Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

MEMPERKOKOH TAUHID DI ERA MODERN


Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Tugas Akhir Kelulusan Kelas 6
Di Pondok Pesantren Nurul Fitri

Disusun oleh:
MOCHAMAD FIRMANSYAH
VI (ENAM)

NURUL FITRI
PONDOK PESANTREN NURUL FITRI
PURWAKARTA
2024
LEMBAR PENGESAHAN

PEMBIMBING

Ustadz Mu’amar Wildan F.A.R, S.T

PENGUJI 1 PENGUJI 2

Umi Imas Komariah, S.Pd.I Ustadz H.M. Hafizh Basyiruddin, Lc.

DIREKTUR PONDOK

Ustadz H.M. Hafizh Basyiruddin, Lc.

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan begitu banyak
nikmat-nikmat yang tak terhingga, rahmat dan hidayah-Nya dan juga telah
mengizinkan penulis untuk bisa menyelesaikan tugas akhir kelulusan, yaitu
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Membangun Tauhid Anak” yang
alhamdulillah selesai pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah
satu tugas akhir kelas enam Pondok Pesantren Nurul Fitri. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang “Membangun Tauhid Anak”
bagi para pembaca dan para penulis.
Sebagai rasa syukur karena telah menyelesaikan makalah sebagai tugas
akhir kelas 6 di Pondok Pesantren Nurul Fitri, tak lupa penulis mengucapkan rasa
terima kasih atas bimbingan dan arahannya dalam proses penyusunan makalah,
sehingga makalah ini dapat disusun dengan baik dan tepat waktu, terutama penulis
ucapkan kepada:
1. Ustadz Ir. H. Nanang Suharna, selaku Pimpinan Yayasan Nurul Fitri;
2. Ustadz H. Muhammad Hafizh Basyirudin, Lc., selaku Pimpinan Pondok
Pesantren Nurul Fitri;
3. Ustadzah Nida Tsaura Sjariati S.Ant., M.Si. dan Ustadz Mu’amar Wildan
F.A.R,S.T, selaku Bagian Kurikulum Pondok Pesantren Nurul Fitri;
4. Ustadz Mu’amar Wildan F.A.R, S.T, selaku Pembimbing Makalah;
5. Ustadzah Alia Fahria Salimah S.Pd., selaku Pembimbing Makalah
Berbahasa;
6. Ustadz Mu'amar Wildan F.A.R, S.T, selaku Ketua Panitia Ujian Akhir
Kelas 6;
7. Dewan Asatidz dan Dewan Guru Pondok Pesantren Nurul Fitri, yang telah
memberikan bantuan dan sarannya;
8. Kedua orang tua saya yang selalu menjadi penyemangat dan mendukung
dalam setiap do’a-do’anya;

2
9. Kepada semua pihak yang telah mendukung dan membantu dalam
penyusunan tugas akhir ini, sehingga dapat diselesaikan dengan baik.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat dalam
menambah wawasan bagi pembaca khususnya bagi penulis sendiri.

Purwakarta, 13 Februari 2024


Penyusun

Mochamad Firmansyah

3
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iv
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 2
BAB II ISI 3
2.1 Penanaman Tauhid Di Usia Dini 3
2.2 Dampak Negatif Ketika Lalai Dalam Tauhid Anak 5
2.3 Pengenalan Tauhid Kepada Anak Usia Dini 8
2.3.1 Menuntun Anak Untuk Mengucapkan kalimat Tauhid 9
2.3.2 Menanamkan Cinta Kepada Allah SWT 9
2.3.3 Menanamkan Cinta Kepada Rasulullah, Keluarga dan
Sahabatnya 10
2.3.4 Mengajarkan Al-Qur’an Kepada Anak 11
2.3.5 Mendidik Anak Agar Teguh dan Berkorban Demi Akidah 13
2.4 Membentuk Aktivitas Ibadah 13
2.4.1 Mengajarkan Shalat 14
2.4.2 Mengajak Anak ke Masjid 15
2.4.3 Melatih Anak Berpuasa 15
2.4.4 16
2.4.5 Melatih Anak Membayar Zakat 16
2.5 Pentingnya Membangun Ketauhidan Bagi Anak Error! Bookmark not
defined.
BAB III PENUTUP 17
3.1 Kesimpulan 17
3.2 Saran 18

4
DAFTAR PUSTAKA 19

5
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam era teknologi yang terus berkembang pesat, manusia menjadi


semakin terhubung dengan dunia di sekitarnya. Perkembangan teknologi informasi
dan komunikasi telah merubah cara kita hidup, bekerja, dan berinteraksi. Seiring
dengan kemajuan ini, tantangan baru muncul dalam mempertahankan nilai-nilai
keagamaan, termasuk konsep auhid dalam Islam.

Sejarah perkembangan pemikiran Islam melahirkan berbagai disiplin ilmu,


salah satunya adalah Ilmu Tauhid . Muhammad Abduh mengatakan bahwa diberi
nama Ilmu Tauhid karena ilmu ini membicarakan keesaan Allah sebagai tuhan, baik
pada zat, sifat maupun perbuatannya. 1 Ilmu Tauhid ialah ilmu yang membahas
segala kepercayaan yang diambil dari dalil-dalil keyakinan dan hukum-hukum di
dalam islam termasuk hukum percaya kepada Allah yang maha esa. Ilmu Tauhid
adalah sumber semua ilmu-ilmu keislaman, sekaligus yang terpenting dan paling
utama. Allah swt berfirman:

ْࣖ‫ّٰللاُ يَ ْعلَ ُم ُمتَقَلَّبَكُ ْم َو َمثْ ٰوىكُم‬ ِ ِۚ ‫ّٰللاُ َوا ْست َ ْغ ِف ْر ِلذَ ْۢ ْنبِكَ َو ِل ْل ُمؤْ ِمنِيْنَ َو ْال ُمؤْ ِم ٰن‬
‫ت َو ه‬ ‫فَا ْعلَ ْم اَنَّهٗ ََلٓ ا ِٰلهَ ا ََِّل ه‬

“Ketahuilah (Nabi Muhammad) bahwa tiada tuhan (yang patut disembah) selain
Allah serta mohonlah ampunan atas dosamu dan (dosa) orang-orang mukmin laki-
laki dan perempuan. Allah mengetahui tempat kegiatan dan tempat istirahatmu.” 2

Tauhid adalah salah satu hal yang terpenting yang harus dipahami, dimiliki,
dan dipegang teguh oleh umat muslim, karena dengan tauhid seseorang dapat
mengerti apa arti dari kehidupan yang dia jalani. Dalam ajaran tauhid, paling tidak
ada tiga hal mendasar yang dibicarakan. Pertama, Ilahiyyat, yaitu hal-hal yang
berkaitan dengan Tuhan, baik sifat-sifatNya, perbuatanya dan hubungan antara

1
Winarto, Studi paham keagaamaan:Optimalisasi Tauhid Amali dalam upaya mencegah
radikalisme remaja di masjid agung jawa tengah, 08 (01), Jurnal Yaqzhan, Juni 2022, 118
2
Al-Qosbah, Muhammad, 19

