg banyak Penulis 69 (P21:1)
pohon cemara

50. Terlihat tukang cukur sedang berbicara sendiri Penulis 69 (P21:2)

51. Tukang cukur melihat Gito Penulis 69 (P21:3)

52. Tukang cukur memanggil Gito Penulis 69 (P21:3)

53. Tukang cukur berbicara Gito Penulis 69 (P22:1)

54. Tukang cukur mendekati Gito Penulis 69 (P23:1)

55. Gito berlari kencang sambil Penulis 69 (P23:2)

56. Awalnya tukang cukur ingin mengejar, tapi ia mendekati Penulis 69 (P24:1)
Gito

57. Akhir bulan september 1948 terasa suasana Penulis 69 (P24:1)


mencekanm dimana-mana

58. Banyak tentara yang menggunakan duk merah entah Penulis 69 (P24:2)
datang dari mana

59. Kata orang itu tentara PKI Penulis 69 (P24:4)

60. Mereka berkeliaran keluar masuk kampung Penulis 69 (P24:4)

61. Tentara PKI berkeliaran dan bergerombol di daerah Penulis 69 (P24:4)


sandulok

62. Terdengar suara tembakan selama 24 jam Penulis 69 (P25:1)

63. Semakin hari, semakin banyak tersebar cerita kurang Penulis 69 (P25:2)
jelas

64. Mata uang Indonesia sudah tidak berlaku Penulis 69 (P26:2)

65. Uang diganti dengan mata uang komunis Penulis 69 (P26:2)

66. Harga semua barang naik drastis Penulis 69 (P26:2)

67. Tukang cukur yg ternyata tentara PKI memasuki daerah Penulis 69 (P27:1)
belakang rumah sakit

68. Didahului oleh orang-orang yang diikat tagannya Penulis 69 (P27:1)

69. Gito mengikuti mereka Penulis 69 (P28:1)

70. Gito bersembungi di balik semak-semak Penulis 69 (P28:2)

71. Orang-orang tersebut dikat pohoan Penulis 69 (P28:2)


72. Gito menyaksikan para tentara PKI, melakukan Penulis 69 (P29:3)
kekerasan pada orang-orang yg dibawanya

73. Listrik tidak menyala dan membuat keadaan lebih Penulis 69 (P30:1)
gawat

74. Kadang tembakan terdengar selama dua puluh empat Penulis 69 (P30:2)
jam

75. Pasukan Siliwangi masuk ke kota Kudus membuat Penulis 69 (P31:1)


situasi lebih gawat

76. Tentara PKI melarikan diri beberapa Penulis 69 (P31:2)

77. Orang-orang PKI ditangkap dan para tokohnya dibawa Penulis 69 (P3:1)
ke alun alun

78. Orang-orang PKI ditembak Penulis 70 (P32:1)

79. Gito melihat pemandangan yg sukar dipercaya Penulis 70 (P32:2)

80. Tukang cukur berubah dari PKI menjadi pakaian Penulis 70 (P32:2)
preman

81. Tukang cukur memberi komando dan melilitkan kain ke Penulis 70 (P32:2)
wajah-wajah yg akan dihukum mati

82. Kemudian tukang cukur melilitkan kain di wajah Penulis 70(P32:2)


mereka agar tidak bisa melihat regu penemabak

83. Semua orang dapat melihat hukuman tembak mati oleh Penulis 70 (P33:1)
pasukan Siliwangi

84. Gito tau tentara PKI membunuh secara diam diam Penulis 70 (P33:2)
tidak sperti pasukan siliwangi

85. Tukang cukur mondar mandir dengan sikap gagah Penulis 70 (P33:3)
dalam peristiwa hukaman mati

86. Tersebar kabar mengatakan tukang cukur dihajar Penulis 70 (P34:2)


