Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga,masyarakat dan pemerintah.

Pendidikan dilakukan melalui kegiatanbimbingan, pengajaran dan latihan yang berlangsung di

sekolah maupun diluar sekolah. “Tujuan pendidikan yaitunya untuk mempersiapkan peserta

didik dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secaratepat di masa yang

akan datang. Pendidikan adalah pengalaman–pengalamanbelajar terprogram dalam bentuk

pendidikan formal, non formal dan informaldi sekolah dan luar sekolah, yang berlangsung

seumur hidup yang bertujuanoptimalisasi pertimbangan kemampuan-kemampuan individu, agar

dikemudian hari dapat memainkan peranan hidup secara cepat”(Mudyahardjo, 2010: 11). Salah

satu jenjang pendidikan adalah pendidikananak usia dini (PAUD). Menurut Undang-Undang

Sisdiknas tahun 2003 Pasal 28 dinyatakan bahwa:Pendidikan anak usia dini dapat

diselenggarakan melalui jalurpendidikan formal (Taman Kanak-Kanak, Raudatul Athfal atau

bentuk lain yang sederajat), jalur pendidikan nonformal (Kelompok Bermain,Taman Penitipan

Anak atau bentuk lain yang sederajat) dan jalurpendidikan informal yang berbentuk pendidikan

keluarga ataupendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.Sejalan dengan itu,

berdasarkan Undang-Undang Sisdiknas Tahun 2003 Pasal 1 ayat 14 (dalam Kurniasih, 2009: 9-

10) dinyatakan bahwa:Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang

ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui

pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani

dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
BAB II KAJIAN TEORI

2.1. Kedisiplinan

2.1.1 Pengertian Kedisiplinan Menurut Hurlock (dalam Tu’u, 2004) mengatakan Istilah disiplin

berasal dari bahasa latin “disciplina” yang menunjuk kepada kegiatan belajar mengajar. Istilah

tersebut sangat dekat dengan istilah bahasa inggris disciple yang berarti seorang yang belajar dari

atau secara suka rela mengikuti seseorang pemimpin. Guru merupakan pemimpin dan anak

merupakan murid yang belajar dari mereka cara hidup yang menuju ke hidup yang berguna dan

bahagia. budaya merupakan salah satu unsur yang mempengaruhi kedisiplinan dimana individu

itu dilahirkan. Budaya mengantri merupakan salah satu bentuk tingkat pencapaian dalam hal

mengajarkan kedisiplinan yang terdapat di kurikulum pendidikan anak usia dini saat ini. Dalam

istilah bahasa inggris lain discipline berarti (1) taat, tertib, atau mengendalikan tingkah laku,

penguasaan diri, kendali diri; (2) latihan membentuk, meluruskan atau menyempurnakan sesuatu

sebagai kemampuan mental atau karakter moral; (3) hukuman yang diberikan untuk melatih atau

memperbaiki; (4) kumpulan atau system peraturan-peraturan bagi tingkah laku. Dari uraian

diatas penulis dapat menyimpulakan bahwa, disiplin sebagai latihan yang bertujuan untuk

membentuk perilaku seseorang. 7 Kedisiplinan sangat penting untuk anak usia dini, apabila

kedisiplinan terus menerus diterapkan pada anak maka anak akan terbiasa dalam mengendalikan

perilakunya dengan baik dan teratur. 2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kedisiplinan

Anak Usia Dini Menurut Purwanto (dalam Jurnal Desti, 2014) kedisiplinan anak dapat dilihat

dalam 3 aspek yaitu: 1) Lingkungan Keluarga Yang dimaksud dengan disiplin lingkungan

keluarga adalah peraturan dirumah mengajarkan anak apa yang harus dan apa yang boleh

dilakukan dirumah atau dalam hubungan dengan anggota keluarga. Disiplin keluarga mempunyai

peran penting agar anak segera belajar dalam hal prilaku. Lingkungan keluarga sering disebut
lingkungan pertama didalam pendidikan dan sangat penting dalam membetuk pola kepribadian

anak, karena dalam keluarga anak pertama kali berkenalan dengan nilai dan norma. Aspek

disiplin dilingkungan keluarga, meliputi: (a) Mengerjakan tugas sekolah di rumah, (b)

Mempersiapkan keperluan sekolah dirumah. 2) Lingkungan Sekolah Yang dimaksud dengan

disiplin lingkungan sekolah adalah peraturan, peraturan ini mengatakan pada anak apa yang

harus dan apa yang tidak boleh dilakukan sewaktu dilingkungan sekolah. 8 Disiplin sekolah

merupakan hal yang sangat penting dalam peraturan dan tata tertib yang ditunjukan pada anak.