1
Tuhan dan hamba-hamba-Nya. Kedua, Nubuwwat, yaitu hal-hal yang berkaitan
dengan para nabi yang diutus oleh Allah swt. kepada seluruh umat manusia, untuk
menyampaikan syariat-syariat-Nya kepada umat manusia. Ketiga, Sam'iyyat, yaitu
wahyu yang mereka terima dari Allah swt untuk disampaikan kepada umat mereka
masing-masing.
Pada era modern ini banyak krisis yang harus dihadapi, seperti krisis
pangan, krisis bahan bakar, dan yang patut kita renungkan adalah krisis akan
keimanan kita. Krisis iman dikarenakan kurangnya mengaplikasikan tauhid dalam
kehidupan sehari-hari. Kebanyakan manusia hanya mementingkan kepentingan
dunia dibandingkan kepentingan akhirat. Hanya sedikit manusia yang
memanfaatkan fungsi dan menempatkan peran tauhid secara benar dan sesuai
dengan keadaan perkembangan manusia di era modern ini. Padahala jika
masyarakat menempatkan tauhid dalam kehidupan sehari-hari , insya Allah akan
tercipta masyarakat yang damai, aman, dan terjauh dari sifat sifat tercela.
Banyak yang mendalami Tauhid dengan memanfaatkan teknologi dengan
cara mengakses melalui Youtube maupun media sosial lain yang banyak dilakukan
oleh kalangan remaja. Kaum remaja memiliki kemudahan dalam mengakses
teknologi sehingga memiliki kesempatan yang luas untuk mengambil berbagai
macam informasi yang tersedia di media sosial. Ini juga menjadi ancaman apabila
dari kalangan remaja belum dibekali Ilmu Tauhid yang kuat.
Pada zaman modern ini banyak manusia yang hidup tanpa tujuan yang jelas,
mereka bekerja siang malam banting tulang hanya untuk mendapatkan harta ynag
banyak, dengan harta itulah mereka berusaha memuaskan hawa nafsunya yang tak
kunjung puas dengan apa yang telah mereka lakukan. padahal Allah telah
berfirman:
‫س ا َِّْل ِل َي ْعبُد ُْو ِن‬ ِ ْ ‫َو َما َخلَ ْقتُ ْال ِج َّن َو‬
َ ‫اْل ْن‬
“Tidaklah aku menciptakan jin dan manusia melainkan hanya beribadah
kepadaku.”3

3
Al-Qosbah, Adz-zariyat, 56

2
Maka dengan itu penulis memandang bahwa perlu adanya pemahaman
yang mendalam mengenai Tauhid serta kesadaran akan tanggung jawab dalam
penggunaan teknologi di era modern ini.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja dampak negatif teknologi dalam kehidupan kita sehari-hari terutama
bagi tauhid kita?
2. Bagaimana agar kita lentur terhadap zaman modern tanpa harus luntur?
3. Bagaimana cara kita memperkokoh tauhid di era modern?

1.3 Tujuan

1. Memberikan pengetahuan kepada para pembaca betapa berbahayanya


teknologi ini jika tidak didasari oleh ilmu tauhid
2. Memberikan informasi apabila banyak dari kalangan remaja yang masih
menyalahgunakan teknologi
3. Memberikan pengetahuan cara agar tetap kokoh tauhid kita di era modern

3
BAB II
ISI

2.1 Pengertian Tauhid

Maria Montessori, seorang tokoh pendidikan anak usia dini yang terkenal
mengatakan bahwa anak usia dini sedang mengalami masa keemasan, yaitu masa
dimana anak mulai merasa peka terhadap berbagai rangsangan. Pada masa sensitif
ini, anak dengan mudah menerima rangsa
Maka dari itu sebagai orang tua karena anak usia dini merupakan masa
dimana anak mudah menangkap dan merekam di dalam otak mereka dari apa yang
mereka lihat dan dengar. Banyak hal yang harus dijaga oleh orang tua dalam
mendidik anak dan banyak hal juga yang harus ditanamkan oleh orang tua ketika
anak berusia usia dini. Oleh sebab itu, orang tua dianjurkan untuk mengenalkan
tauhid kepada anak usia dini [1].
Usia anak merupakan usia yang paling subur dan panjang. Ini adalah
kesempatan yang paling penting bagi para pendidik untuk menanamkan pondasi-
pondasi kokoh dan nilai-nilai yang baik pada jiwa dan akhlak anak. Sebab mereka
memiliki fitrah yang masih bersih, masa kanak-kanak yang masih lembut dan
jernih, hati yang belum terkotori dan jiwa yang belum ternodai[4].
Budaya luar membawa anak-anak Indonesia saat ini yang berujung kepada,
narkoba, minum-minuman keras, free sex dan banyak lagi perilaku yang kurang
sesuai dan menyimpang, hal ini tidak terlepas dari tontonan anak-anak yang seakan
tidak ada batasan bagi mereka, didukung dari lingkungan keluarga yang cukup
membebaskan anak dalam menggunakan Handphone yang berujung anak-anak
mengakses aplikasi serta tontonan yang tidak mengedukasi. Padahal anak-anak
adalah aset berharga bagi bangsa Indonesia sendiri.

4
Oleh karena itu, anak-anak harus dibekali ilmu tentang tauhid sejak dini.
Tauhid merupakan bagian dari akidah seorang muslim terhadap Allah. Apabila
tauhid seseorang benar, maka baik pula agamanya yang mana di dalam hal ini
adalah agama Islam. Begitu juga sebaliknya. Apabila tauhidnya salah, maka
pemahamannya terhadap ajaran Islam juga salah. Pendidikan tauhid harus menjadi
prioritas utama dalam memberikan pendidikan kepada anak usia dini. Bagi seorang
muslim, bertauhid merupakan pangkal sekaligus ujung (tujuan) dari seluruh
kehidupannya. Artinya, seluruh aktivitas kehidupannya harus ada dan tetap dalam
bingkai tauhid. Tauhid tidak hanya mengisi posisi kosong kesadarannya, melainkan
selalu mengaliri ruang kesadarannya dalam waktu dan dalam keadaan apapun [2].
Dan orang tua merupakan figur yang akan diikuti oleh anak, sebagai orang
tua hendaknya memberikan teladan yang baik bagi anak dan mulai untuk
mengenalkan penciptanya dan rasulnya. Dan pada usia ini orang tua sudah mulai
untuk mengenalkan tentang tata krama yang baik sebagaimana hadits Rasul: “Telah
menceritakan kepada kami ‘Abbas bin Walid Ad Dimasyqi telah menceritakan
kepada kami Ali bin Ayyasy bin An Nu’man saya mendengar Anas bin Malik dari
Rasulullah SAW,Beliau bersabda:”Muliakanlah anak-anak kalian dan perbaikilah
tingkah laku mereka”.(H.R Ibnu Majah)
Dari hadits tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pentingnya bagi para
orang tua untuk mendidik akhlak dan tingkah laku anak. Orang tua bisa memulai
dengan menampilkan suri tauladan yang baik dan berperilaku jujur sebagaimana
hadits Rasul: “Dia pergi untuk bermain-main, tetapi ibunya memanggilnya: Hai
Abdullah, kemarilah aku akan memberimu sesuatu. Rasulullah SAW bertanya
kepada ibunya: Apakah yang hendak engkau berikan kepadanya?, Ibunya
menjawab: kurma, Rasulullah bersabda: Ketahuilah, Sesungguhnya andai kata
engkau tidak memberinya, tentulah akan dicatat atas dirimu sebagai suatu
kedustaan”. (H.R Ahmad)
Pendidikan dan pengajaran merupakan sebaik-baik hadiah dan pemberian
orangtua kepada anaknya. Dan dia lebih baik dari dunia beserta isinya[4].
Hendaknya orang-orang yang tulus dari umat ini berjuang dan berbuat dengan
ikhlas untuk membina generasi seperti generasi yang telah dibina oleh Rasulullah.

