Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Peningkatan mutu Pendidikan telah menjadi komitmen pemerintah yang

harus diwujudkan secara nyata. Pemerintah telah melakukan berbagai

pembenahan untuk mewujudkan hal tersebut yaitu dengan melakukan

standarisasi Pendidikan yang dituangkan dalam Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang

dirubah dengan peraturan pemerintah nomor 32 tahun 2013 tentang perubahan

atas peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional

Pendidikan. Standar Nasional Pendidikan merupakan kriteria minimal tentang

sistem Pendidikan di wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Standar Nasional Pendidikan (SNP) bertujuan menjamin mutu Pendidikan

nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak

serta peradaban bangsa yang bermartabat. Adapun ruang lingkup SNP ada 8

yaitu standar kompetensi lulusan, standar isi, standar proses, standar penilaian,

standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar pengelolaan, standar sarana

dan prasarana, dan standar pembiayaan.

Setiap satuan Pendidikan mempunyai kewajiban melakukan penjaminan

mutu Pendidikan untuk memenuhi atau melampaui standar nasional Pendidikan.

Pada kenyataannya masih banyak sekolah yang belum melakukan penjaminan

mutu Pendidikan seperti yang dimaksud. Sehingga sosialisasi dan pemahaman

tentang hal ini perlu dilakukan.

1
SMK Negeri 2 Kandangan sebagai salah satu sekolah formal tingkat

menengah ditunjuk oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Hulu Sungai Selatan

sebagai sekolah model yang diharapkan dapat melakukan penjaminan mutu

Pendidikan.

Untuk melakukan penjaminan mutu pendidikan diperlukan adanya sistem

penjaminan mutu Pendidikan. Sistem penjaminan mutu yang dilaksanakan dalam

satuan Pendidikan dan dijalankan oleh seluruh komponen satuan Pendidikan

dinamakan sistem penjaminan mutu internal (SPMI).

Sistem penjaminan mutu internal ini dilaksanakan dengan mengikuti siklus

SPMI sebagai berikut:

Gambar 1 siklus SPMI


Sumber: pedoman umum sistem penjaminan mutu Pendidikan dasar dan menengah

2
Pada tahun 2016 SMKN 2 Kandangan melaksanakan pemetaan mutu

dengan melakukan evaluasi diri sekolah. Tim pengembang sekolah dibagi

menjadi delapan kelompok yang bertugas melakukan evaluasi diri dengan

berpedoman pada delapan ruang lingkup Standar Nasional Pendidikan. Evaluasi

diri sekolah ini tidak mudah dilakukan karena tim yang ada terlebih dahulu harus

meningkatkan pemahaman tentang delapan standar nasional Pendidikan. Setelah

melaksanakan sosialisasi baru melakukan evaluasi diri dan menyusun rencana

pemenuhan, pelaksanaan rencana pemenuhan, evaluasi/audit pelaksanaan

rencana dan penetapan standar mutu.

Berdasarkan hasil evaluasi diri dan data Raport PMP SMK Negeri 2

Kandangan tahun 2017 didapatkan nilai standar kompetensi lulusan pada

dimensi sikap adalah 4,9 (*** atau menuju SNP 3) maka sangat perlu dilakukan

perbaikan-perbaikan. Pada dimensi sikap ini setiap lulusan SMK diharapkan

agar memiliki perilaku yang mencerminkan sikap berimandan bertakwa kepada

Tuhan YME, berkarakter, jujur, dan peduli, bertanggung jawab, pembelajar

sejati sepanjang hayat dan sehat jasmani dan rohani.

Permasalahan yang ditemui di sekolah antara lain adalah peserta didik

banyak yang sering datang terlambat ke sekolah, kelas masih kurang bersih,

berpakaian tidak rapi, dan masih banyak lagi permasalahan lainnya.

Untuk mendukung perwujudan pembangunan karakter sebagaimana

diamanatkan dalam Pancasila dan pembukaan UUD 1945 serta permasalahan

kebangsaan yang ada maka Pendidikan karakter harus dilaksanakan dengan baik.

3
B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian masalah yang dikemukakan di atas, maka permasalahan

yang akan dibahas dalam best practice ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah upaya sekolah untuk mengatasi permasalahan permasalahan

sikap disiplin masuk sekolah?