Apabila disiplin sekolah telah menjadi kebiasaan belajar, maka nantinya anak benar-benar

menganggap kalau belajar disekolah adalah merupakan suatu kebutuhan bukan sebagai

kewajiban atau tekanan. Aspek disiplin anak di lingkungan sekolah, meliputi : (a) Sikap anak

dikelas, (b) Kehadiran siswa, (c) Melaksanakan tata tertib di sekolah. 3) Lingkungan Pergaulan

Yang dimaksud dengan disiplin lingkungan pergaulan adalah peraturan lapangan bermain

terutama dipusatkan pada permainan dan olah raga. Peraturan itu juga mengatur tingkah laku

kelompok. Peraturan disini mempunyai nilai pendidikan, sebab peraturan memperkenalkan pada

anak prilaku yang disetujui anggota kelompoknya. Aspek disiplin anak di lingkungan pergaulan,

meliputi: (a) Yang berhubungan dengan pinjam meminjam, (b) Yang berhubungan dengan

disiplin waktu. 2.1.3 Indikator Kedisiplinan Anak Berdasarkan Permendiknas No 58 tahun 2009

indikator perkembangan kemampuan anak usia 4-5 tahun sosial emosional yang bertujuan untuk

meningkatkan kedisiplinan anak adalah: “ anak mampu menunggu giliran” dan diamati melalui

aspek sebagai berikut: 9 (1) Anak dapat mengantri saat mencuci tangan, (2) Anak dapat

mengantri saat mengambil worksheet dari guru, (3) Anak dapat mengantri saat mengumpulkan

worksheet di depat kelas. 2.2 Pembiasaan Kegiatan Mengantri 2.2.1 Pengertian Pembiasaan

Kegiatan Mengantri Pembiasaan merupakan kegiatan yang dilakukan setiap hari dengan tidak
terbebani hal atau kegiatan yang dilakukan diri sendiri. Kementrian pendidikan nasional

direktorat jenderal manajemen pendidikan dalam pedoman pembelajaran bidang pengembangan

pembentukan perilaku di sekolah (2010) menyatakan bahwa pembiasaan di ambil dari kata

“biasa”, yaitu sesuatu yang dikenal, tidak asing, sering dilihat, sering dikerjakan atau dilakukan.

agar perbuatan menjadi biasa perlu dilakukan upaya membiasakan yaitu upaya agar sesuatu yang

asalnya tidak dikenal menjadi dikenal, serta sesuatu yang hanya dikenal menjadi perilaku yang

menetap dan terus-menerus dilakukan. Menurut Mudjito (2007) tujuan pengembangan

pembiasaan adalah menfasilitasi anak untuk menampilkan totalitas pemahaman ke dalam

kehidupan sehari-hari, baik di sekolah maupun dilingkungan yang lebih luas (keluarga, kawan,

masyarakat). Sedangkan menurut Muhamad, (2009) menyatakan dengan pembiasaan ini dapat

menanamkan perilaku baik dalam menanamkan disiplin diri pada peserta didik untuk melakukan

10 kegiatan yang dilakukan dengan sendiri tanpa ada paksaan. Menanamkan kebiasaan antri

sangat penting dilakukan sedini mungkin. Pembiasaan antri ini dilakukan agar anak terbiasa

untuk bersikap antri bukan hanya di sekolah tetapi dimanapun mereka berada baik di rumah

maupun di lingkungan masyarakat. Banyak hal yang dapat dipelajari oleh anak, contohnya

melalui kegiatan antri mencuci tangan anak dapat belajar menghargai teman, belajar sabar

menunggu giliran, dan juga belajar untuk melakukan pola hidup teratur. pembiasaan sangat

penting untuk anak. ketika pembiasaan terus dilakukan dengan membiasakan anak dalam hal apa

saja yang berkaitan dengan disiplin diri, seperti membiasakan anak dalam hal mengantri, maka

anak akan terbiasa melakukan suatu tindakan tanpa di beri arahan lagi. 2.2.2 Kelebihan dan

Kekurangan Metode Pembiasaan Sebagai metode-metode pendidikan lainnya di dalam proses

pendidikan, metode pembiasaan tidak terlepas dari dua aspek yang saling bertentangan, yaitu

kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan dan kekurangan metode pembiasaan menurut
Syaiful, (2003) adalah sebagai berikut: 11 a. Kelebihan metode pembiasaan 1) Pembentukan

kebiasaan yang dilakukan dengan mempergunakan metode pembiasaan akan menambah

ketepatan dan kecepatan pelaksanaan. 2) Pemanfaatan kebiasaan-kebiasaan tidak memerlukan

banyak konsentrasi dalam pelaksanaannya. 3) Pembentukan kebiasaan membuat gerakan-

gerakan yang kompleks dan rumit menjadi otomatis. b. Kekurangan metode pembiasaan 1)

Metode ini dapat menghambat bakat dan inisiatif murid. Hal ini oleh murid lebih banyak di bawa

kepada konformitas (kesesuaian) dan diarahkan kepada uniformitas (keseragaman). 2) Kadang-

kadang pelatihan yang dilakukan secara berulang-ulang merupakan hal yang monoton dan

mudah membosankan. 3) Membentuk kebiasaan yang kaku karena murid lebih banyak ditujukan

untuk mendapat kecakapan memberikan respon otomatis, tanpa menggunakan intelegensinya. 4)