5
Hal ini tidak mungkin terwujud kecuali dengan mengikuti teladan dan manhaj
beliau.
Anak-Anak akan selalu memperhatikan dan meneladani sikap dan
perlakuan orang dewasa terutama orang tua yang selalu dilihatnya. Apabila yang
dilihatnya adalah sesuatu yang baik maka ia akan tumbuh dalam kebaikan [3].
Ketika orang tua ikhlas melakukan hal-hal yang dapat menjadi teladan bagi anaknya
maka secara tidak sadar anak akan menjadi penyejuk hati dan sumber kebahagiaan
orang tua. Firman Allah:
‫اجنَا َوذ ُ ِريَّا ِتنَا قُ َّرة َ أ َ ْعي ٍُن َواجْ َع ْلنَا ِل ْل ُمتَّقِينَ ِإ َما ًما‬
ِ ‫َوا َّلذِينَ َيقُولُونَ َربَّنَا هَبْ لَنَا ِم ْن أ َ ْز َو‬
“Dan orang orang yang berkata:Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami
pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyejuk hati (kami), dan jadikanlah
kami pemimpin bagi orang orang yang bertakwa”. (Q.S Al-Furqan:74)

2.2 Dampak Negatif Ketika Lalai Dalam Menanamkan Tauhid Anak

Banyak hal yang akan terjadi ketika orang tua menyepelekan pendidikan
tauhid pada anak. Anak merupakan anugerah yang Allah titipkan pada setiap orang
tua, maka dari itu sebagai orang tua hendaknya menunaikan hak-hak mereka. Imam
al-Ghazali mengatakan, “Anak adalah amanat ditangan kedua orang tuanya.
Hatinya yang suci adalah mutiara yang masih mentah, belum dipahat ataupun
dibentuk. Mutiara ini dapat dipahat dalam bentuk apapun, mudah condong kepada
segala sesuatu. Apabila dibiasakan dan diajari dengan kebaikan, maka dia akan
tumbuh dalam kebaikan itu. Dampaknya, kedua orang tuanya akan hidup
berbahagia di dunia dan akhirat. Semua orang dapat menjadi guru dan pendidiknya.
Namun apabila dibiasakan dengan keburukan dan dilalaikan pasti dia akan celaka
dan binasa. Dosanya akan melilit leher orang yang seharusnya bertanggung jawab
atasnya dan menjadi walinya [4].
Ibnu Qayyim Rahimahullah menekankan tentang tanggung jawab ini, beliau
mengatakan:“Sebagian ulama mengatakan bahwa sesungguhnya Allah SWT
bertanya kepada orang tua tentang anaknya di hari kiamat sebelum bertanya kepada
anak tentang orang tuanya”. Sebab, sebagaimana orang tua memiliki hak atas
anaknya, maka demikian pula sang anak memiliki hak atas orang tuanya,
sebagaimana firman Allah SWT:

6
‫سانَ بِ َوا ِلدَ ْي ِه ُح ْسنًا‬ ِ ْ ‫ص ْينَا‬
َ ‫اْل ْن‬ َّ ‫َو َو‬
”Dan kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu bapaknya”.
(Q.S al-Ankabut:8)
Firman Allah SWT:
ٌ ‫علَ ْي َها َم ََلئِ َكةٌ ِغ ََلظٌ ِشدَاد‬ َ ‫اس َو ْال ِح َج‬
َ ُ ‫ارة‬ ً ‫سكُ ْم َوأ َ ْه ِليكُ ْم ن‬
ُ َّ‫َارا َوقُودُهَا الن‬ َ ُ‫يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا قُوا أ َ ْنف‬
َ‫َّللا َما أ َ َم َرهُ ْم َويَ ْفعَلُونَ َما يُؤْ َم ُرون‬
َ َّ َ‫صون‬ ُ ‫َْل يَ ْع‬

“Hai orang orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat -malaikat yang
kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya
kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.(Q.S At -Tahrim:6)
Allah pun telah memerintahkan kepada kita untuk tidak menelantarkan dan
membunuh anak sebagaimana firman Allah:
ْ ‫ق ۖ نَحْ ُن ن َْر ُزقُ ُه ْم َوإِيَّاكُ ْم ۚ إِ َّن قَتْلَ ُه ْم َكانَ ِخ‬
ً ِ‫طئًا َكب‬
‫يرا‬ ٍ ‫َو َْل ت َ ْقتُلُوا أ َ ْو َْلدَكُ ْم َخ ْشيَةَ إِ ْم ََل‬
“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah
yang akan memberi rezeki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya
membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar”. (Q.S Al-Isra:31)
Ibnu Qayyim melanjutkan, “Maka barangsiapa yang dengan sengaja tidak
mengajarkan apa yang bermanfaat bagi anaknya dan meninggalkannya begitu saja,
berarti dia telah melakukan suatu kejahatan yang sangat besar. Kerusakan pada diri
anak kebanyakan datang dari sisi orang tua yang meninggalkan mereka dan tidak
mengajarkan kewajiban-kewajiban dalam agama berikut sunnah-sunnahnya. Para
orang tua melalaikan mereka diwaktu kecil, sehingga mereka tidak sanggup
menjadi orang yang bermanfaat bagi diri mereka sendiri dan tidak dapat memberi
manfaat kepada orangtua mereka. Ada sebagian orang tua yang mencela anaknya
karena telah bersikap durhaka. Sang anak membantah: wahai bapakku, engkau
sendiri telah mendurhakaiku di masa aku kecil, maka sekarang aku mendurhakaimu
setelah engkau tua. Sewaktu aku kecil engkau melalaikanku, maka sekarang aku
pun melalaikanmu di masa tuamu” [4].
Sebagai orang tua hendaknya menunaikan hak-hak anaknya, karena anak
merupakan tanggung jawab orang tua dan kelak yang dididik akan dimintai
pertanggungjawaban atas didikan mereka, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