2. Bagaimana upaya sekolah untuk mengembangkan karakter peserta didik?

C. Tujuan

Tujuan penulisan best practice ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menggambarkan upaya sekolah untuk mengatasi permasalahan sikap

disiplin masuk sekolah peserta didik?

2. Untuk menggambarkan upaya sekolah untuk mengembangkan karakter

peserta didik?

D. Manfaat

Manfaat penulisan best practice ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai bahan kajian untuk pengembangan lebih lanjut upaya mengatasai

permasalahan sikap permasalahan sikap disiplin masuk sekolah

2. Sebagai bahan rujukan bagi sekolah lain dalam rangka mengembangkan

karakter peserta didik

4
BAB II
KAJIAN/TINJAUAN PUSTAKA

A. Sikap

Menurut Wayan dan Samartana (1986: 275) sikap adalah suatu

predisposisi atau kecendrungan untuk melakukan suatu respon dengan cara-cara

tertentu terhadap dunia sekitarnya, baik berupa individu-individu maupun obyek

tertentu. Sikap akan memberi arah suatu perbuatan atau suatu tindakan tetapi

tidak berarti bahwa semua perbuatan atan tindakan sama dengan sikap yang

sebenarnya.

Saifudin Azwar (2010: 3) mengartikan sikap sebagai suatu realksi atau

respon yang muncul dari seorang individu terhadap objek yang kemudian

memunculkan perilaku individu terhadap objek tertentu dengan cara-cara

tertentu.

Pembentukan sikap menurut Sarlito dan Eko (2009: 152 – 154) ada 4

yaitu:

1. Pengondisian klasik, proses pembentukan ini terjadi ketika suatu stimulus

atau rangsangan selalu diikuti oleh stimulus yang lain, sehingga rangsangan

yang pertama akan menjadi isyarat bagi rangsangan yang kedua;

2. Pengondisian instrumental, proses belajar yang dilakukan menghasilkan

sesuatu yang menyenangkan maka perilaku tersebut akan diulang kembali,

namun sebaliknya apabila perilaku endatangkan hasil yang buruk maka

perilaku tersebut akan dihindari;

5
3. Belajar melalui pengamatan atau observasi, proses belajar ini berlangsung

dengan cara mengamati orang lain, kemudian dilakukan kegiatan serupa;

4. Perbandingan sosial, membandingkan orang lain untuk mengecek pandangan

kita terhadap suatu hal tersebut benar atau salah.

Adapun komponen sika pada 3 yaitu komponen kognitif, komponen afektif

dan komponen perilaku atau konatif. Komponen kognitif adalah suatu

kepercayaan dan pemahaman seorang individu pada suatu objek melalui proses

melihat, mendengar dan merasakan. Komponen afektif adalah komponen yang

berhubungan dengan permasalahan emosional subjektif individu terhadap

sesuatu. Sedangkan komponen konatif adalah kecendrungan berperilaku seorang

individu terhadap objek yang dihadapinya. (Saifudin, 2010:23-28)

Banyak permasalahan mengenai sikap peserta didik yang ada disekolah

misalnya seperti kurang disiplin, kurang peduli lingkungan dan kurang jujur.

Agoes Soejanto (2005:204) menyatakan penyimpangan sikap yang

diistilahkannya dengan bentuk kesesatan ada 2 yaitu habit disturbance dan

conduct disorder. Habib disturbance adalah gangguan kebiasaan atau kekeliruan

kebiasaan yang tidak merugikan orang lain, tetapi tampak sebagai sesuatu yang

tidak sepantasnya seperti mengisap-isap jari dan menggigit kuku. Sedangkan

condust disorder adalah gangguan kelakukan yang dapat merugikan diri sendiri,

juga dapat merugikan masyarakat seperti datang terlambat, membolos, merusak,

berbohong dan mencuri.

B. Disiplin

6
Menurut Permana (Nursito, 1986:14) disiplin merupakan suatu kondisi

yang tercipta dan terbentuk melalui proses dan serangkaian perilaku yang

menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan, dan

ketertiban.

