Anda di halaman 1dari 2

Bonsai - Hikayat Satu Keluarga Cina Benteng

by Pralampita Lembahmata

Buku yg cukup mengaduk-aduk emosi. Membaca buku ini ibarat membaca sejarah Indonesia dari sudut pandang
etnis Tionghoa lewat tiga generasi sebuah keluarga Cina Benteng di Tangerang. Kisah yg dimulai sejak akhir
penjajahan Belanda hingga kerusuhan Mei '98 terangkum lengkap dalam buku ini. Buku yg padat! Kepiawaian
Pralampita Lembahmata dalam mengolah dialog, diksi serta tata bahasa yg disesuaikan pada masing-masing
jaman sungguh patut diacungi jempol. Bahkan surat Boen dan Tan ditulis dalam ejaan djadoel! Keren pake
banget! Salut dengan segala risetnya dan kehebatan memasukkan unsur sejarah politik dengan cukup smooth
Belum lagi tentang filosofi Cina dan ajaran Tao The Ching lewat kisah perawatan bonsai yg menjadi benang merah
dalam buku ini. Dan yg gw iri di sini, bagaimana tokoh-tokoh dalam novel ini begitu lurus hati, begitu juga orangorang di sekelilingnya. Tragedi yg menimpa mereka semata-mata karena dipaksa keadaan, bukan karena ada
pengkhianatan, iri dan dengki dari orang-orang terdekat (eh, mungkin cuma soal Wahidin doang sih). Too good
to be true. Atau, memang kehidupan pada dasarnya berjalan kayak gitu ya dan gw-nya yg kelewat skeptis
memandang hidup? *tsah* :p
Lewat buku ini pula, gw juga baru tahu bagaimana kejamnya diskriminasi yg dilakukan negara ini pada kaum
peranakan. Gw selama ini hanya mendengar tentang kekejaman terhadap warga Tionghoa saat kerusuhan Mei.
Ternyata kejadian serupa juga pernah terjadi saat NICA datang dengan membonceng Sekutu. Bagi pecinta sejarah
negeri ini, mungkin keterangan sejarah dalam novel ini nggak ada yg baru. Namun, dengan roman yg dibangun di
sini, suasana, emosi dan keadaan waktu itu lebih mudah dibayangkan. Yang jelas menurut gw, buku ini
mengingatkan kita bahwa kita ini bangsa yg satu, apapun suku atau etnisnya. Buku yg 'memuaskan'|Cara bertutur
para tokoh juga bergulir seiring dengan jaman yang berubah. Misalnya cara bicara Boenarman dengan sahabatsahabatnya lebih berbunga-bunga atau lebih banyak kata-kata yang halus dibanding ketika Boenadi bertutur,
berubah lagi ketika Meily, anak Boenadi berbicara. Surat-suratan Boenarman juga ditulis dengan bahasa Indonesia
berejaan lama.

berubah lagi ketika Meily, anak Boenadi berbicara. Surat-suratan Boenarman juga ditulis dengan bahasa Indonesia
berejaan lama.
Cerita bonsai berlatar belakang keluarga keturunan Tionghoa, yang sudah turun-temurun ada di Indonsia,
sehingga sudah berbaur dengan bangsa pribumi. Pembaca diajak menelusuri sejarah Indonesia, sejak masih ada
yang namanya Festival Perahu Naga di Tangerang, hingga kerusuhan Mei 1998. Dari jaman ketika para warga
keturunan dan pribumi bersatu, hidup damai tanpa ada prasangka dan curiga, hingga akhirnya warga keturunan
Cina dicaci-maki, difitnah, dan akhirnya terjadi berbagai peristiwa yang berujung pada perbedaan yang semakin
meruncing.
|Biarpun itu bonsai dalam keadaan kerdil, kuntet, kagak megah tinggi ke langit, dia tetap menunjukkan keadaan
yang bagus, daunnya tetap subur, rupanya elok, akarnya tua. Ngga ada kekurangannya. Biarpun ditaruh di dalam
pot kecil, dia tetap tumbuh sembari menyesuaian dirinya. Ngerti lu maksudnya apa? tanya Eng Kiat kepada
Boenadi .
Barangkali, kurang lebih, bahwa kita manusia seharusnya bisa tabah, walau hidup dalam kesempitan, tetap
berusaha tumbuh subur dan tidak menyesali keadaan. Tetap menunjukkan kemurahan hati dan keikhlasan buat
hidup sebagaimana layaknya. Pot yang kecil, keadaan yang sempit, bukan alasan untuk hidup meranggas.
Manusia kudu pinter-pinter menyesuaikan dengan keadaan
Here for more review :D
http://cabekriting.multiply.com/revie...|Saya suka dengan ceritanya yang penuh sejarah, pasti penulisnya
melakukan riset dengan teliti. Menurut saya pribadi, banyak bagian yang bisa di-edit sehingga lebih cepat plotnya. Oleh karena itu saya kasih 3 bintang. Bintang ke-4 saya berikan karena, saya belikan satu kopi utk mertua
saya yang kemudian sampai nangis-nangis bacanya..hehe..dia bilang itu semua masa kecil dia tertulis di sana,
termasuk mancing ikan belida.
Apalagi dia hobi berkebun, walau bukan bonsai, ini buku sudah seperti biografi dia sendiri. (Jangan-jangan dia
dulu bekas tetangga si penulis? hehehe...sepertinya umurnya kira2 sama)|998 - 2014

Anda mungkin juga menyukai