7
“Telah menceritakan kepada kami Abu Nu’man, Telah menceritakan kepada kami
Hammad bin Zaid dari Ayyub dari Nafi’ dari Abdullah ia berkata: Nabi SAW
bersabda: Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai
pertanggungjawabannya. Seorang laki laki adalah pemimpin atas keluarganya dan
ia akan dimintai pertanggungjawabannya. Seorang wanita adalah pemimpin atas
rumah suaminya, dan ia pun akan dimintai pertanggungjawabannya. Dan seorang
budak juga pemimpin atas harta tuannya dan ia juga akan dimintai
pertanggungjawabannya. Sungguh setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian
akan dimintai pertanggungjawabannya”. (H.R Bukhari:4789)
Dengan penjelasan diatas betapa bahaya jika orangtua lalai dalam
ketauhidan anak sebab anak merupakan tanggung jawab orangtua dan anak
merupakan investasi paling berharga untuk orangtua, karena setiap kebaikan dan
kesholehan anak akan menjadi pahala jariyah untuk orang tua yang akan terus
mengalir sebagaimana dikatakan dalam hadits,:
ُ‫عو لَه‬
ُ ْ‫ح َيد‬ َ ‫ار َي ٍة َو ِع ْل ٍم يُ ْنتَفَ ُع ِب ِه َو َولَ ٍد‬
ٍ ‫صا ِل‬ َ ‫ع َملُهُ ِإ َّْل ِم ْن ث َ ََلث َ ٍة ِم ْن‬
ِ ‫صدَقَ ٍة َج‬ َ َ‫سانُ ا ْنق‬
َ ‫ط َع‬ ِ ْ َ‫إذَا َمات‬
َ ‫اْل ْن‬
“Jika seseorang meninggal dunia maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara
(yaitu) sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau doa anak yang sholeh”. (H.R
Muslim:1631)
Bagi orang tua yang berhasil mendidik anaknya dalam keimanan dan hal itu
berlanjut ke generasi selanjutnya maka akan Allah pertemukan di Surga-Nya
sebagaimana firman Allah,:
ُّ‫يءٍ ۚۚ كُل‬ َ ‫ان أ َ ْل َح ْقنَا بِ ِه ْم ذ ُ ِر َّيت َ ُه ْم َو َما أَلَتْنَاهُ ْم ِم ْن‬
َ ‫ع َم ِل ِه ْم ِم ْن‬
ْ ‫ش‬ ٍ ‫َوالَّذِينَ آ َمنُوا َواتَّبَعَتْ ُه ْم ذ ُ ِر َّيت ُ ُه ْم بِإِي َم‬
ٌ ‫ب َر ِه‬
‫ين‬ َ ‫ئ بِ َما َك‬
َ ‫س‬ ٍ ‫ام ِر‬
ْ
“Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka
dalam keimanan, kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan kami
tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat
dengan apa yang dikerjakannya”. (Q.S At-Tur:21)
Maka dari itu, sebagai orang tua harus sangat memperhatikan mengenai
penanaman tauhid anak sebagai bentuk investasi orangtua untuk kelak kehidupan
di akhirat. Jangan sampai orang tua menyesal ketika di akhirat. Selain itu juga
sebagai orangtua hendaklah membentuk akhlak-akhlak islami anak sejak usia dini
sebagai pembiasaan kedisiplinan untuk pembekalannya dimasa yang akan datang.

8
Orangtua pun tak lupa untuk selalu mendoakan kebaikan untuk anak-anaknya sebab
doa orangtua merupakan salah satu doa yang tidak tertolak, sebagaimana sabda
Rasulullah: “Tiga do’a yang tidak tertolak yaitu doa orangtua, do’a orang yang
berpuasa, dan do’a seorang musafir”. (H.R Al-Baihaqi:1797)
Banyak doa di dalam al-Qur’an yang bisa digunakan orangtua untuk anak-
anaknya. Seperti:
‫اء‬
ِ ‫ع‬َ ُ ‫ص ََلةِ َو ِم ْن ذ ُ ِريَّتِي ۚۚ َربَّنَا َوتَقَب َّْل د‬ َ ‫ب اجْ َع ْلنِي ُم ِق‬
َّ ‫يم ال‬ ِ ‫َر‬
“Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang orang yang tetap mendirikan
shalat, ya Tuhanku perkenankanlah doaku.”(Q.S Ibrahim:40)
‫اجنَا َوذ ُ ِريَّا ِتنَا قُ َّرة َ أ َ ْعي ٍُن َواجْ َع ْلنَا ِل ْل ُمت َّ ِقينَ ِإ َما ًما‬
ِ ‫َوا َّلذِينَ َيقُولُونَ َربَّنَا هَبْ لَنَا ِم ْن أ َ ْز َو‬
“Dan orang orang yang berkata:”Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami
istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah
kami imam bagi orang-orang yang bertakwa”. (Q.S Al-Furqan:74)
‫اء‬
ِ ‫ع‬ َ َ‫طيِبَةً ۖۚ ِإنَّك‬
َ ُّ‫س ِمي ُع الد‬ َ ً‫ب هَبْ ِلي ِم ْن لَد ُ ْنكَ ذ ُ ِريَّة‬
ِ ‫عا زَ َك ِريَّا َربَّهُ ۖۚ قَا َل َر‬
َ َ‫هُنَالِكَ د‬
“Di sanalah Zakariya mendo’a kepada Tuhannya seraya berkata: Ya tuhanku,
berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha
Pendengar Do’a”. (Q.S Ali-Imran:38)

2.3 Pengenalan Tauhid Kepada Anak Usia Dini

Pengenalan tauhid kepada anak sejak dini dapat juga dilakukan ketika anak
masih dalam kandungan ibu. Hal ini dapat dilakukan orang tua, terutama ibu yang
sedang mengandung dengan cara banyak berdzikir, melaksanakan shalat dan
berdoa serta melaksanakan ibadah-ibadah lainnya. Oleh karena itu, Zakiah Drajat
meyakini bahwa pola dasar pengasuhan orang tua dalam membentuk karakter anak
dalam perspektif Islam sudah dimulai dari dalam kandungan ibu dengan cara
berkomunikasi dengan anak yang dalam kandungan dengan cara lembut, selalu
melantunkan ayat suci Alquran yang dapat membantu perkembangan otak anak [4].
Mengetahui betapa pentingnya penanaman tauhid kepada anak maka sebagai orang
tua harus mengetahui hal-hal yang akan dilakukan dalam pengenalan tauhid kepada
anak. Terdapat 5 dasar dalam menanamkan aqidah kepada anak:

9
2.3.1 Menuntun Anak Untuk Mengucapkan kalimat Tauhid
Imam al-Ghazali pernah berkata: “Perlu diketahui bahwa penjelasan kami
tentang definisi aqidah harus diberikan kepada anak-anak sejak masa mula
pertumbuhannya agar dia dapat menghapalnya. Kemudian bersamaan dengan
pertumbuhannya, dia akan memahami maknanya sedikit demi sedikit. Diawali
dengan menghafal, kemudian memahami, lalu diikuti dengan meyakini dan
membenarkannya. Tauhid merupakan karunia Allah kepada hati manusia di awal
masa pertumbuhannya untuk beriman tanpa memerlukan bukti maupun penjelasan
terlebih dahulu”[3].
Dengan mengenalkan kalimat tauhid kepada anak diusia dini membuat
mereka mudah merekam dan mengenal akan penciptanya sejak dini dan secara tidak
langsung orang tua telah memberikan memori kepada anak yang akan selalu
teringat seiring pertumbuhannya.
2.3.2 Menanamkan Cinta Kepada Allah SWT
Setiap anak memiliki masalahnya masing masing, baik kejiwaan, sosial,
ekonomi dan sekolah. Masalah yang pasti berbeda antara satu anak dengan anak
yang lainnya. Maka sebagai orang tua dapat memberikan solusi dengan
menanamkan rasa cinta kepada Allah SWT, memohon pertolongan kepada-Nya,
merasa selalu diawasi oleh-Nya, dan beriman kepada ketentuan dan taqdir-Nya.
Ketika mereka mulai mentaati Allah SWT maka keimanan mereka kepada Allah
SWT pun akan bertambah, sebagaimana nadzom ke 21 dari kitab jauharut tauhid:
‫ان‬
ِ ‫س‬ ِ ُ ‫عة‬
َ ‫اْل ْن‬ َ ُ ‫ان * بِ َما ت َِز ْيد‬
َ ‫طا‬ ِ ُ ‫ت ِز َيادَة‬
ِ ‫اْل ْي َم‬ ْ ‫َو ُر ِج َح‬
“Dan dikuatkan (pendapat tentang) bertambahnya iman dengan sebab
bertambahnya ketaatan manusia [5].
Sebagaimana hadits Rasul: “Abdullah bin ‘Abbas –radhiyallahu ‘anhuma–
menceritakan, suatu hari saya berada di belakang Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Beliau bersabda, Nak, aku ajarkan kepadamu beberapa untai kalimat: Jagalah Allah,
niscaya Dia akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya kau dapati Dia di hadapanmu.
Jika engkau hendak meminta, mintalah kepada Allah, dan jika engkau hendak
memohon pertolongan, mohonlah kepada Allah. Ketahuilah, seandainya seluruh
umat bersatu untuk memberimu suatu keuntungan, maka hal itu tidak akan kamu
peroleh selain dari apa yang telah Allah tetapkan untukmu. Dan andai pun mereka

10
bersatu untuk melakukan sesuatu yang membahayakanmu, maka hal itu tidak akan
membahayakanmu kecuali apa yang telah Allah tetapkan untuk dirimu. Pena telah
diangkat dan lembaran-lembaran telah kering”[4] .
Ketika orang tua memberikan hadits tersebut sejak mereka dini, maka anak
akan mudah untuk memecahkan masalah yang dia punya, menjaga hukum-hukum
Allah, selalu meminta pertolongan hanya kepada Allah dan merasa bahwa Allah
lah penciptanya yang akan selalu menolongnya dan menjaganya[3]. Dan
sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Qur’an:
‫ير‬ ِ ‫َّللا ِم ْن َو ِلي ٍ َو َْل ن‬
ٍ ‫َص‬ ِ َّ ‫ُون‬ ِ ‫ت َو ْاْل َ ْر‬
ِ ‫ض ۚ َو َما لَكُ ْم ِم ْن د‬ َّ ‫َّللا لَهُ ُم ْلكُ ال‬
ِ ‫س َم َاوا‬ َ َّ ‫أَلَ ْم ت َ ْعلَ ْم أ َ َّن‬
“Tiadakah kamu mengetahui bahwa kerajaan langit dan bumi adalah kepunyaan
Allah? Dan tiada bagimu selain Allah seorang pelindung maupun seorang
penolong.”(Q.S Al-Baqarah:107)
2.3.3 Menanamkan Cinta Kepada Rasulullah, Keluarga dan Sahabatnya
Dengan cinta kepada Rasulullah, keluarga dan sahabatnya membuat
perasaan anak tergugah, menambah semangat keislamannya, mendorongnya untuk
melakukan segala kebaikan, memberikan solusi bagi segala permasalahannya dan
meringankan segala musibah yang menimpanya. Pendidikan islam menuntut untuk
mengikat anak kecil dan orang dewasa dengan pribadi Rasulullah. Karena,
beliaulah teladan dan tokoh yang paling layak untuk diikuti dan ditiru serta tak
tergantikan. Beliau adalah manusia yang paling sempurna dan utusan Allah.
Sebagaimana firman Allah:

َ َّ ‫َّللا َو ْاليَ ْو َم ْاْل ِخ َر َوذَ َك َر‬


ً ِ‫َّللا َكث‬
‫يرا‬ َ ‫َّللا أُس َْوة ٌ َح‬
َ َّ ‫سنَةٌ ِل َم ْن َكانَ يَ ْر ُجو‬ ِ َّ ‫لَقَدْ َكانَ لَكُ ْم فِي َرسُو ِل‬
"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat
dan dia banyak menyebut Allah”. (Q.S Al-Ahzab:21)
Banyak cara bagi orang tua untuk menumbuhkan rasa cinta anak-anak
kepada Rasulullah, keluarganya dan sahabatnya salah satunya adalah mengajarkan
sirah nabawiyyah. Dengan mempelajari sirah nabawiyyah anak akan sangat mudah
untuk mengenal dan mencintai Rasul karena dari kisah-kisah yang mereka
dengarkan akan membuat mereka terkagum-kagum akan perilaku dan sifat
Rasulullah. Dan membuat sangat mudah untuk mencintai Rasul dan dengan
sendirinya mereka secara tidak langsung akan mengidolakan Rasulullah. Karena,