Biasanya orang mengatakan bahwa peserta didik yang memiliki disiplin

yang tinggi adalah peserta didik yang selalu hadir tepat waktu, taat terhadap

peraturan, berperilaku sesuai dengan norma-norma yang berlaku dan sejenisnya.

Sebaliknya sebutan bagi peserta didik yang tidak disiplin ditunjukkan dengan

peserta didik yang kurang atau tidak mentaati peraturan.

Menurut Slameto (1995: 56) faktor-faktor yang mempengaruhi sikap

disiplin peserta didik di sekolah adalah:

1. Faktor internal, yaitu factor yang berasal dari individu seperti kesehatan

peserta didik. minat peserta didik dan motivasi peserta didik

2. Faktor ekternal, yairu factor yang bersumber dari luar individu itu sendiri

seperti lingkungan tempattinggal, perhatian orang tua, keadaan keluarga dan

keadaan sekolah

C. Karakter

Karakter berarti tabiat atau kepribadian seseorang. Coon (Zubaedi, 2011:

8) mendefinisikan karakter sebagai suatu penilaian subjektif terhadap

kepribadian yang dapat atau tidak dapat diterima masyarakat. Karakter

merupakan keseluruhan kodrati dan disposisi yang telah dikuasai secara stabil

7
yang mendefinisikan seseorang individu dalam keseluruhan tata perilaku

psikisnya yang menjadikan tipikal dalam cara berpikir dan bertindak.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, karakter adalah tabiat, sifat-sifat

kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang

lain. (kbbi.web.id/karakter).

D. Pendidikan Karakter

Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam menciptakan

manusia-manusia yang berkualitas serta sarana melahirkan insan yang cerdas,

kreatif, terampil, bertanggung jawab dan produktif. Peningkatan mutu dan

relevansi Pendidikan pada dasarnya mencakup pengembangan aspek-aspek

moral, aklhal, budi pekerti, pengetahuan, ketrampilan, kesehatan, seni dan

budaya. Adapun pengembangan aspek-aspek tersebut bermuara pada Pendidikan

karakter.

Pendidikan menjadi salah satu elemen terpenting dalam membangun

karakter kepribadian generasi muda. Pendidikan tidak hanya menjadikan peserta

didik menjadi cerdas dan menjadi pintar tetapi juga mempunyak budi pekerti,

dan sopan santun sehingga keberadaanya sebagai anggota masyarakat menjadi

bermakna bagi diri sendiri maupun bagi masyarakat pada umumnya.

Pendidikan karakter tertuang dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam pasal 3 yaitu:

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan


membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”

8
E. Penguatan Pendidikan Karakter

Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) merupakan gerakan Pendidikan

sebagai bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) untuk

memperkuat karakter peserta didik melalui harmonisasi olah hati, olah rasa, olah

piker dan olah raga yang merupakan tanggung jawab satuan Pendidikan yang

melibatkan dan kerja sama dengan keluarga, dan masyarakat. (PP Nomor 87

Tahun 2017).

PPK berdasarkan PP Nomor 87 Tahun 2017 bertujuan:

1. Membangun dan membekali Peserta didik dengan jiwa Pancasila dan

Pendidikan karakter yang baik;

2. Meletakkan Pendidikan karakter sebagai jiwa utama dalam

penyelenggaraaan Pendidikan peserta didik dengan dukungan publik dan

memperhatikan keberagaman budaya Indonesia,

3. Merevitalisasi dan memperkuat potensi dan kompetensi Pendidik, Tenaga

Pendidik, Peserta Didik, Masayarakat dan Lingkungan Keluarga dalam

mengimplementasikan PPK.

PPK dilaksanakan dan menerapkan nilai-nilai religius, jujur, toleran,

disiplin, bekerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat

kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai,

gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial dan bertanggung jawab.

9
BAB III
PEMBAHASAN MASALAH

A. Mengatasi Masalah Disiplin Masuk Sekolah Peserta Didik

SMK Negeri 2 Kandangan mempunyai jam masuk sekolah adalah jam

7.15 Wita hari senin dan jum’at dan 7.30 Wita pada hari selasa sampai dengan

rabu. Permasalahannya adalah banyak peserta didik yang terlambat masuk.