pasuka siliwangi

87. Atas tuduhan dia membuat daftar orang yang Penulis 70 (P34:2)
dibencinya untuk dihukum mati, tanpa adanya
bukti

88. Makin lama suasana makin mencekam Penulis 70 (P35:1)

89. Pasukan Siliwangi meninggalkan Kudus mengejar Penulis 70 (P35:2)


tentara PKI

90. Langit dilewati pesawat cocor merah Penulis 70 (P36:1)

91. Kota Kudus disapu tembakan dahsyat dari tembakan Penulis 70 (P36:3)
pesawat cocor merah

92. Jenazah bergelimpangan dimana-mana Penulis 70 (P36:5)

93. Beberapa bagian Getas Pejaten dihujani peliuru Penulis 70 (P36:6)

94. Rumah Gito terhantam peluru Penulis 70 (P36:7)

95. Ayah Gito menyagajak keluarga untuk mengungsi ke Penulis 70 (P37:1)


rumah Pak Ruslan
96. Keluarga Ruslan menyambut mereka dengan baik Penulis 70 (P38:1)

97. Keluarga Rusian memberi barang agar tetap bisa Penulis 70 (P38:1)
tenang

98. Keluarga Ruslan dan Gito berlindung di bawah tanah Penulis 70 (P39:1)

99. Ruslan membagikan pil agar kenyang Penulis 70 (P39:2)

100. Pasuka Belanda memasuki kota Kudus pukul tiga Penulis 70 (P40:1)

101. Kota Kudus dan sekitarnya resmi diduduki Belanda Penulis 70 (P40:2)

102. Keluarga Ruslan meninggalkan rumahnya Penulis 71 (P41:2)

103. Para tentara Belanda masuk kamoung Penulis 71 (P41:2)

104. Tentara Belanda menangkap semua pria yg dicurigai Penulis 71 (P41:2)

105. Pria-pria tersebut dibawa entah kemana Penulis 71 (P41:2)

106. Setelah keadaan tenang Gito memumulai hidup Penulis 71 (P42:1)


seperti kehidupannya dulu

107. Gito mulai sekolah seperti biasa saat keadaan telah Penulis 71 (P42:1)
tenang

108. Saat Gito pulang, ada sebuah jeep berjalan perlahan Penulis 71 (P43:1)

109. Gito bersembunyi di selokan Penulis 71 (P43:1)

110. Tiap malam terjadi tembak menembak Penulis 71 (P44:1)

111. Gerilyawan pejuang Indonesia masuk kota Penulis 71 (P44:1)

112. Gito masuk SMP Penulis 71 (P45:1)

113. Tentara Belanda ditarik berdasarkan hasil konferensi Penulis 71 (P46:1-2)


meja bundar

114. Tentara Indonesia masuk dari sekian banyak Penulis 71 (P46:2)


markas yang kebanyakan dari daerah gunung
Muria

115. Gito mendengar penarikan pasukan Belanda Penulis 71 (P46:3)


adalah hasil konferensi meja bundar di belanda

116. Mereka harus meninggalkan Indonesia, kecuali Irian Penulis 71 (P46:3)


Barat

117. Tukang cukur dan Ruslan hilang tanpa jejak Penulis 71 (P47:1)

118. Suasana Kudus tegang kembali, saat Gito kelas 2 Penulis 71 (P48:1)

119. Banyak tentara menggunakan duk hijau berkeliaran dan Penulis 71 (P48:2-3)
bergerombol

120. Seperti dulu Banyak tentara yang berkeliaran di Penulis 71 (P49:1)


kawasan sandulok(pelacuran)

121. Sekitar jam satu malam, GIto mendengar suara Penulis 71 (P49:1)
tembakan tanpa henti
122. Jam enam pagi suasana menjadi senyap Penulis 71 (P49:2)