11
dalam cerita kehidupan Rasul merupakan reflektor makna al-Qur’an, di samping
dapat menggugah perasaan, memperlihatkan realitas sejarah islam, memiliki
pengaruh yang besar dalam jiwa, terkandung di dalamnya makna cinta dan jihad
untuk mengentaskan umat manusia dari kesesatan [4].
Meneladani Rasulullah, akan membuat kita juga melihat bagaimana
keluarga dan sahabat beliau. Banyak keluarga dan sahabat yang kehidupannya
dapat kita ambil hikmah terutama ketauhidan mereka kepada Allah. Keluarga dan
sahabat beliau juga memiliki kemuliaan di sisi Allah sebab dengan perjuangan dan
pengorbanan mereka ketauhidan islam bisa berjalan hingga masa kini.
“Sebaik-baik manusia adalah yang hidup pada masaku, kemudian manusia
yang hidup pada masa berikutnya, kemudian manusia yang hidup pada masa
berikutnya” (H.R Bukhari:2652). Allah juga memuliakan keluarga dan sahabat
nabi, sebab sebagaimana sabda Rasulullah, para sahabat merupakan generasi
terbaik sebab mereka bertemu dan dibimbing langsung oleh Rasulullah yang mana
Rasulullah adalah teladan bagi seluruh umat manusia. Allah berfirman:
ُ ‫ع ْن ُه ْم َو َر‬
‫ضوا‬ َّ ‫ي‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫ض‬ ِ ‫ان َر‬ٍ ‫س‬ َ ْ‫ار َوالَّذِينَ اتَّبَعُوهُ ْم بِإِح‬
ِ ‫ص‬َ ‫اج ِرينَ َو ْاْل َ ْن‬ ِ ‫سابِقُونَ ْاْل َ َّولُونَ ِمنَ ْال ُم َه‬ َّ ‫َوال‬
‫ار خَا ِلدِينَ فِي َها أَبَدًا ۚۚ َٰذَلِكَ ْالفَ ْو ُز ْالعَ ِظي ُم‬
ُ ‫َجْري تَحْ ت َ َها ْاْل َ ْن َه‬ ِ ‫تت‬ َ َ ‫ع ْنهُ َوأ‬
ٍ ‫عدَّ لَ ُه ْم َجنَّا‬ َ
"Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk islam) dari golongan
muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah
ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan
bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-
lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.”(Q.S At-
Taubah:100)
2.3.4 Mengajarkan Al-Qur’an Kepada Anak
Orang tua sepatutnya mengajarkan Al-Qur’an kepada anak-anak sejak kecil.
Agar ruh Al-Qur’an meresap ke dalam hati mereka, cahayanya merasuk dalam
pikiran dan indra mereka. Agar mereka mendapatkan akidah-akidah Al-Qur’an
sejak kecil. Juga mereka akan tumbuh dengan kecintaan terhadap Al-Qur’an,
keterikatan kepadanya, menjalankan segala perintah didalamnya, meninggalkan
larangan yang terdapat padanya berperilaku dengan akhlaknya dan berjalan sesuai
manhajnya[3]. Diriwayatkan oleh ath-thabrani dan Ibnu an-najjar dari Ali
Karamallahuwajhahu bahwasanya Rasulullah bersabda: “Ajarkanlah kepada anak

12
anak kalian tiga perkara: cinta kepada nabi kalian, cinta kepada keluarga beliau, dan
membaca al-Qur’an. Sebab, sesungguhnya pembaca Al-Qur’an berada di naungan
‘Arsy Allah pada hari tidak ada naungan selain naungan-Nya, bersama para Nabi
dan orang orang pilihan-Nya”.
Banyak kebaikan ketika orang tua mengenalkan Al-Qur’an kepada anaknya
yaitu Al-Qur’an berpengaruh bagi diri anak, Al-Qur’an memiliki pengaruh yang
besar dalam jiwa manusia secara umum, menggetarkan nya, menariknya, dan
mendentingkannya. Semakin bersih jiwa manusia, maka semakin besar pula
pengaruh Al-Qur’an padanya. Anak-anak merupakan manusia paling bersih dan
paling suci fitrahnya. Pengaruh Al-Qur’an kepada jiwa anak ketika mereka
menyelaminya maka mereka akan sanggup menyelesaikan berbagai permasalahan,
perilakunya akan tertata rapi, reaksi keteguhannya akan menjadi lebih tenang, dan
daya hafalnya menjadi semakin luas [4].
Orang tua pun dapat memberikan kisah-kisah dalam al-Qur’an, seperti
wasiat- wasiat Luqman kepada anaknya yaitu:
a.Wasiat Pertama

َ ‫اَّلل ۖۚ إِ َّن الش ِْركَ لَظُ ْل ٌم‬


ٌ‫ع ِظيم‬ َّ َ‫َوإِذْ قَا َل لُ ْق َمانُ ِْل ْبنِ ِه َوه َُو يَ ِعظُهُ يَا بُن‬
ِ َّ ِ‫ي َْل ت ُ ْش ِر ْك ب‬
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada ananknya, di waktu ia memberi
pelajaran kepadanya: “ Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,
sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar benar kedzaliman yang
besar”.(Q,S Luqman:13)
b.Wasiat Kedua
ِ ْ ‫ض يَأ‬
‫ت‬ ِ ‫ت أ َ ْو فِي ْاْل َ ْر‬ َّ ‫ص ْخ َرةٍ أ َ ْو فِي ال‬
ِ ‫س َم َاوا‬ َ ‫ي إِنَّ َها إِ ْن ت َكُ ِمثْقَا َل َحبَّ ٍة ِم ْن خ َْردَ ٍل فَتَكُ ْن فِي‬
َّ َ‫يَا بُن‬
‫ب‬ ٌ ‫َّللا لَ ِط‬
ِ ‫يف َخ‬ َ َّ ‫َّللاُ ۚۚ إِ َّن‬
َّ ‫بِ َها‬
(Luqman berkata): “Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan ) seberat
biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau didalam bumi, niscaya Allah
akan mendatangkannya (membalasnya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi
Maha Mengetahui.” (Q.S Luqman:16)
Orang tua bisa memberikan kisah-kisah yang terdapat didalam Al-Qur’an,
karena Al-Qur’an merupakan firman Allah yang mana membuat anak menjadi
termotivasi dan menjadi salah satu jalan untuk menguatkan dan mengokohkan
akidah dan keimanan.

13
2.3.5 Mendidik Anak Agar Teguh dan Berkorban Demi Akidah
Anak muslim pada saat ini sedang menghadapi zaman yang memiliki serba-
serbi tantangan terutama sosial media, yang dapat menjauhkan mereka dari agama
dan manhaj Allah. Maka dari itu, orang tua bisa mendidik anak mereka agar teguh
dan berkorban demi akidah dengan memberikan penjelasan mengenai pengorbanan
kaum muslimin dan sejarah Rasulullah. Orang tua juga bisa menceritakan mengenai
pengorbanan anak-anak muslimin ketika di zaman Rasulullah. Dengan hal itu akan
membuat anak muslim termotivasi untuk meneguhkan diri mereka dan
mengorbankan dirinya demi agamanya. Banyak kisah anak-anak muslim di zaman
Rasulullah yang bisa diceritakan para orang tua. Seperti kisah Anas bin Malik, Ali
bin Abi Thalib, Abdullah bin Abbas dan masih banyak lagi.

2.4 Membentuk Aktivitas Ibadah

Pembentukan aktivitas ibadah dianggap sebagai pelengkap bagi


pembentukan akidah Islamiyyah. Sebab, ibadah merupakan hal utama untuk
akidah. Demikian juga sebaliknya, ibadah merupakan refleksi dari gambaran
akidah. Masa kecil bukanlah masa memikul beban kewajiban. Masa kecil adalah
masa persiapan dan latihan dan pengenalan untuk mencapai tingkatan memikul
beban kewajiban setelah usia baligh, agar mudah baginya dalam menjalankan
segala kewajiban. Juga agar memiliki persiapan yang matang guna menghadapi
kerasnya kehidupan dengan penuh percaya diri [4].
Ibadah kepada Allah memainkan peranan yang menakjubkan dalam diri
seorang anak. Ibadah menjadikannya merasa memiliki ikatan dengan Allah.
Mayoritas nafsu syahwat ketika beribadah sangatlah lemah. Hal ini mengakibatkan
jiwanya lebih terbuka untuk bermunajat kepada Allah. Rasulullah bersabda
mengenai anak yang hidupnya dipenuhi ibadah kepada Allah [4]. “Tidaklah seorang
anak yang tumbuh dengan dipenuhi ibadah kepada Allah sampai dia mati,
melainkan Allah akan memberinya pahala sembilan puluh sembilan orang yang
terpercaya”. Berikut ini merupakan aktivitas-aktivitas ibadah yang dilakukan
orangtua untuk ibadahnya menurut pengarahan Rasulullah :