Berdasarkan observasi yang dilakukan keterlambatan mereka disebabkan oleh

jarak antara rumah dan sekolah yang cukup jauh, harus mengantar adiknya dulu

ke sekolah, ban kempes dan sebagian besar adalah bangun kesiangan. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab utama adalah faktor internal atau dari

diri peserta didik itu sendiri.

Penanganan peserta didik yang terlambat adalah namanya dicatat dalam

buku poin. Peserta didik yang terlambat dikumpulkan dan dibagi menjadi

beberapa kelompok oleh tim penegak disiplin. Kelompok 1 adalah peserta didik

yang baru pertama kali sampai 3 kali terlambat, kelompok ke-2 adalah peserta

didik yang terlambat 4 s.d 6 kali, dan kelompok ke-3 adalah peserta didik yang

telah berulang kali terlambat. (lebih dari 6 kali) di depan pos satpam. Kelompok

10
ke-1 diberikan arahan dan nasihat, kelompok ke-2 diberikan arahan, nasihat,

poin dan diberikan sangsi yaitu membersihkan lingkungan sekolah. Sedangkan

kelompok yang ke-3 diberikan arahan, nasihat, poin dan dilakukan pemanggilan

orang tua.

Penanganan dengan cara tersebut tidak berdampak besar bagi peserta

didik karena masih banyak peserta didik yang terlambat terutama pada hari senin

dan jum’at yang memang jam masuknya lebih awal 15 menit. Peserta didik

mengganggap biasa membersihkan lingkungan sekolah dan menganggap lebih

mudah mengerjakan hal tersebut dibandingkan mengikuti upacara hari senin dan

kegiatan jum’at pagi (senam, penyuluhan atau ceramah agama dan kerja bakti).

Sementara yang sudah beberapa kali terlambat juga kesulitan dalam memanggil

orang tua karena peserta didik banyak yang beralasan bahwa orang tuanya tidak

punya telpon atau handphone sehingga tidak bisa dihubungi, ada juga yang

beralasan tidak punya pulsa untuk menghubungi orang tuanya sehingga tim

penegak disiplin harus menghubungi orang tua peserta didik. Hambatan yang

paling banyak adalah orang tuanya tidak bisa datang ke sekolah karena bekerja

sebagai petani sehingga dari pagi sampai sore bekerja di sawah, selain itu juga

ada peserta didik yang tidak tinggal dengan orang tua.

Mengatasi masalah tersebut maka sekolah yang terdiri dari tim penegak

disiplin, wali kelas, guru bimbingan konseling dan kepala program keahlian

wakil kepala sekolah dan kepala sekolah saling bekerja sama dengan jalan

melaksanakan:

a. penyambutan peserta didik di pintu gerbang sekolah secara bergantian

11
b. menanyakan kabar peserta didik ketika bersalaman

c. memberikan pujian kepada peserta didik yang datang tidak terlambat dan

kepada peserta didik yang biasa terlambat tetapi tidak terlambat lagi

d. melakukan pendekatan yang persuasif kepada peserta didik yang sering

datang terlambat

e. melakukan kunjungan rumah kepada peserta didik yang sering datang

terlambat

f. melakukan sosialisasi tentang pendidikan keluarga kepada orang tua/wali

Data peserta didik yang datang terlambat pada bulan Juli s.d Oktober 2018

dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 1. Data peserta didik yang datang terlambat bulan Juli s.d Oktober

Bulan
No Uraian Juli Agustus September Oktober
2018 2018 2018 2018
1 Jumlah peserta didik 173 152 76 34
yang terlambat
2 Prosentase 22,3 % 19,62 % 9,81 % 4,39 %
3 Selisih - 2,68 % 9,81 % 5,42 %

Dengan diagram seperti di bawah ini:

Jumlah Peserta Didik yang


Terlambat
200
150
100
50
0
Juli Agustus September Oktober

Gambar 2 Data Peserta Didik yang Terlambat

12
Sumber: buku piket harian

Dari data tersebut dapat terlihat bahwa terjadi penurunan jumlah peserta

didik yang datang terlambat setiap bulannya sehingga terlihat bahwa kegiatan di

atas memberikan dampak yang lebih besar pada perubahan sikap peserta didik ke

arah yang lebih baik. Berdasarkan observasi terhadap peserta didik, kegiatan

menyapa peserta didik dan memberikan pujian kepadanya membuatnya merasa

nyaman dan merasa diperhatikan sehingga hari-hari berikutnya mereka berusaha

untuk datang lebih awal. Hal ini sejalan dengan apa yang disampaikan Ormrod

(2008: 432) bahwa seorang guru yang memuji peserta didiknya hanya ketika

mereka berperilaku secara pantas membuat penguatan yang berdekatan dengan

perilaku yang diinginkan.