123. Tersebar berita pertempuran di bekas pabrik rokok Penulis 71 (P50:1)


Nitisemito

124. Sebagian tentara liar terjebak dan sebagian melarikan Penulis 71 (P50:2)
diri

125. Gito baru mengetahui tentara liar adalah tentara Penulis 71 (P50:3)
NII (Negara Islam Indonesia)

126. Tentara liar bertujuan untuk menjatuhkan Penulis 71 (P50:3)


pemerintah

127. Ketika Gito ke pabrik bekas rokok sudah banyak Penulis 71 (P51:1)
yang berkerumun disana

128. Semua mayat tentara sudah diangkut dan dibaringkan Penulis 71 (P51:2)
di pinggir jalan

129. Salah satu mayatnya adalah tukang cukur Penulis 71 (P51:3)


Format 2
Identifikasi kesamaan satuan peristiwa
No Kesamaan satuan Keterangan
peristiwa
1 61=120 Menceritakan kondisi pasuka yang berkumpul di
sandulok
2 62=74 Sama-sama peristiwa tembak menembak selama 24
jam

3 88=118 Menceritakan suasana yang mencekam

5 6=7 Sama sama menceritakan keadaan pakaian yang


dikenakan guru, teman gito dan gito
6 11=12 Berkisah tentang Gito yang memunguti makanan

8 31=32 Sama sama menjelaskan tentang sekolah gito


9 35=36=37=38 Menceritakan keadaan Rusia yang sangat indah

10 90=91 Berisi tentang langit Kudus yang dilalui peswat


cocor merah
12 45=46=47 Sama sama menjelaskan reaksi guru terhadap
cerita yang diceritakan daisuki
14 23=24 Berisi peristiwa dimana orang-orang kebingunan
kakek Leman yang tiba tiba muncul

16 96=97=99 Sama sama menunjukan sikap aik keluarga Ruslan


ke keluarga gito
17 70=109 Sama sama menceritakan gito yang bersembunyi
karena ada tukang cukur
18 78=133 Sama sama menceritakan tantara yang kabur dari
Kawasan kota kudus
19 73=81 Sama sama menunjukan gito yang menyaksikan
peristiwa yang tidak terduga
20 120=123 Sama sama menceritaakn pasukan belanda yang
keluar dari indonesia
21 118=121 Sama sama menceritakan pasukan indonesia yang
masuk ke kota kudus
22 3=4 Sama sama menceritakan keadaan gito dan teman
temannya
23 98=99 Sama sama menceritakan tempat yang dihujani
oleh peluru
24 58=110=126 Sama sama menceritakan masuknya tentara ke
kota Kudus
25 73=86 Sama sama menceritakan gitoang mengetahui
tentara PKI membunuh secara diam diam
Format 3
Identifikasi pertentangan satuan peristiwa
No Pertentangan suatu Keterangan
peristiwa
1 13X14 Menunjukan pertentangan bahwa gito memungut
remah bungkil kacang tanah walaupun dia tau
akan terkena penyakit
2 26X27 Menunjukan pertentanagn bahwa tukang cukur
meluakai pelanggannya secara tidak sengaja dan
meminta maaf tapi pelangganya meyakin tukang
cukur melakukan dengan sengaja
3 33X34 Menunujukan pertentangan daisuki yang menjadi
guru pengganti tetepai semua guru masuk
4 41X42 Menunukan pertentanagn di Russia tidak ada
kuda yang kencing sambil berlari sementara di
kota itu ada kuda yang kencing sambil berlari
5 53X54 Menunjukan pertentanagn gito yang dikejar oleh
tukang cukur tapi gito berdiam dan tidak lari
6 68X82 Menunjukan pertentangan tukang cukur yang
memakai duk seperti PKI berubah menjadi
preman
7 109X116 menunjukan pertentangan ruslan yang
meninggalkan rumah muncul bersamaan dengan
tukang cukur
8 128X130 Menunjukan pertentangan keadaan di dekat
rumah gito yang malamnya suram namun pagi
hari langsung senyap
Format 4
Interpretasi dan Pembuktian Satuan Peristiwa

Anda mungkin juga menyukai