14
2.4.1 Mengajarkan Shalat
Sabda Rasulullah: “Inti segala perkara adalah islam dan tiangnya yang
merupakan sholat” (H.R Tirmidzi:2616 dan Ibnu Majah:3.97). Sabda Rasulullah:
“Sesungguhnya yang pertama kali dihisab pada diri seorang hamba pada hari
kiamat dari amalnya adalah shalat. Jika shalatnya baik, sungguh ia beruntung dan
sukses. Jika rusak shalatnya sungguh ia menjadi orang yang merugi” (H.R Abu
Dawud, An-Nasa’i dan At-Tirmidzi). Pada pengajaran ini terdapat beberapa
tingkatan yang harus dilakukan oleh orang tua.
1. Tingkatan Perintah Untuk Sholat
Pada tingkatan ini orangtua mulai memberi perintah kepada anak untuk sholat.
Yaitu anak diajak sholat ketika dia sudah mulai mengerti mana arah kanan dan kiri
sebagaimana sabda Rasulullah:
“Apabila seorang anak dapat membedakan mana kanan dan kiri, maka
perintahkanlah ia untuk sholat”. (H.R Ath-Thabrani)
2. Tingkatan Mengajarkan Sholat kepada Anak
Pada tingkatan ini orangtua mengajarkan tentang rukun-rukun
sholat, kewajiban-kewajibannya, dan pembatalnya. Dan Rasulullah
telah menentukan usianya sebagaimana sabdanya: “Perintahkanlah
anak kecil untuk sholat apabila sudah berusia tujuh tahun. Apabila
sudah mencapai usia sepuluh tahun, maka pukullah untuk sholat”.
(H.R Abu Dawud)
3. Tingkatan Perintah untuk Shalat disertai Ancaman Pukulan
Tingkatan ini dimulai pada usia sepuluh tahun. Apabila
meninggalkan shalat atau bermalas-malasan, maka kedua
orangtuanya boleh memukulnya sebagai hukuman baginya karena
tidak menunaikan kewajiban dirinya sendiri dan kezalimannya
mengikuti jalan setan. Namun proses pemukulan ini bukanlah
sebagai bentuk kemarahan ataupun dendam melainkan sebagai
bentuk rasa kasih sayang orangtua kepada anaknya. Dan tidak terlalu
keras dalam proses pemukulan. Ada beberapa syarat ketika akan
memukul anak sesuai hadits Rasulullah: “Telah menceritakan
kepadaku Abdurrahman bin Jabir dari ayahnya dari Abu Burdah Al

15
Anshari, bahwa dia pernah mendengar Rasulullah bersabda:
Seseorang tidak boleh didera lebih dari sepuluh kali, melainkan
hukuman yang telah jelas ditetapkan oleh Allah SWT”.(H.R
Muslim).
‫ إِذَا‬:‫سلَّ َم‬ َ ِ‫ قَا َل َرسُو ُل هللا‬:َ‫ع ْن أَبِي ه َُري َْرة َ رضي هللا عنه قَال‬
َ ُ‫صلَّى هللا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ
‫ب ْال َوجْ ه‬
ِ ِ‫َۚقَات َ َل أ َ َحدُكُ ْم فَ ْليَجْ تَن‬
"Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, beliau berkata, “Rasulullah bersabda: Jika
salah seorang dari kalian hendak memukul, maka dia wajib menghindari (memukul)
wajah”.(H.R Bukhari:2559)

2.4.2 Mengajak Anak ke Masjid

Masjid merupakan tempat menbangun generasi umat islam. Masjid terus


membangun generasi yang menjual diri mereka kepada Allah, berjalan diatas
manhaj-Nya dan meneladani Rasul-Nya. Masjid juga merupakan tempat yang aman
untuk menghindarkan anak-anak dari kerusakan dan kenakalan. Sebagaimana yang
kita ketahui masjid pada zaman Rasulullah bukanlah hanya sebagai tempat ibadah
saja melainkan tempat bermusyawarah, belajar satu sama lain. Maka hendaknya
kita pun mampu membuat anak-anak menyukai masjid. Kita tahu pada saat ini
masjid sangatlah jarang didatangi anak-anak sebab banyak kita dapati orang-orang
tua yang mengusir anak-anak pada masjid.
2.4.3 Melatih Anak Berpuasa
Ibadah puasa adalah ibadah jasmani dan rohani. Dari ibadah ini anak belajar
keikhlasan hakiki kepada Allah SWT dan selalu merasa diawasi oleh-Nya. Dengan
puasa anak dapat menekan keinginannya atas makanan dan minuman walaupun
lapar dan haus[4]. Dan juga dapat melatih kesabaran mereka. Kita dapat melatih
mereka dengan memberikan pemahaman tentang puasa. Seperti menjelaskan
kepada anak bahwa puasa merupakan rukun islam, lalu keutamaan-keutamaan
puasa dibulan ramadhan. Orang tua juga dapat memberikan sedikit hadiah bagi
anak yang berhasil melakukan puasa mereka.
2.4.4 Mengajarkan Haji
Haji adalah ibadah yang termasuk kedalam rukun islam. Orangtua dapat
mengenalkannya dengan memberitahu rukun-rukun haji, syarat-syarat haji, tata

16
cara haji, dan keutamaan haji. Anak juga bisa diajarkan haji melalui manasik haji
agar ketika mereka sudah baligh dan mampu untuk berhaji mereka tahu dan
terbiasa. Sebagaimana sabda Rasulullah: “Siapa saja anak kecil yang melaksanakan
ibadah haji walaupun sepuluh kali, kemudian mencapai usia baligh, maka dia tetap
wajib melaksanakan ibadah haji.”
2.4.5 Melatih Anak Membayar Zakat
Orangtua bisa memberikan pemahaman mengenai keutamaan zakat dan
hukum zakat. Dan mendidik mereka untuk mengatur keuangannya dan belajar
bahwa ada orang orang yang harus kita bantu kehidupannya karena banyak orang
di luaran sana yang hidupnya di bawah rasa cukup. Dan berikan pemahaman kepada
anak bahwa zakat itu membersihkan dan mensucikan harta. Dan apabila anak sudah
berusia baligh maka anak akan mudah untuk mengeluarkan zakat. Sebagaimana
sabda Rasulullah, “Rasulullah mewajibkan zakat fitrah satu sha kurma atau satu sha
gandum atas setiap hamba sahaya dan orang merdeka, baik kecil maupun sudah
dewasa”.