Pemberian pujian yang merupakan salah satu reward akan membangun

hubungan positif antara peserta didik dan guru. Pujian yang diucapkan pada

waktu yang tepat dapat dijadikan sebagai alat motivasi, dengan hal itu

diharapkan lebih dapat meningkatkan motivasinya dalam artian peserta didik

melakukan suatu perbuatan dengan kesadaran peserta didik itu sendiri.

13
Gambar 3. Peserta didik bersalaman dengan guru pada saat datang sekolah

Dukungan keluarga juga semakin baik setelah dilaksanakan sosialisasi

tentang Pendidikan keluarga kepada orang tua/wali. Orang tua memiliki peran

yang sangat penting dalam proses Pendidikan anak. Kerjasama dari semua pihak

(masyarakat, keluarga dan satuan Pendidikan) yang baik akan menghasilkan

anak yang hebat

Gambar 4. Sosialisasi Pendidikan Keluarga kepada Orang Tua/Wali

B. Pengembangan Karakter Peserta Didik

Pengembangan karakter Peserta didik di SMK Negeri 2 Kandangan antara

lain dilakukan melalui kegiatan:

1. Upacara Bendera setiap hari senin dan hari-hari besar lainnya dan Paskibra

Upacara bendera biasa dilakukan pada hari senin dan hari-hari besar

nasional lainnya. Nilai-nilai karakter yang dikembangkan adalah cinta tanah

14
air, dispilin, rasa percaya diri, semangat kebangsaan, kerja keras dan

tanggung jawab.

Gambar 5. Upacara bendera dan latihan Paskibra

2. Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)

Kegiatan Belajar Mengajar merupakan kegiatan intrakurikuler yang

didalamnya harus terintegrasi pengembangan pendidikan karakter. Guru

sebagai seorang yang professional harus bisa melaksanakan tugasnya mulai

dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan penilaian. Guru tidak hanya

mengajar tetapi juga harus bisa mendidik seperti yang diamanatkan Undang-

15
undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1

yang menyatakan bahwa pendidika adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, penegendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara. Nilai-nilai karakter yang dikembangkan adalah Religius jujur,

toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, demokratis, rasa ingin tahu, semangat

kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif,

cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial dan tanggung

jawab

16
17
Gambar 6. Kegiatan Belajar Mengajar

3. Kegiatan Kebersihan Lingkungan dan Kerja bakti

Kegiatan kebersihan kelas dilaksanakan setiap hari sedangkan kerja

bakti dilaksanakan setiap jum’at pagi. Nilai-nilai karakter yang ditanamkan

adalah peduli lingkungan peduli sosialdan tanggung jawab.

18
Gambar 7. Kegiatan Kebersihan Lingkungan dan Kerja Bakti

4. Kegiatan keagamaan

Kegiatan keagamaan yang dilaksanakan adalah shalat berjamaah (duhur

dan ashar), rabu pagi membaca Surah Yasin bersama-sama, ceramah agama

dihari jum.at ke-2 setiap bulan, tadarus Al Qur’an, khataman Al Qur’an,

Pesantren Ramadhan dan melaksanakan kegiatan hari-hari besar agama islam.

Nilai karakter yang ditanamkan adalah religius dan toleransi.

Gambar 8. Kegiatan Keagamaan

19
5. Kegiatan Olahraga

Kegiatan Olahraga berupa kegiatan intrakurikuler dan ektrakurikuler

berupa kegiatan senam pagi, ekskul volley, ekskul basket, ekskul futsal. Nilai

karkter yang ditanamkan adalah jujur, disiplin, kerja keras, rasa ingin tahu,

menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, dan tanggung jawab

Gambar 9. Kegiatan Olahraga

20
6. Kegiatan Seni

Kegiatan seni yang dilaksanakan adalah ekskul seni musik, ekskul tari,

drumband, paduan suara, lomba lukis, teater, dan menyanyi. Nilai karakter

yang ditanamkan adalah jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif,

menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif dan tanggung jawab

21
Gambar 10. Kegiatan Seni

7. Kegiatan OSIS

Kegiatan OSIS adalah membawahi semua kegiatan ektrakurikuler di

sekolah dan sangat berperan dalam kegiatan kesiswaan. Nilai karakter yang

ditanamkan adalah jujur, toleransi, disiplin, rasa ingin tahu, semangat

kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif,

cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial dan tanggung

jawab.