Dapat menimbulkan verbalisme (bersifat kabur atau tidak jelas) karena murid lebih banyak

dilatih menghafal soal-soal dan menjawab secara otomatis. 12 2.2.3 Aspek-Aspek Pembiasaan

Menurut Nur (2009) Pembiasaan merupakan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dan

dalam kehidupan sehari-hari anak sehingga menjadi kebiasaan yang baik. Pembiasaan ini

meliputi aspek perkembangan moral dan nilai-nilai agama, pengembangan sosio emosional dan

kedisiplinan. Dari program pengembangan moral dan nilai-nilai agama diharapkan dapat

meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan yang maha Esa dan membantu terbinanya sikap anak

yang baik. Dan dengan pengembangan sosio emosional anak diharapkan dapat memiliki sikap

membantu orang lain, dapat mengendalikan diri dan berinteraksi dengan lingkungannya. Adapun

bentuk-bentuk Pembiasaan pada anak dapat dilaksanakan dengan cara berikut: 1) Kegiatan rutin,

adalah kegiatan yang dilakukan di sekolah setiap hari, misalnya berbaris, berdoa sebelum dan

sesudah melakukan kegiatan. 2) Pemberian teladan adalah kegiatan yang dilakukan dengan

memberi teladan/contoh yang baik kepada anak, misalnya memungut sampah di lingkungan
sekolah dan sopan dalam bertutur kata. 13 2.2.4 Tahap-Tahap pembiasaan mengantri Fathia

(2013) mengungkapkan bahwa anak dikatakan disiplin apabila melakukan tahap-tahap sebagai

berikut : 1) Anak belajar bersabar menunggu gilirannya tiba terutama jika ia di antri paling

belakang. 2) Belajar tabah dan sabar menjalani proses dalam mencapai tujuan. 3) Anak belajar

berdisiplin dan tidak menyerobot hak orang lain. 4) Anak belajar disiplin teratur dan kerapian 5)

Belajar juror pada diri sendiri dan orang lain 2.2.5 Fungsi Pembiasaan Mudjito (2007)

mengemukakan lima fungsi pengebangan pembiasaan adalah memfasilitasi anak untuk: 1)

Menyadari atau mengenal perilaku yang dikehendaki dalam kehidupan sehari-hari. 2) Mentolerir

adanya ragam perilaku yang mencerminkan adanya keragaman nilai. 3) Menerima perilaku yang

dikehendaki dan menolak perilaku yang tidak dikehendaki, baik oleh diri sendiri maupun orang

lain. 14 4) Memilih perilaku yang mencerminkan nilai-nilai yang dikehendaki, misalnya,

disiplin, mandiri, sopan, ramah, hormat, dan menghargai orang lain. 5) Menginternalisasi nilai-

nilai yang baik sebagai bagian dari kepribadian yang menuntun perilaku sehari-hari. 2.2.6 Hasil

Penelitian yang Relevan Hasil penelitian Eltin John (2009) dengan judul Upaya Meningkatkan

Kedisiplinan Anak di Kelas melalui Cerita, menemukan hasil menunjukkan terdapat peningkatan

disiplin anak ketika belajar di dalam kelas. Hasil penelitian Aisan Sanipon (2013) dengan judul

Meningkatkan Kedisiplinan Anak Melalui Pembiasaan Di Kelompok B Paud Negeri Pembina

Palu, menemukan hasil bahwa melalui metode pembiasaan dapat meningkatkan kedisiplinan

anak. Hasil penelitian Sapta Wibawati, Marwawi, Halida (2014) dengan judul Peningkatan

Disiplin Melalui Pembiasaan Toilet Training Pada Anak Usia 4-5 Tahun, menemukan hasil

bahwa Melalui pembiasaan toilet training dapat meningkatkan disiplin pada anak usia 4-5 tahun

di TK Mujahidin I Pontianak. 15 2.2. Kerangka Berpikir Untuk meningkatkan kedisiplinan anak

maka berbagai macam metode yang digunakan supaya efektif namun peneliti menggunakan
pembiasaan kegiatan mengantri dalam penelitian ini. Melalui pembiasaan kegiatan mengantri

diharapkan kedisiplinan anak meningkat sesuai yang diharapkan, karena dengan pembiasaan

kegiatan mengantri seorang guru bisa memanfaatkannya dengan baik alhasil pembelajaran akan

berhasil terutama kedisiplinan anak dalam pembiasaan kegiatan mengantri. Melalui pembiasaan

kegiatan mengantri dapat menambah gairah dan motivasi belajar anak. Dengan pembiasaan dapat

menambah motivasi belajar anak sehingga perhatian anak terhadap kebiasaannya dalam

kedisiplinan dapat lebih meningkat. Menurut Arikunto (2009) Skema alur kerangka berpikir

dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut: 16 Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

pada Penelitian Tindakan Kelas. 2.3. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kerangka berpikir di atas,

hipotesis tindakan dirumuskan menjadi : Pembiasaan kegiatan mengantri dapat menigkatkan

kedisiplinan anak usia di

Anda mungkin juga menyukai