Sebagaimana firman Allah


‫س ِمي ٌع‬ َّ ‫س َك ٌن لَ ُه ْم ۚ َو‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫علَ ْي ِه ْم ۖۚ ِإ َّن‬
َ َ‫ص ََلتَك‬ َ ‫ط ِه ُرهُ ْم َوتُزَ ِكي ِه ْم ِب َها َو‬
َ ‫ص ِل‬ َ ‫ُخذْ ِم ْن أ َ ْم َوا ِل ِه ْم‬
َ ُ ‫صدَقَةً ت‬
‫ع ِلي ٌم‬
َ

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan
dan mensucikan mereka dan mendo’alah untuk mereka. Sesungguhnya do’a kamu
itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah maha mendengar maha
mengetahui”. (Q.S At-Taubah:103).

17
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Anak merupakan penerus generasi kita yang harus kita persiapkan dengan
baik dan matang. Melihat banyak sekali anak-anak yang tumbuh jauh dari
ketauhidan, bahkan hanyut dalam gelapnya maksiat. Kita semua sebagai pendidik
hendaknya sangat memperhatikan pendidikan anak bukan yang bersifat duniawi
saja namun akhirat pun harus dipersiapkan. Tanpa orang tua sadari pendidikan
terhadap anak sangat menentukan generasi yang akan datang selanjutnya [6].
Dalam Islam penting untuk menanamkan sebuah konsep tauhid pada anak
usia dini. Tauhid merupakan landasan bagi umat Islam, apabila seseorang benar
tauhidnya maka ia akan mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat namun
sebaliknya tanpa tauhid dia pasti terjatuh kedalam kesyirikan dan akan menemui
kecelakaan di dunia serta kecelakan di akhirat [3]. Ibarat bangunan, tauhid adalah
pondasi utama bagi anak oleh karena itu pondasi bangunan tersebut haruslah
dibangun kokoh dan kuat agar tidak goyang. Kalau pondasinya sudah mantap maka
ia akan tahan dengan kondisi serta lingkungan yang mempengaruhinya.
Sebagaimana yang kita tau bahwa anak juga investasi terbesar yang orang
tua miliki, maka dari itu orang tua harus sangat bekerja keras dalam pendidikan
mereka terutama ketauhidan mereka. Sebab, tauhid merupakan pondasi yang paling
penting bagi mereka untuk menjalani kehidupan yang akan datang. Sebagaimana
yang kita tahu tentang kejamnya dunia ini dan kerasnya pergaulan didunia luar
maka dari itu sebagai pendidik hendaknya menjaga para anak-anak agar tidak
terjerumus ke dalam kejamnya pergaulan itu. Allah berfirman:

َ ‫َّللا َو ْليَقُولُوا قَ ْو ًْل‬


‫سدِيدًا‬ َ َّ ‫علَ ْي ِه ْم فَ ْليَتَّقُوا‬ ِ ً‫ش الَّذِينَ لَ ْو ت ََركُوا ِم ْن خ َْل ِف ِه ْم ذ ُ ِريَّة‬
َ ‫ض َعافًا خَافُوا‬ َ ‫َو ْليَ ْخ‬
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan
dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap
(kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah
SWT dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.”(Q.S An-Nisa:9)
Orang tua merupakan teladan yang akan selalu diikuti anaknya. Secara tidak
langsung anak akan mengikuti semua perilaku dan sifat orang tua maka dari itu

18
sebagai orang tua berikanlah teladan terbaik sebagaimana yang dicontohkan Nabi
Muhammad . Tak lupa juga kita sebagai orang tua kita harus menyiapkan generasi
islam yang lebih baik dengan akidah yang kuat untuk memberikan benteng kepada
mereka dalam menjalani kehidupan dunia yang keras dan kejam.
Menanamkan tauhid kepada anak usia dini dianggap sangat penting karena
anak usia dini merupakan usia emas. Anak yang dari sejak kecil sudah ditanamkan
pendidikan tauhid insyaallah akan terjaga dari hal-hal yang tidak diinginkan
orangtua sebab dia sudah memiliki pondasi yang sangat kokoh. Pendidikan inilah
yang harus bisa tanamkan kepada jiwa setiap orang terutama anak. Nilai [7].
Bagi orangtua wajib menanamkan pendidikan tauhid agar anak memperoleh
aqidah yang benar dan tidak tergoyahkan dalam pemahaman aqidah [2]. Sebab,
dengan membangun tauhid dan akidah yang kuat merupakan salah satu cara untuk
memperbaiki generasi dan menyiapkan pemuda-pemudi yang siap berjuang untuk
islam. Dari pembahasan-pembahasan kita bisa melihat betapa pentingnya
membangun tauhid bagi anak dan akibat yang dapat kita ketahui apabila kita lalai
dalam Pendidikan anak.

3.2 Saran

Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat untuk semuanya khususnya


untuk penyusun. Serta diharapkan, dengan terselesaikannya makalah ini dapat
menerapkan pendidikan yang terbaik yaitu penanaman tauhid kepada anak-anak.
Sebagaimana yang telah dicontohkan Nabi Muhammad, sebab beliau merupakan
sebaik-baiknya teladan, Allah SWT berfirman:

َ َّ ‫َّللا َو ْاليَ ْو َم ْاْل ِخ َر َوذَ َك َر‬


ً ِ‫َّللا َكث‬
‫يرا‬ َ ‫َّللا أُس َْوة ٌ َح‬
َ َّ ‫سنَةٌ ِل َم ْن َكانَ يَ ْر ُجو‬ ِ َّ ‫لَقَدْ َكانَ لَكُ ْم فِي َرسُو ِل‬
"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah SWT dan (kedatangan) hari
kiamat dan dia banyak menyebut Allah SWT”. (Q.S Al-Ahzab:21)

19
DAFTAR PUSTAKA

[1] "the golden age. mara efektif merancang kualitas anak," the golden age. mara
efektif merancang kualitas anak , p. 92, 2017.

[2] Abdurrahman. Jamal,cara nabi menyiapkan generasi.

[3] "pemahaman tauhid pada remaja," pemahaman tauhid pada remaja, p. 52.

[4] "Pendidikan Anak Usia Dini Berbasis Tauhid(Studi Kasus PAUD Ababil Kota
Pangkalpinang)," jurnal ilmiah pendidikan islam , p. 19, 2018.

[5] Muhammad Nur Abdul Suwaid, prophetic parenting cara nabi mendidik anak.

[6] Nurkholis. Sofyan, buku jauhar tauhid, Bali: pustaka larasati, 2014, p. vi + 152
hlm.

[7] "Konsep Pendidikan Tauhid Anak Usia Dini MenurutTafsir Surah Luqman
Ayat13," Konsep Pendidikan Tauhid Anak Usia Dini MenurutTafsir Surah
LuqmanAyat13, p. 123, 2021.

[8] "menanamkan aqidah dan tauhid kepada anak usia dini," menanamkan aqidah
dan tauhid kepada anak usia dini , vol. 2, p. 91, 2019.

[9] "Pendidikan Anakdalam Islam: Upaya MempersiapkanGenerasi Masa Depan


Berakhlak Mulia," Jurnal Kependidikan Dan Sosial Keagamaan, vol. Vol.4No.2,
p. 87, 2018.

20

Anda mungkin juga menyukai