22
Gambar 11. Kegiatan OSIS
8. Kegiatan Kepramukaan

Kegiatan pramuka dilaksanankan setiap sore jum’at. Nilai karakter yang

ditanamkan adalah jujur, toleransi, disiplin, rasa ingin tahu, semangat

kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif,

cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial dan tanggung

jawab.

Gambar 12. Kegiatan Kepramukaan


9. Kegiatan PMR

23
Kegiatan PMR dilaksanakan pada sore senin, anggota PMR juga

bertugas sebagai relawan bencana, dan melakukan kegiatan sosial lainnya.

juga bertugas membantu UKS menangani peserta didik yang sakit untuk

melaksanakan P3K. Nilai karakter yang ditanamkan adalah toleransi, disiplin,

semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi,

bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan,

peduli sosial dan tanggung jawab.

24
25
Gambar 13. Kegiatan PMR

Pengembangan karakter peserta didik ini dilakukan terus menerus dan

tanpa henti. Dengan dukungan oleh semua pihak baik itu pihak sekolah, komite

sekolah, orang tua dan masyarakat maka hal tersebut akan berhasil dengan baik.

26
BAB IV
KESIMPULAN

Upaya yang telah dilakukan SMK Negeri 2 Kandangan melalui Pendikar,

disimpulkan sebagai berikut:

1. Untuk mengatasi permasalahan sikap disiplin masuk sekolah peserta didik,

dilaksanakan melalui:

a. penyambutan peserta didik di pintu gerbang sekolah secara bergantian

b. menanyakan kabar peserta didik ketika bersalaman

c. memberikan pujian kepada peserta didik yang datang tidak terlambat dan

kepada peserta didik yang biasa terlambat tetapi tidak terlambat lagi

d. melakukan pendekatan yang persuasif kepada peserta didik yang sering

datang terlambat

e. melakukan kunjungan rumah kepada peserta didik yang sering datang

terlambat

f. melakukan sosialisasi tentang pendidikan keluarga kepada orang tua/wali

2. Untuk Mengembangkan karakter peserta didik dilaksanakan melaui:

a. Kegiatan upacara bandera dan peringatan hari-hari besar lainnya dan

paskibra

b. Kegiatan Belajar dan Mengajar

c. Kegiatan kebersihan Lingkungan dan kerja bakti

d. Kegiatan Keagamaan

e. Kegiatan Olahraga

f. Kegiatan Seni

g. Kegiatan OSIS

27
h. Kegiatan Kepramukaan

i. Kegiatan PMR

28
DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Saifudin.2010. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar

kbbi.web.id/karakter.diunduh pada tanggal 21 Nopember 2018

Ormrod, Jeanne Ellis. 2009. Psikologi Pendidikan Membantu Siswa Tumbuh dan
Berkembang. Jilid 1. Jakarta : Erlangga.

Peraturan Pemerintah Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan

karakter

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar


Nasional Pendidikan yang dirubah dengan peraturan pemerintah nomor 32
tahun 2013 tentang perubahan atas peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005
tentang standar nasional Pendidikan.

Sarwono, Sarlito W., dan Meinarno,Eko A., 2009. Psikologi Sosial, Jakarta:
Salemba Humanika.

Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: PT. Rineka
Cipta

Soejanto, Agoes.2005. Psikologi Perkembangan.Jakarta: PT. Rineka Cipta

Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Wayan Nur Kancana dan Sumarta.1986. Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Usaha


Nasional.

Zubaedi. 2011. Desain Pendidikan Karakter Konsepsi dan Aplikasinya dalam


Lembaga Pendidikan. Jakarta: Kencana

29

Anda mungkin juga menyukai